Anda di halaman 1dari 5

FIMOSIS

Definisi
Fimosis adalah suatu kelainan dimana prepusium penis yang tidak dapat di retraksi (ditarik) ke proksimal
sampai ke korona glandis. Fimosis dialami oleh sebagian besar bayi baru lahir karena terdapat adhesi alamiah antara
prepusium dengan glans penis.1,4

Etiologi
Fimosis dapat timbul kemudian setelah lahir. Hal ini berkaitan dengan tingkat higienitas alat kelamin yang
buruk, peradangan kronik glans penis dan kulit preputium (balanoposthitis kronik) 3, atau penarikan berlebihan kulit
preputium (forceful retraction)8. Pada fimosis kongenital umumya terjadi akibat terbentuknya jaringan parut di
prepusium yang biasanya muncul karena sebelumnya terdapat balanopostitis. Apapun penyebabnya, sebagian besar
fimosis disertai tanda-tanda peradangan penis distal.3
Sedangkan fimosis pada bayi laki-laki yang baru lahir biasanya terjadi karena ruang di antara kutup dan
penis tidak berkembang dengan baik. Kondisi ini menyebabkan prepusium menjadi melekat pada glans penis,
sehingga sulit ditarik ke arah proximal. Apabila stenosis atau retraksi tersebut ditarik dengan paksa melewati glans
penis, sirkulasi glans dapat terganggu hingga menyebabkan kongesti, pembengkakan, dan nyeri distal penis atau
biasa disebut parafimosis3.

