Anda di halaman 1dari 51

SKK PENANGGULANGAN RABIES

A. TANDA-TANDA RABIES PADA MANUSIA


1. Phase awal (Prodromal):
Demam
Lesu

2. Pashe kedua (Sensorik):


Merasa Nyeri tidak jelas
Rasa panas pada bekas luka

3. Phase ketiga (Exitasi/Gila)


Berteriak-teriak
Menjambak-jambak rambut
Berlari-lari dan melompat-lompat
Takut air
Takut Angin
takut Cahaya
Takut Suara

4. Phase Akhir (Lumpuh):


Mulut menganga, air liur banyak/hiper salifasi
Lumpuh mulai dari kaki
Susah bernafas
Diakhiri dengan meninggal

B. TANDA-TANDA RABIES PADA ANJING (HPR)

1. Permulaan:
Malas makan
Lebih jinak
Mata merah

2. Gila:
Lari tanpa tujuan
Mengejar dan Menggigit apa saja yang bergerak
Lupa pulang/ linglung
Berkelahi tak mau kalah
Tidak kenal tuannya lagi
Makan semuan benda yg masuk ke mulutnya seperti batu beling dll.
Air liur menetes terus tanpa henti
Takut angin,suara,cahaya,air ,dll

3. Lumpuh:
Berjalan terseok-seok
Ekor terjepit di kedua kaki belakang
Lidah menjulur
Rahang bawah menggantung/menganga terus
diakhiri dengan kematian
C. PENYEBAB
1. Bibit penyakit yang disebut virus rabies
2. Terdapat pada air liur hewan penderita rabies

D. CARA PENULARAN

Rabies menular dari liur anjing yang mengigit manusia

E. PENGOBATAN
1. cucilah luka dengan sabun
2. Sesudah kering, obatilah dengan obat merah
3. Selanjutnya berobatlah ke dokter/sarana kesehatan terdekat

F. PENCEGAHANNYA.
1. Peliharalah anjing, kucing dan kera dengan baik/ dirawat.
2. Suntikan vaksin anti rabies secara teratur ke dokter hewan.

SKK PENANGGULANGAN DIARE

A. PENGERTIAN DIARE

Diare adalah berak encer atau bahkan berupa air saja selama 3 kali dalam
sehari atau lebih

B. GEJALA POKOK PENYAKIT DIARE


Berak Encer / mencret 3 kali dalam sehari atau lebih

C. PENYEBAB DIARE
Diare dpat diseabkan oleh bermacam-macam hal, diantaranya adalah:
1. Makanan yang dimakan tidak bersih
2. Karena keracunan makanan dan minuman

D. AKIBAT DIARE
Tubuh kekurangan cairan dan mineral

E. CARA MENOLONG PENDERITA DIARE.


Berikan minum sebanyak banyaknya dan berikan Oralit

F. Proses Penularan Diare.


Penderita dapat mengeluarkan kuman penyebab diare bersama-sama tinja
waktu buang air besar.
Bila penderita buang air besar di sembarang tempat, maka dapat
mencemari
lingkungan (air, tanah, dan sebagainya).
Kuman pada tinja dapat ditularkan kepada orang lain apabila melekat pada
tangan, dan kemudian dipakai untuk memegang makanan
Kuman yang keluar bersama-sama tinja dapat mencemari air. Kalau air
yang
tercermar tersebut dipergunakan sehari-hari tanpa dimasak, misalnya
untuk berkumur, menggosok gigi, mencuci sayur, diminum dan sebagainya
maka mereka akan tertular penyakit diare.
Kuman tersebut dapat pula mencemari makanan atau minuman, melalui lalat
atau air yang tercermar tersebut yang dipergunakan untuk mencuci
makanan atau minuman.

4. Cara Pencegahan Penyakit Diare:


Membiasakan makan makanan dan minum minuman yang telah dimasak.
mencuci seluruh bagian tangan dengan sabun dan menggunakan air yang
cukup sebelum makan, sesudah buang air besar, sebelum memegang
makanan dan sesudah bermain.
Buang air besar di jamban atau kakus
Memberikan makanan yang bergizi
Menjaga kebersihan halaman dan sampah dan kotoran.
SKK PENGENDALIAN PENYAKIT CACING

I. PRAMUKA SIAGA A. PENGERTIAN


Seorang dikatakan cacingan, bila dalam pemeriksaan tinjanya terdapat telur
cacing.

B. TANDA-TANDA CACINGAN
1. Pucat, kurang darah
2. Perut buncit
3. Mata cembung
4. Keluar cacing dari dubur atau mulut

C. PENYEBAB CACINGAN
Penyebab cacingan disebabkan oleh jenis cacing tanah yang terdapat pada usus,
adalah:
Cacing gelang
Cacing cambur
cacing tambang

D. CARA PENULARAN
1. tangan yang tidak di cuci sehabis bermain di tempat yang kotor/mandi di sungai
2. tidak memakai alas kaki saat menginjak tanah, karna telur cacing dapat masuk
melalui telapak kaki

F. CARA MENCEGAH PENYAKIT CACINGAN


1. Mencuci tangan sebelum makan dan sesudah buah air besar
2. Memotong dan membersihkan kuku
3. Memakai alas kaki sewaktu diluar rumah
4. Mencuci dan memasak makanan dan minuman sebelum makan.
5. Membuang tinja di jamban
SKK PENANGGULANGAN HIV / AIDS DAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL LAINNYA

PRAMUKA PENGGALANG (usia 11 - 15 th)

- Mengetahui pengertian IMS, HIV dan AIDS


- Mengetahui gejala-gejala IMS, Infeksi HIV dan AIDS.
- Mengetahui cara-cara penularan IMS, infeksi HIV dan AIDS
- Mengetahui bagaimana cara pencegahan IMS, infeksi HIV dan AIDS
- Mengetahui hubungan IMS dan HIV/AIDS
- Mengetahui dimana virus HIV ditemukan dalam tubuh, cara HIV melemahkan
kekebalan tubuh dan siapa saja yang dapat terkena infeksi HIV/AIDS
- Dapat menyampaikan kepada teman sebaya di kelompoknya

PRAMUKA PENEGAK A. SKK tentang IMS


- Mengetahui dan dapat menjelaskan pengertian IMS.
- Mengetahui dan dapat menjelaskan gejala dan akibat IMS yang diobati tidak menular.
- Mengetahui dan dapat menjelaskan cara penularan IMS
- Mengetahui dan dapat menjelaskan bagaimana cara pencegahan IMS.
- Mengetahui dan menjelaskan hubungan IMS dan HIV/AIDS.
- Mengetahui dimana dapat memperoleh pengobatan dan akibat IMS yang diobati
tidak teratur.
- Mengetahui perilaku dan faktor yang mepengaruhi penyebaran IMS.
- Dapat memberi tahu kepada teman sebaya dikelompoknya

B. SKK tentang HIV/AIDS


- Mengetahui dan dapat menjalaskan pengertian HIV/AIDS.
- Mengetahui dan dapat menjelaskan perjalanan penyakit dan gejala HIV/AIDS
- Mengetahui dan dapat menjelaskan cara penjularan HIV/AIDS
- Mengetahui dan dapat menjelaskan bagaimana cara pencegahan HIV/AIDS
- Mengetahui perilaku dan faktor yang mempengaruhi penyebaran HIV/AIDS
- Dapat memberi tahu kepada semua sebaya dikelompoknya.
HIV DAN AIDS

A. Pengertian HIV dan AIDS

1. Pengertian HIV

HIV adalah kependekan dari Human Immunodeficiency Virus, yaitu virus yang menyerang
sistem kekebalan tubuh manusia. Orang yang mengidap HIV di dalam tubuhnya disebut HIV
positif atau pengidap HIV.

Orang yang telah terinfeksi HIV dalam beberapa tahun pertama belum menunjukkan gejala
apapun, secara fisik kelihatan tidak berbeda dengan orang lain yang sehat. Namun dia
mempunyai potensi sebagai sumber penularan, artinya dia dapat menularkan virus pada
orang lain.

2. Pengertian AIDS

AIDS adalah singkatan dari Acquired Immunedeficiency Syndrome. Syndrome, yang bahasa
Indonesianya adalah Sindroma, merupakan kumpulan gejala dan tanda penyakit. Deficiency
dalam bahasa Indonesia berarti kekurangan. Immune berarti kekebalan tubuh, sedangkan
Acquired berarti diperoleh atau didapat. Dalam hal ini, diperoleh mempunyai pengertian
bahwa AIDS bukan penyakit keturunan. Seseorang menderita AIDS bukan karena ia
keturunan dari penderita AIDS, tetapi karena ia terjangkit atau terinfeksi virus penyebab
AIDS. Dengan demikian AIDS dapat diartikan sebagai sekumpulan tanda dan gejala
penyakit akibat hilangnya/menurunnya sistem kekebalan tubuh seseorang. AIDS merupakan
fase terminal (akhir) dari infeksi HIV.

B. Gejala HIV & AIDS

Untuk memahami gejala HIV dan AIDS, perlu dipahami sistem kekebalan tubuh sebagai
mana digambarkan dalam komik berikut
Penjelasan :
Komik kekebalan tubuh menggambarkan tentang fungsi darah putih dalam tubuh
seseorang sebagai sistem kekebalan tubuh dalam menghadapi serangan kuman, virus, dan
lainnya.
Bila virus masuk ke dalam tubuh, maka sel darah putih akan berusaha melumpuhkan
virus tersebut. Misalnya, virus influenza, diare dan batuk akan dilumpuhkan oleh sel darah
putih.
Berbeda dengan virus lainnya, HIV adalah virus yang tidak mudah dilumpuhkan oleh sel
darah putih. Apabila masuk ke dalam tubuh kita justru akan melumpuhkan sel darah putih,
terutama menyerang CD 4 dan menggunakannya untuk memperbanyak HIV dalam tubuh
yang bersangkutan sehingga tubuh tidak mampu melawan penyakit dan infeksi.

Tahapan perkembangan perjalanan HIV secara umum dibagi dalam beberapa tahapan:

1. Tahap Primer
HIV positif dimana seseorang positif terkena HIV, namun belum menunjukkan gejala berarti.
Gejala-gejala yang timbul adalah mirip dengan gejala flu (pusing, lemas, agak demam, dan
lain-lain) sehingga sering terabaikan. Tahap ini biasanya terjadi antara 2-4 minggu setelah
seseorang terinfeksi HIV. Dengan kata lain, setelah HIV masuk tubuh untuk pertama kalinya,
apabila orang tersebut melakukan tes HIV, maka hasil tes mungkin negatif.

2. Tahapan Asimptomatik atau Tanpa Gejala


Seseorang yang HIV positif tidak menunjukkan gejala sama sekali. Perlahan-lahan jumlah
CD4 dalam darah menurun. Kadang ada keluhan berkaitan dengan pembengkakan di kelenjar
getah bening, tempat dimana sel darah putih diproduksi.

