Anda di halaman 1dari 50

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku

sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) tidak terlepas dari fisika

yang sebagai penunjangnya. Misalnya Simulasi komputer untuk menyajikan

fenomena alam memegang peranan penting di dalam proses pembelajaran sains

terutama fisika. Apalagi jika dalam proses pembelajaran menggunakan media

komputer untuk membantu mencapai suatu pemahaman lebih dalam pada pokok

bahasan yang sedang disajikan. Fisika sebagai bagian dari sains mempunyai

peranan yang besar dalam perkembangan teknologi.

Guru merupakan salah satu elemen penting untuk mewujudkan pendidikan

yang berkualitas. Guru adalah faktor penentu tercapainya keberhasilan dalam

proses belajar mengajar. Oleh karena itu dibutuhkan guru yang tidak saja

menyalurkan pengetahuannya dengan hanya satu metode mononton saja tetapi

harus mampu melakukan pengajaran yang membuat siswa terlibat secara aktif.

Guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing yang berusaha menciptakan

proses kondisi belajar yang menyenangkan bagi siswa nya.

1
Menurutu Daryanto dan Raharjo (2012: 1) mengajar adalah membimbing

kegiatan belajar siswa hingga ia mau belajar. Dengan demikian aktifitas siswa

sangat dibutuhkan dalam belajar mengajar. Mengajar bukanlah tugas yang mudah

bagi seorang guru. Guru harus mampu menghadapi sekumpulan siswa yang

memiliki latar belakang dan karakter yang berbeda. Oleh karena itu guru

membutuhkan suatu proses pengajaran yang mampu menyatakun sekumpulan

karakter yang berbeda itu. Diharapkan setelah proses belajar siswa mengalami

perubahan didalam dirinya baik itu dari segi kognitif, afektif, dan

psikomotoriknya. Guru dalam kegiatan pembelajaran diharapkan mampu memilih

dan menggunakan media yang sesuai dengan materi. Selain itu, dalam

penggunaan media dipilih yang dapat mengaktifkan peserta didik selama kegiatan

pembelajaran. Misalnya media permainan, animasi, simulasi, dan tutorial. Media

animasi dapat mengambarkan materi-materi yang bersifat abstrak menjadi

real.Untuk dapat mencapai fungsi dan tujuan pembelajaran sains, maka dalam

pembelajaran membutukan sebuah metode pembelajaran yang sesuai, yakni

metode yang melibatkan peran aktif dari siswa, dalam memecahkan sebuah

masalah mampu belajar mandiri dan lain sebagainya. Salah satu metode yang

sesuai adalah metode Inkuiri.

Metode Pembelajaran Inkuiri (kegiatan menemukan) Metode Inkuiri

berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa, sehingga

dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri,

mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Siswa benar-benar

ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Peranan guru dalam pembelajaran

2
dengan metode inkuairi adalah sebagai pembimbing dan fasilitator. Tugas guru

adalah memilih masalah yang perlu disampaikan kepada kelas untuk dipecahkan.

Namun dimungkinkan juga bahwa masalah yang akan dipecahkan dipilih oleh

siswa. Tugas guru selanjutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa

dalam rangka memecahkan masalah. Bimbingan dan pengawasan guru masih

diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah

harus dikurangi. Kegiatan ini diawali dari pengamatan terhadap fenomena,

dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan bermakna untuk menghasilkan temuan yang

diperolah sendiri oleh siswa. Dengan demikian pengetahuan dan keterampilan

yang diperoleh siswa tidak dari hasil mengingat seperangkat fakta, tetapi hasil

menemukan sendiri dari fakta yang dihadapinya

Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa SMA Negeri 8 manado,

diakui siswa jarang terlibat dalam proses belajar sains. Siswa lebih banyak pada

materi secara teoritis khususnya pada mata pelajaran besaran dan satuan. Tidak

hanya siswa yang di wawancarai, wawancarai juga dilakukan dengan guru-guru

mata pelajaran Fisika khususnya di SMA Negeri 8 manado. Dari wawancara yang

dilakukan guru menyatakan terkadang masih mengalami kesulitan dalam proses

belajar sains karena masih jarang menggunakan media dalam pembelajaran

khususnya pada mata pelajaran besaran dan satuan. Sehingga hasil yang

didapatkan dari setiap ujian kopetensi dari setiap pembahasan materi tidak

mencapai KKM nilai yang dicapai kurang dari 50%. Adapun kendala-kendala

yang di alami: a). Banyak siswa yang kurang aktif dalam proses belajar mengajar

( hanya sekitar 35% - 40% yang terlibat aktif dalam kegiatan belajar mengajar).

3
b). Masih banyak siswa yang masih acuh tak acuh c). Banyaknya siswa yang

masih banyak yang belum memahami konsep fisika dan materi yang di ajarkan.

d) dan masih kurangnya alat-alat dalam laboratorium Fisika. sehingga Produk

teknologi dapat kita gunakan dalam multimedia pembelajaran adalah komputer

dan salah satunya animasi-simulasi untuk membantu proses belajar mengajar

siswa SMA. Berdasarkan uraian dan latarbelakan di atas, maka peneliti tertarik

untuk melaksanakan penelitian dengan judul Efektivitas Pembelajaran Metode

Inkuiri Menggunakan Animasi- Simulasi Terhadap Proses Dan Hasil Belajar

Siswa Kelas X SMA Negeri 8 Manado

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakan diatas dapat di identifikasih sebagai berikut :


1. Kurangnya keterlibatan siswa dalam proses sains
2. Banyaknya siswa yang masih acu tak acu
3. Kurangnya media pembelajaran
4. Kurangnya motivasi belajar
5. Banyak siswa yang kurang aktif dalam proses belajar mengajar
1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan masalah diatas maka penulis membatasi masalah pada

penelitian menguji Efektivitas Pembelajaran Metode Inkuiri Mengunakan

Animasi- Simulasi Terhadap Proses Dan Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA

Negeri 8 Manado Pada Pokok Bahasan Besaran Dan Satuan

1.4 Rumusan Masalah


Masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah metode inkuiri terbimbing menggunakan animasi simulasi lebih

efektif dari pada metode konvensional?

4
2. Apakah metode inkuiri terbimbing menggunakan animasi simulasi lebih

efektif dalam meningkatkan proses belajar siswa?


1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan yang dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui keefektifan metode inkuiri menggunakan animasi simulasi

dan metode konvensional


2. Mengetahui keefektifan metode inkuiri menggunakan animasi simulasi

dalam meningkatkan proses belajar siswa


1.6 Manfaat Penelitian
Bagi siswa
1. mendorong siswa lebih aktif belajar sendiri maupun kelompok
2. membuat siswa berpikir aktif
3. memberikan kesempatan pada siswa untuk memecahkan masalah

dalam proses pembelajaran


4. mendorong siswa untuk dapat mencari pengetahuan sendiri

Bagi guru

5. Memperoleh pengetahuan dalam mendesain bahan ajar

menggunakan inkuiri
6. menambah pengetahuan tentang proses belajar aktif
7. mampu mendesain dan menggunakan scientific approach dalam

pembelajaran fisika

Bagi peneliti

penerapan metode pembelajaran menggunakan inkuiri biasa dilaksanakan

dengan baik disekolah nantinya

5
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Belajar dan mengajar

Belajar adalah suatu aktivitas yang disengaja dilakukan oleh individu agar

terjadi perubahan kemampuan diri, dengan belajar anak yang tadinya tidak

mampu melakukan sesuatu, menjadi mampu melakukan sesuatu itu, atau anak

yang tadinya tidak terampil menjadi terampil (Siddiq, dkk. 2008:1-3).

Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:7) Belajar merupakan

tindakan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya

6
dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya proses belajar.

Sedangkan Hamalik (2001:44-53) mengemukakan, mengajar dapat diartikan

sebagai (1) menyampaikan pengetahuan kepada siswa, (2) mewariskan

kebudayaan kepada generasi muda, (3) usaha mengorganisasi lingkungan

sehingga menciptakan kondisi belajar bagi siswa, (4) memberikan bimbingan

belajar kepada murid, (5) kegiatan mempersiapkan siswa untuk menjadi warga

negara yang baik, (6) suatu proses membantu siswa menghadapi kehidupan

masyarakat sehari-hari. Tardif (dalam Adrian, 2004) mendefinisikan, mengajar

adalah any action performed by an individual (the teacher) with the intention of

facilitating learning in another individual (the learner), yang berarti mengajar

adalah perbuatan yang dilakukan seseorang (dalam hal ini pendidik) dengan

tujuan membantu atau memudahkan orang lain (dalam hal ini peserta didik)

melakukan kegiatan belajar.

