Agama, Kitab Suci, Dan Lingkungan by Ahmad Syarif H
Agama, Kitab Suci, Dan Lingkungan by Ahmad Syarif H
DAFTAR ISI
Abstrak.................................................................................................................................1
Pendahuluan.........................................................................................................................2
Lubuk Besar, Penambangan, dan Kerusakan Lingkungan...................................................3
Kondisi Daerah Lubuk Besar..................................................................................3
Aktivitas Penambangan Timah................................................................................3
Kondisi Lingkungan Desa Lubuk Besar .................................................................7
Sikap Tuan Haji Terhadap Aktivitas Penambangan..............................................................9
Pemahaman Keagamaan Tuan Haji Tentang Lingkungan ..................................................11
Pemahaman Tentang Khalifatullah ....................................................................11
Pemahaman Tentang Amanah.............................................................................13
Pemahaman Tentang Maslahah.........................................................................14
Pandangan Tuan Haji Terhadap Kerusakan Lingkungan yang Sedang Terjadi ..................15
Kerusakan Lingkungan adalah Hal yang Biasa..................................................16
Kerusakan Lingkungan adalah Suatu Pembawa Malapetaka.............................16
Sikap Antroposentris dan Biosentris: Dampaknya Terhadap Penyelamatan
Lingkungan........................................................................................................................18
Penutup..............................................................................................................................20
Referensi............................................................................................................................22
Autobiography....................................................................................................................22
Abstrak
Aktivitas penambangan timah inkonvensional di pulau Bangka merupakan salah satu
penyebab rusaknya lingkungan alam di daerah ini, khususnya di desa Lubuk Besar,
kecamatan Lubuk Besar, kabupaten Bangka Tengah. Aktivitas penambangan inkonvensional
yang dilakukan oleh semua kalangan masyarakat termasuk tokoh agama seperti Tuan Haji
merupakan suatu fenomena yang menarik untuk dikaji terutama mengenai pemahaman
keagamaan mereka tentang lingkungan. Fokus utama penelitian ini adalah melihat
pemahaman keagamaan para tuan haji serta pengaruh pemahaman tersebut terhadap sikap
mereka tentang aktivitas penambangan dan aktivitas penambangan yang teerjadi di
masyarakat. Untuk melihat pola pemahaman keagamaan para Tuan Haji tentang lingkungan
ini, penulis menggunakan metode analisis teks dengan pendekatan etika lingkungan hidup.
Melalui metode ini penulis menemukan bahwa pemahaman keagamaan Tuan Haji tentang
lingkungan terbagi menjadi dua pola pemahaman, yaitu pemahaman yang bersifat
antroposentris dan biosentris. Sedangkan terkait dengan sikap para Tuan Haji terhadap
aktivitas penambangan, ia terbagi kepada tiga sikap, yaitu sikap setuju, sikap kurang setuju,
dan sikap tidak setuju dengan aktivitas penambangan. Pemahaman para Tuan Haji seperti
tersebut di atas, ternyata banyak dipengaruhi oleh cara mereka dalam memahami beberapa
konsep dan/atau ajaran islam tentang hubungan manusia dan lingkungan seperti konsep ke-
khalifah-an manusia, amanah, dan maslahah seperti termaktub dalam teks-teks keagamaan.
Kata Kunci : Tuan Haji, Tambang Timah, Pemahaman Keagamaan, dan Lingkungan.
Berdasarkan fakta di atas, maka hal tersebut, maka jumlah tuan haji
penulis melihat bahwa fenomena keterlibatan penambang yang dimiliki oleh desa ini pun
para Tuan Haji dalam aktivitas penambangan lebih banyak jika dibandingkan dengan desa
timah inkonvensional yang telah banyak di sekitarnya.
menyumbang terjadinya krisis lingkungan di Untuk tujuan tersebut di atas, maka
pulau Bangka, mengindikasikan bahwa telah tulisan ini akan menjawab beberapa hal, yaitu
terjadi kesenjangan antara aktivitas bagaimana pemahaman keagamaan para tuan
penambangan yang mereka lakukan dengan haji tentang teks-teks kitab suci keagamaan
ajaran atau nilai-nilai agama yang banyak (al-Quran) yang berhubungan dengan
menganjurkan dan mengajarkan manusia lingkungan? bagaimana dampak pemahaman
untuk melestarikan lingkungan. tersebut dalam membentuk sikap mereka
Penelitian ini dilakukan di tiga desa, terhadap aktivitas penambangan timah di
yakni desa Lubuk Simpang, Lubuk Pabrik, desa Lubuk Besar? Bagaimana kesadaran
dan Lubuk Lingkuk, - untuk selanjutnya lingkungan para tuan haji serta dampaknya
dalam penelitian ini disebut dengan desa terhadap upaya pelestarian lingkungan di
Lubuk Besar- kecamatan Lubuk Besar, desa Lubuk Besar?
