Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Meningkatnya kesadaran hidup sehat pada masyarakat dan peningkatan pelayanan kesehatan
membawa pengaruh pada peningkatan usia harapan hidup, konsekuensinya akan membawa
pengaruh terhadap penambahan jumlah lanjut usia. Kompleksitas permasalahan pada lanjut usia
membawa beban tanggung jawab bagi keluarga ataupun masyarakat, bagi lansia pada keluarga
mampu secara ekonomi ataupun sosialnya sebagian besar tidak menimbulkan masalah, namun
bagi keluarga kurang mampu sangat rawan terjadi masalah sosial. Kondisi ini akan melibatkan
peran masyarakat dan lembaga sosial maupun pemerintah.
Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia adalah Unit Pelaksana Tehnis Dinas Sosial
Propinsi Jawa Timur yang melaksanakan tugas pelayanan, dan bimbingan sosial bagi lanjut usia
terlantar, berdasarkan pada Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor : 119 tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur. Oleh karena
itu peran lembaga pelayanan sosial bagi lanjut usia sangat diperlukan dalam upaya sebagai
penggati peran keluarga.
Seorang dapat dinyatakan sebagai seorang jompo atau lanjut usia setelah yang bersangkutan
mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk
keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Lanjut usia adalah suatu
proses alami yang tidak dapat dihindari dari usia manusia sebagai makhluk hidup yang terbatas
oleh suatu putaran alam dengan batas usia 55 tahun / lebih.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada sistem peredaran darah yang
sering terdapat pada usia pertengahan atau lebih, yang ditandai dengan tekanan darah lebih dari
normal. Hipertensi menyebabkan perubahan pada pembuluh darah yang mengakibatkan makin
meningkatnya tekanan darah.
Dari banyak penelitian epidemiologi didapatkan bahwa dengan meningkatnya umur hipertensi
menjadi masalah pada lansia karena sering ditemukan pada lansia. Pada lansia hipertensi menjadi
faktor utama payah jantung dan penyakit jantung koroner. Lebih dari separuh kematian di atas
usia 60 tahun disebabkan oleh penyakit jantung dan serebrovaskular. Secara nyata kematian
akibat stroke dan morbiditas penyakit kardiovaskuler menurun dengan pengobatan hipertensi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP LANSIA
1. Pengertian Lansia
Menurut UU no 4 tahun 1945 Lansia adalah seseorang yang mencapai umur 55 tahun,
tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima
nafkah dari orang lain (Wahyudi, 2000).
Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan fenomena
biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang berakhir dengan
kematian (Hutapea, 2005).
Usia lanjut adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari (Azwar, 2006).
Menua secara normal dari system saraf didefinisikan sebagai perubahan oleh usia yang
terjadi pada individu yang sehat bebas dari penyakit saraf jelas menua normal ditandai
oleh perubahan gradual dan lambat laun dari fungsi-fungsi tertentu (Tjokronegroho
Arjatmo dan Hendra Utama,1995).
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita (Constantinides 1994). Proses menua merupakan proses yang
terus menerus (berlanjut) secara alamiah dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada
semua makhluk hidup (Nugroho Wahyudi, 2000).
2. Proses Menua
a. Teori Biologi
Teori genetic dan mutasi (Somatik Mutatie Theory)
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies-spesies
tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang terprogramoleh
molekul-molekul atau DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.
1) Teori radikal bebas
Tidak setabilnya radikal bebas mengakibatkan oksidasi-oksidasi bahan organik
yang menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
2) Teori autoimun
Penurunan sistem limfosit T dan B mengakibatkan gangguan pada keseimbangan
regulasi system imun (Corwin, 2001). Sel normal yang telah menua dianggap benda
asing, sehingga sistem bereaksi untuk membentuk antibody yang menghancurkan
sel tersebut. Selain itu atripu tymus juga turut sistem imunitas tubuh, akibatnya
tubuh tidak mampu melawan organisme pathogen yang masuk kedalam tubuh.Teori
meyakini menua terjadi berhubungan dengan peningkatan produk autoantibodi.
3) Teori stress
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi
jaringan tidak dapat mempertahankan kesetabilan lingkungan internal, dan stres
menyebabkan sel-sel tubuh lelah dipakai.