Biggs (dalam Adrian, 2004) seorang pakar psikologi membagi konsep

mengajar menjadi tiga macam pengertian yaitu (1) Pengertian Kuantitatif.

Mengajar diartikan sebagai the transmission of knowledge, yakni penularan

pengetahuan. Dalam hal ini guru hanya perlu menguasai pengetahuan bidang

studinya dan menyampaikan kepada siswa dengan sebaik-baiknya. Masalah

berhasil atau tidaknya siswa bukan tanggung jawab pengajar. (2) Pengertian

institusional. Mengajar berarti the efficient orchestration of teaching skills, yakni

penataan segala kemampuan mengajar secara efisien. Dalam hal ini guru dituntut

untuk selalu siap mengadaptasikan berbagai teknik mengajar terhadap siswa yang

memiliki berbagai macam tipe belajar serta berbeda bakat, kemampuan dan

7
kebutuhannya. (3) Pengertian kualitatif. Mengajar diartikan sebagai the

facilitation of learning, yaitu upaya membantu memudahkan kegiatan belajar

siswa mencari makna dan pemahamannya sendiri. Burton (dalam Sagala,

2003:61) mengemukakan mengajar adalah upaya memberikan stimulus,

bimbingan pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar.

Berdasarkan definisi-definisi mengajar dari para pakar di atas dapat ditarik

kesimpulan bahwa mengajar adalah aktivitas kompleks yang dilakukan guru

dalam menyampaikan pengetahuan kepada siswa, sehingga terjadi proses belajar.

Aktivitas kompleks yang dimaksud antara lain adalah (1) mengatur kegiatan

belajar siswa, (2) memanfaatkan lingkungan, baik ada di kelas maupun yang ada

di luar kelas, dan (3) memberikan stimulus, bimbingan pengarahan, dan dorongan

kepada siswa.

2.2 Teori belajar Fisika

Sebenarnya, belajar adalah merupakan persoalan setiap manusia. Hampir

semua pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, kegemaran, dan sikap seseorang itu

terbentuk dan berkembang karena belajar. Kegiatan belajar terjadi tidak saja pada

situasi formal di sekolah akan tetapi juga di luar sekolah seperti di lingkungan

keluarga, lingkungan pergaulan di tengah-tengah masyarakat. Para ahli pendidikan

maupun ahli psikologi pada umumnya sependapat bahwa dalam pengertian belajar

terkandung beberapa unsur. Adapun unsur-unsur pokok yang

terkandung di dalam pengertian belajar adalah : 1) belajar sebagai proses, 2)

perolehan pengetahuan dan keterampilan, 3) perubahan tingkah laku, dan 4)

8
aktivitas diri. Berdasarkan uraian tersebut, maka pengertian belajar dapat

didefinisikan sebagai proses diperolehnya pengetahuan atau keterampilan serta

perubahan tingkah laku melalui aktivitas diri. Mundilarto,2002:1 (dalam Tendean

R 2014)

Menurut pandangan teori kognitif Gestalt, manusia sebagai sumber dari

semua kegiatan dan dia bebas membuat pilihan dalam setiap situasi. Teori ini

menganggap bahwa tingkah laku manusia hanyalah ekspresi dari kondisi kejiwaan

seseorang. Implikasi teori Gestalt pada pengembangan pendekatan pembelajaran

Fisika di kelas adalah lebih menekankan pada aspek pemahaman, kemampuan

berpikir, dan aktivitas siswa. Dari uraian tersebut berarti apabila teori kognitif ini

digunakan sebagai dasar pijakan dalam mengembangkan pendekatan

pembelajaran Fisika di kelas, maka aspek pemahaman merupakan inti dari proses

belajar. Belajar yang sebenarnya haruslah memberikan pemahaman, artinya kunci

utamanya adalah dimengertinya hal-hal yang dipelajari.

Adapun ciri-ciri belajar menurut teori Gestalt adalah sebagai berikut :

1. Tergantung pada kemampuan dasar

2. Tergantung pada pengalaman masa lalu

3. Tergantung pada pengaturan situasi yang dihadapi

4. Pemecahan soal yang dilandasi pemahaman dapat diulangi dengan mudah

5. Sekali pemahaman diperoleh, maka dapat digunakan pada situasi-situasi lain

yang sejenis. Mundilarto,2002:2 (dalam Tendean R 2014)

Fisika merupakan ilmu yang berusaha memahami aturan-aturan alam yang

begitu indah dan dengan rapih dapat dideskripsikan secara matematis. Matematik

9
dalam hal ini berfungsi sebagai bahasa komunikasi sains termasuk Fisika. Sains

dan kehidupan manusia selama empat abad terakhir ini menunjukkan kemajuan

yang sangat dramatis berkat keberhasilan manusia dalam menganalisis dan

mendeskripsikan alam secara matematis. Ada beberapa kemampuan kognitif yang

sangat berperanan dalam meningkatkan keberhasilan siswa dalam pemecahan

soal-soal Fisika yaitu kemampuan mengidentifikasi serta menginterpretasi secara

tepat konsep-konsep dan prinsip-prinsip Fisika, kemampuan membuat deskripsi

serta mengorganisasi pengetahuan Fisika secara efektif. Pengetahuan Fisika terdiri

dari banyak konsep dan prinsip yang pada umumnya sangat abstrak. Kesulitan

yang banyak dihadapi oleh sebagian besar siswa adalah dalam menginterpretasi

berbagai konsep dan prisip Fisika sebab mereka dituntut harus mampu

menginterpretasi pengetahuan Fisika tersebut secara tepat dan tidak samar-samar

atau tidak mendua arti. Kemampuan siswa dalam mengidentifikasi dan

menginterpretasi konsep- konsep Fisika jelas merupakan prasyarat penting bagi

penggunaan konsep-konsep untuk membuat inferensi-inferensi yang lebih

kompleks atau untuk pemecahan soal Fisika yang berkaitan dengan konsep-

konsep tersebut. Mundilarto,2002:3 (dalam Tendean R 2014 )

Karakteristik fisika berbasis pengamatan fenomen/konsep fisika. Ciri khas

materi fisika yang berupa fenomena fenomena yang teramati membuat

pembelajaran fisika banyak melibatkan pengamatan dan pemahaman terhadap

fenomena-fenomena tersebut, yaitu gejala gejala alam yang di lingkungan.

Menurut Mundilarto (2001:3) mata pelajaran fisika dikembangkan dengan

mengacu pada karakteristik fisika yaitu ditujukan untuk mendidik dan melatih

10
para siswa agar dapt mengembangkan kompetensi observasi, ekperimentasi, seta

berpikir dan bersikap ilmiah. Hal ini didasari tujuan fisika yaitu mangamati,

menghayati, dan memanfaatkan gejala alam.

fungsi dan tujuan mata pelajaran fisika di SMA/MA adalah sebagai sarana

untuk:

Menyadari keindahan dan keteraturan alam untuk meningkatkan

keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Memupuk sikap ilmiah yang mencakup : Jujur dan obyektif terhadap

data,terbuka dalam menerima pendapat berdasarkan bukti-bukti

tertentu,ulet dan tidak cepat putus asa,kritis terhadap pernyataan ilmiah

yaitu tidak mudah percaya tanpa ada dukungan hasil observasi

empiris..,dapat bekerjasama dengan orang lain.

Memberi pengalaman untuk dapat mengajukan dan menguji hipotesis

melalui percobaan ,mengumpulkan,mengolah,dan menafsirkan

data,menyususn laporan ,serta mengkomunikasikan hasil percobaan

secara lisan dan tertulis.

mengembangkan kemampuan berpikir analisis induktif dan deduktif

dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan

berbagai peristiwa alam dan menyelesaikan masalah baik secara

kualitatif maupun kuantitatif.

Menguasai pengetahuan ,konsep dan prinsip fisika serta mempunyai

keterampilan mengembangkan pengetahuan ,keterampilan dan sikap

percaya diri sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

11
dan sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang

lebih tinggi.

membentuk sikap positif terhadap fisika dengan menikmati dan

menyadari keindahan keteraturan perilaku alam serta dapat

menjelaskan berbagai peristiwa alam dan keluasan penerapan fisika

dalam teknologi.

