Chapter II 1
Chapter II 1
perhambaan, rodi, dan poenale sanksi yang mewarnai hubungan kerja di zaman itu
kesehatan kerja. Hal yang dicari pada saat itu adalah pengeksplotasian tenaga
Zaman Perbudakan
dibandingkan dengan Negara lain, berkat aturan adat yang dijiwai oleh
kepribadian bangsa, yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab para budak agak
lumayan kedudukannya. 44
43
Zaeni Asyhadie, Hukum Kerja Hukum Ketenagakerjaan Bidang Hubungan Kerja,
(Jakarta : Raja Grafindo), 2007 hlm. 80
44
Prof. Iman Supomo,SH, Hukum Perburuhan Bidang.Op.Cit, hlm 10
Rp.10,00 dan Rp.500,00 dan pidana lain yang dijatuhkan oleh pengadilan
Genootschaap yaitu nama baru bagi Java Benevolent Institution dari zaman
pemerintahan Thomas Stamford Raffles antara tahun 1818 dan 1824 mencoba
pelanggaran besar terhadap hak para pemilik budak dan disisi lain berpendapat
milik.46
Baru pada tahun 1854 dalam Regeringsreglement 1854 pasal 115 sampai
117 kemudian menjadi pasal-pasal 169 sampai 171 Indische Staatsregeling 1926,
45
Ibid
46
Prof. Iman Supomo,SH, Pengantar Hukum Perburuhan (edisi revisi), (Jakarta :
Djambatan), 2003, hlm 16-17
Zaman Rodi
Zaman rodi atau kerja paksa ini berlaku bersamaan dengan zaman
perbudakan dan berakhir resminya di Jawa dan Madura pada tanggal 1 Februari
1938, kecuali di tanah partikelir yang baru dihapuskan pada tahun 1946 oleh
pada bidang rodi ini lebih terletak pada pembatasan jam kerja. Misalnya hanya
boleh sehari seminggu dan paling banyak 52 hari dalam setahun dan seharinya
tidak boleh lebih dari 12 jam kerja rodi. Jarak antara rumah dan tempat kerja juga
diperhatikan. Tetapi hal ini pun dilanggar oleh pihak yang berkepentingan karena
pembebasan atau tebusan kepada Pemerintah dan bersamaan dengan itu gaji
Poenale Sanksi
Zaman poenale sanksi meliputi antara tahun 1872 dan 1879 serta antara
masa 1880 dan 1941, berakhir pada tanggal 1 Januari 1942. Kedudukan
47
Ibid
48
Prof. Iman Supomo, Hukum Perburuhan Bidang.., Op.Cit, hlm 11
49
Ibid
50
Ibid
Apabila hal itu tetap dilakukan maka buruh dikenai tindak pidana yang
disebut melarikan diri. Hukuman untuk itu adalah denda atau kerja dengan
4. jika buruh dalam masa hubungan kerja diadili atau menjalani pidana, maka
Demikian pula jika buruh setelah menjalani istirahat, sakit dan sebagainya
bagi buruh itu pda kedudukan manusia social adalah penghapusan poenale sanksi
Zaman Modern
pembatsan pekerjaan anak dan wanita pada malam hari, yang dikeluarkan
dengan Ordonantie No. 647 Tahun 1925, mulai berlaku tanggal 1 Maret
1926.
1926.
1. Mijn Politie Reglement, Stb No. 341 tahun 1931 (peraturan tentang
pengawasan di tambang).
kendaraan bermotor).
