Anda di halaman 1dari 8

1

A. PENDAHULUAN Hukum kewarisan Islam adalah hukum yang mengatur segala sesuatu yang berkenaan

Dalam kehidupan modern saat ini, yang mana semakin berkembangnya pola pikir dengan peralihan hak dan kewajiban atas harta kekayaan seseorang setelah ia meninggal dunia

manusia sehingga mempengaruhi segala bidang kehidupan. Namun, pada kali ini akan dibahas kepada ahli warisnya.5

lebih khusus mengenai aspek social dan individu manusia itu sendiri, yaitu masalah warisan Idris Jafar dan Taufik Yahya menjelaskan pengertian warisan Islam sebagai seperangkat

dan wasiat yang mana hal ini sangat rentan akan kericuhan jika pelaksaan dan pemahamannya aturan-aturan hukum tentang pemindahan hak pemilikan harta peninggalan pewaris, mengatur

tidak benar. kedudukan ahli waris yang berhak dan bagian masing-masing secara adil dan sempurna sesuai

Kehadiran sistem waris dan wasiat dalam hukum Islam sangat penting artinya sebagai dengan ketentuan syariat.6

penangkal kericuhan dalam keluarga. Karena ada di antara anggota keluarga yang tidak berhak Jadi dapat disimpulkan bahwa waris adalah perpidahan harta ahli waris kepada pewaris

menerima harta peninggalan dengan jalan warisan. (orang yang menerima harta warisa berdasarkan hokum yang berlaku.

B. PEMBAHASAN
2. Dasar HukumWaris
B.1 Waris
Adapun ayat Al-Quran yang berkaitan dengan kewarisan antara lain:
1. Waris
Q.S an-Nisa ayat 33 :
Warisan atau kewarisan yang sudah populer dalam bahasa Indonesia merupakan kata

yang diambil dari bahasa Arab yang artinya mewarisi,1 atau dari kata

yang berarti berpindahnya harta si fulan (mempusakai harta si fulan).2
Artinya : Bagi tiap-tiap harta peninggalan dari harta yang ditinggalkan ibu bapak dan karib
Dalam istilah, kata waris dapat diartikan sebagai suatu perpindahan berbagai hak dan
kerabat, Kami jadikan pewaris-pewarisnya. dan (jika ada) orang-orang yang kamu telah
kewajiban serta kekayaan orang yang telah meninggal dunia kepada orang yang masih hidup.3
bersumpah setia dengan mereka, Maka berilah kepada mereka bahagiannya. Sesungguhnya
Dalam literatur fiqh Islam, kewarisan (al-muwarits kata tunggalnya al-mirats ) lazim
Allah menyaksikan segala sesuatu.
juga disebut dengan faraidh, yaitu jamak dari kata faridhah diambil dari kata fardh yang
Q.S an-Nisa ayat 7 :
bermakna ketentuan atau takdir . Al-fardh dalam terminology syari ialah bagian yang telah

ditentukan untuk ahli waris.4

1 Ahmad Warson al-Munawir, Kamus al-Munawir, Yogyakarta: Pondok Pesantren al- Munawir, 1984, h. 1655.
2 Mahmud Yunus, Kamus Bahasa Arab, Jakarta: Hida Karya, 1990, h. 496.
3 Muslich Maruzi, Pokok-pokok Ilmu Waris, Semarang: Mujahidin, 1981, h. 82. 5 Mohammad Daud Ali,Hukum Islam dan Peradilan Agama,(Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,2002)edisi 1,cet
kedua,h 120
4 Muhammad Amin Summa,Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam,(Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,2005)edisi
revisi,h 109 6 Idris Djafar dan Taufik Yahya, Kompilasi Hukum Kewarisan Islam, Jakarta: Pustaka Jaya, 1995, h. 4.
2

Artinya : Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri-isterimu, jika mereka tidak

dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, mempunyai anak. jika isteri-isterimu itu mempunyai anak, Maka kamu mendapat seperempat

baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang telah ditetapkan. dari harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang mereka buat atau (dan) seduah

Q.S an-Nisa ayat 11-12 dibayar hutangnya. Para isteri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu

tidak mempunyai anak. jika kamu mempunyai anak, Maka Para isteri memperoleh


seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau


(dan) sesudah dibayar hutang-hutangmu. jika seseorang mati, baik laki-laki maupun

perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai

seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang saudara perempuan (seibu saja), Maka bagi

masing-masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta. tetapi jika saudara-saudara seibu

itu lebih dari seorang, Maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu, sesudah dipenuhi

wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar hutangnya dengan tidak memberi mudharat

(kepada ahli waris)[274]. (Allah menetapkan yang demikian itu sebagai) syari'at yang benar-

benar dari Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Penyantun.