2.3 Metode Inkuiri

2.3.1 Pengertian metode inkuiri

Adapun beberapa pengertian mengenai Metode Pembelajaran Inkuiri

menurut paha ahli sebagai berikut:

Sanjaya (2008:196) berpendapat bahwa strategi pembelajaran Inkuiri

adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir

secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari

suatu masalah yang dipertanyakan. Syaiful Sagala (2011:196), Metode Inkuiri

merupakan metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir

ilmiah pada diri siswa yang berperan sebagai subjek belajar, sehingga dalam

proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan

kreativitas dalam memecahkan masalah. Aziz (Ahmad, 2011), Metode Inkuiri

adalah metode yang menempatkan dan menuntut guru untuk membantu siswa

menemukan sendiri data, fakta dan informasi tersebut dari berbagai sumber agar

dengan kegiatan itu dapat memberikan pengalaman kepada siswa. Pengalaman ini

akan berguna dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah dalam

12
kehidupannya. Winataputra (1992) menambahkan pengertian pembelajaran

berbasis Inkuiri adalah metode yang dapat mengembangkan pengetahuan dan

pemahaman konsep-konsep sains sebagai para saintis mempelajari dunia alamiah.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa

metode pembelajaran Inkuiri adalah suatu metode pembelajaran yang

menekankan siswa dalam memperoleh informasi dengan cara proses berpikir

logis dan analitis untuk memecahkan suatu masalah.


2.3.2 Konsep Dasar Metode Pembelajaran Inkuiri
Menurut Sanjaya (2012), metode pembelajaran Inkuiri adalah strategi

pembelajaran Inkuiri, yakni rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan

pada proses berfikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan

sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri

biasanya dilakukan melalui Tanya jawab antara guru dan siswa. Strategi

pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi heuristic, yang berasal dari

bahasa Yunani, yaitu heuriskein yang berarti saya menemukan.


Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI) berangkat dari asumsi bahwa sejak

manusia lahir ke dunia, manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri

pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentang keadaan alam disekelilingnya

merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke dunia. Sejak kecil manusia memiliki

keinginan untuk mengenal segala sesuatu melalui indera pengecapan,

pendengaran, penglihatan, dan indera-indera lainnya. Hingga dewasa

keingintahuan manusia secara terus-menerus berkembang dengan menggunakan

otak dan pikirannya. Pengetahuan yang dimiki manusia akan bermakna

(meaningfull) manakala didasari oleh keingintahuan itu. Dalam rangka itulah

13
strategi inkuiri dikembangkan (Sanjaya, 2012:197). Ada beberapa hal yang

menjadi ciri utama metode pembelajaran inkuiri yang menurut Sanjaya (2012:

197) adalah strategi pembelajaran inkuiri yang meliputi:

Strategi Inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal

untuk mencari dan menemukan, artinya strategi Inkuiri

menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses

pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima

pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka

berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu

sendiri.

Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan

menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang ditanyakan, sehingga

diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief).

Dengan demikian, strategi pembelajaran Inkuiri menempatkan guru

bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan

motivator belajar siswa. Aktivitas pembelajaran biasanya dilakukan

melalui proses Tanya jawab antara guru dan siswa. Oleh sebab itu,

kemampuan guru dalam menggunakan tekhnik bertanya merupakan

syarat utama dalam melakukan inkuiri.

Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran Inkuiri adalah

mengembangkan kemampuan berfikir secara sistematis, logis, dan

kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian

dari proses mental. Dengan demikian, dalam strategi pembelajaran

14
inkuiri siswa tak hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran,

akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang

dimilikinya. Manusia yang hanya mnguasai pelajaran belum tentu

dapat mengembangkan kemampuan berfikir secara optimal, namun

sebaliknya siswa akan dapat mengembangkan kemampuan

berfikirnya manakala ia bisa menguasai materi pelajaran.

Metode pembelajaran Inkuiri yang disebut Strategi pembelajaran Inkuiri

oleh Sanjaya (2012) merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang

berorientasi kepada siswa (student centered approach). Dikatakan demikian,

sebab dalam strategi ini siswa memegang peran yang sangat dominan dalam

proses pembelajaran. Sanjaya (2012) mengatakan strategi pembelajaran inkuiri

akan efektif manakala:

Guru mengaharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari

suatu permasalahan yang ingin dipecahkan. Dengan demikian dalam

strategi inkuiri penguasaan materi pelajaran bukan sebagai tujuan

utama pembelajaran, akan tetapi yang lebih dipentingkan adalah

proses belajar.

Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk fakta atau

konsep yang sudah jadi, akan tetapi sebuah kesimpulan yang perlu

pembuktian

Jika proses pembelajaran berangkat dari rasa ingin tahu siswa

terhadap sesuatu.

15
Jika guru akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata

memiliki kemauan dan kemampuan berpikir. Strategi Inkuiri akan

kurang berhasil diterapkan kepada siswa yang kurang memiliki

kemampuan untuk berpikir.

Jika jumlah siswa yang belajar tak terlalu banyak sehingga bisa

dikendalikan oleh guru.

Jika guru memiliki waktu yang cukup untuk mengguanakan

pendekatan yang berpusat pada siswa.

2.3.3 Langkah Pelaksanaan Inkuiri

Secara umum Sanjaya (2012:199) mengemukakan bahwa proses

pembelajaran dengan mengguanakan pembelajaran Inkuiri dapat mengikuti

langkah-langkah sebagai berikut:


a. Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim

pembelajaran yang responsive. Pada langkah ini guru mengondisikan agar siswa

siap melaksanakan proses pembelajaran. Berbeda dengan tahapan preparation

dalam strategi pembelajaran ekspositori (SPE) sebagai langkah untuk

mengkondisikan agar siswa tiap menerima pelajaran , pada langkah orientasi

dalam SPI , guru merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan

masalah. Langkan orientasi merupakan langkah yang sangat penting.

Keberhasilan stratgi pembelajaran inkuiri sangat tergantung pada kemauan siswa

16
untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah;

tanpa kemauan dan kemampuan itu tak mungkin proses pembelajaran akan

berjalan dengan lancar. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahapan

orientasi ini adalah


1) Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh

siswa.
2) Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakuakn oleh siswa untuk

mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan

setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan masalah sampai dengan

merumuskan kesimpulan.
3) Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam

rangka memberikan motivasi belajar siswa.


b. Merumuskan Masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu

persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan

yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka teki itu. Dikatakan teka

teki dalam rumusan masalah yang ingin dikaji disebabkan masalah itu tentu ada

jawabannya dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses

mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam strategi inkuiri, oleh sebab itu

melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga

sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir. Dengan demikian,

teka teki yang menjadi masalah dalam berinkuiri adalah teka teki yang

mengandung konsep yang jelas yang harus dicari dan ditemukan. Ini penting

dalam pembelajaran inkuiri. Beberapa halyang harus diperhatiakan dalam

merumuskan masalah, diantaranya:

17
1) Masalah hendaknya dirumusakn sendiri oleh siswa. Siswa akan memiliki

motivasi belajar yang tinggi manakala dilibatkan dalam merumuskan masalah

yang hendak dikaji. Dengan demikian, guru sebaiknya tidak merumuskan sendiri

masalah pembelajaran, guru hanya memberikan topik yang akan dipelajari,

sedangkan bagaimana rumusan masalah yang sesuai dengan topik yang telah

ditentukan sebaiknya diserahkan kepada siswa.


2) Masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka teki yang

jawabannya pasti. Artinya guru dapat mendorong agar siswa dapat merumuskan

masalah yang menurut guru jawaban sebenarnya sudah ada, tinggal siswa mencari

dan mendapatkan jawabannya secara pasti.


3) Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah diketahui

terlebih dahulu oleh siswa. Artinya sebelum masalah itu dikaji lebih jauh melalui

proses Inkuiri, guru perlu yakin terlebih dahulu bahwa siswa sudah memiliki

pemahaman tentang konsep-konsep yang ada dalam rumusan masalah. Jangan

harapkan siswa dapat melakukan tahapan inkuiri selanjutnya, manakalaia belum

paham konsep-konsep yang terkandung dalam rumusan masalah.


c. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang

dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya.

