Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan data WHO penyebab utama kematian anak balita adalah

karena penyakit infeksi pernapasan dan juga diare, dibandingkan dengan

penyakit lain seperti malaria,dan campak. setiap tahun diperkirakan lebih dari

2 juta anak balita di dunia meninggal karena gangguan infeksi pernapasan (1

Balita/15 detik) dari 9 juta total kematian anak Balita. Diantara 5 kematian

Balita, 1 diantaranya disebabkan oleh infeksi pernapasan. Pneumonia

merupakan infeksi pernapasan yang menyebabkan 4 juta kematian pada balita

di dunia. (Maryunani, 2010)

Pneumonia merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan angka

kematian yang cukup tinggi setiap tahunnya yang sering menyerang anak

balita. Pneumonia yang tidak segera ditangai dapat mengakibatkan infeksi

yang semakin berat sehingga menyebabkan rusaknya jalan nafas yang pada

akhirnya dapat menyebabkan kematian. Angka kematian balita akibat

pneumonia di Indonesia diperkirakan 6/1.000 balita (Maryunani, 2010)

Pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk mencapai Millennium

Development Goals (MDGs) bidang kesehatan yang salah satunya adalah

menurunkan 2/3 kematian anak balita. Apabila angka kematian yang

disebabkan oleh pneumonia dapat diturunkan secara bermakna, maka

dampaknya terhadap pencapaian MDGs akan besar pula. Upaya pemerintah

dalam menekan angka kematian akibat ISPA diantaranya melalui penemuan

1
kasus ISPA anak balita sedini mungkin di pelayanan kesehatan dasar,

penatalaksanaan kasus dan rujukan. Adanya keterpaduan dengan lintas

program melalui pendekatan MTBS di Puskesmas serta penyediaan obat dan

peralatan untuk Puskesmas Perawatan dan di daerah terpencil (Kemenkes RI,

2014).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Sumatera Barat jumlah anak

balita yang menderita penyakit gangguan pernapasan setiap tahunnya

mengalami peningkatan. Pada tahun 2013 sebanyak 78.678 kasus( 20,6 %)

dari 381.933 jumlah anak balita dan pada tahun 2015 sebanyak 93.274 kasus

(24,2 % ) dari 385.432 jumlah anak balita (Dinkes Sumbar, 2016).

Salah satu pokok pembangunan kesehatan untuk mewujudkan program

MDGs di bidang kesehatan adalah program pemberantasan penyakit yang

menyerang balita. Program ini bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan,

kematian dan kecacatan pada balita serta mengurangi dampak sosial akibat

penyakit sehingga tidak menjadi masalah kesehatan. Diantara penyakit yang

sering menyerang balita adalah infeksi pada saluran pernapasan masih

merupakan masalah kesehatan yang diprioritaskan untuk pencegahan dan

pemberantasannya melalui kebijakan perubahan prilaku, pengendalian faktor

resiko dan penyehatan lingkungan (Depkes RI, 2011).

Bahkan karena besarnya kematian akibat infeksi pernapasan ini,

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan juga pneumonia disebut sebagai

pandemi yang terlupakan atau The Forgotten Pandemic. Namun tidak banyak

perhatian terhadap penyakit ini, sehingga infeksi saluran pernapasan disebut

2
juga pembunuh anak balita yang terlupakan atau The Forgetten Killer of

Children (Depkes RI, 2011)

Anak usia 1 sampai 5 tahun merupakan usia yang sangat rawan

terserang oleh berbagai penyakit infeksi, terutama pneumonia, karena pada

masa ini zat zat kekebalan tubuh anak belum terbentuk secara sempurna.

Oleh karena itu anak balita perlu sekali perhatian dan perawatan yang sangat

intensif, anak balita dikenal juga usia dalam masa golden ege yaitu masa

keemasan, dimana tahap pertumbuhan dan perkembangan mencapai

puncaknya (Ngastiyah, 2010)

Dalam penelitian Putri Ayu (2010) diketahui bahwa ada keterkaitan

antara pengetahuan dan sikap ibu terhadap perilaku pencegahan penyakit

pneumonia. Sementara penelitian yang dilakukan oleh Erin (2015) juga

ditemukan bahwa pengetahuan dan tingkat pendidikan ternyata memiliki

hubungan yang signifikan terhadap tindakan pencegahan ibu terhadap

penyakit pneumonia.

Sementara penelitian internasional yang diterbitkan oleh beberapa

jurnal internasional seperti US National Library of Medicine National Institues

of Health tentang Risk factors for community-acquired pneumonia in adults in

Europe: a literature review, pada tahun 2014 dijelaskan bahwa kondisi yang

memicu terjadinya pneumonia adalah keluarga yang merokok memiliki

kontak teratur dengan anak-anak dan kebersihan lingkungan yang buruk.