Artinya : Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Q.S an-Nisa ayat 176
Yaitu : bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan[272];

dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua[273], Maka bagi mereka dua pertiga dari

harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, Maka ia memperoleh separo

harta. dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang
Artinya : 176. Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah)[387]. Katakanlah: "Allah
ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak
memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu): jika seorang meninggal dunia, dan ia tidak
mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja), Maka ibunya mendapat sepertiga;
mempunyai anak dan mempunyai saudara perempuan, Maka bagi saudaranya yang perempuan
jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, Maka ibunya mendapat seperenam.
itu seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mempusakai
(Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan)
(seluruh harta saudara perempuan), jika ia tidak mempunyai anak; tetapi jika saudara
sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui
perempuan itu dua orang, Maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan oleh
siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. ini adalah ketetapan dari
yang meninggal. dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki dan
Allah. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. 12. Dan bagimu (suami-
3

perempuan, Maka bahagian seorang saudara laki-laki sebanyak bahagian dua orang saudara Artinya : Sesungguhnnya Allah SWT. telah memberi kepada orang yang berhak atasa haknya.

perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, supaya kamu tidak sesat. dan Allah Ketahuilah! Tidak ada wasiat kepada ahli waris. (H.R. Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, dan
8
Maha mengetahui segala sesuatu. Ibnu Majah)

Q.S al-Ahzab 6 :
3. Filosofi Waris

Seperti telah disebutkan diawal bahwa ketentuan Kewarisan telah diatur sedemikian

rupa dalam Al-Quran. Dibandingkan dengan ayat-ayat hukum lainnya, ayat-ayat hukum inilah

yang paling tegas dan rinci isi kandungannya. Ini tentu ada hikmah yang ingin di capai oleh Al-
Artinya :6. Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka
Quran tentang ketegasan hukum dalam hal Kewarisan.
sendiri[1200] dan isteri-isterinya adalah ibu-ibu mereka. dan orang-orang yang mempunyai Berikut ini ada beberapa hikmah adanya pembagian waris menurut hukum islam.9

hubungan darah satu sama lain lebih berhak (waris-mewarisi) di dalam kitab Allah daripada a. Pembagian waris dimaksudkan untuk memelihara harta (Hifdzul Maal). Hal ini
sesuai dengan salah satu tujuan Syariah (Maqasidus Syariah) itu sendiri yaitu
orang-orang mukmim dan orang-orang Muhajirin, kecuali kalau kamu berbuat baik[1201]
memelihara harta.
kepada saudara-saudaramu (seagama). adalah yang demikian itu telah tertulis di dalam kitab
b. Mengentaskan kemiskinan dalam kehidupan berkeluarga.
(Allah). c. Menjalin tali silaturahmi antar anggota keluarga dan memeliharanya agar tetap
utuh.
Adapun hadits yang mengenai Hukum waris antara lain :
d. Merupakan suatu bentuk pengalihan amanah atau tanggung jawab dari seseorang

kepada orang lain, karena hakekatnya harta adalah amanah Alloh SWT yang harus
dipelihara dan tentunya harus dipertanggungjawabkan kelak.
e. Adanya asas keadilan antara laki-laki dan perempuan sehingga akan tercipta
Artinya : Telah mengabarkan kepada kami dari Musa bin Ismail dari Wuhaib dari Ibnu Thaus
kesejahteraan sosial dalam menghindari adanya kesenjangan maupun kecemburuan
dari bapaknya dari Ibnu Abbas ra. Dari Nabi SAW. bersabda: "Berikanlah bagian-bagian
sosial.
tertentu kepada orang-orang yang berhak. Dan sisanya untuk orang lakilaki yang lebih utama f. Melalui sistem waris dalam lingkup keluarga.
g. Selain itu harta warisan itu bisa juga menjadi fasilitator untuk seseoranng
(dekat kekerabatannya). (HR.Bukhari dan Muslim).7
membersihkan dirinya maupun hartanya dari terpuruknya harta tersebut.

h. Mewujudkan kemashlahatan umat islam.
i. Dilihat dari berbagai sudut, warisan atau pusaka adalah kebenaran, keadilan, dan
kemashlahatan bagi umat manusia.
j. Ketentuan hukum waris menjamin perlindungan bagi keluarga dan tidak merintangi
kemerdekaan serta kemajuan generasi ke generasi dalam bermasyrakat.

