Anda di halaman 1dari 106

KARAKTERISTIK PENDERITA PERDARAHAN ANTEPARTUM YANG

DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH


MEDAN TAHUN 2004-2008

SKRIPSI

Oleh :

ERNAWATI GULTOM
NIM. 051000052

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
KARAKTERISTIK PENDERITA PERDARAHAN ANTEPARTUM YANG
DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH
MEDAN TAHUN 2004-2008

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Kesehatan masyarakat

Oleh :

ERNAWATI GULTOM
NIM. 051000052

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
ABSTRAK

Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah kehamilan


28 minggu yang disebabkan plasenta previa, solusio plasenta, dan penyebab lain.
Insidens plasenta previa dan solusio plasenta di Indonesia masing-masing 0,5% dan
2%. Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan terdapat kasus perdarahan antepartum
sebanyak 85 kasus selama tahun 2004-2008.
Untuk mengetahui karakteristik penderita perdarahan antepartum yang
dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008, dilakukan
penelitian deskriptif dengan desain case series. Populasi dan sampel 85 data
penderita (total sampling). Data dianalisis secara deskriptif menggunakan uji chi-
square, Exact Fisher, t, dan Kruskal-Wallis
Kecenderungan kunjungan penderita perdarahan antepartum berdasarkan
data tahun 2004-2008 menunjukkan penurunan dengan persamaan garis y = -3,8x +
28,4. Proporsi sosiodemografi tertinggi : umur 20-35 tahun 81,2%, suku Batak
84,7%, agama Kristen Protestan 64,7%, pekerjaan ibu rumah tangga 52,9%, dan
daerah asal kota Medan 89,4%. Proporsi mediko obstetri tertinggi : paritas nullipara
34,2%, usia kehamilan >28 minggu 82,4%, penyebab perdarahan plasenta previa
92,9%, ada riwayat kehamilan/persalinan jelek 25,9% yaitu seksio cesarea 50,0%.
Proporsi gejala objektif tertinggi : kadar Hb <11 gr% 36,5%, anemia ringan 96,8%,
tekanan darah sistolik rendah 58,8% dan diastolik normal 49,4%, tinggi fundus uteri
normal 83,5%, dan denyut jantung janin normal 98,8%. Proporsi status rawatan
tertinggi : rujukan 71,8% yaitu dokter spesialis kandungan 90,2%, penatalaksanaan
medis aktif 77,6%, keadaan bayi lahir hidup 95,5%, dan keadaan ibu sewaktu pulang
sembuh 84,7%. Lama rawatan rata-rata ibu 5,79 hari (6 hari). Tidak ada perbedaan
yang bermakna proporsi penatalaksanaanan medis berdasarkan penyebab
perdarahan. (p=0,580); lama rawatan rata-rata ibu berdasarkan penyebab
perdarahan (p=0,733); lama rawatan rata-rata ibu berdasarkan penatalaksanaan
medis (p=0,058). Lama rawatan rata-rata penderita yang pulang berobat jalan
secara bermakna lebih lama daripada sembuh dan atas permintaan sendiri
(F=4,765; p=0,030; 7,67 hari vs 5,68 hari vs 3,50 hari).
Diharapkan dokter dan perawat lebih memberikan informasi kepada ibu
hamil mengenai penyakit dan komplikasi kehamilan dan bagian rekam medik
melengkapi pencatatan pada kartu status serta ibu yang mempunyai faktor-faktor
resiko agar waspada dan selalu memeriksakan kehamilannya secara teratur.

Kata Kunci : Perdarahan Antepartum, Karakteristik Penderita

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
ABSTRACT

Antepartum bleeding is bleeding happened after pregnancy 28 weeks which


caused by previa placenta, solutio placenta, and other causes. Incidence rate of
previa placenta and solutio placenta each 0,5% and 2%. In Elisabeth Hospital
Medan there is 85 cases of antepartum bleeding.
In order to know characteristics of antepartum bleeding patients who are
hospitalized in Elisabeth Hospital Medan, descriptive study has been done by using
case series design. The population and sample were 85 data patients (total sampling).
Data was analized descriptively by using test of chi-square, Fishers Exact, t, and
Kruskal-Wallis.
Based on 2004-2008 data, there is a decreasing tendency of antepartum
bleeding cases as it shows by the formula y = -3,8x + 28,4. Socio-demographically,
the highest proportion: age 20-35 years 81,2%, Batak ethnic 84,7%, Christian
64,7%, house-keeper 52,9%, dan reside in Medan 89,4%. Medico obstetric, the
highest proportion:nullipara 34,2%, age pregnancy >28 weeks 82,4%, caused
bleeding is previa placenta 92,9%, there is bad obstetric history 25,9%, the type of
bad obstetry history is sectio cesarea 50,0%. Objective symptomp, the highest
proportion:Hb not normal 36,5%, soft anemic 96,8%, systolic blood pressure is low
58,8% and diastolic blood pressure is normal 49,4%, high of uteri fundus is normal
83,5%, and heart beat of foetus is normal 98,8%. Status of treatment, the highest
proportion:revocation 71,8%, type of revocation is docter of specialist obstetric and
ginocology 90,2%, medical act is active 77,6%, condition of babys born is life
95,5%, and condition of mother when go home is cure 84,7%. Average length of stay
5,79 days (6 days). There is no significant differences proportion of medical act and
caused bleeding (p=0,580); average length of stay and caused bleeding (p=0,733);
average length of stay and medical act (p=0058).Average length of stay who clinical
recovery and outpatient is longer than cure and discharged of self request (F=4,765;
p=0,030; 7,67 days vs 5,68 days vs 3,50 days).
To docters and nurses more give information to pregnant mothers about
sickness and complication of pregnancy and medical record to pay more attention to
those patients who are suffering from antepartum bleeding by collecting more detail
information, and also to mothers who had risk factors in order to conscientious and
always take care her pregnancy regularly.

Key words : Antepartum bleeding, Characteristics of patient

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ernawati Gultom

Tempat/ Tanggal Lahir : Medan, 9 Juni 1987

Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Belum Kawin

Jumlah Bersaudara : 6 orang

Alamat Rumah : Jl. Bandar II No.1 Rt 006 Rw 06 Kel, Rawa Badak

Selatan, Kec. Koja, Jakarta Utara

Riwayat Pendidikan :

1. 1993-1999 : SD Tabita Jakarta

2. 1999-2002 : SLTP Negeri 30 Jakarta

3. 2002-2005 : SMA Negeri 13 Jakarta

4. 2005-2009 : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih

dan anugerahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum yang Dirawat Inap di Rumah

Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008. Skripsi ini merupakan salah satu

syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

Secara khusus, skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua

tercinta, papaku L. Gultom dan mamaku L. Manurung, yang telah membesarkan

penulis dengan penuh kasih sayang, berkorban materi maupun memberikan dorongan

secara moril dan spiritual, dan selalu memberi semangat maupun motivasi bagi

penulis untuk menyelesaikan pendidikan dan penyelesaian skripsi ini.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Prof.

dr.Nerseri Barus, MPH selaku dosen pembimbing I, Bapak Drs. Jemadi, M.Kes

selaku dosen pembimbing II, Ibu drh. Rasmaliah, M.Kes selaku dosen pembanding I,

dan juga kepada Ibu drh. Hiswani, M.Kes selaku dosen pembanding II yang

memberikan bimbingan, pengarahan, dan masukan dalam penulisan skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan dan dukungan

berbagai pihak, untuk itu penulis juga menyampaikan ucapan terimakasih dan

penghargaan yang tulus kepada :

1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
2. Bapak Prof. dr. Sorimuda Sarumpaet, MPH selaku kepala Departemen

Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes selaku dosen pembimbing akademik.

4. Bapak Direktur Balai Pelayanan Kesehatan RS Santa Elisabeth Medan, Suster

Kepala Bagian Rekam Medik beserta seluruh pegawai di bagian rekam medik RS

Santa Elisabeth Medan yang telah memberikan izin dan bantuan dalam

pelaksanaan penelitian.

5. Bapak/Ibu dosen yang telah memberikan pengajaran selama penulis mengikuti

proses perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

dan seluruh pegawai serta staff yang telah banyak membantu dalam penyelesaian

skripsi ini.

6. Guru-guru penulis dari SD sampai SMA yang telah mendidik dan mengajar

penulis sehingga bisa menempuh pendidikan yang lebih tinggi.

7. Abang dan adik-adik penulis (BRisman, Riyanto, Tika, Siska, dan Eri) buat doa,

motivasi, dan kasih sayangnya, serta sanak keluarga yang telah memberikan

bantuan secara moril maupun materi kepada penulis selama mengikuti pendidikan

di FKM USU dan penyelesaian skripsi ini.

8. Sahabat-sahabat penulis (Arden Jaya, Rilma, Herty, Lisa, Melfa, Nduma, Fourgel,

Vida, dll), teman-teman peminatan Epidemiologi, dan rekan-rekan mahasiswa

FKM USU angkatan 2005 buat kebersamaannya selama mengikuti pendidikan di

FKM USU.

9. Pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
Tak Ada Gading yang Tak Retak. Penulis menyadari bahwa dalam

penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan

skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, Juli 2009

Penulis

Ernawati Gultom

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
DAFTAR ISI

Halaman Persetujuan .............................................................................................. i


Abstrak...................................................................................................................... ii
Daftar Riwayat Hidup ............................................................................................. iv
Kata Pengantar ....................................................................................................... v
Daftar Isi .................................................................................................................. viii
Daftar Tabel............................................................................................................. xii
Daftar Gambar ........................................................................................................ xiv

BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................................... 1


1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................. 4
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................... 5
1.3.1. Tujuan Umum ............................................................................ 5
1.3.2. Tujuan Khusus ........................................................................... 5
1.4. Manfaat Penelitian ................................................................................. 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................. 7


2.1. Defenisi .................................................................................................. 7
2.2. Klasifikasi ............................................................................................. 8
2.2.1. Plasenta Previa ........................................................................... 8
2.2.2. Solusio Plasenta ......................................................................... 9
2.2.3. Perdarahan yang Belum Jelas Sumbernya ................................. 10
2.3. Epidemiologi .......................................................................................... 11
2.3.1. Distribusi Frekuensi ................................................................... 11
2.3.2. Faktor Determinan ..................................................................... 12
2.4. Gambaran Klinis .................................................................................... 16
2.5. Diagnosis................................................................................................ 17
2.5.1. Anamnesis .................................................................................. 17
2.5.2. Inspeksi ...................................................................................... 18
2.5.3. Pemeriksaan Fisik Ibu ................................................................ 18
2.5.4. Palpasi Abdomen ....................................................................... 18
2.5.5. Auskultasi Denyut Jantung Janin (DJJ) ..................................... 18
2.5.6. Pemeriksaan Inspekulo .............................................................. 19
2.5.7. Penentuan Letak Plasenta Tidak Langsung ............................... 19
2.5.8. Penentuan Letak Plasenta Secara Langsung .............................. 19
2.6. Pencegahan............................................................................................. 19
2.6.1. Pencegahan Primer..................................................................... 19
2.6.2. Pencegahan Sekunder ................................................................ 21
2.6.3. Pencegahan Tersier .................................................................... 24

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
BAB 3 KERANGKA KONSEP ............................................................................. 25
3.1. Kerangka Konsep ................................................................................... 25
3.2. Defenisi Operasional.............................................................................. 26

BAB 4 METODE PENELITIAN........................................................................... 32


4.1. Jenis Penelitian....................................................................................... 32
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................. 32
4.2.1. Lokasi Penelitian........................................................................ 32
4.2.2. Waktu Penelitian ........................................................................ 32
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................. 32
4.3.1. Populasi Penelitian ..................................................................... 32
4.3.2. Sampel Penelitian....................................................................... 33
4.4. Metode Pengumpulan Data .................................................................... 33
4.5. Pengolahan dan Analisa Data................................................................. 33

BAB 5 HASIL PENELITIAN ................................................................................. 34


5.1. Profil Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan ......................................... 34
5.2. Distribusi Penderita Perdarahan Antepatum Berdasarkan
Tahun ................................................................................................... 36
5.3. Distribusi Penderita Perdarahan Antepatum Berdasarkan
Sosiodemografi .................................................................................... 37
5.4. Distribusi Penderita Perdarahan Antepatum Berdasarkan
Mediko Obstetri ................................................................................... 38
5.5. Distribusi Penderita Perdarahan Antepatum Berdasarkan
Gejala Objektif ..................................................................................... 40
5.6. Distribusi Penderita Perdarahan Antepatum Berdasarkan
Status Rawatan ..................................................................................... 42
5.7. Lama Rawatan Rata-rata Bayi Penderita Perdarahan
Antepartum........................................................................................... 43
5.8. Lama Rawatan Rata-rata Ibu yang Mengalami Perdarahan
Antepatum ........................................................................................... 43
5.9. Analisa Statistik ................................................................................... 44
5.9.1. Paritas Berdasarkan Penyebab Perdarahan .............................. 44
5.9.2. Keadaan Janin Berdasarkan Penyebab Perdarahan.................. 45
5.9.3. Penatalaksanaanan Medis Berdasarkan Penyebab
Perdarahan................................................................................ 45
5.9.4. Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Keadaan Ibu
Sewaktu Pulang........................................................................ 46
5.9.5. Lama Rawatan Rata-rata Ibu Berdasarkan Penyebab
Perdarahan................................................................................ 47
5.9.6. Lama Rawatan Rata-rata Ibu Berdasarkan
Penatalaksanaan Medis ........................................................... 48
5.9.7. Lama Rawatan Rata-rata Ibu Berdasarkan Keadaan
Ibu Sewaktu Pulang ................................................................. 48

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
BAB 6 PEMBAHASAN ........................................................................................... 50
6.1. Distribusi dan Trend Kunjungan Penderita Perdarahan
Antepartum Berdasarkan Data Tahun 2004-2008................................. 50
6.2. Distribusi Penderita Perdarahan Antepartum Berdasarkan
Sosiodemografi ..................................................................................... 51
6.2.1. Umur ........................................................................................... 51
6.2.2. Suku ............................................................................................ 52
6.2.3. Agama ......................................................................................... 53
6.2.4. Pekerjaan ..................................................................................... 54
6.2.5. Daerah Asal................................................................................. 55
6.3. Distribusi Penderita Perdarahan Antepartum Berdasarkan
Mediko Obstetri .................................................................................... 57
6.3.1. Paritas.......................................................................................... 57
6.3.2. Usia Kehamilan........................................................................... 58
6.3.3. Penyebab Perdarahan .................................................................. 59
6.3.4. Riwayat Kehamilan/Persalinan Jelek.......................................... 60
6.3.5. Jenis Riwayat Kehamilan/Persalinan Jelek................................. 61
6.4. Distribusi Penderita Perdarahan Antepartum Berdasarkan
Gejala Objektif ...................................................................................... 62
6.4.1. Kadar Hb ..................................................................................... 62
6.4.2. Anemia ........................................................................................ 63
6.4.3. Tekanan Darah Sistolik ............................................................... 64
6.4.4. Tekanan Darah Diastolik............................................................. 65
6.4.5. Tinggi Fundus Uteri .................................................................... 66
6.4.6. Denyut Jantung Janin .................................................................. 67
6.5. Distribusi Penderita Perdarahan Antepartum Berdasarkan
Status Rawatan ...................................................................................... 68
6.5.1. Asal Kedatangan ......................................................................... 68
6.5.2. Jenis Rujukan .............................................................................. 69
6.5.3. Penatalaksanaan Medis ............................................................... 70
6.5.4. Keadaan Bayi Lahir..................................................................... 71
6.5.5. Keadaan Ibu Sewaktu Pulang ..................................................... 73
6.6. Lama Rawatan rata-rata Ibu .................................................................. 74
6.7. Analisa Statistik .................................................................................... 75
6.7.1. Paritas Berdasarkan Penyebab Perdarahan ............................... 75
6.7.2. Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Penyebab
Perdarahan................................................................................. 76
6.7.3. Penatalaksanaa Medis Berdasarkan Keadaan Ibu
Sewaktu Pulang......................................................................... 77
6.7.4. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Penyebab
Perdarahan................................................................................. 79
6.7.5. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan
Penatalaksanaan Medis ............................................................. 80
6.7.6. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Keadaan
Sewaktu Pulang......................................................................... 81

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 83
7.1. Kesimpulan ........................................................................................... 83
7.2. Saran...................................................................................................... 85

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Master Data
Lampiran 2 : Hasil Pengolahan Statistik
Lampiran 3 : Surat Izin Penelitian
Lampiran 4 : Surat Selesai Penelitian

