Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Sumur Resapan
Sumur Resapan
Sumur Resapan
Bangunan sumur resapan adalah salah satu rekayasa teknik konservasi air berupa bangunan yang
dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai bentuk sumur gali dengan kedalaman tertentu yang
berfungsi sebagai tempat menampung air hujan yang jatuh di atas atap rumah atau daerah kedap air
dan meresapkannya ke dalam tanah.
Sumur resapan berfungsi memberikan imbuhan air secara buatan dengan cara menginjeksikan air hujan
ke dalam tanah. Sasaran lokasi adalah daerah peresapan air di kawasan budidaya, permukiman,
perkantoran, pertokoan, industri, sarana dan prasarana olah raga serta fasilitas umum lainnya.
4. Mengurangi / menahan intrusi air laut bagi daerah yang berdekatan dengan kawasan
pantai
1. Sumur tanpa pasangan di dinding sumur, dasar sumur tanpa diisi batu belah maupun
ijuk (kosong)
2. Sumur tanpa pasangan di dinding sumur, dasar sumur diisi dengan batu belah dan ijuk.
3. Sumur dengan susunan batu bata, batu kali atau bataki di dinding sumur, dasar sumur
diisi dengan batu belah dan ijuk atau kosong.
5. Sumur menggunakan blawong (batu cadas yang dibentuk khusus untuk dinding sumur).
Pada tanah / batuan yang relatif stabil, konstruksi tanpa diperkuat dinding sumur dengan dasar sumur
diisi dengan batu belah dan ijuk tidak akan membahayakan bahkan akan memperlancar meresapnya
air melalui celah-celah bahan isian tersebut.
Pada tanah / batuan yang relatif labil, konstruksi dengan susunan batu bata / batu kali / batako untuk
memperkuat dinding sumur dengan dasar sumur diisi batu belah dan ijuk akan lebih baik dan dapat
direkomendasikan.
Pada tanah dengan / batuan yang sangat labil, konstruksi dengan menggunakan buis beton atau
blawong dianjurkan meskipun resapan air hanya berlangsung pada dasar sumur saja.
Bangunan pelengkap lainnya yang diperlukan adalah bak kontrol, tutup sumur resapan dan tutup bak
kontrol, saluran masuklan dan keluaran / pembuangan (terbuka atau tertutup) dan talang air (untuk
rumah yang bertalang air).
Sumur Resapan. Sumber: PU Cipta Karya
Ditjen Cipta Karya Departemen Pekerjaaan Umum menetapkan data teknis sumur resapan air y sebagai
berikut : (1) Ukuran maksimum diameter 1,4 meter, (2) Ukuran pipa masuk diameter 110 mm, (3)
Ukuran pipa pelimpah diameter 110 mm, (4) Ukuran kedalaman 1,5 sampai dengan 3 meter, (5) Dinding
dibuat dari pasangan bata atau batako dari campuran 1 semen : 4 pasir tanpa plester, (6) Rongga
sumur resapan diisi dengan batu kosong 20/20 setebal 40 cm, (7) Penutup sumur resapan dari plat
beton tebal 10 cm dengan campuran 1 semen : 2 pasir : 3 kerikil.
Berkaitan dengan sumur resapan ini terdapat SNI No: 03- 2453-2002 tentang Tata Cara Perencanaan
Sumur Resapan Air Hujan untuk Lahan Pekarangan. Standar ini menetapkan cara perencanaan sumur
resapan air hujan untuk lahan pekarangan termasuk persyaratan umum dan teknis mengenai batas
muka air tanah (mat), nilai permeabilitas tanah, jarak terhadap bangunan, perhitungan dan penentuan
sumur resapan air hujan. Air hujan sdslsh sir hujan yang ditampung dan diresapkan pada sumur resapan
dari bidang tadah.
1. Sumur resapan air hujan ditempatkan pada lahan yang relatif datar;
2. Air yang masuk ke dalam sumur resapan adalah air hujan tidak tercemar;
5. Hal-hal yang tidak memenuhi ketentuan ini harus disetujui Instansi yang berwenang.
Persyaratan teknis yang harus dipenuhi antara lain adalah sebagai berikut:
1. Ke dalam air tanah minimum 1,50 m pada musin hujan;
2. Struktur tanah yang dapat digunakan harus mempunyai nilai permebilitas tanah 2,0
cm/jam.
3. Jarak penempatan sumur resapan air hujan terhadap bangunan adalah: (a) terhadap
sumur air bersih 3 meter, sumur resapan tangki septik 5 meter dan terhadap pondasi
bangunan 1 meter.
a. Persiapan
1.
b. Hasil Kegiatan
Sebagai hasil kegiatan dari penyusunan rancangan berupa buku rancangan sumur resapan air yang
dilengkapi dengan lampiran data, gambar dan peta dan telah disahkan oleh instansi terkait yang
berwenang.
Gambar skematis tentang bangunan sumur resapan air dapat dilihat pada Gambar 21 berikut ini.
Gambar 21. Sumur Resapan Air
a. Persiapan
1.
1. Penyiapan kelembagaan
a) Pertemuan dengan masyarakat/kelompok dalam rangka sosialisasi
b) Pembentukan organisasi dan penyusunan program kerja
b. Pembuatan
1.
1. Penggalian tanah
1.
1. Pembersihan pipa saluran air/talang air bak control dan sal pelimpas
2. Pengerukan lumpur
d. Organisasi pelaksana.