3. Tahapan Simptomatik atau Bergejala


Seseorang yang sudah terkena HIV mengalami gejala-gejala ringan, namun tidak mengancam
nyawanya, seperti: demam yang bertahan lebih dari sebulan, menurunnya berat badan lebih
dari 10 %, diare selama sebulan (konsisten atau terputus-putus), berkeringat di malam hari,
batuk lebih dari sebulan dan gejala kelelahan yang berkepanjangan (fatigue). Sering kali
gejala-gejala dermatitis mulai muncul pada kulit, infeksi pada mulut (oral thrush, hairy
leukoplakia) dimana lidah sering terlihat dilapisi oleh lapisan putih, herpes, dan lainnya.
Kehadiran satu atau lebih tanda-tanda terakhir ini menunjukkan seseorang sudah berpindah
dari tahap infeksi HIV menuju AIDS. Bila hitungan CD4 turun pesat di bawah 200 sel/mm3,
umumnya gejala menjadi kian parah sehingga membutuhkan perawatan yang lebih intensif.

4. Tahapan Akhir
Pada tahapan ini, seseorang telah menunjukkan gejala-gejala penuh AIDS. Ini menyangkut
tanda-tanda yang khas AIDS, yaitu adanya penyakit-penyakit oportunistik seperti:
Pneumocytis Carinii (PCP), Candidiasis, Sarkoma Kaposis, Tuberkulosis (TB),
berat badan menurun drastis, diare tanpa henti, dan penyakit lainnya yang berakibat fatal.
Gangguan syaraf juga sering dilaporkan, diantaranya: hilangnya ketajaman daya ingat,
timbulnya gejala gangguan mental (dementia), dan perubahan perilaku secara progresif
(umumnya akibat encephalopathy). Disfungsi kognitif sering terjadi, dengan tanda awal
diantaranya adalah tremor (gemetar tubuh) serta kelambanan bergerak. Hilangnya
kemampuan melihat dan paraplegia (kelumpuhan kaki) juga bisa timbul di tahapan akhir.

Perjalanan cepat atau lamanya perkembangan HIV seseorang sangatlah individual. Setiap
orang cenderung memiliki gejala yang berlainan. Secara umum, pesatnya perkembangan
penyakit dari HIV positif ke arah Fullblown AIDS tergantung pada berbagai faktor:
riwayat medis, status kekebalan tubuh atau immunitas, adanya infeksi lain, perawatan yang
diperoleh dan lain-lain. Di samping itu, gizi dan kebersihan lingkungan hidupnya juga
berpengaruh pada taraf kesehatannya secara umum. Polusi udara dan udara yang lembab
tanpa ventilasi yang memadai, dapat dengan cepat menurunkan kesehatan paru-paru
pengidap HIV. Pola makan yang kurang sehat dan gizi yang buruk juga dapat
memperburuk kesehatan dari orang yang HIV positif.

Menurut WHO, awalnya diperkirakan hanya sebagian kecil dari mereka terinfeksi HIV
akan menunjukkan gejala AIDS. Namun, kini ditemukan bahwa sekitar 20% dari mereka
yang HIV positif akan berkembang menjadi AIDS dalam waktu 5 tahun setelah terinfeksi.
Sedangkan 50% lainnya, dalam waktu 10 tahun setelah pertama kali tertular. Setelah
dalam tahap fullblown, harapan untuk bertahan hidup menipis secara drastis.

Berdasarkan keterangan di atas, seseorang bisa saja terkena HIV dan tidak menunjukkan
gejala apapun (Asymptomatic) dalam waktu yang cukup lama (3-10 tahun). Karenanya, kita
sering tidak mampu mendeteksi apakah seseorang HIV positif atau tidak berdasarkan
penampilan saja. Meskipun seseorang tidak menunjukkan gejala apapun, ia sudah dapat
menularkan HIV pada orang lain. Seringkali orang
tersebut tidak menyadari dirinya sudah terkena HIV bila gejalanya belum tampak. Lebih
jauh lagi, meskipun ia sudah tahu dirinya HIV positif, mungkin ia tidak bisa membuka
statusnya dengan mudah karena tidak yakin terhadap reaksi orang lain.
C. Cara Penularan HIV

Sehubungan dengan penularan, perlu diketahui tentang


periode jendela (window period) yaitu masa seseorang telah
terinfeksi HIV tetapi bila dilakukan pemeriksaan darah maka
belum menunjukkan hasil (negatif) yang berarti antibodi
terhadap HIV belum dapat dideteksi dengan pemeriksaan
laboratorium. Periode jendela ini biasanya berlangsung
antara
3-6 bulan sejak dimulainya infeksi. Hal yang perlu diingat
adalah sejak masuknya virus HIV, seseorang telah mengidap
HIV dan dapat menularkan HIV sepanjang hidupnya.
Sehingga walaupun dalam masa periode jendela, orang
tersebut sudah menjadi sumber penularan.
Penularan HIV dapat terjadi bila ada kontak atau masuknya cairan tubuh yang mengandung
HIV, yaitu :
1. Melalui hubungan seksual dengan seseorang yang mengidap HIV yang dapat terjadi
melalui perilaku seksual dengan lawan jenis atau sesama jenis.
2. Melalui tranfusi darah dan transplantasi organ yang tercemar HIV. Transfusi darah yang
tercemar HIV secara langsung membuat orang yang menerima darah tersebut tertular HIV
karena virus langsung masuk ke dalam sistem peredaran darah penerima.
3. Melalui alat/jarum suntik atau alat tusuk lainnya (akupuntur, tindik, tatto) yang tercemar
oleh HIV. Oleh sebab itu pemakaian jarum suntik secara bersama-sama oleh para pecandu
narkotika akan mempermudah penularan HIV di antara mereka bila salah satu di antara mereka
merupakan pengidap HIV.
4. Pemindahan dari ibu hamil yang mengidap HIV kepada janin yang dikandungnya, anak
yang dilahirkan dan melalui pemberian ASI.
5. Mengingat pola penularan HIV seperti disebutkan di atas, maka terdapat orang-orang yang
memiliki perilaku risiko tinggi untuk terinfeksi HIV, yaitu :
Perempuan dan laki-laki yang berganti-ganti
pasangan hubungan seksual, beserta pasangan mereka.
Penjaja seks, serta pelanggannya.
Laki-laki dan perempuan yang melakukan hubungan seksual anal.
Pengguna narkotika dengan suntik yang
menggunakan jarum suntik secara bersama.
Hal-Hal yang Tidak Menularkan HIV.

HIV mudah mati di luar tubuh manusia, oleh sebab itu HIV tidak dapat ditularkan melalui
kontak sosial sehari-hari seperti:
1. Bersentuhan dengan pengidap HIV.
2. Berjabat tangan.
3. Bersentuhan dengan pakaian dan barang-barang bekas pakai orang dengan HIV atau sudah
AIDS.
4. Bersin atau batuk-batuk orang dengan HIV atau sudah AIDS di depan kita.
5. Berciuman kering.
6. Melalui makanan dan minuman.
7. Berenang bersama di kolam renang.
8. Menggunakan WC yang sama dengan pengidap HIV.
9. Melalui gigitan nyamuk atau serangga lain.

D. Pencegahan dan Pengobatan HIV dan AIDS

Penting untuk mengetahui cara melindungi diri dari HIV dan AIDS karena pandemi AIDS
merupakan suatu kedaan darurat. Yang dimaksud keadaan darurat adalah suatu keadaan gawat
yang memerlukan tindakan segera untuk mencegah perkembangannya ke arah kondisi
yang lebih fatal.

Kedaruratan pandemi AIDS terletak pada kemungkinan penularannya karena sekali tertular
HIV belum ada obat yang dapat menyembuhkannya. Berdasarkan hal itulah, salah satu cara
penanggulangan HIV dan AIDS terbaik adalah dengan melakukan pencegahan. Pencegahan
tentu harus dikaitkan dengan cara-cara penularan HIV. Ada beberapa upaya yang dapat
dilakukan seseorang dalam mencegah tertularnya HIV dan AIDS, seperti berikut:

1. Pencegahan Penularan Melalui Kontak Seksual

Sebagian besar penularan HIV di Indonesia terjadi melalui penularan seksual, sehingga
pencegahan HIV dan AIDS perlu difokuskan pada hubungan seksual yang berisiko. Untuk itu
kepada setiap orang perlu memperoleh informasi yang akurat agar memiliki perilaku seksual
yang aman dan bertanggung jawab, yaitu :
a. Tidak melakukan hubungan seksual.
b. Hanya melakukan hubungan seksual dengan satu orang dan saling setia.
c. Apabila salah satu pasangan sudah terinfeksi HIV atau tidak dapat saling setia, gunakan
kondom secara benar setiap kali berhubungan seksual.

Konsep pencegahan dikenal dengan istilah A B C (Abstinence, Be Faithfull, Condom).

2. Pencegahan Penularan melalui Darah

Penularan HIV melalui darah menuntut kita untuk berhati-hati dalam berbagai tindakan yang
berhubungan dengan darah, produk darah dan plasma:
a. Transfusi Darah
Harus dipastikan bahwa darah yang digunakan untuk transfusi tidak tercemar HIV. Perlu
dianjurkan pada seseorang yang HIV positif agar tidak menjadi donor darah. Begitu pula
mereka yang berperilaku risiko tinggi, misalnya sering melakukan hubungan seks dengan
ganti-ganti pasangan.
b. Penggunaan Produk Darah dan Plasma
Sama halnya dengan darah yang digunakan untuk transfusi, maka produk darah dan plasma
harus dipastikan tidak tercemar HIV.
c. Penggunaan alat suntik dan alat-alat lain yang dapat melukai kulit
Penggunaan alat-alat seperti jarum, jarum suntik, alat cukur dan alat tusuk untuk tindik perlu
diperhatikan sterilisasinya. Tindakan mensterilkan dengan pemanasan atau larutan desinfektan
merupakan tindakan yang sangat penting.

3. Pencegahan Penularan dari Ibu kepada Anak

Janin dari orangtua terinfeksi HIV berrisiko tertular HIV penularan cukup besar sekitar 25 %.
Risiko akan semakin besar bila orangtua telah berada dalam tahap AIDS, oleh karena itu
orangtua yang sudah terinfeksi HIV dianjurkan untuk mempertimbangkan kembali tentang
rencana kehamilan. Risiko bayi terinfeksi HIV melalui ASI kecil, sehingga tetap dianjurkan
bagi si ibu untuk memberikan ASI pada bayinya.

Jika ibu berniat untuk memberikan ASI, maka:


1. Berikan ASI ekslusif selama 6 bulan menggunakan cangkir atau sendok.
2. Setelah 6 bulan, hentikan ASI dan berikan makanan tambahan.