Kemampuan atau potensi individu untuk berpikir pada dasarnya sudah dimiliki

sejak individu itu lahir. Potensi berpikir itu dimulai dari kemampuan setiap

individu untuk menebak atau mengira-ngira (berhipotesis) dari suatu

permasalahan. Manakala individu dapat membuktikan tebakannya, maka ia akan

sampai pada posisi yang bisa mendorong untuk berpikir lebih lanjut. Oleh sebab

itu, potensi untuk mengembangkan kemampuan menebak pada setiap individu

18
harus dibina. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan

kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan

berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan

jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan

jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji. Perkiraan sebagai hipotesis bukan

sembarang perkiraan, tetapi harus memiliki landasan berpikir yang kokoh,

sehingga hipotesis yang dimunculkan itu bersifat rasional dan logis. Kemampuan

berpikir logis itu sendiri akan sangat berpengaruh oleh kedalaman wawasan yang

dimiliki serta keluasan pengalaman. Dengan demikian, setiap individu yang

kurang mempunyai wawasan akan sulit mengembangkan hipotesis yang rasional

dan logis
d. Mengumpulkan Data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan

untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam strategi pembelajaran inkuiri,

mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam

pengembangan intelektal. Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan

motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan

kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. Oleh sebab itu, tugas dan peran

gutu dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat

mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan. Sering

terjadi kemacetan berinkuiri adalah manakal siswa tidak apresiatif terhadap pokok

permasalahan. Tidak apresiatif itu biasanya ditunjukkan oleh gejala-gejala

ketidakbergairahan dalam belajar. Manakala guru menemukan gejala-gejala

semacam ini, maka guru hendaknya secara terus menerus memberikan dorongan

19
kepada siswa untuk belajar melalui penyuguhan berbagai jenis pertanyaan secara

merata kepada seluruh siswa sehingga meraka terangsang untuk berpikir.


e. Menguji Hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap

diterima sesuai dengan data dan informasi yang diperoleh berdasarkan

pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari

tingkat keyakinan siswa atau jawaban yang diberikan. Disamping itu, menguji

hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berikir rasional. Artinya,

kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan

tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggung

jawabkan.
f. Merumuskan Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang

diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumukan kesimpulan

merupakan gong-nya dalam proses pembelajaran. Sering terjadi, oleh karena

banyaknya data yang diperoleh, menyebabkan kesimpulan yang dirumuskan tidak

focus terhadap masalah yang hendak dipecahkan. Karena itu, untuk mencapai

kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data

mana yang relevan.

2.3.4 Keunggulan dan Kelemahan Metode Pembelajaran Inkuiri

Di dalam pembelajaran Inkuiri ini, terdapat beberapa keunggulan dan juga

kelemahan dalam penerapannya. Adapun keunggulan dan kelemahan tersebut

adalah sebagai berikut:


a. Keunggulan

20
Keunggulan metode pembelajaran Inkuiri yang diungkap Sanjaya (2012)

ialah strategi pembelajaran Inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang banyak

dianjurkan oleh karena strategi ini memiliki beberapa keunggulan, diantaranya:

1) Strategi pembelajaran Inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang

menekankan pada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara

seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna.

2) Strategi pembelajaran Inkuiri dapat memberikan ruang kepada siswa untuk

belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.

3) Strategi pembelajarn Inkuiri merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan

perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses

perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.

4) Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan

siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki

kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam

belajar.

b. Kelemahan
Kelemahan metode pembelajaran Inkuiri yang diungkap Sanjaya, (2012:

208) menyatakan bahwa disamping memiliki keunggulan, strategi pembelajaran

inkuiri mempunyai kelemahan, diantaranya:

1) Jika SPI digunakan sebagai strategi pembelajaran, maka akan sulit mengontrol

kegiatan dan keberhasilan siswa.

2) Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur

dengan kebiasaan siswa dalam belajar.

21
3) Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang

panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah

ditentukan.

4) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa

menguasai materi pelajaran, maka strategi pembelajaran inkuiri akan sulit

diimplementasikan oleh setiap guru.

2.3.5 Alasan Pemilihan Metode


Alasan saya memilih metode ini karena sudah sesuai dengan metode yang

ditetapkan dalam kurikulum 2013. Metode ini sangat efektif dilaksanakan dalam

pembelajaran sejarah karena peserta didik dituntut lebih aktif dalam proses

penemuan, penempatan peserta didik lebih banyak belajar sendiri serta dapat

mengembangkan keaktifan dalam memecahkan masalah yang diperolehnya.

Dalam penerapannya metode ini akan menciptakan kondisi belajar yang efektif

dan kondusif sertadapat mempermudah proses pembelajaran.


Dengan pembelajarn metode ini peserta didik akan diasah untuk berfikir

secara kritis dan edukatif. Peserta didik diminta untuk mandiri dalam proses

pembelajaran dan membangun pengetahuan yang sudah diperolehnya terlebih

dahulu. Peran siswa dalam pembelajaran mencari dan menemukan sendiri materi

pelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing siswa

untuk belajar. Pembelajaran ini merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang

menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan

menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses

berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa.
Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan

menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga

22
diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Dengan demikian,

pada pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai satu-satunya sumber

belajar, tetapi lebih diposisikan sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa.

pembelajaran ini selain berorientasi kepada hasil belajar juga berorientasi pada

proses belajar.

2.4 Media Animasi Simulasi Dalam Media Pembelajaran

Media animasi simulasi dalam pembelajaran bertujuan untuk

memaksimalkan efek visual dalam memberikan interaksi berkelanjutan sehingga

pemahaman belajar meningkat. Media animasi simulasi pembelajaran memiliki

kemampuan untuk dapat memeparkan sesuatu yang rumit atau komplek untuk

menjelaskan hanya gambar dan kata-kata saja. Dengan kemampuan ini media

animasi simulasi dapat digunakan untuk menjelaskan suatu materi yang secara

nyata tidak dapat dilihat oleh mata, dengan cara melakukan visualisasi maka

materi yang dijelaskan dapat tergambarkan. Media animasi simulasi dalam

pembelajaran dalam pembelajaran baik penjelasaan konsep maupun contoh-

contoh, selain berupa animasi statis auto run atau diaktifkan melalui tombol, bisa

juga berupa animasi iteraktif diman pengguna (siswa) diberi kemungkinan

berperan aktif dengan merubah nilai atau posisi bagian tertentu dari animasi

tersebut. Urutan kegiatan belajarnya dapat meliputi: melihat contoh, mengerjakan

soal latihan, menerima informasi, menerima penjelasan danmengerjakan

soal/evaluasi.

23
Berikut merupakan kelebihan media animasi simulasi dalam pembelajaran:

a. Media animasi simulasi digital mampu menerik perhatian pelajar dengan

mudah. Animasi simulasi dengan mudah menyampaikan pesan lebih baik

dibandingkan penggunaan media lain.


b. Media animasi simulasi dalam pembelajaran mampu menyampaikan suatu

konsep yang kompleks secara visualdan dinamik


c. Animasi simulasi digital jua dapat digunakan untuk membantu

menyediakan pembelajaran secara maya.


d. Media animasi simulasi dalam pembelajaran mampu menawarkan suatu

media yang lebih menyenangkan, animasi mampu menerik perhatian,

meningkatkan motivasi serta merangsang pemikiran pelajar yang lebih

berkasan.
e. Persembahan secara visual dan dinamik yang disediakan oleh teknologi

animasi mampu memudahkan dalam proses penerapan konsep atau pun

demostrasi. (Dalam Tambuwun. G 2015 )


2.5 Pengertian Metode Konvensional
2.5.1 Definisi Pembelajaran Konvensional

Djamarah, Syaiful Bahri (1996), metode pembelajaran

konvensional Adalah metode pembelajaran tradisional atau disebut juga dengan

metode ceramah, karena sejak dulu metode ini dipergunakan sebagai alat

komunikasi lisan antara guru antara anak didik dalam proses belajar dan

pembelajaran. Dalam pembelajaran sejarah metode konvensional ditandai dengan

ceramah yang diiringi dengan penjelasan serta pembagian tugas dan latihan.

Pembelajaran konvensional merupakan istilah dalam pembelajaran yang paling

sering digunakan dalam proses belajar mengajar. Pada pembelajaran konvensional

cenderung pada belajar hafalan yang mentolerir respon-respon yang bersifat

24
konvergen, dan menekankan pada informasi konsep, latihan soal dalam tes (Yaza,

2001). Pembelajaran pada metode konvensional, peserta didik lebih banyak

mendengarkan penjelasan guru di depan kelas dan melaksankan tugas jika guru

memberikan latihan soalkepada peserta didik. Yang sering digunakan dalam

pembelajaran konvensional antara lain metode ceramah, metode tanaya jawab,

metode diskusi, metode penugasan.