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
DAFTAR TABEL

Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan Antepartum


Berdasarkan Tahun yang Dirawat Inap di Rumah Sakit
Santa Elisabeth MedanTahun 2004-2008 ............................................. 36

Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan Antepartum


Berdasarkan Sosiodemografi yang Dirawat Inap di Rumah
Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008 ................................... 37

Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan Antepartum


Berdasarkan Mediko Obstetri yang Dirawat Inap di Rumah
Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008 ................................... 39

Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan Antepartum


Berdasarkan Gejala Objektif yang Dirawat Inap di Rumah
Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008 ................................... 41

Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan Antepartum


Berdasarkan Status Rawatan yang Dirawat Inap di Rumah
Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008 ................................... 42

Tabel 5.6. Lama Rawatan Rata-rata Ibu yang Mengalami Perdarahan


Antepartum yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa
Elisabeth Medan Tahun 2004-2008 ...................................................... 44

Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Paritas Berdasarkan Penyebab


Perdarahan yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa
Elisabeth Medan Tahun 2004-2008 ...................................................... 44

Tabel 5.8. Distribusi Proporsi Penatalaksanaan Medis Berdasarkan


Penyebab Perdarahan yang Dirawat Inap di Rumah Sakit
Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008 ............................................ 45

Tabel 5.9. Distribusi Proporsi Penatalaksanaan Medis Berdasarkan


Keadaan Ibu Sewaktu Pulang Dirawat Inap di Rumah Sakit
Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008 ............................................ 46

Tabel 5.10. Lama Rawatan Rata-rata Ibu Berdasarkan Penyebab


Perdarahan yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa
Elisabeth Medan Tahun 2004-2008 ...................................................... 47

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
Tabel 5.11. Lama Rawatan Rata-rata Ibu Berdasarkan Penatalaksanaan
Medis yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan Tahun 2004-2008 ...................................................................... 48

Tabel 5.12. Lama Rawatan Rata-rata Ibu Berdasarkan Keadaan Ibu


Sewaktu Pulang yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa
Elisabeth Medan Tahun 2004-2008 ...................................................... 49

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
DAFTAR GAMBAR

Gambar 6.1. Diagram Bar Penderita Perdarahan Antepartum


Berdasarkan Data Tahun 2004-2008 di Rumah Sakit Santa
Elisabeth Medan.............................................................................. 50

Gambar 6.2. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan


Antepartum Berdasarkan Umur yang Dirawat Inap di
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008 ................ 51

Gambar 6.3. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan


Antepartum Berdasarkan Suku yang Dirawat Inap di
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008 ................ 52

Gambar 6.4. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan


Antepartum Berdasarkan Agama yang Dirawat Inap di
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008 ................ 54

Gambar 6.5. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan


Antepartum Berdasarkan Pekerjaan yang Dirawat Inap di
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008 ................ 55

Gambar 6.6. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan


Antepartum Berdasarkan Daerah Asal yang Dirawat Inap
di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008 ............ 56

Gambar 6.7. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan


Antepartum Berdasarkan Paritas yang Dirawat Inap di
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008 ................ 57

Gambar 6.8. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan


Antepartum Berdasarkan Usia Kehamilan yang Dirawat
Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-
2008................................................................................................. 58

Gambar 6.9. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan


Antepartum Berdasarkan Penyebab Perdarahan yang
Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
Tahun 2004-2008 ............................................................................ 59

Gambar 6.10. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan


Antepartum Berdasarkan Riwayat Kehamilan/Persalinan
Jelek yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan Tahun 2004-2008 ................................................................ 60

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
Gambar 6.11. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan
Antepartum Berdasarkan Jenis Riwayat
Kehamilan/Persalinan Jelek yang Dirawat Inap di Rumah
Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008 ............................. 61

Gambar 6.12. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan


Antepartum Berdasarkan Kadar Hb yang Dirawat Inap di
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008 ................ 62

Gambar 6.13. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan


Antepartum Berdasarkan Anemia yang Dirawat Inap di
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008 ................ 63

Gambar 6.14. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan


Antepartum Berdasarkan Tekanan Darah Sistolik yang
Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
Tahun 2004-2008 ............................................................................ 64

Gambar 6.15. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan


Antepartum Berdasarkan Tekanan Darah Diastolik yang
Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
Tahun 2004-2008 ............................................................................ 65

Gambar 6.16. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan


Antepartum yang Dirawat Inap Berdasarkan Tinggi Fundus
Uteri di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-
2008................................................................................................. 66

Gambar 6.17. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan


Antepartum Berdasarkan Denyut Jantung Janin yang
Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
Tahun 2004-2008 ............................................................................ 67

Gambar 6.18. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan


Antepartum Berdasarkan Asal Kedatangan yang Dirawat
Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-
2008................................................................................................. 68

Gambar 6.19. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan


Antepartum Berdasarkan Jenis Rujukan yang Dirawat Inap
di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008 ............ 69

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
Gambar 6.20. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan
Antepartum Berdasarkan Penatalaksanaan Medis yang
Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
Tahun 2004-2008 ............................................................................ 70

Gambar 6.21. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan


Antepartum Berdasarkan Keadaan Bayi Lahir yang
Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
Tahun 2004-2008 ............................................................................ 72

Gambar 6.22. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan


Antepartum Berdasarkan Keadaan Ibu Sewaktu Pulang
yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
Tahun 2004-2008 ............................................................................ 73

Gambar 6.23. Diagram Bar Distribusi Proporsi Paritas Berdasarkan


Penyebab Perdarahan yang Dirawat Inap di Rumah Sakit
Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008 ...................................... 75

Gambar 6.24. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penatalaksanaan Medis


Berdasarkan Penyebab Perdarahan yang Dirawat Inap di
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008 ................ 76

Gambar 6.25. Distribusi Proporsi Penatalaksanaan medis Berdasarkan


Keadaan Ibu Sewaktu Pulang yang Dirawat Inap di Rumah
Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008 ............................. 78

Gambar 6.26. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Penyebab


Perdarahan yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa
Elisabeth Medan Tahun 2004-2008 ................................................ 79

Gambar 6.27. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Penatalaksanaan


Medis yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan Tahun 2004-2008 ................................................................ 80

Gambar 6.28. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Keadaan Ibu


Sewaktu Pulang yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa
Elisabeth Medan Tahun 2004-2008 ................................................ 81

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Derajat kesehatan penduduk merupakan salah satu indikator kualitas sumber

daya manusia. Pencapaian kualitas sumber daya manusia sejak dini sangat

berhubungan dengan proses kehamilan, persalinan, maupun masa nifas.1

Salah satu tantangan dalam mencapai derajat kesehatan masyarakat adalah

masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia.2 AKI merupakan salah satu

parameter kemampuan suatu negara dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan

terhadap masyarakat.3

Menurut World Health Organization (2007), pada tahun 2005 AKI di dunia

400 per 100.000 kelahiran hidup, negara maju AKI 9 per 100.000 kelahiran hidup,

dan negara berkembang 450 per 100.000 kelahiran hidup. Di Afrika AKI 820 per

100.000 kelahiran hidup, Asia 330 per 100.000 kelahiran hidup, Amerika Latin dan

Karibia 130 per 100.000 kelahiran hidup, dan Oceania 430 per 100.000 kelahiran

hidup.4

Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1992 AKI di

Indonesia 420 per 100.000 kelahiran hidup, 390 per 100.000 kelahiran hidup tahun

1994 dan 373 per 100.000 kelahiran hidup tahun 1995.5

Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002-2003, AKI di

Indonesia 307 per 100.000 kelahiran hidup, artinya lebih dari 18.000 ibu tiap tahun

atau dua ibu tiap jam meninggal oleh sebab yang berkaitan dengan kehamilan,

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
persalinan dan nifas. Dibandingkan dengan negara-negara di ASEAN, AKI di

Indonesia adalah tertinggi. Dapat dilihat pada tahun 2002 AKI di Thailand 44 per

100.000 kelahiran hidup, di Brunai 39 per 100.000 kelahiran hidup, dan di Myanmar

255 per 100.000 kelahiran hidup.6

Di Sumatera Utara pada tahun 2002 AKI 360 per 100.000 kelahiran hidup,

tahun 2003 AKI 345 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2004 AKI 330 per 100.000

kelahiran hidup dan tahun 2005 AKI 315 per 100.000 kelahiran hidup. Hal ini

menunjukkan AKI cenderung menurun tetapi bila dibandingkan dengan target yang

ingin dicapai secara nasional pada tahun 2010, yaitu sebesar 150 per 100.000

kelahiran hidup, maka apabila penurunannya masih seperti tahun-tahun sebelumnya

diperkirakan target tersebut di masa mendatang tidak tercapai.1

Berdasarkan Profil Kesehatan Kota Medan tahun 2002 bahwa pada tahun

2000 AKI 172 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2001 AKI 165 per 100.000

kelahiran hidup dan tahun 2002 AKI juga sebesar 165 per 100.000 kelahiran hidup.7

Kematian ibu hamil dapat terjadi dengan tiga peristiwa dalam satu rangkaian,

yaitu seorang wanita hamil, menderita komplikasi obstetrik, dan komplikasi tersebut

menyebabkan kematian.8 Tingginya angka kematian ibu disebabkan oleh trias klasik,

yaitu perdarahan, preeklamsia/eklamsia, dan infeksi yang merupakan penyebab

kematian obstetrik secara langsung dimana penyebab yang paling banyak adalah

perdarahan.9 Menurut SKRT 2001, proporsi penyebab obstetrik langsung 90%,

sebagian besar disebabkan oleh perdarahan dengan proporsi 28%, eklamsia 24%, dan

infeksi 11%.10

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
Kasus perdarahan sebagai sebab utama kematian maternal dapat terjadi pada

masa kehamilan, persalinan, dan pada masa nifas.11 Perdarahan pada kehamilan harus

selalu dianggap sebagai kelainan yang berbahaya. Perdarahan pada masa kehamilan

muda disebut keguguran atau abortus, sedangkan pada kehamilan tua disebut

perdarahan antepartum. Batas teoritis antara kehamilan muda dan kehamilan tua

adalah 28 minggu, mengingat kemungkinan hidup janin di luar uterus.12 Penyebab

perdarahan antepartum antara lain plasenta previa, solusio plasenta, dan perdarahan

yang belum jelas sumbernya.12,13

Di RSU Palembang dilaporkan 429 kasus perdarahan antepartum yang

disebabkan oleh plasenta previa dari 14.765 persalinan (proporsi 2,9%) selama tahun

1986-1990. Perdarahan antepartum yang disebabkan oleh plasenta previa di RSU

Banda Aceh tahun 1990 dilaporkan 11 kasus dari 655 persalinan (proporsi 1,7%),

sedangkan yang disebabkan oleh solusio plasenta dilaporkan 2 kasus dari 655

persalinan (proporsi 0,3%).14

Perdarahan antepartum akibat solusio plasenta di RSUD Dr.Moewardi

Surakarta pada tahun 2001-2003 tercatat sebanyak 32 kasus dari 4.878 persalinan

(proporsi 0,65%) atau 1 kasus tiap 154 persalinan.7 Di RSUD Arifin Achmad Pekan

Baru pada tahun 2002-2006 tercatat sebanyak 33 kasus dari 12.709 persalinan

(proporsi 0,26%).15

Menurut penelitian ME Simbolon (2004) di RS Santa Elisabeth Medan selama

kurun waktu 1999-2003. Pada tahun 1999 sebanyak 21 kasus, tahun 2000 sebanyak

28 kasus, tahun 2001 sebanyak 34 kasus, tahun 2002 sebanyak 18 kasus, dan tahun

2003 sebanyak 15 kasus. Perdarahan antepartum yang disebabkan oleh plasenta

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
previa tercatat 90 kasus dari 116 kasus perdarahan antepartum (proporsi 77,6%),

sedangkan perdarahan antepartum yang disebabkan oleh solusio plasenta tercatat 17

kasus dari 116 kasus perdarahan antepartum (proporsi 14,7%).16

Di RS Dr. Pirngadi Medan selama kurun waktu 2001-2004, FR Bangun

menemukan 126 kasus perdarahan antepartum dari 5040 persalinan (proporsi 2,5%).

Perdarahan antepartum yang disebabkan oleh plasenta previa tercatat 96 kasus dari

126 kasus perdarahan antepartum (proporsi 76,2%), sedangkan perdarahan yang

disebabkan oleh solusio plasenta tercatat 25 kasus dari 126 kasus perdarahan

antepartum (proporsi 19,8%).17

Pada survei pendahuluan yang telah dilakukan di Rumah Sakit Santa

Elisabeth Medan terdapat kasus perdarahan antepartum sebanyak 77 kasus selama

tahun 2004-2008. Pada tahun 2004 sebanyak 18 kasus, tahun 2005 sebanyak 34

kasus, tahun 2006 sebanyak 10 kasus, tahun 2007 sebanyak 14 kasus, dan tahun 2008

sebanyak 9 kasus.

Berdasarkan latar belakang di atas perlu dilakukan penelitian untuk

mengetahui karakteristik penderita perdarahan antepartum yang dirawat inap di

Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008.

1.2. Rumusan Masalah

Belum diketahui karakteristik penderita perdarahan antepartum yang dirawat

inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008.

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui karakteristik penderita perdarahan antepartum yang dirawat

inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui trend kunjungan penderita perdarahan antepartum

berdasarkan data tahun 2004-2008.

b. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita perdarahan antepartum

berdasarkan sosiodemografi (umur, suku, agama, pendidikan, pekerjaan, dan

daerah asal).

c. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita perdarahan antepartum

berdasarkan mediko obstetri (paritas, keluhan, usia kehamilan, penyebab

perdarahan, dan riwayat kehamilan/persalinan jelek)

d. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita perdarahan antepartum

berdasarkan gejala objektif (kadar Hb, tekanan darah, tinggi fundus uteri,

keadaan uterus, denyut jantung janin)

e. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita perdarahan antepartum

berdasarkan status rawatan (asal rujukan, penatalaksanaan medis, keadaan

janin, keadaan bayi, keadaan bayi sewaktu pulang, keadaan ibu sewaktu

pulang).

f. Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata bayi penderita perdarahan

antepartum.

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
g. Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata ibu yang mengalami perdarahan

antepartum.

h. Untuk mengetahui perbedaan proporsi paritas berdasarkan penyebab

perdarahan.

i. Untuk mengetahui perbedaan proporsi keadaan janin berdasarkan penyebab

perdarahan.

j. Untuk mengetahui perbedaan proporsi penatalaksanaan medis berdasarkan

penyebab perdarahan.

k. Untuk mengetahui perbedaan proporsi penatalaksanaan medis berdasarkan

keadaan ibu sewaktu pulang.

l. Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata ibu berdasarkan penyebab

perdarahan.

m. Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata ibu berdasarkan penatalaksanaan

medis.

n. Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata ibu berdasarkan keadaan ibu sewaktu

pulang.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi Rumah Sakit Santa Elisabeth

Medan tentang karakteristik penderita perdarahan antepartum.

1.4.2. Menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang perdarahan antepartum

dan sebagai bahan informasi bagi peneliti lain yang dapat dijadikan sebagai

referensi untuk penelitian yang akan datang.

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Defenisi

Perdarahan antepartum adalah perdarahan jalan lahir setelah kehamilan 28

minggu.12,18 Karena perdarahan antepartum terjadi pada kehamilan di atas 28 minggu

maka sering disebut atau digolongkan perdarahan pada trimester ketiga.19

Walaupun perdarahannya sering dikatakan terjadi pada trimester ketiga, akan

tetapi tidak jarang juga terjadi sebelum kehamilan 28 minggu karena sejak itu segmen

bawah uterus telah terbentuk dan mulai melebar serta menipis. Dengan bertambah

tuanya kehamilan, segmen bawah uterus akan lebih melebar lagi, dan serviks mulai

membuka. Apabila plasenta tumbuh pada segmen bawah uterus, pelebaran segmen

bawah uterus dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat

di situ tanpa terlepasnya sebagian plasenta dari dinding uterus. Pada saat itu mulailah

terjadi perdarahan.12

Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan

plasenta. Hal ini disebabkan perdarahan yang bersumber pada kelainan plasenta

biasanya lebih banyak, sehingga dapat mengganggu sirkulasi O2 dan CO2 serta nutrisi

dari ibu kepada janin. Sedangkan perdarahan yang tidak bersumber pada kelainan

plasenta seperti kelainan serviks biasanya relatif tidak berbahaya. Oleh karena itu,

pada setiap perdarahan antepartum pertama-tama harus selalu dipikirkan bahwa hal

itu bersumber pada kelainan plasenta.11,12

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
2.2. Klasifikasi

Perdarahan antepartum yang bersumber pada kelainan plasenta yang secara

klinis biasanya tidak terlalu sukar untuk menentukannya adalah plasenta previa dan

solusio plasenta. Oleh karena itu, klasifikasi klinis perdarahan antepartum dibagi

sebagai berikut :12

2.2.1. Plasenta Previa

Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat

abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh

pembukaan jalan lahir (ostium uteri internum).12,19,20

Klasifikasi plasenta previa dibuat atas dasar hubungannya dengan ostium uteri

internum pada waktu diadakan pemeriksaan. Dalam hal ini dikenal empat macam

plasenta previa, yaitu :

a. Plasenta previa totalis, apabila seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri

internum) tertutup oleh plasenta.

b. Plasenta previa lateralis, apabila hanya sebagian dari jalan lahir (ostium uteri

internum) tertutup oleh plasenta.

c. Plasenta previa marginalis, apabila tepi plasenta berada tepat pada pinggir

pembukaan jalan lahir (ostium uteri internal).

d. Plasenta letak rendah, apabila plasenta mengadakan implantasi pada segmen

bawah uterus, akan tetapi belum sampai menutupi pembukaan jalan lahir.

