Anda di halaman 1dari 2

Butiran Mutiara Etika Bisnis dan Hukum (EBH), Semester 8, 2017

Satu Kata, Satu Produk Indonesia


Oleh : Aris Kirwanto (4 MRK 1)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), produk adalah barang atau jasa
yang dibuat dan ditambah gunanya atau nilainya dalam proses produksi dan menjadi hasil
akhir dari proses produksi itu. Produk Indonesia tidak dapat diukur pada kandungan
lokalnya saja. Jika produk Indonesia hanya diukur dari kandungan lokalnya saja, maka
semua produk yang ada di Indonesia saat ini merupakan produk Indonesia. Sebagai
contoh hasil tambang dari PT. Freeport tidak dapat begitu saja dinyatakan sebagai produk
Indonesia meskipun kandungan lokalnya 100% berasal dari emas Indonesia dan
mayoritas tenaga kerjanya merupakan tenaga kerja Indonesia. Jika produk Indonesia
hanya diukur berdasarkan hal tersebut maka produk Indonesia dapat diartikan sebagai
produk yang tidak memberikan dampak besar terhadap perekonominan negara. Bahkan
membuat negara Indonesia serasa terjajah oleh negara lain karena masih kalah dari negara
lain untuk dapat menghasilkan suatu produk yang berasal dari kekayaan negara sendiri.
Jadi dapat disimpulkan bahwa yang bukan produk Indonesia bukan hanya produk yang
benar-benar berasal dari negara lain, namun juga produk yang berasal dari Indonesia
tetapi mengatasnamakan negara lain sebagai pemiliknya.
Pada saat ini, masih cukup banyak proyek konstruksi yang menggunakan material
atau produk luar negeri sebagai bagian dari material utama proyek tersebut. Hal tersebut
dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain masih belum tersedianya material tersebut
di Indonesia, mutu material dari produk luar negeri lebih baik dari produk Indonesia,
persepsi bahwa produk luar negeri itu lebih bagus dari produk Indonesia, dan kurangnya
pengetahuan tentang produk Indonesia yang memiliki kualitas lebih baik daripada produk
luar negeri. Jika keadaan tersebut terus dibiarkan maka tidak menutup kemungkinan
bahwa produk Indonesia dapat menjadi pecundang di negeri sendiri.
Cukup banyak produk asing yang tidak terdapat di Indonesia, sebagai contoh
produk box girder baja untuk Jembatan Suramadu yang harus import dari Cina. Produk-
produk tersebut seharusnya dapat diproduksi di Indonesia dengan melakukan kajian
terhadap produk tersebut sehingga dapat diterapkan pada bahan material untuk proyek
konstruksi di Indonesia. Selain itu kita juga harus menghilangkan persepsi bahwa produk
luar negeri selalu lebih baik dari produk Indonesia. Tidak sedikit produk Indonesia yang
mampu bersaing dengan produk luar negeri dan bahkan memiliki kualitas yang lebih baik.
Indonesia juga memiliki berbagai produk teknologi dan metode konstruksi yang
diakui oleh negara lain, beberapa diantaranya adalah teknologi pondasi cakar ayam,
pondasi sarang laba-laba, dan sistem sosrobahu untuk pengerjaan konstruksi jembatan.
Namun berbagai produk tersebut belum banyak dikenal sebagai produk yang benar-benar
milik Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa masih banyak produk teknologi asli
Indonesia yang belum dikenal oleh masyarakat Indonesia, meskipun produk-produk
tersebut sudah menembus pasar internasional. Sebagai masyarakat Indonesia yang sangat
berhak mendapatkan produk indonesia yang berkualitas, kita jangan sampai tidak
mengenal produk dari negara kita sendiri dan hanya mengagungkan produk dari negara
lain. Sekarang seharusnya kita harus merasa merdeka dalam menggunakan produk, kita
tidak boleh hanya bergantung kepada negara lain untuk keperluan kita sendiri, namun kita
juga harus dapat menunjukkan bahwa kita mampu dengan menggunakan produk-produk
dari negara kita Indonesia. Satu kata untuk produk Indonesia, yaitu mendunia, jadi
harapannya produk Indonesia tidak hanya menjadi unggulan di negeri sendiri, tapi juga
mampu menguasai pasar internasional.
Tersendatnya pembangunan sebuah gedung, merupakan salah satu contoh
permasalahan yang muncul dalam dunia konstruksi. Contoh lain, timbulnya dilema ketika
perencana konstruksi dihadapkan pada keadaan tinggi atau berat gedung tanggung, daya
dukung tanah permukaan rendah, atau letak tanah keras cukup dalam. Solusi dari
permasalahan ini sudah ditemukan oleh orang Indonesia melalui produknya yang
bernama konstruksi pondasi sarang laba-laba. Berawal dari sebuah penelitian, lahirlah
penemuan baru sistem konstruksi atau pondasi bangunan, sebagai solusi terhadap dilema
yang selalu muncul ketika merencanakan gedung dengan ketinggian tanggung yang butuh
pondasi dangkal, seperti lantai satu hingga delapan. Penelitian yang dilakukan oleh Ir.
Sutjipto dan Ir. Ryantori tahun 1976 silam, yang akhirnya melahirkan penemuan baru itu.
Konstruksi itu diberi nama konstruksi sarang laba-laba atau KSLL karena bentuknya yang
mirip sarang laba-laba. Sistem pondasi sarang laba-laba yang merupakan hasil karya
bangsa Indonesia asli itu, tak hanya menjawab kebutuhan dunia teknologi konstruksi akan
sistem pondasi yang bernilai ekonomis dari segi biaya, tapi juga multi fungsi. Dalam
perhitungan anggaran biaya, biaya pondasi bisa dihemat hingga 50 persen. Dari segi
waktu, sistem KSLL ini juga sangat efisien, karena menerapkan prinsip ban berjalan,
sehingga pengerjaannya pun lebih cepat dibanding sistem konstruksi lain.