4) Teori telomere
Dalam pembelahan sel, DNA membelah denga satu arah. Setiap pembelaan akan
menyebabkan panjang ujung telomere berkurang panjangnya saat memutuskan
duplikat kromosom, makin sering sel membelah, makin cepat telomer itu
memendek dan akhirnya tidak mampu membelah lagi.
5) Teori apoptosis
Teori ini disebut juga teori bunuh diri (Comnit Suitalic) sel jika lingkungannya
berubah, secara fisiologis program bunuh diri ini diperlukan pada perkembangan
persarapan dan juga diperlukan untuk merusak sistem program prolifirasi sel tumor.
Pada teori ini lingkumgan yang berubah, termasuk didalamnya oleh karna stres dan
hormon tubuh yang berkurang konsentrasinya akan memacu apoptosis diberbagai
organ tubuh.
b. Teori Kejiwaan Sosial
1) Aktifitas atau kegiatan (Activity theory).
Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif
dan ikut bnyak kegiatan social.
2) Keperibadian lanjut (Continuity theory)
Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut
usia sangat dipengaruhi tipe personality yang dimilikinya.
3) Teori pembebasan (Disengagement theory)
Dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur-angsur melepaskan diri
dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini
mengakibatkan interaksi lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun
kuantitas.
4) Teori Lingkungan
1). Exposure theory: Paparan sinar matahari dapat mengakibatkat percepatan
proses penuaan.
2). Radiasi theory: Radiasi sinar y, sinar xdan ultrafiolet dari alat-alat medis
memudahkan sel mengalami denaturasi protein dan mutasi
DNA.
3). Polution theory: Udara, air dan tanah yang tercemar polusi mengandung
subtansi kimia, yang mempengaruhi kondisi epigenetik yang
dpat mempercepat proses penuaan.
4). Stress theory: Stres fisik maupun psikis meningkatkan kadar kortisol dalam
darah. Kondisi stres yang terus menerus dapat mempercepat
proses penuaan.
Menurut Wahyudi Nugroho (2008), faktor yang mempengaruhi penuaan adalah hereditas
(keturunan), nutrisi/makanan, status kesehatann, pengalaman hidup, lingkungan dan
stress. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketuaan adalah (Nugroho, 2000:19):
a. Hereditas atau ketuaan genetic
b. Nutrisi atau makanan
c. Status kesehatan
d. Pengalaman hidup
e. Lingkungan
f. Stres
b. Perubahan Mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah:
1) Perubahan fisik.
2) Kesehatan umum.
3) Tingkat pendidikan.
4) Hereditas.
5) Lingkungan.
6) Perubahan kepribadian yang drastis namun jarang terjadi misalnya kekakuan
sikap.
7) Kenangan, kenangan jangka pendek yang terjadi 0-10 menit.
8) Kenangan lama tidak berubah.
9) Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal,
berkurangnya penampilan, persepsi, dan ketrampilan, psikomotor terjadi
perubahan pada daya membayangkan karena tekanan dari factor waktu.
c. Perubahan Psikososial
1) Perubahan lain adalah adanya perubahan psikososial yang menyebabkan rasa
tidak aman, takut, merasa penyakit selalu mengancam sering bingung panic dan
depresif.
2) Hal ini disebabkan antara lain karena ketergantungan fisik dan sosioekonomi.
3) Pensiunan, kehilangan financial, pendapatan berkurang, kehilangan status, teman
atau relasi
4) Sadar akan datangnya kematian.
5) Perubahan dalam cara hidup, kemampuan gerak sempit.
6) Ekonomi akibat perhentian jabatan, biaya hidup tinggi.
7) Penyakit kronis.
8) Kesepian, pengasingan dari lingkungan social.
9) Gangguan syaraf panca indra.
10) Gizi
11) Kehilangan teman dan keluarga.
12) Berkurangnya kekuatan fisik.