E. Situasi Epidemiologi HIV dan AIDS Terkini Di Wilayah Kerja

Dalam epidemiologi, epidemi (dari bahasa Yunani epi- penyakit + demos rakyat) adalah
penyakit yang timbul sebagai kasus baru pada suatu populasi tertentu manusia, dalam suatu
periode waktu tertentu, dengan laju yang melampaui laju "estimasi" (dugaan), yang didasarkan
pada pengalaman mutakhir. Dengan kata lain, epidemi adalah wabah yang terjadi secara lebih
cepat daripada yang diduga.

Epidemi AIDS adalah kejadian wabah AIDS yang terjadi secara cepat dari yang diduga dalam
suatu periode waktu tertentu pada suatu masyarakat. Epidemi AIDS merupakan distribusi dan
determinant (penentu) dari kejadian AIDS yang terjadi di masyarakat.

Sehubungan hal tersebut, maka epidemi AIDS terkini pada suatu wilayah menggambarkan
jumlah kasus, pola penyebaran, faktor risiko, kelompok risiko, pengendalian dan
perkembangan AIDS tersebut. Oleh karena itu situasi epidemi AIDS di setiap daerah akan
berbeda.
Pada umumnya, penggambaran suatu epidemi AIDS tidak hanya terbatas pengungkapan fakta
kejadian wabah saja, akan tetapi fakta tersebut dianalisis dan dikembangkan kebijakan dalam
rangka penanggulangannya.

Seorang manajer program dan petugas lapangan sangat penting memahami suatu epidemi
AIDS yang ada di daerahnya. Memahami epidemi akan mempermudah mereka untuk
menguasai situasi dan permasalahan serta rencana strategi yang akan dikembangkan.

F. Jenis Pelayanan Yang terkait dengan HIV dan AIDS

Salah satu dari penanggulangan HIV dan AIDS adalah penyediaan layanan-layanan
masyarakat selain Komunikasi Informasi dan Edukasi. Pelayanan HIV dan AIDS, diantaranya
kita mengenal Voluntary Counseling and Testing (VCT)), Prevention from Parent To Child
Transmission (PPTCT), Provider Initiated Test and Counseling (PITC) and Care Support and
Treatment (CST).

VCT adalah konseling dan tes HIV yang dilakukan secara sukarela untuk mengetahui status
HIV seseorang, dikenal juga sebagai Konseling Testing secara Sukarela (KTS). Tes ini
merupakan pengambilan darah dan pemeriksaan laboratorium yang harus disertai konseling.
KTS merupakan salah satu strategi kesehatan masyarakat dan sebagai pintu masuk ke seluruh
layanan kesehatan HIV dan AIDS.

Pada KTS dikenal dua model layanan, diantaranya :


KTS yang statis (klinik KTS tetap)
KTS terintegrasi dalam sarana kesehatan HIV dan AIDS, serta sarana kesehatan lainnya,
artinya bertempat dan menjadi bagian dari layanan kesehatan yang ada.
Mobile KTS (Jemput bola dan keliling)
KTS dapat dilaksanakan oleh LSM atau layanan kesehatan yang langsung mengunjungi
kelompok dampingan dengan risiko tinggi di wilayah tertentu.

PPTCT atau Pencegahan penularan dari orangtua ke anak merupakan pelayanan yang
dikhususkan terhadap para ibu yang terinfeksi HIV. Setiap ibu berstatus HIV yang hamil
menjadi perhatian dari pelayanan ini. Seorang ibu hamil dengan HIV positif rentan
menularkan terhadap janinnya. Penularan ini mungkin terjadi saat kehamilan sampai proses
kelahiran, sehingga sangat perlu pendampingan dan penanganan khusus melalui pelayanan
PPTCT. Diantara pelayanan yang didapat adalah konseling, pemeriksaan rutin kehamilan,
terapi ARV, proses kelahiran dan penanganan Ibu dan anak dari pasca kelahiran termasuk gizi
dan nutrisi bayi dan pemeriksaan untuk kepentingan status HIV bayi.

PITC merupakan layanan pemeriksaan darah untuk mengetahui status HIV seseorang, dimana
pasien yang datang dengan simptom atau penyakit terkait HIV, diagnosis dan tatalaksana
klinik berdasarkan diagnosis HIV. Tes HIV ditawarkan sebagai bagian dari evaluasi klinis di
tempat dimana prevalensi HIV menonjol.
Layanan PITC adalah :
Individu mencari layanan medis.
Konseling HIV diberikan dan tes ditawarkan oleh petugas kesehatan.
Hasil tes digunakan petugas kesehatan untuk melakukan diagnosis dan memberikan
terapi yang tepat.
Layanan yang diberikan bersifat kerahasiaan dan status didokumentasikan di status
catatan medik agar dapat dilakukan tindak lanjut.
Prinsip dari PITC adalah sama dengan VCT, seperti : kerahasiaan, konseling dan
informed-consent.

CST merupakan pelayanan terkait dengan pemberian dukungan kepada orang yang berstatus
HIV positif. Pelayanan ini akan diberikan setelah orang melalui proses tes darah atau
ketika seseorang tersebut HIV positif. Pasca tes, seseorang yang HIV positif akan dirujuk
ke CST dan manajer kasus di CST akan menawarkan beberapa dukungan dan layanan,
misalnya: pemeriksaan laboratorium terkait dengan tingkat CD4, viral load, SGPT, SGOT
dan lain-lain. Dukungan terapi ARV (antiretroviral) akan diberikan dalam pelayanan CST.
Selain dukungan medis, bila yang bersangkutan membutuhkan, dapat memperoleh
dukungan sosial, ekonomi, atau spiritual beserta layanan-layanan lain yang ada di
masyarakat.

G. Tes HIV

1. Tes Antibodi HIV

Tes antibodi HIV adalah tes darah yang dipakai untuk memastikan apakah seseorang telah
terinfeksi HIV atau tidak.
Manfaat tes ini adalah :
a. Membantu melindungi persediaan darah di bank darah. Adanya skrining darah donor
untuk antibodi HIV terbukti telah menurunkan secara drastis risiko penularan HIV melalui
tranfusi darah.
b. Menggambarkan besarnya masalah epidemi HIV dan AIDS di masyarakat.
c. Mengetahui status HIV secara dini, sehingga memberikan kesempatan pada orang
tersebut segera memulai pengobatan dan konseling.

2. Proses Tes Antibodi HIV

Tes HIV dilakukan untuk mendeteksi keberadaan antibodi terhadap HIV di dalam darah.
Antibodi adalah reaksi tubuh terhadap kehadiran virus tertentu di dalam tubuh. Oleh sebab
itu tes semacam ini secara lengkap disebut tes antibodi HIV, walaupun kadang-kadang
orang sering menyebut tes HIV saja. Tes jenis inilah yang sering dipakai untuk penapisan
atau skrining darah donor sebelum digunakan.

Selain itu ada pula tes untuk mengetahui keberadaan HIV itu sendiri, atau disebut antigen.
Perlu diketahui bila tubuh kemasukan suatu bibit penyakit, baik bakteri, virus, atau lainnya
(ini semua disebut antigen) maka tubuh kita akan membuat antibodi sebagai reaksi terhadap
antigen tersebut. Zat ini disebut antibodi, yang keberadaannya di dalam darah dapat dideteksi
dengan pemeriksaan yang menggunakan zat-zat tertentu (yang disebut reagens). Tubuh
membutuhkan waktu tertentu untuk membentuk antibodi agar dapat terdeteksi dengan
pemeriksaan laboratorium.

Pada HIV, keberadaan antibodi yang dapat dideteksi dengan pemeriksaan laboratorium dalam
waktu 3-6 bulan setelah seseorang terpapar HIV. Sebelum jangka waktu ini, pemeriksaan
darah tidak akan menunjukkan adanya antibodi HIV. Walaupun pemeriksaan darahnya masih
negatif, orang tersebut sudah dapat menularkan NIV kepada orang lain.

3. Jenis tes untuk mendeteksi HIV.

Saat ini tersedia beberapa jenis tes darah yang dapat membantu memastikan apakah seseorang,
yang mungkin nampak sehat, sudah terkena HIV. Beberapa tes darah yang tersedia saat ini
diantaranya:
a. ELISA (Enzyme Linked Immuno Sorbent Assay). Tes yang dilakukan untuk mencari
antibodi yang ada dalam darah. Tes ini bersifat sensitif membaca kelainan darah.
b. Western Blot. Tes ini juga untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap HIV. Tes ini
lebih akurat dan lebih mahal dibandingkan dengan ELISA dan lebih spesifik dalam
mendiagnosis kelainan dalam darah.
c. DIPSTICK HIV (En Te Be). Tes ini adalah tes cepat yang murah dan pelaksanaannya
cepat. Tes yang dikembangkan oleh PATH ini sudah diproduksi di NTB, Indonesia. Sifatnya
cukup sensitif dan spesifik dalam melihat kelainan dalam darah.

Agar KD bersedia melakukan tes HIV, PL harus mampu memotivasi KD melalui pendekatan
lapangan, konseling serta memberikan informasi lain yang diperlukan.

H. Stigma dan Diskriminasi ODHA

Stigma sering kali menyebabkan diskriminasi dan dapat mendorong munculnya pelanggaran
HAM bagi ODHA dan keluarganya. Stigma dan diskriminasi dapat memperparah epidemi
HIV dan AIDS karena dapat menghambat usaha pencegahan dan perawatan dengan
memelihara kebisuan dan penyangkalan tentang HIV dan AIDS seperti juga mendorong
keterpinggiran ODHA dan mereka yang rentan terhadap infeksi HIV. Mengingat HIV dan
AIDS sering dikaitkan dengan perilaku seksual, penggunaan narkoba dan kematian sehingga
banyak orang yang tidak peduli, tidak menerima dan takut terhadap penyakit ini.

Stigma berhubungan dengan kekuasaan dan dominasi di masyarakat. Pada puncaknya, stigma
akan menciptakan ketidaksetaraan sosial. Stigma berurat akar di dalam struktur masyarakat,
norma dan nilai-nilai yang mengatur kehidupan sehari-hari. Ini menyebabkan beberapa
kelompok merasa kurang dihargai dan menjadi malu, sedangkan kelompok lainnya merasa
superior.
Diskriminasi terjadi ketika pandangan-pandangan negatif mendorong orang atau lembaga
untuk memperlakukan seseorang secara tidak adil berdasarkan atas prasangka mereka
terhadap status HIV seseorang. Contoh diskriminasi yang terjadi dalam situasi HIV dan
AIDS antara lain: sikap staf rumah sakit atau penjara yang menolak memberikan pelayanan
kesehatan kepada ODHA, atasan yang memberhentikan pegawainya berdasarkan status atau
prasangka atas status HIV mereka, keluarga/masyarakat yang menolak mereka yang
hidup dengan HIV atau dipercaya terinfeksi dengan HIV. Tindakan diskriminasi semacam itu
adalah sebuah bentuk pelanggaran hak azasi manusia.