Sebagai pelaksana pembuatan sumur resapan air adalah kelompok masyarakat setempat dibawah
koordinasi Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi kehutanan.
e. Jadwal Kegiatan
Tahapan dalam pelaksanaan sesuai dengan jadwal pelaksanaan yang tertuang dalam rancangan.
f. Hasil Kegiatan
Hasil kegiatan berupa bangunan sumur resapan yang dibuat dengan jumlah dan ukuran sesuai dengan
rancangan, dan untuk pemeliharaannya diserahkan kepada masyarakat/penduduk desa.
JAKARTA (Media): Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta harus konsisten dalam menerapkan
peraturan pembangunan rumah yang wajib menyediakan sumur resapan. Dengan sumur resapan
masyarakat bisa terhindar dari bencana banjir dan kekeringan.
Pendapat itu disampaikan Suwardi dari Proyek Pengembangan dan Pengelolaan Sumber Air Ciliwung-
Cisadane, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah,
kepada wartawan, kemarin di sela-sela workshop Strategi dan Pengembangan Teknologi Waduk
Resapan untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan.
Workshop yang diselenggarakan Kementerian Riset dan Teknologi itu dimaksudkan untuk mengatasi
masalah bencana banjir dan kekeringan dengan pendekatan teknologi.
Setiap orang yang membangun rumah, di dalam Izin Mendirikan Bangunan (IMB) telah tertuang
kewajiban untuk membangun sumur resapan. Itu sudah diatur dalam Perda Pemprov DKI Jakarta, kata
Suwardi.
Pembangunan sumur resapan, lanjutnya, merupakan teknologi sederhana untuk atasi banjir. Biasanya
dalam Koefisien Dasar Bangunan (KDB) akan dihitung berapa persen untuk membangun sumur resapan
ini. Ukuran sumur resapan pun berbeda-beda tergantung dari lokasi bangunannya. Tinggal bagaimana
kemauan si pemilik.
Suwardi menambahkan, biasanya pembangunan rumah tanpa sumur resapan tidak ada IMB-nya. Saya
sendiri tidak tahu bagaimana pemda dalam mengatasi masalah ini. Sumur resapan ini bisa dibangun
menyesuaikan keadaan. Bangunannya mirip sumur. Contohnya, ukurannya panjang satu meter, lebar
satu meter, dan kedalaman tiga meter sehingga daya tampungnya tiga kubik. Sumur ini kemudian
ditutup.
Logistik
Pada saat musim hujan, kata Suwardi, air akan masuk ke dalam sumur resapan ini kemudian diserap
menjadi air tanah. Pada musim kemarau air dari sumur resapan ini akan menjadi logistik bagi sumur-
sumur pompa sehingga setiap rumah tangga tidak terjadi krisis air.
Suwardi memperkirakan apabila terdapat dua juta rumah yang membangun sumur resapan dengan
daya tampung tiga kubik maka air yang tertampung di sumur resapan ini sebesar 6 juta kubik.
Ketika musim hujan masyarakat telah menampung enam juta kubik air. Dengan demikian telah
mengurangi jumlah air yang menggenangi permukiman.
Di Jakarta, menurut Suwardi, hanya Jakarta Utara yang tidak bisa dibuat sumur resapan, sebab akifer
atau lapisan tanah yang menembus air cukup dangkal, yakni sekitar 1 meter. Pada akifer ini akan
terdapat lapisan batu dan pasir. Karena sangat dangkal tidak bisa dibuat sumur resapan. Berbeda
dengan wilayah Jakarta lainnya yang akifernya bisa mencapai 10 meter. Jadi tidak selamanya air di
darat itu merugikan.
Sementara itu, Sutopo Purwo Nugroho dan Asep Karsidi, peneliti Badan Pengembangan dan Pengkajian
Teknologi (BPPT) memprediksi, sampai 2020 ketersediaan air masih mencukupi untuk pemenuhan
seluruh kebutuhan air, seperti keperluan rumah tangga, perkotaan, irigasi, dan lainnya. Namun secara
per pulau, jelas mereka, ketersediaan air yang ada sudah tidak mencukupi, khususnya di Pulau Jawa,
Bali, dan Nusa Tenggara.
Surplus air hanya terjadi pada musim hujan dengan durasi sekitar lima bulan, sedangkan pada musim
kemarau terjadi defisit selama tujuh bulan. Meskipun terjadi defisit air saat musim kemarau, namun
pada musim hujan, air permukaan sangat melimpah ketersediaannya sehingga menimbulkan banjir.
Lebih lanjut, Sutopo menjelaskan secara nasional ketersediaan air dari total aliran sungai di Indonesia
selama setahun mencapai 1.957.205 juta meter kubik (m3), sementara kebutuhan total pada 2003
mencapai 112.275 juta m3. Proyeksi 2020 mencapai 127.707 juta m3. Kebutuhan air dari tahun ke
tahun pun semakin meningkat, namun tidak diimbangi dengan kuantitas dan kualitas sumber daya air
di Indonesia.
Rendahnya kualitas dan kuantitas air ini, menurut Teddy W Sudinda, peneliti BPPT disebabkan
penggunaan lahan di kawasan Bogor-Puncak-Cianjur (Bopuncur) yang merupakan daerah resapan
semakin bertambah luas. (Nda/V-1)
Air tanah merupakan sumber air yang sangat penting bagi makhluk hidup. Air tanah tersebut tersimpan
dalam lapisan yang disebut akuifer. Akuifer merupakan sumber air tanah yang sangat penting. Akuifer
tersebut dapat dijumpai pada dataran pantai, daerah kaki gunung, lembah antar pegunungan, dataran
aluvial dan daerah topografi karst.