Menurut Hernawati Ina MPH (2006) perubahan pada lansia ada 3 yaitu perubahan
biologis, psikologis, sosiologis.
a) Perubahan biologis meliputi :
Massa otot yang berkurang dan massa lemak yang bertambah mengakibatkan
jumlah cairan tubuh juga berkurang, sehingga kulit kelihatan mengerut dan
kering, wajah keriput serta muncul garis-garis yang menetap. Penurunan indra
penglihatan akibat katarak pada usia lanjut sehingga dihubungkan dengan
kekurangan vitamin A vitamin C dan asam folat, sedangkan gangguan pada
indera pengecap yang dihubungkan dengan kekurangan kadar Zn dapat
menurunkan nafsu makan, penurunan indera pendengaran terjadi karena adanya
kemunduran fungsi sel syaraf pendengaran. Dengan banyaknya gigi geligih yang
sudah tanggal mengakibatkan ganguan fungsi mengunyah yang berdampak pada
kurangnya asupan gizi pada usia lanjut. Penurunan mobilitas usus menyebabkan
gangguan pada saluran pencernaan seperti perut kembung nyeri yang
menurunkan nafsu makan usia lanjut. Penurunan mobilitas usus dapat juga
menyebabkan susah buang air besar yang dapat menyebabkan wasir.
b. Kemunduran psikologis
Pada usia lanjut juga terjadi yaitu ketidak mampuan untuk mengadakan
penyesuaianpenyesuaian terhadap situasi yang dihadapinya antara lain sindroma
lepas jabatan sedih yang berkepanjangan.
c. Kemunduran sosiologi
Pada usia lanjut sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan pemahaman usia
lanjut itu atas dirinya sendiri. Status social seseorang sangat penting bagi
kepribadiannya di dalam pekerjaan. Perubahan status social usia lanjut akan
membawa akibat bagi yang bersangkutan dan perlu dihadapi dengan persiapan
yang baik dalam menghadapi perubahan tersebut aspek social ini sebaiknya
diketahui oleh usia lanjut sedini mungkin sehingga dapat mempersiapkan diri
sebaik mungkin.
B. KONSEP HIPERTENSI
1. Pengertian
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia,
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90
mmHg. (Smeltzer, 2001).
Menurut WHO ( 1978 ), tekanan darah sama dengan atau diatas 160 / 95 mmHg
dinyatakan sebagai hipertensi.
2. Klasifikasi
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas : ( Darmojo, 1999 )
a. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan / atau
tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg
b. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan
tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan sesuai dengan rekomendasi dari
The Sixth Report of The Join National Committee, Prevention, Detection and Treatment
of High Blood Pressure (JNC VI, 1997) sebagai berikut :
No 1. 2. 3. 4.
Grade Grade 4
High Grade 1 Grade 2
Kategori Optimal Normal 3 (sangat
Normal (ringan) (sedang)
(berat) berat)
Sistolik 120 130 140 160 180
<120 >210
(mmHg) 129 139 159 179 209
Diastolik 100 100
<80 80 84 85 89 90 99 >120
(mmHg) 109 119
Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan
besar yaitu :
a. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya
b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain
3. Etiologi
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan
perubahan pada :
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katup jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun
d. 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
e. Kehilangan elastisitas pembuluh darah
f. Hal ini terjadi karenakurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
g. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data
penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya
hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
a. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar
untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi
b. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
1) Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
2) Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
3) Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
c. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :
1) Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )
2) Kegemukan atau makan berlebihan
3) Stress
4) Merokok
5) Minum alcohol
6) Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
Penyebab hipertensi sekunder adalah :
a. Ginjal
b. Glomerulonefritis
c. Pielonefritis
d. Nekrosis tubular akut
e. Tumor
f. Vascula
g. Aterosklerosis
h. Hiperplasia
i. Trombosis
j. Aneurisma
k. Emboli kolestrol
l. Vaskulitis
m. Kelainan endokrin
n. DM
o. Hipertiroidisme
p. Hipotiroidisme
q. Saraf
r. Stroke
s. Obat obatan
4. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis,
yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis
ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan
ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi.
Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak
diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan
aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan
vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat
memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,
suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi.
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya hipertensi palsu disebabkan
kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff sphygmomanometer
(Darmojo, 1999).
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Hemoglobin / hematokrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel sel terhadap volume cairan ( viskositas ) dan
dapat mengindikasikan factor factor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
b. BUN : memberikan informasi tentang perfusi ginjal
c. Glukosa
Hiperglikemi ( diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi ) dapat diakibatkan oleh
peningkatan katekolamin ( meningkatkan hipertensi )
d. Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama ( penyebab ) atau
menjadi efek samping terapi diuretik.
e. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
f. Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya pembentukan
plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
g. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
h. Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab )
i. Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya diabetes.
j. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
k. Steroid urin
Kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
l. IVP
Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim ginjal, batu
ginjal / ureter
m. Foto dada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung
n. CT scan
Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati
o. EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi,
peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi
7. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat
komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan
tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
a. Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai
tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
b. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
1) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
2) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
3) Penurunan berat badan
4) Penurunan asupan etanol
5) Menghentikan merokok
c. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita
hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu :
Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang
dan lain-lain. Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau
72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan.