Pinggir plasenta berada kira-kira 3 atau 4 cm di atas pinggir pembukaan

sehingga tidak akan teraba pada pembukaan jalan lahir.21,22

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
Penentuan macamnya plasenta previa tergantung pada besarnya pembukaan

jalan lahir. Misalnya plasenta previa marginalis pada pembukaan 2 cm dapat menjadi

plasenta previa lateralis pada pembukaan 5 cm. Begitu juga plasenta previa totalis

pada pembukaan 3 cm dapat menjadi lateralis pada pembukaan 6 cm. Maka

penentuan macamnya plasenta previa harus disertai dengan keterangan mengenai

besarnya pembukaan, misalnya plasenta previa lateralis pada pembukaan 5 cm.20

2.2.2. Solusio Plasenta

Istilah lain dari solusio plasenta adalah ablatio plasentae, abruptio plasentae,

accidental haemorrhage dan premature separation of the normally implanted

placenta.19

Solusio plasenta adalah suatu keadaan dimana plasenta yang letaknya normal

terlepas dari perlekatannya sebelum janin lahir.12,19

Berdasarkan gejala klinik dan luasnya plasenta yang lepas, maka solusio

plasenta dibagi menjadi 3 tingkat, yaitu :

a. Solusio plasenta ringan

Luas plasenta yang terlepas kurang dari 1/4 bagian, perut ibu masih lemas dan

bagian janin mudah teraba, janin masih hidup, tanda persalinan belum ada,

jumlah darah yang keluar biasanya kurang dari 250 ml, terjadi perdarahan

pervaginam berwarna kehitam-hitaman.

b. Solusio plasenta sedang

Luas plasenta yang terlepas lebih dari 1/4 bagian tetapi belum sampai 2/3

bagian, perut ibu mulai tegang dan bagian janin sulit diraba, jumlah darah

yang keluar lebih banyak dari 250 ml tapi belum mencapai 1000 ml, ibu

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
mungkin telah jatuh ke dalam syok, janin dalam keadaan gawat, tanda-tanda

persalinan biasanya telah ada dan dapat berlangsung cepat sekitar 2 jam.

c. Solusio plasenta berat

Luas plasenta yang terlepas telah mencapai 2/3 bagian atau lebih, uterus

sangat tegang seperti papan dan sangat nyeri, serta bagian janin sulit diraba,

ibu telah jatuh ke dalam syok dan janin telah meninggal, jumlah darah yang

keluar telah mencapai 1000 ml lebih, terjadi gangguan pembekuan darah dan

kelainan ginjal. Pada dasarnya disebabkan oleh hipovolemi dan penyempitan

pembuluh darah ginjal.23,24

2.2.3. Perdarahan antepartum yang belum jelas sumbernya12

Perdarahan anterpartum yang belum jelas sumbernya terdiri dari :

a. Pecahnya sinus marginalis

Sinus marginalis adalah tempat penampungan sementara darah

retroplasenter.21 Perdarahan ini terjadi menjelang persalinan, jumlahnya tidak

terlalu banyak, tidak membahayakan janin dan ibunya, karena persalinan akan

segera berlangsung. Perdarahan ini sulit diduga asalnya dan baru diketahui

setelah plasenta lahir.3 Pada waktu persalinan, perdarahan terjadi tanpa sakit

dan menjelang pembukaan lengkap yang perlu dipikirkan kemungkinan

perdarahan karena sinus marginalis pecah.18

b. Pecahnya vasa previa

Perdarahan yang terjadi segera setelah ketuban pecah, karena pecahnya

pembuluh darah yang berasal dari insersio vilamentosa (keadaan tali pusat

berinsersi dalam ketuban).21,25

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
2.3. Epidemiologi

2.3.1. Distribusi Frekuensi

Perdarahan antepartum terjadi kira-kira 3% dari semua persalinan, yang terdiri

dari plasenta previa, solusio plasenta, dan perdarahan yang belum jelas sumbernya.9

Seperti yang dikutip oleh D.Anurogo, Insidence Rate (IR) plasenta previa di

Amerika Serikat terjadi pada 0,3-0,5% dari semua kelahiran.26 Menurut FG

Cuningham di Amerika Serikat (1994) ditemukan IR perdarahan antepartum yang

disebabkan oleh plasenta previa 0,3% atau 1 dari setiap 260 persalinan.27

Di Indonesia, plasenta previa terjadi pada kira-kira 1 diantara 200 persalinan

(IR 0,5%).28 Menurut penelitian HR Soedarto di RSU Uli Banjarmasin tahun 1998-

2001 tercatat proporsi plasenta previa 82,9% atau 92 kasus dari 111 perdarahan

antepartum.29 Di RS Santa Elisabeth Medan (1999-2003), ME Simbolon menemukan

90 kasus plasenta previa dari 116 kasus perdarahan antepartum (proporsi 77,6%)

dengan kematian perinatal 4,4%.16

Perdarahan antepartum yang diakibatkan solusio plasenta di Indonesia terjadi

kira-kira 1 diantara 50 persalinan (IR 2%).12 Menurut penelitian Gunawan di RSU

Padang (1997) dalam FR Bangun ditemukan proporsi solusio plasenta 0,48% atau 1

diantara 210 persalinan.17 Menurut penelitian HR Soedarto di RSU Uli Banjarmasin

tahun 1998-2001 tercatat proporsi solusio plasenta 5,4% atau 6 kasus dari 111

perdarahan antepartum.29

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
2.3.2. Faktor Determinan

a. Umur

Umur yang lebih tua dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya perdarahan

antepartum.12,19

Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan

persalinan adalah 20-35 tahun. Wanita pada umur kurang dari 20 tahun memiliki

resiko yang lebih tinggi untuk mengalami perdarahan antepartum karena alat

reproduksi belum sempurna atau matang untuk hamil. Selain itu, kematangan fisik,

mental dan fungsi sosial dari calon ibu yang belum cukup menimbulkan keragu-

raguan jaminan bagi keselamatan kehamilan yang dialaminya serta perawatan bagi

anak yang dilahirkannya. Sedangkan umur di atas 35 tahun merupakan faktor yang

dapat meningkatkan kejadian perdarahan antepartum karena proses menjadi tua dari

jaringan alat reproduksi dari jalan lahir, cenderung berakibat buruk pada proses

kehamilan dan persalinannya.12

Perdarahan antepartum lebih banyak pada usia di atas 35 tahun. Wanita yang

berumur 35 tahun atau lebih mempunyai resiko besar untuk terkena dibandingkan

dengan wanita yang lebih muda.9,18

Di RS Sanglah Denpasar Bali (2001-2002) ditemukan bahwa resiko plasenta

previa pada wanita dengan umur 35 tahun 2 kali lebih besar dibandingkan dengan

umur <35 tahun. Peningkatan umur ibu merupakan faktor risiko plasenta previa,

karena sklerosis pembuluh darah arteri kecil dan arteriole miometrium menyebabkan

aliran darah ke endometrium tidak merata sehingga plasenta tumbuh lebih lebar

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
dengan luas permukaan yang lebih besar, untuk mendapatkan aliran darah yang

adekuat.13

b. Pendidikan

Ibu yang mempunyai pendidikan relatif tinggi, cenderung memperhatikan

kesehatannya dibandingkan ibu yang tingkat pendidikannya rendah. Dengan

pendidikan yang tinggi, diharapkan ibu mempunyai pengetahuan dan mempunyai

kesadaran mengantisipasi kesulitan dalam kehamilan dan persalinannya, sehingga

timbul dorongan untuk melakukan pengawasan kehamilan secara berkala dan

teratur.30

c. Paritas

Paritas dikelompokkan menjadi empat golongan yaitu21,31 :

1) nullipara, yaitu golongan ibu yang belum pernah melahirkan.

2) primipara, yaitu golongan ibu yang pernah melahirkan 1 kali.

3) multipara, yaitu golongan ibu yang pernah melahirkan 2-4 kali.

4) grandemultipara, yaitu golongan ibu yang pernah melahirkan 5 kali.

Frekuensi perdarahan antepartum meningkat dengan bertambahnya paritas.10,18

Perdarahan antepartum lebih banyak pada kehamilan dengan paritas tinggi. Wanita

dengan paritas persalinan empat atau lebih mempunyai resiko besar untuk terkena

dibandingkan dengan paritas yang lebih rendah.9,18

Pada paritas yang tinggi kejadian perdarahan antepartum semakin besar karena

endometrium belum sempat sembuh terutama jika jarak antara kehamilan pendek.

Selain itu kemunduran daya lentur (elastisitas) jaringan yang sudah berulang kali

direnggangkan, kehamilan cenderung menimbulkan kelainan letak atau kelainan

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
pertumbuhan plasenta. Akibatnya terjadi persalinan yang disertai perdarahan yang

sanngat berbahaya seperti plasenta previa dan solusio plasenta.18

Penelitian A.Wardhana dan K.Karkata (2001-2002) di RS Sanglah Denpasar,

Bali menemukan bahwa resiko plasenta previa pada multigravida 1,3 kali lebih besar

dibandingkan primigravida.13

Penelitian FR Bangun di RSU Dr.Pirngadi Medan selama kurun waktu 2001-

2004 dengan desain case series menemukan proporsi paritas kelompok resiko rendah

76,2% atau 96 orang dari 126 penderita perdarahan antepartum, sedangkan pada

kelompok resiko tinggi 23,8% atau 30 orang dari 126 penderita perdarahan

antepartum.17

d. Riwayat kehamilan dan persalinan terdahulu

Riwayat kehamilan dan persalinan yang dialami oleh seorang ibu juga

merupakan resiko tinggi dalam terjadinya perdarahan antepartum. Cedera dalam alat

kandungan atau jalan lahir dapat ditimbulkan oleh proses kehamilan terdahulu dan

berakibat buruk pada kehamilan yang sedang dialami. Hal ini dapat berupa

keguguran, bekas persalinan berulang dengan jarak pendek, bekas operasi (seksio

cesarea) atau bekas kuretase.19

Menurut penelitian A.Wardhana dan K.Karkata di RS Sanglah Denpasar, Bali

selama tahun 2001-2002 menemukan bahwa resiko plasenta previa pada wanita

dengan riwayat abortus adalah 4 kali lebih besar dibandingkan dengan tanpa riwayat

abortus.13

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
Pasien dengan plasenta previa menghadapi 4-8% resiko terkena plasenta previa

pada kehamilan berikutnya. Kejadian solusio plasenta juga meningkat di kalangan

mereka yang pernah menderita solusio plasenta (rekurensi). Setiap pasien dengan

riwayat solusio plasenta harus dipertimbangkan mempunyai resiko pada setiap

kehamilan berikutnya.28

e. Kadar Hb

Pada kehamilan anemia relatif terjadi karena volume darah dalam kehamilan

bertambah secara fisiologik dengan adanya pencairan darah yang disebut hidremia.

Volume darah tersebut mulai bertambah jelas pada minggu ke-16 dan mencapai

puncaknya pada minggu ke-32 sampai ke-34 yaitu kira-kira 25%. Meskipun ada

peningkatan dalam volume eritrosit secara keseluruhan, tetapi penambahan volume

plasma jauh lebih besar sehingga konsentrasi haemoglobin dalam darah menjadi lebih

rendah.12

Menurut WHO ( 1979 ) kejadian anemia ibu hamil berkisar antara 20% sampai

89% dengan menetapkan Hb 11 gr% sebagai dasarnya.12 Ibu hamil yang menderita

anemia lebih peka terhadap infeksi dan lebih kecil kemungkinan untuk selamat dari

perdarahan atau penyakit lain yang timbul selama hamil dan melahirkan. Saat ibu

mengalami perdarahan banyak, peredaran darah ke plasenta menurun. Hal ini

menyebabkan penerimaan oksigen oleh darah janin berkurang yang pada akhirnya

menyebabkan hipoksia janin.14

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
f. Tekanan darah

Hipertensi yang disebabkan oleh kehamilan atau yang kronik tidak jarang

ditemukan pada wanita hamil. Hipertensi pada kehamilan adalah apabila tekanan

darahnya antara 140/90 mmHg sampai 160/100 mmHg. Hipertensi dalam kehamilan

merupakan komplikasi kehamilan sebagai salah satu trias klasik yang merupakan

penyebab kematian ibu. Selain itu, pasien dengan penyakit hipertensi kehamilan

memiliki resiko pelepasan plasenta prematur.32

2.4. Gambaran Klinis12

Pada umumnya penderita mengalami perdarahan pada trimester ketiga atau

setelah kehamilan 28 minggu. Perdarahan antepartum yang bersumber pada kelainan

plasenta, yang secara klinis biasanya tidak terlampau sukar untuk menentukannya

ialah plasenta previa dan solusio plasenta.

Perdarahan antepartum tanpa rasa nyeri merupakan tanda khas plasenta previa,

apalagi jika disertai tanda-tanda lainnya seperti bagian terbawah janin belum masuk

ke dalam pintu panggul atas atau kelainan letak janin. Karena tanda pertamanya

adalah perdarahan, pada umumnya penderita akan segera datang untuk mendapatkan

pertolongan. Beberapa penderita yang mengalami perdarahan sedikit-sedikit,

mungkin tidak akan tergesa-gesa datang untuk mendapatkan pertolongan karena

dianggap sebagai tanda persalinan biasa. Setelah perdarahannya berlangsung banyak,

mereka datang untuk mendapatkan pertolongan.

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
Lainnya halnya dengan solusio plasenta, kejadiannya tidak segera ditandai oleh

perdarahan pervaginam sehingga penderita tidak segera datang untuk mendapatkan

pertolongan. Gejala pertamanya adalah rasa nyeri pada kandungan yang makin lama

makin hebat dan berlangsung terus menerus. Rasa nyeri yang terus-menerus ini sering

kali diabaikan atau dianggap sebagai tanda permulaan persalinan biasa. Setelah

penderita pingsan karena perdarahan retroplasenter yang banyak, atau setelah tampak

perdarahan pervaginam, mereka datang untuk mendapatkan pertolongan. Pada

keadaan demikian biasanya janin telah meninggal dalam kandungan.

Perdarahan antepartum yang disebabkan oleh sinus marginalis, biasanya tanda

dan gejalanya tidak khas. Vasa previa baru menimbulkan perdarahan setelah

pecahnya selaput ketuban. Perdarahan yang bersumber pada kelainan serviks dan

vagina biasanya dapat diketahui apabila dilakukan pemeriksaan dengan spekulum

yang seksama. Kelainan-kelainan yang mungkin tampak adalah erosio portionis

uteris, carcinoma portionis uteris, polypus cervicis uteri, varices vulva, dan trauma.

2.5. Diagnosis

Pada setiap perdarahan antepartum, pertama sekali harus dicurigai bahwa hal

itu bersumber dari kelainan plasenta, dengan penyebab utama yaitu plasenta previa

dan solusio plasenta sampai ternyata dugaan itu salah. Diagnosis ditegakkan dengan

adanya gejala-gejala klinis dan beberapa pemeriksaan12:

2.5.1. Anamnesis

Plasenta Previa

a. Perdarahan pervaginam yang tanpa nyeri.

b. Warna darah merah terang.

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
Solusio Plasenta

a. Perdarahan pervaginam disertai sakit terus-menerus.

b. Warna darah merah gelap disertai bekuan-bekuan darah.19

2.5.2. Inspeksi

a. Perdarahan yang keluar pervaginam.

b. Pada perdarahan yang banyak ibu tampak anemia.

2.5.3. Pemeriksaan fisik ibu

a. Dijumpai keadaan bervariasi dari keadaan normal sampai syok.

b. Kesadaran penderita bervariasi dari kesadaran baik sampai koma.

c. Pada pemeriksaan dapat dijumpai tekanan darah, nadi, dan perdarahan.18

2.5.4. Palpasi Abdomen

Plasenta Previa

a. Tinggi Fundus Uteri (TFU) masih normal

b. Uterus teraba lunak dan lembut

c. Bagian janin mudah diraba

Solusio Plasenta

a. TFU tambah naik karena terbentuknya hematoma retroplasenter.

b. Uterus teraba tegang dan nyeri tekan di tempat plasenta terlepas.

c. Bagian janin susah diraba karena uterus tegang.19

2.5.5. Auskultasi Denyut Jantung Janin (DJJ)

Plasenta previa : bila keadaan janin masih baik, DJJ mudah didengar

Solusio plasenta : sulit karena uterus tegang.

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
2.5.6. Pemeriksan inspekulo

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dari

uterus atau dari kelainan serviks dan vagina, seperti erosio porsionis uteri,

karsinoma porsionis uteri, polipus servisis uteri, varises vulva dan trauma.

Apabila perdarahan berasal dari uterus, adanya plasenta previa dan solusio

plasenta harus dicurigai.

2.5.7. Penentuan letak plasenta tidak langsung

Penentuan letak plasenta secara tidak langsung dapat dilakukan dengan

radiografi, radioisotop dan ultrasonografi.

2.5.8. Penentuan letak plasenta secara langsung

Untuk menegakkan diagnosa yang tepat maka dilakukan pemeriksaan dalam

yang secara langsung meraba plasenta. Pemeriksaan dalam harus dilakukan di

atas meja operasi dan siap untuk segera mengambil tindakan operasi

persalinan atau hanya memecahkan ketuban.12

2.6. Pencegahan

2.6.1. Pencegahan Primer

Pencegahan primer adalah upaya untuk mempertahankan kondisi orang sehat

agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi sakit.

Pengawasan antenatal memegang peranan yang sangat penting untuk

mengetahui dan mencegah kasus-kasus dengan perdarahan antepartum. Beberapa

pemeriksaan dan perhatian yang biasa dilakukan pada pengawasan antenatal yang

dapat mengurangi kesulitan yang mungkin terjadi ialah pemeriksaan kehamilan,

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
pengobatan anemia kehamilan, menganjurkan ibu untuk bersalin di rumah sakit atau

di fasilitas kesehatan lainnya, memperhatikan kemungkinan adanya kelainan plasenta

dan mencegah serta mengobati penyakit hipertensi menahun dan preeklamsia.12

Program kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan agar ibu hamil

memeriksakan kehamilannya paling sedikit 4 kali, dengan jadwal 1 kunjungan pada

trimester pertama, 1 kunjungan pada trimester kedua, dan 2 kunjungan pada trimester

ketiga. Tetapi apabila ada keluhan, sebaiknya petugas kesehatan memberikan

penerangan tentang cara menjaga diri agar tetap sehat dalam masa hamil. Perlu juga

memberikan penerangan tentang pengaturan jarak kehamilan, serta cara mengenali

tanda-tanda bahaya kehamilan seperti : nyeri perut, perdarahan dalam kehamilan,

odema, sakit kepala terus-menerus, dan sebagainya.32

Para ibu yang menderita anemia dalam kehamilan akan sangat rentan terhadap

infeksi dan perdarahan. Kematian ibu karena perdarahan juga lebih sering terjadi

pada para ibu yang menderita anemia kehamilan sebelumnya. Anemia dalam

kehamilan, yang pada umumnya disebabkan oleh defisiensi besi, dapat dengan mudah

diobati dengan jalan memberikan preparat besi selama kehamilan. Oleh karena itu,

pengobatan anemia dalam kehamilan tidak boleh diabaikan untuk mencegah kematian

ibu apabila nantinya mengalami perdarahan.

Walaupun rumah sakit yang terdekat letaknya jauh, para ibu hamil yang

dicurigai akan mengalami perdarahan antepartum hendaknya diusahakan sedapat

mungkin untuk mengawasi kehamilannya dan bersalin di rumah sakit tersebut.

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
Untuk kehamilan dengan letak janin yang melintang dan sukar diperbaiki atau

bagian terbawah janin belum masuk pintu atas panggul pada minggu-minggu terakhir

kehamilan, dapat juga dicurigai kemungkinan adanya plasenta previa.

Preeklamsia dan hipertensi menahun sering kali dihubungkan dengan

terjadinya solusio plasenta. Apabila hal ini benar, diperlukan pencegahan dan

pengobatan secara seksama untuk mengurangi kejadian solusio plasenta.12

2.6.2. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder adalah upaya untuk mencegah orang yang telah sakit

menjadi semakin parah dan mengusahakan agar sembuh dengan melakukan tindakan

pengobatan yang cepat dan tepat.

Setiap perdarahan pada kehamilan lebih dari 28 minggu yang lebih banyak dari

perdarahan yang biasa, harus dianggap sebagai perdarahan antepartum. Apapun

penyebabnya, penderita harus segera dibawa ke rumah sakit yang memiliki fasilitas

untuk transfusi darah dan operasi. Jangan melakukan pemeriksaan dalam di rumah

atau di tempat yang tidak memungkinkan tindakan operatif segera, karena

pemeriksaan itu dapat menambah banyaknya perdarahan.

Pemasangan tampon dalam vagina tidak berguna sama sekali untuk

menghentikan perdarahan, tetapi akan menambah perdarahan karena sentuhan pada

serviks sewaktu pemasangannya.

Perdarahan yang terjadi pertama kali jarang sekali atau boleh dikatakan tidak

pernah menyebabkan kematian, asalkan sebelumnya tidak dilakukan pemeriksaan

dalam. Biasanya masih terdapat cukup waktu untuk mengirimkan penderita ke rumah

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
sakit sebelum terjadi perdarahan berikutnya yang hampir selalu akan lebih banyak

daripada sebelumnya.

Ketika penderita belum jatuh ke dalam syok, infus cairan intravena harus

segera dipasang dan dipertahankan terus sampai tiba di rumah sakit. Memasang jarum

infus ke dalam pembuluh darah sebelum syok akan jauh lebih memudahkan transfusi

darah apabila sewaktu-waktu diperlukan.

Segera setelah tiba di rumah sakit, usaha pengadaan darah harus segera

dilakukan, walaupun perdarahannya tidak seberapa banyak. Pengambilan contoh

darah penderita untuk pemeriksaan golongan darahnya dan pemeriksaan kecocokan

dengan darah donornya harus segera dilakukan. Dalam keadaan darurat pemeriksaan

seperti itu mungkin terpaksa ditunda karena tidak sempat dilakukan sehingga terpaksa

langsung mentransfusikan darah yang golongannya sama dengan golongan darah

penderita, atau mentransfusikan darah golongan O rhesus positif, dengan penuh

kesadaran akan segala bahayanya.

Pertolongan selanjutnya di rumah sakit tergantung dari paritas, tuanya

kehamilan, banyaknya perdarahan, keadaan ibu, keadaan janin, sudah atau belum

mulainya persalinan dan diagnosis yang ditegakkan.12

Apabila pemeriksaan baik, perdarahan sedikit, janin masih hidup, belum

inpartum, kehamilan belum cukup 37 minggu, atau berat janin masih dibawah 2500

gram, maka kehamilan dapat dipertahankan dan persalinan ditunda sampai janin

dapat hidup di luar kandungan dengan lebih baik lagi. Tindakan medis pada pasien

dilakukan dengan istirahat dan pemberian obat-obatan seperti spasmolitika, progestin,

atau progesteron.19

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
Sebaliknya jika perdarahan yang telah berlangsung atau yang akan berlangsung

dapat membahayakan ibu dan/atau janinnya, kehamilan juga telah mencapai 37

minggu, taksiran berat janin telah mencapai 2500 gram, atau persalinan telah mulai,

maka tindakan medis secara aktif yaitu dengan tindakan persalinan segera harus

ditempuh. Tindakan persalinan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu persalinan

pervaginam dan persalinan perabdominam dengan seksio cesarea.12,19,20

Pada plasenta previa, persalinan pervaginam dapat dilakukan pada plasenta

letak rendah, plasenta marginalis, atau plasenta previa lateralis anterior (janin dalam

presentasi kepala). Sedangkan persalinan perabdominam dengan seksio cesarea

dilakukan pada plasenta previa totalis, plasenta previa lateralis posterior, dan plasenta

letak rendah dengan janin letak sungsang.

Pada solusio plasenta, dapat dilakukan persalinan perabdominam jika

pembukaan belum lengkap. Jika pembukaan telah lengkap dapat dilakukan persalinan

pervaginam dengan amniotomi (pemecahan selaput ketuban), namun bila dalam 6

jam belum lahir dilakukan seksio cesarea.19

Persalinan pervaginam bertujuan agar bagian terbawah janin menekan plasenta

dan bagian plasenta yang berdarah selama persalinan berlangsung, sehingga

perdarahan berhenti. Seksio cesarea bertujuan untuk secepatnya mengangkat sumber

perdarahan, dengan demikian memberikan kesempatan kepada uterus untuk

berkontraksi menghentikan perdarahan dan untuk menghindari perlukaan serviks dari

segmen bawah uterus yang rapuh.12

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
2.6.3. Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier meliputi rehabilitasi (pemulihan kesehatan) yang ditujukan

terhadap penderita yang baru pulih dari perdarahan antepartum meliputi rehabilitasi

mental dan sosial, yaitu dengan memberikan dukungan moral bagi penderita agar

tidak berkecil hati, mempunyai semangat untuk terus bertahan hidup dan tidak putus

asa sehingga dapat menjadi anggota masyarakat yang berdaya guna.22

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
BAB 3
KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian, maka kerangka konsep dalam penelitian ini

adalah :

Karakteristik Penderita
Perdarahan Antepartum

1. Sosiodemografi
Umur
Suku
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Daerah asal
2. Mediko Obstetri
Paritas
Keluhan
Usia kehamilan
Penyebab perdarahan
Riwayat kehamilan/persalinan jelek
3. Gejala objektif
Kadar Hb
Tekanan darah
Tinggi fundus uteri
Keadaan uterus
Denyut jantung janin
4. Status Rawatan
Asal Rujukan
Penatalaksanaan Medis
Keadaan Janin
Keadaan Bayi Lahir
Keadaan Bayi Sewaktu Pulang
Keadaan Ibu Sewaktu Pulang
5. Lama Rawatan Rata-rata Bayi
6. Lama Rawatan Rata-rata Ibu

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
3.2. Defenisi Operasional

3.2.1. Penderita Perdarahan Antepartum adalah seluruh penderita yang dinyatakan

menderita perdarahan antepartum berdasarkan diagnosa dokter di Rumah

Sakit Santa Elisabeth Medan sesuai dengan yang tercatat pada kartu status.

3.2.2. Sosiodemografi penderita perdarahan antepartum dibedakan atas :

a. Umur adalah usia penderita perdarahan antepartum sesuai dengan yang

tercatat pada kartu status, yang dikategorikan atas12 :

1. <20 tahun
2. 20-35 tahun
3. >35 tahun

b. Suku adalah etnik yang melekat pada penderita perdarahan antepartum

sesuai dengan yang tercatat pada kartu status, dikategorikan atas :

1. Batak
2. Jawa
3. Melayu
4. Aceh
5. Nias
6. Lain-lain

c. Agama adalah kepercayaan yang dianut penderita perdarahan antepartum

sesuai dengan yang tercatat pada kartu status, dikategorikan atas :

1. Islam
2. Kristen Protestan
3. Katolik
4. Hindu
5. Budha

d. Pendidikan adalah pendidikan formal yang pernah dijalani oleh penderita

perdarahan antepartum sesuai dengan yang tercatat pada kartu status,

dikategorikan atas :

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
1. Tidak Sekolah
2. SD
3. SLTP
4. SLTA
5. Akademi/Perguruan Tinggi

e. Pekerjaan adalah kegiatan utama yang dilakukan penderita perdarahan

antepartum sesuai dengan yang tercatat pada kartu status, dikategorikan

atas :

1. Pegawai Negeri
2. Pegawai Swasta
3. Wiraswasta
4. Ibu Rumah Tangga
5. Mahasiswa

f. Daerah asal adalah tempat tinggal penderita perdarahan antepartum sesuai

dengan yang tercatat pada kartu status, dikategorikan atas :

1. Kota Medan
2. Luar kota Medan

3.2.3. Mediko Obstetri dibedakan atas :

a. Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah dialami oleh penderita

perdarahan antepartum sebelum kehamilan atau persalinan ini sesuai

dengan yang tercatat pada kartu status, dikategorikan atas21,28 :

1. Nullipara
2. Primipara
3. Multipara
4. Grandemultipara

b. Keluhan adalah keluhan yang menyebabkan ibu dibawa berobat ke rumah

sakit sesuai dengan yang tercatat pada kartu status, dikategorikan atas:

1. Perdarahan Tanpa Nyeri


2. Perdarahan dengan Nyeri

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
c. Usia kehamilan adalah usia kehamilan penderita perdarahan antepartum

sesuai dengan yang tercatat pada kartu status, dikategorikan atas :

1. 28 minggu
2. > 28 minggu

d. Penyebab perdarahan adalah pembagian perdarahan antepartum sesuai

dengan yang tercatat pada kartu status, dikategorikan atas :

1. Plasenta Previa
2. Solusio Plasenta
3. Penyebab Lain

e. Riwayat kehamilan/persalinan jelek adalah riwayat kehamilan dan

persalinan penderita perdarahan antepartum sebelumnya sesuai dengan

yang tercatat pada kartu status, dikategorikan atas :

1. Tidak Ada
2. Ada

f. Jenis riwayat kehamilan/persalinan jelek dikategorikan atas :

1. Abortus
2. Seksio Cesarea
3. Prematur
4. Ekstraksi Vacum

3.2.4. Gejala objektif dibedakan atas :

a. Kadar Hb adalah kadar Hb penderita perdarahan antepartum saat dibawa

ke rumah sakit sesuai dengan yang tercatat pada kartu status,

dikategorikan atas12 :

1. 11 gr% : Tidak Anemia


2. < 11 gr% : Anemia

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
b. Anemia dikategorikan atas18 :

1. Anemia Ringan : 9-10 gr%


2. Anemia Sedang : 7-8 gr%
3. Anemia Berat : < 7 gr%

c. Tekanan darah adalah tekanan darah penderita perdarahan antepartum saat

dibawa ke rumah sakit sesuai dengan yang tercatat pada kartu status,

dikategorikan atas30:

Tekanan darah sistolik


1. Rendah : <120 mmHg
2. Normal : 120-140 mmHg
3. Tinggi : >140 mmHg

Tekanan darah diastolik


1. Rendah : <80 mmHg
2. Normal : 80-100 mmHg
3. Tinggi : >100 mmHg

d. Tinggi Fundus Uteri (TFU) adalah keadaan tinggi fundus uteri penderita

perdarahan antepartum saat dibawa ke rumah sakit sesuai dengan yang

tercatat pada kartu status, dikategorikan atas19 :

1. Normal
2. Lebih tinggi

e. Keadaan uterus adalah keadaan uterus pada waktu diraba saat dilakukan

pemeriksaan sesuai dengan yang tercatat pada kartu status, dikategorikan

atas19 :

1. Lunak dan lembut


2. Tegang

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
f. Denyut jantung janin adalah keadaan denyut jantung janin saat dilakukan

pemeriksaan sesuai dengan yang tercatat pada kartu status, dikategorikan

atas19 :

1. Normal
2. Tidak Normal

3.2.5. Status Rawatan dibedakan atas :

a. Asal kedatangan adalah tempat penderita perdarahan antepartum dirawat

sebelum dibawa ke rumah sakit, sesuai dengan yang tercatat pada kartu

status, yang dikategorikan atas :

1. Langsung
2. Rujukan

b. Jenis rujukan dikategorikan atas :

1. Bidan
2. Dokter Spesialis Kandungan
3. Rumah Bersalin
4. Rumah Sakit

c. Penatalaksanaan medis adalah usaha atau tindakan yang dilakukan oleh

dokter terhadap penderita perdarahan antepartum sesuai dengan yang

tercatat pada kartu status, dikategorikan atas20 :

1. Aktif (pervaginam, seksio cesarea)


2. Pasif (istirahat dan pemberian obat)

d. Keadaan janin adalah kondisi janin yang dikandung oleh penderita

perdarahan antepartum pada waktu masuk rumah sakit sesuai dengan yang

tercatat pada kartu status, dikategorikan atas24 :

1. Sehat
2. Fetal stres
3. Mati

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
e. Keadaan bayi lahir adalah kondisi bayi setelah dilahirkan penderita

perdarahan antepartum yang dilakukan penatalaksanaan medis secara aktif

sesuai dengan yang tercatat pada kartu status, dikategorikan atas :

1. Hidup
2. Meninggal

f. Keadaan bayi sewaktu pulang adalah kondisi bayi penderita perdarahan

antepartum sewaktu keluar dari rumah sakit sesuai dengan yang tercatat

pada kartu status, dikategorikan atas :

1. Sehat
2. Meninggal

g. Keadaan ibu sewaktu pulang adalah kondisi penderita perdarahan

antepartum sewaktu keluar dari rumah sakit sesuai dengan yang tercatat

pada kartu status, dikategorikan atas :

1. Sembuh
2. Pulang Berobat Jalan (PBJ)
3. Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS)

3.2.6. Lama rawatan rata-rata bayi adalah jumlah hari rata-rata lama rawatan bayi

penderita perdarahan antepartum sejak dilahirkan sampai keluar rumah sakit

sesuai dengan yang tercatat pada kartu status.