Pemakaian air tanah harus mempertimbangkan faktor kelestarian air tanah, yang meliputi faktor
kualitas dan kuantitas air. Salah satu cara mempertahankan kuantitas air tanah adalah dengan
menerapkan sumur resapan. Keuntungan yang dapat diperoleh dari pemanfaatan sumur resapan
adalah: 1. Dapat menambah jumlah air tanah. 2. Mengurangi jumlah limpasan. Infiltrasi diperlukan
untuk menambah jumlah air yang masuk kedalam tanah dengan demikian maka fluktuasi muka air
tanah pada waktu musim hujan dan kemarau tidak terlalu tajam.
Adanya sumur resapan akan memberikan dampak berkurangnya limpasan permukaan. Air hujan yang
semula jatuh keatas permukaan genteng tidak langsung mengalir ke selokan atau halaman rumah tetapi
dialirkan melalui seng terus ditampung kedalam sumur resapan. Akibat yang bisa dirasakan adalah air
hujan tidak menyebar ke halanman atau selokan sehingga akan mengurangi terjadinya limpasan
permukaan.
Pemasangan sumur resapan dapat dilakukan dengan model tunggal dan komunal. Maksud sumur
resapan model tunggal adalah satu sumur resapan digunakan untuk satu rumah, sedangkan yang
komunal satu sumur resapan digunakan secara bersama-sama untuk lebih dari satu rumah.
KATA KUNCI : Konservasi air tanah, Akuifer, Dataran alivual, Sumur resapan
I. PENDAHULUAN
Air tanah merupakan sumber air yang sangat penting bagi makhluk hidup. Air tanah tersebut tersimpan
dalam lapisan yang disebut akuifer. Akuifer merupakan sumber air tanah yang sangat penting. Akuifer
tersebut dapat dijumpai pada dataran pantai, daerah kaki gunung, lembah antar pegunungan, dataran
aluvial dan daerah topografi karst.
Akuifer ditinjau dari sistemnya terdiri dari akuifer tak tertekan, akuifer semi tertekan dan akuifer
tertekan. Akuifer dataran pantai pada umumnya berkembang sebagai daerah pemukiman yang padat
(misal Jakarta) hal ini disebabkan karena akuifer daerah ini merupakan sumber air tanah yang sangat
penting bagi daerah kota daerah tersebut. Air tanah di daerah tersebut disamping dimanfaatkan untuk
memenuhi kebutuhan kota juga digunakan untuk pertanian.
Pada Gambar 1 digambarkan mengenai hidrogeologi suatu sistem akuifer pantai yang terdiri dari tak
tertekan dengan lapisan dasar impermeable, akuifer tak tertekan dengan dasar bebas dan akuifer
tertekan. Secara lebih umum susunan hidrogeologi dalam lingkungan pantai adalah suatu jajaran
lapisan dengan berbagai kondisi terdiri dari kombinasi lapisan akuifer tertekan dan tak tertekan.
Kondisi lapisan akuifer daerah pantai pada umumnya tidak seideal dalam teori yaitu yang hanya terdiri
dari lapisan akuifer tunggal akan tetapi amatlah kompleks. Lapisan akuifer yang paling atas dapat
sebagai lapisan akuifer tertekan atau dapat juga sebagai lapisan tak tertekan. Tebal tipis lapisan akuifer
di berbagai tempat tidak sama (seragam).
Untuk menggambarkan kondisi pantai, suatu penampang hidrogeologi ideal ditunjukkan sebagai suatu
sistem akuifer pantai berlapis yang lepas pantainya diperluas hingga ke dasar tebing seperti Gambar 2.
Dalam kedaan alami, kondisi yang tidak terganggu, terdapat suatu garis kemiringan hidrolik seimbang
yang mengarah kelaut, dalam setiap akuifer dengan air tawar yang mengalir kelaut (Gambar 2.a). Di
lapisan paling atas pada akuifer tak tertekan air tawar mengalir bebas kelaut. Di bawahnya pada akuifer
tertekan air tawar mengalir ke laut melalui bocoran terus ke lapisan atas dan atau mengalir bebas
ketebing.
Yang Ideal Suatu Sistem Akuifer PantaiDi bawah kondisi steady-state suatu interface yang tidak
berubah dipertahankan bentuk dan posisinya ditentukan oleh potensi air tawar dan garis kemiringan.
Pada suatu kasus sistem satu lapisan, air laut pada dasarnya akan statis pada kondisi steady-state.
Pada sustu sistem lapisan, jika ada kebocoran vertikal air tawar kedalam suatu daerah air asin, pada
daerah ini air yang bercampur akan menjadi tidak statis.
Perubahan di dalam tanah oleh imbuhan atau perubahan luah aliran dalam daerah air tawar,
menyebabkan perubahan interface. Penurunan aliran air tawar yang masuk ke laut menyebabkan
interface bergerak ke dalam tanah dan menghasilkan intrusi air asin ke dalam akuifer. Sebaliknya
suatu peningkatan aliran air tawar mendorong interface ke arah laut. Laju gerakan interface dan
respon tekanan akuifer tergantung kondisi batas dan sifat akuifer pada kedua sisi interface.
Pada sisi dengan air asin dapat bergerak kedalam atau keluar, pada sistem akuifer efek dari gerakan
interface mempengaruhi perubahan debit air tawar di lepas pantai. Dalam suatu sistem akifer berlapis,
air asin dapat masuk akuifer oleh aliran melalui akuifer tersingkap atau bocoran yang melewati lapisan
pembatas atau lantai laut (Gambar 2 b).
Pengelolaan sumberdaya air tanah memerlukan suatu pengetahuan dinamika fisik aliran air dalam tanah
terhadap fenomena intrusi air asin. Untuk alasan ini, maka diperlukan suatu usaha meresapkan air
hujan ke dalam tanah baik secara alami maupun artifisial (buatan).
