Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH KEPERAWATAN

KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)

Disusun oleh kelompok 3 :


1. Rosyim Arifianto
2. Aditya Hari Sandi
3. Muhaniah
4. Dwi Rahmadani
5. Rohem

STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG


2016/2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Indonesia merupakan Negara yang masih memiliki angka kejadian luar biasa
(KLB) penyakit menular dan keracunan yang cukup tinggi. Kondisi ini menyebabkan
perlunya peningkatan sistem kewaspadaan dini dan respon terhadap KLB tersebut
dengan langkah-langkah yang terprogram dan akurat, sehingga proses
penanggulangannya menjadi lebih cepat dan akurat pula. Untuk dapat mewujudkan
respon KLB yang cepat, diperlukan bekal pengetahuan dan keterampilan yang cukup
dari para petugas yang diterjunkan ke lapangan.Kenyataan tersebut mendorong
kebutuhan para petugas di lapangan untuk memiliki pedoman penyelidikan dan
penanggulangan KLB yang terstruktur, sehingga memudahkan kinerja para petugas
mengambil langkah-langkah dalam rangka melakukan respon KLB.
Undang-Undang No. 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular serta PP No.
40 tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular mengatur agar
setiap wabah penyakit menular atau situasi yang dapat mengarah ke wabah penyakit
menular (kejadian luar biasa - KLB) harus ditangani secara dini. Sebagai acuan
pelaksanaan teknis telah diterbitkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1501/Menteri/Per/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu Yang Dapat
Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan.Dalam pasal 14 Permenkes Nomor
1501/Menteri/Per/X/2010 disebutkan bahwa upaya penanggulangan KLB dilakukan
secara dini kurang dari 24 (dua puluh empat) jam terhitung sejak terjadinya KLB.
Oleh karena itu disusun Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar
Biasa (KLB) Penyakit Menular dan Keracunan Pangan sebagai pedoman bagi
pelaksana baik di pusat maupun di daerah. Diperlukan program yang terarah dan
sistematis, yang mengatur secara jelas peran dan tanggung jawab di semua tingkat
administrasi, baik di daerah maupun di tingkat nasional dalam penanggulangan KLB
di lapangan, sehingga dalam pelaksanaannya dapat mencapai hasil yang optimal
B. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu :
1. Apa definisi kejadian luar biasa ?
2. Bagaimana karakteristik penyakit yang berpotensi terjadi KLB ?
3. Bagaimana penanggulangan KLB dan prosedurnya ?
4. Bagaimana penyidikan KLB ?
5. Bagaimana pelaporan kejadian luar biasa ?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui definisi kejadian luar biasa.
2. Untuk mengetahui karakteristik penyakit yang berpotensi terjadi KLB.
3. Untuk mengetahui penanggulangan KLB dan prosedurnya.
4. Untuk mengetahui penyidikan KLB.
5. Untuk mengetahui penyusunan laporan kejadian luar biasa.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi kejadian luar biasa (KLB)


Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah salah satu status yang diterapkan di
Indonesia untuk mengklasifikasikan peristiwa merebaknya suatu wabah penyakit.
Status Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
949/MENKES/SK/VII/2004.Kejadian Luar Biasa dijelaskan sebagai timbulnya atau
meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis
pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.
Berdasarkan Undang-undang No. 4 tahun 1984 tentang wabah penyakit
menular serta Peraturan Menteri Kesehatan No. 560 tahun 1989, maka penyakit DBD
harus dilaporkan segera dalam waktu kurang dari 24 jam. Undang-undang No. 4 tahun
1984 juga menyebutkan bahwa wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit
menular dalam masyarakat, yang jumlah penderita nyameningkat secara nyata
melebihi dari keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat
menimbulkan malapetaka. Dalam rangka mengantisipasi wabah secarad ini,
dikembangkan istilah kejadian luar biasa (KLB) sebagai pemantauan lebih dini
terhadap kejadian wabah.Tetapi kelemahan dari system ini adalah penentuan penyakit
didasarkan atas hasil pemeriksaan klinik laboratorium sehingga seringkali KLB
terlambat diantisipasi (Sidemen A., 2003).
Badan Litbangkes berkerjasama dengan Namru telah mengembangkan suatu
system surveilans dengan menggunakan teknologi informasi (computerize) yang
disebut dengan Early Warning Outbreak Recognition System (EWORS).EWORS
adalah suatu system jaringan informasi yang menggunakan internet yang bertujuan
untuk menyampaikan berita adanya kejadian luar biasa pada suatu daerah di seluruh
Indonesia kepusat EWORS secara cepat (BadanLitbangkes, Depkes RI).Melalui
system ini peningkatan dan penyebaran kasus dapat diketahui dengan cepat, sehingga
tindakan penanggulangan penyakit dapat dilakukan sedini mungkin.Dalam masalah
DBD kali ini EWORS telah berperan dalam hal menginformasikan data kasus DBD
dari segi jumlah, gejala/karakteristik penyakit, tempat/lokasi, dan waktu kejadian dari
seluruh rumah sakit DATI II di Indonesia (Sidemen A., 2003).
7 (tujuh) Kriteria Kejadian Luar Biasa (KLB) Menurut Permenkes 1501 Tahun 2010
adalah :
1. Timbulnya suatu penyakit menular tertentu yang sebelumnya tidak ada atau tidak
dikenal pada suatu daerah.
2. Peningkatan kejadian kesakitan terus-menerus selama 3 (tiga) kurun waktu dalam
jam,hari atau minggu berturut-turut menurut jenis penyakitnya.
3. Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode
sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari, atau minggu menurut jenis
penyakitnya.
4. Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukkan kenaikan
duakali atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata jumlah per bulan dalam
tahun sebelumnya.
5. Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu) tahun menunjukkan
kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata jumlah kejadian
kesakitan perbulan pada tahun sebelumnya.
6. Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu)kurun
waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50% (lima puluh persen) atau lebih
dibandingkan dengan angka kematian kasus suatu penyakit periode sebelumnya
dalam kurun waktu yang sama.
7. Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita baru pada satu periode
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding satu periode sebelumnya
dalam kurun waktu yang sama.
B. Karakteristik Penyakit yang berpotensi KLB
1. Penyakit yang terindikasi mengalami peningkatan kasus secara cepat.
2. Merupakan penyakit menular dan termasuk juga kejadian keracunan.
3. Mempunyai masa inkubasi yang cepat.
4. Terjadi di daerah dengan padat hunian.

D. Penyakit-Penyakit Berpotensi Wabah/KLB


1. Penyakit karantina/penyakit wabah penting: Kholera, Pes, Yellow Fever.
2. Penyakit potensi wabah/KLB yang menjalar dalam waktu cepat/mempunyai
mortalitas tinggi & penyakit yang masuk program eradikasi/eliminasi dan
memerlukan tindakan segera : DHF,Campak,Rabies, Tetanus neonatorum, Diare,
Pertusis, Poliomyelitis.
3. Penyakit potensial wabah/KLB lainnya dan beberapa penyakit penting : Malaria,
Frambosia, Influenza, Anthrax, Hepatitis, Typhus abdominalis, Meningitis,
Keracunan, Encephalitis, Tetanus.
4. tidak berpotensi wabah dan atau KLB, tetapi Penyakit-penyakit menular yang
masuk program : Kecacingan, Kusta, Tuberkulosa, Syphilis, Gonorrhoe, Filariasis,
dll.
E. Penggolongan KLB berdasarkan sumber
1. Sumber dari manusia : jalan nafas, tenggorokan, tinja, tangan, urine, dan
muntahan. Seperti : Salmonella, Shigela, Staphylococus, Streptoccocus, Protozoa,
Virus Hepatitis.
2. Sumber dari kegiatan manusia : penyemprotan (penyemprotan pestisida),
pencemaran lingkungan,penangkapan ikan dengan racun, toxin biologis dan
kimia.
3. Sumber dari binatang : binatang piaraan, ikan dan binatang pengerat.
4. Sumber dari serangga : lalat (pada makanan) dan kecoa. Misalnya : Salmonella,
Staphylococus, Streptoccocus.
5. Sumber dari udara, air, makanan atau minuman (keracunan). Dari udara, misalnya
Staphylococus, Streptoccocus, Virus, Pencemaran Udara.Pada air, misalnya
Vibrio cholerae, Salmonella.Sedangkan pada makanan, misalnya keracunan
singkong, jamur, makan dalam kaleng.