8 As Shanani, Muhammad bin Ismail. tt. Subulussalam. Bandung: Dahlan Surabaya: Al Ikhlas, Terjemah
Subulussalam,trj Abu Bakar Muhammad
7 Abu Abdillah al-Bukhary, Sahih al-Bukhari, Juz. 4, Beirut: Dar al-Fikr, 1410 H/1990 M, h. 189. 9 Aripin, Jaenal, Filsafat Hukum Islam : Tasyri dan Syari, UIN Jakarta Press (Jakarta : 2006), h.130.
4

Adapun Asas pembagian 2:1 di jajaran kalangan umat islam. Maksud dari asa 2:1 adalah secara etimologi bermakna suami.isteri, ini berarti perkawinan dikatakan sah apabila
kaum laki-laki mendapatkan dua sedangkan kaum perempuan mendapatkan 1 bagian atau
telah dilaksanakan akadnikah.
dengan kata lain, separuh dari bagian kaum laki-laki. Asas waris 2:1 ini dinilai oleh sebagian
c) Hubungan Wala
kalangan, khususnya dikalangan Feminis gender. Menurut mereka asas tersebut merupakan
asas yang cenderung diskriminatif kepada perempuan karena mengesampingkan asas keadilan Hubungan wala merupakan hubungan suatu kekrabatan yang disebabkan oleh adanya
semata.
pemerdekaan budak oleh tuannya.12Adapun dalil yang dapat dijadikan pegangan untuk
Filosofi mengenai besarnya bagian laki-laki ini bisa jadi disebabkan karena laki-laki
hubungan wala terdapat pada surat an-Nisa ayat 33.
mengemban tanggung jawab yang lebih besar dalam keluarga, bila ia ingin menikah pun, laki-
laki harus membayar mahar dalam perkawinan. Sedangkan kaum perempuan secara umum b. Halangan Mendapat Warisan
tidak dibebani kewajiban untuk membiayai kehidupan rumah tangganya apalagi membayar
Di dalam kewarisan Islam ada beberapa hal tentang halangan seseorang
maskawin.10
mendapatkan hak kewarisan, diantaranya yang dapat menjadi pengahalang bagi seseorang ahli
4. Syarat dan Terhalangnya Ahli Waris
waris untuk mendapatkan warisan adalah :
a. Sebab-Sebab Mendapatnya Waris
a) Perbudakan
Ada beberapa hal yang dalam Islam untuk menentukan seseorang itu
Seorang budak di pandang tidak cakap menguasai harta benda. Status keluarga terhadap
berhakmendapatkan kewarisan apabila mempunyai sebab-sebab dari seseorang dapatmenerima
kerabat-kerabatnya sudah putus, karena ia menjadi keluarga asing13
harta si pewaris. Ada tiga sebab seseorang mendapatkan kewarisan,yaitu :
b) Pembunuh
a) Hubungan Kekerabatan
Seseorang bisa terhalangi untuk mendapatkan hak waris oleh si pewarisnya apabila ia
Hubungan kekerabatan disebabkan oleh adanya unsur hubungan darahdan hubungan ini
melakukan suatu perbuatan membunuh maka terhalanglah baginya untuk mendapatkan
ditentukan dengan adanya kelahiran sehingga setiap anakyang dilahirkan mempunyai
warisan, sebagaimana hadits Nabi saw dari Abu Hurairah menurut riwayat an-NasaI
hubungan kerabat dengan anak lainnya. menurut Imam Hanafimengatakan hubungan
dan Daruquthni yang artinya :
kekerabatan terjadi setelah adanya akad nikah yangsah, ini berarti bila berstatus suami
Artinya : Seseorang yang membunuh tidak berhak menerima warisan dari orang yang
dan isteri yang sah lalu lahir anak, maka anak itu mempunyai hubungan kekerabatan
dibunuhnya . 14
dengan ayah dan ibunya.11
Adapun bentuk-bentuk pembunuhan yang menjadi pengahalang untuk mendapatkan
b) Hubungan Perkawinan
kewarisan, para ulama berbeda pendapat dalam hal ini:
Perkawinan yang sah meyebabkan adanya hukum saling mewarisi antara suami dan

isteri, sebagaimana dalam surat an-Nisa ayat 12. Pada ayat di atas kata azwaju
12 Muhammad Al-Kodri, Ushul Fiqh, ( Mesir : Mathbaah al-Tijariah Kubra, 1956 ), Jil. II, h. 155
10 Ibid h. 133. 13 Idris Ramulyo, Perbandingan Pelaksanaan Hukum Kewarisan Islam Dengan Kewarisan Menurut Kitab