Masuknya air hujan kedalam tanah secara alami terjadi pada daerah-daerah yang porus misalnya
sawah, tanah lapangan, permukaan tanah yang terbuka, Hutan, halaman rumah yang tidak tertutup dll.
Air hujan yang jatuh ke permukaan tanah pada awalnya akan membasahi tanah, bangunan, tumbuh-
tumbuhan dan batuan. Ketika air hujan tersebut jatuh pada daerah yang berpori maka akan meresap
kedalam tanah sebagai air infiltrasi, air tersebut semakin lama akan meresap lebih dalam lagi sampai
memasuki daerah akuifer dan akirnya menjadi air tanah.
Teknologi sumur resapan dapat dibagi menjadi dua yaitu yang bersifat pasif dan aktif. Pada teknologi
sumur resapan pasif air hujan dibiarkan meresap secara alami melalui sumur buatan, sedangkan pada
sumur resapan yang bersifat aktif air dipompa (diinjeksikan) kedalam lapisan akuifer menggunakan
pompa tekanan tinggi.
1. Pelestarian sumber daya air tanah, perbaikan kualitas lingkungan dan membudayakan
kesadaran lingkungan.
1.3. Manfaat
Sumur resapan merupakan salah satu cara konsercasi air tanah. Caranya dengan membuat bangunan
berupa sumur yang berfungsi untuk memasukkan air hujan kedalam tanah.
1. Sumur resapan mempunyai manfaat untuk menambah jumlah air yang masuk ke dalam
tanah.
2. Sumur resapan dapat menambah jumlah air yang masuk kedalam tanah sehingga dapat
menjaga kesetimbangan hidrologi air tanah sehingga dapat mencegah intrusi air laut.
9. Sumur resapan dapat menambah jumlah air yang masuk kedalam tanah dan mengisi
pori-pori tanah hal ini akan mencegah terjadinya penurunan tanah.
1.4. Potensi
Gambar 3. Siklus Air dan Pemanfaatan Sumur
Resapan
Keuntungan yang dapat diperoleh dari pemanfaatan sumur resapan adalah: 1. Menambah jumlah air
tanah. 2. Mengurangi jumlah limpasan. Infiltrasi diperlukan untuk menambah jumlah air yang masuk
kedalam tanah dengan demikian maka fluktuasi muka air tanah pada waktu musim hujan dan kemarau
tidak terlalu tajam. Adanya sumur resapan akan memberikan dampak berkurangnya limpasan
permukaan. Air hujan yang semula jatuh keatas permukaan genteng tidak langsung mengalir ke selokan
atau halaman rumah tetapi dialirkan melalui seng terus ditampung kedalam sumur resapan. Akibat yang
bisa dirasakan adalah air hujan tidak menyebar ke halanman atau selokan sehingga akan mengurangi
terjadinya limpasan permukaan.
R. Haryoto Indriatmoko
II. BAHAN
Seng/Plastik digunakan untuk menampung air hujan yang berasal dari genting, selanjutnya air tersebut
dialirkan melalui paralon menuju ke sumur resapan. Paralon digunakan untuk mengalirkan air hujan
dari talang ke sumur resapan. Beton (bis beton) atau dari batu bata digunakan sebagai dinding sumur
resapan.
Gambar 4. Bahan Bis Beton Yang Digunakan Untuk
Sumur Resapan Dengan Sistem Dinding Tidak
Porus dan Porus
III. METODOLOGI
Untuk mengaplikasikan teknik pembuatan sumur resapan maka diperlukan tahap sebagai berikut:
1. Melakukan analisis curah hujan. Analisa terhadap curah hujan dimaksudkan untuk
menghitung intensitas curah hujan maksimum pada perioda ulang tertentu. Dengan
mengetahui intensitas curah hujan maksimum maka kapasitas sumur resapan akan
dapat dihitung.
4. Pemasangan sumur. Sumur resapan dapat dibangun dengan menggunakan bis beton
dengan lapisan porus atau susunan batu bata yang disusun secara teratur.
Untuk membangun sumur resapan agar dapat memberikan kontribusi yang optimum diperlukan metoda
perhitungan sebagai berikut (Sunjoto,1992) :
1. Menghitung debit masuk sebagai fungsi karakteristik luas atap bangunan dengan
formula rasional (Q=CIA, Q=debit masuk, C=koefisien aliran (jenis atap rumah),
I=intensitas hujan, A=luas atap)
3. Evaluasi jenis fungsi dan pola letak sumur pada jarak saling pengaruh guna menentukan
kedalaman terkoreksi dengan menggunakan multi well system.
Sebagai gambaran bagi kita jika akan membangun suatu sumur resapan akan tetapi tidak ingin
direpotkan oleh perhitungan yang cukuo merepotkan maka Tabel 1 dapat digunakan sebagai bahan
acuan.
IV. PERALATAN
3. Kayu/bambu
2. Penggalian baik untuk sumur itu sendiri maupun jaringan yang baerasal dari atap
rumah.
3. Pemasangan meliputi pemasangan bis beton atau batu bata dan pemasangan jaringan
dari rumah ke rumah.
Pemasangan sumur resapan dapat dilakukan dengan model tunggal dan komunal. Maksud sumur
resapan model tunggal adalah satu sumur resapan digunakan untuk satu rumah, sedangkan yang
komunal satu sumur resapan digunakan secara bersama-sama untuk lebih dari satu rumah.
Letak sumur resapan untuk yang model tunggal biasanya di halaman rumah sedang yang model
komunal dapat dipasang di bahu jalan.