Lamanya latihan berkisar antara 20 25 menit berada dalam zona latihan. Frekuensi
latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu.
d. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
1. Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek
tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak
normal. Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan
somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti
kecemasan dan ketegangan.
2. Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi
ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar
membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
e. Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang
penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan
hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
f. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga
mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat
bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup
penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi
(JOINT NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND
TREATMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988 ) menyimpulkan bahwa
obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat
digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita
dan penyakit lain yang ada pada penderita.
Pengobatannya meliputi :
1) Step 1
Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor
2) Step 2
Alternatif yang bisa diberikan :
a) Dosis obat pertama dinaikkan
b) Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
c) Ditambah obat ke 2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca
antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator
3) Step 3 : Alternatif yang bisa ditempuh
a) Obat ke-2 diganti
b) Ditambah obat ke-3 jenis lain
4) Step 4 : Alternatif pemberian obatnya
Ditambah obat ke-3 dan ke-4
C. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Proses Keperawatan
2. Tujuan Umum
3. Askep Lansia
4. Fokus Askep
A. IDENTITAS UPT
Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia adalah Unit Pelaksana Tehnis Dinas
Sosial Propinsi Jawa Timur yang melaksanakan tugas pelayanan, dan bimbingan sosial
bagi lanjut usia terlantar, berdasarkan pada Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor :
119 tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas Sosial
Provinsi Jawa Timur.
LANDASAN HUKUM
1. Pancasila dan UUD 1945 Pasal 27 ayat 2 dan Pasal 34.
2. UU No. 11 Th 2009 Tentang kesejahteraan sosial.
3. UU No.13 Tahun 1998 Tentang kesejahteraan Lanjut Usia.
4. UU No.22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah Jo No.32 Th 2004
5. UU No. 25 Tahun 1999 Tentang, Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah Junto
PP No. 25 Th. 2000.
6. PP No. 38 tahun 2007 tentang pembagian urusan pemerintahan antara
pemerintahan, pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kab/Kota
7. PP No. 41 tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah
8. Permendagri No. 57 tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi
Perangkat Daerah
9. Perda Prov Jatim No. 5 tahun 2008 tentang Pembentukan Perda
10. Perda Prov Jatim No. 7 Tahun 2008 Tentang Urusan Pemerintahan Daerah
Provinsi Jawa Timur.
11. Pergub Prov Jatim No. 119 tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis Dinas Sosial Provinsi Jatim
E. FUNGSI
UPT Pelayanan sosial Lanjut Usia mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas
dalam pelayanan sosial lanjut usia terlantar
Untuk melaksanakan tugas UPT mempunyai fungsi :
1. Pelaksana program kerja UPT
2. Pembinaan dan pengendalian pengelolaan ketatausahaan, penyelenggaraan
kegiatan pelayanan sosial bimbingan dan pembinaan lanjut
3. penyelenggaraan praktek pekerjaan sosial dalam bimbingan sosial lanjut usia
4. pemberian bimbingan umum kepada klien di lingkungan UPT
5. penyelenggaraan kerjasama dengan instansi / lembaga lain perorangan dalam
rangka pengembangan progran UPT
6. Pengembangan metodologi pelayanan kesejahteraan sosial dalam pelayanan sosial
lanjut usia
7. Penyelenggaraan penyebarluasan informasi tentang pelayanan tentang pelayanan
kesejahteraan sosial
8. Penyelenggaraan konsultasi bagi keluarga atau masyarakat yang
menyelenggarakan usaha kesejahteraan sosial
9. Melaksanakan tugas-tugas ketatausahaan
10. Pelaksanaan pelayanan masyarakat
11. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas
K. Pelayanan kesehatan
1. Kegiatan posyandu lansia : Ada
2. Keaktifan di posyandu lansia : Ada
3. Pelayanan kesehatan : Ada (poliklinik)
JADWAL KEGIATAN PELAYANAN DALAM UPT (Jadwal Untuk Lansia)
Jam/Hari Senin Selasa Rabu Kamis Jum'at Sabtu Minggu KET.