Stigma dan diskriminasi dapat terjadi dimana saja dan kapan saja baik di keluarga,
masyarakat, sekolah, tempat peribadatan, tempat kerja, juga tempat layanan hukum dan
kesehatan. Orang dapat melakukan diskriminasi, baik dalam kapasitas pribadi maupun
profesional, sementara lembaga bisa melakukan diskriminasi melalui kebijakan dan kegiatan
yang dilakukan.

Bentuk lain dari stigma berkembang melalui internalisasi oleh ODHA dengan persepsi negatif
tentang diri mereka sendiri. Stigma dan diskriminasi yang dihubungkan dengan penyakit
menimbulkan efek psikologi yang berat tentang bagaimana ODHA melihat diri mereka
sendiri. Hal ini dapat mendorong terjadinya depresi, harga diri rendah dan putus asa. Stigma
dan diskriminasi dapat menghambat upaya pencegahan karena membuat orang tidak berani
untuk mencari tahu status mereka, atau bisa pula menyebabkan mereka yang telah terinfeksi
HIV tetap melakukan perilaku seksual dan non seksual yang tidak aman karena takut orang-
orang akan curiga terhadap status HIV mereka. Akhirnya, ODHA dilihat sebagai "masalah"
bukan sebagai bagian dari solusi untuk mengatasi epidemi ini.

Di banyak negara, hukum, kebijakan, dan peraturan memberikan kontribusi terhadap


lingkungan yang mendukung pencegahan, dukungan dan perawatan HIV dan AIDS.
Meskipun kebijakan dan hukum yang mendukung telah ada, upaya penegakan hukum yang
lemah menyebabkan stigma dan diskriminasi terus berlangsung. Hal ini mungkin disebabkan
oleh hanya sedikit pertanggungjawaban terhadap tindakan-tindakan diskriminasi atau ganti
rugi bagi mereka yang telah mengalami stigma dan diskriminasi. Berbagai negara dan
lembaga menciptakan dan mempersubur stigma dan diskriminasi melalui hukum, peraturan,
dan kebijakan yang mendiskriminasi ODHA atau orang-orang di sekitarnya.

I. Peran ODHA dalam Pencegahan

1. Memberikan motivasi pada lingkungan teman-teman sesamanya dan pasangannya yang


non reaktif untuk melakukan tes darah.
2. Saling memberikan dukungan antara sesama ODHA dalam melakukan hidup yang sehat.
3. Melakukan penyebaran informasi dan advokasi terkait untuk menghapus diskriminasi dan
stigmatisasi terhadap ODHA.
4. Memperluas jaringan pelayanan dalam untuk memudahkan dukungan dan pemberian
layanan terkait dengan kebutuhan ODHA.
5. Pemutusan mata rantai penularan terhadap pasangan melalui pencegahan dan perilaku
aman.

J. Tugas Petugas Lapangan

PL mempunyai tugas sebagai berikut dalam pencegahan HIV dan AIDS:


1. Menyebarkan informasi tentang pengetahuan dasar HIV dan AIDS.
2. Melakukan promosi pencegahan.
3. Melakukan promosi layanan-layanan yang terkait dengan HIV dan AIDS.
4. Merujuk KD melakukan KTS.
5. Melakukan tindak lanjut hasil rujukan KTS sesuai dengan kewenangannya.
REFERENSI

1. ASA-FHI Prosedur Operasional Standard, 2009, Membangun Jaringan Rujukan Berbasis


Komunitas.
2. Citra Usadha Indonesia, 2008, Mengenal Terapi ARV (Pengalaman Odha).
3. K. Tuti Parwati Merati, 2008 , Kepedulian Bersama, Tuntutan Dalam Penanggulangan
HIV
dan AIDS (Pidato pengukuhan jabatan guru besar tetap bidang ilmu penyakit dalam).
4. Citra Usadha Indonesia,2007, Prosedur Layanan Konseling Tes HIV Sukarela dan Terapi
ARV.
5. ASA-FHI , 2004, Mengenal Konseling dan Testing HIV Sukarela.
6. ASA-FHI, 2004, Jangan Cuma Ragu? Ikut VCT , Hidup Lebih Pasti.
7. AIDSCAP-FHI, 2004, Control of Sexually Transmitted Diseases: Handbook For The
Design
And Management Program.
8. Departemen Kesehatan Replubik Indonesia, Direktorat Jendral Pembrantasan Penyeakit
Menular dan Penyehatan Lingkungan, Jakarta, 2004, Pedoman Penatalaksanaan Infeksi
Menular Seksual.
9. Departemen Kesehatan Replubik Indonesia, PUSDIKNAKES Kerjasama dengan FF dan
Studio Driya Media ,1997, AIDS Dan Penanggulangannya.
SKK IMUNISASI

TUJUAN SKK IMUNISASI

Pramuka Siaga:
- Mengetahui tentang imunisasi secara sederhana
- Mengetahui manfaat imunisasi
- Mengetahui bahaya bila tidak diimunisasi
- Mengetahui penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi

Pramuka Penggalang:
- Dapat menjelaskan kerugian bila tidak diimunisasi
- Dapat menjelaskan siapa yang perlu diimunisasi
- Dapat menjelaskan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi

Pramuka Penegak dan Pandega:


- Dapat mengaplikasikan tentang manfaat imunisasi
- Dapat mengaplikasikan tentang siapa yang perlu mendapatkan imunisasi
- Dapat memberikan penyuluhan tentang imunisasi
- Dapat membantu petugas dalam mengajak dan mendorong orang lain agar
mau diimunisasi.

I. PRAMUKA SIAGA
Seorang Pramuka Siaga harus mengetahui : A. Apakah Imunisasi Itu ?
- Imunisasi ialah upaya pemberian kekebalan dengan pemberian vaksinasi untuk
mencegah timbulnya penyakit-penyakit berbahaya, seperti : TB, Difteri, Pertusis, Tetanus,
Polio, Campak dan Hepatitis B.

B. PENYAKIT-PENYAKIT BERBAHAYA APA YANG DAPAT DICEGAH


DENGAN IMUNISASI SAAT INI ?
- Penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi ialah :
1. TB
2. Difteri
3. Pertusis (Batuk Rejan)
4. Tetanus
5. Campak
6. Polio
7. Hepatitis B

Banyak lagi penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi namun belum masuk ke dalam
program imunisasi (yang ditanggung oleh pemerintah) oleh karena keterbatasan dana.
1. TB (Tuberkulosis)
Tuberkulosis (TB) atau yang dulu dikenal TBC adalah penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). TB bukan disebabkan oleh guna-
guna atau kutukan. TB juga bukan penyakit keturunan. Sebagian besar kuman TB
menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ atau bagian tubuh lainnya (misalnya:
tulang, kelenjar, kulit, dll).

TB dapat menyerang siapa saja, terutama menyerang usia produktif/masih aktif bekerja (15-50
tahun) dan anak-anak. TB dapat menyebabkan kematian. Apabila tidak diobati, 50% dari
pasien akan meninggal setelah 5 tahun.
2. Difteri (Indrak)
Penyakit tenggorokan dan hidung yang sangat berbahaya yang kadang-kadang menyumbat
pernafasan sehingga anak dapat meninggal.

II. PRAMUKA PENGGALANG


A. Penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi :

1. TB (TUBERKULOSIS)
Penyebab: Basil tuberkulosa (Mycobactrium tuberculosis) Gejala utama:
Batuk terus menerus dan berdahak selama 2 minggu atau lebih
Gejala lainnya:
Batuk bercampur darah
Sesak nafas dan nyeri dada
Badan lemah
Nafsu makan berkurang
Berat badan turun
Rasa kurang enak badan (lemas)
Demam meriang berkepanjangan
Berkeringat di malam hari walaupun tidak melakukan kegiatan

Jenis TB:
1. TB Paru : Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan
paru
2. TB Ekstra Paru : Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain
paru, misalnya : selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar getah bening, tulang,
persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.

Cara penularan:
Sumber penularan adalah pasien TB yang dahaknya mengandung kuman TB BTA
Positif.
Pada waktu batuk atau bersin, pasien menye-barkan kuman ke udara dalam bentuk
percikan dahak. Sekali batuk dapat menyebarkan 3.000 kuman dalam percikan dahak.
Penularan terjadi melalui percikan dahak yang dapat bertahan selama beberapa
jam dalam ruangan yang tidak terkena sinar matahari dan lembab.
Semakin banyak kuman yang ditemukan dalam tubuh pasien berarti semakin besar
kemungkinan menularkan kepada orang lain.
TB tidak menular melalui perlengkapan pribadi pasien yang sudah dibersihkan,
seperti: peralatan makan, pakaian dan tempat tidur yang digunakan pasien TB.

Tindakan:
Rujuklah ke Puskesmas untuk dicari kepastian diagnosa penyakit dan untuk
mendapatkan pengobatan serta nasehat-nasehat.
Vitamin-vitamin, obat cacing, zat besi.
Pencegahan :
Imunisasi BCG pada bayi (terutama untuk mencegah TB selaput otak)

2. DIFTERI
Penyebab : Kuman
Terutama menyerang anak-anak kecil
Masa inkubasi : 2 4 hari
Penularan:
Secara kontak langsung maupun tidak langsung, misal dari pakaian/barang- barang
milik penderita/alas tidur. Penderita (yang tidak diobati) sangat menular selama 2 4
minggu.
Gejala:
Gejala umumnya adalah sumeng, malas, sakit kepala, badan linu. Jenis:
1) Difteri hidung
- Pilek-pilek beberapa hari yang tidak sembuh-sembuh, hingga kulit di atas bibir
dapat lecet.
- Sesaat kemudian pileknya bercampur darah dan bau.
- Tampak semacam selaput kotor di hidung.
2) Difteri Pharynx (tenggorokan)
- Sakit waktu menelan, kadang-kadang suara bindeng/sengau
- Bila sudah lanjut, maka leher anak membengkak macam Bullneck
- Dalam pharinx tampak semacam selaput putih kotor, kadang kala berdarah
(ini bila anak disuruh buka mulut).
3). Difteri Larinx.
- Terutama terdapat pada anak kecil gelisah karena biasanya sesak yang
makin lama makin bertambah sesaknya.
- Berbunyi waktu menarik napas (stidor)
- Penarikan otot-otot pernapasan.
4). Difteri di lain tempat (mata, kulit, vagina)
Pencegahan :
Isolasi penderita sampai sembuh (hasil pemeriksaan pulasan 2 - 3 x berturut-
turut negatif).
Untuk anak-anak/orang yang kontak dengan penderita harus diamati dan
dilakukan pemeriksaan pulasan kuman
Desinfeksi barang-barang milik penderita
Imunisasi dengan Difteri Tetanus (DT) / Difteri Pertusis-Tetanus (DPT). Pengobatan :
Harus dirawat di Rumah Sakit untuk Sakit untuk pemberian antitoksin (A.D.S)
Penicilin atau
Erytromycin 40 mg/kg/BB/hari selama 7-10 hari
Istirahat
Makan/minum yang bergizi
Bila jalan nafas tersumbat dibuat lubang untuk nafas.