Email : air@server.enviro.bppt.go.id
Sumber: http://www.kelair.bppt.go.id/Sitpa/Artikel/Sumur/sumur.html
Abstrak
Banjir dan menurunnya permukaan air tanah banyak terjadi dibeberapa kawasan perumahan. Hal
tersebut menjadi rutinitas yang terjadi setiap tahun pada musim hujan dan musim kemarau, yang
menyebabkan kerugian material antara Rp. 3 juta sampai dengan 6 juta per rumah dan berdampak
menurunnya harga rumah secara dratis. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan pembuatan sumur
resapan air atau pembangunan pompa pengendali banjir.
Kata Kunci : Banjir, sumur resapan air
I. Pendahuluan
Saat ini cukup sulit rasanya menemukan kawasan perumahan, khususnya perumahan menengah ke
bawah yang tidak hanya berlabel bebas banjir tapi benar-benar bebas dari banjir. Banjir yang semula
musibah berubah menjadi hal yang biasa, karena kerapkali terjadi dan bahkan menjadi rutinitas yang
terjadi setiap musim hujan pada suatu kawasan perumahan, seperti yang dialami beberapa kawasan
perumahan di daerah Tangerang, Jakarta, dan Bekasi . Di Tangerang beberapa kawasan perumahan
terendam air antara satu hingga tiga meter, Jakarta dan Bekasi banjir berkisar antara 20 cm sampai
satu meter.
Penghuni kawasan perumahan yang dilanda banjir nampak pasrah menerima musibah ini, mereka
kesulitan untuk pindah ke lokasi lain karena harga jual rumah turun drastis bahkan tidak ada yang
berminat untuk membelinya, seperti di Perumahan Total Persada Tangerang harga rumah tipe 21 luas
tanah 60 m2 yang telah direnovasi dengan biaya Rp. 25 juta akan dijual dengan harga yang sangat
murah (Rp.10 juta) tidak ada yang berminat membelinya. Keadaan ini membuat mereka, banjir
merupakan hal biasa dan mereka telah siap menerima kedatangannya setiap tahun.
Kawasan perumahan yang tergolong menengah ke bawah atau berlokasi dipinggiran kota, yang rata-
rata masih menggunakan air tanah sebagai sumber air bersih (tidak ada PDAM) biasanya tidak hanya
dilanda banjir pada musim hujan tetapi juga dilanda kekeringan atau menurunnya permukaan air tanah
dimusim kemarau.
Salah satu faktor yang menyebabkan banjir dan menurunnya permukaan air tanah di kawasan
perumahan adalah proses alih fungsi lahan. Proses alih fungsi lahan dari lahan pertanian atau hutan ke
perumahan akan dapat menimbullkan dampak negatif, apabila tidak diikuti oleh upaya-upaya
menyeimbangkan kembali fungsi lingkungan. Disisi lain dipicu oleh pengembangan fisik bangunan
rumah yang terlalu pesat ke arah horisontal yang menyebabkan tidak adanya lagi area terbuka sebagai
resapan air, sehingga air yang meresap ke dalam tanah menjadi kecil dan memperbesar volume aliran
air permukaan.
Solusi guna mengatasi banjir dan menurunnnya permukaan air tanah pada kawasan perumahan dapat
dilakukan dengan cara pencegahan sedini mungkin melalui perencanaan dari awal oleh pihak
pengembang perumahan (kontraktor/developer) dengan mengalokasikan lahan untuk pembuatan
konstruksi sumur resapan air atau pompa pengendali banjir.
Tulisan ini merupakan sintesa dari berbagai kejadian banjir yang melanda kawasan perumahan dan
pengetahuan tentang konstruksi sumur resapan air yang dikumpulkan dari berbagai sumber dengan
harapan dapat dijadikan bahan masukan bagi para pengembang perumahan dan Intansi yang terkait
dalam mewujudkan kawasan perumahan yang berwawasan lingkungan.
Berbagai aktivitas manusia dan derap pembangunan yang berkembang pesat akan mengakibatkan
semakin meningkatnya kebutuhan terhadap lahan. Perubahan penggunaan lahan dari lahan pertanian
dan hutan menjadi lahan untuk perumahan, akan berpengaruh pada berkurangnya tingkat peresapan
air ke dalam tanah yang menyebabkan banjir pada musim hujan dan menurunnya permukaan air tanah.
Terjadinya banjir pada kawasan perumahan dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya :
Sistem drainase suatu kawasan perumahan biasanya direncanakan sesuai dengan jumlah volume air
permukaan yang berasal dari rumah-rumah per-blok dengan kondisi rumah yang standar (rumah belum
dikembangkan). Kondisi ini yang membuat dimensi saluran drainase tidak dapat menampung lagi
volume air permukaan sejalan dengan pengembangan rumah-rumah, yang berakibat terjadinya
genangan-genangan air bahkan banjir pada kawasan tersebut dan sekitarnya.
Pengelolaan sampah di kawasan perumahan biasanya dilakukan ada yang bekerjasama dengan dinas
kebersihan Pemerintah Kota (Pemko) atau Pemerintah Kabupaten (Pemkab) dan ada yang dikelola
secara swadaya masyarakat. Pengelolaan secara swadaya masyarakat sering menimbulkan masalah
karena menyangkut kesadaran dan partisipasi dari masing-masing individu. Pembuangan sampah tidak
pada tempatnya merupakan penyebab awal terjadinya penyempitan saluran drainase tidak dapat
berfungsinya saluran drainase secara optimal, yang berakibat meluapnya air dan berubah menjadi
genangan-genangan bahkan banjir.
