Anda di halaman 1dari 10

BAB I

KONSEP DASAR MEDIK

A. Pengertian

Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.

Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang dan jaringan lunak disekitar

tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap.

(Price and Wilson, 2006).

Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.

Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan jaringan lunak

disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak

lengkap. Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah, sedangkan pada fraktur

tidak lengkap tidak melibatkan seluruh ketebalan tulang (M.Clevo Rendy dan

Margareth TH,2012).

Fraktur klavikula adalah putusnya hubungan tulang klavikula yang disebabkan

oleh trauma langsung dan tidak langsung pada posisi lengan terputar/ tertarik keluar

(outtretched hand), dimana trauma dilanjutkan dari pergelangan tangan sampai

klavikula, trauma ini dapat menyebabkan fraktur klavikula (Helmi, 2012, h. 146). Dari

beberapa pengertian di atas dapat penulis simpulkan bahwa pengertian dari fraktur

klavikula adalah terputusnya kontinuitas tulang yang disebabkan oleh trauma atau

rudapaksa langsung dan tidak langsung pada posisi lengan terputar atau tertarik keluar

(outtretched hand), dimana trauma dilanjutkan dari pergelangan tangan sampai

klavikula.
B. Klasifikasi fraktur klavicula

Menurut Suratun, et al (2008, h. 152) fraktur dapat dilasifikasikan sebagai berikut :

1. Fraktur komplet: patah pada seluruh garis tulang dan biasanya mengalami

pergeseran

2. Fraktur tidak komplet: patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah tulang

3. Fraktur tertutup (fraktur simple): patah tulang yang tidak menyebabkan robeknya

kulit

4. Fraktur terbuka (fraktur komplikasi/kompleks): patah yang menembus kulit dan

tulang berhubungan dengan dunia luar

5. Fraktur kominitif: fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen

6. Fraktur green stick: fraktur yang salah satu sisi tulang patah sedang satu sisi lainya

membengkok

7. Fraktur kompresi: fraktur dengan tulang mengalami kompresi

8. Fraktur depresi: fraktur yang fragmen tulangnya terdorong kedalam

C. Proses Terjadinya Masalah

1. Presipitasi dan Predisposisi

Menurut Anitasari S, 2014 etiologi fraktur adalah sebagai berikut :

a. Faktor Presipitasi

1) Pukulan langsung,

2) Gaya meremuk,

3) Gerakan puntir mendadak,

4) Kontraksi otot ekstrem.

b. Faktor Predisposisi
1) Umum, misal usia (osteoporosis, osteogenesis, imperfekta,

osteitisdeformans)

2) Metabolik (defisiensi vitamin C, vitamin D, hiperparatiroidisme,

osteomalasia)

3) Inflamasi (osteomielis, arthritis rheumatoid)

4) Iskemik (nekrosis vaskuler)

5) Neoplastik (tumor primer pada tulang, karsinoma metastasik)

6) Neuromuskuler (cedera medulla spinalis, miopati)

2. Patofisiologi

Patofisiologi fraktur clavicula menurut Helmi (2012) adalah tulang

pertama yang mengalami proses pergerasan selama perkembangan embrio pada

minggu ke lima dan enam. Tulang clavicula, tulang humerus bagian proksimal

dan tulang scapula bersama-sama membentuk bahu. Tulang clavicula ini

membantu mengangkat bahu ke atas, keluar, dan kebelakang thorax. Pada

bagian proximal tulang clavicula bergabung dengan sternum disebut sebagai

sambungan sternoclavicular (SC). Pada bagian distal clavicula (AC), patah

tulang pada umumnya mudah untuk dikenali dikarenakan tulang clavicula

adalah tulang yang terletak dibawah kulit (subcutaneus) dan tempatnya relatif

didepan. Karena posisinya yang terletak dibawah kulit maka tulang ini sangat

rawan sekali untuk patah. Patah tulang clavicula terjadi akibat tekanan yang

kuat atau hantaman yang keras ke bahu. Energi tinggi yang menekan bahu

ataupun pukulan langsung pada tulang akan menyebabkan fraktur.

3. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinik fraktur klavikula menurut Helmi (2012, h. 147) adalah

keluhan nyeri pada bahu depan, adanya riwayat trauma pada bahu atau jatuh
dengan posisi tangan yang tidak optimal, dan penderita mengeluh kesulitan

dalam menggerakkan bahu. Berikut adalah temuan pada pemeriksaan fisik

lokalis yang biasa muncul :

a. Look yaitu pada fase awal cidera klien terlihat mengendong lengan pada

dada untuk mencegah pergerakan. Suatu benjolan besar atau deformitas

pada bahu depan terlihat dibawah kulit dan kadang-kadang fragmen yang

tajam mengancam kulit.

b. Feel didapatkan adanya nyeri tekan pada bahu depan.

c. Move karena ketidakmampuan mengangkat bahu ke atas, keluar, dan

kebelakang thoraks.

4. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan penunjang menurut De Jong (2010) yaitu

a. Laboratorium Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui,

Hemoglobin, hematokrit sering rendah akibat perdarahan, Laju endap darah

(LED) meningkat

b. Radiologi X Ray dapat dilihat gambaran fraktur, deformitas dan

metalikment.

c. Venogram (anterogram) mengambarkan arus vaskularisasi

d. CT Scan untuk mendeteksi struktur fraktur yang kompleks

e. Rontgen yaitu untuk menentukan lokasi, luas dan jenis fraktur

f. Scan tulang atau MRI yaitu memperlihatkan fraktur dan menidentifikasi

kerusakan jaringan lunak

5. Komplikasi

Komplikasi pada fraktur clavicula menurut De Jong (2010) dapat berupa

a. Komplikasi awal
1) Sindrom kompartemen

2) Kerusakan arteri

3) Fat Embolism Syndrome

4) Infeksi

5) Syok

b. Komplikasi lanjut ( De Jong, 2010)

1) Non union

2) Mal Union

6. Penatalaksanaan Medis

D. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan yang muncul adalah sebagai berikut (NANDA, 2015-2017) :

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera (biologis ; spasme otot, zat kimia : fisik

: gerakan fragmen tulang, cedera pada jaringan lunak, alat traksi/imobilisasi :

psikologis : stress, ansietas.

2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan intoleransi aktivitas, kerusakan

integritas struktur tulang, penurunan massa otot, gangguan muskuloskeletal,

gangguan neuromuskular, nyeri, agens obat, penurunan kekuatan otot,

ketidaknyamanan, difuse/kaku sendi, kurang dukungan lingkungan (misal : fisik atau

sosial).

3. Kerusakan integritas kulit/jaringan (actual/risiko tinggi) berhubungan dengan

prosedur pembedahan, iritan zat kimia, defisit cairan, kelebihan cairan, hambatan

mobilitas fisik, kurang pengetahuan, faktor mekanik (tekanan, robekan), faktor

nutrisi : (misal: kekurangan atau kelebihan), radiasi, suhu ekstrem.


4. Risiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan primer ; kerusakan

kulit, penurunan hemoglobin, trauma jaringan, terpajan pada lingkungan, prosedur

invasif, traksi tulang.

E. Intervensi Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera (biologis: spasme otot, zat kimia: fisik

: gerakan fragmen tulang, cedera pada jaringan lunak, alat traksi/imobilisasi:

psikologis: stres, ansietas.

Tujuan : nyeri berkurang

Kriteria hasil :

a) Pasien dapat mengontrol nyeri

b) Pasien mampu menerapkan teknik non farmakologi

c) Pasien tampak rileks dan tidak meringis kesakitan

Intervensi Rasional
1. Monitor nyeri (skala, frekuensi, dan 1. Membantu mengobservasi tingkat
intensitas) nyeri yang dirasakan oleh pasien dan
menentukan intervensi selanjutnya
2. Ajarkan pasien nafas dalam dan 2. Memfokuskan kembali perhatian,
distraksi meningkatkan rasa control, dan dapat
meningkatkan kemampuan koping
dalam manajemen nyeri, yang
mungkin menetap untuk periode lebih
lama
3. Berikan posisi yang nyaman (semi 3. Mengetahui respon tubuh terhadap
fowler) nyeri
4. Kolaborasi pemberian obat analgetik 4. Analgetik merupakan cara
farmakologi yang bertujuan untuk
mengurangi nyeri

2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan intoleransi aktivitas, kerusakan

integritas struktur tulang, penurunan massa otot, gangguan muskuloskeletal,

gangguan neuromuskular, nyeri, agens obat, penurunan kekuatan otot,


ketidaknyamanan, difuse/kaku sendi, kurang dukungan lingkungan (misal : fisik

atau sosial).