51
Zaeni Asyhadie,SH.,M.Hum, Op.Cit, hlm.81
52
Ibid
perkebunan).
perindustrian).
peraturan keselamatan kerja yang pada saat itu berlaku yaitu Veiligheids
Indonesia dengan UU No.2 Tahun 1951. Undang-undang pokok kerja ini mamuat
1. Pekerjaan anak
3. Pekerjaan wanita
53
Departemen Tenaga Kerja, Op.Cit, BAB II, hlm.42
54
Zaeni Asyhadie,SH.,M.Hum, Op.Cit, hlm.83
secara bertahap. Peraturan pelaksana yang sempat dikeluarkan pada masa itu
adalah : 55
waktu kerja, istirahat, dan mengaso serta mengatur tata cara pengusaha
mempunyai ketentuan bahwa semua ketentuan yang ada hanya akan berlaku jika
baru keluar hanya kedua peraturan tersebut. Maka hanya kedua aturan undang-
ditimbulkan oleh alat kerja atau bahan yang dikerjakan. Keselamatan kerja tidak
55
Ibid
56
Ibid
57
Zaeni Asyhadie,SH.,M.Hum, Op.Cit, hlm.94-95
58
Lalu Husni,SH.,M.Hum, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, (Jakarta : Rajawali
Press), 2004, hlm.138
a. Adanya suatu usaha, baik itu usaha yang bersifat ekonomis maupun social.
c. Adanya tenaga kerja yang bekerja di dalamnya, baik secara terus menerus
permukaan air, di dalam air maupun di udara yang berada di wilayah kekuasaan
59
Ibid
bijih logam lainnya, batu-batuan, gas, minyak atau minieral lainnya, baik
air;
perairan;
j. dilakukan pekerjaan di bawah tekanan udara atau suhu yang tinggi atau
rendah;
terpelanting;
m. terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, suhu, kotoran, api, asap, uap,
gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara atau getaran;
atau telepon;
Keamanan Kerja), antara lain dinyatakan bahwa agar peralatan pabrik tidak atau
1) Ban penggerak, rantai, dan tali yang berat harus diberikan alat
60
Zaeni Asyhadie,SH.,M.Hum, Op.Cit, hlm.98
kerja tidak boleh melebihi jumlah yang seharusnya dikerjakan. Harus pula
bahaya peledakan.
e. Mencegah agar jangan sampai terkena aliran listrik yang berbahaya. Hal
haruslah tertutup.
pekerjaan.
menyenangkan.
yang terjadi di tempat kerja atau dikenal dengan kecelakaan industri. Kecelakaan
industri ini dapat diartikan : suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak
61
Peraturan Menteri Perburuhan (PMP) RI No.7 Tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan,
Kebersihan, dan Penerangan dalam Tempat Kerja. Pasal 2
62
Lalu Husni,SH.,M.Hum, Op.Cit, hlm.142
63
Departemen Tenaga Kerja, Op.Cit, BAB I, hlm. 17
64
okleqs.wordpress.com/2008/01/04/pengetahuan-dasar-keselamatan-kerja/, diakses pada
tanggal 6 Juli 2009
3. Peraturan K3
2. Mengemudikan Kenderaan.
pertanda bahwa ada sesuatu yang tidak beres apakah pada system ataukah
pada manajemen.
d. Kecelakaan. Jika ketiga urutan diatas tercipta, maka besar atau kecil akan
dan kerusakan akibat kontak dengan sumber energi melebihi nilai ambang
Disamping ada sebabnya maka suatu kejadian juga akan membawa akibat.
Akibat dari kecelakaan industri ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
mesin, peralatan, bahan dan bangunan. Biaya pengobatan dan perawatan korban.
produksi. Kedua kerugian yang bersifat non ekonomis. Pada umumnya berupa
penderitaan manusia yaitu tenaga kerja yang bersangkutan, baik itu merupakan
a. Peraturan perundang-undangan.
65
Lalu Husni,SH.,M.Hum, Op.Cit, hlm. 143
66
Departemen Tenaga Kerja, Op.Cit, BAB II, hlm 21-23
dan pengujian terhadap tempat kerja, mesin, pesawat, alat dan instalasi,
persyaratan K3.
d. Riset, meliputi :
kecelakaan kerja.
perusahaannya.
tempat kerja.
Kesehatan kerja adalah bagian dari ilmu kesehatan yang bertujuan agar
tenaga kerja memperoleh keadaan kesehatan yang sempurna baik fisik, mental
67
Lalu Husni,SH.,M.Hum, Op.Cit, hlm. 146
tenaga kerja.
a. Ketentuan Umum
Tahun 2003 meliputi tentang pekerjaan anak, wanita, waktu kerja, waktu istirahat.
