Anda di halaman 1dari 20

asuhan keperawatan keluarga dengan bronkitis kronis

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Praktek Keperawatan Komunitas bertujuan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat
dengan menekankan pada peningkatan peran serta masyarakat dalam melakukan upaya pencegahan,
peningkatkan dan mempertahankan kesehatan. Salah satu sasaran Praktek Keperawatan Komunitas adalah
keluarga sehingga dikenal dengan sebutan Asuhan Keperawatan Kesehatan Keluarga. Hal ini karena
keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat itu sendiri. Namun kenyataan menunjukkan bahwa
penerapan konsep asuhan Keperawatan Kesehatan Keluarga sampai dengan saat ini belum dilaksanakan
dengan baik oleh perawat Puskesmas.
Jenjang pendidikan keperawatan di Indonesia yang beraneka ragam tanpa adanya batasan yang jelas
akan peran dan fungsi masing-masing semakin mempersulit praktek Keperawatan Komunitas. Belum
adanya standart praktek Keperawatan Komunitas yang diakui berdasarkan kesepakatan masyarakat
Keperawatan Indonesia mengakibatkan praktek Keperawatan Komunitas menjadi kabur. Termasuk belum
adanya jenjang spesialisasi perawat Komunitas mengakibatkan persepsi konsep Keperawatan Komunitas
ditafsir secara sendiri-sendiri oleh perawat dan tidak adanya figur narasumber yang bisa didengar dan
dipanuti berdasarkan tingkat kepahaman. Konsep Keperawatn Komunitas yang ada saat ini masih
merupakan adopsi dari konsep-konsep luar negeri yang belum tentu cocok dengan karakteristik masyarakat
Indonesia.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Untuk memepelajari penerapan asuhan Keperawatan Kesehatan Keluarga secara konprehensip
dengan menggunakan Metode Proses Keperawatan.
2. Tujuan Khusus :
a. Agar mampu menerapkan pengkajian keperawatan kesehatan keluarga.
b. Agar mampu menegakkan diagnose keperawatan kesehatan keluarga.
c. Agar mampu membuat perencanaan keperawatan kesehatan keluarga.
d. Agar mampu mengimplementasikan keperawatan kesehatan keluarga.
e. Agar mampu melakukan evaluasi keperawatan kesehatan keluarga.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. DEFENISI

Istilah bronchitis kronis menunjukkan kelainan pada bronchus yang sifatnya menahun
(berlangsung lama) dan disebabkan oleh berbagai faktor, meliputi faktor yang berasal dari luar bronchus
maupun dari bronchus itu sendiri. Bronkhitis kronis merupakan keadaan yang berkaitan dengan produksi
mucus trakheobronkhial yang berlebihan, sehingga menimbulkan batuk yang terjadi paling sedikit selama
tiga bulan dalam waktu satu tahun untuk lebih dari dua tahun berturut-turut.
Bronchitis kronis bukanlah merupakan bentuk manahun dari bronchitis akut. Walaupun demikian,
seiring dengan waktu, dapat ditemukan periode akut pada penyakit bronchitis kronis. Hal tersebut
menunjukkan adanya serangan bakteri pada dinding bronchus yang tidak normal. Infeksi sekunder oleh
bakteri dapat menimbulkan kerusakan yang lebih banyak sehingga akan meperburuk keadaan.

B. ETIOLOGI
Faktor utama yang mempengaruhi timbulnya bronchitis yaitu rokok, infeksi dan polusi. Selain itu
terdapat pula hubungan dengan faktor keturunan dan status social ekonomi.
1. Rokok
Menurut buku Report of the WHO Expert Comite on Smoking Control, rokok adalah penyebab
utama timbulnya bronchitis. Terdapat hubungan yang erat antara merokok dan penurunan VEP (volume
ekspirasi paksa) 1 detik. Secara patologis rokok berhubungan dengan hiperplasia kelenjar mukus bronkus
dan metaplasia skuamus epitel saluran pernafasan juga dapat menyebabkan bronkostriksi akut.
2. Infeksi
Eksaserbasi bronchitis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus yang kemudian
menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang diisolasi paling banyak adalah Hemophilus influenza
dan streptococcus pneumonie.
3. Polusi
Polusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab, tetapi bila ditambah merokok
resiko akan lebih tinggi. Zat zat kimia dapat juga menyebabkan bronchitis adalah zat zat pereduksi
seperti O2, zat zat pengoksida seperti N2O, hidrokarbon, aldehid, ozon.

4. Keturunan
Belum diketahui secara jelas apakah faktor keturunan berperan atau tidak, kecuali pada penderita
defisiensi alfa 1 antitripsin yang merupakan suatu problem, dimana kelainan ini diturunkan secara
autosom resesif. Kerja enzim ini menetralisir enzim proteolitik yang sering dikeluarkan pada peradangan
dan merusak jaringan, termasuk jaringan paru.
5. Faktor sosial ekonomi
Kematian pada bronchitis ternyata lebih banyak pada golongan sosial ekonomi rendah, mungkin
disebabkan faktor lingkungan dan ekonomi yang lebih jelek.

