A. Pengertian
Leukemia adalah keganasan hematologi yang diakibatkan oleh
proses neoplastik yang disertai gangguan diferensiasi (maturation arrest)
pada berbagai tingkatan sel induk hematopoetik sehingga mengakibatkan
terjadinya ekspensi progresif dari kelompok sel ganas tersebut dalam
sumsum tulang. Dan sel leukemia tersebut beredar secara sistemik (Bakta,
2006).
4. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan darah
Bertujuan untuk memeriksa jumlah leukosit, eritrosit, dan platelet.
Dalam pemeriksaan darah ini ditemukan jumlah leukosit yang
sangat tinggi, rendahnya kadar trombosit dan hemoglobin.
b. Pemeriksaan Biopsi
Merupakan suatu pemeriksaan untuk mengetahui ada atau
tidaknya sel-sel leukemia di dalam sumsum tulang belakang.
Dalam pemeriksaan ini diperlukan bantuan anestesi lokal
untuk membantu mengurangi rasa sakit. Pemeriksaan biopsi
ini menggunakan 2 cara umum, yaitu :
1) Aspirasi sumsum tulang, yaitu biopsi dengan
menggunakan jarum berongga tebal, yang diambil hanya
sumsum tulang.
2) Biopsi sumsum tulang yaitu jenis biopsi menggunakan
jarum berongga sangat tebal untuk mengangkat sepotong
kecil tulang dan sumsum tulang.
c. Sitogenik
Pemeriksaan ini bertujuan untuk meneliti kromosom dengan
meggunakan sampel sel darah atau kelenjar getah bening.
Bila ditemukan kromosom yang abnormal maka tes juga
dapat menunjukkan jenis leukemia yang diderita.
d. Spinal Tap
Merupakan pemeriksaan dengan pengambilan beberapa
cairan cerebrospinal (cairan yang mengisi ruang didalam dan
sekitar otak dan sumsum tulang belakang) menggunakan
jarum panjang tipis yang digunakan untuk mengeluarkan
cairan dari tulang punggung bagian bawah. Prosedur ini
memerlukan waktu sekitar 30 menit dan dilakukan dengan
anestesi lokal. Pasien berbaring selama beberapa jam
setelahnya, agar tidak pusing, kemudian akan diperiksa cairan
untuk meneliti adanya sel-sel leukemia atau tanda-tanda lain
dari masalah yang dialami
e. Pemeriksaan darah terapi
Menunjukkan pansitopenia, limfositosis dan terdapat
adanya sel blast yang merupakan gejala patognomik
terjadinya leukemia. (Bakta, 2006)
5. Komplikasi
Komplikasi AML menurut Bakta (2006) adalah sebagai berikut :
a. Perdarahan karena terjadinya trombositopenia
b. Infeksi sepsis karena terjadinya fagositosis dari leukosit
c. Aplasia sumsum tulang dan gangguan fungsi organ akibat
pemberian obat sitostatika
d. Hipokalemia atau hiperkalemia karena gagal ginjal akut
e. Hipoalbumin akibat pengikatan oleh fosfat yang dikeluarkan
oleh limfoblast kalsium
f. Hiperkalsemia karena adanya pembesaran suatu bahan
yang mempunyai aktivitas seperti hormon paratiroid
g. Organomegali
6. Penatalaksanaan Medis
a. Transfusi Darah
Tindakan ini hanya diberikan pada pasien dengan kadar Hb
kurang dari 7gr/dL, pada pasien dengan trombositopenia
berat dan perdarahan pasif dapat diberikan transfusi trombosit
(Bakta, 2006).
b. Pemberian Kortikosteroid
Pemberian prednisone ini dikurangi sedikit demi sedikit dan
akhirnya dihentikan setelah dicapai remisi dosis yang
diharapkan (Bakta, 2006).
c. Tindakan Kemoterapi
Kemoterapi merupakan bentuk terapi utama dan pada
beberapa kasus dapat menghasilkan perbaikan yang
berlangsung sampai setahun atau lebih. Obat yang biasanya
digunakan meliputi daun orubcin, hydrochloride
(cerubidine), cytarabine (Cytosar-U), dan mercaptopurine
(purinethol) (Handayani,2008). Obat ini mengandung zat
yang dapat merusak dan membunuh sel normal dan sel
kanker, serta menghambat tumor malignan (Bakta, 2006).
d. Imunoterapi
Untuk merangsang sistem kekebalan tubuh dalam melawan
penyakit kanker (Bakta, 2006).
C. Diagnosa Keperawatan
Menurut Wong ( 2004 : 596-610) diagnosa keperawatan pada
anak dengan leukimia adalah:
1. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem
pertahanan tubuh.
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan akibat
anemia.
3. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
mual dan muntah.
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens
kemoterapi, radioterapi, imobilisasi.
5. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kehilangan nafsu makan.
