BAB I
LAPORAN KASUS
I.1 Identitas
Nama : An. Yuni
Umur : 8 tahun
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Pendidikan : Saat ini sekolah SD kelas 2
Pekerjaan :-
Alamat : Jl. M.T Haryono Gang III No.7 Probolinggo
Tanggal MRS : 10 November 2011
Nomer RM : 457178
I.2 Anamnesa :
RPS :
Kedua telapak kaki pasien menginjak jalan yang baru diaspal masih panas.
Kedua telapak kaki pasien melepuh dan terasa nyeri.
RPD:
Cacat (-)
Alergi obat (-)
Asma (-)
Suhu : 36,6 C
Makan / minum (+)
Mual / muntah (-)
Status Lokalis
Inspeksi : Terdapat luka bakar yang tertutup aspal pada kedua telapak kaki
pasien dan luka mengelupas pada jempol kaki kanan pasien.
I.5 Assesment
Luka bakar grade II, 2-4% pedis dextra-sinistra
F. Planning
Inf. RL 10 tpm
Inj. Antrain 3 x ampul
Inj. Ceftriaxone 2 x 500 mg
Kompres PZ, rawat luka dengan burnazyd (Silver Sulfadiazin)
Pro debridemant di ruang operasi
G. Status Operasi
ASA II
Post operasi
Setelah operasi pasien dibawa ke ruang bougenville dengan status
kesadaran somnolen dan terpasang O2 2L/menit, napas spontan. Rhonki (-
), wheezing (-). Circulation S1 dan S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop
(-).
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Definisi
Suatu penyakit yang disebabkan oleh panas, arus listrik atau bahan kimia yang
mengenai kulit, mukosa dan jaringan lebih dalam.
II.2 Patofisiologi
1. Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh kapiler
yang terkena suhu tinggi rusak sel darah yang di dalamnya ikut rusak sehingga dapat
terjadi anemia.
2. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan udem dan menimbulkan bula dengan
membawa serta elektrolit. Hal ini menyebabkan berkurangnya volume cairan intra
vaskuler. Tubuh kehilangan cairan antara % - 1 %, Blood Volum setiap 1 % luka
bakar. Kerusakan kult akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan tambahan
karena penguapan yang berlebih (insensible water loss meningkat).
3. Bila luka bakar lebih dari 20 % akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala yang khas
yaitu : gelisah, pucat dingin berkeringat, nadi kecil, dan cepat, tekanan darah menurun
dan produksi urine menurun (kegagalan fungsi ginjal).
4. Pada kebakaran daerah muka dapat terjadi kerusakan mukosa jalan nafas karena gas,
asap atau uap panas yang terisa. Gejala yang timbul adalah sesak nafas,takipneu,
stridor, suara serak dan berdahak berwarna gelap karena jelaga.Dapat juga terjadi
keracunan gas CO atau gas beracun lain. CO akan mengikat hemoglobin dengan kuat
sehingga tak mampu mengikat oxygen lagi.Tanda keracunan yang ringan adalah
lemas, binggung, pusing, mual dan muntah. Pada keracunan berat terjadi koma. Bila
lebih 60 % hemoglobin terikat CO,penderita akan meninggal.
5. Pada luka bakar yang berat terjadi ileus paralitik. Stres dan beban faali yang terjadi
pada luka bakar berat dapat menyebabkan tukak di mukosa lambung atau duodenum
dengan gejala yang sama gejala tukak peptic. Kelainan ini dikenal dengan Tukak
Curling yang dikhawatirkan pada tukak Curling ini adalah pendarahan yang timbul
sebagai hematesis melena.
3. Fase Lanjut
Fase ini penderita sudah dinyatakan sembuh tetapi tetap dipantau melalui rawat
jalan. Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang
hipertrofik, keloid, gangguan pigmentasi, deformitas dan timbulnya kontraktur.
II.8 Penatalaksanaan
Pasien luka bakar dikelola dengan urutan prioritas seperti pasien trauma
lainnya.
Penilaian meliputi :
Airway
Breathing (waspada terhisapnya gas panas / asap dan kerusakan jalan nafas),
Circulation (penggantian cairan)
Disability (compartement syndrome)
Exposure (persen luas luka bakar)
Pengelolaan :
Hentikan proses kebakaran / pemanasan
ABCDE dan tentukan luas luka bakar (rule of 9)
Pasanglah jalur infus yang lancar pada vena besar untuk segera memberikan cairan.
Matikan listrik atau buang sumber listrik dengan menggunakan objek yang kering
dan tidak menghantarkan arus (nonconductive)
2. Kaji ABC (airway, breathing, circulation)
Perhatikan jalan nafas (airway)
Pastikan pernafasan (breathibg) adekwat
Kaji sirkulasi
3. Kaji trauma yang lain
4. Pertahankan panas tubuh
5. Perhatikan kebutuhan untuk pemberian cairan intravena
6. Transportasi (segera kirim klien ka rumah sakit)
6. Dilakukan pemasangan Foley kateter untuk monitor jumlah urine produksi. Dicatat
jumlah urine/jam.
7. Di lakukan pemasangan nosogastrik tube untuk gastric dekompresi dengan
intermitten pengisapan.
