Anda di halaman 1dari 35

Makalah

LOMBA INOVASI BETON TRISAKTI 2017


PENGGUNAAN KOTORAN GAJAH SEBAGAI MATERIAL
RAMAH LINGKUNGAN

Nama Tim : GREECON MERCUBUANA

Anggota : 1. ARIEF KURNIAWAN

2. OPYN DEVINTA MAURETTA

3. PRADESTIA RETNANINGTYAS

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MERCUBUANA
2017
ABSTRAK

Sistem pencernaan gajah tidaklah sebaik yang kita bayangkan. Dengan tubuhnya yang
besar ternyata ada makanan-makanannya yang tidak tercerna. Hal tersebut membuat
kotoran gajah dapat mengandung serat yang tinggi dan dapat digunakan untuk
meningkatkan kuat tarik dan lentur, meningkatkan daktilitas dan kemampuan menyerap
energi saat berdeformasi, mengurangi retak akibat susut beton, meningkatkan
ketahanan fatigue (beban berulang) dan meningkatkan ketahanan impact (beban
tumbukan) merupakan beberapa keunggulan beton berserat.

Peningkatan kekuatan beton adalah salah satu faktor utama yang diharapkan pada
teknologi beton. Sifat beton akan mengalami penurunan kekuatan akibat adanya bahan
tambah semen, agregat, dan adanya pori-pori.

Pengurangan factor air semen (water cement ratio) dan Penggunaan bahan tambah
berbasis gula sebesar 0,03% dari berat semen memberikan efek penurunan koefisien
permeabilitas dan nilai porositas beton. Kandungan lignin yang terdapat pada bahan
tambah berbasis gula meningkatkan lekatan antar partikel beton sehingga beton
menjadi lebih padat.

Bahan tambah berbasis gula yang berfungsi sebagai retarder membuat semen memiliki
waktu lebih banyak untuk berhidrasi sehingga beton lebih padat dan kapiler air yang
terdapat dalam beton menjadi lebih sedikit.

Hasil kuat tekan yang telah dicapai pada 21 hari untuk sampel 1 dan 2 adalah 655 Mpa.

Kata kunci : Beton mutu tinggi, Kuat Tekan, Kotoran Gajah, Lignin, dan Fly Ash.

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat dan karunia-Nya makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan
tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
memanfaatkan kotoran gajah sebagai pengganti semen dalam pembuatan beton,
mengetahui kuat tekan beton yang menggunakan komposisi kotoran gajah dan
menghasilkan beton yang bernilai ekonomis, ramah lingkungan, dan bermutu
tinggi dengan judul Penggunaan Kotoran Gajah Sebagai Material Ramah
Lingkungan.

Dengan membuat makalah ini kami mengharapkan dapat menginspirasi


semua orang yang berkaitan dengan dunia konstruksi agar dapat menerapkan
pengaplikasiannya dilapangan.

Kami sadar, sebagai seorang mahasiswa yang masih dalam proses


pembelajaran, penulisan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna
penulisan makalah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Harapan kami, semoga makalah ini, dapat menambah referensi pembaca


mengenai beton dengan komposisi air laut sebagai pencampur pada beton, dan
bisa melanjutkan penelitian ini hingga mencapai hasil yang memuaskan.

HORMAT KAMI,

Penyusun

3
BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Pembangunan di bidang struktur dewasa ini mengalami kemajuan yang


sangat pesat di berbagai bidang misalnya gedung-gedung, jembatan, tower,
jalan, dan sebagainya. Beton merupakan salah satu pilihan sebagai bahan
struktur dalam konstruksi bangunan tersebut. Beton diminati karena memiliki
kelebihan-kelebihan dibandingkan dengan bahan lainnya, antara lain
harganya yang relatif murah dan mempunyai kekuatan yang baik, bahan baku
penyusunannya pun mudah untuk didapat, tahan lama, tahan terhadap api, dan
tidak mengalami pembusukan. Berbagai penelitian dan percobaan dibidang
beton telah dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas beton.
Teknologi bahan dan teknik pelaksanaan yang diperoleh dari hasil penelitian
dan percobaan tersebut dimaksudkan untuk menjawab tuntutan yang semakin
tinggi terhadap pemakaian beton serta mengatasi kendala-kendala yang sering
terjadi pada pengerjaan dilapangan. Hal lain yang mendasari pemilihan dan
pengguanaan beton sebagai bahan konstruksi adalah faktor efektifitas dan
tingkat efisiensinya. Secara umum bahan pengisi (filler) beton terbuat dari
bahan-bahan yang mudah diperoleh, mudah diolah (workability), mempunyai
keawetan (durability), kekuatan (strength) yang sangat diperlukan dalam
suatu konstruksi, serta mudah diproduksi secara lokal dan bentuknya kaku
(rigid). Dari sifat yang dimiliki beton itulah menjadikan beton sebagai bahan
alternatif untuk dikembangkan baik bentuk fisik maupun metode
pelaksanaannya.
Dalam konstruksi suatu bangunan, dibutuhkan beton yang bermutu tinggi
dimana memiliki kuat tekan yang tinggi dan dengan kreasi seorang teknik
sipil, beton bisa dibuat bernilai ekonomis dan bermutu tinggi serta ramah
lingkungan. Namun sejak dua dekade terakhir ini, setelah berhasil
dikembangkannya berbagai jenis tambahan atau admixtures dan additives

