Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH KAPITA SELEKTA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Secara alamiah sinar matahari yang masuk ke bumi, sebagian akan dipantulkan
kembali oleh permukaan bumi ke angkasa. Sebagian sinar matahari yang dipantulkan itu
akan diserap oleh gas-gas di atmosfer yang menyelimuti bumi (disebut gas rumah kaca),
sehingga sinar tersebut terperangkap dalam bumi. Peristiwa ini dikenal dengan efek
rumah kaca (ERK) karena peristiwanya sama dengan rumah kaca, dimana panas yang
masuk akan terperangkap di dalamnya, tidak dapat menembus ke luar kaca, sehingga
dapat menghangatkan seisi rumah kaca tersebut.

Peristiwa alam ini menyebabkan bumi menjadi hangat dan layak ditempati manusia,
karena jika tidak ada ERK maka suhu permukaan bumi akan 33 derajat Celcius lebih
dingin. Gas Rumah Kaca (GRK) seperti CO 2 (Karbon dioksida),CH4(Metan) dan N2O
(Nitrous Oksida), HFCs (Hydrofluorocarbons), PFCs (Perfluorocarbons) and SF 6
(Sulphur hexafluoride) yang berada di atmosfer dihasilkan dari berbagai kegiatan manusia
terutama yang berhubungan dengan pembakaran bahan bakar fosil (minyak, gas, dan
batubara) seperti pada pembangkitan tenaga listrik, kendaraan bermotor, AC, komputer,
memasak. Selain itu GRK juga dihasilkan dari pembakaran dan penggundulan hutan serta
aktivitas pertanian dan peternakan. GRK yang dihasilkan dari kegiatan tersebut, seperti
karbondioksida, metana, dan nitroksida, menyebabkan meningkatnya konsentrasi GRK di
atmosfer.

Berubahnya komposisi GRK di atmosfer, yaitu meningkatnya konsentrasi GRK secara


global akibat kegiatan manusia menyebabkan sinar matahari yang dipantulkan kembali
oleh permukaan bumi ke angkasa, sebagian besar terperangkap di dalam bumi akibat
terhambat oleh GRK tadi. Meningkatnya jumlah emisi GRK di atmosfer pada akhirnya
menyebabkan meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi, yang kemudian dikenal
dengan Pemanasan Global.
1.2.Rumusan Masalah
 Apa sebab terjadi pemanasan global?
 Apa hubungan efek rumah kaca,dengan pemanasan global dan perubahan
iklim ?
 Apa akibat dari pemanasan global ?

1.3.Batasan Masalah

Pada makalah ini penulis akan membatasi pembahasan pada hubungan efek
rumah kaca dengan pemanasan global dan perubahan iklim. Selain itu, penulis juga
akan membahas tentang sebab dan akibat bila pemanasan global terus berlanjut.

1.4.Tujuan
Tujuan penulis membuat makalah ini adalah :
 Sebagai pemenuhan tugas matakuliah Kapita Selekta.
 Untuk menambah wawsan tentang global warming, yang semakin
mengancam lingkungan hidup kita.
BAB II

EFEK RUMAH KACA

2.1. Apa yang di maksud dengan efek rumah kaca ?

Global warming adalah suatu peristiwa yang disebabkan meningkatnya efek rumah
kaca (green house effect). Sebenarnya efek rumah kaca bukanlah suatu hal yang buruk, justru
dengan adanya efek rumah kaca bumi kita bisa tetap hangat, bahkan memungkinkan kita bisa
hidup di bumi.

Dunia memperoleh sebagian besar energi dari pembakaran bahan bakar fosil yang
berupa pembakaran minyak bumi, arang maupun gas bumi. Ketika pembakaran berlangsung
sempurna, seluruh unsur karbon dari senyawa ini diubah menjadi karbon dioksida. Senyawa
karbon dari bahan bakar fosil telah tersimpan di dalam bumi selama beratus-ratus milliar
tahun lamanya. Dalam jangka waktu satu atau dua abab ini, senyawa karbon ini dieksploitasi
dan diubah menjadi karbon dioksida. Tidak semua karbon dioksida berada di atmosfir
(sebagian darinya larut di laut dan danau, sebagian juga diubah menjadi bebatuan dalam
wujud karbonat kalsium dan magnesium), tetapi hasil pengukuran menunjukkan bahwa kadar
CO2 di atmosfir perlahan-lahan meningkat tiap tahun dan terus meningkat dekade-dekade
terakhir.

Peningkatan dari kadar CO2 di atmosfir menimbulkan masalah-masalah penting yang


disebabkan oleh alasan-alasan berikut ini. Karbon dioksida memiliki sifat memperbolehkan
cahaya sinar tampak untuk lewat melaluinya tetapi menyerap sinar infra merah. Agar bumi
dapat mempertahankan temperatur rata-rata, bumi harus melepaskan energi setara dengan
energi yang diterima. Energi diperoleh dari matahari yang sebagian besar dalam bentuk
cahaya sinar tampak. Oleh karena CO2 di atmosfer memperbolehkan sinar tampak untuk
lewat, energi lewat sampai ke permukaan bumi. Tetapi energi yang kemudian dilepaskan
(dipancarkan) oleh permukaan bumi sebagian besar berada dalam bentuk infra merah, bukan
cahaya sinar tampak, yang oleh karenanya disearap oleh atmosfer CO 2. Sekali molekul CO2
menyerap energi dari sinar infra merah, energi ini tidak disimpan melainkan dilepaskan
kembali ke segala arah, memancarkan balik ke permukaan bumi. Sebagai konsekuensinya,
atmosfer CO2 tidak menghambat energi matahari untuk mencapai bumi, tetapi menghambat
sebagian energi untuk kembali ke ruang angkasa. Fenomena ini disebut dengan efek rumah
kaca.