11 Amir Syarifuddin, Pelaksanaan Kewarisan Islam Dalam Lingkungan Adat Minang Kabau, (Jakarta : Gunung Undang-Undang Hukum Perdata (BW), Jakarta: Sinar Grafika, Cet I, h. 110

Agung, 1984 ), Cet. I, h. 30 14 Abdullah bin Abdurrahman al-Bassam, Syarah Bulughul Maram, ( Jakarta : Pustaka Azzam, 2006 ), Jil. V, h. 208
5

1) Menurut pendapat yang kuat dikalangan imam syafiI, bahwa pembunuhan dalam B.2 Wasiat

bentuk apapun bisa menjadi penghalang bagi seseorang untuk mendapatkan 1. Pengertian Wasiat

kewarisan. Istilah wasiat diambil dari washaitu-ushi asy-syaia (aku menyambung sesuatu).

2) Menurut Imam Malik, hanya pembunuhan yang disengaja yang menjadi Dalam syariat, wasiat adalah penghibahan benda, piutang, atau manfaat oleh seseorang kepada

penghalang seseorang untuk mendapatkan hak kewarisan. orang lain dengan ketentuan bahwa orang yang diberi wasiat memiliki hibah tersebut setelah

3) Menurut Imam Hambali, pembunuhan yang menjadi pengahalang untuk kematian orang yang berwasiat. Menurut asal hukum, wasiat adalah suatu perbuatan yang

mendapatkan kewarisan adalah pembunuhan yang tidak dengan hak, sedangkan dilakukan dengan sukarela dalam segala keadaan. Karenanya, tak ada dalam syariat Islam

pembunuhan dengan hak tidak menjadi penghalang seseorang untuk mendapatkan sesuatu wasiat yang wajib dilakukan dengan jalan putusan hakim.18

kewarisan. Karena pelakunya bebas dari sanksi akhirat. Sementara menurut Abd Al-Rahim dalam bukunya Muhadlarat fi Al-Mirats Al-

4) Menurut Imam Hanafi, yang menjadi penghalang untuk mendapatkan kewarisan Muqaran, mendefinisikan wasiat adalah tindakan sukarela seseorang memberikan hak kepada

adalah pembunuhan yang dikenai sanksi qishas, sedangkan pembunuhan yang orang lain untuk memiliki sesuatu baik berupa benda atau manfaat secara sukarela dan tidak

tidak dikenai qishas tidak mengahalangi kewarisan.15 mengharapkan imbalan (tabarru) yang pelaksanaannya ditangguhkan setelah peristiwa

c) Berbeda Agama kematian orang yang memberi wasiat.19

Adapun orang yang berhak mendapatkan hak waris dari si pewaris nya apabila ia Secara etimologi wasiat mempunyai beberapa arti yaitu menjadikan, menaruh kasih

mempunyai agama yang sama dengan pewarisnya, maksud perbedaan agama adalah si saying, menyuruh dan menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang lainnya. Secara

pewaris mempunyai agama tertentu sedangkan ahli warisnya mempunyai agama lain. terminologi wasiat adalah pemberian seseorang kepada orang lain baik berupa barang, piutang

Mengenai hak mewarisi orang kafir dari orang muslim atau sebaliknya.16 atau manfaat untuk dimiliki oleh orang yang diberi wasiat sesudah orang yang berwasiat mati.20

d) Hilang tanpa Berita Fuqoha Malikiyah, Syafiiyah dan Hanabilah mengemukakan, wasiat adalah suatu