sholat
04.00- sholat subuh sholat subuh sholat subuh sholat subuh sholat subuh sholat subuh subuh
05.00 berjamaah berjamaah berjamaah berjamaah berjamaah berjamaah berjamaah petugas piket
kebersihan
05.00- kebersihan diri kebersihan diri diri dan
06.30 dan lingkungan kerja bakti kerja bakti kerja bakti kerja bakti dan lingkungan lingkungan petugas piket
06.30- makan
07.30 makan pagi makan pagi makan pagi makan pagi makan pagi makan pagi pagi
07.30- kegiatan kegiatan instruktur,
08.00 individu senam tera senam tera senam tera kegiatan individu kegiatan individu individu petugas piket
pembinaan
pembinaan pembinaan keterampilan
keterampilan keterampilan tangan,
bimbingan tangan, pertanian, tangan, pertanian, pertanian, sholat
08.00- sosial / peternakan, dan peternakan, dan peternakan, pemeriksaan sholat dhuha dhuha petugas, dokter,
09.30 kemasyarakatan perikanan perikanan dan perikanan kesehatan berjamaah berjamaah dan pegawai
sholat dhuha sholat dhuha
berjamaah dan berjamaah dan
bimbingan sholat dhuha sholat dhuha bimbingan sholat dhuha
sosial berjamaah dan berjamaah dan sosial berjamaah dan
keagamaan, bimbingan sosial bimbingan sosial keagamaan, bimbingan sosial
mengaji, keagamaan, keagamaan, mengaji, keagamaan,
10.00- ceramah dan mengaji, ceramah mengaji, ceramah ceramah dan mengaji, ceramah kegiatan instruktur/petugas
11.30 belajar dan belajar dan belajar belajar dan belajar kegiatan individu individu piket
sholat
11.30- sholat dhuhur sholat dhuhur sholat dhuhur sholat dhuhur sholat jumat atau sholat dhuhur dhuhur instruktur/
12.00 berjamaah berjamaah berjamaah berjamaah dhuhur berjamaah berjamaah berjamaah petugas piket
12.00- makan
13.00 makan siang makan siang makan siang makan siang makan siang makan siang siang petugas piket
13.00- istirahat
14.00 istirahat siang istirahat siang istirahat siang karawitan istirahat siang istirahat siang siang instruktur
14.00- kegiatan kegiatan kegiatan
15.00 individu kegiatan individu kegiatan individu individu kegiatan individu kegiatan individu individu
shalat ashar
15.00- berjamaah sholat
15.30 shalat ashar shalat ashar shalat ashar shalat ashar sholat ashar ashar
berjamaah berjamaah berjamaah berjamaah berjamaah berjamaah petugas piket
bimbingan rohani
15.30- (bagi yang
16.30 beragama kristen) instruktur
kebersihan diri kebersihan
16.30- kebersihan diri kebersihan diri kebersihan diri dan kebersihan diri kebersihan diri diri dan
17.00 dan lingkungan dan lingkungan dan lingkungan lingkungan dan lingkungan dan lingkungan lingkungan individu
17.00- makan
17.30 makan malam makan malam makan malam makan malam makan malam makan malam malam individu
sholat
sholat magrib sholat magrib sholat magrib sholat magrib sholat magrib sholat magrib magrib
berjamaah, berjamaah, berjamaah, berjamaah, berjamaah, berjamaah, berjamaah,
17.30- ceramaah, ceramaah, sholat ceramaah, sholat ceramaah, ceramaah, sholat ceramaah, sholat ceramaah, petugas /
19.30 sholat isya isya isya sholat isya isya isya sholat isya instruktur
nonton tv nonton tv
nonton tv bersama di bersama di
bersama di nonton tv bersama nonton tv bersama wisma nonton tv bersama nonton tv bersama wisma
19.30- wisma masing- di wisma masing- di wisma masing- masing- di wisma masing- di wisma masing- masing-
21.00 masing masing masing masing masing masing masing
21.00- istirahat
04.00 istirahat tidur istirahat tidur istirahat tidur istirahat tidur istirahat tidur istirahat tidur tidur
BAB III
PENGKAJIAN
C. Pemukiman
1. Bentuk bangunan : Rumah
2. Jenis bangunan : Permanen
3. Atap rumah : Genteng
4. Dinding : Tembok