F. Penanggulangan KLB
Penanggulangan KLB adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk menangani
penderita, mencegah perluasan KLB, mencegah timbulnya penderita atau kematian
baru pada suatu KLB yang sedang terjadi.
Penanggulangan KLB dikenal dengan nama Sistem Kewaspadaan Dini (SKD-
KLB), yang dapat diartikan sebagai suatu upaya pencegahan dan penanggulangan
KLB secara dini dengan melakukan kegiatan untuk mengantisipasi KLB. Kegiatan
yang dilakukan berupa pengamatan yang sistematis dan terus-menerus yang
mendukung sikap tanggap/waspada yang cepat dan tepat terhadap adanya suatu
perubahan status kesehatan masyarakat.Kegiatan yang dilakukan adalah pengumpulan
data kasus baru dari penyakit-penyakit yang berpotensi terjadi KLB secara mingguan
sebagai upaya SKD-KLB. Data-data yang telah terkumpul dilakukan pengolahan dan
analisis data untuk penyusunan rumusan kegiatan perbaikan oleh tim epidemiologi
(Dinkes Kota Surabaya, 2002).Upaya penanggulangan KLB yaitu :
1. Penyelidikan epidemilogis.
2. Pemeriksaan, pengobatan, perawatan, dan isolasi penderita termasuk tindakan
karantina.
3. Pencegahan dan pengendalian.
4. Pemusnahan penyebab penyakit.
5. Penanganan jenazah akibat wabah.
6. Penyuluhan kepada masyarakat.
7. Upaya penanggulangan lainnya.
Indikator keberhasilan penanggulangan KLB
1. Menurunnya frekuensi KLB.
2. Menurunnya jumlah kasus pada setiap KLB.
3. Menurunnya jumlah kematian pada setiap KLB.
4. Memendeknya periode KLB.
5. Menyempitnya penyebarluasan wilayah KLB.

G. Penyidikan KLB
Penyidikan KLB (Kejadian Luar Biasa) meliputi :
1. Dilaksanakan pada saat pertama kali mendapatkan informasi adanya KLB atau
dugaan KLB.
2. Penyelidikan perkembangan KLB atau penyelidikan KLB lanjutan.
3. Penyelidikan KLB untuk mendapatkan data epidemiologi KLB atau penelitian
lainnya yang dilaksanakan sesudah KLB berakhir.
Tujuan umum Penyidikan KLB yaitu mencegah meluasnya kejadian
(penanggulangan) dan mencegah terulangnya KLB dimasa yang akan datang
(pengendalian). Sedangkan tujuan khusus Penyidikan KLB yaitu diagnosis kasus
yang terjadi dan mengidentifikasi penyebab penyakit, memastikan bahwa keadaan
tersebut merupakan KLB, mengidentifikasi sumber dan cara penularan,
mengidentifikasi keadaan yang menyebabkan KLB, dan mengidentifikasi populasi
yang rentan atau daerah yang beresiko akan terjadi KLB.
Langkah-langkah Penyidikan KLB :
1. Persiapan penelitian lapangan.
2. Menetapkan apakah kejadian tersebut suatu KLB.
3. Memastikan diagnosis Etiologis.
4. Mengidentifikasi dan menghitung kasus atau paparan.
5. Mendeskripsikan kasus berdasarkan orang, waktu, dan tempat.
6. Membuat cara penanggulangan sementara dengan segera (jika diperlukan).
7. Mengidentifikasi sumber dan cara penyebaran.
8. Mengidentifikasi keadaan penyebab KLB.
9. Merencanakan penelitian lain yang sistematis.
10. Menetapkan saran cara pencegahan atau penanggulangan.
11. Menetapkan sistem penemuan kasus baru atau kasus dengan komplikan.
12. Melaporkan hasil penyidikan kepada instansi kesehatan setempat dan kepala
sistim pelayanan kesehatan yang lebih tinggi.

H. Penetapan KLB
Penetapan KLB dilakukan dengan membandingkan insidensi penyakit yang
tengah berjalan dengan insidensi penyakit dalam keadaan biasa (endemik), pada
populasi yang dianggap berisiko, pada tempat dan waktu tertentu.Dalam
membandingkan insidensi penyakit berdasarkan waktu harus diingat bahwa beberapa
penyakit dalam keadaan biasa (endemis) dapat bervariasi menurut waktu (pola
temporal penyakit).
Khusus untuk penyakit-penyakit Kholera, Cacar, Pes, DHF/DSS.Setiap
peningkatan jumlah penderita-penderita penyakit tersebut dia dua di suatu daerah
endemis. Serta terdapatnya satu atau lebih penderita atau kematian karena suatu
penyakit, pada suatu kecamatan yang telah bebas dari penyakit-penyakit, paling
sedikit bebas selama 4 minggu berturut-turut.