2.5.2 Sintaks Pembelajaran Metode Konvensional


Adapun sintaks pembelajaran metode konvensional adalah sebagai

berikut:
1. Menyampaikan tujuan. Guru menyampaikan semua tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran tersebut.


2. Menyampaikan informasi kepada siswa secara tahap demi tapah dengan

metode ceramah
3. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik. Guru mengecek

keberhasilan siswa dan memberikan umpan balik.


4. Memberikan kesempatan latihan lanjutan-Guru memberikan tugas

tambahan untuk dikerjakan dirumah.


2.6 Proses Belajar
Proses belajar (Purwanto,2013;42) dapat melibatkan aspek kogniti,efektif

dan psikomotorik. Pada belajar kognitif, prosesnya mengakibatkan perubahan

dalam aspek kemampuan berpikir (cognitive), pada belajar efektif

mengakibatkan perubahan dalam aspek kemampuan merasakan ( efektive),

sedangkan belajar psikomotorik memberikan hasil belajar berupa kentrampilan

( psycomotoric). Proses belajar merupakan proses yang unik dan kompleks.

Keunikan itu terjadi disebapkan karena hasil belajar terjadi hanya pada individu

yang belajar, tidak pada orang lain, dan setiap individu menampilkan perilaku

25
yang berbeda. Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa belajar

adalah proses untuk untuk membuat perubahan dalam diri siswa dengan cara

berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapat perubahan dalam aspek,

kognitif, efektif dan psikomotorik. Pada teori belajar perilaku, proses belajar

cukup dilakukan dengan menigkatkan antara stimulu,dan respon secara

berulang, sedangkan pada teori kognitif, proses belajar membutukan pengertian

dan pemahaman (Purwanto, 2013;43)

Penilayan proses belajar adalah upaya memberi nilai terhadap kegiatan

belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam mencapi tujuan-

tujuan pembelajaran. Dalam penilaian ini dilihat sejauh mana keefektifan dan

efisiensi dalam mencapai tujuan pengajaran atau perubahan tingka laku siswa.

Oleh sebab itu, penilaian hasil dan proses belajar saling berkaitan satu sama lain

sebab hasil merupakan akibat dari proses belajar. Nana sujanda,2013;3 (Dalam

Londa V 2015)

2.7 Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan tujuan akhir dilaksanakannya kegiatan

pembelajaran di sekolah. Hasil belajar dapat ditingkatkan melalui usaha sadar

yang dilakukan secara sistematis mengarah kepada perubahan yang positif yang

kemudian disebut dengan proses belajar. Akhir dari proses belajar adalah

perolehan suatu hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa di kelas terkumpul dalam

26
himpunan hasil belajar kelas. Semua hasil belajar tersebut merupakan hasil dari

suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar

di akhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, sedangkan dari sisi siswa, hasil

belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar (Dimyati dan

Mudjiono,2009:3). Menurut Sudjana (2010: 22), hasil belajar adalah kemampuan

yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Selanjutnya Warsito

(dalam Depdiknas, 2006: 125) mengemukakan bahwa hasil dari kegiatan belajar

ditandai dengan adanya perubahan perilaku ke arah positif yang relatif permanen

pada diri orang yang belajar. Sehubungan dengan pendapat itu, maka Wahidmurni,

dkk.(2010: 18) menjelaskan bahwa sesorang dapat dikatakan telah berhasil dalam

belajar jika ia mampu menunjukkan adanya perubahan dalam dirinya. Perubahan-

perubahan tersebut di antaranya dari segi kemampuan berpikirnya,

keterampilannya, atau sikapnya terhadap suatu objek.

Jika dikaji lebih mendalam, maka hasil belajar dapat tertuang dalam taksonomi

Bloom, yakni dikelompokkan dalam tiga ranah (domain) yaitu domain kognitif

atau kemampuan berpikir, domain afektif atau sikap, dan domain psikomotor atau

keterampilan.

1. Ranah kognitif, adalah tujuan pendidikan yang berhubungan dengan

kemampuan intelektual atau kemampuan berpikir, seperti kemampuan

mengingat dan kemampuan memecahkan masalah. Domain kognitif

menurut Bloom terdiri dari enam tingkatan yaitu pengetahuan,

pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi

27
2. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap, nilai-nilai, dan apresiasi. Ada

lima tingkatan dalam ranah afektif ini yaitu penerimaan, merespons,

menghargai, organisasi, dan pola hidup

3. Ranah psikomotor, meliputi semua tingkah laku yang menggunakan syaraf

dan otot badan. Ada lima tingkatan dalam ranah ini, yaitu imitasi,

manipulasi, presisi, artikulasi, dan naturalisasi (Sanjaya, 2009:127-128).

Sehubungan dengan itu, Gagne (dalam Sudjana, 2010: 22) mengembangkan

kemampuan hasil belajar menjadi lima macam antara lain: (1) hasil belajar

intelektual merupakan hasil belajar terpenting dari sistem lingsikolastik; (2)

strategi kognitif yaitu mengatur cara belajar dan berfikir seseorang dalam arti

seluas-luasnya termaksuk kemampuan memecahkan masalah; (3) sikap dan nilai,

berhubungan dengan arah intensitas emosional dimiliki seseorang sebagaimana

disimpulkan dari kecenderungan bertingkah laku terhadap orang dan kejadian; (4)

informasi verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan fakta; dan (5)

keterampilan motorik yaitu kecakapan yang berfungsi untuk lingkungan hidup

serta memprestasikan konsep dan lambang. Untuk mengetahui hasil belajar

seseorang dapat dilakukan dengan melakukan tes dan pengukuran. Tes dan

pengukuran memerlukan alat sebagai pengumpul data yang disebut dengan

instrumen penilaian hasil belajar. Menurut Wahidmurni, dkk. (2010: 28),

instrumen dibagi menjadi dua bagian besar, yakni tes dan non tes. Selanjutnya,

menurut Hamalik (2006: 155), memberikan gambaran bahwa hasil belajar yang

diperoleh dapat diukur melalui kemajuan yang diperoleh siswa setelah belajar

dengan sungguh-sungguh. Hasil belajar tampak terjadinya perubahan tingkah laku

28
pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur melalui perubahan sikap dan

keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan

pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya. Berdasarkan

konsepsi di atas, pengertian hasil belajar dapat disimpulkan sebagai perubahan

perilaku secara positif serta kemampuan yang dimiliki siswa dari suatu interaksi

tindak belajar dan mengajar yang berupa hasil belajar intelektual, strategi kognitif,

sikap dan nilai, inovasi verbal, dan hasil belajar motorik. Perubahan tersebut dapat

diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan

dengan sebelumnya.

2.8 Penelitian Relevan.

Berdasarkan skripsi dari Rosian Tendean dengan judul Efektivitas

Pembelajaran metode inquiri berbasis animasi simulasi-eksperimen terhadap

peningkatan proses capaian belajar siswa kelas VII SMP Irene Manado dengan

kesimpulanya adalah:

1. Belajar IPA Fisika khususnya topik besaran dan satuan melalui metode

inquiry berbasis animasi dan eksperimen dapat meningkatan capaian

belajar siswa

2. Penggunaan metode inquiry animasi eksperimen dapat meningkatkan

keterlibatan siswadalam belajar.

Skripsi Yiska Parapak dengan judul pengaru pendekatan Inkuri berbasis

eksperimen rill terhadap hasil belajar IPA Fisika pada siswa SMP Negeri 6

Tondano. Dengan hasil kesimpulan bahwa terdapat pengaru pendekatan inkuiri

berbasis eksperimen rill terhadap hasil belajar siswa. Pendekatan inkuiri berbasis

29
berbasis eksperimen rill lebih baik hasilnya dari pada pendekatan ekspositori

yang dilihat dari nilai rata-rata posttes.