4
untuk campuran beton, terutama water reducer atau plasticizer dan
superplastiscizer, maka telah terjadi kemajuan yang sangat pesat pada
teknologi beton, dengan berhasil memproduksi beton mutu tinggi bahkan
sangat tinggi, dan yang pada akhirnya juga telah memperbaiki dan
meningkatkan hampir semua kinerja beton menjadi suatu material modern
yang berkinerja tinggi. Dalam dunia Industri Concrete Manufacturing, Peran
admixture sangat diperlukan sebagai bahan tambahan untuk meningkatkan
kualitas beton dan untuk mengejar kuat tekan yang lebih awal (Early
Strength). Bahan tambahan admixture berbasis gula ini mampu mengurangi
pemakaian air hingga 30% dengan dosis 1% dari Cementitious.
Terkadang pada daerah tertentu sangat sulit untuk mendapatkan agregat,
khususnya agregat kasar dan agregat halus sebagai bahan utama dalam
pembuatan beton. Untuk mengatasi hal tersebut, maka penulis melakukan
penelitian ini dengan menggunakan kotoran gajah sebagai penambahan
agregat kasar dalam pembuatan beton. Selain itu, jika pemanfaatan kotoran
gajah dapat dibuktikan secara teknis sebagai bahan/agregat untuk campuran,
maka diharapkan juga dapat mengurangi dampak pencemaran lingkungan dan
mempunyai nilai tambah secara ekonomi bagi masyarakat.
Dengan adanya Lomba Inovasi Beton CETA 2017 yang di selenggarakan
oleh Universitas Trisakti yang bertemakan Inovasi Material Ramah
Lingkungan Beton Mutu 25 Mpa ini , kami sebagai mahasiswa jurusan
teknik sipil mencoba untuk berkreasi dalam pembuatan beton, yaitu dengan
berkreasi dalam pemilihan agregat dimana agregat merupakan komponen
penting dalam pembuatan beton. Dan kami berharap bisa berperan aktif
dalam memajukan dan mengembangkan teknologi beton di bidang teknik
sipil secara umum.

5
I.2. Perumusan Masalah

1. Apakah penggunaan kotoran gajah sebagai pengganti semen dalam


pembuatan beton dapat meningkatkan kuat tekan pada beton?
2. Apakah kotoran gajah efektif dalam mengurangi pemakaian semen pada
beton?
3. Apakah beton dengan material kotoran gajah dapat di aplikasikan dalam
lingkup ketekniksiplan?
I.2. Tujuan Rancangan Beton

Perencanaan campuran beton ini bertujuan untuk menghasilkan beton dengan


sebaik-baiknya, dimana memiliki kriteria sebagai berikut :
Kuat tekan tinggi (compressive strenght)
Biaya produksi ekonomis
Bersifat inovasi dalam pemilihan bahan
Ramah lingkungan
I.3 Target Kuat Tekan Beton

Kekuatan tekan beton yang ditargetkan dalam pembuatan ini adalah beton
dengan kuat tekan sebesar 25Mpa pada beton berumur 21 hari sesuai dengan
persyaratan mutu beton yang disyaratkan. Beton ini dapat memenuhi workability
yang ideal. Tetapi meski demikian kekuatan tekan beton juga masih dipengaruhi
oleh antara lain :
Faktor air semen, (Water cement ratio)
Umur beton
Jenis semen yang digunakan
Sifat agregat
Admixture

I.4. Standar Pengujian


Untuk dapat dinyatakan benar hasilnya, pengujian di laboratorium harus
dilakukan sesuai dengan standar tertentu. Sehubung dengan itu, standar pengujian
yang dipakai pada pembuatan ini adalah :
ASTM C33 : Standard Spesification or Concrete Aggregates
ASTM C33 : Test for Organic Impurites in Sand for Concrete
ASTM C29 : Test for Unit Weight and Voids aggregates
ASTM C127 : Test for Specific Gravity and Absorption of Coarse
Aggregates
ASTM C128 : Test for Specific Gravity and Absorption of Fine
Aggregates
ASTM C136 : Test for Sieve Analysis of Fine & Coarse
Aggregates
ASTM C129 : Making & Curing Concrete Test Spesimens in the
Laboratory
ASTM C39 : Test for Compressive Strength of Silinder Concrete
Spesimens
BS 882 : Grading Limits for Fine Aggregrate
SK SNI 03-2834-2000 : Tata Cara Pembuatan Campuran Beton Normal
I.5. Sistematika Makalah

Sistematika laporan bertujuan untuk mempermudah pengertian kearah


pemahaman penulis laporan sesuai dengan tujuan dan ruang lingkup, maka
uraian penulisan ini disusun sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN

Menjelaskan tentang latar belakang, maksud dan


tujuan,batasan masalah dan ruang lingkup.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka berisi tentang peninjauan dari poin-


poin penting yang menjadi topik permasalah pada
karya tulis tersebut. Tinjauan pustaka berguna untuk
mereview masalah-masalah yang berkaitan dengan
topik permasalahan.
BAB III : METODE PELAKSANAAN

Berisi tentang tahapan pekerjaan yang digunakan.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Berisi tentang data-data hasil penelitian yang


diperoleh dari hasil mix design yang telah
dilakukan.