Selama ini masyarakat menduga adanya peningkatan bertahap dari temperatur rata-
rata permukaan bumi atau pemanasan global, sebagai akibat dari bertambahnya kadar CO 2
tiap tahunnya. Sesungguhnya, tidak diperlukan peningkatan yang tinggi dari temperatur rata-
rata untuk mengakibatkan perubahaan pada cuaca bumi. Peningkatan 4 derajat celcius cukup
untuk sebagian besar antartik mencair dan berakibat tenggelamnya beberapa negara-negara
pantai di seluruh dunia. Tetapi apakah sesungguhnya temperatur rata-rata terus meningkat?
Hasil pengukuran menunjukkan temperatur rata-rata bumi meningkat, 0.6 derajat celcius, dari
tahun 1880 sampai 1940, lalu kembali menurun, kurang lebih 0.3 derajat celcius, dari tahun
1940 sampai 1975, walaupun konsentrasi dari CO2 pada atmosfer terus meningkat pada masa
itu. Sejak tahun 1975 temperatur bumi kembali meningkat secara perlahan-lahan. Pada
dasarnya, sampai saat ini kita tidak memastikan seberapa jauh efek rumah kaca berdampak
pada perubahan cuaca bumi. Ada banyak faktor yang terlibat didalamnya, dan penelitian terus
berlanjut.

Gambar efek rumah kaca


2.2 Hubungan Efek Rumah Kaca, Pemanasan Global dan
Perubahan Iklim

Secara umum iklim sebagai hasil interaksi proses-proses fisik dan kimiafisik
parameternya, seperti suhu, kelembaban, angin, dan pola curah hujan yang terjadi   pada
suatu tempat di muka bumi. Untuk mengetahui kondisi iklim suatu tempat, menurut ukuran
internasional diperlukan nilai rata-rata parameternya selama kurang lebih 30 tahun. Iklim
muncul akibat dari pemerataan energi bumi yang tidak tetap dengan adanya
perputaran/revolusi bumi mengelilingi matahari selama kurang lebih 365 hari serta rotasi
bumi selama 24 jam. Hal tersebut menyebabkan radiasi matahari yang diterima berubah
tergantung lokasi dan posisi geografi suatu daerah.  Daerah yang berada di posisi sekitar 23,5
Lintang Utara – 23,5 Lintang Selatan, merupakan daerah tropis yang konsentrasi energi
suryanya surplus dari radiasi matahari yang diterima setiap tahunnya .

Secara alamiah sinar matahari yang masuk ke bumi, sebagian akan dipantulkan kembali
oleh permukaan bumi ke angkasa. Sebagian sinar matahari yang dipantulkan itu akan diserap
oleh gas-gas di atmosfer yang menyelimuti bumi –disebut gas rumah kaca, sehingga sinar
tersebut terperangkap dalam bumi. Peristiwa ini dikenal dengan efek rumah kaca (ERK)
karena peristiwanya sama dengan rumah kaca, dimana panas yang masuk akan terperangkap
di dalamnya, tidak dapat menembus ke luar kaca, sehingga dapat menghangatkan seisi rumah
kaca tersebut.
Efek Rumah Kaca

Peristiwa alam ini menyebabkan bumi menjadi hangat dan layak ditempati manusia,
karena jika tidak ada ERK maka suhu permukaan bumi akan 33 derajat Celcius lebih dingin.
Gas Rumah Kaca (GRK) seperti CO2 (Karbon dioksida),CH4(Metan) dan N2O (Nitrous
Oksida), HFCs (Hydrofluorocarbons), PFCs (Perfluorocarbons) and SF 6 (Sulphur
hexafluoride) yang berada di atmosfer dihasilkan dari berbagai kegiatan manusia terutama
yang berhubungan dengan pembakaran bahan bakar fosil (minyak, gas, dan batubara) seperti
pada pembangkitan tenaga listrik, kendaraan bermotor, AC, komputer, memasak. Selain itu
GRK juga dihasilkan dari pembakaran dan penggundulan hutan serta aktivitas pertanian dan
peternakan. GRK yang dihasilkan dari kegiatan tersebut, seperti karbondioksida, metana, dan
nitroksida, menyebabkan meningkatnya konsentrasi GRK di atmosfer.