2.9 Kerangka Berpikir.

Pembelajaran Fisika yang baik dalam kelas,bertujuan mencapai tujuan

pembelajara yang baik, melalu setiap proses pembelajaran. Dengan demikian guru

harus memiliki cara, model atau metode yang sesuai dalam pembelajaran. Metode

Inquiry adalah suatu metode yang melibatkan siswa proses dalam menemukan hal

baru, mampu berpikir efektif dan kondusif dan metode pembelajaran ini banyak

melibatkan siswa dalam setiap proses pembelajaran. Apalagi dengan

menghubungkan media animasi simulasi ,maka siswa dipermuda dalam setiap

pembelajaran dan mampu memahami konsep-konsep Fisika denga mudah dan

cepat. Metode Inkuairi menggunakan animasi simulasi membuat peserta didik

termotivasi untuk lebih mengembangkan kemampuanya secara mandiri, karena

rasa ingin tahu yang dimiliki peserta didik membantu dalam ketrampilan secara

mandiri dan mendapatkan hasil memuaskan. Hasil belajar yang dicapai oleh

peserta didik di sekolah merupakan salah satu ukuran terhadap penguasaan materi

pelajaran yang disampaikan. Peran guru dalam menyampaikan materi pelajaran

dapat mempengaruhi hasil belajar peserta didik. Dengan demikian kefektivan

Inkuiri berbasis animasi simulasi dapat berpengaruh dalam proses dan hasil

belajar peserta bepengaruh ,dan dapat meningkatkan hasil belajar. Dengan

demikian peserta didik yang mengembangkan ketrampilannya secara mandiri

akan mendapat hasil yang baik dan memuaskan.

2.10 Hipotesis Penelitian

30
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Metode inkuiri terbimbing menggunakan animasi simulasi lebih

efektif dari pada metode konvensional

2. Metode inkuiri terbimbing menggunakan animasi simulasi efektif

dalam meningkatkan proses belajar siswa pada matapelajaran Fisika

pada pokok bahasan besaran dan satuan.

BAB III

MOTODE PENELITIAN

3.1 Operasional Variabel

Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel, yaitu :

1. Variabel bebas
Variabel bebas (X) pada penelitian ini adalah metode pembelajaran
inkuiri menggunanakan animasi simulasi.

31
2. Variabel terikat

Variabel terikat yang terdapat pada penelitian ini (Y) adalah hasil belajar

peserta siswa kelas X SMA Negeri 8 Manado

3. Variabel moderator

Variabel moderator adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat dan

memperlemah) hubungan antara variabel independen dengan dependen. Misalnya

proses belajar. Proses belajar merupakan proses yang unik dan kompleks.

Keunikan itu terjadi disebapak karena hasil belajar terjadi hanya pada individu

yang belajar, tidak pada orang lain dan setiap individu menampilkan perilaku yang

berbeda. Misalnya dalam proses belajar menggunakan metode Inkuairi terbimbing

menggunakan animasi simulasi dapat mempengaruhi hasil belajar siswa secara

individu. Dengan indikator yang dinilai meliputi orientasi, merumuskan masalah,

merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan merumuskan

hipotesis.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 8 Manado, kelas X MIA 1 dan

kelas X MIA 3. Waktu pelaksanaan pada semester ganjil , dari bulan Juli sampai

Agustus , tahun ajaran 2014/2015.

3.3 Rancangan penelitian

Rancangan penelitian adalah Posttest-Only Control Group Design.

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian

32
Perlakuan posttest

X1 O2
R X2 O4

(Sugiyono 2012;117)

Keterangan:

X1 : Metode Inkuiri terbimbing menggunakan animasi simulasi

X2 : Metode Konvensional

O2 : Posttest kelas eksperimen

O4 : Posttest kelas kontrol

R : Random

Dalam Rancangan ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih

secara random (R). Kelompok pertama diberi perlakuan (X 1). Dan kelompok

kedua diberi perlakuan (X2). Kelompok yang diberi perlakuan (X1) disebut kalas

eksperimen dan diberi perlakuan (X 2) disebut kelas kontrol. Dan (O 2: O4) adalah

posttest dari kelas eksperimen dan kelas kontrol.

3.4 Populasi dan sampel


1) Populasi
Populasi menurut (Sugiyono 2012; 117) adalah wilayah generalisasi yang

terdiri dari objek /subyek yang mempunyai karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulanya. Populasi dalam penelitian ini adalah semua kelas X SMA

Negeri 8 Manado tahun ajaran 2014/2015.


2) Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi

tersebut. (Sugiyono 2012; 118) Pengambilan sampel dalam penelitian ini di

33
ambil secara acak, maka kelas yang terpilih yaitu X MIA I dengan jumlah 20

siswa dan X MIA III dengan jumlah 20 siswa


3.5 Prosedur Penelitian

Dalam mengumpulkan data pada penelitian ini, peneliti melakukan beberapa

prosedur penelitian sebagai berikut:

1. Observasi
2. Menentukan populasi dan sampel
3. Menyusun perangkat pembelajaran (RPP)
4. Menyiapkan bahan ajar
5. Langka-langka pembelajaran pada kelas eksprimen

Tabel 3.2 Tahapan pembelajaran Inkuiri terbimbing dan Konvensional

Kegiatan Inkuiri terbimbing Konvensional

Kegiatan Apersepsi dan motivasi Apersepsi da

pendahuluan Guru melakukan apersepsi motivasi Guru

mengkaitkan materi yang akan melakukan apersepsi

dipelajari. mengkaitkan materi

Prasyarat pengetahuan yang akan dipelajari.


Prasyaratpengetahuan
Guru menanyakan tentang
Guru menanyakan
materi yang akan dipelajari.
tentang materi yang
Guru menyampaikan tujuan dan
akan dipelajari.
manfaat mempelajari materi.
Guru menyampaikan

34
tujuan dan manfaat

mempelajari materi.
Kegiatan inti 1. Guru membimbing 1. Guru membagi

siswa mengidentifikasi siswa dalam

dan merumuskan beberapa

masalah. kelompok
2. Guru membimbing 2. Guru memberi

siswa merumuskan kesempatan siswa

hipotesis melakukan
3. Guru membimbing
diskusi
siswa melakukan 3. Guru memberikan

langkah-langkah yang kesempatan siswa

terdapat pada LKS bertanya dan


4. Guru membimbing
menjawab
siswa mengumpulkan
pertanyaannya
mengolah dan 4. Guru memberikan

menganalisis data kesempatan


5. Guru membimbing
kepada siswa
siswa menguji hipotesis
untuk
yang telah yang telah
menampilkan
dirumuskan
6. Guru membimbing hasil diskusi.
5. Guru memberi
siswa menarik
kesimpulan dari
kesimpulan dari
pembelajaran
percobaan yang telah
yang di lakukan
dilakukan

35
Kegiatan 1. Guru memberi 1. Guru memberikan

penutup perhagaan kepada penghargaan

kelompok kepada kelompok


2. Guru membimbing 2. Guru bertanya

siswa untuk membuat kembali kepada

rangkuman siswa seputaran

materi yang

ajarkan
3. guru memberikan

tugas kepada

siswa

6. Menyusun indikator proses belajar dan istrument test hasil belajar berupa

posttest.

7. Analisis hasil uji instrumen penilaian proses dan hasil

8. Pengolahan dan analisis data proses dan hasil penelitian

9. Menyimpulkan hasil penelitian

3.6 Instrumen Penilaian

Penilaian proses dinilai melakukan observasi dengan dengan

menggunakan lembar opservasi proses belajar menggunakan skor 4,3,2,1 yang

diadaptasikan dari penelitian pasing, dengan beberapa pengembangan

mengenai proses siswa selama belajar yang mengacu pada setiap indikator

proses dan hasil belajar yang dapat dilihat pada tabel berikut.

36
Tabel 3.3 Penilaian Proses Inkuairi Terbimbing

N Nilai perolehan
Indikator
1 2 3 4
o
1 Orientasi
2 Merumuskan masalah
3 Merumuskan hipotesis
4 Mengumpulkan data
5 Menguji hipotesis
6 Merumuskan kesimpulan
Keterangan

4= Sangat Baik

3= Baik

2= Kurang Baik

1= Tidak Baik

3.7 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data penelitian adalah hasil belajar yang

menggunakan metode inkuiri menggunakan animasi simulasi (kelas eksperimen )

dan hasil belajar menggunakan model konvensional (kontrol) data yang di ambil

adalah nilai (posttest) Untuk pengumpulan data proses adalah hasil lembar

ketrampilan proses inkuairi terbimbing.