Sedangkan jurnal dari Clinical Infectious Diseases dari Oxford Academy pada

tahun 2016 tentang Evaluation of Risk Factors for Severe Pneumonia in

Children: The Pneumonia Etiology Research for Child Health Study,

3
ditemukan bahwa faktor penyebab penumonia diakibatkan oleh polusi udara

dalam ruangan, kekurangan gizi, kurang menyusui, rendahnya pendidikan dan

pengetahuan ibu, status sosial ekonomi rendah, akses terhadap perawatan yang

buruk, dan penyakit yang menyertai anak.

Menurut Lawrence Green (1980) perilaku manusia dalam hal

kesehatan dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu: Faktor Predisposisi

(predisposing factors), yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau

mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan,

sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi dan pendidikan. Faktor-

faktor pemungkin (enabling factors), yaitu faktor-faktor yang memungkinkan

atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan. Yang dimaksud dengan faktor

pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya

perilaku kesehatan dan c). Faktor-faktor penguat (reinforcing factors), adalah

faktor-faktor yang mendorong dan memperkuat terjadinya perilaku, seperti

dukungan dari orang lain (Notoatmodjo 2010).

Laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat menunjukkan

pada pada tahun 2015 penyakit pneumonia dialami oleh balita tercatat

sebanyak 747 kasus. Sementara pada tahun 2016 angka balita yang mengalami

pneumonia menjadi 538. Dari data tersebut upaya pencegahan yang dilakukan

terhadap pneumonia sudah mulai menunjukkan hasil karena adanya penurunan

kasus. Namun dilihat dari 17 Puskemas yang ada, Puskesmas Sungai Aur

merupakan puskesmas dengan angka kejadian tertinggi yaitu sebanyak 113

kasus (20,1%)

4
Survey awal yang dilakukan oleh peneliti di Puskesmas Sungai Aur

diketahui bahwa jumlah balita tercatat sebanyak 3.387 orang. Sementara hasil

wawancara peneliti dengan 12 orang ibu balita, diketahui bahwa ternyata 7

orang balita pernah mengalami infeksi pernapasan pneumonia, dari 12 orang

ibu balita. Berdasarkan pengamatan lebih lanjut yang peneliti lakukan

terhadap 12 orang ibu balita, 8 orang ternyata tidak memahami dengan baik

tentang pneumonia. 7 orang menganggap bahwa penyakit pernafasan adalah

hal yang biasa terjadi pada balita dan tidak perlu dicemaskan. Selain itu ibu

balita juga menyatakan bahwa orang-orang di lingkungan rumahnya, seperti

suami, saudara laki-laki adalah perokok

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan Pencegahan

Pneumonia pada balita di wilayah Puskesmas Sungai Aur Kabupaten Pasaman

Barat tahun 2017.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah faktor-faktor

yang berhubungan dengan Pencegahan Pneumonia pada balita di wilayah

Puskesmas Sungai Aur Kabupaten Pasaman Barat tahun 2017?.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umun

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor

yang berhubungan dengan Pencegahan Pneumonia pada balita di wilayah

Puskesmas Sungai Aur Kabupaten Pasaman Barat tahun 2017.

5
2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui distribusi frekuensi pencegahan pneumonia pada balita di

wilayah Puskesmas Sungai Aur Kabupaten Pasaman Barat tahun 2017

b. Mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan ibu tentang pneumonia

pada balita di wilayah Puskesmas Sungai Aur Kabupaten Pasaman

Barat tahun 2017

c. Mengetahui distribusi frekuensi sikap ibu terhadap pneumonia pada

balita di wilayah Puskesmas Sungai Aur Kabupaten Pasaman Barat

tahun 2017

d. Mengetahui distribusi frekuensi dukungan keluarga terhadap

pencegahan pneumonia pada balita di wilayah Puskesmas Sungai Aur

Kabupaten Pasaman Barat tahun 2017

e. Mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan pencegahan

pneumonia pada balita di wilayah Puskesmas Sungai Aur Kabupaten

Pasaman Barat tahun 2017.

f. Mengetahui hubungan sikap ibu dengan pencegahan pneumonia pada

balita di wilayah Puskesmas Sungai Aur Kabupaten Pasaman Barat

tahun 2017.

g. Mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan pencegahan

pneumonia pada balita di wilayah Puskesmas Sungai Aur Kabupaten

Pasaman Barat tahun 2017

6
D. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang didapat di

perkuliahan, di lapangan dan menambah wawasan peneliti dalam

penelitian kesehatan

2. Responden

Untuk menambah pengetahuan responden dalam mencegah dan

mengantisipasi tentang bahaya dari pneumonia

3. Bagi puskesmas

Memberikan masukan bagi pihak puskesmas, khususnya tenaga

kesehatan untuk lebih meningkatkan pelaksanaan dan pengobatan serta

pencegahan penyakit pneumonia dengan meningkatkan pemberian

informasi kesehatan secara berkala kepada ibu balita yang berkunjung

4. Bagi institusi

Hasil penelitian ini dapat sebagai bahan bacaan dan referensi

sehingga dapat digunakan sebagai panduan untuk mendukung data lain

dalam penelitian selanjutnya.

5. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai bahan bacaan dan

panduan yang mendukung data lain dalam penelitian selanjutnya

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan

dengan Pencegahan Pneumonia pada balita di wilayah Puskesmas Sungai Aur

7
Kabupaten Pasaman Barat tahun 2017. Jenis penelitian kuantitatif dengan

desain deskriptif dengan desain cross sectional study. Adapun populasi dalam

penelitian ini adalah ibu balita sebanyak 3.387 orang. Teknik pengambilan

sampel adalah accidental sampling. Tempat penelitian dilakukan di

Puskesmas Sungai Aur yang akan dilaksanakan pada bulan sampai April

2017. Alasan pemilihan lokasi ini karena kasus pneumonia tertinggi di

wilayah ini. Variabel independen pada penelitian ini adalah pengetahuan,

sikap, dukungan keluarga, variabel dependent adalah pencegahan pneumonia.

Analisa hasil penelitian dilakukan secara univariat dan bivariat dengan

memakai uji statistik Chi Square.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pneumonia

1. Pengertian

Pneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru yang terdapat

konsolidasi dan terjadi pengisian alveoli oleh eksudat yang disebabkan oleh

bakteri, virus, dan benda benda asing (Elizabeth, 2012).

Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang

mengenai parenkim paru. Menurut anatomis pneumonia pada anak dibedakan

menjadi 3 yaitu pneumonia lobaris, pneumonia lobularis (bronchopneumonia),

Pneumonia interstisialis (Saifuddin, 2002).

2. Penyebab Pneumonia

1. Menurut Elizabeth (2012), Pneumonia terbilang penyakit berbahaya

karena cara penularannya yang sangat mudah. Penyakit pneumonia

dapat menular melalui percikan ludah yang menyebar lewat udara saat

bersin batuk, ataupun bicara.

2. Pneumonia bukanlah penyakit tunggal.

3. Penyebabnya bisa bermacam macam dan diketahui 30 sumber

infeksi, dengan 4 sumber utama yaitu :

a. Pneumonia oleh bakteri

Pneumonia yang dipicu bakteri bisa menyerang siapa saja, dari

bayi sampai usia lanjut. Orang orang dengan gangguan

pernafasan, sedang terinfeksi virus atau menurun kekebalan

9
tubuhnya, adalah orang yang paling beresiko. Sebenarnya bakteri

penyebab pneumonia yang paling umum adalah Streptococcos

pneumonia sudah ada di kerongkongan manusia sehat. Begitu

pertahanan tubuh menurun karena sakit, tua, atau malnutrisi,

bakteri segera memperbanyak diri dan menyebabkan kerusakan.

b. Pneumonia oleh virus

Setengah dari kejadian pneumonia diperkirakan disebabkan oleh

virus. Saat ini makin banyak saja virus yang berhasil diidentifikasi.

Meski virus ini kebanyakan menyerang saluran pernafasan bagian

atas terutama pada balita, gangguan ini bisa memicu pneumonia.

c. Pneumonia Mikoplasma

Pneumonia jenis ini berbeda gejala dan tanda fisiknya bila

dibandingkan dengan pneumonia pada umumnya. Karena itu,

pneumonia yang diduga disebabkan oleh virus yang belum

ditemukan ini sering juga disebut pneumonia yang tidak tipikal

atau atypical pneumonia.

d. Pneumonia jenis lain

Termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii pneumonia

(PCP) yang diduga disebabkan oleh jamur.

Sedangkan dari sudut pandang sosial, penyebab pneumonia

menurut Depkes RI (2005) antara lain :

1. Status gizi bayi

2. Imunisasi tidak lengkap

3. Lingkungan

10
4. Kondisi sosial ekonomi orang tua

3. Patofisiologi Pneumonia

Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja, dari

bayi sampai usia lanjut. Pecandu alcohol, pasien pasca operasi, orang-orang

dengan gangguan penyakit pernapasan, sedang terinfeksi virus atau menurun

kekebalan tubuhnya , adalah yang paling berisiko. Sebenarnya bakteri

pneumonia itu ada dan hidup normal pada tenggorokan yang sehat. Pada saat

pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit, usia lanjut, dan

malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan

merusak organ paru-paru.