BAB V : PENUTUP

Berisi tentang rangkuman atau poin


terpenting dari hasil pembahasan pada
makalah.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 BETON

Beton merupakan bahan bangunan yang dihasilkan dari campuran atas semen
Portland, pasir, kerikil dan air. Beton ini biasanya di dalam praktek dipasang
bersama-sama dengan tulangan baja, sehingga disebut beton bertulang (batang
baja berada di dalam beton). Pada saat ini sebagian besar bangunan dibuat dari
beton bertulang, disamping kayu dan baja (Febriyatno, 2014).
Beton mempunyai kelebihan daripada bahan yang lain, antara lain karena
harganya relatif lebih murah daripada baja, tidak memerlukan biaya perawatan
seperti baja (baja harus selalu dicat pada setiap jangka waktu tertentu untuk
mencegah karat), dan tahan lama karena tidak busuk atau berkarat. Akan tetapi,
beton yang tampaknya mudah dibuat bila tidak dikerjakan atau direncanakan
dengan teliti akan menghasilkan bahan yang kurang baik, atau kurang kuat. Oleh
karena itu cara-cara membuat beton harus dipelajari dengan baik (Astanto, 2001).
Dalam keadaan yang mengeras, beton memiliki kekuatan tinggi. Dalam keadaan
segar, beton dapat diberi bermacam bentuk, sehingga dapat digunakan untuk
membentuk seni arsitektur atau semata-mata untuk tujuan dekoratif . Beton juga
akan memberikan hasil akhir yang bagus jika pengolahan akhir dilakukan dengan
cara khusus, misalnya diekspose agregatnya (agregat yang mempunyai bentuk
yang bertekstur seni tinggi diletakkan dibagian luar, sehingga nampak jelas pada
permukaan betonnya). Selain tahan terhadap serangan api, beton juga tahan
terhadap serangan korosi (Mulyono, 2003). Beton mempunyai beberapa
kelebihan, antara lain yaitu (Mulyono,2003) :
1. Dapat dengan mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan konstruksi.
2. Mampu memikul beban yang berat.
3. Tahan terhadap temperatur yang tinggi.
4. Nilai kekuatan dan daya tahan (durability) beton adalah relatif tinggi.
5. Biaya pemeliharaan yang kecil.
Selain kelebihan, beton juga mempunyai beberapa kekurangan antara lain yaitu :
(Mulyono, 2003):
1. Bentuk yang telah dibuat sulit untuk dirubah.
2. Pelaksanaan pekerjaan membutuhkan ketelitian yang tinggi.
3. Kekuatan tarik beton relatif rendah.
4. Daya pantul suara yang besar.

2.2 MATERIAL PENYUSUN BETON

2.2.1 AGREGAT

Agregat ialah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam
campuran mortar atau beton. Agregat ini kira-kira menempati sebanyak 70%
volume mortar atau beton. Walaupun hanya sebagai bahan pengisi akan tetapi
agregat sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat mortar atau betonnya sehingga
pemilihan agregat merupakan suatu bagian penting dalam pembuatan mortar atau
beton. (Astanto, 2001)
Agregat yang digunakan dalam campuran beton dibedakan menjadi 2 (dua)
macam, yaitu :
A. AGREGAT HALUS (Pasir Karawang)

Karakteristik kualitas aggregat halus yang digunakan sebagai komponen


struktural beton memegang peranan penting dalam menentukan karakteristik
kualitas struktur beton yang dihasilkan, sebab aggregat halus mengisi
sebagian besar volume beton. Dengan jumlah sumber daya yang kuantitasnya
cukup besar maka dipilih pasir Karawang. Pasir Karawang merupakan pasir
hasil letusan gunung Galunggung (Tasikmalaya, Jawa Timur). Namun secara
kualitas pasir itu cukup baik. Ciri-ciri agregat halus yang baik adalah
bentuknya tidak bulat agar bisa saling mengunci (interlocking) antar butiran
yang akan mempengaruhi kekuatan (strength) dan ketahanan (durability)
beton. Selain itu perlu diteliti kandungan mineral apa saja yang terkandung
dalam pasir tersebut. Agregat halus untuk beton dapat berupa pasir alam
sebagai hasil desintegrasi alami dari batuan-batuan atau berupa pasir buatan
yang dihasil oleh alat-alat pemecah batu. Adapun syarat-syarat dari agregat
halus yang digunakan menurut PBI 1971, antara lain :
1. Pasir terdiri dari butir-butir tajam dan keras. Bersifat kekal artinya tidak
mudah lapuk oleh pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan
2. Tidak mengandung lumpur lebih dari 5%. Lumpur adalah bagian-bagian
yang bisa melewati ayakan 0,063 mm. Apabila kadar lumpur lebih dari
5%, maka harus dicuci. Khususnya pasir untuk bahan pembuat beton.
3. Tidak mengandung bahan-bahan organik terlalu banyak yang
dibuktikan dengan percobaan warna dari Abrams-Harder. Agregat
yang tidak memenuhi syarat percobaan ini bisa dipakai apabila
kekuatan tekan adukan agregat tersebut pada umur 7 dan 28 hari tidak
kurang dari 95% dari kekuatan adukan beton dengan agregat yangs
sama tapi dicuci dalam larutan 3% NaOH yang kemudian dicuci
dengan air hingga bersih pada umur yang sama.