3.8 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data

37
Untuk menganalisis perbedaan hasil belajar siswa yang diajarkan

mengunakan metode Inkuiri menggunakan animasi simulasi dan hasil

belajar siswa menggunakan pembelajaran konvensional akan digunakan uji

perbedaan dua rata-rata (Uji- t) data yang diolah adalah data skor posttest.

maka perlu ditempuh langkah-langkah sebagai berikut :

1. Uji Normalitas data dengan menggunakan uji Lilliefors yaitu:

a. pengamatan x1, x2, .., xn dijadikan bilangan baku z1, z2, ..,zn dengan

mengunakan rumus :

x ix
zi = ( x dan s mashing-masing merupakan rata-rata dan
s

simpangan baku sampel).

b. Untuk tiap bilangan baku ini menggunakan daftar distribusi normal baku,

kemudian di hitung peluang F (Zi)= P(z zi)

c. Selanjutnya dihitung proporsi z1 z2, ..zn yang lebih kecil atau sama

dengan zi. jika proporsi ini dinyatakan oleh S (zi) maka S (zi) = banyaknya

zi, z2, ..zn yang zi di bagi dengan n.

d. Hitung selisih F(zi)- S(zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.

e. Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih

tersebut sebutlah harga terbesar ini Lo. (Lihat lampiran 2,3)

38
2. Homogenitas

Langkah-langakahnya:

a. Ho : 1 = 2

H1 : 1 2

b. Taraf nyata 0,05

c. Kriteria pengujian : terima H0 jika Fhitung <Ftabel

d. Perhitungan

variansterbesar
F=
variansterkecil

3. Uji Hipotesis (Uji-t)


Guna membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan dan untuk

mendapatkan suatu kesimpulan maka digunakan Uji-t (uji pihak kanan) dengan

rumus :
x 1x 2

Dimana :
t=
s
1 1
+
n1 n2
(Sudjana, 2005:239)

2 ( n11 ) S 12+(n 21)S 22


s = (Sudjana, 2005:239)
n 1+n 22

Ket :

X1 : Rata-rata nilai hasil belajar kompleks eksperimen

X2 : Rata-rata nilai hasil belajar kontrol

n1 : Jumlah sampel kelompok eksperimen

39
n2 : Jumlah sampel kontrol

S : Standar deviasi atau simpangan baku

S2 : Varians

S12 : Varians kelompok eksperimen

S22 : Varians kelompok kontro

Dengan kriteria pengujian yaitu Ho diterima apabila thitung < ttabel dan Ho

ditolah jika t mempunyai harga lain. dengan derajat kebebasan (dk) = (n 1 + n2 - 2),

pada signifikan 5% ( = 0,05) (Sudjana, 2005:243).

40
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil penelitian

Dari hasil penelitian ini diambil dua yaitu kelas X mia 1 dan X mia 3 pada

SMA Negeri 8 Manado. Pada kelas X mia 1 ( kelas eksperimen) 20 orang dan

kelas X mia 3 (kelas kontrol ) 20 orang, penelitian ini di bertujuan untuk

mengetahui efektivitas pembelajaran menggunakan metode inkuiri menggunakan

animasi simulasi dalam meningkatkan proses dan hasil belajar sisiwa dengan

Rancangan penelitian adalah Posttest-Only Control Group Design. Data proses

dan hasil siswa diperoleh dari penilaian proses inkuairi terbimbing dan penilaian

hasil belajar .

Melalui penilaian hasil belajar, dapat dievaluasi kemampuan siswa setelah

mengikuti pembelajaran. Penilaianhasil belajar ini menggunakan tes berupa soal

objektif, yang dilakukan menggunakan metode Inkuiri mengunakan animasi

simulasi (posttest). Soal yang diambil dari buku fisika kelas X , internet dan

sumber lain yang relevan, dan yang di uji validitas dan realiblitas butir soalnya.

Berikut ini merupakan hasil dari penilaianhasil belajar dari kelas eksperimen dan

kelas kontrol. Kelas eksperimen menggunakan metode pembelajaran Inkuiri

menggunakan animasi simulasi terhadap proses dan hasil belajar siswa. Dan

kelas kontrol yang menggunakan kelas konvensional dapat di lihat pada tabel

berikut ini:

41
Tabel 4.1 Ringkasan data Hasil posttes kelas Eksperimen dan kelas kontrol

No Statistik Kelas eksperimen Kelas kontrol


1 SKOR MIN 50 50
2 SKOR MAX 100 90
3 JUMLAH 1560 1330
4 RATA-RATA 78 66,5
5 VARIANS 185,26316 118,6842
6 SIMPANGAN BAKU 13,611141 10,89423

(Perhitungan Lengkap Lihat Lampiran 1)

Berdasarkan data posttest kelas eksperimen di atas dapat diketahui hasil

penelitian untuk kelas eksperimen dengan nilai perolehan yaitu untuk nilai

posttest kelas eksperimen skor minimum adalah 50 dan skor maksimum

adalah 100 dengan nilai rata-rata 78 dan pada pada nilai posttest kelas

kontrol yaitu dengan skor minimum 50 dan skor maksimum 90 dengan nilai

rata-rata 66,5.

Data hasil belajar siswa melalui posttes soal objektif di analisis

menggunakan Uji- t sedangkan untuk hasil proses inkuairi terbimbing

dianalisis menggunakan presentasi. Dengan hasil Uji-t nilai uji normalitas

Dengan hasil Uji Normalitas Hasil pengujian dengan uji lilifors yang

diselesaikan menggunakan softwere microsoft excel nilai yang diperoleh

oleh kelas eksperime adalah Lhitung = 0,16101173 Ltabel = 0,190 tidak cukup

bukti untuk menolak Ho. Sampel berasal dari polulasi yang berdistribusi

normal. Dan nilai yang diperoleh kelas kontrol adalah Lhitung = 0,17462819

42
Ltabel = 0,190 tidak cukup bukti untuk menolak Ho. Sampel berasal dari

polulasi yang berdistribusi normal. ( Lihat lampiran 2).

Hasil pengujian homogenitas atau pengujian kesamaan dua varians dengan

statistik uji F pada data posttest Varians ( S 2 ) kelas Eksperimen =

185,2631579 Varians ( S 2 ) kelas Kontrol = 118,6842 memberikan nilai

2 2
Fhitung = 1.5609 < Ftabel = 2,16825 Keputusan: terima Ho : 1 = 2

sehinga dapat Kesimpulan bahwa kelas Eksperimen dan kelas Kontrol

memiliki varians atau ragam yang sama atau kedua kelas tersebut homogen.

(Lihat lampitan 4). Dan Berdasarkan kriteria pengujian hipotesis yaitu H 0 bila

statistik uji jatuh dalam wilayah yang kritik. Dari hasil pengujian hipotesis

yang menggunakan taraf nyata ( 0,05 hasil yang diperoleh adalah thitung

= 3,009 dan t = 2,024394 jadi thitung = 3,009 > t = 2,024394 Karena thitung

jatuh dalam wilayah kritik maka H0 ditolak, sehingga H1 diterima. Oleh karena

itu dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa yang menggunakan metode

Inkuiri menggunakan animasi simulasi lebih tinggi dari pada siswa yang

belajar menggunakan model konvensional. (lihat lampiran 5)

Hasil proses inkuairi terbimbing, hasil yang diperoleh dengan indikator

yang dinilai adalah A1) Orientasi, A2) Merumuskan masalah, A3)

Merumuskan hiotesis, A4) Mengumpulkan data, A5)Menguji Hipotesis, A6)

Merumuskan hipotesis . Kita bisa lihat tabel berikut menunjukan skor

perolehan siswa berdasarkan lembar penilaian ketrampilan proses sains.

43
Perhatikan tabel berikut dibawah, ini merupakan hasil penilaian proses

inkuairi terbimbing menggunakan animasi simulasi

Tabel 4.2 Hasil Penilaian Proses Inkuiri Terbimbing

Indikator Penilaian Lks Kelas Eksperimen


Orientasi 70%
Merumuskan masalah 88%
Merumuskan hipotesis 93%
Mengumpulkan data 86%
Menguji Hipotesis 89%
Merumuskan kesimpulan 90%
( Perhitungan lengkap lihat lampiran 9 )

Grafik 4.1 Presentasi Penilaian Proses Inkuiri Terbimbing

LKS KELAS EKSPERIMEN


100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10% LKS KELAS EKSPERIMEN
0%
ah

n
ta
is

is
si

la
da
nta

es

tes
al

pu
ot

po
ie

as

m
ip

l ka
Or

hi

si
h

pu
n

ke
n

ji
ka

ka

gu
m

n
us

us

gu

ka
en
m

um

us
en

M
u

um
M
er

er
M

er
M

Dari grafik diatas pada kegiatan siswa mampu melakukan proses belajar

dengan kategori baik dan sangat baik. Pada LKS Eksperimen semua indikator

masuk pada perolehan skor baik mencapai >66 % sedangkan sangat baik masuk

pada perolehan skor >80 %. Dimana yang paling tinggi yaitu pada indikator A3

44
kelas eksperimen yaitu kegiatan merumuskan hipotesis 93% menunjukan siswa

paling menonjol dalam kegiatan merumuskan hipotesis . Sedangkan yang paling

rendah yaitu kegiatan pada indikator A1 yaitu kegiatan Orientasi mencapai 70%

hal ini menujukan pada kegiatan orientasi masih lemah. Hal ini dapat

disimpulkan bahwa ke 6 indikator yang masuk dalam kategori baik karena sudah

melebihi dari 66% dari setiap indikator yang di peroleh setiap siswa.