Pekerjaan Anak
tahun. 68 Undang-undang No.13 tahun 2003 mengatur tentang norma kerja mulai
pasal 68, yang mana pasal ini melarang keras pengusaha mempekerjakan anak.
Anak dianggap bekerja apabila berada di tempat kerja, kecuali dapat dibuktikan
sebaliknya. 69
Secara umum larangan mutlak bagi anak untuk melakukan pekerjaan ini
adalah tepat, sebab akan terdapat beberapa kerugian atau dampak negative jika
anak.
persyaratan : 72
dari kurikulum pendidikan atau pelatihan yang disahkan oleh pejabat yang
71
Undang-undang No.13 Tahun 2003, Op.Cit, pasal 69 ayat (1)
72
Ibid, pasal 69 ayat (2)
73
Ibid, pasal 70 ayat (1)
74
Ibid, pasal 70 ayat (3)
pengembangan bakat dan minat anak yang pada umumnya muncul pada
persyaratan : 76
adalah : 78
perjudian;
75
Ibid, pasal 71 ayat (1)
76
Ibid, pasal 71 ayat (2)
77
Ibid, pasal 74 ayat (1)
78
Ibid, pasal 74 ayat (2)
anak.
yaitu :
bekerja di luar hubungan kerja. Anak yang bekerja di luar hubungan kerja
misalnya anak penyemir sepatu atau anak penjual koran dan sebagainya.
anak yang bekerja di luar hubungan kerja tersebut. Upaya itu harus dilakukan
Pekerja Perempuan
79
Zaeni Asyhadie,SH.,M.Hum, Op.Cit, hlm.87
80
G. Kartasapoetra, dkk, Hukum Perburuhan Di Indonesia Berlandaskan Pancasila,
(Jakarta : Bina Aksara), 1988, hlm.43-44
07.00.
perempuan yang berangkat dan pulang bekerja antara pukul 23.00 sampai
dengan 05.00.
kerja dan waktu istirahat. Menurut Iman Supomo dalam hal ini digunakan 3
81
Undang-undang No.13 Tahun 2003, Op.Cit, pasal 76 ayat (1) sampai ayat (5)
ketiga istilah itu adalah pertama waktu kerja adalah waktu efektif dimana
pekerjaan empat jam beturut-turut yang tidak termasuk waktu kerja. Ketiga waktu
untuk tidak masuk bekerja karena alasan-alasan tertentu yang diperbolehkan oleh
undang-undang. 82
1. 7 (tujuh) jam sehari dan 40 (empat puluh) jam seminggu untuk 6 (enam)
2. 8 (delapan) jam sehari dan 40 (empat puluh) jam seminggu untuk 5 (lima)
Waktu kerja tersebut harus diselingi waktu mengaso paling sedikit 30 (tiga
Ketentuan waktu kerja tersebut tidak berlaku bagi sector usaha atau
tenaganya dan tentu untuk tetap menjaga kesehatannya. Dalam hal-hal tertentu
terdapat kebutuhan yang mendesak, yang harus segera diselesaikan dan tidak
dapat dihindari pekerja harus bekerja melebihi waktu kerja. Pengusaha yang
82
Zaeni Asyhadie,SH.,M.Hum, Op.Cit, hlm. 89-90
83
Undang-undang No.13 Tahun 2003, Op.Cit, pasal 77 ayat (2)
84
Zaeni Asyhadie,SH.,M.Hum, Op.Cit, hlm. 90
85
Undang-undang No.13 Tahun 2003, Op.Cit, pasal 77 ayat (3)
yaitu : 86
2. waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak tiga jam dalam
Secara yuridis, waktu istirahat (cuti) bagi pekerja ada empat macam, yaitu
istirahat (cuti) mingguan, istirahat (cuti) tahunan, istirahat (cuti) panjang, serta
istirahat (cuti) hamil / bersalin dan haid bagi pekerja perempuan, yaitu : 88
enam hari kerja dalam satu minggu, atau dua hari untuk lima hari kerja
pekerja yang bersangkutan bekerja selama dua belas bulan secara terus
menerus.
