Kitab Suci memberitahukan kepada kita pentingnya Tradisi
Suci, yaitu pengajaran lisan para rasul, sebab tidak semua
ajaran Kristus terekam dalam Kitab Suci. Jemaat mula-mula bertekun dalam pengajaran rasul-rasul (Kis 2:42, lih. 2 Tim 1:14), dan ini sudah terjadi sebelum kitab Perjanjian Baru ditulis, berabad abad sebelum kanon Perjanjian Baru ditetapkan di akhir abad ke 4. Kitab Suci juga mengatakan bahwa pengajaran para rasul disampaikan secara lisan, Apa yang telah engkau dengar dari padaku di depan banyak saksi, percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai, yang juga cakap mengajar orang lain. (2 Tim 2:2); dan bahwa pengajaran para rasul tersebut disampaikan baik secara lisan, maupun secara tertulis. (2 Tes 2:15; lihat juga bahwa ajaran yang diteruskan/ diberitakan melalui pembicaraan oleh para rasul inilah Tradisi suci -1 Kor 11:2, 23; 2 Yoh 12, 3 Yoh 13) Masih banyak hal-hal lain lagi yang diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per satu, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu. (Yoh 21:25). Kitab Perjanjian Baru sendiri mengacu kepada Tradisi suci, yaitu pada saat mengutip perkataan Yesus yang tidak terekam pada Injil, yaitu pada Kis 20:35, di mana rasul Paulus meneruskan perkataan Yesus Adalah lebih berbahagia memberi daripada menerima; yaitu perkataan Yesus yang tidak tertulis dalam Injil.