I. Laporan Kewaspadaan
Laporan kewaspadaan adalah laporan adanya penderita atau tersangka
penderita. Isi laporan kewaspadaan meliputi nama penderita atau yang meninggal,
golongan umur, tempat atau alamat kejadian, waktu kejadian, dan jumlah yang sakit
atau meninggal. Laporan kewaspadaan disampaikan oleh :
1. Orang tua penderita atau tersangka penderita, orang dewasa yang tinggal serumah
dengan penderita, orang dewasa yang tinggal serumah dengan penderita atau
tersangka penderita, kepala keluarga, ketua rukun tetangga, ketua rukun warga
atau rukun kampung atau kepala dukuh.
2. Dokter atau petugas kesehatan yang memeriksa penderita, dokter hewan yang
memeriksa hewan tersangka.
3. Kepala stasiun Kereta Api, kepala asrama, kepala sekolah, dan pimpinan
perusahaan.
4. Nahkoda kendaraan air atau udara..

J. Tim penanggulangan KLB


Tim penanggulangan KLB meliputi :
1. Terdiri dari multi disiplin atau multi lintas sektor, bekerjasama dalam
penanggulangan KLB.
2. Salah satu anggota tim kesehatan adalah perawat (sebagai anggota masyarakat
maupun sebagai petugas disarana kesehatan).
3. Perawat dapat terlibat langsung di Puskesmas atau Rumah sakit.

K. Prosedur Penanggulangan KLB/Wabah.


1. Masa pra KLB
Informasi kemungkinan akan terjadinya KLB / wabah adalah dengan
melaksanakan Sistem Kewaspadaan Dini secara cermat, selain itu melakukakukan
langkah-langkh lainnya :
a. Meningkatkan kewaspadaan dini di puskesmas baik SKD, tenaga dan logistic
b. Membentuk dan melatih TIM Gerak Cepat puskesmas.
c. Mengintensifkan penyuluhan kesehatan pada masyarakat
d. Memperbaiki kerja laboratorium
e. Meningkatkan kerjasama dengan instansi lain
Tim Gerak Cepat (TGC) : Sekelompok tenaga kesehatan yang bertugas
menyelesaikan pengamatan dan penanggulangan wabah di lapangan sesuai dengan
data penderita puskesmas atau data penyelidikan epideomologis.

2. Pengendalian KLB
Tindakan pengendalian KLB meliputi pencegahan terjadinya KLB pada
populasi, tempat dan waktu yang berisiko (Bres, 1986). Dengan demikian untuk
pengendalian KLB selain diketahuinya etiologi, sumber dan cara penularan
penyakit masih diperlukan informasi lain. Informasi tersebut meliputi :
a. Keadaan penyebab KLB
b. Kecenderungan jangka panjang penyakit
c. Daerah yang berisiko untuk terjadi KLB (tempat)
d. Populasi yang berisiko (orang, keadaan imunitas)
3. Penyusunan laporan KLB
Hasil penyelidikan epidemiologi hendaknya dilaporkan kepada pihak yang
berwenang baik secara lisan maupun secara tertulis.Laporan secara lisan kepada
instansi kesehatan setempat berguna agar tindakan penanggulangan dan
pengendalian KLB yang disarankan dapat dilaksanakan.Laporan tertulis
diperlukan diperlukan agar pengalaman dan hasil penyelidikan epidemiologi
dapat dipergunakan untuk merancang dan mereapkan teknik-teknik sistim
surveilans yang lebih baik atau dipergunakan untuk memperbaiki program
kesehatan serta dapat dipergunakan untuk penanggulangan atau pengendalian
KLB.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah salah satu status yang diterapkan di Indonesia
untuk mengklasifikasikan peristiwa merebaknya suatu wabah penyakit.
2. Penanggulangan KLB adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk menangani
penderita, mencegah perluasan KLB, mencegah timbulnya penderita atau
kematian baru pada suatu KLB yang sedang terjadi.
3. Penanggulangan KLB dikenal dengan nama Sistem Kewaspadaan Dini (SKD-
KLB), yang dapat diartikan sebagai suatu upaya pencegahan dan penanggulangan
KLB secara dini dengan melakukan kegiatan untuk mengantisipasi KLB.
4. Tujuan umum Penyidikan KLB yaitu mencegah meluasnya kejadian
(penanggulangan) dan mencegah terulangnya KLB dimasa yang akan datang
(pengendalian).
5. Tujuan khusus Penyidikan KLB yaitu diagnosis kasus yang terjadi dan
mengidentifikasi penyebab penyakit, memastikan bahwa keadaan tersebut
merupakan KLB, dll.

Anda mungkin juga menyukai