3.2.7. Lama rawatan rata-rata ibu adalah jumlah hari rata-rata lama rawatan

penderita perdarahan antepartum mulai dari hari pertama masuk sampai keluar

rumah sakit sesuai dengan yang tercatat pada kartu status.

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
BAB 4
METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian yang bersifat deskriptif

dengan desain case series.33

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan. Pemilihan

lokasi ini dilakukan atas dasar pertimbangan bahwa di rumah sakit tersebut

tersedianya data yang dibutuhkan dan belum pernah dilakukan penelitian tentang

karakteristik penderita perdarahan antepartum tahun 2004-2008.

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2009 Juli 2009, dimulai dari

survei pendahuluan, bimbingan proposal, seminar proposal, pengambilan dan

pengolahan data, bimbingan skripsi, dan ujian skripsi.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1. Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah data seluruh penderita perdarahan antepartum yang

dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008 yang

berjumlah 85 kasus.

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
4.3.2. Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah data seluruh penderita perdarahan

antepartum yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-

2008 yang berjumlah 85 kasus (total sampling).

4.4. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang diperoleh dari kartu status

penderita perdarahan antepartum yang dirawat inap yang berasal dari bagian rekam

medis di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008, kemudian dilakukan

pencatatan sesuai dengan jenis variabel yang diteliti.

4.5. Teknik Analisa Data

Data yang telah dikumpulkan diolah dengan menggunakan bantuan komputer

yang menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) lalu

dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan uji chi-square, Exact Fisher, t, dan

Kruskal-Wallis serta disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan proporsi,

diagram bar, dan diagram pie.

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
BAB 5
HASIL PENELITIAN

5.1. Profil Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

5.1.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan terletak di Jalan H. Misbah No.7 Medan.

Rumah sakit ini merupakan rumah sakit milik Kongregasi Fransisikanes Santa

Elisabeth Medan.

5.1.2. Visi Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

Menjadikan Rumah Sakit Santa Elisabeth mampu berperan aktif dalam

memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas tinggi atas dasar cinta kasih dan

persaudaraan sejati pada era globalisasi.

5.1.3. Misi Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

Meningkatkan derajat kesehatan melalui sumber daya manusia yang

profesional, sarana dan prasarana yang memadai dengan tetap memperhatikan

masyarakat Indonesia.

5.1.4. Pelayanan Medis

Rumah sakit ini telah dilengkapi berbagai prasarana yang terdiri dari Poli

Umum, Spesialis, Unit Gawat Darurat (UGD), Intensive Care Unit (ICU). Masing-

masing unit dilengkapi dengan fasilitas sesuai dengan kebutuhan pelayanan.

UGD sebagai unit pelayanan kegawatdaruratan, dilengkapi dengan ruang

tindakan, ruang resusitasi, ruang bedah, ruang one day care dan fasilitas yang

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
memadai. Poli umum dilayani dokter umum yang melayani pasien rawat jalan non

emergensi dan pemeriksaan kesehatan dari perusahaan.

Poli Spesialis rumah sakit melayani penyakit yang berkaitan dengan penyakit

urologi, neurologi/saraf, THT, jantung, paru, anak, onkologi, kulit/kelamin, mata,

gigi, bedah umum, dan bedah saraf. Kamar bedah yang tersedia adalah kamar bedah

digestif, thorax, orthopedi, urologi, saraf, anak, THT, mata, mulut, kebidanan, dan

onkologi. Rumah sakit ini memiliki 4 kamar operasi, 2 kamar tindakan untuk bedah

minor, dan 1 kamar ruang pemulihan (recovery room).

5.1.5. Pelayanan Penunjang Medis

Rumah sakit ini memiliki pelayanan penunjang medis seperti laboratorium,

rontgen, farmasi, fisioterapi, ruang diagnostik, hemodialisa. Laboratorium buka

selama 24 jam. Pemeriksaan di laboratorium dapat dilakukan dengan darurat dan

bukan darurat.

5.1.6. Penunjang Umum

Penunjang umum yang terdapat di rumah sakit ini terdiri dari administrasi,

jaringan komputer, telepon, sumber air, sumber listrik, pengolahan air limbah,

instalasi gizi dan dapur umum, Central Steril Supply Department (CSSD), teknik

pemeliharaan, kendaraan, dan fasilitas umum lainnya.34

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
5.2. Distribusi Penderita Perdarahan Antepatum Berdasarkan Tahun

Proporsi penderita perdarahan antepartum berdasarkan rincian tahun yang

dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008 dapat dilihat

pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan Antepartum Berdasarkan


Tahun yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
Tahun 2004-2008

No. Tahun f Proporsi (%)


1. 2004 18 21,18
2. 2005 34 40,00
3. 2006 10 11,76
4. 2007 14 16,47
5. 2008 9 10,59
Total 85 100

Berdasarkan tabel 5.1. dapat dilihat bahwa proporsi penderita perdarahan

antepartum tertinggi pada tahun 2005 sebesar 40% dan terendah pada tahun 2008

sebesar 10,59%.

Kecenderungan penderita perdarahan antepartum yang dirawat

inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan berdasarkan tahun 2004-2008

menunjukkan penurunan dengan persamaan garis y = -3,8x + 28,4. Frekuensi kasus

dari tahun 2004-2008 menurun sebanyak 18-9 = 9 kasus, dengan simpel rasio

9 18 9
penurunan = 0,5 kali, serta persentase penurunan sebesar 100% = 50% .
18 18

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
5.3. Distribusi Penderita Perdarahan Antepatum Berdasarkan Sosiodemografi

Proporsi penderita perdarahan antepartum berdasarkan sosiodemografi yang

dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008 dapat dilihat

pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan Antepartum Berdasarkan


Sosiodemografi yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan Tahun 2004-2008

No. Sosiodemografi f Proporsi (%)


1. Umur
20-35 tahun 69 81,2
>35 tahun 16 18,8
Total 85 100
2. Suku
Batak 72 84,7
Jawa 4 4,7
Melayu 1 1,2
Aceh 1 1,2
Nias 2 2,4
Lain-lain 5 5,9
Total 85 100
3. Agama
Islam 7 8,2
Kristen Protestan 55 64,7
Katolik 18 21,2
Hindu 2 2,4
Budha 3 3,5
Total 85 100
4. Pekerjaan
Pegawai Negeri 9 10,6
Pegawai Swasta 20 23,5
Wiraswasta 10 11,8
Ibu Rumah Tangga 45 52,9
Mahasiswa 1 1,2
Total 85 100
5. Daerah Asal
Kota Medan 76 89,4
Luar kota Medan 9 10,6
Total 85 100

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
Berdasarkan tabel 5.2. dapat dilihat bahwa karakteristik berdasarkan

sosiodemografi yaitu proporsi umur tertinggi pada kelompok umur 20-35 tahun

81,2% dan terendah pada kelompok umur >35 tahun 18,8%.

Berdasarkan suku, proporsi tertinggi adalah suku Batak 84,7% dan terendah

suku Melayu dan Aceh masing-masing 1,2%. Berdasarkan agama, proporsi tertinggi

adalah agama Kristen Protestan 64,7% dan terendah agama Hindu 2,4%.

Berdasarkan pekerjaan penderita, proporsi tertinggi adalah ibu rumah tangga

52,9% dan terendah mahasiswa 1,2%. Berdasarkan daerah asal penderita, proporsi

tertinggi berasal dari kota Medan yaitu 89,4%. Berdasarkan pendidikan tidak dapat

didistribusikan karena tidak tersedianya data di kartu status.

5.4. Distribusi Penderita Perdarahan Antepatum Berdasarkan Mediko Obstetri

Proporsi penderita perdarahan antepartum berdasarkan mediko obstetri yang

dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008 dapat dilihat

pada tabel di bawah ini.

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan Antepartum Berdasarkan
Mediko Obstetri yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan Tahun 2004-2008

No. Mediko Obstetri f Proporsi (%)


1. Paritas
Nullipara 29 34,2
Primipara 28 32,9
Multipara 28 32,9
Total 85 100
2. Usia kehamilan
28 minggu 15 17,6
> 28 minggu 70 82,4
Total 85 100
3. Penyebab perdarahan
Plasenta Previa 79 92,9
Solusio Plasenta 5 5,9
Penyebab lain 1 1,2
Total 85 100
4. Riwayat kehamilan/persalinan jelek
Tidak Ada 63 74,1
Ada 22 25,9
Total 85 100
5. Jenis riwayat kehamilan/persalinan
jelek (N=22)
Abortus 9 40,9
Seksio Cesarea 11 50,0
Prematur 1 4,5
Ekstraksi Vacum 3 13,6

Berdasarkan tabel 5.3. dapat dilihat bahwa berdasarkan mediko obstetri yaitu

proporsi paritas tertinggi adalah nullipara 34,2% dan relatif sama dengan primipara

dan multipara masing-masing 32,9%. Berdasarkan usia kehamilan, proporsi tertinggi

adalah >28 minggu 82,4%.

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
Berdasarkan penyebab perdarahan, proporsi tertinggi adalah plasenta previa

92,9% dan terendah penyebab lain 1,2%. Berdasarkan riwayat kehamilan/persalinan

jelek, proporsi tertinggi adalah tidak ada riwayat kehamilan /persalinan jelek 74,1%.

Berdasarkan jenis riwayat kehamilan/persalinan jelek, proporsi tertinggi

adalah seksio cesarea 50,0% dan terendah prematur 4,5%. Berdasarkan keluhan tidak

dapat didistribusikan karena tidak tersedianya data di kartu status.

5.5. Distribusi Penderita Perdarahan Antepatum Berdasarkan Gejala Objektif

Proporsi penderita perdarahan antepartum berdasarkan gejala objektif yang

dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008 dapat dilihat

pada tabel di bawah ini.

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan Antepartum
Berdasarkan Gejala Objektif yang Dirawat Inap di Rumah Sakit
Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008

No. Gejala Objektif f Proporsi (%)


1. Kadar Hb
11 gr% 54 63,5
<11 gr% 31 36,5
Total 85 100
2. Anemia
Anemia ringan 30 96,8
Anemia sedang 1 3,2
Anemia berat 0 0
Total 31 100
3. Tekanan darah
TDS
Rendah 50 58,8
Normal 31 36,5
Tinggi 4 4,7
Total 85 100
TDD
Rendah 41 48,2
Normal 42 49,4
Tinggi 2 2,4
Total 85 100
4. Tinggi fundus uteri
Normal 71 83,5
Lebih tinggi 5 5,9
Tidak Tercatat 9 10,6
Total 85 100
5. Denyut jantung janin
Normal 84 98,8
Tidak normal 1 1,2
Total 85 100

Berdasarkan tabel 5.4. dapat dilihat bahwa berdasarkan gejala objektif yaitu

proporsi kadar Hb tertinggi adalah normal 63,5%. Berdasarkan tingkat anemia,

proporsi tertinggi adalah anemia ringan 96,8% dan terendah adalah anemia berat 0%.

Berdasarkan tekanan darah sistolik, proporsi tertinggi adalah rendah 58,8% dan

terendah adalah tinggi 4,7%. Berdasarkan tekanan darah diastolik, proporsi tertinggi

adalah normal 49,4% dan terendah adalah tinggi 2,4%.

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
Berdasarkan tinggi fundus uteri, proporsi tertinggi adalah normal 83,5%, lebih

tinggi 5,9%, dan tinggi fundus uteri yang tidak tercatat 10,6%. Berdasarkan denyut

jantung janin, proporsi tertinggi adalah normal 98,8%. Berdasarkan keadaan uterus

tidak dapat didistribusikan karena tidak tersedianya data di kartu status.

5.6. Distribusi Penderita Perdarahan Antepatum Berdasarkan Status Rawatan

Proporsi penderita perdarahan antepartum berdasarkan status rawatan yang

dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008 dapat dilihat

pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan Antepartum


Berdasarkan Status Rawatan yang Dirawat Inap di Rumah Sakit
Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008

No. Status Rawatan f Proporsi (%)


1. Asal Kedatangan
Langsung 24 28,2
Rujukan 61 71,8
Total 85 100
2. Jenis Rujukan
Bidan 2 3,3
Dokter spesialis kandungan 55 90,2
Rumah Sakit 1 1,6
Rumah Bersalin 3 4,9
Total 61 100
3. Penatalaksanaan Medis
Aktif 66 77,6
Pasif 19 22,4
Total 85 100
4. Keadaan Bayi Lahir
Hidup 63 95,5
Meninggal 3 4,5
Total 66 100
5. Keadaan Ibu Sewaktu Pulang
Sembuh 72 84,7
PBJ 9 10,6
PAPS 4 4,7
Total 85 100

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
Berdasarkan tabel 5.5. dapat dilihat bahwa berdasarkan status rawatan yaitu

proporsi asal kedatangan tertinggi adalah rujukan 71,8%. Berdasarkan jenis rujukan,

proporsi tertinggi adalah dokter spesialis kandungan 90,2% dan terendah adalah

rumah sakit 1,6%.

Berdasarkan penatalaksanaan medis, proporsi tertinggi adalah aktif 77,6%.

Berdasarkan keadaan bayi lahir, proporsi tertinggi adalah hidup 95,5%. Berdasarkan

keadaan ibu sewaktu pulang, proporsi tertinggi adalah sembuh 84,7% dan terendah

adalah pulang atas permintaan sendiri 4,7%. Berdasarkan keadaan janin dan keadaan

bayi sewaktu pulang tidak dapat didistribusikan karena tidak tersedianya data di kartu

status.

5.7. Lama Rawatan Rata-rata Bayi Penderita Perdarahan Antepartum

Lama rawatan rata-rata bayi penderita perdarahan antepartum tidak dapat

didistribusikan karena tidak tersedianya data di kartu status.

5.8. Lama Rawatan Rata-rata Ibu yang Mengalami Perdarahan Antepatum

Penderita perdarahan antepartum berdasarkan lama rawatan rata-rata yang

dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008 dapat dilihat

pada tabel di bawah ini.

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
Tabel 5.6. Lama Rawatan Rata-rata Ibu yang Mengalami Perdarahan
Antepartum yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan Tahun 2004-2008

Lama Rawatan Ibu (hari)


Mean 5,79
Standard Deviation 2,474
95% CI 5,25-6,32
Coefisien of Variation (CoV) 42,73%
Minimum 2
Maximum 18

Berdasarkan tabel 5.6. dapat dilihat bahwa rata-rata lama rawatan adalah 5,79

hari (6 hari). Standard Deviation (SD) 2,474 hari dan nilai dari Coefisien of Variation

(CoV) sebesar 42,73%, dimana lama rawatan paling singkat adalah selama 2 hari

sedangkan yang paling lama adalah 18 hari.

5.9. Analisa Statistik

5.9.1. Paritas Berdasarkan Penyebab Perdarahan

Paritas berdasarkan penyebab perdarahan penderita perdarahan antepartum

yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008 dapat

dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Paritas Berdasarkan Penyebab Perdarahan yang


Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-
2008

Paritas
Penyebab Total
No. nullipara primipara multipara
Perdarahan
f % f % f % f %
1. Plasenta Previa 29 36,8 25 31,6 25 31,6 79 100
2. Solusio Plasenta 0 0 3 60,0 2 40,0 5 100

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
Berdasarkan tabel 5.7. dapat dilihat bahwa dari seluruh penderita perdarahan

antepartum yang disebabkan oleh plasenta previa, proporsi paritas tertinggi adalah

nullipara 36,8% dan terendah primipara dan multipara masing-masing 31,6%. Dari

seluruh penderita yang disebabkan oleh solusio plasenta, proporsi paritas tertinggi

adalah primipara 60,0% dan terendah adalah nullipara 0%.

Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji chi-square tidak dapat

dilakukan karena terdapat 3 sel (50,0%) yang mempunyai nilai frekuensi yang

diharapkan (expected count) < 5.

5.9.2. Keadaan Janin Berdasarkan Penyebab Perdarahan

Proporsi keadaan janin berdasarkan penyebab perdarahan tidak dapat

didistribusikan karena tidak tersedianya data keadaan janin di kartu status.

5.9.3. Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Penyebab Perdarahan

Penatalaksanaaan medis berdasarkan penyebab perdarahan penderita

perdarahan antepartum yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

tahun 2004-2008 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.8. Distribusi Proporsi Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Penyebab


Perdarahan yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan Tahun 2004-2008

Penatalaksanaan Medis
Penyebab Total
No. Aktif Pasif
Perdarahan
f % f % f %
1. Plasenta Previa 61 77,2 18 22,8 79 100
2. Solusio Plasenta 5 100 0 0 5 100
p=0,580

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
Berdasarkan tabel 5.8. dapat dilihat bahwa dari seluruh penderita perdarahan

antepartum yang disebabkan oleh plasenta previa, proporsi penatalaksanaan medis

tertinggi adalah aktif 77,2%. Dari seluruh penderita yang disebabkan oleh solusio

plasenta, seluruh penatalaksanaan medisnya aktif (100%).

Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji chi-square tidak memenuhi

syarat untuk dilakukan karena terdapat 2 sel (50,0%) yang mempunyai expected

count <5, kemudian dilanjutkan dengan uji Exact Fisher diperoleh nilai p>0,05,

artinya secara statistik tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara tindakan

medis berdasarkan penyebab perdarahan.

5.9.4. Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Keadaan Ibu Sewaktu Pulang

Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Keadaan Ibu Sewaktu Pulang pada

penderita perdarahan antepartum yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth

Medan tahun 2004-2008 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.9. Distribusi Proporsi Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Keadaan


Ibu Sewaktu Pulang yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa
Elisabeth Medan Tahun 2004-2008

Penatalaksanaan Medis
Keadaan Ibu
No. Aktif Pasif Total
Sewaktu Pulang
f % f % f %
1. Sembuh 59 81,9 13 18,1 72 100
2. PBJ 5 55,6 4 44,4 9 100
3. PAPS 2 50,0 2 50,0 4 100

Berdasarkan tabel 5.9. dapat dilihat bahwa dari seluruh penderita perdarahan

antepartum yang pulang sembuh, proporsi penatalaksanaan medis tertinggi adalah

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
aktif 81,9%. Dari seluruh penderita yang pulang berobat jalan, proporsi tertinggi

adalah aktif 55,6%. Dari seluruh penderita yang pulang atas permintaan sendiri,

proporsi penatalaksanaan medis aktif dan pasif adalah sama (50,0%).

Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji chi-square tidak dapat

dilakukan karena terdapat 3 sel (50,0%) yang mempunyai expected count < 5.

5.9.5. Lama Rawatan Rata-rata Ibu Berdasarkan Penyebab Perdarahan

Lama rawatan rata-rata ibu berdasarkan penyebab perdarahan penderita

perdarahan antepartum yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

tahun 2004-2008 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.10. Lama Rawatan Rata-rata Ibu Berdasarkan Penyebab Perdarahan


yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008

Penyebab Lama Rawatan Rata-rata Ibu


No
Perdarahan N Mean SD
1. Plasenta previa 79 5,81 2,512
2. Solusio Plasenta 5 6,20 1,304
t=-0,343 df = 82 p = 0,733

Berdasarkan tabel 5.10. dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata dari

seluruh penderita perdarahan antepartum yang disebabkan oleh plasenta previa

adalah 5,81 hari (6 hari), sedangkan lama rawatan rata-rata dari seluruh penderita

yang disebabkan oleh solusio plasenta adalah 6,20 hari (6 hari).

Berdasarkan hasil uji t diperoleh nilai p>0,05, artinya tidak ada perbedaan

yang bermakna antara lama rawatan rata-rata penderita perdarahan antepartum

berdasarkan penyebab perdarahan.

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
5.9.6. Lama Rawatan Rata-rata Ibu Berdasarkan Penatalaksanaan Medis

Lama rawatan rata-rata ibu berdasarkan penatalaksanaanan medis pada

penderita perdarahan antepartum yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth

Medan tahun 2004-2008 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.11. Lama Rawatan Rata-rata Ibu Berdasarkan Penatalaksanaan Medis


yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008

Penatalaksanaan Lama Rawatan Rata-rata Ibu


No
Medis N Mean SD
1. Aktif 66 6,06 2,359
2. Pasif 19 4,84 2,693
t = 1,922 df = 83 p = 0,058

Berdasarkan tabel 5.11. dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata dari

seluruh penderita yang penatalaksanaan medisnya aktif adalah 6,06 hari (6 hari),

sedangkan lama rawatan rata-rata dari seluruh penderita yang penatalaksanaan

medisnya pasif adalah 4,84 hari (5 hari).

Berdasarkan hasil uji t diperoleh nilai p>0,05, artinya tidak ada perbedaan

yang bermakna antara lama rawatan rata-rata penderita perdarahan antepartum

berdasarkan penatalaksanaan medis.

5.9.7. Lama Rawatan Rata-rata Ibu Berdasarkan Keadaan Ibu Sewaktu Pulang

Lama rawatan rata-rata ibu berdasarkan keadaan ibu sewaktu pulang penderita

perdarahan antepartum yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

tahun 2004-2008 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
Tabel 5.12. Lama Rawatan Rata-rata Ibu Berdasarkan Keadaan Ibu Sewaktu
Pulang yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
Tahun 2004-2008

Lama Rawatan Rata-rata Ibu


No Keadaan Ibu Sewaktu Pulang
N Mean SD
1. Sembuh 72 5,68 1,927
2. PBJ 9 7,67 4,899
3. PAPS 4 3,50 1,291
F = 4,765 df = 2 p = 0,030

Berdasarkan tabel 5.12. dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata dari

seluruh penderita yang pulang dalam keadaan sembuh adalah 5,68 hari (6 hari), lama

rawatan rata-rata dari seluruh penderita yang pulang berobat jalan adalah 7,67 hari (8

hari), dan lama rawatan rata-rata dari seluruh penderita yang pulang atas permintaan

sendiri adalah 3,50 (4 hari).

Berdasarkan hasil uji Kruskal-Wallis diperoleh nilai p<0,05, artinya ada

perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata penderita perdarahan

antepartum berdasarkan keadaan ibu sewaktu pulang. Hal ini menunjukkan lama

rawatan rata-rata penderita yang pulang berobat jalan secara bermakna lebih lama

daripada pulang dalam keadaan sembuh dan pulang atas permintaan sendiri.

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
BAB 6
PEMBAHASAN

6.1. Distribusi dan Trend Kunjungan Penderita Perdarahan Antepartum

Berdasarkan Data Tahun 2004-2008

Distribusi penderita perdarahan antepartum berdasarkan rincian tahun yang

dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008 dapat dilihat

pada gambar di bawah ini.

40
34
35
30
Frekuensi

25
18 y = -3.8x + 28.4
20
14
15
10 9
10
5
0
2004 2005 2006 2007 2008
Tahun

Gambar 6.1. Diagram Bar Penderita Perdarahan Antepartum Berdasarkan


Data Tahun 2004-2008 di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

Berdasarkan gambar 6.1. dapat dilihat bahwa penderita perdarahan

antepartum pada tahun 2004-2008 paling tinggi pada tahun 2005 yaitu 34 kasus dan

paling rendah pada tahun 2008 yaitu 9 kasus. Kecenderungan penderita perdarahan

antepartum yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan berdasarkan

tahun 2004-2008 menunjukkan penurunan dengan persamaan garis y = -3,8x + 28,4,

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
frekuensi kasus menurun sebanyak 9 kasus, dengan simpel rasio penurunan 0,5 kali,

serta persentase penurunan sebesar 50%.

6.2. Distribusi Penderita Perdarahan Antepartum Berdasarkan Sosiodemografi

6.2.1. Umur

Proporsi penderita perdarahan antepartum berdasarkan umur yang dirawat

inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008 dapat dilihat pada

gambar di bawah ini.

18.8%

20-35 tahun
>35 tahun

81.2%

Gambar 6.2. Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan Antepartum


Berdasarkan Umur yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa
Elisabeth Medan Tahun 2004-2008

Berdasarkan gambar 6.2. dapat dilihat bahwa proporsi umur penderita

perdarahan antepartum yang tertinggi terdapat pada kelompok umur 20-35 tahun

81,2% dan terendah adalah pada kelompok umur > 35 tahun 18,8%. Pada penelitian

ini tidak ditemukan kasus perdarahan antepartum pada kelompok umur < 20 tahun.

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
Tingginya proporsi ibu yang mengalami perdarahan antepartum pada

kelompok umur 20-35 tahun merupakan kelompok umur reproduksi yang optimal

bagi ibu untuk hamil dan melahirkan.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian ME Simbolon (2004) di RS Santa

Elisabeth Medan dengan desain penelitian case series bahwa proporsi umur tertinggi

penderita perdarahan antepartum pada kelompok umur resiko rendah (20-35 tahun)

sebesar 73,3%.16

6.2.2. Suku

Proporsi penderita perdarahan antepartum berdasarkan suku yang dirawat inap

di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008 dapat dilihat pada gambar di

bawah ini.

90 84.7

80
70
60
Proporsi (%)

50
40
30
20
10 5.9 4.7
2.4 1.2 1.2
0
Batak Lain-lain Jawa Nias Melayu Aceh
Suku

Gambar 6.3. Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan Antepartum


Berdasarkan Suku yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa
Elisabeth Medan Tahun 2004-2008

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
Berdasarkan gambar 6.3. dapat dilihat bahwa proporsi suku penderita

perdarahan antepartum yang tertinggi adalah suku Batak sebesar 84,7% dan yang

terendah adalah suku Melayu dan Aceh masing-masing 1,2%. Pada penelitian ini

suku Batak adalah penggabungan Batak Toba, Karo, Simalungun, dan Pakpak,

sedangkan lain-lain terdiri dari etnis Tionghoa (3,5%) dan Tamil (2,4%).

Hal ini bukan berarti ada keterkaitan suku dengan perdarahan antepartum,

namun hanya menunjukkan penderita perdarahan antepartum yang datang berobat ke

rumah sakit ini mayoritas suku Batak.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian ME Simbolon di RS Santa

Elisabeth Medan tahun 1999-2003 dengan desain penelitian case series bahwa

proporsi suku tertinggi penderita perdarahan antepartum adalah suku Batak 64,7%.16

Hal ini menunjukkan penderita yang datang berobat ke RS Santa Elisabeth Medan

dari tahun 1999-2008 mayoritas masih suku Batak.

6.2.3. Agama

Proporsi penderita perdarahan antepartum berdasarkan agama yang dirawat

inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008 dapat dilihat pada

gambar di bawah ini.

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
3.5% 2.4%
8.2%

21.2%

64.7%

Kristen Protestan Katolik Islam Budha Hindu

Gambar 6.4. Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan Antepartum


Berdasarkan Agama yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa
Elisabeth Medan Tahun 2004-2008

Berdasarkan gambar 6.4. dapat dilihat bahwa proporsi agama penderita

perdarahan antepartum yang tertinggi adalah agama Kristen Protestan 64,7% dan

yang terendah adalah agama Hindu 2,4%.

Hal ini bukan berarti ada keterkaitan agama Kristen Protestan dengan

perdarahan antepartum, namun hanya menunjukkan penderita perdarahan antepartum

yang datang berobat ke rumah sakit ini mayoritas beragama Kristen Protestan.

6.2.4. Pekerjaan

Proporsi penderita perdarahan antepartum berdasarkan pekerjaan yang dirawat

inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008 dapat dilihat pada

gambar di bawah ini.

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
10.6% 1.2%

11.8%

52.9%

23.5%

IRT pegawai swasta wiraswasta pegawai negeri mahasiswa

Gambar 6.5. Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan Antepartum


Berdasarkan Pekerjaan yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa
Elisabeth Medan Tahun 2004-2008

Berdasarkan gambar 6.5 dapat dilihat bahwa proporsi pekerjaan penderita

perdarahan antepartum yang tertinggi adalah ibu rumah tangga (IRT) 52,9% dan

terendah adalah mahasiswa 1,2%.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian ME Simbolon di RS Santa

Elisabeth Medan tahun 1999-2003 dengan desain penelitian case series bahwa

proporsi pekerjaan tertinggi penderita perdarahan antepartum sebagai ibu rumah

tangga 60,3%.16 Hal ini menunjukkan penderita yang datang berobat ke RS Santa

Elisabeth Medan dari tahun 1999-2008 mayoritas pekerjaannya ibu rumah tangga.

6.2.5. Daerah Asal

Proporsi penderita perdarahan antepartum berdasarkan daerah asal yang

dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008 dapat dilihat

pada gambar di bawah ini.

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
10.6%

Kota Medan
Luar Kota Medan

89.4%

Gambar 6.6. Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan Antepartum


Berdasarkan Daerah Asal yang Dirawat Inap di Rumah Sakit
Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008

Berdasarkan gambar 6.6. dapat dilihat bahwa proporsi daerah asal penderita

perdarahan antepartum tertinggi berasal dari kota Medan 89,4%. Hal ini dikaitkan

dengan lokasi RS Santa Elisabeth Medan berada di kota Medan sehingga penderita

yang datang berobat sebagian besar berasal dari kota Medan, selain itu juga penderita

yang datang dari luar kota Medan menggunakan alamat keluarga yang tinggal di kota

Medan.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian ME Simbolon di RS Santa

Elisabeth Medan tahun 1999-2003 dengan desain penelitian case series bahwa

proporsi daerah asal tertinggi penderita perdarahan antepartum dari kota Medan

87,9%.16 Hal ini menunjukkan daerah asal penderita yang datang berobat ke RS Santa

Elisabeth Medan dari tahun 1999-2008 mayoritas masih dari kota Medan.

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
6.3. Distribusi Penderita Perdarahan Antepartum Berdasarkan Mediko Obstetri

6.3.1. Paritas

Proporsi penderita perdarahan antepartum berdasarkan paritas yang dirawat

inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008 dapat dilihat pada

gambar di bawah ini.

32.9% 34.2%

32.9%

nullipara primipara multipara

Gambar 6.7. Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan Antepartum


Berdasarkan Paritas yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa
Elisabeth Medan Tahun 2004-2008

Berdasarkan gambar 6.7. dapat dilihat bahwa proporsi paritas penderita

perdarahan antepartum tertinggi adalah nullipara 34,2% dan relatif sama dengan

paritas primipara dan multipara masing-masing 32,9%. Pada penelitian ini tidak

ditemukan paritas grandemultipara pada penderita perdarahan antepartum.

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan MR Syaebani

di RSUD dr. Soebandi Jember Periode 1 Januari-2004-31 Desember 2005 bahwa

proporsi paritas tertinggi penderita perdarahan antepartum adalah multipara 61,0%.36

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
6.3.2. Usia Kehamilan

Proporsi penderita perdarahan antepartum berdasarkan usia kehamilan yang

dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008 dapat dilihat

pada gambar di bawah ini.

17.6%

> 28 minggu
28 minggu

82.4%

Gambar 6.8. Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan Antepartum


Berdasarkan Usia Kehamilan yang Dirawat Inap di Rumah Sakit
Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008

Berdasarkan gambar 6.8. dapat dilihat bahwa proporsi usia kehamilan

penderita perdarahan antepartum tertinggi adalah >28 minggu 82,4%.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori menurut Winkjosastro (1999)

menyatakan bahwa perdarahan antepartum adalah perdarahan jalan lahir setelah

kehamilan 28 minggu.12

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan A.Gultom di

RSU Dr.Pirngadi Medan tahun 1999-2001 dengan desain penelitian case series yang

menemukan kasus plasenta previa dengan proporsi usia kehamilan tertinggi penderita

perdarahan antepartum adalah 28 minggu 94,0%.35

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
6.3.3. Penyebab Perdarahan

Proporsi penderita perdarahan antepartum berdasarkan penyebab perdarahan

yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008 dapat

dilihat pada gambar di bawah ini.