kabupaten Bangka Tengah, provinsi
Kepulauan Bangka Belitung. Lokasi ini Lubuk Besar, Penambangan dan
dipilih karena di samping memiliki dua Kerusakan Lingkungan
potensi sumber pencaharian masyarakat, Kondisi Daerah Lubuk Besar. Istilah Lubuk
yakni kelautan dan pertanian/perkebunan, ia Besar dalam penelitian ini adalah nama yang
juga merupakan suatu daerah yang kaya digunakan untuk menyebut tiga buah desa
akan sumber daya alam di bidang yaitu; desa Lubuk Simpang, Lubuk Pabrik,
penambangan dan bahkan ia dijadikan dan Lubuk Lingkuk. Tiga desa Lubuk ini
sebagai sentra aktivitas penambangan timah mempunyai banyak kesamaan baik dari
di wilayah kecamatan Lubuk Besar. Hal ini kondisi sosial masyarakat, perekonomian,
terbukti dari beroperasinya PT. Kobatin kondisi demografis hingga kondisi sosial
sejak 1970-an hingga maraknya religius. Hal ini selain disebabkan oleh letak
penambangan timah inkonvensional yang geografis yang saling berdekatan, keadaan
dilakukan oleh masyarakat di daerah ini pada sosial masyarakat juga menjadi faktor utama
saat ini. Keadaan ini telah menyebabkan pembentuk kesamaan tersebut. Desa Lubuk
ditinggalkannya sektor pertanian/perkebunan Besar ini memiliki luas 256,68 km2.
dan kelautan oleh penduduk masyarakat Secara geografis, desa Lubuk Besar
setempat. Sebagai konsekuensi logis dari berada di wilayah kecamatan Lubuk Besar,
mereka, kini mereka beralih peran menjadi Kobatin), Masyarakat Pemilik Modal (Bos
pemain bersama dengan PT. Kobatin dalam Timah), dan Masyarakat Biasa.
mengekploitasi emas hitam tersebut. Masyarakat Pemilik Modal (Bos
Sehingga dengan dikenalnya sistem Timah) adalah bagian masyarakat yang
penambangan ini, maka sejak 2001 hingga memiliki modal besar dalam usaha
sekarang, masyarakat desa Lubuk Besar penambangan timah di mana dalam
telah memiliki tiga sumber pencaharian menjalankan usahanya tersebut mereka
utama yaitu, berkebun, melaut dan menggunakan escavator (oleh masyarakat
menambang. dikenal dengan sebutan PC) untuk menggali
Menambang timah bagi mayoritas lapisan tanah di area penambangan mereka.
masyarakat desa Lubuk Besar ternyata Di samping bergerak dalam usaha
menjadi pekerjaan yang menarik dan penambangan langsung, bos timah ini juga
menjanjikan. Hal ini disamping membeli timah hasil aktivitas penambangan
pengerjaannya yang mudah dan singkat, masyarakat biasa atau oleh masyarakat
penghasilan yang besar dari aktivitas setempat mereka disebut dengan sebutan
penambangan ini telah menyebabkan ia kolektor timah.
disukai dan digemari oleh banyak Pelaku masyarakat biasa adalah
masyarakat, sehingga dua sumber mata masyarakat umum atau masyarakat
pencaharian lainnya yakni berkebun dan kebanyakan yang menambang timah hanya
melaut hampir tidak diminati oleh dengan menggunakan alat sederhana yang
masyarakat. Hal ini terbukti dari pengamatan biasanya berupa mesin TI sederhana dimana
penulis terhadap aktivitas keseharian tujuan aktivitas ini hanyalah untuk memenuhi
masyarakat yang hampir 95% dari semua kebutuhan sehari-hari. Actor jenis ini, tidak
penduduk desa Lubuk Besar berprofesi semuanya memiliki peralatan milik pribadi
sebagai penambang timah, dan selebihnya tetapi ada juga diantara mereka yang
adalah berkebun dan melaut. Bahkan menyewa kepada bos timah yang nantinya
menurut pengakuan mereka, berkebun dan hasil dari penambangannya harus dijual
melaut hanyalah dijadikan sebagai usaha kepada bos tempat dimana mereka menyewa
sampingan. peralatan tersebut.
Aktivitas penambangan timah di desa Sedangkan jika dilihat dari area
Lubuk Besar jika dilihat berdasarkan actor penambangan, maka aktivitas penambangan
(pelaku) penambangan, maka ia terbagi timah di Lubuk Besar juga terbagi pada tiga
kepada tiga macam, yaitu Perusahaan (PT. macam, yaitu area reklamasi PT. Kobatin,
area milik pribadi, dan area bebas. Pertama,
dengan kedalaman kurang lebih 8 meter) TI data yang diperoleh dari WALHI BABEL
Mini (jenis penambangan yang dilakukan 2012, dampak buruk kegiatan penambangan
dengan menggunakan mesin diesel timah tersebut terhadap lingkungan fisik
berukuran 7 atau 8 pk dengan pipa adalah berupa bertambahnya lahan kritis
berukuran 3 inchi. Luas areal yang akibat berkurangnya hutan, rusaknya lahan
diperlukan untuk TI mini ini biasanya kurang pertanian dan perkebunan di pulau Bangka.
lebih 2 ha dengan kedalaman 4 meter), Berdasarkan citra satelit tahun 2004,
Robin (salah satu jenis penambangan rakyat diketahui bahwa 378.042 hektar dari
yang dilakukan hanya dengan menggunakan 657.510 hektar kawasan hutan di Bangka
satu buah mesin genset yang kebanyakan Belitung sudah tergolong lahan kritis. Dari
bermerek Robin. Untuk menggali lahan atau yang tersisa tersebut, kawasan hutan yang
area penambangan, masyarakat biasanya bervegetasi tinggal 17 persen dari luas
dibantu oleh alat berupa cangkul atau alat daratan Bangka Belitung (1.642.414 hektar).
