1
2. ETIOLOGI
Adanya disfungsi otak merupakan dasar dari retardasi mental. Untuk
mengetahui adanya retardasi mental perlu anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik dan
laboratorium. Penyebab dari retardasi mental sangat kompleks dan multifaktorial.
Walaupun begitu terdapat beberapa faktor yang potensial berperanan dalam terjadinya
retardasi mental seperti dibawah ini:
a. Organik
1) Faktor prekonsepsi: kelainan kromosom (trisomi 21/Down syndrome dan
Abnormalitas single gene (penyakit-penyakit metabolik, kelainan neuro-
cutaneos, dll).
2) Faktor prenatal: kelainan petumbuhan otak selama kehamilan (infeksi, zat
teratogen dan toxin)
3) Faktor perinatal: prematuritas, perdarahan intrakranial, asphyxia neonatorum,
Meningitis, Kelainan metabolik: hipoglikemia, hiperbilirubinemia, dll.
4) Faktor postnatal: infeksi, trauma, gangguan metabolik/hipoglikemia, malnutrisi,
CVA (Cerebrovascularaccident) - Anoksia, misalnya tenggelam.
b. Non organic
1) Kemiskinan dan keluarga tidak harmonis
2) Sosial kultural Interaksi anak kurang
3) Penelantaran anak
c. Faktor lain: Keturunan; pengaruh lingkungan dan kelainan mental lain.
3. KLASIFIKASI
Klasifikasi retardasi mental yaitu :
1. Retardasi mental berat sekali
IQ dibawa 20/25. Sekitar 1 sampai 2% dari orang yang terkena retardasi mental.
2. Retardasi mental berat
IQ sekiar 20-25 sampai 35-40. Sebanyak 4% dari orang yang terkena retardasi
mental.
3. Retardasi mental sedang
IQ sekitar 35-40 sampai 50-55. Sekitar 10% dari orang yang terkena retardasi
mental.
2
4. Retardasi mental ringan
IQ sekitar 50-55 sampai 70. Sekitar 85% dari orang yang terkena retardasi mental.
(Aqila)
3
4. TANDA DAN GEJALA
Dengan melakukan skrining secara rutin misalnya dengan menggunankan DDST
(Denver Developmental Screening Test), maka diagnosis dini dapat segera dibuat.
Demikian pula anamnesis yang baik dari orang tuanya, pengasuh atau gurunya, sangat
membantu dalam diagnosis kelainan ini. Setelah anak berumur 6 tahun dapat
dilakukan test IQ. Sering kali hasil evaluasi medis tidak khas dan tidak dapat diambl
kesimpulan. Pada kasusu seperti ini, apabila tidak ada kelainan pada system susunan
saraf pusat, perlu, anamnesis yang teliti apakah ada keluarga yang cacat, mencari
masalah lingkungan/factor nonorganic lainnya dimana diperkirakan mempengaruhi
kelainan pada otak anak.
Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa
kelainan fisik yang merupakan stigmata kongenita, yang kadang-kadang gambaran
stigmata mengarah kesuatu sindrom penyakit tertentu. Dibawah ini beberapa kelainan
fisik dan gejala yang sering disertai retardasi mental, yaitu :
1. Kelainan pada mata :
Katarak
Bintik cherry-merah pada daerah macula
Kornea keruh
2. Kejang :
Kejang umum tonik klonik
Kejang pada masa neonatal
3. Kelainan pada kulit :
Bintik-caf-au-lait
4. Kelainan rambut :
Rambut rontok
Rambut cepat memutih
Rambut halus
5 Kepala :
Mikrosefali
Makrosefali
6. Perawakan pendek :
Kretin
Sindrom prader-willi
4
7. Distonia
Sindrom hallervorden
Sedangkan gejala dari retardasi mental tergantung dari tipenya, adalah sebagai
berikut :
a. Retradasi Mental Ringan
Keterampilan sosial dan komunikasinya mungkin adekuat dalam tahun-tahun
prasekolah. Tetapi saat anak menjadi lebih besar, defisit kognitif tertentu seperti
kemampuan yang buruk untuk berpikir abstrak dan egosentrik mungkin
membedakan dirinya dari anak lain seusianya.