3. Batuk rejan (Pertusis / Kinkhoest = Batuk 100 hari)


Batuk berbulan-bulan dengan bunyi yang khas diakhiri muntah, mata ikut
membengkak. Akibatnya anak menjadi kurus karena tidak mau makan.
Kebanyakan anak akan terserang penyakit ini, paling berat pada bayi berumur
kurang dari 1 tahun. Penyebab : kuman
Banyak menyerang pada anak-anak kecil, laki-laki atau perempuan
Masa Inkubasi : 7-14 hari
Penularan : secara langsung
Penderita sangat menular pada saat mulai sakit hingga 4 minggu kemudian. Gejala :-
mula-mula batuk/pilek bisa menyerang 7-14 hari lamanya,
- kemudian diikuti dengan batuk yang lebih khas,yaitu penderita batuk- batuknya
lebih keras dan berturut-turut (menyambung terus) untuk kemudian diakhiri dengan
tarikan napas yang panjang dan berbunyi, sering kali diikuti dengan muntah. saat
serangan ini biasanya mata anak merah sampai biru dan mata berair.
- Batuk-batuk tersebut beberapa minggu kemudian akan menjadi
berkurang.
Pencegahan:
- isolasi penderita sedikitnya 3 minggu mulai dari batuk-batuk yang khas.
- imunisasi DPT pada bayi
Pengobatan:
- yang khusus penyakit ini tidak ada
- Eritromisin 40-50 mg/kg/bb/hari selam 7 hari atau
- Kloramfenikol / Tetrasiklin
4. Tetanus

Penyakit ini bisa terjadi pada segala umur. Tetapi yang merupakan masalah cukup besar di
Indonesia adalah banyaknya penderita Tetanus pada bayi yang baru lahir (Tetanus
neonatorum) yang sering menyebabkan kematian.

Penyebab:
Penyebab tetanus adalah kuman tetanus (clostiridium tetani) yang dapat
mengeluarkan racun yang sangat berbahaya.

Cara penularan :
Pada bayi
Melalui luka waktu pemotongan tali pusat dengan pisau yang tidak steril atau diberi
bobok/ramuan yang tidak steril atau diberi bobok/ramuan yang tidak bersih.
Pada anak:
Spora tetanus masuk ke dalam tubuh melalui luka di kulit ataupun melalui lubang pada
gedung telinga dari penderita radang telinga.
Gejala-gejala :
Kejang/kaku di seluruh tubuh (sukar membuka mulut, muka dan punggung kaku).
Kejang ini dirasakan sangat sakit oleh karena kesadaran penderita tetap baik.
Rangsangan yang sangat ringan sudah dapat menimbulkan kesakitan seperti sentuhan
suara dan sinar.
Pada bayi yang baru lahir (usia 5 28 hari) mendadak tidak mau menetek lagi,
karena, mulutnya kaku dan mencucu seperti mulut ikan. kematian umunya disebabkan oleh
kegagalan pernafasan akibat kejang otot pernafasan.
Pencegahan :
1. Imunisasi TT (Tetanus Toxoid) pada wanita usia subur (15-39 tahun)
termasuk ibu hamil.
2. Imunisasi DPT pada bayi
3. Imunisasi TT (Tetanus Toxoid) pada anak sekolah (SD kelas I-III).

5. Polio (kelumpuhan).
Penyakit yang ditandai dengan gejala dengan kaki lemas dan anak menjadi lumpuh
seumur hidup.
Penyebab:
Merupakan penyakit menular pada anak yang disebabkan oleh virus Polio.
Sebagian besar penderita terserang pada waktu berusia di bawah 3 tahun.
Kadang-kadang bisa pula menyerang anak yang lebih besar.
Cara penularan:
Virus polio masuk tubuh seseorang melalui saluran pencernakan. Virus berasal dari
kotoran penderita yang dikeluarkan di sembarang tempat. Apabila keadaan sanitasi
lingkungan kurang baik, maka penularan terjadi melalui tangan/makanan/minuman yang
tercemar, kemudian masuk ke mulur anak lain.
Kadang-kadang penularan bisa terjadi melalui titik ludah penderita yang
dibatukkan dan terhirup oleh anak lain.
Gejala-gejala:
Biasanya didahului dngan panas badan.
Bisa disertai batuk-batuk atau diare atau leher kaku.
Selanjutnya disusul dengan kelumpuhan anggota badan yang sifatnya lemas, tanpa
adanya gangguan rasa raba dan biasanya hanya satu sisi pada kaki atau lengan.
Yang sering menimbulkan masalah adalah kelumpuhan yang terjadi biasanya nenetap
(sukar sembuh sempurna) terutama apabila tidak dilakukan fisioterapi secara teratur.
Penyakit ini bisa menimbulkan kematian, yaitu apabila virus penyerang pusat
pernafasan.
Pencegahan:
Cara terebaik untuk mencegah agar anak tak terserang penyakit polio, adalah dengan
memberikan vaksinasi Polio melalui mulutnya. Setelah anak mendapatkan vaksinasi Polio
sebanyak 3 kali, haruslah tubuhnya akan mampu melawan penyakit polio.

6. Campak (Morbili / Gabag)

Penyebab : Virus
Masa inkubasi : 10 - 12 hari
Penularan:
Secara droplet infection.
pnderita sangat menular pada 5 hari dari masa tunas sampai 4 hari sesudah
timbulnya bercak merah di kulit.
Gejala:
Badan mula-mula panas, pilek, batuk
Mata merah berair dan takut sinar
Mulut dan bibir kering dan merah
Beberapa hari kemudian mulai keluar bercak-bercak merah kulit, dimulai di
belakang telinga. leher, muka, dahi untuk seterusnya ke dada dan seluruh badan.
Penderita dapat meningkat karena komplikasinya, yaitu Pneumonia (radang
paru-paru) dan Encephalitis (radang otak)
Pencegahan:
Isolasi penderita mulai saat diketahui sakit (diagnosa) hingga 7 hari setelah
timbulnya bercak-bercak di kulit.
Desinfeksi alat-alat/barang-barang dari penderita.
Imunisasi campak pada bayi
Pengobatan:
Untuk mengurangi panas dapat diberikan Asetosal.
Istirahat
Minuman dan makanan harus cukup mengandung gizi sebaiknya makan
makanan lunak-lunak selama sakit
Kebersihan badan/kulit, untuk gatalnya dapat diberikan bedak Salisil atau
Calamin Lotion.
Bila ada penyakit ikutan (komplikasi) dapat diberikan obat-obatan dari petugas
kesehatan.

7. Hepatitis B
Penyakit ini ditandai dengan badan lemah, nafsu makan kurang, terkadang kulit dan mata
menjadi kuning.
Penyebab : Virus Hepatitis B
Masa inkubasi : Melalui suntikan, transfusi darah, hubungan seksual.
Gejala:
Badan lemah kadang-kadang merasa demam
Mual. tidak nafsu makan
Mata dan kulit kadang-kadang berwarna kuning (icterus)
Penderita dapat menjadi pengidap kronik, selanjutnya menjadi sirosis dan kanker hati
yang dapat menyebabkan penderita meninggal.
Pencegahan:
Hindari penggunaan jarum suntik beramai-ramai
Hindari hubungan seks di luar nikah
Hindari penggunaan darah dari donor pengidap kronis.
Imunisasi Hepatitis B.

B. APA MANFAAT IMUNISASI DAN BAHAYA BILA TIDAK DI IMUNISASI

- Manfaat imunisasi ialah:


Akan menjadi tahan/kebal terhadap penyakit TB, Difteri, Batuk rejan (pertusis), Tetanus,
Polio, Campak dan Hepatitis, sehingga bayi/anak sehat, biaya pengobatan tidak diperlukan.
Oleh karena bayi/anak tahan terhadap beberapa penyakit berbahaya, maka ia
akan tumbuh berkembang menjadi manusia yang sehat.

- Bahaya bila tidak di imunisasi ?


Anak akan mudah terserang penyakit, dengan akibat yang lebih berat dapat menimbulkan
kematian. Untuk polio akan menimbulkan cacat seumur hidup.

C. Macam-macam vaksin yang dipakai :


* BCG (Bacillus Calmette Guerin)
Untuk mencegah penyakit Tubercullosa. Diberikan satu kali pada bayi muda.
* DPT (Difteri. Pertusis, Tetanus)
Untuk mencegah penyakit-penyakit Difteri, Pertusis (Batuk Rejan), Tetanus
.Perlu diberikan sebanyak 3 kali pada bayi.
* Polio
Untuk mencegah Poliomyyelitis (lumpuh anak) perlu diberikan sebanyak 4 kali pada bayi.
* Campak Imunisasi
Untuk mencegah penyakit Campak (Gabagen, Morbili, Measles). Imunisasi rutin
diberikan 2 kali, yaitu dosis pertama pada waktu bayi setelah berumur 9 bulan, dosis kedua
diberikan pada waktu masuk Sekolah SD Kelas I.
* DT (Difteri-Tetanus)
Untuk mencegah penyakit Difteri dan Tetanus.
Diberikan pada murid SD kelas 1 sebanyak 1 kali (1 dosis)
* TT (Tetanus Toxoid)
Untuk mencegah penyakit Tetanus
Dalam program imunisasi di Indonesia terutama ditujukan untuk mencegah tetanus
pada bayi muda dan ibunya.
Untuk itu sasaran imunisasi TT adalah anak Sekolah Dasar (kelas I-III) dan wanita usia
subur (WUS) umur 15-39 tahun termasuk di dalamnya adalah calon penanganten dan
ibu hamil. Seseorang akan berhenti mendapat imunisasi TT bila sudah mendaptkan 5
kali dengan interval yang telah ditentukan. Sasaran diperkerakan akan kebal selama 25
tahun atau seumur hidup.
* VAKSIN HEPATITIS B
Untuk mencegah Hepatitis B, diberikan sebanyak 3 kali kepada bayi, dosis pertama
diberikan segera setelah lahir. Seluruh propinsi di Indonesia sudah melaksanakan
Imunisasi Hepatitis B.
Akibat sampingan pemberian Imunisasi antara lain:
Anak dapat mengalami demam ringan. Ini sebenarnya menandakan bahwa badan
si anak sedang aktif membentuk zat penolak penyakit.
Demam ini akan sembuh dengan sendirinya.
Jika demam agak tinggi, dapat dikompres dan diberikan obat penurunan demam.
Borok atau bisul kecil pada bekas suntikan BCG, yang akan sembuh dengan
sendirinya.