tradisional lainnya. Dalam penambangan Padahal, idealnya untuk satu pulau paling
jenis ini, mesin hanya berfungsi untuk tidak luas kawasan hutan yang bervegetasi
menyemprot pasir hasil galian), dan baik mencapai 30 persen. Selain hutan,
Ngelimbang (jenis penambangan rakyat yang aktivitas penambangan ini juga telah
masih menggunakan cara-cara tradisional merusak sungai-sungai besar yang ada,
seperti dulang dan karpet. Penambangan dimana sungai-sungai tersebut pada
jenis ini biasanya dilakukan di areal sekitar umumnya sudah tercemar terutama
aliran sungai atau bekas penambangan TI kekeruhan akibat partikel tanah dari
jenis-jenis sebelumnya). pencucian pasir timah yang mengalir ke
Seperti halnya kondisi lingkungan alam di bekas penggalian timah) yang menyebabkan
kawasan penambangan daerah lain di pulau perubahan topografi daratan yang semula
Bangka, kondisi lingkungan di areal kering menjadi tergenang oleh air juga
penambangan desa Lubuk Besar juga merupakan dampak buruk dari aktivitas
penambangan timah baik penambangan kolong yang terdapat di Pulau Bangka dan
konvensional maupun penambangan rakyat Belitung sampai dengan tahun 2006 adalah
atau TI di pulau Bangka yang marak 991 buah dengan luas total 4.637,85 ha.
Kerusakan lingkungan yang terjadi di lakukan juga menjadi sebab tidak adanya
desa Lubuk Besar, secara kasat mata bisa perhatian masyarakat penambang untuk
kita lihat dari beberapa indikasi seperti melakukan reklamasi terhadap areal bekas
banyak dan luasnya areal atau lahan berupa penambangan ini. Hal ini karena, setelah
bekas galian penambangan, dan aliran sungai suatu titik (istilah masyarakat setempat
yang rusak serta airnya yang sudah berwarna untuk menyebut arel penambangannya di
sah. Seperti berkebun dan melaut, kegiatan pembenaran dari manapun baik hukum
menambang merupakan bagian dari cara dan negara, norma di masyarakat, maupun
usaha masyarakat dalam mencari nafkah agama. Aktivitas masyarakat tersebut dinilai
demi memenuhi kebutuhan hidup mereka. sebagai suatu hal pembawa bencana di
Alam lingkungan atau area penambangan daerah ini.
yang banyak memiliki kandungan timah di Perbedaan sikap tersebut jika kita
daerah mereka merupakan anugerah Tuhan lihat sebenarnya tidak bisa dipisahkan dari
yang telah diberikan kepada masyarakat pemahaman keagamaan mereka tentang alam
untuk dikelola dan dimanfaatkan. dan lingkungan.
Sikap kedua adalah sikap kurang
setuju dengan aktivitas penambangan. Sikap Pemahaman Keagamaan Tuan Haji
ini merupakan suatu sikap yang menganggap Tentang Lingkungan
bahwa aktivitas penambangan merupakan Makna pemahaman keagamaan
sebuah aktivitas merusak alam lingkungan. dalam penelitian ini adalah suatu konsep atau
Namun, karena terkait dengan kebutuhan pengetahuan yang dimiliki dan diyakini oleh
masyarakat terutama masyarakat pendatang, para tuan haji tentang hubungan manusia
maka untuk meminimaliasi munculnya dengan alam lingkungan yang secara garis
permasalahan sosial seperti mencuri, besar terlihat dari dua macam pemahaman,
merampok, dan lain-lain di tengah yakni pertama, pemahaman mereka tentang
masyarakat maka aktivitas ini dianggap baik. makna ke-khalifah-an manusia di muka bumi
Artinya, jika masyarakat mempunyai sumber dan kedua, pemahaman mereka tentang teks-
mata pencaharian lain selain menambang, teks keagamaan yang menganjurkan manusia
lebih baik memilih mata pencaharian lain agar memelihara atau menjaga alam dan/atau
tersebut. melarang manusia untuk berbuat kerusakan
Sikap ketiga adalah sikap tidak di muka bumi. Pengetahuan akan
setuju dengan aktivitas penambangan yang pemahaman mereka terhadap dua aspek ini
dilakukan oleh masyarakat. Para tuan haji dipilih mengingat bahwa konsep atau ajaran
yang tidak setuju dengan aktivitas Islam tentang hubungan manusia dan alam
penambangan ini adalah mereka yang tidak adalah terpusat pada pemahaman terhadap
pernah terlibat dalam aktivitas penambangan. dua aspek ajaran ini.