B. AGREGAT KASAR (Batu Kali Pecah)

Karakteristik kualitas agregat kasar yang digunakan menentukan kekuatan


tekan dari beton. Batu kali pecah dipilih menjadi agregat kasar dalam
pembuatan benda uji dikarenakan memiliki bentuk yang kubikal dan tajam
dan porositasnya rendah. Adapun syarat-syarat agregat kasar yang dapat
menghasilkan beton mutu tinggi antara lain:
a. Porositas rendah.
Dari hasil penelitian menunjukan bahwa porositan rendah akan
menghasilkan suatu adukan yang seragam (uniform), dalam arti
mempunyai keteraturan atau keseragaman yang baik pada mutu (kuat
tekan) maupun nilai slumpnya. Akan sangat baik bila bisa digunakan
agregat kasar dengan tingkat penyerapan air (water absorption) yang
kurang dari 1 %. Bila tidak, hal ini bisa menimbulkan kesulitan dalam
mengontrol kadar air total pada beton segar, dan bisa mengakibatkan
kekurang teraturan (irregularity) dan deviasi yang besar pada mutu dan
dan nilai slump beton yang dihasilkan. Karenanya, sensor kadar air
secara ketat pada setiap grup agregat yang akan dipakai merupakan
suatu tahapan yang mutlak perlu dikerjakan.
b. Bentuk fisik agregat.
Dari beberapa penelitian menunjukan bahwa batu pecah dengan bentuk
kubikal dan tajam ternyata menghasilkan mutu beton yang lebih baik
dibandingkan dengan menggunakan kerikil bulat (Larrard, 1990). Hal
ini tidak lain adalah karena bentuk kubikal dan tajam bisa memberikan
daya lekat mekanik yang lebih baik antara batuan dengan mortar.
c. Ukuran maksimum agregat.
Dari beberapa penelitian menunjukan bahwa pemakaian agregat yang
lebih kecil (< 15 mm) bisa menghasilkan mutu beton yang lebih tinggi
(Larrard, 1990). Namun pemakaian agregat kasar dengan ukuran
maksimum 25 mm masih menunjukan tingkat keberhasilan yang baik
dalam produksi beton mutu tinggi.
d. Bersih dan kuat tekan hancur yang tinggi.
e. Gradasi yang baik dan teratur (diambil dari sumber yang sama).
Agregat kasar dapat berupa batu kali pecah hasil desintegrasi alami
dari batuan-batuan atau berupa batu pecah, dalam penggunaannya
harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Butir-butir keras yang tidak berpori serta bersifat kekal yang artinya
tidak pecah karena pengaruh cuaca seperti sinar matahari dan
hujan.
2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1%, apabila melebihi
maka harus dicuci lebih dahulu sebelum menggunakannya.
3. Tidak boleh mengandung zat yang dapat merusak batuan seperti
zat-zat yang reaktif terhadap alkali.
4. Agregat kasar yang berbutir pipih hanya dapat digunakan apabila
jumlahnya tidak melebihi 20% dari berat keseluruhan.
Tabel 1. Syarat pemakaian agregat kasar dan agregat halus

AGREGAT KASAR AGREGAT HALUS


%-lewat ayakan %-lewat ayakan
Ayakan (berat kering) Ayakan (berat kering)
30,0 mm 100 10,00 mm 100
25,0 mm 90-100 5,00 mm 90-100
15,0 mm 25-60 2,50 mm 80-100
5,0 mm 0-10 1,20 mm 50-90
2,5 mm 0-5 0,60 mm 25-60
0,30 mm 10-30
0,15 mm 2-10
Gradasi dari agregat-agregat tersebut secara keseluruhan harus dapat
menghasilkan mutu beton yang baik, padat dan mempunyai daya kerja yang
baik dengan semen dan air, dalam proporsi campuran yang dipakai.
( Astanto, 2001)
Sifat yang paling penting dari suatu agregat (batu-batuan, kerikil, pasir dan
lain-lain) ialah kekuatan hancur dan ketahanan terhadap benturan, yang
dapat mempengaruhi ikatannya dengan pasta semen, porositas dan
karakteristik penyerapan air yang mempengaruhi daya tahan terhadap proses
pembekuan waktu musim dingin dan agresi kimia, serta ketahanan terhadap
penyusutan (Murdock dkk., 1991).

2.2.2 PORTLAND COMPOSITE CEMENT (PCC)

Indonesian Standard : SNI 15-7064-2004

Semen portland komposit adalah bahan pengikat hidrolis dari hasil


penggilingan bersama terak semen portland dan gipsum dengan satu atau
lebih bahan anorganik, atau hasil pencampuran antara bubuk semen portland
dengan bubuk bahan anorganik lain. Bahan anorganik tersebut antara lain
terak tanur tinggi BFS (blast furnace slag), pozolan, senyawa silikat, batu
kapur, dengan kadar total bahan anorganik 6% - 35 % dari massa semen
portland komposit.
Semen portland komposit dapat digunakan untuk konstruksi umum seperti :
pekerjaan beton, pasangan bata, selokan, jalan, pagar dinding dan
pembuatan elemen bangunan khusus seperti beton pracetak, beton pratekan,
panel beton, bata beton (paving block) dan sebagainya.
Semen PCC (Portland Cement Composit) cocok untuk bahan pengikat dan
direkomendasikan untuk penggunaan keperluan konstruksi umum dan bahan
bangunan . Pada kesempatan kali ini, kami sebagai inovator beton ramah
lingkungan menggunakan semen Merah Putih tipe PCC (Portland Cement
Composit). Semen Merah Putih merupakan semen berkualitas premium
yang memberikan hasil akhir bangunan yang lebih kuat dan tahan lama.
Semen Merah Putih dikembangkan mengacu kepada standar mutu Eropa EN
197-1:2000 CEM II/B-M dan memenuhi persyaratan standar mutu
Indonesia SNI 7064:2014. Pemenuhan pada standar tersebut untuk
menjamin kualitas Semen Merah Putih mampu memenuhi kebutuhan
masyarakat Indonesia akan semen berkualitas premium. Semen Merah Putih
tersedia di berbagai kota besar di Indonesia dalam kemasan kantong 40 kg
dan 50 kg. Adapun keunggulan dan kegunaan dari Semen Merah Putih Tipe
Portland Cement Composit, yakni :
Keunggulan:
1. LEBIH KUAT
Semen Merah Putih menggunakan bahan baku pilihan yang didukung
dengan peralatan produksi mutakhir serta tenaga kerja terampil
sehingga menghasilkan kekuatan yang lebih tinggi.
2. TAHAN LAMA
Semen Merah Putih mengandung material pozzolanic yang memberikan
ketahanan bangunan lebih lama, termasuk terhadap lingkungan yang
mengandung garam dan sulfat.
3. MUDAH DIAPLIKASIKAN
Memiliki karakteristik butiran yang unik sehingga mempermudah
proses pencampuran semen dan menghasilkan permukaan acian yang
lebih halus dan tidak mudah retak.
Kegunaan :
1. Struktur bangunan bertingkat
2. Struktur jembatan
3. Struktur jalan beton
4. Bahan bangunan
5. Beton pratekan dan pracetak, Pasangan bata, plesteran dan acian,
Panel beton, Paving block, Hollow brick, batako, genteng,
polongan, ubin dan lain-lain.
2.2.3 ADDITIVE