Kerusakan jaringan paru setelah kolonisasi suatu mikroorganisme

paru banyak disebabkan oleh reaksi imun dan peradangan yang dilakukan oleh

pejamu. Selain itu, toksin-toksin yang dikeluarkan oleh bakteri pada

pneumonia bakterialis dapat secara langsung merusak sel-sel system

pernapasan bawah. Pneumonia bakterialis menimbulkan respon imun dan

peradangan yang paling mencolok. Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari

lobus paru-paru, ataupun seluruh lobus, bahkan sebagian besar dari lima lobus

paru-paru (tiga di paru-paru kanan, dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi

cairan. Dari jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh

tubuh melalui peredaran darah. Bakteri pneumokokus adalah kuman yang

paling umum sebagai penyebab pneumonia

11
4. Klasifikasi Pneumonia

Berdasarkan pedoman MTBS (2000), pneumonia dapat

diklasifikasikan secara sederhana berdasarkan gejala yang ada. Klasifikasi ini

bukanlah merupakan diagnose medis dan hanya bertujuan untuk membantu

para petugas kesehatan yang berada di lapangan untuk menentukan tindakan

yang perlu diambil, sehingga anak tidak terlambat penanganan. Klasifikasi

tersebut adalah:

1. Pneumonia berat atau penyakit sangat berat, apabila terdapat gejala :\

a. Ada tanda bahaya umum, seperti anak tidak bisa minum atau menetek,

selalu memuntahkan semuanya, kejang atau anak letargis/tidak sadar.

b. Terdapat tarikan dinding dada ke dalam.

c. Terdapat stridor ( suara napas bunyi grok-grok saat inspirasi )

2. Pneumonia, apabila terdapat gejala napas cepat, batasan nafas cepat

adalah:

a. Anak usia 2 12 bulan apabila frekuensi napas 50 x/menit atau lebih.

b. Anak Usia 1 5 tahun apabila frekuensi napas 40 x/menit atau lebih.

3. Batuk bukan Pneumonia, apabila tidak ada tanda tanda atau penyakit

sangat berat.

5. Tanda dan Gejala

1. Gejala umum saluran pernapasan bawah berupa batuk, takipnu,

ekspektorasi sputum, napas cuping hidung, sesak napas, merintih dan

sianosis. Anak yang lebih besar dengan pneumonia akan lebih suka

berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada.

Tanda Pneuomonia berupa retraksi atau penarikan dinding dada bagian

12
bawah ke dalam saat bernafas bersama dengan peningkatan frekuensi

nafas, perkusi pekak, fremitrus melemah. Suara napas melemah, dan

ronkhi.

2. Gejala penyakit pneumonia berupa napas cepat dan sesak napas, karena

paru meradang secara mendadak. Batas napas cepat adalah frekuensi

pernapasan sebanyak 50 kali per menit atau lebih pada anak usia 2 bulan

sampai kurang dari 1 tahun, dan 40 kali permenit atau lebih pada anak usia

1 tahun sampai kurang dari 5 tahun. Pada anak dibawah usia 2 bulan, tidak

dikenal diagnosis pneumonia. Pneumonia berat ditandai dengan adanya

batuk juga disertai kesukaran bernafas, napas sesak atau penarikan dinding

dada sebelah bawah ke dalam pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 5

tahun. Pada kelompok usia ini dikenal juga pneumonia sangat berat,

dengan gejala pneumonia sangat berat, dengan gejala batuk, kesukaran

bernapas disertai gejala sianosis sentral dan tidak dapat minum.

3. Menurut Elizabeth (2012) pada awalnya keluhan batuk tidak produktif,

tapi selanjutnya akan berkembang menjadi batuk produktif dengan mucus

purulen kekuningan, kehijauan, kecoklatan atau kemerahan, dan sering

kali berbau busuk. Klien biasanya mengeluh mengalami demam tinggi dan

menggigil (onset mungkin tiba tiba dan berbahaya ). Adanya keluhan

nyeri dada pleuritis, sesak napas, peningkatan frekuensi pernapasan, lemas

dan nyeri kepala.

6. Komplikasi Pneumonia

Pada paru paru penderita pneumonia di penuhi sel radang dan cairan

yang sebenarnya merupakan reaksi tubuh untuk mematikan kuman, tetapi

13
karena adanya dahak yang kental maka akibatnya fungsi paru terganggu

sehingga penderita mengalami kesulitan bernafas karena tidak adanya ruang

untuk tempat oksigen. Kekurangan oksigen membuat sel sel tubuh tidak bisa

bekerja karena inilah, selain penyebaran infeksi keseluruh tubuh, penderita

pneumonia juga bisa meninggal (Elizabeth, 2012).

Menurut Saifuddin (2000) komplikasi pneumonia yaitu :

1. Abses kulit

2. Abses jaringan lunak

3. Otitis media

4. Sinusitis

5. Meningitis purualenta

6. Perikarditis

7. Pencegahan Pneumonia

1. Pencegahan Pneumonia dapat dilakukan dengan cara hidup bersih dan

sehat dan memberikan nutrisi yang baik pada balita. Disamping itu, perlu

diberikan vaksin pneumokokus pada bayi dan anak sedini mungkin.