Ketidaksetujuan mereka terhadap aktivitas Seperti telah disebutkan di atas
penambangan didasari pada aktivitas bahwa sikap para tuan haji terhadap aktivitas
merusak terutama terhadap alam. Tindakan penambangan terbagi pada tiga macam
merusak alam ini menurut mereka tidak ada sikap, yaitu sikap setuju, kurang setuju, dan
tidak setuju. Berikut ini akan dipaparkan kepada manusia untuk melindungi bumi dan
pemahaman dari masing-masing tuan haji mengelola semua karunia yang terkandung
tersebut dan kemudian kita akan melihat apa di dalamnya dengan cara yang tidak merusak
faktor penyebab munculnya pemahaman keseimbangan alam atau dengan kata lain
tersebut. khalifah adalah pengontrol dan pengelola
Pemahaman Tentang Khalifatullah. Istilah sumber daya alam yang dalam
khalifatullah dalam diskursus kajian Islam pelaksanaannya dilakukan dengan
dan lingkungan merupakan hal utama dan memperhatikan konsep-konsep keadilan
pertama yang dilihat dan dikaji oleh para lingkungan.
ulama dan ilmuwan lingkungan hidup Pemaknaan istilah khalifatullah
muslim. Dari kajian dan penelaahan mereka seperti tersebut di atas diperkuat oleh
terhadap istilah ini, maka terdapat beberapa Mudhafir Abdullah (2010: 171-175), setelah
makna yang digunakan untuk istilah melakukan penelurusan geneologis
khalifatullah. kebahasaan dia mengatakan bahwa kata
Menurut Othman Abd-ar-Rahman yang terdiri dari huruf kha, lam, dan fa
Llewellyn dalam Islam and Ecology (khalafa-yakhlufu) menunjukkan tiga arti,
(2003:190), seorang khalifah bermakna yaitu mengganti, belakang, dan pergantian
seorang penggembala dan akan ditanya atau suksesi. Kata ini kemudian
mengenai penggembalaannya. Setiap berkembang menjadi wakil atau pemimpin.
manusia adalah seorang penggembala atas Kepemimpinan ini selanjutnya mengambil
semua makhluk hidup di bumi dan dia bisa bentuk sebuah kedaulatan yang memiliki
menggunakannya untuk kebaikan dan sejumlah aturan untuk penyelenggaraan
kejahatan. Lalu akan dimintai tugas-tugasnya. Dari sini terlihat bahwa
pertanggungjawaban meskipun seberat atom konsep khalifatullah dalam Islam itu
kebaikan yag telah dia perbuat dan setiap berbeda dengan konsep sekuler yang
butir atom kerusakan yang telah dia memandang bahwa kepemimpinan itu
timbulkan. Makna yang diungkapkan oleh sepenuhnya milik rakyat dan terlepas dari
Llewellyn di atas, paralel dengan makna kaitan nilai-nilai moral ilahiah. Konsep
yang diungkapkan oleh Matin (2012: 29) khalifah bukanlah sebuah konsep yang bebas
dan Mangunjaya (2005: 23-24). Mereka nilai yang menempatkan manusia sebagai
mengatakan bahwa makna ke-khalifah-an penguasa atau raja (antroposentris). Namun,
manusia di muka bumi seperti yang banyak ia adalah sebuah konsep yang bersifat
tersurat dalam Alquran dan hadis adalah antroposofis (melihat aspek-aspek nilai yang
penjaga atau wakil Allah yang diamnahkan
lebih tingi, yakni Tuhan) dan antropokosmis Berbeda dengan tuan haji yang
(manusia sebagai bagian dari alam). setuju dan yang kurang setuju dalam
Berbeda dengan pemahaman para memahami khalifatullah sebagai seorang
sarjana dan ilmuwan Islam tentang pemimpin dan penguasa atas semua makhluk
khalifatullah seperti tersebut di atas, para Allah lainnya, maka tuan haji yang tidak
tuan haji yang masuk dalam kategori sikap setuju dengan adanya aktivitas penambangan
setuju dengan adanya aktivitas penambangan ini memaknai konsep khalifah sebagai
di daerah ini, memahami bahwa pemimipin, pengontrol, pengelola dan
khalifatullah adalah pemimpin atas semua perawat bagi keberlangsungan hidup semua
makhluk Allah yang lain dan karenanya makhluk di dunia. Pangkat ke-khalifah-an
manusia boleh melakukan apa saja terhadap adalah amnah yang diberikan oleh Allah
apa yang dipimpinnya. Hal ini menurut kepada manusia yang nantinya akan dituntut
mereka karena manusia adalah makhluk pertanggungjawabannya.Pemahaman mereka
Allah yang paling sempurna jika ini sejalan dengan pemahaman para sarjana
dibandingkan dengan ciptaan-Nya yang lain. dan ilmuwan muslim yang peduli terhadap
Karena kesempurnaan inilah manusia lingkungan hidup seperti yang telah
dijadikan oleh Allah sebagai pengganti-Nya dipaparkan di atas.
dan menjadi pemimpin di muka bumi. Dengan mengacu pada pemahaman
Sebagai seorang pemimpin yang sekaligus para sarjana muslim sebelumnya, dapat
sebagai pengganti kedudukan-Nya di muka diketahui bahwa pemahaman para tuan haji
bumi, maka manusia berhak untuk yang setuju dan kurang setuju dengan
melakukan apa saja terhadap makhluk aktivitas penambangan khususnya dalam
ciptaan lain. Menurut mereka, makhluk lain memahami konsep khalifah adalah sangat
tersebut diciptakan untuk dimanfaatkan demi dipengaruhi oleh pemahaman para penulis
kepentingan atau untuk memenuhi muslim di abad-abad pertama Islam yang ciri
kebutuhan hidup manusia. Oleh karenanya utama pemahaman ini adalah sangat
memanfaatkan alam sebagai suatu ciptaan menekankan hak keistimewaan dan
Allah merupakan suatu hal yang tidak kemuliaan pada diri manusia. Pemahaman
bertentangan dengan ajaran agama. seperti ini muncul akibat dari adanya
Seperti halnya mereka yang setuju pengaruh Humanisme Eropa dan sebagai
dengan aktivitas penambangan, tuan haji respon terhadap dakwaan-dakwaan bahwa
yang kurang setuju, dalam memahami Islam sangat kurang memberi nilai kepada
konsep ke-khalifah-an manusia ini secara manusia (Foltz, 2003: 185-247).
implisit juga memiliki pemahaman serupa.