harus ada persetujuan pengusaha. Meskipun cuti tahunan ini adalah hak pekerja,
86
Ibid, pasal 78 ayat (1)
87
Ibid, pasal 78 ayat (2)
88
Ibid, pasal 79 ayat (2) huruf b, c, d
89
Zaeni Asyhadie, Op.Cit, hlm.92
dua bulan dan dilaksanakan pada tahun ketujuh dan kedelapan masing-
masing satu bulan bagi pekerja yang telah bekerja selama enam tahun
tersebut tidak berhak lagi untuk istirahat (cuti) tahunan dalam dua tahun
berjalan. 90
membuat ketentuan tentang cuti tahunan sendiri yang dianggap lebih baik,
2003. 91
d. Istirahat (Cuti) haid, hamil/bersalin. Bagi pekerja wanita yang merasa sakit
tidak wajib bekerja untuk hari pertama dan kedua di masa haidnya
tersebut. 93
sebelum saatnya melahirkan anak dan 1,5 (satu setengah) bulan setelah
90
Undang-Undang No.13 Tahun 2003, Op.Cit, pasal 79 ayat (1) huruf d
91
Zaeni Asyhadie, Ibid
92
Undang-Undang No.13 Tahun 2003, Op.Cit, pasal 80
93
Ibid, pasal 81 ayat (1)
94
Ibid, pasal 82 ayat (1)
istirahat 1,5 (satu setengah) bulan sesuai dengan surat keterangan dokter
hari libur resmi apabila jenis dan sifat pekerjaan harus dilaksanakan tau
pada hari libur resmi sebagaimana dimaksud wajib membayar upah kerja
lembur.
95
Ibid, pasal 82 ayat (2)
96
Ibid, pasal 84
Bahaya Kimia. Jalan masuk bahan kimia ke dalam tubuh: Pernapasan ( inhalation
permukaan tempat dimana terjadi kontak. Kulit, mata dan sistem pencernaan
adalah bagain tubuh yang paling umum terkena. Contoh : konsentrat asam dan
basa , fosfor.
kulit bisa menyebabkan reaksi seperti eksim atau dermatitis. Iritasi pada alat-alat
pernapasan yang hebat dapat menyebabkan sesak napas, peradangan dan oedema (
bengkak ). Contoh :
Reaksi Alergi. Bahan kimia alergen atau sensitizers dapat menyebabkan reaksi
97
okleqs.wordpress.com/2008/05/23/pengenalan-bahaya-di-lingkungan-kerja/, diakses
pada tanggal 6 Juli 2009.
atmosfer yang ada, misalnya pada kapal, silo, atau tambang bawah tanah.
Konsentrasi oksigen pada udara normal tidak boleh kurang dari 19,5% volume
udara. Asfiksian kimia mencegah transport oksigen dan oksigenasi normal pada
hidrogen sulphide
Kanker. Karsinogen pada manusia adalah bahan kimia yang secara jelas telah
kimia yang secara jelas sudah terbukti menyebabkan kanker pada hewan . Contoh:
Racun Sistemik. Racun sistemik adalah agen-agen yang menyebabkan luka pada
Bahaya Biologi
Bahaya biologi dapat didefinisikan sebagai debu organik yang berasal dari
sumber-sumber biologi yang berbeda seperti virus, bakteri, jamur, protein dari
binatang atau bahan-bahan dari tumbuhan seperti produk serat alam yang
terdegradasi. Bahaya biologi dapat dibagi menjadi dua yaitu yang menyebabkan
infeksi dan non-infeksi. Bahaya dari yang bersifat non infeksi dapat dibagi lagi
Bahaya infeksi
produk bakterial dan jamur dipengaruhi oleh suhu, kelembapan dan media dimana
mereka tumbuh. Pekerja yang beresiko: pekerja pada silo bahan pangan, pekerja
fever,Legionnaires disease
Alergi Biogenik
Bahan alergen dari pertanian berasal dari protein pada kulit binatang, rambut dari
bulu dan protein dari urine dan feaces binatang. Bahan-bahan alergen pada
industri berasal dari proses fermentasi, pembuatan obat, bakery, kertas, proses
jaringan). Pada orang yang sensitif, pemajanan alergen dapat menimbulkan gejala
Bahaya Fisika
seseorang maupun suatu populasi. Aspek yang berkaitan dengan kebisingan antara
lain : jumlah energi bunyi, distribusi frekuensi, dan lama pajanan. Kebisingan
kebisingan yang tinggi (biasanya >85 dBA) pada jangka waktu tertentu dapat
menyebabkan tuli yang bersifat sementara maupun kronis. Tuli permanen adalah
penyakit akibat kerja yang paling banyak di klaim . Contoh : Pengolahan kayu,
Getaran
frekuensi, amplitudo, lama pajanan dan apakah sifat getaran terus menerus atau
tool berasosiasi dengan gejala gangguan peredaran darah yang dikenal sebagai
Peralatan yang menimbulkan getaran juga dapat memberi efek negatif pada sistem
sakit tulang belakang. Contoh : Loaders, forklift truck, pneumatic tools, chain
saws.