Karena seseorang hilang tanpa berita tak tentu di mana alamat dan tempat tinggalnya transaksi yang mengharuskan si penerima wasiat berhak memiliki 1/3 harta peninggalan si

selama 4 tahun atau lebih, maka orang tersebut di anggap mati karena hukum (mati pemberi setelah meninggal, atau yang mengharuskan penggantian hak 1/3 harta si pewasiat

hukmy) dengan sendirinya tidak mewarisi (mafqud). Menyatakan mati tersebut harus kepada penerima. kompilasi hukum islam mendefinisikan wasiat adalah pemberian suatu benda

dengan putusan hakim17

15 Suhrawardi Lubis, Komis Simanjuntak, Hukum Waris Islam, ( Jakarta : Sinar Grafika, 1995 ), hml. 54
16 Saleh al- Fauzan, Fiqh Sehari-hari, ( Jakarta : Gema Insani Press, 2005 ), h. 530-531 18 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2008), Jilid 4, hlm.523.
19 Abd Al-Rahim, al-Muhadlarat fi al-Mirats al-Muqaran, (Kairo : t.p., t.t.), hlm.117
17 Idris Ramulyo, Perbandingan Hukum Kewarisan Islam Dengan Kewarisan Menurut KitabUndang-Undang
Hukum Perdata (BW), (Jakarta: Sinar Grafika, 1994)h 112 20 Fatchur Rahman, 1979,Ilmu Waris,Jakarta: Bulan Bintang,h. 63.
6

dari pewaris kepada orang lain atau lembaga yang akan berlaku setelah pewaris meninggal 2. Dasar Hukum Wasiat

dunia.21 Adapun ayat Al-Quran yang mengenai Wasiat antara lain :

Ini berbeda dengan wasiat wajibah. Wasiat wajibah merupakan kebijakan penguasa

yang bersifat memaksa untuk memberikan wasiat kepada orang tertentu dalam keadaan
Artinya :180. Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-
tertentu. Wasiat wajibah adalah suatu wasiat yang diperuntukan kepada ahli waris atau kerabat
tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, Berwasiat untuk ibu-bapak dan karib
yang tidak memperoleh bagian harta warisan dari orang yang wafat, karena adanya suatu
kerabatnya secara ma'ruf[112], (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa.
halangan syara.22 Suparman dalam bukunya Fiqh Mawaris (Hukum Kewarisan Islam),
Namun ketatapan hukum pada ayat ini akhirnya di nasakh (dihapus) oleh ayat-ayat
mendefenisikan wasiat wajibah sebagai wasiat yang pelaksanaannya tidak dipengaruhi atau
mawaris (ayat tentang harta waris), yang menjelaskan bahwa harta warisnya harus dibagikan
tidak bergantung kepada kemauan atau kehendak si yang meninggal dunia.23
kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan hak nya masing-masing. Dalam hukum yang
Adapun dasar hukum wasiat wajibah ini, menurut Fatchur Rahman, diambil secara
baru ini juga telah ditetapkan siapa saja sanak kerabat yang berhak menerima warisan si mayit,
kompromi terhadap pendapat para Ulama Salaf dan Khalaf, yakni24:
a. Kewajiban berwasiat kepada kerabat-kerabat yang tidak dapat menerima pusaka ialah berapa hak mereka masing-masing, dan siapa saja yang tidak berhak menerima warisan si
diambil dari pendapat-pendapat fuqaha dan tabiin besar ahli fiqh dan ahli hadis. Antara
mayit. Mahasuci Allah, Sang Raja yang sebenar-benarnya.25
lain Said ibn Al-Musayyab, Hasan Al-Basry, Thawus, Ahmad, Ishaq ibn Rahawaih, dan
Adapun hadits yang mengenai wasiat antara lain :
Ibn Hazm.
b. Pemberian sebagian harta peninggalan si mati kepada kerabat-kerabat yang tidak dapat

menerima pusaka yang berfungsi sebagai wasiat wajibah, bila si mati tidak berwasiat,
adalah diambil dari pendapat mazhab Ibn Hazm yang dinukil dari fuqaha tabiin dan
Artinya : Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar r.a bahwa Rasulullah SAW
pendapat Imam Ahmad.
c. Pengkhususan kerabat-kerabat yang tidak dapat menerima pusaka kepada cucu-cucu dan bersabda: Hak bagi seorang muslim yang mempunyai sesuatu yang hendak diwasiatkan,
pembatasan penerimaan sebesar 1/3 peninggalan adalah didasarkan pada pendapat Ibn
sesudah bermalam selama dua malam tiada lain wasiatnya itu tertulis pada amal
Hazm dan kaidah :
kebajikannya.26
Pemegang kekuasaan mempunyai wewenang memerintahkan perkara yang mubah,

karena ia berpendapat bahwa hal itu akan membawa kemaslahatan umum. Apabila

penguasa memerintahkan demikian, maka wajiblah ditaati.