Berubahnya komposisi GRK di atmosfer, yaitu meningkatnya konsentrasi GRK secara


global akibat kegiatan manusia menyebabkan sinar matahari yang dipantulkan kembali oleh
permukaan bumi ke angkasa, sebagian besar terperangkap di dalam bumi akibat terhambat
oleh GRK tadi. Meningkatnya jumlah emisi GRK di atmosfer pada akhirnya menyebabkan
meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi, yang kemudian dikenal dengan Pemanasan
Global.
Sinar matahari yang tidak terserap permukaan bumi akan dipantulkan kembali dari
permukaan bumi ke angkasa. Setelah dipantulkan kembali berubah menjadi gelombang
panjang yang berupa energi panas. Namun sebagian dari energi panas tersebut tidak dapat
menembus kembali atau lolos keluar ke angkasa, karena lapisan gas-gas atmosfer sudah
terganggu komposisinya. Akibatnya energi panas yang seharusnya lepas keangkasa
(stratosfer) menjadi terpancar kembali ke permukaan bumi (troposfer) atau adanya energi
panas tambahan kembali lagi ke bumi dalam kurun waktu yang cukup lama, sehingga lebih
dari dari kondisi normal, inilah efek rumah kaca berlebihan karena komposisi lapisan gas
rumah kaca di atmosfer terganggu, akibatnya memicu naiknya suhu rata-rata dipermukaan
bumi maka terjadilah pemanasan global. Karena suhu adalah salah satu parameter dari iklim
dengan begitu berpengaruh pada iklim bumi, terjadilah perubahan iklim secara global.

Pemanasan global dan perubahan iklim menyebabkan terjadinya kenaikan suhu,


mencairnya es di kutub, meningkatnya permukaan laut, bergesernya garis pantai, musim
kemarau yang berkepanjangan, periode musim hujan yang semakin singkat, namun semakin
tinggi intensitasnya, dan anomaly-anomali iklim seperti El Nino – La Nina dan Indian Ocean
Dipole (IOD). Hal-hal ini kemudian akan menyebabkan tenggelamnya beberapa pulau dan
berkurangnya luas daratan, pengungsian besar-besaran, gagal panen, krisis pangan, banjir,
wabah penyakit, dan lain-lainnya
2.3 Penyebab Pemanasan Global

Pemanasan global adalah kejadian meningkatnya temperatur rata-rata atmosfer, laut


dan daratan Bumi.

Gas rumah kaca (CO, CO2, CFCs, O3, NOx) dituduh sebagai penyebab dari
pemanasan global. Akan tetapi seandai bumi ini tidak mempunyai gas-gas rumah kaca maka
bumi ini akan mempunyai suhu 33 derajat celesius dibawah 0. konsetrasi gas-gas rumah kaca
mengalami peningkatan pada tahun-tahun belakangan ini. Ada yang bilang karena ulah
manusia, ada yang bilang karena aktifitas geologi, ada yang bilang karena siklus carbon di
laut terhambat. Tidak ada yang mengetahui CO2 datang dari mana, yang jelas peningkatan
konsentrasi gas rumah kaca ini menyebabkan jumlah energi matahari yang dipantulkan
kembali kebumi menjadi lebih besar atau dengan kata lain ada hubungan antara peningkatan
konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer dengan pemanasan global. Gas CO2 menyumbang
50% dari pemanasan global, sedangkan gas CFCs, CH 4, O3, dan NOx masing-masing
menyumbang lebih kurang 20%, 15%, 8% dan 7% bagi pemanasan global.
Kelompok studi lingkungan Federal Climate Change Science Program pada tanggal 2
mei 2006 mengeluarkan statement bahwa manusia mempegaruhi terjadinya perubahan iklim
global. Salah satu akibat dari pemanasan global itu adalah perubahan iklim. Menurut
pendukung teori ini, CO2 di bumi telah meningkat secara drastis akibat dari aktivitas manusia
dan aktivitas manusia pula yang menyebabkan terhambatnya penyerapan CO2 kembali oleh
tanaman. Manusia berperan ganda dalam peningkatkan CO2 di atmosfer dan menghambat
penyerapannya. Tanaman yang dalam tulisan ini dikonotasikan dengan hutan merupakan
penyerap utama CO2 di atmosfer. Akan tetapi beberapa penelitian lain menyatakan bahwa
ternyata manusia (antrhopogenic) hanya menyumbangkan 5% dari produksi CO2 di dunia ini.

Seperti yang ditulis diatas, aktifitas manusia yang menggunakan bahan bakar fosil
dianggap sebagai alasan utama peningkatan CO2 diatmosfer, tetapi ada yang mengatakan jika
bukan itu penyebabnya. Pendukung teori ini mencoba menjelaskan ternyata pemanfaatan
bahan bakar fosil (selain batu bara) tidak selalu menyebabkan peningkatan kadar CO 2 di
atmosfer. Pada saat produksi migas menurun akibat embargo, ternyata konsentrasi CO 2 tetap
meningkat. Tetapi ada contoh kasus, untuk menghasilkan energi sebesar 1 kWh, pembangkit
listrik yang menggunakan batubara mengemisikan sekitar 940 gram CO2. Sementara
pembangkit listrik yang menggunakan minyak bumi dan gas alam menghasilkan emisi gas
rumah kaca sekitar 798 dan 581 gram C02.

Aktifitas gunung api merupakan salah satu penyumbang gas CO2 di udara. Pada
tanggal 14-15 Juni 1991 Gunung Pinatubo di Filipina, pada gambar di bawah terlihat bahwa
temperatur bumi setelah tahun 1990, meningkat drastis. Para ahli geologi menganggap bahwa
pemanasan global lebih disebabkan oleh aktivitas alam seperti ini.