C. PATOFISIOLOGI
Serangan bronchitis akut dapat timbul dalam serangan tunggal atau dapat timbul kembali sebagai
eksaserbasi akut dari bronchitis kronis. Pada umumnya virus merupakan awal dari serangan bronchitis
akut pada infeksi saluran napas bagian atas. Dokter akan mendiagnosis bronchitis kronis jika pasien
mengalami batuk atau mengalami produksi sputum selama kurang lebih tiga bulan dalam satu tahun atau
paling sedikit dalam dua tahun berturut-turut.
Serangan bronchitis disebabkan karena tubuh terpapar agen infeksi maupun noninfeksi (terurtama
rokok). Iritan (zat yang menyebabkan iritasi) akan menyebabkan timbulnya respon inflamasi yang akan
menyebabkan vasodilatasi, kongesti, edema mukosa, dan bronkopasme. Tidak seperti emfisema,
bronchitis lebih mempengaruhi jalan napas kecil dan besar dibandingkan alveoli.

D. MANIFESTASI KLINIK
Penampilan umum: cenderung overweight, sianosis akibat pengaruh sekunder polisitemia, edema (akibat
CHF kanan), dan barrel chest.
Usia: 45-65 tahun
Batuk persisten,produksi sputum seperti kopi, dispnea dalam beberapa keadaan, variable wheezing pada
saat ekspirasi, serta seringnya infeksi pada system repirasi
Gejala biasanya timbul pada waktu yang lama
Pada paru didapatkan suara napas yang kasar.

BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian Keluarga
I. Data Umum :
1. Nama Kepala Keluarga : Bapak K
2. Umur : 55 tahun
: Desa Medang ara, kec. Karang baru
uarga : Petani
eluarga : SD
:

No Nama Jenis Kelamin Hubungan Umur Pendidikan


dengan KK
1. Ibu K P Isteri 50 th SD
2. Abdul Anas L Anak 18 th STM
3. Abdul Somat L Anak 16 th SMU
4. Habibie L Anak 11 th SD
5. Indahtul. A P Anak 8 th SD

Genogram :
1. 55
Keterangan :
: Laki-Laki
: Perempuan

: Klien

: Meninggal Laki-laki

: Meninggal Perempuan

Keluarga inti terdiri dari Pak K, Ibu K dan keempat anak kandung.

Jawa Indonesia. Pak K berasal dari Semarang dan Ibu K dari Surabaya.

Seisi keluarga menganut agama Islam. Tidak ada keyakinan yang berdampak buruk pada status kesehatan.
Keluarga.
Penghasilan keluarga perbulan > Rp. 1.500.000,- yang diperoleh dari hasil kerja Pak K jika kondisinya
sehat, usaha Bu K membungkus krupuk dan 3 buah kamar dikostkan. Pak K dan Ibu mengatakan dari
penghasilan yang ada cukup untuk biaya makan, minum, berobat dan beli pakaian serta biaya sekolah
anak.
uarga.
Anak-anak kadang memancing, bermain dan berkunjung ke rumah teman, mendengar radio dan
menonton TV bersama Pak K dan Ibu K
Sesekali keluarga mengunjungi sanak famili Pak K di desa Terban atau bersendagurau dengan penghuni
kost.

II. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga


1. Tahap perkembangan keluarga saat ini :
Keluarga berada pada tahap perkembangan keluarga dengan anak usia remaja.
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi :
Tidak ditemukannya tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi. Anak I berusia 18 tahun dan
sedang sekolah. Bapak dan Ibu K mengatakan komunikasi dengan anak-anaknya bersifat terbuka dan
masing-masing anak tahu akan tugas dan kewajibannya.
3. Riwayat kesehatan keluarga inti :
Bapak dan Ibu K mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan tertentu. Hanya pada usia
mudanya pak K pernah menderita penyakit batu ginjal yang sedianya akan dioperasi dokter, tetapi
akhirnya hancur sendiri tanpa operasi. Mengenai anak-anak dikatakan tidak pernah menderita penyakit
berat tertentu, kecuali demam, batuk pilek biasa. Saat ini pak K sedang menderita penyakit
BRONCHITIS KRONIS berdasarkan diagnosa dokter puskesmas K sejak lebih dari 2 tahun lalu. Pak K
saat ini masih merokok 2-3 batang/hari.

4. Riwayat keluarga sebelumnya :


Pak K mempunyai saudara 5 orang dan Pak K anak bungsu (ke enam). Ke empat saudaranya masih hidup
kecuali anak ke lima sudah meninggal dengan riwayat sakit yang tidak diketahui persis. Ibu K
mempunyai saudara 4 orang dengan Ibu K sebagai anak bungsu (ke lima). Anak sulung sudah meninggal
dengan riwayat sakit yang juga tidak diketahui persis.