21 Ahmad Rofiq, Fiqh Mawaris, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2012. H.438).
22 Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukun Islam, (Jakarta : PT Ikhtiar Baru Van Hoeve, 2000), Jilid 6, hlm.1930.
23 Suparman, Fiqih Mawaris (Hukuk Kewarisan Islam), (Jakarta : Gaya Media Pratama, 1997), hlm.163. 25 Aidh al Qarni, Tafsir Muyassar,. h. 138
24 Ibid.188-189. 26 Bukhr, 1992, Al-Bukhr, Beirut: Dar al-Fikr, Juz II, 149 -
7

Artinya : Dari Saad bin Abi Waqqash r.a., dia berkata: aku bertanya kepada Rasulullah SAW, ...

katanya: Ya Rasulullah ! Aku (termasuk) orang yang berhartakekayaan, dan tidak ada orang
...orang-orang yang mempunyai hubungan Kerabat itu sebagiannya lebih berhak terhadap
yang akan mewarisi hartaku ini selain anak perempuanku satu-satunya. Adakah boleh aku
sesamanya (daripada yang bukan kerabat) di dalam kitab Allah. Sesungguhnya Allah Maha
sedekahkan 2/3 dari hartaku itu? Rasul menjawab: tidak (jangan) !, aku bertanya lagi: mengetahui segala sesuatu.

ataukah aku sedekahkan separuhnya? Rasul menjawab: Jangan ! aku bertanya lagi:
Kompilasi Hukum Islam yang dianggap sebagai hasil ijma ulama Indonesia,
adakah aku sedekahkan sepertiganya? Rasul menjawab: sepertiga (saja), dan sepertiga menetapkan ketentuan hukum tentang wasiat wajibah sendiri yang berbeda. Dalam pasal 209

itu sudah cukup banyak. Sungguh jika engkau tinggalkan ahli warismu itu dalam keadaan menyiratkan :
a. Subjek hukumnya adalah anak angkat terhadap orang tua angkat atau sebaliknya, orang tua
kaya, jauh lebih baik daripada engkau tinggalkan ahli warismu itu dalam keadaan fakir yang
angkat terhadap anak angkat.
akan menjadi beban orang lain (apalagi sampah masyarakat). (HR. Muttafaq Alaih )27 b. Tidak diberikan atau dinyatakan oleh pewaris kepada penerima wasiat akan tetapi
dilakukan oleh negara.
Wasiat wajibah ditetapkan untuk memberikan hak atau bagian harta kepada orang-orang c. Bagian penerima wasiat adalah sebanyak-banyaknya atau tidak boleh melebihi 1/3 (se
yang secara kekerabatan mempunyai hubungan darah, akan tetapi kedudukannya termasuk pertiga) dari harta peninggalan pewaris.
klasifikasi dzawil al-arqom atau ghairul warits. Misalnya,cucu laki-laki garis perempuan atau
cucu perempuan garis perempuan. Dalam kitab undang-undang hukum wasiat mesir No.7 3. Rukun dan Syarat Wasiat

TH1946, sebagaimana dikutip Fathurrohman, menetapkan wajibnya pelaksanaan wasiat Adapun rukun wasiat adalah sebagai berikut:28
wajibah tanpa tergantung persetujuan ahli waris, kendatipun si mayit tidak mewasiatkannnya. a. Ada orang yang berwasiat.
b. Ada yang menerima wasiat.
Bahkan pelaksanaannya harus didahulukan sebelum wasiat-wasiat yang lain di tunaikan. Sudah
c. Sesuatu yang diwasiatkan, disyaratkan dapat berpindah milik dari seseorang kepada
barang tentu di laksanakan setelah kebutuhan perawatan jenazah di penuhi dan pelunasan orang lain.
hutang si mayit di bayar. d. Lafaz (kalimat) wasiat.

