Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
A. DASAR TEORI
Modul 7
Konvolusi dua Sinyal
Konvolusi antara dua sinyal diskrit x[n] dan v[n] dapat dinyatakan
sebagai
Mekanisme Konvolusi
Komputasi pada persamaan (1) dan (2) dapat diselesaikan dengan merubah
discretetime index n sampai dengan i dalam sinyal x[n] dan v[n]. Sinyal yang
dihasilkan x[i] dan v[i] selanjutnya menjadi sebuah fungsi discrete-time index
i. Step berikutnya adalah menentukan v[n-i] dan kemudian membentuk
pencerminan terhadap sinyal v[i]. Lebih tepatnya v[-i] merupakan
pencerminan dari v[i] yang diorientasikan pada sumbu vertikal (axis), dan
v[n-i] merupakan v[-i] yang digeser ke kanan dengan step n. Saat pertama
kali product (hasil kali) x[i]v[n-i] terbentuk, nilai pada konvolusi x[n]*v[n]
pada titik n dihitung dengan menjumlahkan nilai x[i]v[n-i] sesuai rentang i
pada sederetan nilai integer tertentu.
Modul 8
Keluaran sebuah sistem disebut juga respon. Jika sinyal berupa unit
impulse masuk ke dalam sistem, maka sistem akan memberi respon yang
disebut respon impuls (impulse response). Respon impuls biasa diberi simbol
h. Jika sistemnya diskret, respon impulsnya diberi simbol h[n] dan jika
sistemnya kontinyu, respon impulsnya diberi simbol h(t).
Jika h[n] adalah respon impuls sistem linier diskrit, dan x[n] adalah
sinyal masukan maka sinyal keluaran adalah
Rumusan di atas disebut penjumlahan konvolusi. Jika h(t) adalah
respon impuls sistem linier kontinyu, dan x(t) adalah sinyal masukan maka
sinyal keluaran adalah
Jika sinyal input dalam hal ini adalah x(t), maka sinyal outputnya bisa
dinyatakan dalam persamaan berikut ini.
B. KELENGKAPAN PADA SOFTWARE MATLAB
1) Development Environment.
Merupakan sekumpulan perangkat dan fasilitas yang membantu anda untuk
menggunakan fungsi-fungsi dan file-file Matlab. Beberapa perangkat ini
merupakan sebuah graphical user interfaces (GUI). Termasuk didalamnya
adalah Matlab Desktop & Command Window, Command History, sebuah
Editor & Debugger, dan Browsers untuk melihat Help, Workspace, Files, dan
Search Path.
2) Matlab Mathematical Function Library.
Merupakan sekumpulan algoritma komputasi mulai dari fungsi-fungsi dasar
seperti: sum, sin, cos, dan complex arithmetic, sampai dengan fungsi-fungsi
yang lebih kompek seperti matrix inverse, matrix eigenvalues, Bessel
functions, dan Fast Fourier Transforms.
3) Matlab Language.
Merupakan suatu high-level matrix/array language dengan control flow
statements, functions, data structures, input/output, dan fitur-fitur object-
oriented programming. Hal ini memungkinkan bagi kita untuk melakukan
kedua hal, baik pemrograman dalam lingkup sederhana untuk mendapatkan
hasil yang cepat, dan pemrograman dalam lingkup yang lebih besar untuk
memperoleh hasil-hasil dan aplikasi yang komplek.
4) Graphics.
Matlab memiliki fasilitas untuk menampilkan vektor dan matrik sebagai suatu
grafik. Di dalamnya melibatkan high-level functions (fungsi-fungsi level
tinggi) untuk visualisasi data dua dikensi dan data tiga dimensi, image
processing, animation, dan presentation graphics. Ini juga melibatkan fungsi
level rendah yang memungkinkan bagi anda untuk membiasakan diri untuk
memunculkan grafik mulai dari benutk yang sederhana sampai dengan
tingkatan graphical user interfaces pada aplikasi MATLAB anda.
5) Matlab Application Program Interface (API).
Merupakan suatu library yang memungkinkan program yang telah anda tulis
dalam bahasa C dan Fortranmampu berinterakasi dengan Matlab. Hal ini
melibatkan fasilitas untuk pemanggilan routines dari Matlab (dynamic
linking), pemanggilan Matlab sebagai sebuah computational engine, dan
untuk membaca dan menuliskan MAT-files.
for n=1:L
if n<=P
v(n)=1;
else
v(n)=0;
end
end
t=1:L;
subplot(3,1,2)
stem(t,v)
5. Coba anda jalankan seperti pada langkah kedua, dan berikan penjelasan
hasilnya
Modul 8
1) Konvolusi Dua Sinyal Sinus
1. Buat program untuk membangkitkan dua gelombang sinus seperti berikut:
L=input('Banyaknya titik sampel(>=20): ');
f1=input('Besarnya frekuensi gel 1 adalah Hz: ');
f2=input('Besarnya frekuensi gel 2 adalah Hz: ');
teta1=input('Besarnya fase gel 1(dalam radiant): ');
teta2=input('Besarnya fase gel 2(dalam radiant): ');
A1=input('Besarnya amplitudo gel 1: ');
A2=input('Besarnya amplitudo gel 2: ');
%Sinus pertama
t=1:L;
t=2*t/L;
y1=A1*sin(2*pi*f1*t + teta1*pi);
subplot(3,1,1)
stem(y1)
%Sinus kedua
t=1:L;
t=2*t/L;
y2=A2*sin(2*pi*f2*t + teta2*pi);
subplot(3,1,2)
stem(y2)
2. Coba jalankan program anda dan isikan seperti berikut ini:
Banyaknya titik sampel(>=20): 20
Besarnya frekuensi gel 1 adalah Hz: 1
Besarnya frekuensi gel 2 adalah Hz: 0.5
Besarnya fase gel 1(dalam radiant): 0
Besarnya fase gel 2(dalam radiant): 0.5
Besarnya amplitudo gel 1: 1
Besarnya amplitudo gel 2: 1
0.5
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1
0.5
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
10
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
2) Konvolusi Dua Sinyal Sekuen konstan
0.5
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
0.5
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Jumlah Sample
20
10
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
Modul 8
1) Konvolusi Dua Sinyal Sinus
-1
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
1
-1
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
5
-5
0 5 10 15 20 25 30 35 40
2) Konvolusi Sinyal Bernoise dengan Raise Cosine
%File Name: Noisin.m
%convolusi sinyal sinus bernoise dengan raise cosine;
n=-7.9:.5:8.1;
y=sin(4*pi*n/8)./(4*pi*n/8);
figure(1);
plot(y,'linewidth',2)
t=0.1:.1:8;
x=sin(2*pi*t/4);
figure(2);
plot(x,'linewidth',2)
0.8
0.6
0.4
0.2
-0.2
-0.4
0 5 10 15 20 25 30 35
0.8
0.6
0.4
0.2
-0.2
-0.4
-0.6
-0.8
-1
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Penambahan noise pada sinyal sinus
t=0.1:.1:8;
noise=0.5*randn*sin(2*pi*10*t/4) ;
x_n=sin(2*pi*t/4)+noise;
figure(3);
plot(x_n,'linewidth',2)
1.5
0.5
-0.5
-1
-1.5
0 10 20 30 40 50 60 70 80
-1
-2
-3
-4
-5
0 20 40 60 80 100 120