5. Lantai : Keramik
6. Kebersihan lantai : Bersih
7. Ventilasi : 15% luas lantai
8. Pencahayaan : Baik
9. Penerangan : Baik
10. Kebersihan : Terjaga dengan baik
11. Pengaturan ruang dan perabot :Baik
12. Kelengkapan alat rumah tangga : Lengkap
D. Sanitasi
1. Penyediaan air bersih (MCK) : Sumur
2. Penyediaan air minum : Air mineral
3. Pengelolaan jamban : Pribadi
4. Jenis jamban : Kloset Duduk
5. Jarak dengan sumber air : > 10m
6. Sarana pembuangan air limbah (SPAL) : Lancar
7. Petugas sampah : Di timbun dan di bakar
8. Polusi udara : tidak ada polusi di sekitar wisma walaupun
lingkup panti berada di sekitar pabrik
1 2
4
7 6
9 12
10 11
Keterangan :
1 : koperasi sejahtera 7 : kamar IV
2 : kamar petugas wisma 8 : gudang
3 : kamar I 9 : dapur
4 : kamar II 10 :
5 : ruang tamu 11 : kamar mandi lansia
6 : kamar III 12 : kamar mandi petugas
F. Aspek Fisik
1. Tingkat mobilisasi
No Tingkat Mobilisasi Jumlah Prosentase
1 0 7 90%
2 1 1 10%
3 2 0 0
4 3 0 0
5 4 0 0
Jumlah 10 100%
Keterangan:
0: Mampu merawat diri sendiri secara penuh
1: Memerlukan penggunaan alat
2: Memerlukan bantuan dan pengawasan orang lain
3: Memerlukan bantuan, pengawasan dan peralatan
4: Sangat tergantung
Dari hasil pengkajian pada lansia di Wisma Teratai dengan jumlah keseluruhan
sebanyak 8 orang didapatkan 7 orang (90%) mempunyai tingkat mobilisasi mampu
merawat diri sendiri secara penuh, 1 orang (10%) memerlukan penggunaan alat.
3. Keluhan Terbanyak
No Keluhan Jumlah Prosentase (%)
1 Pusing 4 50
Linu / nyeri di daerah lutut
2 2 30
dan persendian
3 Batuk 1 10
4 Diare 0 0
5 Gatal-gatal 0 0
6 Tidak ada keluhan 1 10
Jumlah 8 100
Dari hasil pengkajian pada lansia di Wisma Teratai dengan jumlah keseluruhan
sebanyak 8 orang didapatkan keluhan terbanyak adalah pusing sebanyak 4 orang (50%).
Pusing dirasakan saat pagi hari menjelang siang dan saat berpindah posisi dari duduk ke
berdiri. Sebagian besar klien mengeluhkan kesakitan saat berpindah posisi dari duduk ke
berdiri, terutama pada saat bangun tidur.
7. Hasil Laboratorium
a. Mbah Musripah
Jenis Nilai saat ini Nilai normal
Cholesterol 222,1 < 200
HDL 48,3 <40
Trigliserida 113,0 <150
LDL Colesterol 141,3
b. Sri handayani
Jenis Nilai saat ini Nilai normal
Gula darah puasa 92 130
Cholesterol 229,2 < 200
HDL 49,6 <40
Trigliserida 85,8 <150
LDL Colesterol 152,5
c. Waginem
Jenis Nilai saat ini Nilai normal
Gula darah puasa 108 130
Cholesterol 239,9 < 200
HDL 47,2 <40
Trigliserida 121,8 <150
LDL Colesterol 158,3
d. Endi
Jenis Nilai saat ini Nilai normal
Gula darah puasa 90 130
Cholesterol 210,5 < 200
HDL 44,9 <40
Trigliserida 135,8 <150
LDL Colesterol 138,4
e. Suharmi
Jenis Nilai saat ini Nilai normal
Gula darah puasa 87 130
Cholesterol 198,5 < 200
HDL 44,3 <40
Trigliserida 213,8 <150
LDL Colesterol 111,4
f. Lilik
Jenis Nilai saat ini Nilai normal
Gula darah puasa 91 130
Cholesterol 210,7 < 200
HDL 45,5 <150
Trigliserida 128,4
LDL Colesterol 139,5
g. Komsatun
Jenis Nilai saat ini Nilai normal
Gula darah puasa 118 130
Cholesterol 203,5 < 200
HDL 46,2 <40
Trigliserida 119,8 <150
LDL Colesterol 133,3
h. Ismiyati
Jenis Nilai saat ini Nilai normal
Gula darah puasa 146 130
Cholesterol 176,7 < 200
HDL 48,1 <40
Trigliserida 111,5 <150
LDL Colesterol 106,5
G. Aspek Spiritual
a. Tabel keaktifan beribadah sesuai agama masing-masing
Klasifikasi Jumlah Prosentase (%)
Aktif 8 100
Jarang 0 0
Tidak sama sekali 0 100
Jumlah 8 100
Dari hasil pengkajian pada lansia di Wisma Teratai dengan jumlah
keseluruhan sebanyak 8 orang didapatkan 8 orang (100%) melaksanakan ibadah
sesuai keyakinannya masing-masing.