2. Menurut, Pencegahan pneumonia dapat dilakukan dengan cara :

a. Memberikan vaksinasi pneumokokus atau sering juga disebut sebagai

vaksin IPD.

b. Memberikan imunisasi pada anak sesuai waktunya.

c. Menjaga keseimbangan nutrisi anak.

d. Menjaga daya tahan tubuh anak dengan cara cukup istirahat dan juga

banyak olahraga.

14
e. Mengusahakan agar ruangan tempat tinggal mempunyai udara yang

bersih dan ventilasi yang cukup.

B. Pengetahuan

1. Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi

melalui panca indra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. (Notoatmojo 2010).

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa prilaku yang

didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang

tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rongers yang dikutip oleh

Notoatmojo (2010) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi

perilaku baru didalam diri seseorang tersebut terjadi proses berurutan

yaitu :

1) Awareness (Kesadaran)

Yaitu orang tersebut menyadari arti mengetahui objek terlebih

dahulu.

2) Interest

Yaitu orang mulai tertarik kepada objek.

3) Evaluation

Yaitu menimbang-nimbang baik dan tidaknya objek tersebut

bagi dirinya.

4) Trial

Yaitu dimana orang telah mencoba perilaku baru.

15
5) Adaption

Yaitu subjek telah berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran, dan sikapnya terhadap objek.

2. Tingkat Pengetahuan

Tingkat ini bertujuan untuk mengelompokkan tingkah laku suatu

masyarakat atau individu yang diinginkan, bagaimana individu itu berfikir,

berbuat sebagai hasil dari suatu unit pengetahuan yang telah diberikan,

adapun tingkat pengetahuan itu adalah

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari

sebelumnya, termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan

yang di pelajari atau rangsangan yang diterima. Untuk mengetahui

orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain dengan

menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan

sebagainya.

Contohnya : dapat menyebutkan tentang manfaat ASI eksklusif.

2) Memahami (Comprehensive)

Diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui dan dapat mengintervensikan materi

tersebut secara benar.

3) Aplikasi (Application)

Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari dalam situasi yang real. Aplikasi ini dapat diartikan

16
sebagai aplikasi atau pengumuman hukum-hukum, rumus, metode,

prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu

struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lainnya.

Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti

dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokan

dan sebagainya.

5) Sintesis (Syntesis)

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi

baru dari formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun,

merencanakan, meringkas, menyesuaikan terhadap suatu teori atau

rumusan rumusan yang telah ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Berkaitan dengan kemampuan unuk melakukan penilaian

terhadap suatu objek. Penilaian ini berdasarkan kriteria yang

ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang ada.

( Notoatmodjo 2010)

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi dengan pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah:

1) Pengalaman

Merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran

pengetahuan, baik dari pengalaman diri sendiri maupun orang lain. Hal

17
tersebut dilakukan dengan cara pengulangan kembali pengalaman yang

diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi. Bila

berhasil maka orang akan menggunakan cara tersebut dan bila gagal

tidak akan mengulangi cara itu.

2) Pendidikan

Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka makin mudah

menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang

dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat

perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai baru yang

diperkenalkan.

3) Kepercayaan

Adalah sikap untuk menerima suatu pernyataan atau pendirian

tanpa menunjukkan sikap pro atau anti kepercayaan. Sering diperoleh

dari orang tua, kakek atau nenek. Seseorang menerima kepercayaan itu

berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.

Kepercayaan berkembang dalam masyarakat yang mempunyai tujuan

dan kepentingan yang sama. Kepercayaan dapat tumbuh bila berulang

kali mendapatkan informasi yang sama.

4. Cara Memperoleh Pengetahuan

ada beberapa cara untuk memperoleh pengetahuan, yaitu:

a. Cara Coba-Salah (Trial and Error)

Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan

kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan

tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila

18
kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba dengan kemungkinan

ketiga, dan apabila kemungkinan ketiga gagal dicoba kemungkinan

keempat dan seterusnya, sampai masalah tersebut dapat dipecahkan.

Itulah sebabnya maka cara ini disebut metode trial (coba) and errol

(gagal atau salah) atau metode coba-salah/coba-coba.

b. Cara Kekuasaan atau Otoritas

Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali

kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang,

tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau

tidak. Kebiasaan-kebiasaan ini biasanya diwariskan turun temurun dari

generasi ke generasi berikutnya. Dengan kata lain, pengetahuan

tersebut diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan, baik

tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli-

ahli ilmu pengetahuan.