D. Kapan anak menjadi kebal terhadap penyakit-penyakit yang tersebut di atas?


- Apakah sasaran imunisasi TT diberikan imunisasi TT minimal 2 kali maksimal
5 kali dengan interval yang telah ditentukan.
- Manfaatnya supaya bayi yang dilahirkan terlindung dari serangan penyakit
Tetanus Neonatorum.
- Apabila bayi diberikan Imunisasi BCG 1 kali DPT 3 kali Polio 4 kali dan
Campak 1 kali. Hepatitis B 3 kali.
- Imunisasi BCG untuk mencegah Tubercullosis diberikan 1 kali ketika bayi baru
lahir atau sedini mungkin.
- Imunisasi DPT untuk mencegah Difteri, Pertusis dan Tetanus, diberikan 3 kali.
Pemberiam pertama ketika bayi belajar miring, (lebih kurang 2 bulan) pemberian kedua
ketika bayi belajar duduk (lebih kurang 6 bulan), pemberian ketiga ketika bayi belajar jalan
(lebih kutang 9 bulan), dengan minimal selang waktu (interval) 4 minggu.
- Imunisasi Polio untuk mencegah penyakit Polio, diberikan 4 kali bersama-sama
dengan DPT.
- Imunisasi campak untuk mencegah penyakit Cmpak diberikan 1 kali ketika bayi
belajar jalan (lebih kurang 9 bulan).
- Imunisasi Hepatitis B, untuk mencegah penyakit Hepatitis B, diberikan 3 kali.
pemberian pertama diberikan sedini mungkin bayi umur < 7 hari, yang kedua bersama DPT
1 dan yang ketiga bersama DPT2.

E. Dimana saja mendapatkan pelayanan Imunisasi ?


- Pelayanan Imunisasi dapat diperoleh di tempat-tempat pelayanan kesehatan,
seperti:
* di Pos vaksinasi/Posyandu
* di Puskesmas/ Puskesmas Pembantu
- di Rumah Sakit/Klinik bersalin/Rumah Sakit Swasta/Rumah Sakit ABRI.
- Dokter praktek, bidan praktek

F. Kepada siapa saja Imunisasi harus diberikan ?


- bayi antara umur 0 bulan - 11 bulan. Sebaiknya sebelum umur 1 tahun, sudah lengkap
mendapat imunisasi.
- Anak-anak kelas I - III Sekolah Dasar ( 6-9 tahun).
- Ibu Hamil
- Wanita Usia Subur (15-39 tahun)

G. Bagaimana cara mengetahui apakah sudah di imunisasi ?


- Dapat dilihat dari kartu Pencatatan hasil Imunisasi, misalnya: KMS, untuk BCG
terjadinya scar/jaringan parut pada lengan atas, biasanya lengan kanan atas.

II. PRAMUKA PENEGAK DAN PANDEGA


a. Yang perlu diperhatikan dalam Imunisasi :
- Imunisasi diberikan sesuai dengan anjuran, yaitu seorang anak harus mendapat
Imunisasi BCG 1 kali, DPT 3 kali, Polio 4 kali. Campak 1 kali dan Hepatitis B 3 kali,
agar menjadi kebal terhadap penyakit.
* TBC
* Difteri
* Pertusis (Batuk rejan)
* Tetanus
* (Kelumpuhan)
* Campak
* Hepatitis B
- Harus datang untuk Imunisasi berikutnya karena skali saja belum cukup.
- Ajalah tetangga, Saudara, kenalan , Ibu hamil atau ibu yang mempunyai bayi
datang ke Pos Vaksinasi/Posyandu/Puskesmas/Rumah Sakit/Klinik Bersalin/Rumah Sakit
Swasta/ Rumah Sakit ABRI dan dokter praktek untuk mendapatkan imunisasi.
- Kadang-kadang setelah divaksinasi timbul demam, tetapi tidak usah kawatir
karena tidak berbahaya.
b. Bagaimana cara pemberian Imunisasi?
Pemberian imunisasi melalui suntikan dan tetesan. Untuk BC disuntikkan di lengan
kanan atas bayi. DPT disuntikkan di lenan atas atau paha bayi. Campak disuntikan di bagian
lengan, hepatitis B disuntikkan di bagian paha bayi. Untuk TT ibu hamil dan Wanita
Usia Subur di lengan atas, paha bagian luar atau pantat (bokong).
c. Memotivasi ibu-ibu agar membawa dan menjaga semua wanita usia subur datang di Pos
Vaksinasi/Posyandu/Puskesmas/Rumah Sakit dan lain-lain pada tanggal yang telah
ditetapkan.
- Mneginformasikan kepada ibu-ibu bahwa seorang bayi harus diimunisasi BCG
1 kali, DPT 3 kali, Polio 4 kali, Campak 1 kali dan hepatitis B 3 kali.
- mencatat ibu/bayi yang datang, yang belum datang dan mentatat vaksinasi
yang diperolehnya.
- memanggil ibu-ibu yang belum datang untuk membawa bayinya ke Pos
Vaksinasi/Posyandu.
- Membantu pencatatan dalam vaksinasi DT, TT dan campak di Sekolah dasar.

KEPUSTAKAAN
1. Gunawan S Memasyarakatkan program Imunisasi dalam rangka Menurunkan
Angka Kematian Bayi dan Anak
2. Ditjen PPM &PLP Departemen Kesehatan RI pedomanImunisasi di Indonesia
3. Departemen Kesehatan, Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Program
Imunisasi.
SKK GAWAT DARURAT
TUJUAN SKK GAWAT DARURAT

Pramuka Siaga
- Mengetahui alamat Puskesmas, Rumah Sakit, Pos P3K, Dokter, Perawat, Pelayanan
Ambulans
- Mengetahui cara melaporkan dalam keadaan gawat darurat
- Mengetahui cara menilai pernafasan dan nadi
- Mengetahui cara membalut luka dan menghentikan perdarahan

Pramuka Penggalang:
- Dapat menjelaskan alamat Puskesmas, Rumah Sakit, Pos P3K, Dokter, Perawat,
Pelayanan Ambulans
- Dapat menjelaskan cara melaporkan dalam keadaan gawat darurat
- Dapat menjelaskan cara menilai pernafasan dan nadi
- Dapat menjelaskan cara membalut luka dan menghentikan perdarahan
- Dapat menjelaskan Penanganan Syok
- Dapat menjelaskan Penilaian awal pasien Gawat Darurat
- Dapat Menjelaskan Resusitasi Jantung Paru
- Dapat Menjelaskan cara bidai
- Dapat Menjelaskan transport penderita gawat darurat
- Dapat melaporkan secara lisan melalui telepon
- Dapat menggunakan cara rujukan melalui morse.

Pramuka Penegak :
- Dapat mengaplikasikan tanda-tanda SKK Gawat Darurat untuk tingkat Penggalang
- Mengetahui alamat serta nomor telepon Dinas Kesehatan dan Badan
Penanggulangan Bencana Daerah serta menghubungi 2 institusi tersebut jika terjadi bencana
- Dapat melaporkan kepada Dinas Kesehatan dan Badan Penanggulangan Bencana
Daerah mengenai jenis kejadian bencana, lokasi bencana, waktu kejadian dan luas dampak
bencana
- Berperan serta dalam memberikan pertolongan pertama dan mengevakuasi korban
bencana yang selamat, mencegah supaya keadaan korban tidak memburuk serta mencegah
timbulnya korban tambahan

Pramuka Pandega :
Selain menguasai persyaratan Pramuka Siaga, Pramuka Penggalang dan Pramuka Penegak,
seorang Pramuka Pandega dituntut untuk lebih banyak penanggulangan gawat darurat lain,
seperti:
A. Keadaan keracunan, kebakaran dan pingsan.
B. Memperagakan cara mempimpin regu Pramuka dalam mengatasi gawat darurat di jalan
raya.
C. Melakukan penyuluhan tentang gawat darurat kepada anggota Pramuka dan
masyarakat
I. PRAMUKA SIAGA

A. ALAMAT:
Puskesmas, Rumah Sakit dan lain-lain yang terdekat dengan rumah dan sekolah perlu diketahui
agar dapat segera dihubungi bilamana diperlukan pertolongan dibidang kesehatan, juga perlu
mengetahui alamat ambulens.

B. CARA MENYAMPAIKAN LAPORAN


Untuk mendapatkan pertolongan perlu singkat tetapi mengandung semua keterangan yang
penting yaitu:
1. Nama dan alamat atau nomor telepon pelapor
2. Tempat kejadian
3. Jenis kejadian (kecelakaan lalu lintas, tenggelam, keracunan dan lain-lain).
4. Jumlah korban atau penderita
5. Keadaan penderita, sadar atau tidak.

C. CARA MENILAI PERNAFASAN DAN NADI

Sebelum pernafasan dinilai dan diperiksa, dilakukan tindakan membebaskan jalan nafas
pada penderita dengan menidurkan penderita terlentang dan mengangkat leher serta
mendorong kepala belakang. Selanjutnya dada penderita diperhatikan, serta punggung
tangan atau pipi penolong diletakkan dekat mulut dan hidung korban.

Penderita bernafas apabila:


1. Terlihat gerakan dada
2. Terdengar hirupan dan hembusan nafas
3. Terasa hembusan udara pernafasan pada punggung tangan atau pipi penolong.

Nadi yang perlu diperiksa, pada orang yang tidak sadar adalah nadi Karotis yang diraba
pada daerah leher bagian bawah samping di bawah rahang. Jumlah pernafasan dan
denyutan nadi setiap menit dicatat.
Meraba nadi karotis

D. CARA MENGHENTIKAN PERDARAHAN

Perdarahan dan luka dapat dihentikan dengan berbagai cara, antara lain:
1. Menekan dengan jari tangan pembuluh darah bawah kulit yang dekat dengan luka.
2. menekan langsung pada luka dengan kain atau sapu tangan yang bersih, yang dapat
dianggap bersih adalah lipatan bagian dalam kain yang sudah diseterika.
3. menekan langsung pada luka dengan kain kasa steril, kemudian diletakkan benda
keras di atasnya lalu dibalut secara erat.
4. Pemakaian torniket, yang hanya dilakukan pada keadaan putusnya salah satu

anggota badan. Luka dibalut dan jangan lupa untuk memasukkan bagian
yang
putus ke dalam kantong plastik berisi es untuk bersama penderita ke
Rumah Sakit. dibawa
Cara mengatasi perdarahan nadi

E. MEMBALUT LUKA

Bertujuan untuk menghindari atau memecah terjadinya pencemaran kuman ke dalam suatu
luka. Alat yang dipakai adalah kain segi perban dan pembalut cepat. Tata cara
membalut dengan alat-alat ini perlu dilatih pada kepala,tangan, lengan, kaki, tungkai

serta dada. Cara terbaik untuk belajar membuat adalah dengan contoh langsung oleh
pelatih.