H. Aspek psikologis
1. Tabel Stabilitas Emosi
Klasifikasi Jumlah Prosentase (%)
Labil 0 0
Stabil 8 100
Iritabel 0 0
Datar 0 0
Jumlah 8 100
Dari hasil pengkajian pada lansia di Wisma Teratai dengan jumlah keseluruhan
sebanyak 8 (100%) orang didapatkan semua memiliki emosi yang stabil.
Keterangan :
Salah 0 3 : Fungsi intelektual utuh
Salah 4 5 : Fungsi intelektual kerusakan ringan
Salah 6 8 : Fungsi intelektual kerusakan sedang
Salah 9 10 : Fungsi intelektual kerusakan berat
Dari hasil pengkajian pada lansia di Wisma Teratai dengan jumlah keseluruhan sebanyak
8 orang didapatkan hasil 1 orang (10%) mengalami kerusakan ringan pada fungsi
intelektualnya, 9 orang (90%) mempunyai fungsi intelektual utuh.
3. MMSE (Mini Mental Status Exam)
No Kemampuan Kognitif Jumlah Prosentase (%)
1 24-30 4 50
2 18-23 2 25
3 0-17 2 25
Jumlah 8 100
Keterangan :
24 30 : Tidak ada gangguan kognitif
18 23 : Gangguan kognitif sedang
0 17 : Gangguan kognitif berat
Dari hasil pengkajian pada lansia di Wisma Teratai dengan jumlah keseluruhan
sebanyak 8 orang didapatkan 4 (50%) orang tidak ada gangguan kognitif, 1 orang
(10%) gangguan kognitif sedang.
I. Aspek Sosial
1. Tabel Hubungan Dengan Orang Lain Dalam Wisma
Klasifikasi Jumlah Prosentase (%)
Tidak kenal 0 0
Sebatas kenal 0 0
Mampu berinteraksi 5 62,5
Mampu bekerja sama 3 37,5
Jumlah 8 100
Dari hasil pengkajian pada lansia di Wisma Teratai dengan jumlah keseluruhan
sebanyak 8 orang didapatkan 3 orang (37,5%) mampu bekerja sama dan 2 orang
(25%) sebatas kenal, sedangkan 3 (37,5%) orang lain mampu berinteraksi.
2. Tabel Hubungan Dengan Orang Lain Di Luar Wisma Dalam Panti
Klasifikasi Jumlah Prosentase (%)
Tidak kenal 1 12,5
Sebatas kenal 1 12,5
Mampu berinteraksi 3 37,5
Mampu bekerja sama 3 37,5
Jumlah 8 100
Dari hasil pengkajian pada lansia di Wisma Teratai dengan jumlah
keseluruhan sebanyak 8 orang didapatkan hasil 3 orang (37,5%) memiliki
hubungan dengan orang lain di luar wisma dalam panti dan mampu bekerja sama, 3
orang (37,5%) mampu berinteraksi, 1 orang (12,5%) tidak mengenal orang lain di
luar wisma dalam panti, dan 1 (12,5%) orang lainnya mengatakan sebatas kenal.
BAB IV
ANALISA DAN PERENCANAAN
BAB V
PELAKSANAAN DAN EVALUASI KEGIATAN
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran 1
DOKUMENTASI KEGIATAN
Penyuluhan