Epidemiologi
Berdasarkan data epidemiologi, fimosis banyak terjadi pada bayi atau anak-anak hingga mencapai usia 3
atau 4 tahun. Sedangkan sekitar 1-5% kasus terjadi sampai pada usia 16 tahun.8
Patogenesis
Normalnya hingga usia 3-4 tahun penis tumbuh dan berkembang, dan debris yang dihasilkan oleh epitel
prepusium (smegma) mengumpul didalam prepusium dan perlahan-lahan memisahkan prepusium dari glans penis.
Ereksi penis yang terjadi secara berkala membuat prepusium menjadi retraktil dan dapat ditarik ke proksimal. Pada
saat usia 3 tahun, 90% prepusium sudah dapat di retraksi.1
Pada kasus fimosis lubang yang terdapat di prepusium sempit sehingga tidak bisa ditarik mundur dan glans
penis sama sekali tidak bisa dilihat. Kadang hanya tersisa lubang yang sangat kecil di ujung prepusium. Pada kondisi
ini, akan terjadi fenomena balloning dimana prepusium mengembang saat berkemih karena desakan pancaran
urine yang tidak diimbangi besarnya lubang di ujung prepusium. Bila fimosis menghambat kelancaran berkemih,
seperti pada balloning maka sisa-sisa urin mudah terjebak di dalam prepusium. Adanya kandungan glukosa pada
urine menjadi pusat bagi pertumbuhan bakteri. Karena itu, komplikasi yang paling sering dialami akibat fimosis
adalah infeksi saluran kemih (ISK). ISK paling sering menjadi indikasi sirkumsisi pada kasus fimosis7.
Fimosis juga terjadi jika tingkat higienitas rendah pada waktu BAK yang akan mengakibatkan terjadinya
penumpukan kotoran-kotoran pada glans penis sehingga memungkinkan terjadinya infeksi pada daerah glans penis
dan prepusium (balanitis) yang meninggalkan jaringan parut sehingga prepusium tidak dapat ditarik kebelakang 7.
Pada lapisan dalam prepusium terdapat kelenjar sebacea yang memproduksi smegma. Cairan ini berguna
untuk melumasi permukaan prepusium. Letak kelenjar ini di dekat pertemuan prepusium dan glans penis yang
membentuk semacam lembah di bawah korona glans penis (bagian kepala penis yang berdiameter paling lebar).
Di tempat ini terkumpul keringat, debris/kotoran, sel mati dan bakteri. Bila tidak terjadi fimosis, kotoran ini mudah
dibersihkan. Namun pada kondisi fimosis, pembersihan tersebut sulit dilakukan karena prepusium tidak bisa ditarik
penuh ke belakang. Bila yang terjadi adalah perlekatan prepusium dengan glans penis, debris dan sel mati yang
terkumpul tersebut tidak bisa dibersihkan.7
Ada pula kondisi lain akibat infeksi yaitu balanopostitis. Pada infeksi ini terjadi peradangan pada
permukaan preputium dan glans penis. Terjadi pembengkakan kemerahan dan produksi pus di antara glans penis dan
prepusium. Meski jarang, infeksi ini bisa terjadi pada diabetes. 3
Manifestasi Klinis
Fimosis menyebabkan gangguan aliran urin berupa sulit kencing, pancaran urine mengecil,
menggelumbungnya ujung prepusium penis pada saat miksi, dan menimbulkan retensi urine. Higiene lokal yang
kurang bersih menyebabkan terjadinya infeksi pada prepusium (postitis), infeksi pada glans penis (balanitis) atau
infeksi pada glans dan prepusium penis (balanopositis).1,3
Kadangkala pasien dibawa berobat oleh orang tuanya karena ada benjolan lunak di ujung penis yang tak
lain adalah korpus smegma yaitu timbunan smegma di dalam sakus prepusium penis. Smegma terjadi dari sel-sel
mukosa prepusium dan glans penis yang mengalami deskuamasi oleh bakteri yang ada di dalamnya 1.
Tata Laksana
Tidak dianjurkan melakukan dilatasi atau retraksi yang dipaksakan pada penderita fimosis, karena akan
menimbulkan luka dan terbentuk sikatriks pada ujung prepusium sebagai fimosis sekunder. Fimosis yang disertai
balanitis xerotika obliterans dapat dicoba diberikan salep deksametasone 0,1% yang dioleskan 3 atau 4 kali.
Diharapkan setelah pemberian selama 6 minggu, prepusium dapat retraksi spontan. 1
Bila fimosis tidak menimbulkan ketidaknyamanan dapat diberikan penatalaksanaan non-operatif, misalnya
seperti pemberian krim steroid topikal yaitu betamethasone selama 4-6 minggu pada daerah glans penis. 7
Pada fimosis yang menimbulkan keluhan miksi, menggelembungnya ujung prepusium pada saat miksi, atau
fimosis yang disertai dengan infeksi postitis merupakan indikasi untuk dilakukan sirkumsisi. Tentunya pada
balanitis atau postitis harus diberi antibiotika dahulu sebelum dilakukan sirkumsisi. 1
Fimosis yang harus ditangani dengan melakukan sirkumsisi bila terdapat obstruksi dan balanopostitis. Bila
ada balanopostitis, sebaiknya dilakukan sayatan dorsal terlebih dahulu yang disusul dengan sirkumsisi sempurna
setelah radang mereda.
Secara singkat teknik operasi sirkumsisi dapat dijelaskan sebagai berikut :
Setelah penderita diberi narkose, penderita di letakkan dalam posisi supine. Desinfeksi lapangan
pembedahan dengan antiseptik kemudian dipersempit dengan linen steril. Preputium di bersihkan dengan cairan
antiseptik pada sekitar glans penis. Preputium di klem pada 3 tempat. Prepusium di gunting pada sisi dorsal penis
sampai batas corona glandis. Dibuat teugel pada ujung insisi. Teugel yang sama dikerjakan pada frenulum penis.
Preputium kemudian di potong melingkar sejajar dengan korona glandis. Kemudian kulit dan mukosa dijahit dengan
plain cut gut 4.0 atraumatik interupted. 5
Hati- hati komplikasi operasi pada sirkumsisi yaitu perdarahan. Pasca bedah penderita dapat langsung
rawat jalan, diobservasi kemungkinan komplikasi yang membahayakan jiwa penderita seperti perdarahan.Pemberian
antibiotik dan analgetik. 5
Komplikasi8
Ada beberapa komplikasi yang dapat timbul akibat fimosis, yaitu :
Ketidaknyamanan/nyeri saat berkemih
Akumulasi sekret dan smegma di bawah preputium yang kemudian terkena infeksi sekunder dan akhirnya
terbentuk jaringan parut.
Pada kasus yang berat dapat menimbulkan retensi urin.
Penarikan prepusium secara paksa dapat berakibat kontriksi dengan rasa nyeri dan pembengkakan glans penis
yang disebut parafimosis.
Pembengkakan/radang pada ujung kemaluan yang disebut ballonitis.
Timbul infeksi pada saluran air seni (ureter) kiri dan kanan, kemudian menimbulkan kerusakan pada ginjal.
Fimosis merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kanker penis.