Contoh :
Pencahayaan ( Illuminasi )
Tujuan pencahayaan :
Efek pencahayaan yang buruk: mata tidak nyaman, mata lelah, sakit
Bahaya Psikologi
Stress
Bahaya Fisiologi
Pembebanan Kerja Fisik. Beban kerja fisik bagi pekerja kasar perlu
tidak melebihi 30 40% dari kemampuan kerja maksimum tenaga kerja dalam
jangka waktu 8 jam sehari. Berdasarkan hasil beberapa observasi, beban untuk
tenaga Indonesia adalah 40 kg. Bila mengangkat dan mengangkut dikerjakan lebih
dari sekali maka beban maksimum tersebut harus disesuaikan. Oleh karena
digunakan adalah pengukuran denyut nadi yang diusahakan tidak melebihi 30-40
lain. Semua factor ini harus dievaluasi dalam higene perusahaan. Evaluasi factor-
zat-zat tertentu manusia dapat mencium, melihat dan merasa kadar zat
dapat mengenal adanya suatu zat diudara yang masih ajuh dari nilai
atas perubahan warna sebagai akibat reaksi kimia. Detector adalah alat
cara. Pertama absorbsi kepada bahan padat. Kedua dengan melalui udara
98
DR. Sumamur.P.K.,M.Sc, Op.Cit, hlm. 229
tersebut adalah : 99
1. Substitusi, yaitu mengganti bahan yang lebih bahaya dengan bahan yang
kedalam ruang kerja, agar kadar dari bahan-bahan yang berbahaya oleh
pemasukan udara ini lebih rendah dari pada kadar yang membahayakan,
membahayakan.
99
DR. Sumamur.P.K., M.Sc, Op.Cit, hlm. 52 -53
hak dan atau kewajiban tenaga kerja dan pengusaha/pengurus dalam pelaksanaan
kerjanya
penyimpanan barang
Pasal 8
kemampuan fisik dari tenaga kerja yang akan diterimanya maupun akan
bawah pimpinannya, secara berkala pada dokter yang ditunjuk oleh pengusaha
Kerja. Selain itu ada juga Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per-
Kerja Dengan Manfaat Lebih Baik Dari Paket Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Pasal 9
kerja
tempat kerja
tersebut diatas.
ketentuan-ketentuan yang berlaku bagi usaha dan tempat kerja yang dijalankan.
saling pengertian dan partisipasi efektif dari pengusaha atau pengurus dan tenaga
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Wilayah dan Panitia Pembina Keselamatan dan
04/MEN/87 tentang Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Tata
dalam tempat kerja yang dipimpinnya pada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri
ini dan semua peraturan pelaksananya yang berlaku bagi tempat kerja yang
menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut,
dan rinci dalam bentuk PP, Keppres, Permenaker, Kepmenaker, SE Menaker dan
UU RI No.1 Tahun 1970. Ancaman pidana ini tidak akan membuat efek jera bagi
pelaksananya) dilihat dari masa hukuman kurungan begitu singkat dan denda uang
yang dikenakan terlalu sedikit mengingat dimungkinkan banyak tenaga kerja pada
satu tempat kerja (perusahaan) yang mengalami cidera berat bahkan kematian
sebagai objek dari K3 ini. Untuk itu pekerja juga memiliki hak dan kewajiban
100
www.okleqs.wordpess.com/2008/01/17/pengawasan-kesehatan-kerja, diakses pada
tanggal 6 Agustus 2009
kecelakaan dan penyakit akibat kerja sesuai dengan jenis atau karakteristik
yang sangat merugikan bagi tenaga kerja, perusahaan dan masyarakat pada
umumnya.
