Anda di halaman 1dari 3

PRE-TEST KOAS UNTAR

Ivan Nugroho

1. Keluhan utama: Hidung tersumbat

DD anatomi :
- Hidung
- Sinus paranasal
- Nasofaring

DD patologi :
- Kongenital (septum deviasi)
- Trauma (septum deviasi, abses hidung)
- Corpus alienum (myasis nasal)
- Radang (akut: sinusitis, rinitis simpleks; kronik: rinitis atrofi, polip)
- Neoplasma (jinak, ganas)

Terapi:
- Septum deviasi: analgetik, dekongestan, pembedahan
- Abses hidung: antibiotik, analgetik, insisi abses
- Corpus alienum: ekstraksi
- Radang: antibiotik

Indikasi Terapi:
Jika masih memungkinkan diberikan terapi secara farmakologis, namun jika keluhan
memberat atau mengganggu akifitas pasien makan dapat diberikan terapi lebih lanjut
seperti pembedahan

2. Keluhan utama: Tinitus

DD anatomi:
- Telinga luar
- Telinga tengah
- Telinga dalam

DD patologi:
- Obstruksi
- Trauma
- Kelainan saraf
- Infeksi
- Meniere disease

Terapi:
Diberikan terapi secara farmakologi seperti antibiotik dan antiradang
3. Keluhan utama: Serak

DD anatomi:
- Supraglotis
- Glotis
- Subglotis

DD patologi:
- Laringitis akut
- Nodul pita suara, polip, kista, papiloma
- Paralisis pita suara
- Rhinosinusitis
- Kanker laring
- Refluks laringofaringeal

Terapi:
Pemberian obat antibiotika, antiinflamasi, pembedahan pada tumor jinak laring,
laringektomi pada karsinoma laring, terapi suara / wicara

4. Bagaimana cara pelasakanaan:


a. Audiometri
Indikasi:
- Tuli konduktif
- Tuli sensorineural
- Tuli campuran

Cara pemeriksaan:
1. Pasang headphone
2. Pemeriksaan dimulai pada telinga kanan dimulai pd frekuensi 1000 Hz dengan
intensitas 40 50 dB, bila orang yang diperiksa mendengar maka ia akan
menekan tombol sinyal dan petunjuk lampu akan menyala.
3. Turunkan secara bertahap intensitas suara sebesar 10 dB sampai tidak mendengar,
4. Naikkan lagi intensitas suara dengan setiap kenaikan sebesar 5 dB sampai orang
yang diperiksan mendengar lagi.
5. Berikan rangsangan sampai 3 kali bila respon hanya 1 kali dari 3 kali test maka
naikan lagi 5 dB dan berikan rangsangan 3 kali.
6. Bila telah didapat respon yang tetap maka perpaduan antara penurunan dan
penambahan merupakan Batas Ambang Dengar.
7. Catat hasil dalam lembar data pemeriksaan dan pada audiochart.
8. Untuk pemeriksaan frekuensi berikutnya, mulailah pada tingkat 15 dB lebih
rendah dari ambang dengar pada frekuensi 1000 Hz dan terakhir pemeriksaan
pada frekuensi 500 Hz.

b. Timpanometri:

Indikasi:
- Perforasi membran timpani
- Timpanosklerosis
- Disfungsi tuba eustachius
- Otosklerosis
- Kelainan nervus VII
- Menurun atau hilangnya pendengaran

Kontraindikasi:
Pada bayi usia kurang dari 7 bulan, karena kartilago pada telinga masih sangat lunak
sehingga menyebabkan hasil dari timpanogram tidak akurat.

Cara pemeriksaan:
Memasukkan suatu probe ke liang telinga dan diberikan gelombang bunyi, dan alat
akan memberikan grafik yang dapat di cetak berupa timpanogram.

c. Kalorimetri

Indikasi:
Gangguan vestibular (motion sickness, bppv, meniere disease)

Cara pemeriksaan:
1. Penderita berbaring dengan kepala fleksi 30, sehingga kanalis semisirkularis
lateralis dalam posisi vertikal.
2. Kedua telinga diirigasi bergantian dengan air dingin (30C) dan air hangat (44C)
masing-masing selama 40 detik dan jarak setiap irigasi 5 menit.
3. Nistagmus yang timbul dihitung lamanya sejak permulaan irigasi sampai
hilangnya nistagmus tersebut (normal 90-150 detik).
4. Dengan tes ini dapat ditentukan adanya canal paresis atau directional
preponderance ke kiri atau ke kanan.
5. Canal paresis ialah jika abnormalitas ditemukan di satu telinga, baik setelah
rangsang air hangat maupun air dingin.
6. Sedangkan directional preponderance ialah jika abnormalitas ditemukan pada arah
nistagmus yang sama di masing-masing telinga.
7. Canal paresis menunjukkan lesi perifer di labirin atau n. VIII, sedangkan
directional preponderance menunjukkan lesi sentral.

Anda mungkin juga menyukai