Dibawah ini merupan perbedaan antara hasil belajar kelas eksperimen dan

kelas kontrol data diambil dari hasil rata-rata posttest kelas eksperimen dan kelas

kontrol. Hasil rata-rata posttes adalah 78 sedangkan hasil rata-rata dari kelas

kontrol adalah 66,5.

Grafik 4.2 Perbedaan hasil belajar Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol

78
76
74
72
70
68
66
64
62
60
kelas eksperimen kelas kontrol

4.2 Pembahasan hasil penelitian

Penelitian ini peneliti menerapkan pembelajaran yang menggunakan

metode Inkuiri menggunakan animasi simulasi. Penelitian ini dilakukan di SMA

45
Negeri 8 Manado, data diperoleh dari 20 siswa kelas Eksperimen (Kelas X MIA

1) dan 20 siswa kelas Kontrol ( Kelas X MIA 3). Berdasarkan hasil penelitian

yang diperoleh dari penilaian proses Inkuiri terbimbing disimpulkan bahwa,

siswa yang menggunakan metode Inkuiri menggunakan animasi simulasi (kelas

eksperimen) mampu melakukan proses tersebut dengan rata-rata skor sangat baik

dengan nilai 94%,

Berdasarkan uji perbedaan dua rata-rata ternyata ada perbedaan rata-rata

yang terjadi pada hasil belajar yang menggunakan metode Inkuiri menggunakan

animasi simulasi (kelas Eksperimen) lebih tinggi dari pada metode konvensional

(kelas kontrol). Rata rata hasil belajar siswa kelas eksperimen adalah 78 dengan

skor maximum yang dicapai 100 dan skor minimum yang dicapai adalah 50. Dan

rata-rata hasil belajar siswa pada kelas kontrol adalah 66,5. Dengan skor

maximum yang dicapai 90 dan skor minimum yang dicapai adalah 40.

Hal ini menunjukan bahwa menggunakan metode Inkuiri menggunakan

animasi simulasi hasil rata- rata belajar siswa lebih tinggi dan dapat

meningkatkan proses dan hasil belajar siswa dibandikan dengan metode

konvensional pada materi besaran dan satuan.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

46
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :

1. Mengunakan metode Inkuiri menggunakan animasi simulasi dapat

meningkatkan hasil belajar siswa lebih efektif dibandingkan metode

konvensional dengan hasil yang diperoleh thitung = 3,009 > t = 2,02

dengan taraf signifikan 5% = 0,05

2. Peningkatan proses belajar siswa disebabkan proses belajar inkuiri

terbimbing menggunakan animasi simulasi pada matapelajaran Fisika

pada pokok bahasan besaran dan satuan.

5.2 Saran

1. Metode pembelajaran Inkuiri menggunakan animasi simulasi perluh

dikembangkan dan diterapkan pada materi Fisika yang lainnya.

2. Perpaduan animasi simulasi dalam pembelajaran sangat penting dapat

meningkatkan kreativitas belajar dan rasa ingin tau yang besar. Dan

menumbuhkan semangat belajar.

3. Penelitian ini belum sepenuhnya sempurnah, sehingga diharapkan bagi

peneliti lainnya dapat mengembangkan lebih lanjut dengan melakukan

penelitian sejenis terhadap variabel ataupun populasi lainnya

DAFTAR PUSTAKA

Adrian. (2004). Metode Mengajar Berdasarkan Tipologi Belajar Siswa. [Online]


Tersedia: http://www. artikel.us_art05-65.html [18 Maret 2006],diunduh
1oktober 2015-10-28

47
Dimyati dan Moedjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas. 2006. Bunga Rampai Keberhasilan Guru dalam Pembelajaran (SMA,


SMK, dan SLB). Jakarta: Depdiknas.

Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka


Cipta.

Daryanto & Rahardjo.2012.Model Pembelajaran Inovatif.Yogyakarta: Penerbit


Gava Media

Djamarah, Syaiful Bahri. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Evi Miskiyah,Pengembangan Asesmen Dengan Teknik Simulasi Sebagai


Asesmen Alternatif Dalam Pembelajaran Fisika Materi Mekanika Fluida
https://www.academia.edu/5785469/Pengembangan_Asesmen_dengan_Te
knik_Simulasi_sebagai_Asesmen_Alternatif_dalam_Pembelajaran_Fisika
_Materi_Mekanika_Fluida

Hamalik, Oemar. (2001). Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara

Jurnal Inovasi dan Pembelajaran Fisika Vol.1 No.1, Mei 2014.


Pendidikan Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi,Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga,Yogyakarta. ISSN : 2355-7109

Jurnal Fisika Indonesia No: 49, Vol XVII, Edisi April 2013
ISSN : 1410-2994.Widodo / Peningkatan Aktivitas Belajar dan Hasil
Belajar Siswa dengan Metode Problem Based Learning pada Siswa Kelas
Viia Mts Negeri Donomulyo Kulon Progo Tahun Pelajaran 2012/2013

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 01/Tahun XVII/Mei 2013 Penggunaan


Multimedia Interaktif Dalam Pembelajaran Ipa Di Smp Rustanti Hari
Wismadi Guru mata pelajaran IPA Fisika di SMPN I Piyungan Kab.
Bantul DIY

Londa.A.V 2015. Efektifitas Penggunaan Model Pembelajaran CTL


Meningkatkan Proses Dan Hasil Belajar IPA Fisika Pada Materi Getaran
Dan Gelombang Siswa Kelas VIII SMP Daerah Kotabunan [Skripsi].
Tondano: Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam,Universitas Negeri Manado.

Model dan Sintak Pembelajaran Konvensional

48
http://www.wawasanpendidikan.com/2013/08/model-dan-sintaks-
pembelajaran-konvensional.html

Mundilarto, Dr. Evaluasi terpadu dalampembelajaran fisika. Yogyakarta: UNY

Muren layar sains, Fungsi dan Tujuan Mata Pelajaran


FISIKA.2011[online].http://murenlayar.blogspot.co.id/2011/05/fungsi-dan-
tujuan-mata-pelajaran-fisika.html jumat , 16 oktober 2015 pukul 04.08)

Parapak Y 2015. Penggunaan Pendekatan INKUIRI Berbasis Eksperimen


Rill Terhadap Hasil Belajar IPA Fisika Pada Siswa SMP Negeri 6 Tondano
[Skripsi]. Tondano: Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam,Universitas Negeri Manado.

Sanjaya, W. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:


Kencana Prenada Media Group

Sanjaya, Wina. 2012. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Siddiq, M. D., Munawaroh, I. dan Sungkono. 2008. Pengembangan Bahan


Pembelajaran SD. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional

Sudrajat, Akhmad. 2011. Pembelajaran Inkuiri. [serial online]


https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2011/09/12/pembelajaran-inkuiri/.
[diakses pada tanggal 14 November 2014]

Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. (Cet. XV).
Bandung: PT. Ramaja Rosdakarya.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung : Tarsito.

Tambuwum G 2015. Efektivitas model pembelajaran discovery Learning


Berbasis Animasi Simulasi Dalam Meningkatkan Proses Dan Hasil Belajar
Fisika Pada Materi Fluida Siswa Kelas Xi Sma Negeri 8 Manado Skripsi].
Tondano: Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam,Universitas Negeri Manado.

Tendean.R.P 2014. Efektivitas Pembelajaran Metode Inquiry Berbasis Animasi


Eksperimen Terhadap Peningkatan Proses Dan Capaian Belajar Siswa
Kelas VIII SMP Irine Manado [Skripsi]. Tondano: Jurusan Pendidikan
Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,Universitas
Negeri Manado.

49
Wahidmurni, Alifin Mustikawan, dan Ali Ridho. 2010. Evaluasi Pembelajaran:
Kompetensi dan Praktik. Yogyakarta: Nuha Letera.

Yulianto, Toto. 2013. Metode Inkuiri. [serial online]


http://totoyulianto.wordpress.com/2013/03/02/metode-inkuiri-i-metode-
pembelajaran/. [diakses pada tanggal 14 November 2014]

50

Anda mungkin juga menyukai