Banjir dan menurunnya permukaan air tanah yang melanda beberapa kawasan perumahan telah
berlangsung cukup lama dan bahkan telah dianggap sebagai rutinitas yang terjadi setiap tahun. Upaya
yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan membangun sumur resapan air pada
setiap rumah dalam suatu kawasan perumahan atau membangun pompa pengendali banjir.
Konstruksi Sumur Resapan Air (SRA) merupakan alternatif pilihan dalam mengatasi banjir dan
menurunnya permukaan air tanah pada kawasan perumahan, karena dengan pertimbangan : a)
pembuatan konstruksi SRA tidak memerlukan biaya besar, b) tidak memerlukan lahan yang luas, dan
c) bentuk konstruksi SRA sederhana.
Sumur resapan air merupakan rekayasa teknik konservasi air yang berupa bangunan yang dibuat
sedemikian rupa sehingga menyerupai bentuk sumur gali dengan kedalaman tertentu yang berfungsi
sebagai tempat menampung air hujan diatas atap rumah dan meresapkannya ke dalam tanah
(Dephut,1994). Manfaat yang dapat diperoleh dengan pembuatan sumur resapan air antara lain : (1)
mengurangi aliran permukaan dan mencegah terjadinya genangan air, sehingga memperkecil
kemungkinan terjadinya banjir dan erosi, (2) mempertahankan tinggi muka air tanah dan menambah
persediaan air tanah, (3) mengurangi atau menahan terjadinya intrusi air laut bagi daerah yang
berdekatan dengan wilayah pantai, (4) mencegah penurunan atau amblasan lahan sebagai akibat
pengambilan air tanah yang berlebihan, dan (5) mengurangi konsentrasi pencemaran air tanah (Dephut,
1995).
Sumur resapan air ini berfungsi untuk menambah atau meninggikan air tanah, mengurangi genangan
air banjir, mencegah intrusi air laut, mengurangi gejala amblesan tanah setempat dan melestarikan
serta menyelamatkan sumberdaya air untuk jangka panjang (Pasaribu, 1999). Oleh karena itu
pembuatan sumur resapan perlu digalakkan terutama pada setiap pembangunan rumah tinggal.
Bentuk dan ukuran konstruksi SRA sesuai dengan SNI No. 03-2459-1991 yang dikeluarkan oleh
Departemen Kimpraswil adalah berbentuk segi empat atau silinder dengan ukuran minimal diameter
0,8 meter dan maksimum 1,4 meter dengan kedalaman disesuaikan dengan tipe konstruksi SRA.
Pemilihan bahan bangunan yang dipakai tergantung dari fungsinya, seperti plat beton bertulang tebal
10 cm dengan campuran 1 Pc : 2 Psr : 3 Krl untuk penutup sumur dan dinding bata merah dengan
campuran spesi 1 Pc : 5 Psr tidak diplester, tebal bata (Gambar 2).
Data teknis sumur resapan air yang dikeluarkan oleh PU Cipta Karya adalah sebagai berikut :
5. Dinding dibuat dari pasangan bata atau batako dari campuran 1 semen : 4 pasir tanpa
plester
7. Penutup sumur resapan dari plat beton tebal 10 cm dengan campuran 1 semen : 2 pasir
: 3 kerikil.
Sumur resapan air akan dapat berfungsi dengan baik, apabila didesain berdasarkan kondisi lingkungan
dimana sumur tersebut akan dibuat. Desain sumur resapan air dalam hal ini meliputi bentuk, jenis
konstruksi dan dimensi sumur resapan air. Menurut SNI No. 02-2453-1991Tentang Tata Cara
Perencanaan Teknik Sumur Resapan Air Hujan Untuk Lahan Perkarangan diperlukan persyaratan teknis
pemilihan lokasi dan jumlah sumur resapan pada pekarangan, persyaratan teknik meliputi :
1. Umum : dibuat pada lahan yang lolos air dan tahan longsor, bebas dari kontaminasi dan
pencemaran limbah, untuk meresapkan air hujan, untuk daerah dengan sanitasi
lingkungan yang tidak baik hanya digunakan menampung air hujan dari talang,
mempertimbangkan aspek hidrologi, geologi dan hidrologi.
2. Pemilihan lokasi : keadaan muka air tanah dengan kedalaman pada musim hujan,
permeabilitas yang diperkenankan 2 12,5 cm/jam, jarak penempatan diperhitungkan
dengan tangki septik tank 2 meter, resapan tangki septik tank/cubluk/saluran air limbah
5 meter, sumur air bersih 2 meter.
3. Jumlah : penentuan jumlah sumur resapan air ditentukan berdasarkan curah hujan
maksimum, permeabilitas dan luas bidang tanah.
Dalam mendesain dimensi konstruksi sumur resapan air untuk kawasan perumahan terdapat tiga
parameter utama yang perlu diperhatikan yaitu : permeabilitas tanah, curah hujan, dan luas atap
rumah/permukaan kedap air (Dephut, 1994). Permeabilitas tanah dapat kita tentukan berdasarkan hasil
pengukuran langsung di lokasi permukiman dengan Metode Auger Hole Terbalik. Data permeabilitas
tanah ini diperlukan untuk menentukan volume sumur resapan air yang akan dibuat. Curah hujan
diperlukan untuk menentukan dimensi sumur resapan air. Data curah hujan yang diperlukan selama 10
tahun pengamatan (diperoleh dari stasiun hujan terdekat). Pengukuran luas atap rumah didasarkan
atas luas permukaan atap yang merupakan tempat curah hujan jatuh secara langsung diatasnya.
Sedangkan untuk mendesain bentuk dan jenis konstruksi sumur resapan air diperlukan parameter sifat-
sifat fisik tanah yang meliputi Infiltrasi,tekstur tanah, struktur tanah, dan pori drainase (Mulyana, 1998).