A. Fly Ash (Abu Terbang)

Fly-ash atau abu terbang yang merupakan sisa-sisa pembakaran batu bara,
yang dialirkan dari ruang pembakaran melalui ketel berupa semburan asap,
yang telah digunakan sebagai bahan campuran pada beton. Fly-ash atau
abu terbang di kenal di Inggris sebagai serbuk abu pembakaran. Abu
terbang sendiri tidak memiliki kemampuan mengikat seperti halnya semen.
Tetapi dengan kehadiran air dan ukuran partikelnya yang halus, oksida
silika yang dikandung oleh abu terbang akan bereaksi secara kimia dengan
kalsium hidroksida yang terbentuk dari proses hidrasi semen dan
menghasilkan zat yang memiliki kemampuan mengikat.
Sebagian besar abu terbang yang digunakan dalam beton adalah abu
kalsium rendah (kelas F ASTM) yang dihasilkan dari pembakaran
anthracite atau batu bara bituminous. Abu terbang ini memiliki sedikit
atau tida ada sifat semen tetapi dalam bentuk yang halus dan kehadiran
kelambaban, akan bereaksi secara kimiawi dengan kalsium hidrosida pada
suhu biasa untuk membentuk bahan yang memiliki sifat-sifat penyemenan.
Abu terbang kalsium tinggi (kelas ASTM) dihasilkan dari pembakaran
lignit atau bagian batu bara bituminous, yang memiliki sifat-sifat
penyemenan di samping sifat-sifat pozolan.
Beton yang mengandung 10 persen abu terbang memperlihatkan kekuatan
awal lebih tinggi yang diikuti perkembangan yang signifikan kekuatan
selanjutnya. Kekuatan meningkat 20 persen dibanding beton tanpa abu
terbang. Penambahan abu terbang menghasilakan peningkatan kekuatan
tarik langsung dan modulus elastis. Kontribusi abu terbang terhadap
kekuatan di dapati sangat tergantung kepada faktor air-semen, jenis semen
dan kualitas abu terbang itu sendiri.
B. Ampas Tebu

Tebu (Saccharum officinarum) adalah tanaman yang ditanam untuk bahan


baku gula. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis.
Tanaman ini termasuk jenis rumput-rumputan. Umur tanaman sejak
ditanam sampai bisa dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun. Di Indonesia
tebu banyak dibudidayakan di pulau Jawa dan Sumatra (Anonim, 2007e).
Ampas tebu atau lazimnya disebut bagas, adalah hasil samping dari proses
ekstraksi (pemerahan) cairan tebu. Dari satu pabrik dihasilkan ampas tebu
sekitar 35 40% dari berat tebu yang digiling (Indriani dan Sumiarsih,
1992). Husin (2007) menambahkan, berdasarkan data dari Pusat Penelitian
Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) ampas tebu yang dihasilkan sebanyak
32% dari berat tebu giling. Pada musim giling 2006 lalu, data yang
diperoleh dari Ikatan Ahli Gula Indonesia (Ikagi) menunjukkan bahwa
jumlah tebu yang digiling oleh 57 pabrik gula di Indonesia mencapai
sekitar 30 juta ton (Anonim, 2007b), sehingga ampas tebu yang dihasilkan
diperkirakan mencapai 9.640.000 ton. Namun, sebanyak 60% dari ampas
tebu tersebut dimanfaatkan oleh pabrik gula sebagai bahan bakar, bahan
baku untuk kertas, bahan baku industri kanvas rem, industri jamur dan
lain-lain. Oleh karena itu diperkirakan sebanyak 45 % dari ampas tebu
tersebut belum dimanfaatkan (Husin, 2007).
Ampas tebu sebagian besar mengandung ligno-cellulose. Panjang seratnya
antara 1,7 sampai 2 mm dengan diameter sekitar 20 mikro, sehingga
ampas tebu ini dapat memenuhi persyaratan untuk diolah menjadi papan-
papan buatan. Bagase mengandung air 48 - 52%, gula rata-rata 3,3% dan
serat rata-rata 47,7%. Serat bagase tidak dapat larut dalam air dan sebagian
besar terdiri dari selulosa, pentosan dan lignin (Husin, 2007).
Menurut Husin (2007) hasil analisis serat bagas adalah seperti dalam Tabel
2. berikut:

Tabel 2. Komposisi kimia ampas tebu


Kandungan Kadar (%)