khususnya.
cara, yaitu preventif dan represif. Pada dasarnya kedua cara itu ditempuh sangat
mematuhi hukum. Namun, bila tindakan preventif tidak efektif lagi, maka
101
Abdul Hakim,SH, Op.Cit, hlm 123
proses hubungan industrial dapat berjalan dengan baik dan harmonis. 102
khusus dari luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri
Tenaga Kerja.
ketentuan pasal 10 Undang-undang No.14 Tahun 1969 dan pasal 5 ayat (a)
melakukan : 105
102
Ibid
103
Lalu Husni,SH.,M.Hum, Op.Cit, hlm. 139
104
Departemen Tenaga Kerja, Op.Cit, BAB III hlm.33
105
Abdul Hakim,SH, Op.Cit, hlm.124-125
pekerjaan atau dapat disangka bahwa disitu dijalankan pekerjaan dan juga
bersangkutan.
tersebut.
yang ditunjuk oleh pimpinan tempat perusahaan / kerja dan yang disetujui oleh
kepada : 107
106
Ibid
107
Sendjun H Manulang,SH, Op.Cit, hlm. 91
2. Proses kerja yaitu perlu diteliti bagaimana proses kerjanya dimulai dari
pendistribusian.
c. Sikap kerjanya
d. Jenis kelamin
e. Usia
f. Baban kerja
5. Fasilitas kesehatan
Larangan melakukan pekerjaan lebih dari 7 jam sehari dan lebih dari 40
pembangunan Negara.
108
Prof.Iman Supomo,SH, Op.Cit, hlm.143
hari libur serta larangan bekerja lebih dari 7 jam sehari, 40 jam seminggu
diselesaikan.
ijin terlebih dahulu dari Pengawasan Perburuhan. Pemberian ijin ini disebut
perburuhan dengan cara mengunjungi tempat kerja pada pada waktu tertentu.
pelaksanaannya.
peraturan perundangannya.
109
Ibid
administratif : 110
a. Teguran
b. Peringatan tertulis
e. Pembatalan persetujuan
f. Pembatalan pendaftaran
h. Pencabutan izin
tidak hanya diatur dalam undng-undang Ketenagakerjaan tetapi juga diatur dalam
ribu rupiah).
110
UU No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, pasal 190
kesehatan (health). Beberapa problem seperti ini 85% dapat dikontrol oleh
pihak manajemen.
operasional manajemen.
sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur
manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam
rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta
113
terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif. Tujuan lainnya
yaitu : 114
111
Permenaker No.PER-05/MEN/1996, tentang Sistem Manajemen Kselamatan dan
Kesehatan Kerja, pasal 1 ayat (1)
112
Dr.Gempur Santoso,Drs.,M.Kes, Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja,
(Jakarta : Prestasi Pustaka), 2004, hlm.16
113
Permenaker No.PER-05/MEN1996, Op.Cit, pasal 2
114
Okleqs.wordpress.com/2008/05/03/penerapan-smk3/, diakses pada tanggal 6 Agustus
2009.
tenaga kerja
nasional
Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan
Jakon)
(1) Setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak seratus orang
atau lebih dan atau mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh
dilaksanakan oleh Pengurus, Pengusaha dan seluruh tenaga kerja sebagai satu
kesatuan.
manajemen : 116
tepat selanjutnya.
kondisi yang membahayakan dan kejadian kurang baik, semua itu merupakan
Secara langsung manajemen mengatur adanya safety yang baik pada saat
safety adalah manajemen harus memiliki prosedur yang jelas dan terukur.