Dalam posisi sebagai dzawil al arham yang memiliki kekerabatan,dapat dirasakan Sebanyak-banyaknya wasiat adalah sepertiga dari harta dan tidak boleh lebih dari itu
ketidak adilan, jika umpamanya sisa harta Yang masih ada setelah di ambil as habul di kecuali apabila diizinkan oleh semua ahli waris sesudah orang yag berwasiat itu meninggal.
serahkan ke baitul mal yang pada akhirnya bermanfaat juga pada kepentingan kaum muslimin. Rasulullah Saw bersabda:
Atau boleh jadi disebabkan karena orang tua ahli waris dzawil arqam tersebut meninggal dunia
terlebih dahulu dari pada muwarris. Sebab sekiranya, orang tuanya tidak lebih dahulu
meninggal dunia, maka mereka juga padasaatnya akan menerima bagian melalui orang tuanya. Dari Ibnu Abbas, berkata: alangkah baiknya jika manusia mengurangi wasiat
Firman Allah SWT: mereka dari sepertiga ke seperempat. Karena sesungguhnya Rasulullah Saw telah bersabda:
wasiat itu sepertiga, sedangkan sepertiga itu sudah banyak. (HR Bukhari dan Muslim)
Wasiat hanya ditujukan kepada orang yang bukan ahli waris. Adapun kepada ahli waris,
wasiat tidak sah kecuali mendapat persetujuan dari semua ahli waris.
27 Ibid, 150

28 Sulaiman Rasjid,fiqh Islam,h,371


8

Rasulullah Saw bersabda: Persamaannya dari keduanya yaitu sama- sama mengalihkan kepemilikan kita kepada
orang lain. Perbedaan dari keduanya yaitu: Waris terkait dengan harta peninggalan ( tirkah),
Wasiat terkait dengan peninggalan seseorang diberikan ketika orang masih hidup
dari Abu Amamah, ia berkata, saya telah mendengar Nabi Saw bersabda. (pelaksanaannya ketika orang yang berwasiat sudah meninggal). Islam sebagai ajaran
sesungguhnya Allah menentukan hak-hak tiap ahli waris. Maka dengan ketentuan itu tidak yang universal mengajarkan tentang segala aspek kehidupan
ada hak wasiat lagi bagi seorang ahli waris (HR lima orang ahli hadis, selain Nasai) manusia,termasuk dalam hal pembagian harta warisan. Islam mengajarkan
Syarat-syarat orang yang berhak atas wasiat wajibah yaitu:29 tentang pembagian harta warisan dengan seadil - adilnya agar harta
a. Seseorang yang mendapatkan wasiat wajibah adalah bukan ahli waris. Jika ia menjadi halal dan bermanfaat serta tidak menjadi malapetaka bagi
menerima sejumlah harta warisan meskipun sedikit,maka tidak wajib wasiat keluraga yang ditinggalkannya. Dalam kehidupan di masyaraakat, tidak
untuknya. sedikit terjadi perpecahan, pertikaian, dan pertumpahan darah akibat
b. Orang yang meninggal seperti kakek atau nenek belum memberikan wasiat kepada perebutan harta warisan. Pembagian harta warisan didalam islam diberikan
anaknya. Harta tersebut mungkin telah diberikan kepada si anak, namun dengan secara detail, rinci, dan seadil-adilnya agar manusia yang terlibat
jalan hibah. didalamnya tidak saling bertikai dan bermusuhan yang terpenting
Syarat-syarat orang yang dapat diserahi wasiat adalah: pembagian harta warisan setelah di tunaikan dulu wasiat si mayat apabila
a. Beragama Islam. ia berwasiat .
b. Sudah baligh.
c. Orang yang berakal sehat.
d. Orang yang merdeka.
e. Amanah (dapat dipercaya).
f. Cakap dalam menjalankan sebagaimana yang dikehendaki oleh orang yang
berwasiat.\
Di dalam KHI Pasal 195 ayat (1) dinyatakan bahwa, Wasiat dilakukan secara lisan
dihadapan dua orang saksi, atau tertulis dihadapan dua oramg saksi, atau dihadapan notaris.
Pemberian wasiat wajibah ini dapat di pandang lebih memberikan manfaat kepada
mereka. Manfaat ini bisa dilihat sebagai upaya untuk menghindari terjadinya perpecahan di
dalam keutuhan si mayit. Karena menurut AL-Ghazali, menghindari kemudharatan adalah
bagian dari upaya mewujudkan kemaslahatan.30

C. PENUTUP

29 Hasbi Ash-Shiddieqy,Fiqhul Mawaris Hukum Waris Dalam Syariat Islam,(Jakarta:Bulan Bintang)h 295
30 Aripin, Jaenal, Op. Cit. h. 240

Anda mungkin juga menyukai