Berbeda dengan dua sikap tuan haji mahkluk yang paling sempurna diantara
di atas, para tuan haji yang tidak setuju makhluk lainnya untuk memimpin dunia.
dengan aktivitas penambangan dalam Artinya mandat kepemipinan tersebut
memahami konsep khalifah telah sejalan diberikan oleh Allah kepada manusia karena
dengan pemahaman berwawasan ekologis tidak ada mahkluk Allah lain yang bisa
seperti yang banyak dipahami oleh para mengemban tugas kepemimpinan tersebut.
sarjana muslim aktivis lingkungan. Pola Pemahaman serupa juga diikuti oleh para
pemahaman seperti ini, nampaknya tidak bisa tuan haji yang kurang setuju dengan
lepas dari faktor pengalaman hidup dan aktivitas penambangan.
pemahaman lingkungan (ecological literacy) Pemahaman terhadap konsep
yang mereka miliki. amnah seperti yang dikemukakan oleh para
Pemahaman Tentang Amnah. Konsep tuan haji yang setuju dan kurang setuju di
amnah merupakan turunan dari konsep atas, tidak diikuti oleh mereka yang tidak
khalifah, artinya kita sebagai khalifatullah di setuju dengan aktivitas penambangan. Bagi
muka bumi, harus mengetahui bahwa kita mereka konsep amnah adalah kepercayaan
dipercaya oleh Tuhan untuk bertindak yang Allah berikan kepada manusia untuk
sebagai pelindung bumi, di mana untuk menjadi pemimpin, pengelola dan pengatur
mengemban tugas tersebut, Tuhan telah bumi dan seisinya yang nantinya pola
memberi kita kemampuan akal guna kepemimpinan dan pengelolaan tersebut
membuat keputusan atas pengelolaan bumi dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah
ini dan segala isinya. Kepercayaan yang sebagai Sang Pemberi mandat.
diberikan oleh Tuhan tersebut bukanlah izin Pemahaman Tentang Maslaah.
untuk menjarah dan menghancurkan atau Sedangkan konsep mashlaah atau
mengambil dari makhluk lain tanpa kemaslahatan umum dalam perspektif
memberinya timbal balik yang adil. Tetapi ekologi adalah sebuah pemahaman yang
amnah yang diberikan oleh Tuhan tersebut mementingkan kemaslahatan umat di mana
adalah untuk mengelola dan menjaga alam ia merupakan salah satu syarat mutlak dalam
ini (Matin, 2012: 30-31). pertimbangan pemeliharaan lingkungan.
Dalam memahami konsep amnah Kemaslahatan yang dimaksud adalah konsep
ini, para tuan haji memiliki pemahaman yang ishla (perbaikan) terhadap alam dan
berbeda. Bagi para tuan haji yang setuju kehidupan manusia. Kemaslahatan ini bukan
dengan aktivitas penambangan misalnya, hanya untuk kepentingan sesaat namun
bagi mereka amnah adalah kepercayaan selama-lamanya. Karena Allah menciptakan
yang Allah berikan kepada manusia sebagai alam dengan harmonis dan sejalan dengan
keseimbangan ekosistem yang ada, maka setuju. Karena bagi mereka maslaah yang
manusia dilarang untuk merusak anugerah dimaksud oleh teks-teks keagamaan adalah
ini sesuai dengan firman-Nya dalam QS. Al- bermakna memperbaiki, merawat dan
Araf (7): 56, Dan janganlah kamu menjaga alam untuk kepentingan semua
membuat kerusakan di muka bumi, sesudah alam, termasuk manusia. Karena bagi
(Allah) memperbaikinya dan berdoalah mereka makna kemaslahatan sejatinya bukan
kepada-Nya dengan rasa takut (Tidak akan untuk kepentingan sesaat namun selama-
diterima) dan harapan (akan dikabulkan). lamanya.
Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat Pandangan Tuan Haji Terhadap
kepada orang-orang yang berbuat baik.. Kerusakan Lingkungan yang Sedang
Dengan demikian, maka makna Terjadi
kemaslahatan di sini adalah semakna dengan Seperti telah disebutkan sebelumnya
term istishla yang berarti memberikan bahwa sikap tuan haji terhadap aktivitas
perawatan terhadap lingkungan, termasuk penambangan terbagi kepada tiga sikap,
manusia dan spesies-spesies lainnya yaitu sikap setuju, kurang setuju, dan tidak
(Mangunjaya, 2005: 27-28). setuju. Dari ketiga sikap ini, ternyata sikap
Dalam memahami konsep ini, para setuju adalah sikap dominan di kalangan
tuan haji yang setuju dan kurang setuju para tuan haji. Sikap yang salah satunya
memiliki pemahaman yang sama yaitu dilatarbelakangi oleh pemahaman keagamaan
maslaah diartikan sebagai kemaslahatan ini kemudian, berdasarkan fakta di lapangan,
umum, artinya alam diciptakan untuk membawa para tuan haji untuk turut serta
kemaslahatan manusia atau kebutuhan secara aktif bersama masyarakat lainnya
manusia dan karenanya ia boleh untuk melakukan aktivitas penambangan
dimanfaatkan untuk kepentingan manusia. timah di daerah ini. Sedangkan di sisi lain,
Mekanisme pemanfaatan tersebut para tuan haji yang tidak setuju dengan
sepenuhnya diserahkan kepada manusia aktivitas penambangan ini melakukan
seperti menambang atau bahkan kampanye penyelamatan lingkungan yang
mengekploitasi bumi dan isinya, meskipun diantaranya dengan mengajak masyarakat
hal tersebut nantinya akan mengakibatkan untuk kembali berkebun atau melaut dan
kerusakan terhadap bumi dan alam. meninggalkan aktivitas menambang yang
Pemahaman maslaah seperti yang telah menyebabkan kerusakan lingkungan di
diapahami oleh para tuan haji yang setuju daerah ini.
dan kurang setuju di atas, nampaknya Berdasarkan wawancara yang penulis
ditentang oleh para tuan haji yang tidak lakukan terhadap para tuan haji yang
menjadi subjek penelitian ini, diketahui hasil yang diperoleh dari aktivitas
bahwa pandangan mereka terhadap penambangan.(Wawancara H. Bujut, H.
kerusakan lingkungan yang sedang terjadi di Kelekak, dan H. Punai, 2013). Oleh
lingkungan mereka ini dapat dikategorikan karenanya, lahan atau area penambangan
menjadi dua pandangan, yaitu pandangan pasca aktivitas penambangan dibiarkan
yang menganggap bahwa kerusakan tersebut begitu saja dan hal ini tentunya sangat
adalah biasa-biasa saja dan pandangan yang berdampak buruk terhadap lingkungan.
menganggap bahwa keruskan tersebut Disinggung masalah bencana yang
adalah hal yang akan membawa akan terjadi akibat kerusakan lingkungan
malapetaka. Pandangan mereka terhadap tersebut, mereka - para tuan haji yang setuju
kerusakan lingkungan ini kemudian dengan aktivitas penambangan ini -
membawa mereka pada suatu sikap mengatakan bahwa jika memang hal tersebut
pembiaran dan sikap peduli terhadap (bencana alam) terjadi, itu merupakan
lingkungan. sebuah takdir dari Allah yang harus dihadapi.
Kerusakan lingkungan adalah hal yang Bencana tersebut bukan terjadi semata-mata
biasa. Pandangan yang menganggap bahwa karena banyaknya kolong, sedikit dan telah
kerusakan lingkungan yang sedang terjadi rusaknya hutan dan sungai-sungai di daerah
akibat aktivitas penambangan sebagai suatu mereka tetapi lebih disebabkan oleh takdir
hal yang biasa banyak ditemukan pada Allah. Kerusakan lingkungan hanyalah faktor
mereka, para tuan haji yang bersikap setuju pendukung dari terjadinya bencana tersebut
terhadap aktivitas penambangan. Dari (Wawancara H. Bujut, H. Kelekak, dan H.
wawancara yang dilakukan, diketahui bahwa Punai, 2013).
pandangan jenis ini lebih disebabkan oleh Melihat pandangan para tuan haji
faktor ekonomi, yaitu dalam masalah terhadap kerusakan lingkungan dan bencana
tingginya biaya untuk reklamasi lahan atau yang akan ditimbulkan seperti tersebut di
area penambangan yang menjadi tempat atas, dapat diketahui bahwa mereka adalah
dimana aktivitas penambangan para tuan haji para antroposentrisme yang fatalis dalam
tersebut berlangsung. Karena menurut melihat dan menghadapi bencana yang akan
mereka, biaya reklamasi yang dibutuhkan terjadi menimpa mereka. Hal ini terlihat dari
agar area penambangan bisa dipulihkan dan besarnya kepercayaan dan keyakinan yang
didayagunakan diperkirakan akan sangat mereka berikan pada ketentuan (takdir)
merugikan penghasilan mereka karena Tuhan terhadap semua hal yang akan terjadi
ongkos yang dikeluarkan untuk reklamasi terhadap mereka, yang dalam hal ini adalah
diperkirakan akan tidak sebanding dengan bencana alam.
Kerusakan lingkungan adalah suatu utama terjadinya bencana alam seperti banjir
pembawa malapetaka. Berbeda dengan bagi daerah ini (Wawancara H. Pahrol, H.
pandangan para tuan haji yang setuju dalam Bujang, dan H. Yani, 2013). Dan hal ini telah
melihat kerusakan lingkungan seperti terbukti pada kasus banjir di desa Lubuk
tersebut di atas, para tuan haji yang kurang Lingkuk yang nota bene selama ini belum
setuju dan tidak setuju dengan aktivitas pernah kebanjiran- pada beberapa bulan yang
penambangan, memandang bahwa kerusakan lalu (wawancara H. Pahrol, 2013).
lingkungan yang sedang terjadi di daerah ini Faktor pengalaman dan ecological
adalah suatu hal yang akan membawa literacy yang mempengaruhi cara pandang
malapetaka untuk daerah ini. Dari para tuan haji yang kurang setuju dan tidak
wawancara yang dilakukan, diketahui bahwa setuju ini terhadap kerusakan lingkungan
pandangan jenis ini disebabkan oleh faktor yang sedang terjadi di daerah ini kemudian
pengalaman dan pemahaman lingkungan membawa mereka pada suatu sikap sadar
(ecological literacy) yang dimiliki oleh para lingkungan yang diantaranya dilakukan
tuan haji tersebut. Pengalaman dan dengan melakukan kampanye cinta
pemahaman lingkungan (ecological literacy) lingkungan yaitu dengan cara menghimbau
ini mereka peroleh dari informasi-informasi masyarakat untuk meninggalkan aktivitas
yang mereka terima baik dari pemberitaan penambangan serta mengajak mereka untuk
media massa elektronik dan cetak maupun kembali berkebun dan melaut. Karena
dari para aktivis lingkungan seperti WALHI menurut mereka, bencana alam bukanlah
yang datang ke desa mereka. (wawancara H. disebabkan oleh takdir (ketentuan) Tuhan
Pahrol, H. Bujang, dan H. Yani, 2013). semata, tetapi lebih diakibatkan oleh perilaku
Berdasarkan pengalaman tersebut, mereka manusia yang berbuat kerusakan di muka
memandang bahwa kerusakan lingkungan bumi. Oleh sebab itu, untuk menghindari
yang sedang terjadi di lingkungan mereka bencana tersebut, maka sikap sadar
merupakan suatu hal yang akan lingkungan harus ditanam dan dimiliki oleh
menyebabkan bencana alam dan membawa setiap masyarakat (wawancara H. Bujang,
malapetaka bagi masyarakat desa Lubuk H. Amid, dan H. Pahrol, 2013).
Besar. Hal ini menurut mereka, karena Dari pandangan dan sikap para tuan
dengan banyaknya hutan yang sudah rusak, haji di atas, dapat diketahui bahwa
munculnya ratusan kolong dan rusaknya pandangan para tuan haji yang kurang setuju
aliran sungai-sungai besar yang dimiliki oleh dan tidak setuju, sangat bersifat biosentrisme
desa ini, disadari atau tidak, lingkungan alam dan humanistic dalam artian bahwa
yang rusak tersebut akan menjadi pemicu pelestarian dan perhatian terhadap
mayoritas masyarakat di desa Lubuk Besar, satu sama lain harus saling menjaga. Alam
daerah tempat tinggal mereka. lingkungan diciptakan bukan untuk
Dari beberapa hasil penemuan diekploitasi demi kepentingan dan kebutuhan
penelitian seperti telah diuraikan dalam manusia, tetapi alam lingkungan harus
pembahasan-pembahasan sebelumnya, dihormati dan dihargai.
diketahui bahwa sikap para tuan haji dan Berdasarkan uraian tentang sikap
masyarakat terhadap lingkungan terbagi antroposentris dan biosentris di atas, maka
pada dua sikap, yaitu sikap antroposentris dalam konteks penelitian ini dapat diketahui
dan sikap biosentris. bahwa para tuan haji yang menganut paham
Berdasarkan pada dua kategori sikap antroposentrisme dan bersikap
di atas, maka dapat diketahui bahwa antroposentris adalah sangat sulit diharapkan
terjadinya kerusakan lingkungan akibat untuk bisa merawat, menjaga serta
aktivitas penambangan di Pulau Bangka melestarikan lingkungan yang rusak akibat
secara umum dan di desa Lubuk Besar aktivitas penambangan yang terjadi. Hal ini
secara khusus adalah disebabkan oleh sikap mengingat mind set dan karakteristik
antroposentris yang menganggap bahwa antroposentrisme yang bersifat ekploitatif
mahluk lain selain manusia diciptakan hanya dan eksklusif dalam memandang hubungan
untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan manusia dan alam lingkungan. Dan hal ini
manusia. berbeda dengan para tuan haji yang
Jika manusia antroposentris berpaham biosentrisme dan bersikap
memandang bahwa manusia adalah ciptaan biosentris dalam melihat hubungan antara
Tuhan yang paling baik dan paling sempurna manusia dan alam. Pemahaman yang
jika dibandingkan dengan makhluk ciptaan mengannBujang bahwa alam adalah sebuah
lainnya, maka manusia biosentris mahluk yang memiliki hak yang sama seperti
memandang bahwa manusia dan alam adalah halnya manusia dalam kontek pelestarian
ciptaan Tuhan yang harus mendapat lingkungan merupakan sebuah pemahaman
perlakuan yang sama. Bagi mereka, manusia yang harus disosialisasikan dan
adalah bagian dari alam dan karenanya diinternalisasikan dalam sikap dan perilaku
manusia harus memperlakukan alam sama masyarakat Pulau Bangka secara umum dan
seperti halnya mereka memperlakukan masyarakat desa Lubuk Besar secara khusus.
sesama manusia. Tindakan moral sosial Karena dengan terinteralisasikannya
terhadap alam, seperti bumi, tumbuhan, atau pemahaman biosentrisme ini di tengah-
binatang harus dilakukan oleh manusia tengah masyarakat kesadaran lingungan akan
sebagai bagian dari saudara ciptaan yang bisa tumbuh dan berkembang menuju kearah
pelestarian dan penyelamatan lingkungan amanah seperti yang telah diuraikan di atas.