Prinsip V alat pelindung / safety yang baik adalah tepat guna pada
tempatnya dan ketika digunakan tidak rusak serta tidak menimbulkan kejadian
yang kurang baik. Ada 2 jalan agar hal ini dapat berjalan dengan baik :
c. Harus diketahui alat pelindung apa yang paling efektif digunakan sesuai
dengan kebutuhan.
Lingkungan kerja
Sifat pekerjaan
Cara kerja
Proses produksi
terdapat pengawasan yang maksimal dari pihak pengawas terkait untuk itu system
untuk menetukan suatu kegiatan dan hasil-hasil yang berkaitan sesuai dengan
pengaturan yang direncanakan dan dilaksanakan secara efektif dan sesuai untuk
mencapai kebijakan dan tujuan perusahaan. 120 Tujuan dari audit SMK3 untuk
119
Permenaker No. 05 tahun 1996, Op.Cit, pasal 7 ayat (1)
120
Ibid, pasal 1 ayat (3)
121
Audit Internal Sistem Manajemen Keselamatan Kesehatan Kerja, PT.Sucofindo, hlm.4
2. Strategi pendokumentasian
4. Pengendalian dokumen
5. Pembelian
7. Standar pemantauan
2. Second part- audit, audit yang dilakukan oleh pihak yang memiliki
sertifikasi nasional.
Skema I
Pengawasan oleh intansi SMK 3
ketenagakerjaan pada Dibuktikan dengan
Pem.Prov, Pem.Kab/Kota Audit
122
Permenaker No.05 Tahun 1996, Op.Cit, pasal 5 ayat (2)
123
Ibid, hlm.6
Wajib
Bagi perusahaan :
-Mempekerjakan Pekerja/buruh lebih dari 100 orang
- <100 orang dengan tingkat resiko bahaya tinggi
di audit dan hasilnya bagus yang telah memenuhi kriteria yang telah ditentukan.
Tabel II 124
124
Lampiran IV Permenaker No.05 tahun 1996 tentang SMK3
mengurangi kecelakaan dan sakit akibat kerja sebanyak 20% - 40% dan mendapat
Tabel I
125
www.okleqs.wordpress.com/2008/05/03/audit-smk3, diakses pada tanggal 6 Agustus
2009
126
Artikel Health and safety as a Return on Investment, oleh Syamsul Arifin,SKM
127
4. Keamanan Bekerja Berdasarkan Sistem Manajemen K3
127
Permenaker No.05/MEN/1996, Lampiran Pedoman Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
dan telah menilai resiko-resiko yang timbul dari suatu proses kerja.
tinggi.
d. Prosedur atau petunjuk kerja untuk mengelola secara aman seluruh resiko
f. Prosedur kerja dan instruksi kerja dibuat oleh petugas yang berkompeten
g. Alat pelindung diri disediakan bila diperlukan dan digunakan secara benar
h. Alat pelindung diri yang digunakan dipastikan telah dinyatakan baik dan
berlaku.
proses kerja.
berakibat fatal dan berubah menjadi bencana yang dapat mengganggu dan
perusahaan dan dapat mendatangkan kerugian harta benda atau korban manusia.
Bila bencana terjadi dan keadaan menjadi emergency, maka perlu ditanggulangi
penanggulangan dimaksud perlu dibentuk Tim Tanggap Darurat yang trampil dan
terlatih, dilengkapi sarana dan prasarana yang baik serta sistem dan prosedur yang
jelas. Tim tersebut perlu mendapatkan pelatihan baik teori atau praktek paling
sedikit enam bulan sekali. Bagusnya kinerja Tim Tanggap Darurat akan sangat
akhirnya tujuan mengurangi kerugian seminimal mungkin baik harta benda atau
berdasarkan pada potensi kecelakaan yang dpt terjadi di instalasi & konsekuensi-
konsekuensinya yang dapat dirasakan di dalam dan di luar tempat kerja serta
pejabat yang berwenang, pengelola pabrik & pejabat setempat sebagai unsur yang
kantor.