Contoh dari produk Indonesia bidang teknik sipil yaitu pondasi cakar ayam dan
sosrobahu.
Pondasi cakar ayam terdiri dan plat beton bertulang dengan ketebalan 10-15 cm,
tergantung dari jenis konstruksi dan keadaan tanah di bawahnya. Di bawah plat beton
dibuat sumuran pipa-pipa dengan jarak sumbu antara 2-3 m. Diameter pipa 1,20 m, tebal
8 cm, dan panjangnya tergantung dari beban di atas plat serta kondisi tanahnya. Untuk
pipa dipakai tulangan tunggal, sedangkan untuk plat dipakai tulangan ganda
Sistem pondsi cakar ayam sangat sederhana, hingga cocok sekali diterapkan di daerah
dimana peralatan modern dan tenaga ahli sukar didapat. Sampai batas-batas tertentu,
sistern ini dapat menggantikan pondasi tiang pancang. Untuk gedung berlantai 3-4
misalnya, sistem cakar ayam biayanya akan sama dengan pondasi tiang pancang 12 meter.

banyak pekerjaan konstruksi yg masih banyak mengkonsumsi produk asing sebagai


bagiannya.

Christoffoer Polhem menemukan peralatan pile driving


yang mana menyerupai mekanisme Pile driving saat ini. Tiang baja (steel pile)
sudah digunakan selama 1800 dan tiang beton (concrete pile) sejak 1900.
Revolusi industri membawa perubahan yang penting pada sistem pile driving
melalui penemuan mesin uap dan mesin diesel.
Teknik pemasangan pondasi tiang dapat dilakukan dengan pemancangan
tiang tiang baja/beton pracetak atau dengan membuat tiang tiang beton
bertulang yang langsung dicor di tempat (cast in place), yang sebelumnya telah
dibuatkan lubang terlebih dahulu.
Lebih lagi baru-baru ini, meningkatnya permintaan akan rumah dan
konstruksi memaksa para pengembang memanfaatkan tanah-tanah yang
mempunyai karakteristik yang kurang bagus. Hal ini membuat pengembangan dan
peningkatan sistem pile driving. Saat ini banyak teknik-teknik instalansi tiang pancang
bermunculan. Dan dari tahun ke tahun, penggunaan tiang pancang semakin meningkat
sehingga perkembangan teknologi tiang pancang semakin meningkat

Anda mungkin juga menyukai