Prinsip ini adalah, orang lain menerima pendapat yang

dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa terlebih dulu

menguji atau membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan fakta

empiris ataupun berdasarkan penalaran sendiri. Hal ini disebabkan

karena orang yang menerima pendapat tersebut menganggap bahwa

yang dikemukakannya adalah benar.

c. Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah,

pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan

19
sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk

memperoleh pengetahuan.

d. Melalui Jalan Pikiran

Sejalan dengan perkembangan umat manusia, cara berpikir

manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu

menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya.

Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia

telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun

deduksi.

e. Cara Modern dalam Memperoleh Pengetahuan

Cara baru dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini

lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebutmetode penelitian

ilmiah.

(Notoadmojo.2010)

C. Sikap

Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih

tertutup terhadap suatu stimulus atau objek dan sikap itu tidak dapat langsung

dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang

tertutup. Dalam kehidupan sehari - hari sikap merupakan reaksi yang bersifal

emosional terhadap stimulasi sosial ( Notoatmodjo, 2010).

New Comb dalam Notoatmodjo (2010) menyatakan sikap adalah

merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan

pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas.

20
tetapi merupakan "predisposisi" tindakan atau perilaku. Sikap itu masih

merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka.

Menurut Ailport (1954) dalam Notoatmodjo (2010) bahwa sikap

mempunyai 3 komponen pokok yakni :

a. Kepercayaan (keyakinan). ide dan konsep suatu objek, artinya bagaimana

keyakinan dan pendapat / pemikiran seseorang terhadap objek.

b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek,

artinya bagaimana penilaian (terkandung dalam faktor emosi) orang

tersebut terhadap objek.

c. Kecenderungan untuk bertindak ( trend to behave ), artinya sikap adalah

merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka.

Sikap adalah ancang-ancang untuk bertindak atau berperilaku terbuka.

Ketiga komponen ini bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total

altitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berfikir,

keyakinan dan emosi memegang peranan penting.

Menurut Notoatmodjo (2010) sikap terdiri dari berbagai tingkatan:

a. Menerima ( receiving)

Menerima artinya orang (subyek) mau menerima stimulus yang diberikan

(objek)

b. Merespon ( responding)

Memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang

dihadapi

c. Menghargai (valuing)

21
Subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau

stimulasi, dalam arti membahas dengan orang lain dan bahkan mengajak

atau atau menganjurkan orang merespon.

d. Bertanggungjawab (responsible)

Bertanggung jawab terhadap apa yang telah di yakininya. Pengukuran

sikap dilakukan secara langsung dan tidak langsung. secara langsung dapat

ditanyakan bagaimana pendapat atau pernvataan responden terhadap suatu

objek, jawaban yang dapat dipergunakan yaitu : sangat setuju. setuju. tidak

setuju, sangat tidak setuju ( Notoatmodjo, 2010). Sikap ini dapat

bersifat positif atau negatif, dalam sikap positif kecenderungan

tindakan adalah mendekati objek tertentu. dalam kehidupan

masyarakat sikap ini penting sekali. Hasil ukur sikap dikategorikan

menjadi 2, yaitu sikap positif apabila skor > mean/median, sikap negatif

apabila skor < mean/median

D. Dukungan keluarga

a. Pengertian keluarga

Menurut Friedman (2002) keluarga merupakan kesatuan dari

orang-orang yang berinteraksi dan berkomunikasi yang menciptakan

peranan-peranan sosial bagi si suami dan istri, ayah dan ibu, putra dan

putri, saudara laki-laki dan saudara perempuan (Widanti, /2013).

b. Peran keluarga

Menurut BKKBN di fungsi keluarga yaitu :

1) Fungsi keagamaan : memperkenalkan dan mengajak anggota keluarga

yang lain dalam kehidupan beragama, dan tugas kepala keluarga untuk

22
menanamkan bahwa ada kekuatan lain yang mengatur kehidupan ini

dan ada kehidupan lain setelah di dunia ini.

2) Fungsi sosial budaya : membina sosialisasi pada keluarga, membentuk

norma-norma tingkah laku, meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.

3) Fungsi cinta kasih : memberikan kasih sayang dan rasa aman,

memberikan perhatian diantara anggota keluarga.

4) Fungsi melindungi : melindungi keluarga dari tindakan-tindakan yang

tidak baik, sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa

aman.

5) Fungsi reproduksi : meneruskan keturunan, memelihara dan

membesarkan, memelihara dan merawat anggota keluarga.

6) Fungsi sosialisasi dan pendidikan : mendidik anak sesuai dengan

tingkat perkembangannya, mempersiapkan anggota keluarga menjadi

anggota masyarakat yang baik.

7) Fungsi ekonomi : mencari sumber-sumber penghasilan untuk

memenuhi kebutuhan keluarga, pengaturan penggunaan penghasilan

keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga, menabung untuk

memenuhi kebutuhan keluarga di masa datang.