alam Bumi Negeri Serumpun Sebalai yang Pemahaman mereka (para tuan haji)
telah terkoyak oleh aktivitas penambangan terhadap beberapa konsep tersebut telah
timah inkonvensional. berseberangan dengan nilai-nilai islam
para tuan haji terhadap teks-teks al-Quran menjaga alam yang dalam al-quran sering
pemahaman tersebut terbagi pada dua model paham biosentrism, memandang bahwa
biosentrism. Dua model pemahaman ini lahir dan peran yang sama dengan makhluk Tuhan
karena disebabkan oleh latar belakang yang lain. Oleh karenanya manusia tidak
lingkungan (ecological literacy) dan relasi lingkungan yang dalam hal ini melakukan
sosial yang mereka lakukan. Mereka yang aktivitas penambangan yang sudah mengarah
makhluk Tuhan yang paling sempurna Pemahaman ini muncul karena lebih
berhak melakukan apa saja terhadap alam disebabkan oleh pengalaman pribadi para
lingkungan karena ia diciptakan untuk tuan haji akan dampak negative kerusakan
dilandasi oleh penafsiran dan pemahaman yang mereka peroleh dari pemberitaan-
terhadap teks-teks al-Quran dan hadis yang pemberitaan di media. Di samping itu, pola
pada umumnya dipengaruhi oleh latar pemahaman jenis ini juga muncul disebabkan
dianut oleh para tuan haji seperti tersebut di para tuan haji seperti tersebut di atas
atas jelas merupakan sebuah kekeliruan memiliki korelasi terhadap sikap mereka
seperti konsep khalifah, maslahah dan timah yang terjadi di daerah ini. Bentuk
keterpengaruhan tersebut dapat dilihat dari yang peduli terhadap kerusakan lingkungan
sikap mereka yang terbagi kepada tiga yang sedang terjadi, yang kemudian diikuti
macam sikap, yaitu sikap setuju, sikap oleh masyarakat luas ternyata sangat
kurang setuju, dan sikap tidak setuju berdampak pada upaya pelestarian dan
terhadap aktivitas penambangan. Sikap-sikap penyelamatan lingkungan alam di desa
ini di samping dipengaruhi oleh komponen Lubuk Besar. Sikap pembiaran yang
afektif dan konatif, ia juga dipengaruhi oleh dilatarbelakangi oleh faktor ekonomi dan
pola pemahaman keagamaan mereka yang bersifat antroposentris sangat sulit dijadikan
antroposentris dan biosentris. Mereka yang acuan dalam usaha penyelamatan lingkungan
setuju terhadap aktivitas ini turut serta yang sudah rusak di daerah ini. Sedangkan
melakukan aktivitas ini bersama masyarakat sikap kepedulian yang dilatarbelakangi oleh
lainnya, ada yang berperan sebagai bos timah faktor pengalaman dan ecological literacy
atau hanya menjadi masyarakat penambang seperti pemahaman yang benar terhadap
biasa. Sedangkan mereka yang kurang kitab suci keagamaan (al-Quran dan Hadis)
setuju, secara perilaku mereka tidak terlibat yang berkaitan dengan penjagaan
aktif dalam aktivitas penambangan, tapi lingkungan, perlu didukung dan
mereka hanya menjual keperluan dan disosialisasikan kepada masyarakat luas
peralatan yang dibutuhkan oleh masyarakat dalam upaya menciptakan kelestarian,
untuk melakukan aktivitas penambangan. menjaga dan penyelamatan lingkungan dari
Adapun mereka yang tidak setuju dengan kerusakan yang sedah terjadi di desa Lubuk
penambangan timah ini, mereka dengan Besar.
keras dan tegas menolak untuk terlibat
dalam aktivitas ini baik aktif maupun pasif.
REFERENSI
Dan bahkan mereka dalam rangka menyadari
Buku
masyarakat akan dampak negatif yang Abdullah, Mudhofir. (2010). Al-Quran dan
muncul dari aktivitas ini mereka sering Konservasi Lingkungan: Argumen
Konservasi Lingkungan Sebagai Tujuan
mengkampanyekan pemeliharaan lingkungan Tertinggi Syariah, Jakarta: Dian
baik di pengajian, ceramah ataupun dengan Rakyat.
Depag RI. (1989). Al-Quran dan Terjemahnya,
cara menyediakn bibit karet untuk mengajak
Semarang: Thoha Putera.
masyarakat berkebun sebagai ganti dari Foltz, Richard C., dkk. (2003). Islam And
Ecology; A Bestowed Trust, USA:
kegiatan menambang.
Harvard University Press.
Kesadaran lingkungan para tuan haji Keraf, Sonny. (2010). Krisis Dan Bencana
yang terbagi pada dua hal, yaitu mereka Lingkungan Hidup Global, Yogyakarta:
Kanisius.
yang membiarkan kerusakan dan mereka Mangunjaya, Fachruddin M. (2005). Konservasi
Alam Dalam Islam, Jakarta: Yayasan
Agama, Kitab Suci, dan Kerusakan Lingkungan:
Ahmad Syarif H, M.A.
Pemahaman Keagamaan
The 16th Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2016
21