Jenis Jenis Pembalut

Segitiga (mitella) Kasa Gulung Pembalut elastik


II. PRAMUKA PENGGALANG

Selain menguasai bahan-bahan TKK Gawat Darurat untuk Pramuka Siaga, seorang
Pramuka Penggalang harus menguasai :
1. SYOK
a. Pengertian :
Syok terjadi karena kekurangan oksigen pada jaringan tubuh yang disebabkan turunnya
volume darah atau turunnya tekanan darah dan dapat menyebabkan kematian.
Syok terjadi sering disebabkan perdarahan yang banyak, luka bakar yang berat dan
kehilangan cairan tubuh antara lain disebabkan muntah dan diare yang berat .
b. Gejala dan tanda :
Kulit korban pucat atau kebiruan, dingin, lembab, gemetar
Denyut nadi melemah
Napas pendek dan cepat, merasa kekurangan udara (perlu udara)
Korban merasa lemah dan pusing
Korban mungkin merasa haus. Pada keadaan yang lebih lanjut
Korban merasa gelisah, tak berdaya lemah
Tingkat kesadaran korban menurun dan menjadi tidak sadar
Akhirnya napas akan berhenti dan jantung berhenti berdetak
Pertolongan Pertama:
1. Ingatlah untuk menilai DRsABC (lihat prinsip penanganan pasien gawat darurat)
2. Jika terjadi cedera, baringkan korban dengan posisi kepala tetap rendah (jangan
gunakan bantal) dan angkat kaki secara perlahan
posisi kaki lebih rendah dari letak jantung.

Posisi Pemulihan untuk korban syok

3. Hal ini akan menjaga cukupnya peredaran darah di bagian-bagian vital terutama
pada otak
4. Tenangkan korban. Longgarkan pakaian yang ketat di sekitar leher, dada dan
pinggang korban
5. Cobalah untuk meletakkan selimut di bawah korban dan selimuti pula tubuh korban.
Jangan menumpuk selimut atau pakaian di atas korban; hal ini dapat
membahayakannya.
6. Panggil pertolongan (bantuan medis atau kendaraan)
7. Jangan berikan makanan atau minuman pada korban dan jangan biarkan mereka
merokok. Jika korban mengeluh haus, basahi bibir korban
8. Periksa terus napas korban juga denyut nadi dan tingkat kesadaran ,
caranya ajak berbicara
9. Jika tidak memberi respons untuk membuka mata, atau
tidak
menjawab sewaktu diberikan pertanyaan, atau tidak menunjukaan gerakan maka korban
tersebut berada dalam keadaan tidak sadar, maka letakkan mereka pada posisi
pemulihan. Perhatikan ABC.
10. Buat catatan mengenai temuan dan tindakan Anda untuk diberikan pada petugas
medis
11. Pada korban yang tidak bernapas, Anda mungkin perlu melakukan
RJP terhadap korban sebelum petugas medis datang.
JANGAN
Memindahkan korban (kecuali untuk menghindari bahaya/ berada di daerah
berbahaya)
Meninggalkan korban sendirian (kecuali jika Anda harus pergi
mencari bantuan atau merawat korban lainnya)
Membiarkan korban makan atau minum
2. PRINSIP PENANGGULANGAN PENDERITA GAWAT DARURAT

Agar Anda dapat memberikan pertolongan dengan cepat, tepat dan aman dalam keadaan
atau situasi darurat. Anda harus memahami dengan benar apa yang harus dilakukan.

Contoh kasus :
Jika Anda berjalan menyusuri jalan raya, tiba-tiba Anda melihat sekumpulan orang di
tepi jalan sedang menyaksikan korban kecelakaan lalu-lintas yang tergeletak
berlumuran darah.

Terjadi kecelakaan lalu lintas:


1. Apa yang pertama kali terlintas di benak Anda?
2. Apa reaksi anda?
3. Apa yang akan Anda lakukan?
4. Adakah rencana tindakan
yang Anda pikirkan?

Tindakan Anda untuk menguasai keadaan :


1. Cari tahu
Apa yang telah terjadi?
Apakah ada yang terluka?
Adakah korban yang tersembunyi dari pandangan atau tergeletak di suatu tempat?

ADA APA YA,...? ADA KORBAN..?


2. Ciptakan keadaan aman
Sebelum menolong korban, hindarkan atau kurangi segala macam bahaya yang
dapat terjadi pada Anda
Tergantung keadaan, mungkin Anda perlu minta bantuan orang di sekitar
kejadian atau menghubungi Puskesmas, Unit Pelayanan Darurat, Ambulans atau Polisi.
Jika tidak mungkin untuk mengamankan lokasi, pindahkan korban ke
tempat yang lebih aman

3. Berikan Pertolongan Pertama


Pastikan tindakan apa yang akan Anda lakukan
Berikan pertolongan pada korban

4. Cari bantuan
Lebih cepat lebih baik
Mintalah seseorang untuk menghubungi rumah sakit atau mencari kendaraan jika
dibutuhkan

5. Setelah kejadian
Bersihkan tempat kejadian kecelakaan
Jika memungkinkan hilangkan penyebab kecelakaan atau cari tenaga profesional
untuk melakukannya
Lengkapi kembali peralatan Pertolongan Pertama (PP), jika tersedia .

3. PENILAIAN AWAL PENDERITA GAWAT DARURAT

Jika Anda mampu menguasai keadaan, maka selanjutnya pikirkan cara untuk menolong si
korban. Langkah-langkah sederhana ini merupakan tindakan yang harus dilakukan.
Perhatikanlah kata kunci:

DRs A-B-C
DANGER (Bahaya)
Lakukan penilaian apakah lokasi tempat kita melakukan pertolongan aman
dan tidak berbahaya bagi kita penolong maupun korban. Utamakan keselamatan
diri penolong maupun korban.
Singkirkan benda-benda berbahaya disekitar korban dan di lokasi tempat
melakukan pertolongan, jika diperlukan, pindahkan korban untuk menjauh dari tempat
yang membahayakan.
RESPONSE (Tanggapan) si korban :
Untuk mengetahui tingkat kesadaran korban, Ajukan pertanyaan Anda
(bapak/ibu/kakak/adik) dapat mendengarkan saya.? Bila korban
memberikan jawaban (korban sadar) lanjutkan pertanyaan Apakah Anda memerlukan
pertolongan..?
Bila korban dipanggil denganBu! / Pak! / Kak!/ Dik! tetapi tidak
memberikan jawaban atau korban tidak bergerak (tidak sadar) Lakukan tindakan
sebagai berikut;
Tepuklah bahu atau tulang selangka korban dengan tangan Anda atau
cubit lengan bagian atas atau memberi rangsang nyeri untuk mengetahui apakah ada
reaksi/ respons dari korban berupa gerakan atau adanya suara
korban.

Tolooong..
.. panggil ambulans!!

Tidak menjawab Tidak


bergerak

SHOUT FOR HELP (meminta bantuan)


Bila korban tidak menunjukkan reaksi setelah diberikan rangsang nyeri, maka panggilah
bantuan segera,
Mintalah bantuan kepada seseorang yang berada di lokasi kejadian untuk
menghubungi ambulans atau rumah sakit terdekat dan pastikan bahwa bantuan akan
dating

Jika Anda sendirian, Anda harus mencari bantuan.

Jika pertolongan belum juga datang, telpon/ panggil ambulans untuk membawanya ke
Puskesmas/Rumah Sakit SAAT ITU JUGA.

Bila tidak ada ambulans maka Andalah yang harus melakukan pertolongan pertama
SEGERA .

Perhatian! Jika ambulans tidak tersedia pilihlah kendaraan yang cukup lebar dan
memungkinkan untuk membawa korban pada posisi pemulihan
Bila anda harus melakukan pertolongan pertama, maka ikuti tahap-tahap penanganan
sebagai berikut;

Lakukan pemeriksaan dan penilaian tanda-tanda adanya ancaman kematian. Periksa jalan
napas (Airway), periksa fungsi pernapasan (Breathing) dan sirkulasi/ peredaran darah
(Circulation). Untuk memudahkan mengingat tahapan penanganan ingat mulai dengan
kata kunci A-B-C

AIRWAY (JALAN NAPAS)

Mulailah melakukan tindakan awal dengan melakukan pemeriksaan ada/


tidaknya sumbatan atau gangguan jalan napas (Airway problem) pada korban .

1. Berlutut di sisi korban,


2. Periksa adakah aliran udara melalui hidung korban dengan cara meletakkan punggung
tangan kita didepan hidung korban atau dekatkan pipi kita didepan hidung korban untuk
merasakan adanya aliran udara atau dengarkan adanya hembusan napas korban. Bila ada
aliran udara yang kita rasakan, maka korban masih bernapas dengarkan apakah suara
napasnya berbunyi.
3. Bila tidak ada aliran udara, coba periksa adakah benda asing dalam rongga
mulut korban (gumpalan darah, muntahan atau benda asing lain), bila ada keluarkan dari
mulut korban gunakan dua jari untuk mengorek keluar benda asing tersebut.
4. Korban yang tidak sadar, periksa juga pangkal lidah yang biasanya jatuh
kebelakang dan menutup jalan napas
5. Bila tidak ada aliran udara yang terasa melalui hidung, maka perbaiki posisi
kepala dengan cara menengadahkan kepala dengan cara sebagai berikut, angkat dagu
keatas, dorong dahi kebelakang (lihat gambar), semua tindakan tersebut lakukan dengan
perlahan
6. Cara membuka jalan napas
Mulailah melakukan tindakan awal dengan melakukan pemeriksaan ada/ tidaknya

BREATHING (PERNAPASAN)
1. Pertahankan posisi kepala (posisi menengadah)
2. Letakkan pipi anda didekat muka, di antara mulut dan hidung korban
3. Lihat bagian dada korban apakah ada gerakan napas (gerakan dada turun naik), perhatikan
apakah gerakannya teratur, apakah gerakan dada sebelah kiri dan kanan sama (simetris)

Posisi untuk Lihat, Dengar, Rasakan Perhatikan napas korban

4. Dengarkan nafasnya, dan tetap perhatikan gerakan dadanya


5. Rasakan adanya hembusan udara pada pipi Anda dan amati selama 10 detik.
6. Dengan merasakan adanya aliran udara dan adanya gerakan dada menandakan bahwa
korban masih bernapas.

Jika korban tidak bernapas mulai lakukan RJP (Resusitasi Jantung Paru) segera.

Jika korban tidak sadar, tapi korban masih bernapas, maka pindahkan korban pada Posisi
Pemulihan .