8) Fungsi pembinaan lingkungan : mengajarkan setiap anggota agar

ramah lingkungan dan bisa menjaga lingkungan sekitarnya.

c. Bentuk-bentuk dukungan keluarga

1) Dukungan Emosional (Emosional Support)

Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk

istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi.

23
Meliputi ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap anggota

keluarga

2) Dukungan Penghargaan (Apprasial Assistance)

Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik,

membimbing dan menengahi pemecahan masalah dan sebagai sumber

dan validator identitas anggota. Terjadi lewat ungkapan hormat

(penghargan) positif.

3) Dukungan Materi (Tangibile Assistance)

Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan

konkrit, mencakup bantuan langsung seperti dalam bentuk uang,

peralatan, waktu, modifikasi lingkungan maupun menolong dengan

pekerjaan waktu mengalami stress

4) Dukungan Informasi (informasi support)

Keluarga berfungsi sebagai penyebar informasi tentang dunia,

mencakup memberi nasehat, petunjuk-petunjuk, saran atau umpan

balik. Bentuk dukungan keluarga yang diberikan oleh keluarga adalah

dorongan semangat, pemberian nasehat atau mengawasi tentang pola

makan sehari-hari dan pengobatan. Dukungan keluarga juga

merupakan perasaan individu yang mendapat perhatian, disenangi,

dihargai dan termasuk bagian dari masyarakat.

24
E. Kerangka Teori

Menurut Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2012) mengatakan

banyak faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan seseorang, dalam hal

ini adalah perilaku ibu balita dalam upaya pencegahan pneumonia. Secara

teoritis faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan dapat digambarkan

pada bagan berikut

Predisposisi
o Umur
Pengetahuan
o Pendidikan
Sikap
o Motivasi
o Pendapatan

Faktor pemungkin Perilaku


o Keterjangkuan Kesehatan
fasilitas
o Lokasi

Faktor penguat
o Peran petugas
Peran keluarga
o Perilaku
masyaraka

Diteliti
o Tidak diteliti
Gambar 3.1 Kerangka teori

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

25
BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

A. Kerangka Konsep

Mengingat banyaknya faktor yang berhubungan dengan perilaku

pemanfaatan pelayanan kesehatan, maka di sini peneliti hanya membatasi

pada 3 variabel saja, Sebagai kerangka berpikir memakai pendekatan konsep.

Secara skematis dapat dilihat pada bagan berikut ini

Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan

Sikap
Pencegahan
pneumonia
Dukungan
Keluarga

Gambar 3.2
Faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan Pelayanan PKPR

B. Hipotesis

Ha : Ada hubungan pengetahuan ibu dengan pencegahan pneumonia pada

balita di wilayah Puskesmas Sungai Aur Kabupaten Pasaman Barat

tahun 2017

Ha : Ada hubungan sikap ibu dengan pencegahan pneumonia pada balita

di wilayah Puskesmas Sungai Aur Kabupaten Pasaman Barat tahun

2017

26
Ha : Ada hubungan hubungan dukungan keluarga pengetahuan ibu

dengan pencegahan pneumonia pada balita di wilayah Puskesmas

Sungai Aur Kabupaten Pasaman Barat tahun 2017

C. Defenisi Operasional

Defenisi Cara Skala


No Variabel Alat Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur Ukur
1 Pengetahuan Segala sesuatu yang Kuisioner Angket Rendah < 50% Ordinal
diketahui oleh ibu Tinggi > 50%
balita tentang (Arikunto, 2010)
pneumonia
2 Sikap Reaksi atau respon Kuisioner Angket Negatif < mean
yang ditunjukkan Positif > mean Ordinal
oleh ibu balita (Arikunto, 2010)
terhadap pneumonia
3 Dukungan Suatu bentuk Kuisioner Angket Negatif < mean
keluarga dukungan yang Positif > mean Ordinal
diberikan oleh (Arikunto, 2010)
keluarga dalam
upaya mencegah
pneumonia
4 Pencegahan Tindakan atau Kuesi oner Angket Rendah < 50% Ordinal
pneumonia perilaku ibu balita Tinggi > 50%
dalam upaya (Arikunto, 2010)
mencegah
pneumonia pada
balita

27
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik yang

bertujuan untuk mengungkap hubungan antara variabel bebas dan terikat

dengan pendekatan cross sectional, penelitian cross sectional merupakan

penelitian yang pengumpulan datanya dilakukan melalui proses kompromi

(silang) dimana variabel dependen dan variabel independen diambil dalam

waktu yang bersamaan. (Notoatmodjo 2010).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian akan dilakukan di Puskesmas Sungai Aur Kabupaten

