Bentuk Putusan
Bentuk Putusan
Bentuk Putusan
b. Nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal, jenis kelamin, kebangsaan,
tempat tinggal, agama dan pekerjaan terdakwa;
d. Pertimbangan yang disusun secara ringkas mengenai fakta dan keadaan beserta
alat-pembuktian yang diperoleh dari pemeriksaan di sidang yang menjadi dasar
penentuan kesalahan terdakwa;
1
Indonesia, Undang-Undang tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, Undang-Undang No. 8
Tahun 1981, Lembar Negara Tahun 1981 Nomor 76, TLN. No. 3209. Ps. 1 angka 11
i. Ketentuan kepada siapa biaya perkara dibebankan dengan menyebutkan
jumlahnya yang pasti dan ketentuan mengenai barang bukti;
k. Perintah supaya terdakwa ditahan atau tetap dalam tahanan atau dibebaskan;
l. Hari dan tanggal putusan, nama penuntut umum, nama hakim yang memutus
dan nama panitera;
Persyaratan diatas berlaku secara kumulatif artinya jika tidak terpenuhinya salah satu
poin maka surat putusan batal demi hukum.2 Dalam putusan Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat terhadap terdakwa Pollycarpus Budihari Priyanto dapat dikatakan telah memenuhi
ketentuan-ketentuan pada Pasal 197 KUHAP karena tidak terdapat adanya suatu kesalahan
dan telah memuat seluruh syarat formil tersebut.
Putusan dari Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat ini merupakan surat
putusan yang menyatakan terdakwa bersalah melakukan tindak pidana atau disebut surat
putusan pemidanaan hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 193 ayat (1) KUHAP yaitu
jika pengadilan berpendapat bahwa terdakwa bersalah melakukan tindak pidana yang
didakwakan kepadanya, maka Pengadilan menjatuhkan pidana. Dan untuk itu dalam
Amarnya majelis hakim memutus terdakwa akan tetap ditahan sesuai putusan pidananya
hal ini sesuai dengan Pasal 193 ayat (2) huruf b KUHAP bahwa dalam hal terdakwa ditahan,
pengadilan dalam menjatuhkan putusannya, dapat menetapkan terdakwa tetap ada
dalam tahanan atau membebaskannya, apabila terdapat alasan cukup untuk itu.
2. Pertimbangan Hakim
2
Undang-Undang tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, Ps. 197 ayat (2)
Sehubungan dengan pembuktian pasal tersebut terdapat hal yang perlu digarisbawahi
ialah majelis hakim sependapat dengan Terdakwa bahwa terdapat dua pertanyaan pokok
yang harus dijawab yaitu : apakah seorang Pollycarpus (Terdakwa) yang berkerja
sebagai Pilot Garuda mempunyai kepentingan membunuh seorang Munir?. Apakah
benar dalam diri seorang pilot Garuda bernama Pollycapus terdapat motivasi dan niat
yang menyakinkan sehingga ia dianggap punya kepentingan untuk melenyapkan nyawa
Munir?;. Menurut majelis hal ini sangat erat kaitannya dalam membuktikan usut dengan
sengaja, yang nantinya akan berujung dengan jawaban dari motivasi atau alasan dari
terdakwa dalam melakukan tindak pidananya.
Namun di sini terdapat kekeliruan menurut kami, motif dari suatu tindak pidana
bukanlah suatu hal yang dominan untuk harus dibuktikan. Unsur motif tidak harus
dibuktikan, namun motif bisa digunakan sebagai salah satu cara untuk menunjukkan unsur
sengaja.3 Akan tetapi dalam hal ini Hakim menempatkan Motif sebagai hal pokok yang
harus dibuktikan untuk membuktik adanya unsur kesengajaan. Bahkan Jan Remmelink,
guru besar dan mantan Jaksa Agung Belanda, mengatakan bahwa motif justru dijauhkan
dari rumusan delik. Remmelink menulis pembuat Pasal 340 KUHP Belanda menempatkan
motif pelaku sejauh mungkin di luar perumusan delik. Menurut Prof. Eddy O.S Hiariej,
Ada tiga hal penting dalam pembunuhan berencana sebagaimana diatur dalam Pasal 340
KUHP. Pertama, pelaku ketika memutuskan kehendak untuk melakukan dalam keadaan
tenang. Kedua, ada tenggang waktu yang cukup antara memutuskan kehendak dan
melaksanakan perbuatan. Ketiga, ketiga adalah pelaksanaan perbuatan dilakukan dalam
keadaan tenang.
Dalam hal ini Majelis hakim dalam pertimbangannya cukup terjebak dalam
membuktikan motivasi dari terdakwa untuk membuunuh Munir. Pada akhirnya Hakim
sampai pada kesimpulan bahwa bahwa Terdakwa Pollycarpus menghendaki agar Munir
tidak vokal mengkritik Pemerintah sehingga pengadilan berpendapat bahwa Terdakwa
mempunyai daya bathin atau motivasi atau alasan untuk menghilangkan jiwa Munir
dengan kata lain pada diri Terdakwa terdapat motivasi untuk menghilangkan jiwa Munir.
Akan tetapi diakhir pembuktian Majelis Hakim pun sedikit mengenyampingkan motif
dengan mengatakan bahwa Terdakwa telah melakukan perbuatan persiapan untuk
memasukkan racun arsen ke dalam tubuh Munir; dan Terdakwa dengan kesadaran penuh
3
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt57e4aaf2730e6/pro-kontra-motif-dalam-kasus-pembunuhan-
berencana diakses pada tanggal 23 April 2017 pukul 21.18 WIB
telah mengetahui akibat yang akan dialami Munir apabila di dalam tubhnya dimasukkan
racun arsen. Hal tersebut menurut hakim telah cukup untuk membuktikan unsur
kesengajaan. Pertimbangan hakim tersebut pun sejalan dengan pendapat dari ahli yang
telah dikemukakan diatas.