Abu 3,82
Lignin 22,09
Selulosa 37,65
Sari 1,81
Pentosan 27,97
SiO2 3,01

Pada umumnya, pabrik gula di Indonesia memanfaatkan ampas tebu


sebagai bahan bakar bagi pabrik yang bersangkutan, setelah ampas tebu
tersebut mengalami pengeringan. Disamping untuk bahan bakar, ampas
tebu juga banyak digunakan sebagai bahan baku pada industri kertas,
particleboard, fibreboard, dan lain-lain (Indriani dan Sumiarsih, 1992).
Beton normal dengan kualitas yang baik sangat dipengaruhi oleh bahan-
bahan pembentuknya, pengerjaan (workabilitas), faktor air semen (F.A.S)
dan zat tambahan bila diperlukan. Zat tambahan berfungsi untuk
membantu memudahkan dalam pengerjaan beton basah, mempercepat
waktu pada beton untuk mencapai kekuatannya. Zat tambahan ini akan
mengencerkan campuran beton tanpa mengurangi faktor air semennya.
Tetes tebu memiliki sifat yang sama dengan super plasticizer yaitu bisa
mengencerkan campuran semen basah, namun kekuatan yang dihasilkan
masih belum di teliti. Penelitian ini dilakukan guna mengetahui pengaruh
tetes tebu sebagai bahan tambahan pengganti Super plasticizer terhadap
tingkat workability dan kuat tekan beton yang dihasilkan. Penelitian
dilakukan dengan membandingkan antara beton dengan Super plasticizer
1% dan 2 %, beton dengan tambahan tetes tebu 1% dan 2% dan beton
tanpa zat tambahan setelah sebelumnya dilakukan desain terhadap
campuran beton dengan metode SKSNI-T15-1990 dan menetapkan
perbandingan super plasticizer atau tetes tebu yang akan digunakan.
Pengujian dilakukan terhadap beton silinder ukuran diameter 15 cm dan
tinggi 30 cm dengan jumlah masing-masing 6 buah setelah sebelumnya
dilakukan mix desain untuk menentukan perbandingan material beton.
Dari hasil uji laboratorium terhadap slump test diperoleh bahwa dengan
penambahan tetes tebu ternyata nilai slump yang diperoleh lebih besar di
bandingkan dengan penambahan super plasticizer namun kuat tekan yang
dihasilkan oleh penambahan tetes tebu lebih kecil di bandingkan dengan
penambahan super plasticizer. Namun hal ini dapat menjadi hal yang wajib
dipertimbangkan karena ampas tebu dapat menghemat biaya anggaran.
C. Kotoran Gajah

Sistem pencernaan gajah tidaklah sebaik yang kita bayangkan. Dengan


tubuhnya yang besar ternyata ada makanan-makanannya yang tidak
tercerna. Hal tersebut membuat kotoran gajah dapat mengandung serat
yang tinggi dan dapat digunakan untuk meningkatkan kuat tarik dan lentur,
meningkatkan daktilitas dan kemampuan menyerap energi saat
berdeformasi, mengurangi retak akibat susut beton, meningkatkan
ketahanan fatigue (beban berulang) dan meningkatkan ketahanan impact
(beban tumbukan) merupakan beberapa keunggulan beton berserat. Feses
gajah mengandung nitrogen, fosfor, potassium, kalsium, magnesium,
sodium, sulfur, dan karbon. Sementara fungi yang dapat ditemukan pada
feses gajah antara lain Talaromyces helicus, T.flavus, Penicillium spp,
Cercophora coprophila, Sporormiella minima, Eurotium herbariorum,
E.chevalieri, T.trachyspermus, Eurotium sp. 2, Sordaria fimicola,
Actinomycete sp., Aspergillus sp., Mucor sp., Chaetomium-like sp.,
Helminthosporium sp., Alternaria sp., Ascomycete sp.1, Eurotium sp.1,
Mucoraceae, Xylaria sp., Zopfiella erostrata, Paecilomyces puntonii,
Cladosporium cladosporioides, Eupenicillium brefeldianum, Memnoniella
echinata, Fusarium sp., Penicillium sp.1, Penicillium sp.2 (Masunga et al,
2006). Serat kotoran gajah ini juga meningkatkan kekuatan tekan dan
daktilitas beton, meningkatkan kekedapan beton, serta meningkatkan daya
tahan beton terhadap beban bertulang dan beban kejut. Sistem tulangan
mikro yang terbuat dari serat- serat ini bekerja berdasarkan prinsip-prinsip
mekanis, yaitu berdasarkan pada ikatan (bond) antara serat dan beton,
bukan secara kimiawi. Oleh karenanya, material komposit beton berserat
akan menjadi bahan yang tak mudah retak. Proses kimiawi dalam beton
tidak akan mempengaruhi serat dan pengerasan beton baik jangka pendek
maupun jangka panjang.
2.2.4 AIR