III. Lingkungan
1. Karakteristik rumah :
Luas rumah 84 m2 dengan panjang 16 m dan lebar 7 m. terdiri dari 6 kamar tidur, satu kamar mushola,
satu WC, dua kamar mandi, tanpa gudang, satu buah dapur satu ruang tamu dan satu ruang makan. Tipe
rumah permanent. Jendela rumah terdapat diruang tamu dengan posisi menghadap ke timur, satu buah
diruang tengah menghadap ke utara, satu buah dimushola dan di kamar tidur masing-masing satu buah.
Secara umum sistem ventilasi di kamar tidur dan ruang tengah sangat kurang. Barang-barang diletakkan
dilorong/ruang tengah dan di ruang belakang depan dapur dan mushola. WC permanent mempunyai septi
tank. Sumber air minum dari PAM yang dibeli secara eceran (tidak berupa pipa permanent). Sumber air
bersih untuk mencuci menggunakan sumur. Kebiasaan memasak menggunakan kayu bakar sehingga
banyak asap dalam rumah keluar rumah. Lantai rumah terbuat dari tegel dengan kebiasaan keluarga
keluar masuk rumah tanpa melepaskan alas kaki sehingga kesannya banyak debu/tanah.

2. Denah Rumah :
WC KM KM 1 S RM RT
2

D
KK KK KK KT 3 M KT 2 KT I

Keterangan :
RT = Ruang Tamu
KT = Kamar Tidur
M = Mushola
D = Dapur
KK = Kamar Kost.
KM = Kamar Mandi
S = Sumur

3. Karakteristik tetangga dan komunitas RW :


Keluarga pak K bertetangga dengan satu keluarga Polisi dan lainnya wiraswasta. Semua tetangga
beragama Islam dari suku jawa asli yang taat beribadah kebiasaan kerja bakti dilakukan bersama sebulan
sekali. Hubungan dengan tetangga dilakukan sepanjang tegur sapa biasa. Kunjung mengunjung dilakukan
bila hari raya Agama.
4. Mobilitas geografis keluarga :
Keluarga ini tidak pernah berpindah-pindah tempat tinggal. Bapak dan Ibu K kebanyakan berada di
rumah selama Pak K masih sakit. Ibu K setiap dua hari sekali pergi kewarung-warung di dekat rumah
untuk menitip kerupuk. Anak-anak aktif ke sekolah pada siang hari.
5. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat :
Keluarga Pak K aktif dalam perkumpulan Tahlilan bagi Bapak dan Ibu. Sedangkan anak-anak aktif
kegiatan ngaji dan remaja masjid dan sebagai anggota pondok pesantren.
6. Sistem pendukung keluarga :
Ibu K dan keempat anaknya sehat-sehat saja. Selama ini yang aktif merawat Pak K hanya ibu k sendiri.
Pak K dan ibu mengatakan tidak punya tabungan khusus hari tua atau untuk membiayai kesehatan. Jarak
rumah degan fasilitas kesehatan terdekat yaitu Puskesmas 500 m. Adanya kegiatan jimpitan/jula jula
kelompok yang bisa dipakai untuk biaya kesehatan. Selain itu Pak K mengatakan untuk biaya
pengobatannya kadang-kadang dibantu oleh saudara-saudara ibu K termasuk memberikan dorongan agar
mencari pengobatan secara teratur. Saat ini Pak K lebih memilih pada Tabib secara alternatif
IV. Struktur Keluarga
1. Pola Komunikasi Keluarga :
Pak K dan Ibu mengatakan komunikasi keluarga dilakukan secara terbuka. Menurut Pak K, kadang-
kadang menegur dengan keras kepada anak-anaknya yang melalaikan tugas-tugas sekolah atau terlambat
pulang makan kalau bertandang ke rumah teman.
2. Struktur Peran Keluarga :
Pak K mengatakan dirinya sudah tua dan sakit-sakitan. Oleh karena itu tidak mempunyai peran khusus
untuk merubah perilaku orang lain di masyarakat. Kecuali terhadap anak-anak yang sering diingatkan
untuk menjaga pergaulan yang baik agar tidak terjerumus dalam perbuatan yang merusak citra keluarga.
3. Struktur Peran (formal dan informal) :
Pak K hanya sebagai anggota Takmir/penjaga Masjid sedangkan ibu K sebagai anggota organisasi PKK.
Anak sulungnya seorang pelajar dan merasa bertanggungjawab menjaga ketiga adik adiknya.
4. Nilai dan Norma Keluarga :
Keluarga memandang sakit disebabkan oleh penyakit, bukan karena faktor magis dan lainnya. Menurut
pak K hal magis memang ada tetapi tidak terlalu diperhitungkannya karena selama ini keluarganya tidak
pernah menyusahkan orang lain. Menurut pak K, ... selama ini banyak orang beranggapan bahwa magis
merupakan keadaan yang menakutkan sehingga kalau sakit lebih suka ke dukun terutama penyakit yang
tak kunjung sembuh. Pada hal menurut pak K kita harus teguh pada keyakinan agama. Oleh karena itu
keluarganya sering berobat ke sarana kesehatan bila sakit. Namun sakitnya pak K karena harus berobat
rutin ke dokter dimana harga obat semakin mahal sehingga akhir-akhir ini lebih cenderung berobat ke
Tabib dengan menggunakan pengobatan alternatif. Di samping itu menurut pak K dan ibu sebagaimana
pandangan umum masyarakat disekitarnya bahwa obat yang diperoleh dari puskesmas sangat
terbatas/sederhana sehingga sakit seperti pak K dianggap sulit sembuh walaupun awalnya sempat berobat
beberapa kali ke puskesmas. Terhadap kebiasaan pak K yang kadang-kadang masih merokok, ibu K
mengatakan saya serahkan pada keadaan bapak sendiri yang merasakannya. Kalau sering ditegur malah
marah-marah. Menurut pak K sendiri mengatakan merokok hanya sesekali saja bukan setiap saat, itu
tergantung pada kondisinya. Kadang-kadang berobat ke dokter praktek dengan berpindah-pindah.

V. Fungsi Keluarga
1. Fungsi Afektif :
Menurut Pak K dan ibu serta kedua anak yang sudah remaja Abdul Anas dan Abdul Somat, mereka
memandang dirinya masing-masing layaknya manusia normal lainnya Kecuali pak K mengatakan dirinya
semakin tua dan sakit-sakitan sementara anak-anaknya masih kecil. Ibu K mengatakan keluarganya saling
menghormati satu sama lain dan tetap mempertahankan keharmonisan keluarga.
2. Fungsi Sosial :
Menurut keluarga, kehidupan mereka tidak lepas dari corak lingkungan agamis muslim yang taat pada
aturan ibadah, organisasi dan aktivitas keagamaan di lingkungannya.
3. Fungsi Perawatan Kesehatan :
Secara Umum keluarga masih belum mampu mengenal masalah kesehatan pak K di buktikan dengan
sesekali pak K masih di biarkan merokok, pak K tidak menampung sputumnya pada satu tempat khusus,
Dalam mengambil keputusan tindakan kesehatan masih lemah, kemampuan memberikan perawatan pada
pak K masih kurang, kemampuan menciptakan lingkungan yang meningkatkan status kesehatan masih
kurang, demikian juga dengan pemanfaatan sarana kesehatan sudah cukup baik tetapi tidak konsisten.
4. Fungsi Reproduksi :
Pak K mempunyai 4 orang anak dan mengatakan tidak ingin punya anak lagi. Ibu K berumur 50 tahun
dan mengatakan belum berhenti haid tetapi pasangan ini tidak mengikuti program KB. Menurut ibu K,
selain karena takut juga pada pak K sudah tua dan sakit-sakitan sehingga jarang melakukan hubungan
suami istri. Menurut pak K dan ibu, keduanya bisa menerima keadaan seperti ini selain karena anak-
anaknya semakin besar juga harus bisa menerima kenyataan hidup.
5. Fungsi Ekonomi :
Pak K mengatakan kondisi akan keluarga saat ini menurun drastis sejak kondisinya sering sakit-sakitan
akan tetapi ibu masih membantu mencari nafkah walaupun penghasilannya tak seberapa. Saya sangat
mengharapkan masih ada orang yang mau menyewa kamar kost kami agar masukan keluarga kami
bertambah sehingga saya bisa terus menyekolahkan anak anak kami. Oleh sebab itu penggunaan uang
kami lakukan seefisien mungkin.

VI. Stres dan Koping Keluarga


1. Stresor Jangka Pendek dan panjang :
Menurut Pak K, sejak 6 bulan terakhir ini sering memikirkan keadaannya yang semakin tua dan sering
sakit-sakitan sementara anak-anaknya semua masih sekolah, belum ada yang bekerja. Tetapi Pak dan ibu
K mengatakan tidak terlalu cemas karena semuanya sudah diatur oleh yang Maha Kuasa.
2. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Stresor :
Selain kepasrahannya, pak K berharap anaknya Abdul Anas cepat mendapat pekerjaan setamat STM
nanti.
3. Strategi Koping Yang Digunakan :
Pak K bersama istri selalu berdiskusi untuk memecahkan problem keluarga dengan kadang-kadang
melibatkan anaknya Abdul Anas sebagai anak sulung. Selain itu pak K dan ibu mengatakan disamping
berusaha juga berpasrah pada kehendak Yang Maha Kuasa. kalau kebutuhan yang sangat mendesak,
keluarga ibu K selalu dimintai bantuan.
4. Strategi Adaptasi Disfungsional :
Menurut Bapak dan ibu K, anak sulung Abdul Anas mulai belajar merokok. Tetapi menurut Abdul Anas
sendiri, hal itu dilakukannya hanya sebatas penampilan sebagai anak muda untuk melepas ketegangan.
Selama ini tidak pernah membeli rokok dari uang pemberian orang tua kecuali diberi teman-temannya.
VII. Pemeriksaan Fisik.
Pak K: T : 120/80, N : 72x/m, S : 365c. Retraksi +, suara parau, agak kurus, mengeluh sesak napas,
sianosis.
Ibu K : T : 130/90, N : 68x/m, S : 360c.

VIII. Harapan Keluarga.


Pak K dan ibu berharap sesekali petugas puskesmas mau berkunjung seperti ini sehingga keluarganya bisa
memahami norma-norma kesehatan dan mengetahui tentang bronchitis kronis lebih banyak lagi. Selain
itu pengobatan di puskesmas kalau bisa lebih lengkap lagi terutama untuk penyakit-penyakit kronis,
ungkap pak K.

I. Analisis dan sintesis Data


NO ANALISA DATA ETIOLOGI PROBLEM
1 Data Subyektif : Ketidakmampuan Gangguan
Pak K mengatakan: keluarga pemeliharaan
mengenal kesehatan
Saya sedang menderita masalah
penyakit Bronchitis Kronis kesehatan
sejak lebih dari 2 tahun lalu keluarga
berdasarkan diagnosa dokter
puskesmas K
Sakit saya sering kumat-
kumatan, bila kumat saya
Batuk-batuk dan berlendir
terutama malam hari atau
terkena udara dingin, sesak
napas, suara parau, kadang-
kadang disertai panas badan,
badan lemah dan pusing.

Saya masih merokok sesekali.


Saya tidak menampung sputumnya di
satu tempat khusus.
Data Obyektif :
Pak K nampak kurus disertai retraksi
(+) saat bernafas

Data Subyektif :
2 Ibu K mengatakan: Ketidakmampuan
Saya memasak menggunakan kayu keluarga Gangguan
bakar. memodifikasi manajemen
Saya mengepel rumah 2x seminggu. lingkungan yang pemeliharaan
Data Obyektif : sehat rumah
Ventilasi rumah kurang akurat.
Atap dan dinding rumah tampak
hitam.
Lantai rumah tampak banyak
debu/tanah bertebaran karena keluarga
ke luar masuk rumah tanpa melepas
alas kaki.

Data Subyektif :
Ibu K mengatakan:
Belum berhenti haid.
Ketidakmampuan
Tidak mengikuti program KB keluarga
3 Resiko
Kami tidak ingin mempunyai anak mengambil terjadinya
lagi. keputusan yang kehamilan
Data Obyektif : tepat untuk diluar
Pak K dan Ibu mempunyai 4 orang keluarga rencana
Ibu K nampak sehat dan segar.

Data Subjektif:
Pak K mengatakan:

Akhir-akhir ini sering


Ketidakmampuan
menggunakan pengobatan
keluarga Kurangnya
4 alternatif ke Tabib karena
menggunakan pengetahuan
berobat ke dokter semakin
fasilitas kesehatan pada
mahal sementara pengobatan
yang ada keluarga pak
K
di puskesmas tidak cukup
obatnya.

Sering berpindah-pindah dokter.


Data Objektif:

Pak K menunjukkan obat yang


diperoleh dari dokter
Pak K menceritakan
pengalamannya menggunakan
obat herbal dari tabib.
4

II. Perumusan Diagnosa Keperawatan


NO Diagnosa Keperawatan
1 Gangguan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan Ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah kesehatan anggota keluarga yang sakit d/d Sakit
saya sering kumat-kumatan, bila kumat saya Batuk-batuk dan berlendir, saya
masih merokok.
2 Gangguan manajemen pemeliharaan rumah berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mempertahankan dan menciptakan lingkungan
rumah yang sehat d/d Ibu K masak menggunakan kayu bakar.
Resiko tinggi terjadinya kehamilan ibu K diluar rencana berhubungan dengan
3
ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat d/d Ibu K tidak
mengikuti program KB.
Kurangnya pengetahuan pada keluarga Pak K berhubungan dengan
4 Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada d/d Pak
K mengatakan berobat ke Alternatif.

III. Penilaian (Skoring) Diagnosis keperawatan


1. Gangguan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan anggota keluarga yang sakit d/d Sakit saya sering kumat-kumatan, bila kumat saya Batuk-
batuk, saya masih merokok.
No Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran
1. Sifat masalah 3/3 x 1 1 Bila keadaan tsb tidak di tangani
(Tidak/kurang segera maka penyakit Pak K
sehat) dapat menular ke anggota
keluarga yang lain.
2. Kemungkinan 1/2 x 2 1 Pak K mau berhenti merokok
masalah dapat dan menampung sputum pada
diubah satu tempat khusus
(Hanya sebagian)
3. Potensial masalah 2/3 x 1 2/3 Keluarga mau merawat pak K
untuk dicegah ketika sakit sebagai perwujudan
( cukup ) kasih saying terhadap ayah
/suami.
4. Menonjolnya 0/2 x 1 0 Keluarga pak K merasa penyakit
masalah yang diderita oleh Pak K
(Masalah tidak bukan masalah yang serius dan
dirasakan) semua ini adalah takdir dari
yang maha kuasa.
Total Skor 2 2/3

2. Gangguan manajemen pemeliharaan rumah berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga


menciptakan lingkungan rumah yang sehat d/d ibu k memasak menggunakan kayu bakar

No Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran


1. Sifat masalah 3/3 x 1 1 Bila keadaan tersebut tidak segera
(Tidak sehat) ditangani maka akan
memperburuk keadaan Pak K
2. Kemungkinan 2/2 x 2 1 Sumber-sumber yang ada dan
masalah dapat tindakan untuk memecahkan
diubah masalah dapat dijangkau keluarga.
( Mudah) Mis: menggunakan kompor
sumbu/gas dengan cara menabung
3. Potensi untuk 3/3 x 1 1 Masalah dapat dicegah untuk
mencegah tidak memperburuk keadaan dapat
masalah dilakukan pak K dan keluarga
(Tinggi) dengan memperbaiki perilaku
hidup sehat.
4. Menonjolnya 2/2 x 1 1 Keluarga menyadari adanya
masalah masalah tetapi keluarga tidak tahu
(Masalah berat bahwa asap dapur dapat
harus segera memperburuk keadaan Pak K.
diatasi)
Total Skor 4

3. Resiko tinggi terjadinya kehamilan ibu K diluar rencana berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengambil keputusan yang tepat d/d Ibu K tidak mengikuti program KB.
No Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran
1. Sifat masalah 1/3 x 1 1/3 Adanya ancaman kesehatan tetapi
( Krisis) tidak perlu ditangani segera.
2. Kemungkinan 2/2 x 2 2 Untuk menjadi aseptor KB
masalah dapat dengan menggunakan kontrasepsi
diubah mungkin sulit bagi pasangan
(Mudah) tetapi menggunakan metode
kalender melalui pemahaman
siklus haid dapat diajarkan tanpa
biaya mahal.
3. Potensi untuk 3/3 x 1 1 Dengan menggunakan metode
mencegah kalender yang sifatnya mudah dan
masalah murah, pasangan dapat leluasa
(Tinggi) berhubungan seks.
4. Menonjolnya 1/2 x 1 1/2 Bapak dan ibu K mengatakan
masalah dapat menerima keadaan hidup
(Masalah tanpa berhubungan seks lagi
dirasakan tetapi karena pak K sering sakit.
tidak perlu
segera diatasi)
Total Skor 3 5/6

4. Kurangnya pengetahuan pada keluarga Pak K berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga


menggunakan fasilitas kesehatan yang ada d/d Pak K mengatakan berobat ke Alternatif.

No Kriteria Perhitungan skor Pembenaran


1 Sifat Masalah 1/3x1 1/3 Pak K mengatakan berobat ke
(Krisis) puskesmas obatnya tidak cukup,
sehingga sering berobat ke dokter
dan alternative
2 Kemungkinan 1/2x2 1 Pak K dan keluarga merasa aman
masalah dapat berobat ke alternative
diubah
(Hanya
sebagian)
3 Potensial 2/3x1 2/3 Walaupun Pak K brobat ke
masalah untuk alternative tatapi sesekali beliau
dicegah ke puskesmas terdekat
(Cukup)
4 Menonjolnya 0/2x1 0 Pak K merasa ini masalah biasa
Masalah dan ini adalah takdir dari Tuhan.
(Masalah tidak
dirasakan)
Total skor 2
IV. Prioritas Diagnosis Keperawatan
Prioritas Diagnosis Keperawatan Skor
1 Gangguan manajemen pemeliharaan rumah 4
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mempertahankan dan menciptakan lingkungan
rumah yang sehat d/d Ibu K masak menggunakan
kayu bakar.

2 Resiko tinggi terjadinya kehamilan ibu K diluar 3 5/6


rencana berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga mengambil keputusan yang tepat d/d Ibu K
tidak mengikuti program KB.

3 Gangguan pemeliharaan kesehatan berhubungan 2 2/3


dengan Ketidakmampuan keluarga mengenal
masalah kesehatan anggota keluarga yang sakit d/d
Sakit saya sering kumat-kumatan, bila kumat saya
Batuk-batuk dan berlendir, saya masih merokok.
4 Kurangnya pengetahuan pada keluarga Pak K 2
berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga
menggunakan fasilitas kesehatan yang ada d/d Pak K
mengatakan berobat ke Alternatif.
V. INTERVENSI KEPERAWATAN

Tujuan Kriteria Evaluasi


No Diagnosis Kep
Umum Khusus Kriteria Standart
1 Gangguan Penyakit Ibu K tidak Psikomo -Keluarga dapat Mendiskusikan ( menjelaskan,
manajemen yang di menggunak tor menciptakan menjelaskan kembali) tentang b
pemeliharaan derita Pak K an kayu lingkungan yang anggota keluarga lainnya.
rumah b/ d tidak bakar untuk bersih dan sehat Mendiskusikan ( menjelaskan,
ketidakmampuan semakin memasak -Keluarga menjelaskan kembali) akibatny
keluarga memburuk. paham dengan Bersama keluarga memodifika
memodifikasi Seluruh apa yang dengan menyampaikan manfaat
lingkungan keluarga disampaikan olh debu/tanah, dengan cara melepa
rumah yang mampu perawat. rumah secara rutin serta mengan
sehat d/d Ibu K mencipta- setiap hari
masak kan
menggunakan lingkungan
kayu bakar. yang bersih
dengan cara
melepaskan
sandal
ketika
masuk
rumah.
2 Resiko tinggi Ibu K mau Ibu K tidak Verbal -Keluarga Mendiskusikan ( menjelaskan,
terjadinya menjadi mengalami mengetahui menjelaskan kembali) tentang K
kehamilan ibu K aseptor KB hamil di jenis jenis KB Mendiskusikan ( menjelaskan,
diluar rencana b/ luar menjelaskan kembali) akibtnya
d rencana. -Keluarga Memberikan solusi yang aman
ketidakmampuan mengetahui Memberikan pujian pada kelua
keluarga Ibu K mamfaat KB
mengambil menyadari
keputusan yang bahwa
tepat d/d Ibu K dirinya
tidak mengikuti masih
program KB. dalam
keadaan
yang
memungkin
kan hamil
yang
ditandai
dengan
haid setiap
bulannya.
3 Gangguan Penyakit Keluarga Psikomo -Keluarga Mendiskusikan ( menjelaskan,
pemeliharaan yang di mengenal tor mengenal menjelaskan kembali) tentang b
kesehatan b/ d derita Pak K karakteristi masalah dan perawatannya.
Ketidakmampua tidak k penyakit kesehatan pak K Mendiskusikan dengan keluarg
n keluarga menular pada Bronchitis - Pak K minum alternative yang dapat dilakuka
mengenal keluarganya. Kronis dan obat secara rutin berulang
masalah mampu sesuai anjuran Ajarkan keluarga cara membua
kesehatan merawat dokter. menampung sputum yang mem
anggota keluarga Pak K.. menampung sputum pada temp
yang sakit d/d Anjurkan Pak K meminum oba
Sakit saya sering Berikan bimbingan dengan ilus
kumat-kumatan, sebagainya.
bila kumat saya Dengarkan pernyataan yang di
Batuk-batuk dan
Tanggapi pertanyaan dengan sa
berlendir
Bimbing keluarga untuk mengu
4 Kurangnya Keluarga pak Keluarga Verbal - Keluarga Pak Mendiskusikan ( menjelaskan,
pengetahuan K terus sepakat jika K terus menjelaskan kembali) tentang p
pada keluarga menggunaka diadakan membawa pak k Menjelaskan pentingnya berob
Pak K n fasilitas k evaluasi ke sarana Menjelaskan pentingnya kerja
berhubungan esehatan sewaktu-
kesehatan secara Beri pujian terhadap keputusan
dengan waktu oleh rutin atas keputusan yang keliru.
Ketidakmampua perawat/pet
n keluarga ugas
menggunakan kesehatan
fasilitas
kesehatan yang
ada d/d Pak K
mengatakan
berobat ke
Alternatif.

VI. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

TANGGAL / NO DIAGNOSA IMPLEMENTASI


WAKTU
12-12- 1 Memberikan penyuluhan/penkes
2012/09.00 (Gangguan manajemen menggunakan media leaflet tentang bahaya
pemeliharaan rumah b/ d asap dapur, lantai yang berdebu dan kotor,
ketidakmampuan keluarga ventilasi yang tidak adekuat bagi penderita
memodifikasi lingkungan bronchitis kronis yang dihadiri oleh Datok
rumah yang sehat d/d Ibu K desa setempat, Petugas kesehatan, serta
masak menggunakan kayu keluarga pak k, khusussnya oleh Pak K.
bakar)
Melibatkan keluarga secara langsung/
bersama keluarga menciptakan lingkungan
rumah yang bersih dan sehat, dengan
cara mengepel lantai rumah agar terhindar
dari debu/tanah, serta menyarankan keluarga
menggunakan sandal khusus untuk dalam
rumah dan menganjurkan keluarga untuk
membuka jendela setiap hari
Kontrak selanjutnya dilakukan pada tanggal
19-12-2012 jam 09.00 untuk kegiatan Evaluasi
terhadap kegiatan yang telah/tidak dilakukan

VI.a. Rencana kegiatan pada keluarga Pak K( Satuan Acara Penyuluhan )


Sasaran : Keluarga Pak K
Hari/Tanggal : Rabu/12 -12-2012
Waktu : 45 menit
Dx . Kep : No 1
Intervensi : No 1,3
Kunjungan ke :1

1. Latar Belakang
Pak K adalah seorang petani yang mempunyai 4 orang anak, beliau menderita penyakit bronchitis
selama 2 tahun belakangan ini atas diagnose dari Dokter puskesmas K. Sakit beliau sering kumat
kumatan, bila kumat beliau batuk batuk berlendir, namun demikian Pak K masih juga merokok 2-3
batang/hari. Peningkatan pengetahuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan yang menjamin
kesehatan pak K merupakan hal yang paling penting karena bila keadaan lingkungan buruk maka
penyakit Pak K akan semakin memburuk sehingga dapat memperburuk keaadaan Pak K.

2. Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam bentuk pendidikan kesehatan diharapkan keluarga
meningkatkan pengetahuannya dengan tolak ukur:
1. Keluarga dapat menyebutkan bahaya lingkungan yang penuh asap dan debu bagi kesehatan
2. Keluarga dapat menyebutkan akibatnya bila sering terpapar asap dan debu bagi kesehatan keluarga
3. Keluarga dapat menyebutkan cara cara menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat

Tahap dan Kegiatan perawat Kegiatan keluarga


waktu
Pendahuluan Mengucapkan salam pada keluarga Menjawab salam
( 5 menit) Mengingatkan kontrak yang telah disepakati Memberikan respon
Menanyakan kesiapan keluarga untuk kontrak Menjawab kesiapan
saat ini Memperhatikan
Menginformasikan tujuan yang hendak dicapai

Pelaksanaan Memperhatikan
(35 menit) Menjelaskan tentang Bronkitis kronis, penyebab
serta tanda dan gejalanya Memperhatikan
Menjelaskan tentang lingkungan rumah yang Bertanya
sehat
Menjelaskan tentang bahaya ventilasi yang tidak Memperhatikan
adekuat
Memberi kesempatan keluarga bertanya terhadap Memperhatikan
penjelasan yang telah diberikan dan menjawab Memperhatikan
pertanyaan yang muncul
Menjelaskan tentang akibat yang dapat timbul Bertanya
bila sering terpapar asap dan debu Memperhatikan
Menjelaskan tentang alternative mengurangi asap
dan debu di rumah
Menyarankan keluarga
Penutup Membuat kesimpulan
membuat/menyediakan tempat khusus untuk
( 5 menit ) bersama keluarga
menampung sputum Pak K
Memperhatikan
Memberi kesempatan keluarga bertanya terhadap
penjelasan yang telah diberikan dan menjawab
pertanyaan yang muncul Mengungkapkan tentang
Memberikan penguatan terhadap respon yang kontrak akan datang.
telah dilakukan keluarga

Membuat kesimpulan dengan keluarga tentang


materi pendidikan kesehatan yang telah diberikan
Memberikan informasi cara dan tempat
memperoleh informasi lanjutan yang
berhubungan dengan materi pendidikan kesehatan
Membuat kontrak yang akan dating ( untuk
kunjungan selanjutnya)

VI. EVALUASI KEPERAWATAN


TANGGAL NO EVALUASI
DAN DIAGNOSA
WAKTU
17-12- 1 S: Keluarga mengatakan bahwa :
2012/09.00 Kami sudah mengerti dengan materi yang telah diberikan
Kami sudah membuka jendela setiap hari
Kami sudah melepaskan sandal ketika masuk rumah dan
sudah mengepel lantai setiap hari
Kami belum bisa membeli kompor gas/minyak karena uang
tabungan kami belum cukup untuk membeli kompor
gas/minyak.
O: Keluarga dapat menjawab pertanyaan tentang bahaya
asap dan debu untuk kesehatan, serta ventilasi yang tidak
adekuat, keadaan rumah pun sudah kelihatan rapi dan tidak
sumpek, jendela sudah terbuka, namun ibu k masih memasak
menggunakan kayu bakar dikarena kan uang tabungan
mereka belum cukup untuk membeli kompor minyak/gas.
A: Masalah teratasi sebagian
Keluarga dapat menjawab pertanyaan tentang bahaya asap
dan debu untuk kesehatan serta ventilasi yang tidak adekuat
keadaan rumah sudah kelihatan rapi dan tidak sumpek
jendela sudah terbuka
P: Melanjutkan dan menambah intervensi:
Menganti rencana penukaran kayu bakar ke kompor
gas/minyak dengan tetap menggunakan kayu bakar tetapi
kayunya dijemur hingga kering dan membuang kulit kayu
sehingga asap tidak terlalu banyak serta menambah ventilasi
di atas atap dan membersihkan/membuang abu kayu setelah
selesai masak.
Hal ini dilakukan sebelum keluarga mempunyai uang yang
cukup untuk membeli kompor gas/minyak.
Evaluasai ulang.
BAB IV
PENUTUP

1. Kesimpulan
Istilah bronchitis kronis menunjukkan kelainan pada bronchus yang sifatnya menahun (berlangsung
lama) dan disebabkan oleh berbagai faktor, meliputi faktor yang berasal dari luar bronchus maupun dari
bronchus itu sendiri. Bronkhitis kronis merupakan keadaan yang berkaitan dengan produksi mucus
trakheobronkhial yang berlebihan, sehingga menimbulkan batuk yang terjadi paling sedikit selama tiga
bulan dalam waktu satu tahun untuk lebih dari dua tahun berturut-turut.
Faktor utama yang mempengaruhi timbulnya bronchitis yaitu rokok, infeksi dan polusi. Selain itu
terdapat pula hubungan dengan faktor keturunan dan status social ekonomi.
Salah satu Diagnose keperawatan yang muncul pada keluarga Pak K dengan diagnose medis
bronchitis kronis adalah:
Gangguan manajemen pemeliharaan rumah berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mempertahankan dan menciptakan lingkungan rumah yang sehat d/d Ibu K masak menggunakan kayu
bakar.
Gangguan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan anggota keluarga yang sakit d/d Sakit saya sering kumat-kumatan, bila kumat saya Batuk-
batuk dan berlendir, saya masih merokok.
2. Saran
a. Bagi teman sejawat
Dengan adanya makalah ini diharapkan perawat dan mahasiswa dapat melakukan asuhan Keperawatan
keluarga pada pasien dengan bronkitis kronis
b. Bagi Instansi pendidikan
Dengan adanya makalah ini diharapkan instansi pendidikan dapat meningkatkan mutu pendidikannya
agar dapat membuat peningkatan kualitas pendidikan Asuhan Keperawatan keluarga.
c. Bagi pihak Rumah Sakit/pelayanan kesehatan
Dengan adanya makalah ini diharapkan pihak rumah sakit/puskesmas dapat memberikan motivasi bagi
karyawannya terutama perawat agar dapat melakukan Asuhan Keperawatan keluarga dengan bronkitis
kronis.
DAFTAR PUSTAKA
Bailon G. Salvicion & Maglaya Arracelis. Perawatan Kesehatan Keluarga. Copyriche 1978.
UP Coleege of Nursing. Dillman. Quezon City. Philippines. Jakarta. 1989.
Depkes RI. Tata Laksana Perawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta. 1987.
Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Seri C. Jakarta. 1994.
Buku Ajar Asuhan Keperawatn Keluarga. Jakarta 2003.

Anda mungkin juga menyukai