128
www.okleqs.worpress.com/2008/01/01/tanggap-darurat-kecelakaan-industri/, diakses
pada tanggal 6 Agustus 2009
pemulihan setelah terjadi bencana. Agar manusia selamat dan harta benda
terlindungi.
manusia ( Karyawan dan Masyarakat sekitar ) dan harta benda. Tanggap saat
Emergency.
Sumber-Sumber Bencana :
Alam, contohnya gunung api meletus, angin taufan, banjir / air bah, gempa
Metriil, Korban jiwa (mati atau menderita) Korban harta benda dan sarana
industri.
ekonomi.
Ketua :
129
www.okleqs.wordpress.com/2008/01/03/emergensi-respons, diakses pada tanggal 6
Agustus 2009
Koordinator Operasional :
bencana.
memperluas/memperbesar bencana
Satgas Komunikasi :
Pabrik/Perkantoran.
Satgas Pengamanan :
Evakuasi.
Satgas Evakuasi :
Satgas SAR :
Satgas Medis:
P3K.
Satgas Infentarisasi :
Satgas Pemulihan/perbaikan :
pelestarian lingkungan.
lokasi yang potensial terjadinya bencana dan dibangun anti radioaktif dan
aman.
130
www.okleqs.wordpress.com/2008/01/03/was-dal-tanggap-darurat/, diakses pada
tanggal 6 Agustus 2009
1. Manusia : Dibentuk tim terdiri dari bagian yang terkait, dan dipimpin oleh
arah, alat pelindung diri, alat komunikasi, shelter dan peralatan lain
terhadap emergency).
terjalin dengan baik dan sinergis bila dilengkapi perangkat lunak yang
131
Permenaker No.05/MEN/1996, Lampiran Pedoman Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Op.Cit
resiko tugas.
pengendalian.
kepada pengurus.
Lainnya
yang masih terbatas dibandingkan dengan organisasi internasional. Tapi hal ini
masih dapat dimaklumi karena masalah yang sama juga dirasakan oleh negara-
negara di Asia dibandingkan negara Eropa atau Amerika, karena memang masih
dalam tahap awal. Selain itu sertifikasi SMK3 yang hanya dapat dikeluarkan oleh
(korea), yang juga menggunakan badan sertifikasi swasta. Dan yang utama
serta kriterianya dalam mengukur tingkat produktivitas. Dan tak ada konsepsi,
metode penerapan maupun cara pengukuran yang bebas dari kritik. 133
pengeluaran pada waktu tertentu dibagi totalitas masukan selama periode tersebut.
baik dari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini.
132
www. elqorni.wordpress.com/2008/06/13/sistem-manajemen-keselamatan-dan-
kesehatan-kerja/, diakses pada tanggal 6 Agustus 2009.
133
Drs. Muchdarsyah Sinungan, Produktivitas Apa Dan Bagaimana, (Jakarta : Bumu
Aksara), Cetakan pertama, 1992, hlm.12
134
Ibid
dipergunakan.
sama.
antara hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja per satuan
waktu.
kesempatan berprestasi.
masyarakat.
Produktivitas, yang dapat kita kelompokkan menjadi tiga yaitu : Pertama rumusan
tradisional bagi keseluruhan Produktivitas tidak lain adalah rasio daripada apa
mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini lebih
baik dari pada kemarin, dan hari esok harus lebih baik dari hari ini. Ketiga
Produktivitas merupakan interksi terpadu secara serasi dari tiga factor esensial,
Konsep Produktivitas
135
Drs. Muchdarsyah Sinungan, Op.Cit, hlm.16
semakin banyak barang dan jasa untuk kebutuhan semakin banyak orang
secara menyeluruh.
teknik manajemen, akan tetapi juga mengandung filosofi dan sikap yang
didasarkan pada motivasi yang kuat untuk secara terus menerus berusaha
136
J. Ravianto, Op.Cit, hlm.16
manusia.
137
Sadono Sukirno, Pengantar Teori Mikroekonomi edisi kedua, (Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada), 1998, hlm.353-354