Sementara sebagian ahli lain berpendapat bahwa sebenarnya jumlah CO2 di atmosfer
tidak cukup signifikan untuk dijadikan “kambing hitam” pemanasan global karena jumlahnya
yang hanya 0.04%. Selain itu, para ahli ini juga menyatakan bahwa seluruh gas yang ada di
atmosfer adalah gas rumah kaca, tanpa terkecuali dimana komposisi terbesar adalah nitrogen
(78%), oksigen (21%) dan uap air (hingga 3%).

Laut mempunyai peranan penting dalam siklus karbon itu karena siklus karbon
sebagian besar terjadi dilaut. Menurut ahli biologi hanya 10 persen siklus carbon terjadi di
darat sedangkan sisanya terjadi di laut. Jadi terganggunya siklus carbon dilaut bisa juga
menyebabkan terjadinya pemanasan global. Dari teori ini, kita dapat menyimpulkan “semakin
tinggi suhu permukaan laut maka akan semakin rendah proses penyerapan karbon di udara
oleh laut atau dengan kata lain siklus karbon terganggu”, “pemanasan global menyebabkan
temperatur permukaan laut meningkat, salah satu akibatnya adalah fenonema Iklim El Nino
dan La Nina”.

Siklus Karbon

Pendapat lain mengatakan bahwa pemanasan global disebabkan oleh sinar kosmik.
Berdasarkan peneltian para ahli sinar kosmik yang berasal dari luar angksa mempengaruhi
terciptanya awan-awan di atmosfer bagian bawah. Berdasarkan penelitian mereka, sinar
kosmik tenyata mampu meningkatkan terjadinya pembentukkan awan di atmosfer bagian
bawah, dimana semakin tinggi sinar kosmik yg masuk ke bumi, maka semain tinggi jumlah
awan yang tercipta. Awan memantulkan sekita 20% energi matahari kembali keluar angkasa.
dengan semakin banyaknya awan, maka energi matahari yang masuk kebumi akan semakin
kecil dan bumi semakin dingin. Menurut para ahli pada abad 20 ini sinar kosmik yang masuk
kebumi semakin sedikit, sehingga proses terciptanya awan juga semakin kecil dan akhirnya
bumi semakin panas.

Bumi semakin panas akibat dari matahari yang semakin bergejolak. Matahari dalam
seabad ini sering sekali memunculkan bintik-bintik matahari akibat ledakan energi hidrogen.
Berdasarkan penelitian, ternyata semakin banyak jumlah bintik-bintik itu, maka energi panas
yang dipancarkan oleh matahari juga semakin tinggi yang akan mempengaruhi juga panas di
bumi.
Berdasarkan pembahasan di atas dapat dilihat bahwa ternyata banyak penyebab dari
pemanasan global. Proses-proses ini terjadi bersamaan dan berkesinambungan, maka proses
bencana alam akbat efek pemanasan global akan sering terjadi.

Contoh akibat pemanasan global


2.4 Akibat Dari Pemanasan Global

Suhu permukaan bumi telah meningkat dan masyarakat harus waspada pada akibat-
akibat yang akan terjadi pada masa-masa yang akan datang.
Seperti yang telah ditulis diatas ternyata pemanasan global disebabkan oleh banyak
hal, dan sampai saat ini faktor-faktor dominan penyebab pemanasan global masih
diperdebatkan. Tapi yang jelas bumi lebih hangat 0.5 – 0.6 0C dari rata-rata suhu bumi 100
tahun terakhir.

Bulan Januari tahun 2007 menjadi bulan Januari terhangat sepanjang 100 tahun ini,
dimana suhu rata-rata bulan Januari 2007 0.85 0C lebih tinggi dari suhu rata2 bumi bulan
Januari yaitu 12 0C. Dan diperkirakan tahun 2007 ini akan menjadi tahun terpanas sepanjang
100 terakhir diamana akan meningkat 0.54 0C dari suhu rata-rata tahunan sebesar 14 0C.
Tahun terpanas selama ini jatuh pada tahun 1998 yaitu 0.52 0C lebih panas dari suhu rata-rata
tahunan. Dibelahan bumi bagian utara yaitu Eropa Timur dan Rusia kenaikan suhu bulan
Januari adalah 4 0C dan Kanada 2.5 0C dari suhu rata-rata tahunan.

Tahun 2006 sendiri merupakan tahun terpanas ke-6 selama 100 tahun ini, yaitu naik
0.42 0C dari suhu rata-rata tahunan. Kantor meteorologi Inggris menyebutkan bahwa tahun
2006 merupakan tahun terpanas di Inggris. 10 tahun terhangat pada abad 20 ini terjadi setelah
tahun 1980 dan 3 tahun terhangat terjadi setelah tahun 1990.

Peningkatan suhu bumi ini sudah sangat mengkhawatirkan. Menurut sebuah konfrensi
tentang perubahan iklim di inggris bila suhu bumi meningkat lebih dari 2 0C maka sebagian
spesies akan punah dan bahkan ekosistem bisa hancur, kelaparan akan terjadi dimana-mana
khususnya di negara berkembang dan air bersih akan menjadi barang yang sangat langka.