Air merupakan salah satu bahan yang penting dalam pembuatan beton.
Peranan air sebagai material beton dapat menentukan mutu dalam
campuran beton. Air yang dipergunakan dalam campuran beton harus
memenuhi persyaratan yang telah ditentukan ( Teknologi Beton Dalam
Praktek, Aman Subakti ). Sumber-sumber air yang ada adalah sebagai
berikut ( Teknologi Beton, Mulyono, 2004):
1. Air yang terdapat di udara.
Air yang terdapat diudara atau atmosfer ialah air yang terdapat dia
awan. Kemurnian air ini sangat tinggi. Kondisinya sama dengan air
suling, sehingga sangat mungkin untuk mendapatkan beton yang baik.
2. Air hujan.
Air hujan menyerap gas-gas serta uap dari udara ketika jatuh ke bumi.
Udara terdiri dari komponen-komponen utama yaitu zat asam atau
oksigen, nitrogen dan karbondioksida.
3. Air tanah.
Air tanah terdapat unsur kation dan unsur anion. Pada kadar yang lebih
rendah, terdapat juga unsur Fe, Mn, Al, B, F, dan Se. Selain itu air tanah
juga menyerap gas-gas serta bahan-bahan organik seperti CO2, H2S,
dan NH3.
4. Air permukaan.
Air permukaan dibagi menjadi air sungai, air danau dan situ, air
genangan dan air reservoir. Air sungai atau air danau dapat digunakan
sebagai bahan campuran beton asal tidak tercemar oleh air buangan
industri.
5. Air laut.
Air laut yang mengandung 30.000-36.000 mg garam per liter (3%-
3,6%) pada umumnya dapat digunakan sebagai campuran untu beton
tidak bertulang, beton prategang dan beton pratekan atau dengan kata
lain untuk beton-beton mutu tinggi.
Persyaratan air untuk pembuatan beton dan perawatannya antara lain:
(Diktat Ilmu Bahan Bangunan, Suryandhani, 2001)
1. Air harus bersih
2.Tidak mengandung lumpur, minyak dan benda-benda tepung lainnya
yang dapat terlihat secara visual.
3. Tidak mengandung bahan-bahan yang tersuspensi lebih dari 2 gram /
liter.
4. Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton lebih dari
15 gram / liter. Kandungan chlorida tidak boleh lebih dari 500 ppm,
kandungan SO3 tidak lebih dari 1000 ppm.
5. Penurunan kekuatan beton yang memakai air tak lebih dari 10 % bila
dibandingkan dengan yang memakai air suling.
6. Air yang kualitasnya meragukan harus dianalisa secara kimia dan
dievaluasi mutunya sesuai dengan pemakaiannya.
7. Untuk beton pratekan atau mutu tinggi disamping syarat-syarat tersebut
diatas air tidak boleh mengandung chlorida lebih dari 50 ppm.
2.2.5 Alasan Memilih Material Ramah Lingkungan

Dalam pemilihan Lignin sebagai zat admixture, Fly Ash sebagai zat
adiktif, Serat Kotoran Gajah sebagai bahan peningkat kuat tarik dan lentur,
dapat meningkatkan daktilitas dan kemampuan menyerap energi saat
berdeformasi, mengurangi retak akibat susut beton, meningkatkan
ketahanan fatigue (beban berulang) dan meningkatkan ketahanan impact
(beban tumbukan) merupakan beberapa keunggulan beton berserat. Hal itu
menjadi hal dasar yang kami pilih untuk pemilihan material ramah
lingkungan, tidak hanya segi keunikan yang terdapat dalam pemilihan
material serat tersebut, namun kami juga menilai dari segi ekonomis dalam
rencana anggaran biaya yang mana hal tersebut sebagai tujuan utama kami
dalam pemilihan material yang ramah lingkungan yang dapat
menghasilkan mutu beton yang tinggi.
BAB III

METODE PELAKSANAAN

3.1 WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN

1. Pelaksanaan Pengujian Agregat halus dan Agregat kasar


dilaksanakan pada :
Tanggal :

Tempat Pelaksanaan : Laboratorium Tekonologi Bahan Jurusan Teknik


Sipil Fakultas Teknik Universitas Mercubuana

2. Pelaksanaan pembuatan rancang campuran (Mix Design) dan benda uji


silinder diameter 15 cm dan tinggi 30 cm dilaksanakan pada :
Tanggal : 19 Mei 2017

Tempat Pelaksanaan : Laboratorium Tekonologi Bahan Jurusan


Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Mercubuana

3. Pelaksanaan perawatan dan pengujian benda uji pada


hari ke 3 hari : Tanggal : 22 Mei 2017

Tempat Pelaksanaan : Laboratorium Tekonologi Bahan Jurusan Teknik


Sipil Fakultas Teknik Universitas Mercubuana

4. Pelaksanaan perawatan dan pengujian benda uji pada hari ke 14 hari :


Tanggal : 2 Juni 2017

Tempat pelaksana : Laboratorium Tekonologi Bahan Jurusan Teknik


Sipil Fakultas Teknik Universitas Mercubuana

5. Pelaksanaan perawatan dan pengujian benda uji pada hari ke 21 hari :


Tanggal : 9 Juni 2017

Tempat pelaksana : Laboratorium Tekonologi Bahan Jurusan Teknik


Sipil Fakultas Teknik Universitas Trisakti

3.2 ALUR BAGAN


Secara garis besar alur proses penelitian dilaksanakan dilaboratorium dan
dapat dilihat pada flowchart berikut ini :

Mulai

Studi pendahuluan :
- Latar Belakang
- Permasalahan
- Tujuan

Kajian pustaka :
- Teori Dasar
- Penelitian Terdahulu

Pengadaan Material

Pemeriksaan
karakteristik agregat halus
dan agregat kasar

Pembuatan rancangan campuran (Mix Design)