Pasaman Barat.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan pada bulan April tahun 2017.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan dari objek penenelitian

(Arikunto, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah ibu balita sebanyak

3.387 orang

28
2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari seluruh populasi (Arikunto,

2012). Pengambilan sampel dilakukan dengan metode Cluster sampling,

yaitu pengambilan sampel yang didapatkan dari beberapa kelompok sub

populasi. Anggota dari sub populasi terakhir dipilih secara acak sebagai

sampel penelitian. Besar sampel didapatkan dengan cara membagi jumlah

populasi dengan kelompok sub populasi. Dalam hal ini populasi sebanyak

3.387 dibagi dengan jumlah jorong di wilayah puskesmas yaitu sebanyak

22, sehingga sampel didapat adalah 3.387/22 = 153 orang.

Kriteria sampel :

Inklusi

a. Bersedia jadi responden.

b. Berada di tempat saat penelitian.

c. kooperatif .

Ekslusi

a. Dalam keadaan sakit

b. Menolak jadi responden

D. Tekhnik Pengumpulan data

1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari hasil

wavvancara penyebaran kuesioner pada responden sampel penelitian. Data

primer dalam penelitian ini didapatkan dari hasil wawancara dan

penyebaran hasil kuesioner kepada ibu balita.

29
2. Data sekunder

Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari catatan di

ruangan di area penelitian . Data Sekunder dalam penelitian ini diperoleh

dari Puskesmas Sungai Aur dan referensi kepustakaan (Moleong 2006)

E. Tekhnik Pengolahan Data

Langkah-langkah dalam pengolahan data yang dilakukan adalah :

1. Editing.

Data yang sudah dikumpulkan kemudian diperiksa kembali untuk

mengetahui kelengkapan dan kesalahan serta konsistensi jawaban.

2. Coding.

Setelah data masuk kemudian diperiksa, setiap jawaban dikonversi

kedalam angka-angka kemudian diberi code, sehingga memudahkan dalam

entri data.

3. Entry data.

Masukan code jawaban pada program pengolahan data, dengan memakai

program komputer.

4. Cleaning.

Setelah entry data, untuk melihat apakah perlu dilakukan pengecekan,

kesalahan dalam melakukan code dapat diketahui (Notoatmodjo 2010)

F. Analisa Data.

Setelah niai score dari masing-masing variabel dapat diketahui maka

dengan cara uni variat dengan menggunakan deskriptif berupa distribusi

frekuensi dan persentase.

30
1. Analisis Univariat.

Analisis univariat merupakan analisa yang dilakukan menganalisis

tiap variabel dari hasil penelitian. Analisa univariat berfungsi untuk

meringkas kumpulan data hasil pengukuran sedemikian rupa sehingga

kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi yang berguna.

peringkasan tersebut dapat berupa ukuran statistik, tabel, grafik. Analisa

univariat dilakukan masingmasing variabel yang diteliti.

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diteliti yang

diduga berpengaruh, pengujian hipotesa untuk mengambil keputusan

apakah hipotesa yang diajukan cukup meyakinkan untuk ditolak atau

diterima dengan menggunakan uju statistic Chi-Square. Untuk melihat

kemaknaan perhitungan statistik digunakan batas kemaknaan 0,05

sehingga jika nilai P<0,05 maka secara statistik disebut bermakna, jika P >

0,05 maka hasil hitung tersebut tidak bermakna. Hasil didapatkan

dengan proses komputerisasi (Sutanto, 2011).

31
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENCEGAHAN
PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH PUSKESMAS
SUNGAI AUR KABUPATEN PASAMAN BARAT
TAHUN 2017

PROPOSAL LAPORAN TUGAS AKHIR

Oleh :

ADE ANGRIANI
NIM. 1313201001

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
FORT DE KOCK BUKITTINGGI
TAHUN 2017

32
LEMBAR KONSULTASI

Nama : Ade Angriani


NIM : 13131001
Judul : Faktor-faktor yang berhubungan dengan Pencegahan
Pneumonia pada balita di wilayah Puskesmas Sungai Aur
Kabupaten Pasaman Barat tahun 2017

Dosen pembimbing I : DR. Hj. Evi Hasnita, S.Pd, Ns. M.Kes

No Hari/tanggal Materi Konsultasi Hasil Paraf


Konsultasi pembimbing

33
LEMBAR KONSULTASI

Nama : Ade Angriani


NIM : 13131001
Judul : Faktor-faktor yang berhubungan dengan Pencegahan
Pneumonia pada balita di wilayah Puskesmas Sungai Aur
Kabupaten Pasaman Barat tahun 2017

Dosen pembimbing II : Sukarsi Rusti, SKM, M.Epid

No Hari/tanggal Materi Konsultasi Hasil Paraf


Konsultasi pembimbing

34

Anda mungkin juga menyukai