FIMOSIS

Patofisiologi :
Fimosis dialami oleh sebagian besar bayi baru lahir karena terdapat adesi alamiah antara prepusium dengan glans
penis. Hingga usia 3-4 tahun penis tumbuh dan berkembang dan debris yang dihasilkan oleh epitel prepusium
(smegma) mengumpul didalam prepusium dan perlahan-lahan memisahkan prepusium dari glans penis. Ereksi penis
yang terjadi secara berkala membuat prepusium terdilatasi perlahan-lahan sehingga prepusium menjadi retraktil dan
dapat ditarik ke proksimal. Pada usia 3 tahun, 90 % prepusium sudah dapat diretraksi.
Tapi pada sebagian anak, prepusium tetap lengket pada glans penis, sehingga ujung preputium mengalami
penyempitan dan akhirnya dapat mengganggu fungsi miksi / berkemih.
Smegma terjadi dari sel-sel mukosa prepusium dan glans penis yang mengalami deskuamasi oleh bakteri yang ada
didalamnya.
Kenapa ujung penis melembung ?
Ujung penis melembung dapat dikarenakan adanya penyempitan pada ujung preputium karena terjadi perlengketan
dengan glans penis (tidak dapat ditarik ke proksimal) sehingga pada saat miksi terjadi gangguan aliran urin dimana
urin mengumpul di ruang antara preputium dan glans penis (tampak menggelembung).
Gambaran klinis :
Gangguan aliran urin seperti sulit kencing, pancaran urin mengecil, menggelembungnya ujung prepusium penis
pada saat miksi dan menimbulkan retensi urin.
Higiene lokal yang kurang bersih menyebabkan terjadinya infeksi pada prepusium (postitis), infeksi pada glans
penis (balanitis) atau infeksi pada glans penis dan prepusium penis
(balanopostitis).
Kadang ada benjolan lunak di ujung penis karena adanya korpus smegma (timbunan smegma didalam sakus
prepusium penis)

Penatalaksanaan :
Tidak dianjurkan melakukan retraksi yang dipaksakan, karena dapat menimbulkan luka dan terbentuk sikatriks
pada ujung prepusium sehingga akan terbentuk fimosis sekunder
Fimosis disertai balanitis xerotica obliterans dapat diberikan salep dexamethasone 0,1% yang dioleskan 3/4 kali,
dan diharapkan setelah 6 minggu pemberian prepusium dapat diretraksi spontan.
Fimosis dengan keluhan miksi, menggelembungnya ujung prepusium pada saat miksi atau infeksi postitis
merupakan indikasi untuk dilakukan sirkumsisi, dimana pada fimosis disertai balanitis / postitis harus diberikan
antibiotika terlebih dahulu.

PARAFIMOSIS
Definisi :
Prepusium penis yang diretraksi sampai sulkus koronarius tidak dapat dikembalikan pada keadaan semula dan
timbul jeratan pada penis dibelakang sulkus koronarius.
Menarik prepusium ke proksimal biasanya dilakukan pada saat senggama / masturbasi / sehabis pemasangan kateter.
Jika prepusium tidak secepatnya dikembalikan ke tempat semula dapat menyebabkan gangguan aliran balik vena
superfisial sedangkan aliran arteri tetap berjalan normal, sehingga dapat menyebabkan edema glans penis dan
dirasakan nyeri, dan apabila dibiarkan terus maka penis disebelah distal jeratan makin membengkak yang akhirnya
bisa mengalami nekrosis glans penis.
Tindakan :
Tindakan awal yaitu prepusium diusahakan untuk dikembalikan secara manual dengan teknik memijat glans penis
selama 3-5 menit dan diharapkan edema berkurang dan secara perlahan-lahan prepusium dikembalikan pada
tempatnya.
Tidakan lanjut (jika tidak berhasil) maka dilakukan dorsum insisi pada jeratan sehingga prepusium dapat
dikembalikan pada tempatnya.
Setelah edema dan proses inflamasi menghilang, pasien dianjurkan untuk menjalani sirkumsisi.