Para ilmuwan memperkirakan pada tahun 2100 suhu bumi akan meningkat 1.4 – 5.8
0
C. Kenaikan temperatur ini akan menyebabkan mencairnya es dikutub utara dan
menghangatkan lautan sehingga mengakibatkan meningkatnya volume lautan serta
menaikkan permukaannya sekitar 9 – 100 cm, menimbulkan banjir di daerah pantai, bahkan
dapat menenggelamkan pulau-pulau. Beberapa daerah dengan iklim yang hangat akan
menerima curah hujan yang lebih tinggi, tetapi tanah juga akan lebih cepat kering.
Kekeringan tanah ini akan merusak tanaman bahkan menghancurkan suplai makanan di
beberapa tempat di dunia. Hewan dan tanaman akan bermigrasi ke arah kutub yang lebih
dingin dan spesies yang tidak mampu berpindah akan musnah. Penelitian lain
mengungkapkan bahwa dalam waktu 1000 tahun yang akan datang permukaan laut akan
meningkat setinggi 7 meter dari keadaan sekarang.

Berdasarkan simulasi model iklim, juga dapat diperkiarakan pada musim panas tahun
2040 es-es dikutub utara seluruhnya akan mencair bila kadar pelepasan emisi gas-gas rumah
kaca tetap tinggi seperti saat ini. Berdasarkan pengamatan dengan menggunakan satelit
pengindraan jauh, pada bulan september 2006 luas daratan es di kutub utara hanya 1.9 juta
km2 atau seluas daratan Alaska menurun sekitar 4 juta km2 dalam kurun waktu 10 tahun.

Pemanasan global yang berhubungan langsung dengan perubahan iklim berdampak


sangat luas terhadap kehidupan di bumi ini. Menurut ahli geologi sejak 1 juta tahun yang lalu
sudah 10 kali suhu bumi meningkat dan selalu berkorelasi dengan peningkatan CO 2 di bumi.
Akan tetapi yang paling menghawatirkan adalan pemanasan yang terjadi dalam 20 tahun
terakhir ini, pemanasan yang terjadi sudah melebihi pemanasan yang terjadi pada zaman
medieval (1000 tahun yang lalu). Pada zaman itu bumi juga mengalami pemanasan global.

Saat ini, atmosfir berisi komponen utama gas rumah kaca, yaitu CO 2, sebanyak 380
ppm (380 molekul per satu juta molekul). Sebelum revolusi industri terjadi, jumlah CO 2
adalah 275 ppm. Agar suhu bumi tidak naik sampai 2 0C, maka kadar CO2 di atmosfer harus
berada di bawah 450 ppm.

IPCC panel memperingatkan, bahwa meskipun konsentrasi gas di atmosfer tidak


bertambah lagi sejak tahun 2100, iklim tetap terus menghangat selama periode tertentu akibat
emisi yang telah dilepaskan sebelumnya. CO2 akan tetap berada di atmosfer selama seratus
tahun atau lebih sebelum alam mampu menyerapnya kembali. Jika emisi gas rumah kaca
terus meningkat, para ahli memprediksi, konsentrasi CO2 di atmosfer dapat meningkat hingga
tiga kali lipat pada awal abad ke-22 bila dibandingkan masa sebelum era industri. Akibatnya,
akan terjadi perubahan iklim secara dramatis. Walaupun sebenarnya peristiwa perubahan
iklim ini telah terjadi beberapa kali sepanjang sejarah Bumi, manusia akan menghadapi
masalah ini dengan resiko populasi yang sangat besar.

Bukti dampak dari pemanasan global akhir-akhir ini sudah sering ditemui. Selain
menyusutnya es di kutub utara, iklim yang tidak menentu dan seringnya terjadi badai
merupakan efek lain dari pemanasan global. Menurut penelitian di Belanda, anak burung
koolmees yaitu burung pemakan serangga menetas jauh sebelum waktu yang seharusnya.
Mereka kekurangan pangan karena belum musim ulat, sebagai akibat dari perubahan siklus
iklim.

Perubahan Kondisi Glasier di Alaska (1941-2004)


Perubahan kondisi Glasier Upsala di Argentina (1928-2004)

Kekeringan, kebakaran, munculnya berbagai macam penyakit tropis (malaria dan


DB), banjir dan tanah longsor yang sering terjadi di indonesia merupakan salah satu efek dari
pemanasan global, walaupun tanpa harus memungkiri ada pengaruh-pengaruh lain dari
peristiwa-peristiwa itu. Pada tahun 2002 puso melanda Pantura seluas 12.985 ha sehingga
menurunkan produksi padi di daerah tersebut. Tahun 2003 luas sawah yang mengalami
kekeringan adalah 450.000 ha dimana 100.000 ha sawah tersebut mengalami puso. Daerah
Jawa-Bali terjadi peningkatan kasus malaria, dari 18 kasus per 100 ribu penduduk jadi 48
kasus per 100 ribu penduduk, tahun 1998, naik hampir tiga kali lipat. Sementara di luar Jawa-
Bali, terjadi peningkatan sebesar 60% dari 1998 sampai tahun 2000. Banjir yang terjadi di
Jakarta tahun 2002 merupakan akibat dari curah yang di atas rata-rata, dimana curah hujan
saat itu adalah 107 mm sedangkan normalnya adalah 50 mm. Tahun 2007 kemarin curah
hujan juga mencapai 250 mm.

2.5 Dampak Dari Pemanasan Global

Pada pembahasan di atas, ditulis beberapa teori tentang penyebab pemanasan global
atau khususnya peningkatan gas rumah kaca, lebih khususnya lagi gas CO 2 itu adalah
manusia, aktivitas gunung api dan juga pemanasan permukaan laut. Untuk dua penyebab
terakhir adalah proses alam. Namun untuk hal-hal yang disebabkan oleh manusia (penyebab
utama), kita masih masih bisa bertindak, karena hal tersebut disebabkan oleh manusia sendiri.
Untuk pemanasan permukaan laut, sebagian ahli menganggap bahwa itu adalah efek domino
dari pemanasan global. Tapi sampai sekarang belum diketahui mana yang utama, pemanasan
muka air laut atau peningkatan gas CO2.

Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) tahun 2007 telah mengeluarkan


pernyataan bahwa kemungkinan manusia yang menyebabkan perubahan iklim itu sekitar 90%
dimana penyebab utama terjadinya peningkatan Gas Rumah Kaca (GRK) seperti peningkatan
gas Carbon Dioksida yang disebabkan oleh penggunaan bahan bakar fosil dan perubahan
penggunaan dari lahan hutan menjadi lahan yang bernilai ekonomi seperti pemukiman dan
perkebunan, sedangkan peningkatan gas metan dan gas dinitrogen oksida disebabkan oleh
aktivitas pertanian dan peternakan. Gas metan juga dihasilkan oleh pembusukan sampah. Jadi
dapat kita simpulkan bahwa peningkatan gas rumah kaca itu akibat kesalahan manusia dalam
pengelolaan energi, hutan, pertanian, peternakan dan juga sampah.
Semua butuh energi, dan selama ini manusia memanfaatkan energi yang tidak
terbaharukan. Kesalahan pengelolaan energi oleh manusia dianggap sebagai penyebab utama
peningkatan pemanasan global. Jadi energi ini harus dikelola dengan baik. Sumber energi
utama dibumi adalah energi matahari. Namun manusia jarang sekali memanfaatkan energi
ini. Tumbuhan secara alami sudah memanfaatkannya melalui proses fotosintesis. Mengapa
manusia tidak memanfaatkan energi matahari untuk kehidupan sehari-hari ?

Kota Freiburg di Jerman merupakan kota pelopor yang memanfaatkan energi matahari
sebagai sumber listriknya. Sejak tahun 1986 kota ini membuat visi tentang pemanfaatan
energi berorientasi ekologis dan dititik beratkan pada efisiensi energi dan pemanfaatan
transportasi umum. Hasilnya adalah emisi CO2 berkurang sekitar 20% perkapita. 100% orang
naik transportasi umum dan 35% warganya tidak memiliki mobil. Pada tahun 1992 kota ini
mengemisikan CO2 sekitar 2,073 juta ton dimana 1,660 juta ton dari sektor energi dan 0,413
juta ton dari transportasi. Pada tahun 2007 emisi CO2 nya berkurang menjadi 1,787 juta ton
atau turun 13,8% dimana dari sektor energi emisinya turun menjadi 1,394 juta ton (turun
16%) dan sektor transportasi turun menjadi 0,393 juta ton (turun 4,8%). Gambar dibawah ini
adalah bagaimana rumah-rumah di kota ini memanfaatkan panel fotovoltaik sebagai
perangkap energi matahari dan grafik jumlah CO2 yang turun dari tahun 1992

Panel-panel Fotovoltaik
Grafik penurunan emisi CO2

Selain itu kota Samso di Denmark, pulau kecil di lepas pantai Denmark ini
menggunakan energi listrik yang berasal dari turbin angin yang tersebar disepanjang horizon.
75% energi panasnya berasal dari energi surya dan bio-energi. Dan hasilnya emisi karbon
berkurang 300 ribu ton dari tahun 1997 sampai 2003.

Turbin angin di Samso Denmark

Perusahaan StatoilHydro yang berada di Sleipner barat memproduksi minyak mentah


sekitar 60 ribu barrel minyak mentah dan 20,7 juta meter kubik gas alam setiap harinya.
Minyak mentah dan gas alam merupakan salah satu sumber CO2 dan perusahan ini
memerangkap kembali CO2 dengan menginjeksikan CO2 yang tidak terpakai kedalam formasi
lapisan tanah sedalam 1000 m. Dan bayangkan, sebanyak 2.800 metrik ton CO 2 yang
diinjeksikan setiap harinya. Dan sampai saat ini sudah sekitar 10 juta ton CO 2 yg
diperangkap.

Injeksi CO2 kedalam formasi lapisan tanah

Hutan menyerap sekitar 1,3 giga ton CO 2 pertahun dari luas hutan didunia sekitar 4
giga hektar. Dan seluruh hutan didunia ini menyimpan karbon sekitar 610 giga ton. Akan
tetapi sekitar 10-30% total CO2 yang ada diudara merupakan hasil dari pembabatan hutan.
Sesuatu yang ironis, dimana sumber penyerap CO2 dihancurkan untuk menambah CO2
diudara.

Di Kalimantan, hutan menyerap karbon sekitar 3 kgC/m 2/thun. Dikurangin respirasi


yang melepaskan karbon, maka penyerapan karbon bersihnya hanya sekitar 0,5 kgC/m2/thn.
Akan tetapi ada perbedaan kemampuan tanaman menyerap karbon di daerah tropis dan
subtrpis. Di daerah tropis lebih besar kemampuannya karena cahaya matahari yang terus ada
sepanjang tahun. Dibawah adalah penyebaran secara global penyerapan karbon bersih oleh
tanaman

Penyebaran global penyerapan karbon bersih oleh tanaman


Kemampuan tanaman hutan dan tanaman pertanian menyerap carbon sebenarnya
hampir mirip, akan tetapi yang membedakan tanaman pertanian dan tanaman hutan adalah
kemampuan mereka dalam menyimpan karbon. Tanaman pertanian seperti jagung akan
menyimpan karbon selama hidupnya. Pembakaran tanaman jagung dalam proses
pembersihan ladang akhirnya memunculkan masalah dalam penyumbangan karbon ke
atmosfer oleh tanaman pertanian. Berbeda dengan tanaman hutan yang hidup cukup lama.
Penyimpanan karbon akan berlangsung lebih lama karena umur yang panjang dan proses
dekomposisi yang lambat yang bahkan bisa mencapai 300 tahun agar karbon yang diserap
kembali lagi ke udara.

Kota yang mempunyai penduduk yang banyak, dapat menyebabkan kota tersebut
sangat boros energi. Mengembangkan kota yang ramah lingkungan akan memberikan
dampak bagi pengurangan emisi gas rumah kaca. Desain kota hijau misalnya dengan
memasang panel-panel fotovoltaik di perkantoran, desain bagunan yang memanfaatkan
cahaya alami sehingga tidak membutuhkan banyak energi listrik, pemusatan kegiatan
sehingga penduduk tidak menyebar yang akan mengurangi pemanfaatan listrik dan
transportasi, dan lain sebagainya

Kota Hijau - Kota Kiev Ukraina

Pemanasan global sudah terjadi, CO2 di udara berdasarkan hasil pengamatan di


Muana Loa, Hawaii pada bulan maret 2009 telah mencapai 387,24 ppm. Hal ini tidak bisa
dicegah dalam waktu yang sesaat untuk menurunkannya, semua butuh proses. Untuk itu kita
perlu beradaptasi dalam menghadapi perubahan ini. Ada banyak cara misalnya dengan
mempersiapkan diri dalam menghadapi cuaca ekstrim, menjaga kesehatan karena penyakit
tropis, membiasakan diri dalam penggunaan energi dan air dengan efisien, mencari tau
prakiraan cuaca dan lain sebagainya.

2.6 Adakah dampak positif dari Efek Rumah Kaca?

Global warming adalah suatu peristiwa yang disebabkan meningkatnya efek rumah
kaca (green house effect). Sebenarnya efek rumah kaca bukanlah suatu hal yang buruk, justru
dengan adanya efek rumah kaca bumi kita bisa tetap hangat.

Kita bisa mengibaratkan bumi kita seperti mobil yang sedang diparkir dalam cuaca
yang cerah. Kita pasti akan berpikir bahwa temperature di dalam mobil pasti akan lebih panas
dibandingkan temperature di luar mobil. Sinar matahari memasuki mobil tersebut melalui
celah-celah pada kaca jendela dan secara otomatis panas dari sinar matahari akan diserap oleh
jok, karpet, dashboard serta benda-benda lain yang berada di dalam mobil. Ketika semua
objek tersebut melepaskan kembali panas yang diserapnya, tidak semua panas tersebut akan
bisa keluar melalui celah jendela, sebagian justru akan dipantulkan kembali. Panas tersebut
akan diradiasikan kembali oleh benda-benda yang ada di dalam mobil dengan panjang
gelombang yang berbeda-beda. Sehingga sejumlah energi panas akan tetap tinggal di dalam
mobil, dan hanya sebagian kecil dari energi tersebut yang bisa melepaskan diri. Pada
akhirnya, mobil tersebut akan mengalami peningkatan temperature secara berkala, semakin
lama akan semakin panas.

Ketika cahaya matahari mengenai atmosfer serta permukaan bumi, sekitar 70% dari
energi tersebut tetap tinggal di bumi, diserap oleh tanah, lautan, tumbuhan serta benda-benda
lainnya. 30 % sisanya dipantulkan kembali melalui awan, hujan serta permukaan reflektif
lainnya. Tetapi panas yang 70 % tersebut tidak selamanya ada di bumu, karena bila demikian
maka suatu saat bumi kita akan menjadi “bola api”). Benda-benda di sekitar planet yang
menyerap cahaya matahari seringkali meradiasikan kembali panas yang diserapnya. Sebagian
panas tersebut masuk ke ruang angkasa, tinggal di sana dan akan dipantulkan kembali ke
bawah permukaan bumi ketika mengenai zat yang berada di atmosfer, seperti karbon
dioksida, gas metana dan uap air. Panas tersebut yang membuat permukaan bumi tetap hangat
dari pada di luar angkasa, karena energy lebih banyak yang terserap dibandingkan dengan
yang dipantulkan kembali. Itulah peristiwa yang disebut dengan efek rumah kaca (green
house effect).