CIRCULATION (SIRKULASI)

Sirkulasi atau peredaran darah


diperlukan diseluruh bagian tubuh untuk memenuhi kebutuhan jaringan antara lain
membawa oksigen. Gangguan sirkulasi dapat terjadi karena gangguan pompa jantung atau
kekurangan volume darah yang disebabkan oleh terjadinya perdarahan. Kehilangan darah ini
dapat mempengaruhi kekurangan peredaran oksigen ke seluruh tubuh:

Bila terjadi perdarahan maka Anda harus menghentikan perdarahan secepat mungkin
karena kehilangan darah yang cukup banyak akan menyebabkan kekurangan oksigen di jaringan
dan mengancam terjadinya kematian.
Bila Jantung mulai berhenti berdenyut maka Anda harus mengembalikan fungsi jantung
dengan melakukan pijat jantung .
Untuk mengetahui baik atau tidaknya pompa jantung, kita dapat memeriksa detak jantung
dengan meraba dengan sedikit tekanan didaerah pembuluh nadi leher atau nadi di tangan
selama 10 detik.

4. RESUSITASI JANTUNG PARU

Untuk menyelamatkan nyawa korban, diperlukan tindakan yang dikenal dengan sebutan
Resusitasi Jantung Paru (RJP) yaitu mengembalikan fungsi jantung dan paru pada keadaan
semula atau keadaan normal.

Untuk menentukan diperlukan atau tidaknya RJP maka ikuti langkah-langkah


pemeriksaa sebagai berikut.
A. SISTEMATIKA RJP PADA ORANG DEWASA

RESPONS ? ada/tidak
( panggil, tepuk tulang selangka, cubit lengan atas)

TIDAK ADA RESPONS


Berteriak minta pertolongan

BUKA JALAN NAPAS


(angkat dagu tekan dahi )

BERNAFAS ? YA /TIDAK (Lihat, Dengar, dan Rasakan )

TIDAK BERNAPAS (Pastikan bantuan atau kendaraan untuk kerumah sakit )


BERI NAPAS BUATAN
2 kali
KOMPRESI DADA
(Pijat jantung) 30 kali
Gunakan pangkal telapak
tangan untuk pijat jantung
Perbandingan RJP pada orang Dewasa
30 : 2 (per siklus)
B. SISTEMATIKA RJP PADA BAYI

Pada bayi pijat jantung dengan menggunakan dua jari tangan. Terlebih dahulu minta izin
pada orang tua korban

RESPONS ada/tidak?
(pada bayi sentuh telapak kaki)

TIDAK ADA RESPONS


minta pertolongan

BUKA JALAN NAPAS (Angkat Dagu Tekan Dahi )

BERNAPAS Ya / tidak ? (Lihat, Dengar, dan Rasakan)

TIDAK BERNAPAS Beri 5 napas buatan(awal)

30 kompresi dada
(dengan dua jari)

2 napas buatan

RJP pada Bayi: 5 kali Napas awal


30 kompresi dada: 2 napas buatan ( per

RJP pada anak usia 1(satu) tahun keatas akan disesuaikan dengan postur tubuhnya. Ketika
melakukan kompresi dada gunakan satu tangan.
5. BIDAI

Tujuan pemasangan bidai adalah untuk mempertahankan kedudukan tulang yang


patah. Bidai harus dapat mempertahankan kedudukan 2 send dengan tulang yang terdekat
tulang yang patah, dan tidak boleh terlalu kencang/ketat jaringan tubuh. karena akan merusan
Alat yang dipakai dapat:
a. Anggota badan penderita sendiri b. papan, bambu dahan
c. karton, majalah, kain
d. bantal, guling, selimut dan lain-lain.

6. TRANSPORTASI PENDERITA

Sebelum penderita dipindahkan, perlu dipenuhi persyaratan-persyaratan:


a. Keadaan penderita telah stabil
b. Jalan Nafas tetap terjamin/terbuka
c. Pengawasan ketat terhadap jantung, nadi dan paru-paru tetap dapat dilaksanakan.
Pengangkutan penderita dapat memakai:
a. tenaga manusia: satu,dua, tiga atau empat orang b. Tandu: khusus, papan, bambu/dahan,
atau matras c. Kendaraan: darat, laut atau udara.,

III.PRAMUKA PENEGAK

Selain menguasai persyaratan bagi penggalang seorang penegak dituntut untuk


menyebarluaskan pengetahuan yang telah dimilikinya kepada anggota Pramuka lain dan
masyarakat luas:
Bagi masyarakat umum yang perlu disampaikan adalah
A. Cara miminta pertolongan segera
B. Cara mengamankan penderita/korban dan tidak memperberat keadaannya.

Tindakan penanggulangan Gawat Darurat barulah dibenarkan untuk dilakukan apabila


pengetahuan tentang Resusitasi telah dikuasai dengan baik.
C. Mengetahui alamat serta nomor telepon Dinas Kesehatan dan Badan
Penanggulangan Bencana Daerah serta menguhubungi 2 institusi tersebut jika terjadi bencana
D. Dapat melaporkan kepada Dinas Kesehatan dan Badan Penanggulangan Bencana
Daerah mengenai jenis kejadian bencana, lokasi bencana, waktu kejadian dan luas dampak
bencana
E. Berperan serta dalam memberikan pertolongan pertama dan mengevakuasi korban
bencana yang selamat, mencegah supaya keadaan korban tidak memburuk dan mencegah
timbulnya korban tambahan

IV.PRAMUKA PANDEGA

Selain menguasai persyaratan Pramuka Siaga, Penggalang dan Penegak, seorang Pramuka
Pandega dituntut untuk lebih banyak penanggulangan gawat darurat lain, seperti:
A. Keadaan keracunan, kebakaran dan pingsan.
B. Memperagakan cara mempimpin regu Pramuka dalam mengatasi gawat darurat di jalan
raya.
C. Melakukan penyuluhan tentang gawat darurat kepada anggota Pramuka dan
masyarakat

1. LUKA BAKAR

Luka bakar adalah salah satu jenis cedera yang meliputi kerusakan pada permukaan kulit
paling atas dan dapat sampai mengenai lapisan dalam, akibat paparan suhu yang tinggi.
Penyebabnya: api, uap panas, benda panas, bahan kimia, listrik, kilat, serta radiasi.

Luka bakar dibagi menjadi 3 derajat sebagai berikut:

1. Derajat satu, kerusakan hanya pada permukaan (superfisial). i.Kemerahan


ii.Sakit dan lembut
iii.Sedikit terjadi Pembengkakan

2. Derajat dua, kerusakan mengenai bagian bawah kulit (kedalaman parsial).


Kemerahan
Lepuh
Sangat nyeri
Pembengkakan
Penampakan kasar

3. Derajat tiga, kerusakan mengenai jaringan bawah kulit yang lebih dalam, antara lain dapat
mengenai otot dan bagian diantaranya (kedalaman penuh).
Pucat dan mengkilap
Jaringan menghitam atau gosong
Mati rasa karena kerusakan saraf
Pertolongan Pertama pada luka bakar:
1. Lakukan penilaian DRsABC
2. Hentikan proses luka bakar
3. Siram dengan air selama 10 menit atau lebih
4. Secara perlahan buka pakaian, perhiasan, jam, dll yang ada di daerah yang mengalami luka
bakar
5. Jika perlu balut longgar dengan penutup steril
6. Bawa ke fasilitas kesehatan

JANGAN!
gunakan material yang berserat atau menempel sebagai penutup
memecah lepuh
memberikan krim, lotion, lemak atau minyak pada luka
menyentuh bagian yang terluka

2. KERACUNAN

Racun dapat berupa suatu zat (padat, cair, gas) yang jika masuk ke dalam tubuh akan
menyebabkan kerusakan jaringan yang menganggu fungsi organ tubuh sehingga
mempengaruhi kesehatan bahkan dapat menyebabkan kematian.

Masuknya racun ke dalam tubuh melalui


1. Mulut (racun tertelan)
2. Hidung (racun terhirup)
3. Kulit (terserap)
4. Suntikan dan gigitan.

Gejala dan tanda keracunan umum:


Riwayat yang berhubungan dengan proses keracunan
Mengantuk atau tidak sadar (penurunan respon)
Gangguan pernapasan
Nyeri kepala, pusing, gangguan penglihatan
Sakit perut dan keram
Mual, muntah, diare
Nadi cepat dan lemah
Bau khas dari mulut
Lemas, lumpuh, kesemutan
Pucat atau sianosis (kebiru-biruan)
Kejang-kejang
Syok
Gangguan irama jantung dan peredaran darah pada zat tertentu
Luka pada kulit berupa bekas suntikan atau gigitan, kemerahan, nyeri dan sebagainya
Pertolongan Pertama pada kasus keracunan:

Lakukan penilaian DRsABC


Pengamanan sekitar, terutama bila berhubungan dengan gigitan binatang
Pengamanan penderita dan penolong terutama jika berada di daerah gas beracun
Hindari penyebab keracunan. Pastikan korban mendapat udara segar
Bila racun masuk melalui jalur kulit, maka buka baju penderita dan bersihkan sisa
bahan beracun, bila ada, lalu bilaslah daerah yang terkena dengan air mengalir selama 20
menit
Bila racun masuk melalui mulut usahakan untuk mengencerkan racun tersebut.
JANGAN memicu muntah
Lakukan RJP bila perlu. Hati-hati pada keracunan melalui saluran napas dan mulut
Awasi jalan napas, terutama bila respon menurun atau penderita muntah
Bila ada petunjuk seperti pembungkus, sisa muntahan dan sebagainya sebaiknya
diamankan untuk identifikasi
Baringkan korban pada posisi pemulihan
Bawa ke fasilitas kesehatan

3. PINGSAN

Pingsan merupakan kejadian yang umum dan sederhana untuk diatasi oleh seseorang dengan
pengetahuan Pertolongan Pertama. Hal ini terjadi ketika otak, untuk jangka waktu yang
singkat, tidak mendapatkan pasokan darah yang cukup disebabkan karena berdiri untuk
waktu yang lama, lapar, bangkit dan berdiri terlalu cepat, lingkungan yang panas, dll. Pingsan
mungkin juga terjadi di masa awal kehamilan.

Gejala dan tanda:


Limbung
Pandangan gelap, dunia serasa berputar
Kulit pucat dan berkeringat
Nadi pelan tapi kuat
Kehilangan kesadaran sesaat

Pertolongan Pertama pada pingsan:

1. Lakukan penilaian DRsABC


2. Baringkan korban
3. Tinggikan tungkai korban sekitar 20 - 30 cm
4. Longgarkan pakaian yang mengikat
5. Pastikan korban mendapat udara segar
6. Jangan diberi minum jika korban belum sadar penuh.
7. Jangan memberikan rangsangan berupa bau-bauan apapun
V. KEPUSTAKAAN
1. Panduan penanggulangan Penderita Gawat Darurat Dit. Rumah Sakit. Ditjen
yanmedik, Departemen Kesehatan RI 2009
2. Pedoman Pelatihan Pertolongan Pertama : Johanniter Unfall Hilfe 2009
3. First Aid Training, Balsibankes Unit Ambulans 119, Unit Ambulans 119 Dinkes DKI
Jakarta, , Jakarta

Anda mungkin juga menyukai