SIRKUMSISI
Indikasi :
Fimosis / parafimosis
Balanitis rekuren
Kondiloma akuminata
Karsinoma akuamosa pada prepusium
Kontraindikasi :
Hipospadia
Epispadia
Korde
Megalouretra
Webbed penis (didapatkan jaringan diantara penis dan rafe skrotum)
Kontraindikasi relatif seperti kelainan pembekuan darah (bleeding diarthesis)
Prinsip dasar :
Asepsis
Pengangkatan kulit prepusium secara adekuat
Hemostasis yang baik
Kosmetik
pada neonatus (< 1 bulan) dilakukan tanpa anestesi, sedangkan anak yang lebih besar harus dengan anestesi umum
untuk menghindari trauma psikologis.
Tehnik dasar :
Persiapan :
Alat-alat yang dipergunakan :
Kain kasa steril
Cairan desinfektan (povidon iodine)
Duk lubang steril
Spuit steril 5 cc dengan jarum nomor 24
Obat anestesi lokal seperti lidokain, prokain, lidokain cum adrenalin
Satu set peralatan bedah minor yaitu nald voeder, klem arteri lurus 2 / 3 buah, klem arteri bengkok 2 / 3 buah,
pinset chirurgis, bak instrumen, jarum segitiga dan benang jahit catgut nomor 3.0, klem chirurgis 1 buah, bisturi dan
skapel.
Cara :
Desinfeksi lapangan operasi dengan povidon iodine
Daerah operasi ditutup dengan duk lubang steril
Pada anak yang lebih besar / dewasa, pembiusan dilakukan memakai anestesi lokal dengan menyuntikkan obat
anestesi pada basis penis (pada garis tengah dorsum penis). Obat anestesi disuntikkan secara infiltrasi dibawah kulit
dan melingkari basis penis, kemudian ditunggu beberapa saat dan diyakinkan bahwa batang penis sudah terbius.
Jika terdapat fimosis, dilakukan dilatasi dulu dengan klem sehingga prepusium dapat ditarik ke proximal,
kemudian prepusium dibebaskan dari perlekatannya dengan glans penis dan dibersihkan dari smegma / kotoran lain.

Setelah kulit prepusium terlepas, dilakukan hemostasis untuk merawat perdarahan. Perhatian utama ditujukan
pada arteri yang terdapat di frenulum penis.

Kemudian jika sudah tidak ada perdarahan dapat dilakukan penjahitan, kulit proximal dan distal didekatkan
dengan penjahitan dengan memakai benang yang cepat diserap (plain catgut)
Memotong prepusium penis dengan berbagai macam teknik, antara lain :
- Teknik diseksi prepusium / sleeve
Prepusium diretraksi ke proximal kemudian dibuat 2 buah insisi yang masing-masing melingkar dan saling sejajar
pada kulit prepusium. Insisi pertama berada 1 cm dari sulkus koronarius dan yang kedua berada beberapa cm
disebelah proximal dari insisi pertama. Kedua insisi dihubungkan dengan insisi longitudinal dan selanjutnya kulit
prepusium dipisahkan dari jaringan subkutan hingga terlepas.
- Teknik guilotin
Prepusium ditegangkan pada sebelah ventral dan dorsal dengan klem kecil, kemudian dilakukan penjepitan kulit
prepusium memakai klem yang lebih besar dengan batas proximal klem berada disebelah distal dari glans penis.
Kemudian dilakukan pemotongan kulit prepusium memakai pisau hingga kulit terlepas.
- Teknik Dorsal slit
Kulit prepusium disebelah kiri dan kanan ditegangkan ke lateral dengan klem kecil, kemudian prepusium disebelah
dorsal dipotong memakai gunting pada garis midline, dari ujung distal ke arah proximal sampai sulkus koronarius.
Selanjutnya dilakukan pemotongan secara melingkar hingga kulit prepusium terlepas.
- Dengan mempergunakan alat Plastibel / Gomco.
Manfaat sirkumsisi :
Menjalankan ibadah agama / ritual
Menjaga higiene penis dari smegma dan sisa-sisa urine
Mencegah terjadinya infeksi pada glans / prepusium penis
Mencegah timbulnya karsinoma penis.
Komplikasi :
Perdarahan (0,1-35 %)
Infeksi (0,4 %)
Pengangkatan kulit penis tidak adekuat
Terjadinya amputasi glans penis
Timbul fistula uretrokutan
Nekrosis penis.

Anda mungkin juga menyukai