b. Retradasi Mental Sedang
Keterampilan komunikasi berkembang lebih lambat. Isolasi sosial dirinya
mungkin dimulai pada usia sekolah dasar. Dapat dideteksi lebih dini jika
dibandingkan retradasi mental ringan.
c. Retradasi Mental Berat
Bicara anak terbatas dan perkembangan motoriknya buruk. Pada usia prasekolah
sudah nyata ada gangguan. Pada usia sekolah mungkin kemampuan bahasanya
berkembang. Jika perkembangan bahasanya buruk, bentuk komunikasi nonverbal
dapat berkembang.
d. Retradasi Mental Sangat Berat
Keterampilan komunikasi dan motoriknya sangat terbatas. Pada masa dewasa dapat
terjadi perkembangan bicara dan mampu menolong diri sendiri secara sederhana.
Tetapi seringkali masih membutuhkan perawatan orang lain. Terdapat ciri klinis
lain yang dapat terjadi sendiri atau menjadi bagian dari gangguan retradasi mental,
yaitu hiperakivitas, toleransi frustasi yang rendah, agresi, ketidakstabilan efektif,
perilaku motorik stereotipik berulang dan perilaku melukai diri sendiri.
(Hasgurstika(online), 2011)
5. PATOFISOLOGI
Seorang dengan retardasi mental, karena keadaannya, sepanjang hidupnya
menghadapi lebih banyak resiko dari orang yang normal. Resiko ini rupanya
bertambah sesuai dengan beratnya retardasi mental
Karena keterbelakangan intelegensinya terdapat juga perkembangan hidup emosi
yang dapat mempengaruhi hubungan antar manusia. Bila didalam keluarga terdapat
5
anak lain yang pandai, maka ketidakmampuan untuk bersaing dapat merupakan trauma
baginya. Bila orang tua tidak mengetahui bahwa anak mereka menderita Retardasi
Mental (karena ketidaktahuan atau karena mekanisme pembelaan penyangkalan),
maka harapan atau tuntutan mengenai perilaku normal akan menyebabkan frustasi
yang dapat menyebabkan ketegangan, kebingungan atau kerenggangan hubungan
antara anak dan orang tua.
Sikap umum masyarakat terhadap retardasi mental sangat mempengaruhi reaksi
orang tua terhadap adanya anak dengan retardasi mental dalam keluarga mereka.
Masyarakat dengan teknologi tinggi yang mengutamakan pendidikan dan kemampuan
intelektual, tidak begitu toleran terhadap penderita retardasi mental, dibandingkan
dengan masyarakat dengan teknologi yang lebih rendah. Bila anak dengan retardasi
mental menjadi lebih besar, maka diterimanya dia oleh anak-anak yang lain
dipengaruhi oleh sikap, toleransi dan emosi pribadi orang tua anak-anak itu terhadap
anak dengan retardasi mental.
6. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan anak dengan retardasi mental adalah multidimensi dan sangat
individual. Tetapi perlu diingat bahwa tidak semua anak penanganan multidisiplin
merupakan jalan yang baik. Sebaiknya dibuat rancangan suatu strategi pendekatan bagi
setiap anak secara individual untuk mengembangkan potensi anak tersebut seoptimal
mungkin. Untuk itu perlu melibatakn psikolog untuk menilai perkembangan mental
anak terutama kemampuan kognitifnya,dokter anak untuk memeriksa fisik
anak,menganalisis penyebab,dan mengobati penyakit atau kelainan yang mungkin ada.
Juga kehadiran pekerja social kadang-kadanng diperlukan untuk menilai situasi
keluarganya. Atas dasar itu maka buatlah strategi terapi. Seringkali melibatkan lebih
banyak ahli lagi,misalnya ahli saraf bila anka juga menderita epilepsi,palsiserebral,dll.