Tujuan : pasien dapat meningkatkan mobilitas di tempat tidur

Kriteria hasil :

a. Aktifitas mandiri pasien dapat meningkat

b. Mengungkapkan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan

berpindah

c. Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas

d. Pasien mampu meakukan aktivitas secara mandiri

Intervensi Rasional
1. Monitor tentang kemampuan 1. Pasien mungkin dibatasi oleh
mobilitas pada kekuatan otot pasien pandangan diri atau persepsi diri
2. Damping dan bantu pasien saat tentang keterbatasan fisik actual
mobilisasi dan bantu penuhi 2. Pendampingan pasien saat sedang
kebutuhan ADL mobilisasi ataupun saat sedang
melakukan ADL dapat
3. Ajarkan pasien tentang ambulasi memperkecilresiko jatuh
sesuai dengan kemampuannya 3. Meningkatkan aliran dara ke otak dan
tulang untuk meninatkan tonus
otot,mempertahankan rakan sendi dan
mencegah kontraktur
4. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain 4. Bekerjasama dengan tenaga kesehatan
untukmentukan gerakan apa saja lain yang ahli dibidangnya dapat
yang aman untuk dilakan membantu pasien menemukan latihan
gerak yang sederhana

3. Risiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan primer ;

kerusakan kulit, penurunan hemoglobin, trauma jaringan, terpajan pada

lingkungan, prosedur invasif, traksi tulang.

Tujuan : tidak ada tanda infeksi

Kriteria hasil:

a. Tanda-tanda vital dalam batas normal

b. Pasien terbebas dari tanda infeksi (kalor,dolor,rubor,tumor,fungsiolesa)


c. Jumlah leukosit dalam batas normal 4.000-11.000 Ul)

d. Jumlah hemoglobin dalam batas normal (14-18g/dl)

Intervensi Rasional
1. Monitor tanda-tanda vital 1. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital
terutama suhu dapat mengetahui
muculnya infeksi
2. Monitor tanda dan gejala infeksi 2. Tanda dan gejala terjadya infeksi
yang diketahui secara dini dapat
mencegah terjadinya keparahan
3. Lakukan perawatan luka dengan 3. Mencegah kontainasisilag dan
prinsip steril kemungkinan infeksi
4. Ajarkan pasien dan keluarga cara 4. Mencegah timbulnya infeksi yang
mencuci tangan ditulakan melalui kontak langsung

5. Kerusakan integritas kulit/jaringan (actual/risiko tinggi) berhubungan dengan

prosedur pembedahan, iritan zat kimia, defisit cairan, kelebihan cairan,

hambatan mobilitas fisik, kurang pengetahuan, faktor mekanik (tekanan,

robekan), faktor nutrisi : (misal: kekurangan atau kelebihan), radiasi, suhu

ekstrem.

Tujuan : kerusakan ntegritas kulit dapat teratasi

Kriteria hasil :

a. Perfusi jaringan baik

b. Pertumbuhan jaringan meningkakeadaan luka membaik

c. Luka menutup dengan baik

Intervensi Rasional
1. Kaji kerusakan jaringan lunak 1. Menjadi data dasar untuk
yang terjai pada luka pasien memberikan informasi intervensi
2. Lakukan perawata luka dengan perawatan luka alat apa yang akan
teknik steril dipakai, dan jenis larutan apa yang
3. Anjurkan pasien untuk jaga akan digunakan
kebsihan kulit agar tetap bersih 2. Mengurangu timbulnya infeksi yang
4. Kella enggunaan NaCl dengan dapatmemperparah kerusakan kulit
membersihkan dri dalam keluar luka
3. Mengurangi kontaminasi kuman
langsung pad area luka
4. Menjaga agar luka tetap bersih dan
terhindardari infeksi
DAFTAR PUSTAKA

De Jong, 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah, Alih Bahasa : TIM Penerbit Ilmu Kedokteran, editor :

Sjamsuhidajat, R, Edisi 2, EGC : Jakarta

Helmi, Z.N, 2012. Buku Ajar Gangguan Muskuloskletal, Penerbit Salemba Medika

Rendy, M Clevo dan Margareth TH. 2012.Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Penyakit

Dalam.Yogyakarta : Nuha Medika

Nurarif, Amin Huda., Kusuma Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan

Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC. Medication Publishing Jogjakarta:

Yogyakarta.

Price, Sylvia Anderson, Wilson, Lorraine Mc Carty. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-

Proses Penyakit, ed 6 Volume 1&2. EGC: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai