KEPANITERAAN KLINIK
ILMU KESEHATAN JIWA
I. DENTITAS PASIEN
Nama :
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 59 Tahun
Alamat :
Suku Bangsa :
Warga Negara : Indonesia
Agama : Katolik
Pekerjaan : Penjual Pulsa
Pendidikan Terakhir : SMP
Status Pernikahan : Menikah (Pisah)
Tanggal Masuk RS : 1 Maret -
Tanggal Pemeriksaan : 2 Maret -
A. Keluhan Utama
1
Pasien diantar oleh kakak dengan keinginan sendiri karena merasa ada yang
mengejar, mengawasi dan merasa ada bisikan.
B. Keluhan Tambahan
Tidak Ada
2
1. Riwayat penyakit medis umum
Kelainan bawaan : Tidak ada
Infeksi : Tidak ada
Trauma : Tidak ada
Lainnya : Tidak ada
2. Riwayat Psikiatri
Pasien tidak pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya
Pasien adalah anak yang dikehendaki, anak ketujuh dari 7 bersaudara. Lahir
cukup bulan dan melalui proses caesar.
3
b. Riwayat Pekerjaan
Pasien mengaku sering membantu kakak-kakaknya dan orang lain untuk
mendapat penghasilan. Tetapi setelah memiliki anak, pasien lebih memilih
untuk bekerja dan menghasilkan uang sendiri. Saat ini pasien mengaku
memiliki counter pulsa sendiri.
c. Riwayat Pernikahan
Pasien mengaku pernah menikah sebanyak 2 kali, keduanya hanya menikah
secara agama. Perkawinan pertama dilaksanakan secara siri sesuai agama Islam
di Sukabumi, dan memiliki seorang anak perempuan. Menurut pasien, suami
pertamanya pergi begitu saja tanpa kabar. Lalu pasien pun pindah bersama
anaknya ke Jakarta. 3 tahun yang lalu pasien menikah lagi secara agama
Kristen, dan saat ini sudah berpisah tetapi tidak pernah mengurus surat cerai.
6. Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak ke tiga dari tujuh bersaudara. Ayah dan ibu kandung
pasien keduanya masih hidup dan tidak bekerja. Pasien mengatakan dari tujuh
bersaudara pasien memiliki 3 kakak laki-laki dan 3 kakak perempuan. Pasien
mengaku memiliki masalah dengan kakak nomor 5.
Pasien mengatakan di keluarga tidak ada yang memiliki penyakit DM,
Hipertensi, dan Asma. Kakak ke 6 pasien pernah di rawat di Rumah Sakit Jiwa
Grogol karena alasan yang sama dengan pasien.
Genogram
4
: Pasien : Bercerai
: perempuan : Menikah
: laki-laki
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Seorang perempuan berumur 39 tahun, berpenampilan rapi sesuai dengan
usianya, berkulit sawo matang, bertubuh normal, berambut panjang
berwarna hitam, berkacamata. Pasien juga tampak tenang. Pasien bisa
merawat diri sendiri dan tampak bersih. Pasien ramah dan cukup kooperatif
selama di wawancara.
C. Pembicaraan
Pasien berbicara lancar. Dapat menjawab semua pertanyaan dengan baik.
Volume bicara cukup, intonasi baik dan pasien terlihat fokus dalam menjawab
pertanyaan.
5
D. Gangguan Persepsi
a. Halusinasi : Auditorik
b. Ilusi : tidak ada
c. Depersonalisasi : tidak ada
d. Derealisasi : tidak ada
E. Proses Berpikir
1. Bentuk pikir
Koheren
2. Arus Pikir
3. Isi Pikir
Preokupasi : Tidak ada
Waham : Kejar
Obsesi kompulsi : Tidak ada
Fobia : Tidak ada
Ide bunuh diri : Tidak ada
Cukup ide
3. Daya Ingat
Jangka panjang : Tidak terganggu (pasien mampu mengingat masa
kecilnya)
Jangka sedang : Tidak Terganggu (pasien mampu mengingat saat
masih bersama suaminya)
Jangka pendek : Tidak terganggu (pasien mampu mengingat
menu
sarapan pagi tadi)
Segera : Tidak terganggu (pasien mampu mengingat
nama
6
pewawancara)
6. Kemampuan Visuospasial
Pasien dapat berjalan dengan baik tanpa menabrak benda-benda yang ada
disekelilingnya.
7. Pikiran Abstrak
Pasien dapat mendeskripsikan perbedaan antara memakai lipstick dan
bedak.
G. Pengendalian Impuls
Baik (pasien tidak menujukkan agresivitas selama wawancara).
B. Pemeriksaan Neurologis
Selaput Otak : tidak ditemukan
Gejala Peningkatan TIK : tidak ditemukan
Patologis : (-)
Pemeriksaan tambahan
Tidak diperiksa
8
- Seorang pasien perempuan berusia 39 tahun diantar kakanya dengan keinginan
sendiri dibawa ke RS POLRI dengen keluhan merasa ada yang mengawasi sejak 2
minggu yang lalu.
- Pasien memiliki stressor yang berat karena berkelahi dan mendapat ancaman dari
kakak ke-5 sehingga pasien mengalami waham kejar dan halusinasi auditorik.
- Saat hari pertama di RS POLRI, pasien mau diajak bicara, kooperatif, mau makan,
berbicara spontan.
- Saat di bangsal pasien mengalami waham kejar, karena merasa ada yang
mengawasi gerak gerik pasien. Tetapi menurut pasien selama di bangsal dahlia,
pasien tidak lagi mendengar bisikan dan dapat tidur dengan pulas.
- Pada status mental pada tanggal 2 Maret 2016, didapatkan penampilan rapi,
tenang, kooperatif, bicara spontan, volume cukup dan artikulasi jelas. Mood eutim
dengan afek serasi, terdapat waham kejar. Pada bentuk pikir koheren, dan isi pikir
cukup ide. Tilikan pasien derajat 6, karena pasien sadar dirinya sakit dan
membutuhkan pertolongan.
Setelah wawancara, pasien ditemukan adanya sindroma atau pola perilaku dan
psikologi yang bermakna secara klinis dan menimbulkan penderitaan (distress) dan
ketidakmampuan/hendaya (disability/ impairment) dalam fungsi serta aktivitasnya
sehari-hari. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami gangguan
jiwa yang sesuai dengan definisi yang tercantum dalam PPDGJ III.
Diagnosis Aksis I
Berdasarkan hierarki diagnosis gangguan jiwa pada PPDGJ III, dari hasil
pemeriksaan status generalis dan status neurologis ditemukan keadaan pasien
yang compos mentis, tidak ada kelainan fisik, sehingga Gangguan Mental
Organik dapat disingkirkan (F0)
Pada pasien ini ditemukan adanya halusinasi auditorik. Hal ini tampak pada saat
anamnesis dimana pasien mengatakan bahwa pasien mendengar bisikan yang
menyuruh pasien untuk telanjang. Selama di bangsal dahlia pasien mengaku
sudah tidak mendengar bisikan tersebut.
9
Pada pemeriksaan status mental didapatkan Mood eutim dengan afek serasi,
terdapat waham kejar, halusinasi auditorik. Pada bentuk pikir koheren, dan isi
pikir cukup ide. Tilikan pasien derajat 6 karena pasien sadar pasien sakit dan
membutuhkan pertolongan.
Sehingga pada pasien ini dapat didiagnosis, Gangguan Psikotik Akut dan
Sementara (F23)
Diagnostik Aksis II
Z03.2 Tidak didapatkan data yang bermakna untuk menentukan retardasi mental
atau gangguan kepribadian.
Pada pasien ini tidak ditemukan adanya kelainan pada keadaan medis secara
umum.
Diagnostik Aksis IV
Pada pemeriksaan ditemukan adanya stressor yang berupa masalah berkaitan
dengan lingkungan keluarganya.
Diagnostik Aksis V
GAF Scale 80-71 gejala sementara dan dapat diatasi, disabiltas ringan dalam
sosial, pekerjaan, dll
VIII. TERAPI
10
Non Medikamentosa : Psikoterapi Suportif
Farmakoterapi : Olandoz 1x10 mg
IX. PROGNOSIS
Quo ad Vitam : bonam
Quo ad Functionam : dubia ad bonam
Quo ad Sanationam : dubia ad bonam
X. PEMBAHASAN
Pada kasus ini pasien termasuk diagnosis F23 yaitu Gangguan Psikotik Akut dan
Sementara karena memenuhi beberapa kriteria diagnosis berdasarkan PPDGJ-III,
yaitu :
Pedoman Diagnostik
11
dapat diberikan sebagai suportif. Pasien diberikan obat anti psikosis yaitu olandoz
(olanzepine) 1x10 mg yang tergolong dalam antipsikosis golongan atipikal.
Diberikan antipsikosis golongan atipikal karena selain menghindari efek
ekstrapiramidal, mekanisme kerja obat anti psikosis atipikal adalah selain memblock
dopamine pada reseptor pasca sinaptik neuron di otak, khususnya di sitem limbik dan
sistem ekstrapiramidal (dopamine D2 receptor antagonist) yang dimana efektif untuk
gejala positif, juga efektif terhadap serotonin 5HT2 reseptor yang digunakan untuk
mengurangi gejala negative.
12