Setelah diperoleh desain konstruksi (dimensi, bentuk dan jenis) sumur resapan air sesuai dengan
kondisi lingkungan pada kawasan perumahan, selanjutnya dalam proses pembuatan sumur resapan air
dapat dirancang dua pola penerapan yaitu: a) pembuatan secara kolektif (berdasarkan blok-blok rumah,
atau untuk satu kawasan perumahan); dan b) pembuatan per-tipe rumah.
Pembuatan sumur resapan air per-blok dalam suatu kawasan perumahan harus direncanakan sejak dari
awal oleh kontraktor atau developer. Pada siteplan sudah nampak jelas alokasi lahan untuk
pembangunan sumur resapan air pada setiap blok (per-blok bisa terdiri dari 10 rumah atau lebih).
Alternatif lain, SRA dibuat dalam bentuk danau untuk semua rumah pada suatu kawasan perumahan
(seperti perumahan Bogor Lakeside), sehingga SRA berfungsi disamping untuk meresapkan air ke dalam
tanah juga sebagai tempat rekreasi warga perumahan,.
SRA yang dibuat pada setiap rumah atau per-tipe rumah dapat dirancang dengan memperhatikan aspek
luas perkarangan rumah dan nilai estetika, sehingga SRA dapat dibangun ke arah vertikal atau
horisontal. Biaya pembuatan konstruksi SRA berkisar antara Rp. 75.000 hingga Rp.150.000,-.
IV. Penutup
Sebagai penutup tulisan ini dapat dikemukakan beberapa hal sebagai berikut :
2. Penerapan sumur resapan air pada kawasan perumahan menjadi suatu keharusan yang
perlu direalisasikan secara bersama-sama pada setiap rumah, sebagai suatu upaya
memperkecil genangan-genangan air atau bahaya banjir dan mencegah menurunnya
permukaaan air tanah serta dalam rangka mewujudkan perumahan yang berwawasan
lingkungan.
Daftar Pustaka
Anonim. 2003. Dijual Murah Pun Tak Ada yang Berminat Beli. Kompas,
Jakarta. http://www.kompas.com//kompas-cetak/0302/14/metro/130038.htm
Dephut. 1994.Pedoman Penyusunan Rencana Pembuatan Bangunan Sumur Resapan Air. Direktorat
Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan, Jakarta.
Dephut. 1995. Petunjuk Teknis Uji coba Pembuatan Percontohan Sumur Resapan Air. Departemen
Kehutanan, Jakarta.
Balitbang Kimpraswil. 2001. Ringkasan Spesifikasi Sumur Resapan Air Hujan Untuk Lahan Pekarangan
SNI No.03-2459-1991. Departemen Kimpraswil,
Jakarta. http://www.kimpraswil.go.id/balitbang/uraian_SNI/SNIKIM/Perumahan/sni-03-2459-
1991.htm
Balitbang Kimpraswil. 2001. Ringkasan Tata Cara Perencanaan Teknik Sumur Resapan Air Hujan Untuk
Lahan Pekarangan SNI No.02-2453-1991. Departemen Kimpraswil,
Jakarta. http://www.kimpraswil.go.id/balitbang/uraian_SNI/SNIKIM/Perumahan/ sni-02-2453-
1991.htm
Mulyana, Rachmat. 1998. Penentuan Tipe Konstruksi Sumur Resapan Air Berdasarkan Sifat-sifat Fisik
Tanah dan Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat di Kawasan Puncak. Tesis S2 IPB, Bogor.
Pasaribu, 1999.Sumur Resapan Air Mengurangi Genangan Banjir Dan Mengembalikan Persediaan Air.
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol.5 No.19 Th.V IKIP Medan, Medan.
Saragih, John F.B. 1997. Merenovasi Rumah Tipe 21 dan Tipe 36. PT.Gramedia Pustaka Utama,Jakarta.
Makalah Individu Pengantar Falsafah Sains (PPS702) Program Pascasarjana / S3 Institut Pertanian
Bogor,
November 2003. Dosen: Prof. Dr. Ir. Rudy C. Tarumingkeng (penanggung jawab), Prof. Dr. Ir. Zahrial
Coto
Sumber: http://tumoutou.net/702_07134/rachmat_mulyana_files/image002.gif
Salah satu cara penyelamatan air secara sederhana adalah dengan membuat sumur-sumur resapan
(peresap) air hujan. Selain itu juga upaya holistik lainnya, yaitu dengan pendekatan vegetatif melalui
reboisasi, perluasan hutan kota, taman kota, pembuatan waduk kecil atau embung, hingga pengelolaan
sistem DAS (daerah aliran sungai) terpadu.
Sebenarnya, dalam peraturan daerah seperti di DKI Jakarta telah ditetapkan bahwa pengajuan izin
mendirikan bangunan (IMB) harus dilengkapi dengan pembuatan sumur resapan air. Namun,
kenyataannya aturan itu tinggal torehan tinta di atas kertas.
Tidak ada sistem audit maupun sanksi yang dijatuhkan bagi pelanggarnya. Tidak hanya rumah-rumah
tinggal yang berpekarangan, namun juga hotel, apartemen, pusat perbelanjaan, dan perkantoran.
Mereka seharusnya membuat sumur-sumur resapan air sebaik-baiknya, ujar Dr Rosyid Hariyadi, MSc,
ahli pengelolaan kualitas air (water quality management), yang juga peneliti pada Pusat Pengkajian
Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Rosyid mengatakan, yang disebut sebagai sumur resapan adalah sumur gali yang berfungsi untuk
menampung, meresapkan, dan mengalirkan air hujan yang jatuh di permukaan tanah, bangunan, juga
atap rumah. Dengan adanya sumur resapan, air hujan bisa lebih efektif terserap ke dalam tanah.