Psikiater,bila anaknya menunjukkan kelainan tingkah laku atau bila orang tuanya
membutuhkan dukungan terapi keluarga. Ahli rehabilitasi,bila diperlukan untuk
merangsang perkembangan motorik dan sensoriknya. Ahli terapi wicara,untuk
memperbaiki gangguan bicaranya atau untuk merangsang perkembangan bicarnya.
Serta diperlukan buruh pendidikan luar biasa untuk anak-anak yang retardasi mental
ini.
Pada orang tuanya perlu diberi penerangan yang jelas mengenai keadaan
anaknya, dan apa yang dapat diharapkan dari terapi yang diberikan. kadang-kadang
6
diperlukan waktu yang lama untuk meyakinkan orang tua mengenai keadaan anaknya,
maka perlu konsultasi pula dengan psikolog dan psikiater. Disamping itu diperlukan
kerja sama yang baik antara guru dengan orang tuanya,agar tidak terjadi kesimpang
siurandalam strategi penanganan anak disekolah dan dirumah. Anggota keluarga
lainnya juga harus diberi pengertian. Disamping itu masyarakat perlu diberikan
penerangan tenteng retardasi mental,agar mereka dapat menerima anak
Sekolah khusus untuk anak retardasi mental ini adalah SLB-C.Di sekolah ini
diajarkan keterampilan-keterampilan dengan harapan mereka dapat mandiri
dikemudian hari. Diajarkan pula tentang baik buruknya suatu tindakan
tertentu,sehingga mereka diharapkan tidak melakukan tindakan yang tidak
terpuji,seperti mencuri,merampas,kejahatan seksual,dll.
Semua anak yang retardasi mental ini juga memerlukan perawatan seperti
pemeriksaan kesehatan yang rutin,imunisasi,dan monitoring terhadap tumbuh
kembangnya. Anak-anak ini sering juga disertai dengan kelainan fisik yang
memerlukan penanganan khusus.
7
II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN (PEMERIKSAAN FISIK BERDASARKAN TEORI)
Pengakjian dapat dilakukan melalui:
1. Neuroradiologi dapat menemukan kelainan dalam struktur kranium, misalnya
klasifikasi atau peningkatan tekanan intrakranial.
2. Ekoesefalografi dapat memperlihatkan tumor dan hamatoma.
3. Biopsi otak hanya berguna pada sejumlah kecil anak retardasii mental. Juga tidak
mudah bagi orang tua untuk menerima pengambilan jaringan otak dalan jumlah
kecil sekalipun karena dianggap menambah kerusakan otak yang memang tidak
adekuat.
4. Penelitian bio kimia menentukan tingkat dari berbagai bahan metabolik yang
diketahui mempengaruhi jaringan otak jika tidak ditemukan dalam jumlah besar
atau kecil, misalnya hipeglekimia pada neonatus prematur, penumpukan glikogen
pada otot dan neuron, deposit lemak dalam otak dan kadar fenilalanin yang
tinggi.
Atau dapat melakukan pengkajian sebagai berikut:
Lakukan pengkajian fisik.
Lakukan pengkajian perkembangan.
Dapatkan riwayat keluarga, teruma mengenai retardasi mental dan gangguan
herediter dimana retardasi mental adalah salah satu jenisnya yang utama.
Dapatkan riwayat kesehatan unutk mendapatkan bukti-bukti adanya trauma
prenatal, perinatal, pascanatal, atau cedera fisik.
Infeksi maternal prenatal (misalnya, rubella), alkoholisme, konsumsi obat.
Nutrisi tidak adekuat.
Penyimpangan lingkungan.
Gangguan psikiatrik (misalnya, Autisme).
Infeksi, teruma yang melibatkan otak (misalnya, meningitis, ensefalitis,
campak) atau
Suhu tubuh tinggi.
Abnormalitas kromosom. Bantu dengan tes diagnostik misalnya: analis
kromosom, disfungsimetabolik, radiografi, tomografi, elektro ersafalografi.
8
Lakukan atau bantu dengan tes intelegensia. Stanford, binet, Wechsler
Intellence, Scale, American Assiciation of Mental Retardation Adaptif
Behavior Scale.
Observasi adanya manifestasi dini dari retardasi mental.
Tidak responsive terhadap kontak.
Kontak mata buruk selama menyusui.
Penurunan aktivitas spontan.
Penurunan kesadaran terhadap suara getaran.
Peka rangsang
Menyusui lambat.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Keterlambatan tumbuh kembang b.d penurunan mental/ emosi/ kognitif
b. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan b.d ketidakmampuan fisik dan mental
c. Resiko cidera b.d ketidak mampuan fisik dan mental
d. Gangguan kognitif b.d penurunan proses fikir
e. Hambatan komunikasi verbal b.d perubahan pada system syaraf pusat
3. INTERVENSI
a. Kegagalan tumbuh kembang b.d penurunan mental/ emosi/ kognitif
Rasional : ketidakmampuan tumbuh kembang dihubungkan dengan kerugian
dalam tingkah laku yang adaptif berhubungan dengan keputusan anak setiap hari.
Anak dengan ketidakmampuan tumbuh kembang belajar lebih lambat dari yang
lain dan mencapai tingkat keseluruhan fungsi yang lebih rendah
Tujuan : fungsi anak akan mencapai tingkat konsisten dengan kemampuan
kognitif dan adaptif.
Intervensi :
1. Diskusi dan promosikan kenormalitasan, pengaturan dan pengembangan
mental, makan bersama yang lain dan terapi musik dalam kelompok.
2. Biarkan anak mengekspresikan perasaannya, tapi pada saat yang sama jangan
biarkan tindakan yang tidak sesuai (tempertantrum) dan puji atas tindakan
yang sesuai.
9
3. Sediakan mainan, peralatan pendidikan yang dapat meningkatkan kognitif,
keterampilan, social dan motorik.
4. Komunikasi dan interaksi dengan anak sesuai dengan umur dan gaya.
5. Mempertahankan kemuliaan dalam setiap interaksi dengan anak.
6. Biarkan dan beri semangat setiap anggota keluarga dan saudara mengunjungi
dan berinteraksi dengan anak.
7. Beri semangat anak untuk merawat lingkungan fisik jika memungkinkan.
Kriteria evaluasi :
Mempertahankan dan membuktikan fungsi, partisipasi, dalam hubungan dengan
kelurga dan saudara.
11
d. Gangguan kognitif berhubungan dengan penurunan proses pikir
Tujuan :
- Klien dapat mendiskusiakn topik yang di ingat
- Klien daapt mengidentifikasi tempat, waktu, dan orang
- Klien daapt mengontrol pola pikir
- Klien dapat memenfaatkan obat dengan baik
- klien dapat mengenal/berorientasi pada realitas.
- Klien dapat membina hubungan saling percaya
Intervensi :
1. Membina hubungan saling percaya.
telah dilakukan.
5. Tidak memaksakan keinginan kita kepada klien.
e. Hambatan komunikasi verbal b.d perubahan pada system syaraf pusat
Tujuan :
- Klien dapat berkomunikasi dengan baik
- Klien dapat mengetahui cara berkomunikasi yang baik
Intervensi :
1. Membantu menerima dan mempelajari metode alternative untuk hidup
dengan gangguan bicara
2. Jelaskan kepada klien atau keluarga mengapa klien tidak dapat berbicara
3. Ajarkan anak cara berkomunikasi alternatif
4. EVALUASI
1. Pasien mencapai potensi pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.
2. Keluarga mampu menerima keadaan yang anaknya yang retardasi mental.
12
DAFTAR PUSTAKA
13