1.2%
5.9%

P.Previa
S.Plasenta
P.Lain

92.9%

Gambar 6.9. Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan Antepartum


Berdasarkan Penyebab Perdarahan yang Dirawat Inap di Rumah
Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008

Berdasarkan gambar 6.9. dapat dilihat bahwa proporsi penyebab perdarahan

penderita perdarahan antepartum tertinggi adalah plasenta previa 92,9% dan yang

terendah adalah penyebab lain 1,2%. Penyebab lain perdarahan antepartum dalam

penelitian ini adalah karena pecahnya sinus marginalis.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian FR Bangun di RSU Dr.Pirngadi

Medan tahun 2001-2004 dengan desain penelitian case series bahwa proporsi

penyebab perdarahan tertinggi penderita perdarahan antepartum adalah plasenta

previa 76,2%.17 Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian ME Simbolon di RS

Santa Elisabeth Medan tahun 1999-2003 dengan desain penelitian case series bahwa

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
proporsi penyebab perdarahan tertinggi penderita perdarahan antepartum adalah

plasenta previa 77,6%.16

6.3.4. Riwayat Kehamilan/Persalinan Jelek

Proporsi penderita perdarahan antepartum berdasarkan riwayat

kehamilan/persalinan jelek yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

tahun 2004-2008 dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

25.9%

tidak ada
ada

74.1%

Gambar 6.10. Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan Antepartum


Berdasarkan Riwayat Kehamilan/Persalinan Jelek yang Dirawat
Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008

Berdasarkan gambar 6.10 dapat dilihat bahwa proposi riwayat

kehamilan/persalinan jelek penderita perdarahan antepartum tertinggi adalah tidak

ada riwayat kehamilan/persalinan jelek 74,1%. Hal ini berkaitan dengan paritas

penderita perdarahan anterpartum dengan proporsi tertinggi adalah nullipara (34,2%).

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
6.3.5. Jenis Riwayat Kehamilan/Persalinan Jelek

Proporsi penderita perdarahan antepartum berdasarkan jenis riwayat

kehamilan/persalinan jelek yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

tahun 2004-2008 dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

60
50.0
50
40.9
Proporsi (%)

40

30

20 13.6
10 4.5

0
Seksio cesarea Abortus Ekstraksi vacum Prematur
Jenis Riwayat Kehamilan/Persalinan Jelek

Gambar 6.11. Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan Antepartum


Berdasarkan Jenis Riwayat Kehamilan/Persalinan Jelek yang
Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008

Berdasarkan gambar 6.11. dapat dilihat bahwa proporsi jenis riwayat

kehamilan/persalinan jelek penderita perdarahan antepartum tertinggi adalah seksio

cesarea 50,0% dan terendah adalah prematur 4,5%.

Pada penelitian ini, dari kartu status yang tercatat penderita yang mempunyai

riwayat abortus terjadi pada usia kehamilan 12 dan 20 minggu. Penderita yang

mempunyai riwayat prematur merupakan jenis partus immaturus yang terjadi pada

usia kehamilan antara 20-28 minggu.

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan ME Simbolon di

RS Santa Elisabeth Medan tahun 1999-2003 dengan desain penelitian case series

bahwa proporsi jenis riwayat kehamilan/persalinan jelek tertinggi penderita

perdarahan antepartum adalah seksio cesarea 71,9%.16

6.4. Distribusi Penderita Perdarahan Antepartum Berdasarkan Gejala Objektif

6.4.1. Kadar Hb

Proporsi penderita perdarahan antepartum berdasarkan kadar Hb yang dirawat

inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008 dapat dilihat pada

gambar di bawah ini.

36.5%
11gr%
< 11gr%

63.5%

Gambar 6.12. Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan Antepartum


Berdasarkan Kadar Hb yang Dirawat Inap di Rumah Sakit
Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
Berdasarkan gambar 6.12 dapat dilihat bahwa proporsi kadar Hb penderita

perdarahan antepartum tertinggi adalah 11 gr% 63,5%. Hal ini menunjukkan

penderita yang datang berobat ke rumah sakit ini mempunyai tubuh yang sehat dan

kebutuhan gizi yang tercukupi serta yang datang berobat ke rumah sakit ini mayoritas

berasal dari ekonomi menengah ke atas.

6.4.2. Anemia

Proporsi penderita perdarahan antepartum berdasarkan anemia yang dirawat

inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008 dapat dilihat pada

gambar di bawah ini.

3.2% 0%

ringan
sedang
berat

96.8%

Gambar 6.13. Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan Antepartum


Berdasarkan Anemia yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa
Elisabeth Medan Tahun 2004-2008

Berdasarkan gambar 6.13 dapat dilihat bahwa proporsi anemia penderita

perdarahan antepartum tertinggi adalah anemia ringan 96,8%.

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
Hal ini menunjukkan penderita yang datang berobat ke rumah sakit ini

mempunyai tubuh yang sehat dan kebutuhan gizi yang tercukupi serta yang datang

berobat ke rumah sakit ini mayoritas berasal dari ekonomi menengah ke atas.

6.4.3. Tekanan Darah Sistolik

Proporsi penderita perdarahan antepartum berdasarkan tekanan darah sistolik

yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008 dapat

dilihat pada gambar di bawah ini.

4.7%

rendah
36.5%
normal
tinggi
58.8%

Gambar 6.14. Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan Antepartum


Berdasarkan Tekanan Darah Sistolik yang Dirawat Inap di
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008

Berdasarkan gambar 6.14 dapat dilihat bahwa proporsi tekanan darah sistolik

penderita perdarahan antepartum tertinggi adalah rendah 58,8% dan terendah adalah

tinggi 4,7%.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan FR Bangun di

RSU Dr.Pirngadi Medan tahun 2001-2004 dengan desain penelitian case series

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
bahwa proporsi tekanan darah sistolik tertinggi penderita perdarahan antepartum

adalah rendah (100%).17

6.4.4. Tekanan Darah Diastolik

Proporsi penderita perdarahan antepartum berdasarkan tekanan darah diastolik

yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008 dapat

dilihat pada gambar di bawah ini.

2.4%

normal

rendah
49.4%
48.2% tinggi

Gambar 6.15. Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan Antepartum


Berdasarkan Tekanan Darah Diastolik yang Dirawat Inap di
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008

Berdasarkan gambar 6.15 dapat dilihat bahwa proporsi tekanan darah diastolik

penderita perdarahan antepartum tertinggi adalah normal 49,4% dan terendah adalah

tinggi 2,4%.

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan FR Bangun di

RSU Dr.Pirngadi Medan dengan desain penelitian case series bahwa proporsi

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
tekanan darah diastolik tertinggi penderita perdarahan antepartum adalah rendah

(100%).17

6.4.5. Tinggi Fundus Uteri

Proporsi penderita perdarahan antepartum berdasarkan tinggi fundus uteri

yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008 dapat

dilihat pada gambar di bawah ini.

5.9%
10.6%

normal
tidak tercatat
lebih tinggi

83.5%

Gambar 6.16. Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan Antepartum


Berdasarkan Tinggi Fundus Uteri yang Dirawat Inap di Rumah
Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008

Berdasarkan gambar 6.16 dapat dilihat bahwa proporsi tinggi fundus uteri

tertinggi adalah normal 83,5% dan terendah adalah lebih tinggi 5,9%.

Hal ini berkaitan dengan penyebab perdarahan antepartum dengan proporsi

tertinggi adalah plasenta previa (92,9%).

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
Berdasarkan pemeriksaan, tinggi fundus uteri akan lebih tinggi jika

disebabkan oleh solusio plasenta dan masih dalam keadaan normal jika disebabkan

oleh plasenta previa.19

6.4.6. Denyut Jantung Janin

Proporsi penderita perdarahan antepartum berdasarkan denyut jantung janin

yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008 dapat

dilihat pada gambar di bawah ini.

1.2%

normal
tidak normal

98.8%

Gambar 6.17. Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan Antepartum


Berdasarkan Denyut Jantung Janin yang Dirawat Inap di
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008

Berdasarkan gambar 6.17 dapat dilihat bahwa proporsi denyut jantung janin

penderita perdarahan antepartum tertinggi adalah normal 98,8%.

Hal ini berkaitan dengan penyebab perdarahan antepartum dengan proporsi

tertinggi adalah plasenta previa (92,9%).

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
Berdasarkan pemeriksaan, denyut jantung janin dalam keadaan normal jika

disebabkan oleh plasenta previa dan tidak normal jika disebabkan oleh solusio

plasenta.12

6.5. Distribusi Penderita Perdarahan Antepartum Berdasarkan Status Rawatan

6.5.1. Asal Kedatangan

Proporsi penderita perdarahan antepartum berdasarkan asal kedatangan yang

dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008 dapat dilihat

pada gambar di bawah ini.

28.2%

71.8%
Rujukan
Langsung

Gambar 6.18. Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan Antepartum


Berdasarkan Asal Kedatangan yang Dirawat Inap di Rumah
Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008

Berdasarkan gambar 6.18 dapat dilihat bahwa proporsi asal kedatangan

penderita perdarahan antepartum tertinggi adalah datang dengan rujukan 71,8% dan

langsung (datang sendiri) 28,2%. Hal ini menunjukkan sebagian besar penderita

perdarahan antepartum berasal dari ekonomi menengah ke atas dan memeriksakan

kehamilannya pada dokter spesialis kandungan.

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh FR

Bangun di RSU Dr.Pirngadi Medan tahun 2001-2004 dengan desain penelitian case

series bahwa proporsi asal kedatangan tertinggi adalah langsung/datang sendiri

54,8%.17

6.5.2. Jenis Rujukan

Proporsi penderita perdarahan antepartum berdasarkan jenis rujukan yang

dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008 dapat dilihat

pada gambar di bawah ini.

3.3% 1.6%
4.9%

90.2%

Dokter Sp. Kandungan Rumah Bersalin Bidan Rumah Sakit

Gambar 6.19. Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan Antepartum


Berdasarkan Jenis Rujukan yang Dirawat Inap di Rumah Sakit
Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008

Berdasarkan gambar 6.19 dapat dilihat bahwa proporsi jenis rujukan penderita

perdarahan antepartum tertinggi adalah dokter spesialis kandungan 90,2% dan

terendah adalah rumah sakit 1,6%. Hal ini menunjukkan penderita yang berobat ke

rumah sakit ini sebagian besar berasal dari ekonomi menengah ke atas.

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh FR

Bangun di RSU Dr.Pirngadi Medan tahun 2001-2004 dengan desain penelitian case

series bahwa proporsi jenis rujukan tertinggi adalah bidan 54,4%.17

6.5.3. Penatalaksanaan Medis

Proporsi penderita perdarahan antepartum berdasarkan penatalaksanaan medis

yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008 dapat

dilihat pada gambar di bawah ini.

22.4%

aktif
pasif

77.6%

Gambar 6.20. Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan Antepartum


Berdasarkan Penatalaksanaan Medis yang Dirawat Inap di
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008

Berdasarkan gambar 6.20. dapat dilihat bahwa proporsi penatalaksanaan

medis penderita perdarahan antepartum tertinggi adalah aktif 77,6%.

Hal ini berkaitan dengan usia kehamilan penderita perdarahan antepartum

untuk melahirkan sudah mencapai 37 minggu (54,1%), dan usia kehamilan yang

belum mencapai 37 minggu (45,9%) tetapi dilakukan penatalaksanaan medis secara

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
aktif. Hal ini dilakukan kemungkinan untuk mencegah terjadinya perdarahan yang

lebih gawat.

Penatalaksanaan pasif yaitu dengan istirahat total dengan tujuan agar

kandungan ibu mencapai usia kehamilan yang memungkinkan untuk melakukan

persalinan sampai janin dapat hidup di luar kandungan dengan lebih baik.19 Apabila

perdarahan yang telah berlangsung dapat membahayakan ibu dan/atau janinnya dan

kehamilan juga telah mencapai 37 minggu, maka penatalaksanaan medis secara aktif

segera harus ditempuh.12,19

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian A.Gultom di RSU Dr.Pirngadi

Medan tahun 1999-2001 dengan desain penelitian case series bahwa proporsi

penatalaksanaan medis tertinggi penderita perdarahan antepartum adalah aktif 77%.35

6.5.4. Keadaan Bayi Lahir

Proporsi penderita perdarahan antepartum berdasarkan keadaan bayi lahir

yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008 dapat

dilihat pada gambar di bawah ini.

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
4.5%

Hidup
Meninggal

95.5%

Gambar 6.21. Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan Antepartum


Berdasarkan Keadaan Bayi yang Dirawat Inap di Rumah Sakit
Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008
Berdasarkan gambar 6.21. dapat dilihat bahwa proporsi keadaan bayi lahir

penderita perdarahan antepartum tertinggi adalah hidup 95,5%. Hal ini berkaitan

dengan denyut jantung janin pada waktu pemeriksaan adalah normal 98,8%.

Penderita yang melahirkan bayi mati adalah penderita dengan usia kehamilan

28 minggu 100%, perdarahan disebabkan oleh plasenta previa 100%,

penatalaksanaan medis aktif 100%, dan pulang dalam keadaan sembuh, berobat jalan,

dan atas permintaan sendiri 33,3%.

Semua bayi yang dilahirkan dalam keadaan hidup ataupun meninggal

ditangani dengan seksio cesarea (100%). Persalinan dengan seksio cesarea dilakukan

karena penyebabnya adalah plasenta previa yaitu pembukaan jalan lahir tertutup oleh

plasenta sehingga dilakukan seksio cesarea yaitu melahirkan janin dengan membuka

dinding perut dan dinding uterus.

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan MR Syaebani di

RSUD dr. Soebandi Jember Periode 1 Januari-2004-31 Desember 2005 bahwa

proporsi keadaan bayi tertinggi adalah hidup 85%.36

6.5.5. Keadaan Ibu Sewaktu Pulang

Proporsi penderita perdarahan antepartum berdasarkan keadaan ibu sewaktu

pulang yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008

dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

4.7%
10.6%

Sembuh
PBJ
PAPS

84.7%

Gambar 6.22. Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan Antepartum


Berdasarkan Keadaan Ibu Sewaktu Pulang yang Dirawat Inap
di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008

Berdasarkan gambar 6.22 dapat dilihat bahwa proporsi keadaan ibu sewaktu

pulang penderita perdarahan antepartum tertinggi adalah sembuh 84,7% dan terendah

adalah Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS) 4,7%.

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
Dapat dilihat bahwa sebagian besar penderita pulang dalam keadaan sembuh.

Hal ini menunjukkan penderita perdarahan antepartum yang dirawat dengan

pemberian obat dan istirahat total ataupun yang dilakukan tindakan persalinan

mendapat perawatan yang baik dari rumah sakit. Penderita yang pulang atas

permintaan sendiri menunjukkan penderita sudah merasa sembuh.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian FR Bangun di RSU Dr.Pirngadi

Medan tahun 2001-2004 dengan desain penelitian case series bahwa proporsi

keadaan ibu sewaktu pulang tertinggi adalah sembuh 96,0%.17

6.6. Lama Rawatan rata-rata Ibu

Lama rawatan rata-rata penderita perdarahan antepartum yang dirawat inap di

Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan adalah 5,79 hari (6 hari) dan Standard Deviation

(SD) 2,474 hari. Lama rawatan rata-rata penderita perdarahan antepartum sangat

bervariasi. Lama rawatan paling singkat adalah selama 2 hari sedangkan yang paling

lama adalah 18 hari.

Karakteristik penderita perdarahan antepartum yang paling lama dirawat

adalah penderita dengan penyebab perdarahan plasenta previa, tidak ada riwayat

kehamilan/persalinan jelek, tindakan medis aktif, keadaan bayi meninggal, dan

pulang dengan berobat jalan.

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
6.7. Analisa Statistik

6.7.1. Paritas Berdasarkan Penyebab Perdarahan

Proporsi paritas berdasarkan penyebab perdarahan yang dirawat inap di

Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008 dapat dilihat pada gambar di

bawah ini.

70
60.0
60

50
Proporsi (% )

40.0
40 36.8 nullipara
31.6 31.6 primipara
30 multipara
20

10
0
0
Plasenta Previa Solusio Plasenta
Penyebab Perdarahan

Gambar 6.23. Distribusi Proporsi Paritas Berdasarkan Penyebab Perdarahan


yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
Tahun 2004-2008

Berdasarkan gambar 6.23. dapat dilihat bahwa proporsi penderita perdarahan

antepartum yang disebabkan oleh plasenta previa tertinggi pada nullipara 36,8% dan

terendah pada primipara dan multipara masing-masing 31,6%. Penderita perdarahan

antepartum yang disebabkan solusio plasenta tertinggi pada primipara 60,0% dan

terendah pada nullipara 0%.

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji chi-square tidak dapat

dilakukan karena terdapat 3 sel (50,0%) yang expected count nya <5, sehingga tidak

dapat diketahui apakah ada perbedaan proporsi yang bermakna antara paritas

berdasarkan penyebab perdarahan.

6.7.2. Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Penyebab Perdarahan

Proporsi penatalaksanaan medis berdasarkan penyebab perdarahan yang

dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008 dapat dilihat

pada gambar di bawah ini.