D. Fokus Intervensi
1. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem
pertahanan tubuh.
Tujuan : Tidak ada tanda dan
gejala infeksi sistemik Kriteria hasil :
a. Terbebas dari tanda-tanda infeksi (kolor, dolor, ubor, tumor,
fungsiolaesa)
b. Pasien mampu menunjukkan kemampuan untuk
mencegah timbulnya infeksi
c. Jumlah leukosit dalam batas normal
Intervensi Risiko Infeksi
Intervensi Rasional
1. Kaji tanda-tanda infeksi 1. Untuk mengetahui adanya
2. Pantau tanda-tanda vital tanda-tanda infeksi
3. Berikan lingkungan yang 2. Hipertermia lanjut terjadi pada
bersih dan nyaman beberapa tipe infeksi dan
4. Lakukan perawatan infus demam.
5. Kolaborasi pemberian obat 3. Untuk meminimalkan terjadinya
antibiotik infeksi
4. Balutan basah menyebabkan
kulit iritasi dan memberikan
media untuk pertumbuhan
bakteri, peningkatan resiko
infeksi
5. Membantu mengurangi
terjadinya
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan infeksiakibat anemia.
kelemahan
6.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien
dapat melakukan aktivitas.
Kriteria hasil :
a. Laporan peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur
b. Berpartisipasi dalam aktifitas sehari-hari sesuai tingkat
kemampuan
c. Menunjukkan penurunan tanda psikologis tidak toleran missal
: nadi
d. Pernafasan dan tekanan darah masih dalam batas normal.
Intervensi Intoleransi Aktivfitas
Intervensi Rasional
1. Kaji laporan kelemahan, 1. Efek leukemia, anemia dan
perhatikan kemoterapi mungkin komulatif
ketidakmampuan untuk (khususnya selama fase
berpartisipasi dalam pengobatan, akut dan aktif)
aktifitas sehari-hari 2. Menghambat energi keluar
2. Berikan lingkungan tenang untuk aktivitas dan energi
dan periode istirahat tanpa dipergunakan untuk
gangguan. regenerasi seluler/
3. Implementasi teknik penyembuhan jaringan.
pengematan energi, bantu 3. Memaksimalkan sediaan energi
ambulasi atau aktivitas untuk tugas perawatan diri.
sesuai
3. Risiko indikasi
tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan
dengan kehilangan berlebihan, pemasukan cairan yang menurun.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
keseimbangan cairan pasien terpenuhi.
Kriteria hasil :
a. Menunjukkan volume cairan adekuat
b. Mengidentifikasi faktor resiko individual dan intervensi yang
cepat
c. Melakukan perubahan pola hidup / perilaku untuk
mencegah terjadinya deficit volume cairan.
Intervensi Resiko Tinggi Terhadap Kekurangan Volume Cairan
Intervensi Rasional
1. Awasi masukan/keluaran 1. Penurunan sirkulasi sekunder
perhatikan penurunan urine terhadap destruksi dan
pada adanya pemasukan pencetusnya pada tubulus ginjal
adekuat dan atau terjadi batu ginjal dapat
menimbulkan retensi urine atau
gagal ginjal
2. Awasi tekanan darah dan 2. Perubahan tekanan darah dan
frekuensi jantung frekuensi jantung dapat
menunjukkan efek hipovolemia.
3. Inspeksi kulit/membran 3. Supresi sumsum tulang dan
mukosa untuk petekie area produksi trombosit
ekimotik : perhatikan menempatkan pasien pada risiko
perdarahan gusi, perdarahan spontan tak
perdarahan lanjut dari sisi terkontrol
tusukan invasiv 4. Mempertahankan
4. Berikan cairan IV sesuai keseimbangan cairan/elektrolit
indikasi pada tidak ada pemasukan oral.
5. Menghilangkan mual, muntah
sehubungan dengan pemberian
5. Berikan obat sesuai indikasi agen kemoterapi
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agen
kemoterapi, radioterapi, imobilisasi
Tujuan : Keadaan kulit pasien tetap baik.
Kriteria hasil :
a. Integritas kulit yang baik dapat dipertahankan (sensasi,
elastik, temperatur, hidrasi, pigmentasi)
b. Tidak ada lesi pada kulit
c. Perfusi jaringan baik, tidak terdapat kemerahan
d. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan
kelembaban kulit dan perawatan diri.
Intervensi Kerusakan Integritas Kulit
Intervensi Rasional
Jabbour, E., Cortes, J.E., Giles, F.J., OBrien, S., Kantarijan H.M. 2007. Current
and Emerging Treatment Option in Chronic Myeloid
Leukemia. American Cancer Society,109(11):2171-2181
Kurnianda, Johan. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Sudoyo, A. W., dan Setiyohadi, B. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II,
Ed. 4. Jakarta : FKUI.
Whaley dan Wong. 2006. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Edisi 2, Jakarta :
EGC.