Rosyid, yang juga mantan anggota tim teknis sumur resapan DKI Jakarta, menambahkan, cara
tradisional dahulu yang kerap dilakukan masyarakat di pedesaan untuk melestarikan air adalah dengan
membuat lubang-lubang di sekitar tanaman atau pepohonan.
Sejumlah negara menaruh perhatian besar terhadap konservasi air. Di Singapura, air tetesan pendingin
udara (AC) pun tidak dibiarkan sia-sia, melainkan ditampung lalu dimanfaatkan. Sedangkan bangunan-
bangunan bertingkat di Jepang sudah sejak lama membangun sumur-sumur resapan untuk melindungi
konstruksi tiang pancang besi bajanya dari pengaruh air asin akibat intrusi air laut. Di Jakarta, gedung
pusat Indosat, misalnya, sejak awal tahun 1990 telah memiliki pengolahan air limbah gedung yang
cukup baik sehingga hasil olahannya dapat dimanfaatkan.
Sebenarnya, dengan membuat sumur resapan, Anda seperti menabung air tanah. Sejumlah kawasan di
Jakarta saat ini warganya terpaksa membeli air bersih untuk sekadar minum, mandi, dan cuci-mencuci
karena air tanah di tempat tinggal mereka sudah tidak layak pakai, bahkan kering.
Selain itu, manfaat sumur resapan ialah dapat menambah atau meninggikan permukaan air tanah
dangkal (water table), menambah potensi air tanah, mengurangi genangan banjir, mengurangi
amblesan tanah, serta mengurangi beban pencemaran air tanah.
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang Tata Cara Perencanaan Sumur Resapan Air
Hujan untuk Lahan Pekarangan, persyaratan umum yang harus dipenuhi adalah sumur resapan harus
berada pada lahan yang datar, tidak pada tanah berlereng, curam, atau labil. Selain itu, sumur resapan
juga dijauhkan dari tempat penimbunan sampah, jauh dari septic tank (minimum lima meter diukur dari
tepi), dan berjarak minimum satu meter dari fondasi bangunan.
Bentuk sumur itu sendiri boleh bundar atau persegi empat, sesuai selera. Penggalian sumur resapan
bisa sampai tanah berpasir atau maksimal dua meter di bawah permukaan air tanah. Dengan teralirkan
ke dalam sumur resapan, air hujan yang jatuh di areal rumah kita tidak terbuang percuma ke selokan
lalu mengalir ke sungai. Air hujan yang jatuh di atap rumah sekalipun dapat dialirkan ke sumur resapan
melalui talang.
Persyaratan teknis sumur resapan lainnya ialah kedalaman air tanah minimum 1,50 meter pada musim
hujan. Sedangkan struktur tanah harus mempunyai permeabilitas tanah lebih besar atau sama dengan
2,0 cm/jam, dengan tiga klasifikasi. Pertama, permeabilitas tanah sedang (geluh kelanauan) 2,0-3,6
cm/jam. Kedua, permeabilitas tanah agak cepat (pasir halus), yaitu 3,6-36 cm/jam. Ketiga,
permeabilitas tanah cepat (pasir kasar), yaitu lebih besar dari 36 cm/jam.
Spesifikasi sumur resapan tersebut meliputi penutup sumur, dinding sumur bagian atas dan bawah,
pengisi sumur, dan saluran air hujan. Untuk penutup sumur dapat digunakan, misalnya, pelat beton
bertulang tebal 10 sentimeter dicampur satu bagian semen, dua bagian pasir, dan tiga bagian kerikil.
Dapat digunakan juga pelat beton tidak bertulang tebal 10 sentimeter dengan campuran perbandingan
yang sama, berbentuk cubung dan tidak diberi beban di atasnya. Dapat digunakan juga ferocement
setebal 10 sentimeter.
Sedangkan untuk dinding sumur bagian atas dan bawah dapat menggunakan buis beton. Dinding sumur
bagian atas juga dapat hanya menggunakan batu bata merah, batako, campuran satu bagian semen,
empat bagian pasir, diplester dan diaci semen. Sementara pengisi sumur dapat menggunakan batu
pecah ukuran 10-20 sentimeter, pecahan bata merah ukuran 5-10 sentimeter, ijuk, serta arang.
Pecahan batu tersebut disusun berongga. Untuk saluran air hujan, dapat digunakan pipa PVC
berdiameter 110 milimeter, pipa beton berdiameter 200 milimeter, dan pipa beton setengah lingkaran
berdiameter 200 milimeter.
Sumur resapan dapat dibuat oleh tukang pembuat sumur gali berpengalaman dengan memerhatikan
persyaratan teknis dan spesifikasi tersebut. Menurut Rosyid, saat ini tidak hanya kota-kota besar yang
perlu membuat sumur resapan, tetapi juga kota-kota di sepanjang tepi pantai, bahkan kota-kota di
pedalaman seperti Yogyakarta, Bogor, Bandung, dan Solo.
Rosyid mengingatkan, menyelamatkan air bagaimanapun bukanlah semata tugas negara atau
pemerintah, tetapi juga tanggung jawab warga negara sendiri. Sebab, ketika air tanah kita kering dan
air terpaksa harus dibeli, kita hanya akan memenuhi pundi-pundi perusahaan yang tanpa merasa
bersalah memperdagangkan air. Sementara kita cuma bisa berkecut hati. (Kompas 6- 2005 07)