 Bumi Tanpa Efek Rumah Kaca

Apa yang akan terjadi bila bumi kita tanpa efek rumah kaca, maka bumi akan seperti
planet Mars. Mars tidak memiliki atmosfer yang cukup tebal untuk mempertahankan panas
Matahari, di sana sangat dingin. Sehingga tidak memungkinkan adanya kehidupan.

Efek rumah kaca adalah seperti yang diuraikan diatas, bahwa konsentrasi CO 2 yang
tebal diatmosfer bumi menyebabkan emisi panas yang dikeluarkan oleh makhluk ataupun
benda lain di muka bumi tidak dapat dilepaskan sehingga suhu bertambah panas di didalam
lingkungan bumi. Efek berantainya adalah apabila ketebalan mencapai batas limit maka sinar
matahari tidak akan mamapu lagi menembus sampai kepermukaan bumi.
Logikanya apabila konsentrasi sudah mencapai titik jenuh tersebut maka bumi akan
mengalami gelap karena radiasi panas tidak mampu menembus bumi akibat dipantulkannya
kembali keluar angkasa.
Dengan demikian maka suhu bumi akan turun drastis dan permukaan air akan
membeku. Efek lain dari emisi gas rumah kaca adalah hewan & ikan dibumi akan mengalami
kerusakan jaringan dan reproduksi, kerabang telur ayam akan susah terbentuk telur ikan akan
pecah sebelum diselaputi lendir pelindung. sehingga populasi hewan dan ikan akan menurun
bahkan musnah. Tumbuhan yang sebetulnya memerlukan CO2 untuk fotosintesis justru tidak
dapat melakukan fungsi tersebut dikarenakan sel fotosintesis pada daun tertutup jelaga yang
merupakan efek samping dari CO2, pada permukaan daun akan timbul kutikula daun atau
bintil bintil daun, itu seperti kanker pada hewan atau manusia.Ganggang & fitoplankton pun
setali tiga uang dengan tumbuhan besar, sel fotosintesis tidak akan berfungsi.
yang jelas apapun bila tidak sesuai ukuran akan mengakibatkan kerusakan.
Coba bila anda makan sesuai porsi dengan makan yang berlebih sampai kekenyangan, maka
akan jelas efeknya. Makan sesuai porsi akan jadi sehat. Makan berlebih perut jadi sakit dan
kelanjutannya ke organ lainnya. Demikian juga emisi gas rumah kaca (CO 2) bila berlebihan
akan menimbulkan penyakit, tetapi bila sesuai porsi akan membuat sehat tumbuhan dan
bumi.

Akibat global warming yang disebabkan efek rumah kaca bukan akan menambah
jumlah ikan karena air yng semakin banyak dan tumbuhan bukannya menghasilkan oksigen
bertambah banyak karena berlebihannya CO2. Efek rumah kaca itu tidak berbanding lurus
dengan melimpahnya sinar matahari. Rasa hangat dan panas yang kita rasakan itu bukan dari
sinar matahari tapi dari emisi/radiasi yang terjebak dibawah permukaan gas CO 2 yang tebal.
Perlu dicatat emisi,radiasi dan sinar itu hal yang berbeda. Sinar matahari ke bumi membawa
serta radiasi dan emisi (emisi adalah efek hasil pemanasan yang berupa gas, sedangkan
radiasi dihasilkan akibat tidak stabilnya elektron akibat tumbukan antara elektron yang akan
menimbulkan pemanbahan atau pengurangan jumlahnya untuk mencapai kesetabilan, tetapi
hal ini juga mempengaruhi inti atomnya, akibatnya akan mengeluarkan sinar seperti alfa,
gama, beta, ultraviolet, X, dll). Jadi jelasnya bumi kita ini harus dirawat dikelola dengan
bijaksana agar terus seimbang. Karena ketidak seimbangan akan mengakibatkan petaka
bukan manfaat.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

1. Pemanasan global adalah kejadian meningkatnya temperatur rata-rata atmosfer, laut


dan daratan Bumi.
2. Efek rumah kaca menyebabkan bumi menjadi hangat dan layak ditempati manusia,
karena jika tidak ada ERK maka suhu permukaan bumi akan 33 derajat Celcius lebih
dingin.
3. Tahun 2006 merupakan tahun terpanas ke-6 selama 100 tahun terakhir ini karena naik
0.42 0C dari suhu rata-rata tahunan.
4. Bumi semakin panas akibat dari matahari yg semakin bergejolak. Matahari dalam
seabad ini sering sekali muncul bintik-bintik matahari akibat ledakan energi hidrogen.
berdasarkan penelitian, ternyata semakin banyak jumlah bintik-bintik itu, maka energi
panas yang dipancarkan oleh matahari juga semakin tinggi yang akan mempengaruhi
juga panas di bumi.
5. Laut mempunyai peranan penting dalam siklus karbon itu karena siklus karbon
sebagian besar terjadi dilaut. Menurut ahli biologi hanya 10 persen siklus carbon
terjadi di darat sedangkan sisanya terjadi di laut. Jadi terganggunya siklus carbon
dilaut bisa juga menyebabkan terjadinya pemanasan global.

Anda mungkin juga menyukai