A
A

3
Pembuatan benda uji silinder 30x15 cm

Perawatan benda uji

Pengujian kuat tekan beton pada umur 3, 14,


21 hari

Hasil
Hasil Pengujian dan Pembahasan
pengujian
dan
pembahasan

Rencana Anggaran Biaya

Selesai

Bagan 1. Alur Penelitian

3.3 TAHAPAN PERHITUNGAN

1) Semen : berat semen x faktor keamanan = hasil + berat

semen hasil akhir

: 3,44 x 0,3 = 1,032 + 3,44 = 4,472 kg

2) Agregat Kasar : berat agregat kasar x faktor keamanan = hasil +

berat agregat kasar

: 6,4 x 0,3 = 1,92 + 6,4 = 8,32 kg

3) Pasir : berat pasir x faktor keamanan = hasil + berat pasir


: 2,4 x 0,3 = 0,72 + 2,4 = 3,12 kg

4) Kotoran Gajah : berat kotoran gajah x faktor keamanan = hasil +

berat kotoran gajah

: 22 x 0,3 = 6,6 +22 = 28,6 / 3 = 9,534 kg

5) Fly Ash : berat fly ash x faktor keamanan = hasil + berat fly

ash

: 0,52 x 0,3 = 0,156 + 0,52 = 0,676 kg

6) Ligno : Berat ligno x faktor keamanan = hasil + berat ligno

: 8,6 x 0,3 = 2,58 + 8,6 = 11,18 gr

% Ligno : 0,01 x 650 = 6,5 x 3,14 x 7,5 x 7,5 x 30 = 0,035

L : 3,5 ml x 1 = 3,5 ml = 0,0035 kg

7) Tebu : berat tebu / 1000 gram

: 17,16 / 1000 gr = 0,01716 kg

3.4 TAHAPAN PELAKSANAAN (MIX DESIGN)

3.4.1 Pengertian

Pada pembuatan beton, diperlukan perencanaan campuran


pembuatan beton, yang sering dikenal sebagai Mix Design. Perencanaan
campuran ini bertujuan untuk menentukan proporsi material-material
pembuat beton yang memenuhi persyaratan lomba yang bertemakan
Innovation for Sustainable High Strength Concrete atau dapat dijabarkan
sebagai berikut :
1. Kekuatan Tekan Beton
2. Workabilitas
3. Durabilitas / Sustainable

3.4.2 Kekuaan Tekan Beton


Pelakasanaan penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap, yakni :
1. Pengadaan material, material yang digunakan pada beton material
laut adalah :
1) Semen Merah Putih jenis Portland Composit Cement (PCC).
2) Agregat halus berupa pasir.
3) Agregat kasar berupa batu kerikil.
4) Ampas tebu yang sudah di blender.
5) Kotoran gajah yang sudah dijemur selama 1x24 jam dibawah sinar
matahari.
6) Pemeriksaan karakteristik agregat halus dan agregat kasar di
Laboratorium Struktur dan Bahan Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Mercubuana.
7) Pembuatan rancang campuran (Mix Beton), benda uji silinder
diameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Sampel yang dibuat sebanyak 6
sampel.
8) Perawatan benda uji dan pengujian kuat tekan beton di
laboratorium Struktur dan Bahan Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Mercubuana.

Tabel 4. Komposisi Campuran Beton Material Kotoran Gajah

BERAT/M3
BAHAN BETON
BETON (kg)
Kotoran Gajah 9,534
Semen 4,472
Pasir 3,12
Agregat Kasar 8,32
Fly Ash 0,676
Tebu 0,01716

Ligno 0,0035
Air

LAMPIRAN LAMPIRAN

BAHAN-BAHAN YANG DIGUNAKAN

1. Kotoran Gajah

2. Ampas Tebu
3. Semen Merah Putih Portland Composite Cement (PCC)

4. Pasir dari Karawangan, Jawa Barat


4. Agregat Kasar

5. Fly Ash

6. Ligno
7. Air

ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN

1. Pengaduk/cetokan

2. Kerucut abram
3. Plat adukan

4. Silinder ukuran diameter 15 cm dan tinggi 30 cm


LEMBAR PENGESAHAN PESERTA LOMBA
KARYA ILMIAH BETON TRISAKTI 2017

Nama Tim : GREECON


Nama Beton : BETON KOTORAN GAJAH
Nama Universitas Asal : UNIVERSITAS MERCUBUANA
Nama Dosen Pembimbing : MUHAMMAD ISRADI, ST, MT
Nama Anggota Tim :
1) Nama/NIM : ARIEF KURNIAWAN / 41115210037
2) Nama/NIM : OPYN DEVINTA MAURETTA / 41113210013
3) Nama/NIM : PRADESTIA RETNANINGTYAS /
41116210009
Alamat Universitas Asal : JL. RAYA KRANGGAN NO.6
JATISAMPURNA-BEKASI
Telepon : 021-8449629
Faksimile :-
E-mail : mercubuana.kampusd@gmail.com /
greeconumbd@gmail.com
Bekasi , 12 Juni 2017
Mengetahui,
Dosen Pembimbing Ketua Tim Peserta

(MUHAMMAD ISRADI, ST, MT) (ARIEF KURNIAWAN)


NIP. 1975801049 NIM.
41115210037
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini,

Nama Tim : GREECON


Institusi Universitas Asal : UNIVERSITAS MERCU BUANA
Alamat Universitas Asal : JL. RAYA KRANGGAN NO.6
JATISAMPURNA - BEKASI
Nama Dosen Pembimbing : MUHAMMAD ISRADI, ST, MT
NIP/TTL : 1975801049 / KANDANGAN, 18 AGUSTUS
1972
AnggotaTim :
1. Nama : ARIEF KURNIAWAN
NIM : 41115210037
2. Nama : OPYN DEVINTA MAURETTA
NIM : 41113210013
3. Nama : PRADESTIA RETNANINGTYAS
NIM : 41116210009
Dengan ini menyatakan bahwa:

1. Mematuhi dan melaksanakan panduan LOMBA KARYA ILMIAH


BETON TRISAKTI 2017.
2.Mematuhi segala peraturan yang dibuat oleh panitia LOMBA KARYA
ILMIAH BETON TRISAKTI 2017.
Demikian pernyataan ini kami buat secara sadar dan tanpa adanya tekanan dari
pihak lain.

Bekasi, 12 Juni 2017


Yang membuat pernyataan,

Mengetahui,

Dosen Pembimbing Ketua Tim Peserta

(MUHAMMAD ISRADI, ST, MT) (ARIEF KURNIAWAN) )


NIP. 1975801049 NIM. 41115210037

Anda mungkin juga menyukai