120
100
100

77.2
80
Proporsi (%)

aktif
60
pasif
40
22.8
20
0
0
Plasenta Previa Solusio Plasenta
Penyebab Perdarahan

Gambar 6.24. Distribusi Proporsi Penatalaksanaan Medis Berdasarkan


Penyebab Perdarahan yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa
Elisabeth Medan Tahun 2004-2008

Berdasarkan gambar 6.24. dapat dilihat bahwa proporsi penderita perdarahan

antepartum yang disebabkan oleh plasenta previa yang tertinggi ditangani secara aktif

77,2%, sedangkan penderita yang disebabkan solusio plasenta semua ditangani secara

aktif 100%.

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
Pada plasenta previa, penatalaksanaan medis pasif dilakukan jika keadaan ibu

dan janin baik, perdarahan sedikit, dan usia kehamilan <37 minggu, sedangkan

penatalaksanaan medis aktif dilakukan jika perdarahan banyak dan berlangsung terus

menerus, janin dalam keadaan hidup atau meninggal.12 Pada solusio plasenta,

penatalaksanaan medis pasif dilakukan jika usia kehamilan < 37 minggu, perdarahan

sedikit, perut sedikit tegang, dan keadaan janin masih baik, sedangkan

penatalaksanaan medis aktif dilakukan jika perdarahan banyak dan berlangsung terus

menerus, ketegangan perut semakin meningkat dengan janin yang masih baik.18

Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Exact Fisher diperoleh nilai

p>0,05, artinya tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara penatalaksanaan

medis berdasarkan penyebab perdarahan.

6.7.3. Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Keadaan Ibu Sewaktu Pulang

Proporsi penatalaksanaan medis berdasarkan keadaan ibu sewaktu pulang

yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008 dapat

dilihat pada gambar di bawah ini.

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
90 81.9
80
70

60 55.6
Proporsi (%)

50.0 50.0
50 44.4 aktif
40 pasif

30
18.1
20
10

0
Sembuh PBJ PAPS
Keadaan Ibu Sewaktu Pulang

Gambar 6.25. Distribusi Proporsi Keadaan Ibu Sewaktu Pulang Berdasarkan


Tindakan Medis yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa
Elisabeth Medan Tahun 2004-2008

Berdasarkan gambar 6.25. dapat dilihat bahwa proporsi penderita perdarahan

antepartum yang pulang sembuh tertinggi pada penatalaksanaan secara aktif 81,9%.

Penderita yang pulang berobat jalan tertinggi pada penatalaksanaan secara aktif

55,6%. Penderita yang pulang atas permintaan sendiri, proporsi penatalaksanaan

secara aktif sama dengan penatalaksanaan secara pasif (50,0%).

Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji chi-square tidak dapat

dilakukan karena terdapat 3 sel (50,0%) yang expected count nya <5, sehingga tidak

dapat diketahui apakah ada perbedaan proporsi yang bermakna keadaan ibu sewaktu

pulang berdasarkan penatalaksanaan medis.

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
6.7.4. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Penyebab Perdarahan

Lama rawatan rata-rata berdasarkan penyebab perdarahan yang dirawat inap

di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008 dapat dilihat pada gambar di

bawah ini.

S.Plasenta 6.2
Penyebab Perdarahan

P.Previa 5.81

0 1 2 3 4 5 6 7
Lama Rawatan Rata-rata (hari)

Gambar 6.26. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Penyebab Perdarahan


yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
Tahun 2004-2008

Berdasarkan gambar 6.26.. dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata

penderita perdarahan antepartum yang disebabkan oleh plasenta previa adalah 5,81

hari (6 hari) dan lama rawatan rata-rata penderita yang disebabkan oleh solusio

plasenta adalah 6,20 hari (6 hari).

Berdasarkan hasil uji t diperoleh nilai p>0,05, artinya tidak ada perbedaan

yang bermakna antara lama rawatan rata-rata penderita perdarahan antepartum

berdasarkan penyebab perdarahan.

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
6.7.5. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Penatalaksanaan Medis

Lama rawatan rata-rata berdasarkan penatalaksanaan medis yang dirawat inap

di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008 dapat dilihat pada gambar di

bawah ini.
Penatalaksanaan Medis

aktif 6.06

pasif 4.84

0 1 2 3 4 5 6 7
Lama Rawatan Rata-rata (hari)
Gambar 6.27. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Penatalaksanaan Medis
yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
Tahun 2004-2008

Berdasarkan gambar 6.27. dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata

penderita yang penatalaksanaan medisnya aktif 6,06 hari (6 hari) dan lama rawatan

rata-rata penderita yang penatalaksanaan medisnya pasif adalah 4,84 hari (5 hari).

Berdasarkan hasil uji t diperoleh nilai p>0,05, artinya tidak ada perbedaan

yang bermakna antara lama rawatan rata-rata penderita perdarahan antepartum

berdasarkan penatalaksanaan medis.

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
6.7.6. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Keadaan Ibu Sewaktu Pulang

Lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan ibu sewaktu pulang yang dirawat

inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008 dapat dilihat pada

gambar di bawah ini.

7.67
Keadaan Ibu Sewaktu Pulang

PBJ

Sembuh 5.68

PAPS 3.5

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Lama Rawatan Rata-rata (hari)

Gambar 6.28. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Keadaan Ibu Sewaktu


Pulang yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan Tahun 2004-2008

Berdasarkan hasil uji Kruskal-Wallis diperoleh nilai p<0,05, artinya ada

perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata penderita perdarahan

antepartum berdasarkan keadaan ibu sewaktu pulang. Hal ini menunjukkan lama

rawatan rata-rata penderita yang pulang berobat jalan secara bermakna lebih lama

daripada pulang dalam keadaan sembuh dan pulang atas permintaan sendiri.

Penderita yang pulang berobat jalan dalam penelitian ini adalah penderita

yang seharusnya masih dirawat di rumah sakit sampai keadaannya benar-benar pulih

dan penderita diizinkan pulang jika keadaan fisiknya sudah mulai membaik tapi

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
masih harus tetap memeriksakan atau mengontrol kesehatannya ke rumah sakit.

Penderita bisa dikatakan membaik atau sembuh jika tekanan darah normal, kadar Hb

normal, dan tidak terjadi perdarahan lagi.

Penderita yang pulang atas permintaan sendiri lama rawatan rata-ratanya

paling singkat, hal ini dikaitkan dengan penderita yang sudah merasa sembuh dan

minta diizinkan pulang oleh dokter. Kadar Hb penderita pada saat masuk rumah sakit

yaitu pulang sembuh diantaranya 11gr% sebesar 36,1%, pulang berobat jalan

diantaranya 11gr% sebesar 33,3%, dan pulang atas permintaan sendiri 11gr%

sebesar 50,0%.

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

7.1.1. Kecenderungan kunjungan penderita perdarahan antepartum di Rumah Sakit

Santa Elisabeth Medan berdasarkan tahun 2004-2008 menunjukkan

penurunan dengan persamaan garis y = -3,8x + 28,4. Proporsi tertinggi pada

tahun 2005 yaitu 34 kasus (40,0%).

7.1.2. Proporsi penderita perdarahan antepartum berdasarkan sosiodemografi

diperoleh jumlah yang tertinggi pada kelompok umur 20-35 tahun 81,2%,

suku Batak 84,7%, agama Kristen Protestan 64,7%, pekerjaan ibu rumah

tangga 52,9%, dan daerah asal kota Medan 89,4%.

7.1.3. Proporsi penderita perdarahan antepartum berdasarkan mediko obstetri

diperoleh jumlah yang tertinggi pada paritas nullipara 34,2%, usia kehamilan

>28 minggu 82,4%, penyebab perdarahan plasenta previa 92,9%, ada riwayat

kehamilan/persalinan jelek 25,9%, dan jenis riwayat kehamilan/persalinan

jelek seksio cesarea 50,0%.

7.1.4. Proporsi penderita perdarahan antepartum berdasarkan gejala objektif

diperoleh jumlah yang tertinggi pada kadar Hb 11gr% 63,5%, anemia ringan

96,8%, tekanan darah sistolik rendah 58,8% dan tekanan darah diastolik

normal 49,4%, tinggi fundus uteri normal 83,5%, dan denyut jantung janin

normal 98,8%.

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
7.1.5. Proporsi penderita perdarahan antepartum berdasarkan status rawatan

diperoleh jumlah yang tertinggi pada asal kedatangan yaitu rujukan 71,8%,

jenis rujukan yaitu dokter spesialis kandungan 90,2%, tindakan medis aktif

77,6%, keadaan bayi lahir hidup 95,5%, dan pulang dalam keadaan sembuh

84,7%.

7.1.6. Lama rawatan rata-rata ibu yang mengalami perdarahan antepartum 5,79

hari (6 hari).

7.1.7. Tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara tindakan medis

berdasarkan penyebab perdarahan. (p = 0,580)

7.1.8. Dengan uji chi-square tidak dapat diketahui apakah ada perbedaan proporsi

yang bermakna antara paritas berdasarkan penyebab perdarahan, dan

keadaan sewaktu pulang berdasarkan tindakan medis karena expected count

<5 lebih dari 25 %..

7.1.9. Tidak ada perbedaan lama rawatan rata-rata ibu berdasarkan penyebab

perdarahan.(p = 0,733)

7.1.10. Tidak ada perbedaan lama rawatan rata-rata ibu berdasarkan tindakan medis.

(p= 0,058)

7.1.11. Lama rawatan rata-rata penderita yang pulang berobat jalan secara

bermakna lebih lama daripada pulang dalam keadaan sembuh dan pulang

atas permintaan sendiri ( F=4,765; p=0,030; 7,67 hari vs 5,68 hari vs 3,50

hari).

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
7.2. Saran

7.2.1. Kepada dokter dan perawat di bagian obstetri dan ginekologi diharapkan lebih

memberikan informasi kepada ibu hamil mengenai penyakit dan komplikasi

yang dapat timbul selama kehamilan.

7.2.2. Kepada pihak Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan diharapkan untuk

melengkapi pencatatan pada kartu status khususnya yang berkaitan dengan

perdarahan antepartum, seperti keluhan, tinggi fundus uteri, dan keadaan

janin.

7.2.3. lbu-ibu yang mempunyai faktor-faktor resiko untuk terjadinya perdarahan

antepartum agar waspada dan selalu memeriksakan kehamilannya kepada

tenaga ahli secara teratur.

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
DAFTAR PUSTAKA

1. Dinkes Propinsi Sumatera Utara, 2004. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera


Utara Tahun 2005. Medan.

2. Djaja, S., 2005. The Determinant of Maternal Morbidity in Indonesian.WHO


South East Asia New Region vol 4 number 1 and 2. New Delhi.

3. Manuaba, IBG., 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Penerbit


Arcan, Jakarta.

4. WHO, 2007. Maternal Mortality in 2005. http://www.who.int. Diakses pada


tanggal 18 April 2009.

5. Sarumpaet, S., 2000. Pengaruh Kondisi Fisik dan Riwayat Persalinan Ibu
Terhadap Terjadinya Persalinan Beresiko di Rumah Sakit di
Kotamadya Medan dan Sekitarnya, Majalah Info Kesehatan FKM
USU, No.6, April 2000.

6. Suyono, dkk, 2008. Hubungan Antara Ibu Hamil dengan Frekuensi Solusio
Plasenta di RSUD Dr.Moewardi Surakarta. http://www.kalbe.co.id.
Cermin Dunia Kedokteran vol 34 no.5/158 Sep-Okt 2007. Diakses
pada tanggal 5 Februari 2009.

7. Dinkes Kota Medan, 2003. Profil Kesehatan Kota Medan Tahun 2002,
Medan.

8. Koblinsky, M., 1997. Kesehatan Wanita, Sebuah Perspektif Global, UGM


Press, Yogyakarta.

9. Royston, E.,dkk., 1994. Pencegahan Kematian Ibu Hamil. Penerbit Bina


Rupa Aksara, Jakarta.

10. Rukmini, LK, 2008. Gambaran Penyebab Kematian Maternal di Rumah Sakit:
Studi di RSUD Pesisir Selatan, RSUD Padang Pariaman, RSUD
Sikka, RSUD Larantuka dan RSUD Serang, 2005.
http://www.kalbe.co.id. Cermin Dunia Kedokteran vol 34 no.5/158
Sep-Okt 2007. Diakses pada tanggal 11 Februari 2009.

11. Tarigan, D., 1994. Perdarahan Selama Kehamilan. Bagian Anatomi FK


USU, Medan.

12. Winkjosastro, H., 1999. Ilmu Kebidanan. Edisi ketiga cetakan V. Penerbit
Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
13. Wardana, A., dan Karkata, K., 2008. Faktor Resiko Plasenta Previa.
http://www.kalbe.co.id. Cermin Dunia Kedokteran vol 34 no.5/158
Sep-Okt 2007. Diakses pada tanggal 11 Februari 2009.

14. Chalik, TMA., 1997. Hemoragi Utama Obstetri dan Ginekologi. Penerbit
Widya Medika, Jakarta.

15. Erlina, 2008. Karakteristik Solusio Plasenta di Bagian Obstetri dan


Ginekologi RSUD Arifin Achmad Pekan Baru Periode 1 Januari
2002-31 Desember 2006. http://kuliahbidan.wordpress.com. Diakses
pada tanggal 5 Februari 2009.

16. Simbolon, ME., 2004. Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum


yang Dirawat Inap di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 1999-
2003. Skripsi FKM USU, Medan.

17. Bangun, FR., 2005. Karakteristik Ibu Penderita Perdarahan Antepartum


Rawat Inap di Badan Pelayanan RSU Dr.Pirngadi Medan Tahun
2001-2004. Skripsi FKM USU, Medan.

18. Manuaba, IBG., 1998. Ilmu Kebidanan,Penyakit Kandungan, dan


Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Penerbit EGC,
Jakarta.

19. Mochtar, R., 1998. Sinopsis Obstetri Fisiologi Patologi. Jilid 1 dan 2. Edisi
II. Penerbit EGC, Jakarta.

20. Sastrawinata, S., 1984. Obstetri Patologi. Bagian Obstetri dan Ginekologi
FK UNPAD, Bandung.

21. Pritchard, Mc., 1991. Obstetri Williams. Edisi 17. Penerbit EGC, Jakarta.

22. Manuaba, IBG., 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri


Ginekologi dan KB. Penerbit EGC, Jakarta.

23. Schwartz, R.H., 1997. Catatan Kuliah Kedaruratan Obstetri. Edisi Ketiga.
Penerbit Widya Medika, Jakarta.

24. Saifuddin, A.B., 1991. Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi.
Bagian I. Penerbit FK UI, Jakarta.

25. Manuaba, IBG., 1993. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetri dan


Ginekologi. Penerbit EGC, Jakarta.

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.
26. Anurogo, D., 2008. Tips Praktis Mengenali Plasenta Previa.
http://kuliahbidan.wordpress.com. Diakses pada tanggal 11 Februari
2009.

27. Cuningham, FG., 1993. Obstetri Haemorrhage in : William Obstetri


Appleton Century Crarfts, USA.

28. Hacker, Moore, 2001. Esensial Obstetri dan Ginekologi. Edisi II. Penerbit
Hipokrates, Jakarta.

29. Soedarto, HR., 2002. Gambaran Epidemiologik Penderita Komplikasi


Kehamilan di Bangsal Bersalin RSUD Ulin Banjarmasin 1998-2001.
Dexa Media Vol.15, No.4. Jakarta

30. Christina, I, 1996. Sejarah Kebidanan : Perawatan Kebidanan Sebelum


Melahirkan. Jilid I. Penerbit Bratara, Jakarta.

31. Sastrawinata, S., 1983. Obstetri Fisiologi. Bagian Obstetri dan Ginekologi
FK UNPAD, Bandung.

32. Albertus, J., 1993. Pendekatan Kehamilan Resiko Tinggi. Majalah Medika
No.8. Jakarta.

33. Sastroasmoro, S., Ismael, S., 2002. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian


Klinis. Penerbit Sagung Seto, Jakarta.

34. RS St. Elisabeth Medan, 2007. Profil Rumah Sakit St. Elisabeth Medan
Tahun 2007. Medan

35. Gultom, A. 2002. Karakteristik Penderita Plasenta Previa yang Dirawat


Inap di RSU dr.Pirngadi Medan Tahun 1999-2001. Skripsi FKM
USU Medan.

36. Syaebani, MR. 2008. Gambaran Perdarahan Antepartum di RSUD dr.


Soebandi Jember Periode 1 Januari-2004-31 Desember 2005.
http://www.library.unej.ac.id. Diakses pada tangggal 1 Juni 2009.

Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun
2004-2008, 2009.

Anda mungkin juga menyukai