8. Untuk menghilangkan nyeri hebat dapat diberikan morfin intravena danjangan
secara intramuskuler.
9. Timbang berat badan
10. Diberikan tetanus toksoid bila diperlukan. Pemberian tetanus toksoid booster bila
penderita tidak mendapatkannya dalam 5 tahun terakhir.
11. Pencucian Luka di kamar operasi dalam keadaan pembiusan umum. Luka dicuci
debridement dan di disinfektsi dengan salvon 1 : 30. Setelah bersih tutup dengan
tulle kemudian olesi dengan Silver Sulfa Diazine (SSD) sampai tebal. Rawat
tertutup dengan kasa steril yang tebal. Pada hari ke 5 kasa dibuka dan penderita
dimandikan dengan air dicampur Salvon 1 : 30
12. Eskarotomi adalah suatu prosedur atau membuang jaringan yang mati (eskar)
dengan teknik eksisi tangensial berupa eksisi lapis demi lapis jaringan nekrotik
sampai di dapatkan permukaan yang berdarah. Fasiotomi dilakukan pada luka
bakar yang mengenai kaki dan tanganmelingkar, agar bagian distal tidak nekrose
karena stewing.
13. Penutupan luka dapat terjadi atau dapat dilakukan bila preparasi bed luka telah
dilakukan dimana didapatkan kondisi luka yang relative lebih bersih dan tidak
infeksi. Luka dapat menutup tanpa prosedur operasi. Secara persekundam terjadi
proses epitelisasi pada luka bakar yang relative superficial. Untuk luka bakar yang
dalam pilihan yang tersering yaitu split tickness skin grafting. Split tickness skin
grafting merupakan tindakan definitive penutupluka yang luas. Tandur alih kulit
dilakukan bila luka tersebut tidak sembuh sembuh dalam waktu 2 minggu dengan
diameter > 3 cm.
% x BB x 4 cc
Separuh dari jumlah cairan ini diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya
diberikan dalam 16 jam berikutnya. Hari pertama terutama diberikan elektrolit yaitu
larutan RL karena terjadi defisit ion Na. Hari kedua diberikan setengah cairan hari
pertama. Contoh : seorang dewasa dengan BB 50 kg dan luka bakar seluas 20 %
permukaan kulit akan diberikan 50 x 20 % x 4 cc = 4000 cc yang diberikan hari pertama
dan 2000 cc pada hari kedua.
Untuk Anak-anak:
Kebutuhan faal:
< 1 tahun : BB x 100 cc
1 3 tahun : BB x 75 cc
3 5 tahun : BB x 50 cc
Dalam hal ini semua yang paling penting ialah observasi produksi urine setiap
jam. Pada hari ke dua diberikan Dextran 500 2000 + D5% / albumin, untuk dewasa.
Sedangkan untuk anak anak diberikan sesuai dengan kebutuhan faal.
Rumus Evans
hemoglobin dengan kemampuan 210 240 kali lebih kuat disbanding kemampuan O2.
Jadi CO akan memisahkan O2 dari Hb sehingga mengakibatkan hipoksia jaringan.
Kecurigaan adanya trauma inhalasi bila pada penderita luka bakar mengalami
halsebagai berikut.
a. Riwayat terjebak dalam ruangan tertutup.
b. Sputum tercampur arang.
c. Luka bakar perioral, termasuk hidung, bibir, mulut atau tenggorokan.
d. Penurunan kesadaran termasuk confusion.
e. Terdapat tanda distress napas, seperti rasa tercekik. Tersedak, malas bernafas
atauadanya wheezing atau rasa tidak nyaman pada mata atau tenggorokan,
menandakan adanya iritasi mukosa.
f. Adanya takipnea atau kelainan pada auskultasi seperti krepitasi atau ronhi.
g. Adanya sesak napas atau hilangnya suara.
Bilamana ada 3 tanda / gejala diatas sudah cukup dicurigai adanya trauma
inhalasi. Penanganan penderita trauma inhalasi bila tanpa distress pernapasan maka harus
dilakukan trakheostomi. Penderita dirawat diruang resusitasi instalasi gawat darurat
sampai kondisi stabil.
II.9 Monitoring
Monitoring penderita luka bakar harus diikuti secara cermat. Pemeriksaan fisik
meliputi inspeksi, penderita palpasi, perkusi dan auskultasi adalah prosedur yang harus
dilakukan pada perawatan penderita. Pemeriksaan laboratoris untuk monitoring juga
dilakukan untuk mengikuti perkembanagn keadaan penderita. Monitoring penderita kita
dibagi dalam 3 situasi yaitu pada saat di triage, selama resusitasi (0-72 jam pertama) dan
pos resustasi.
I. Triage Intalasi Gawat Darurat
A. A-B-C : Pada waktu penderita datang ke Rumah sakit, harus dinilai dan dilakukan
segera diatasi adakah problem airway, breathing, sirkulasi yang segera diatasi life
saving. Penderita luka bakar dapat pula mengalami trauma toraks atau mengalami
pneumotoraks.
B. VITAL SIGN : Monitoring dan pencatatan tekanan darah, respirasi, nadi, rectal
temperature. Monitoring jantung terutama pada penderita karena trauma listrik,
dapat terjadi aritmia ataupun sampai terjadi cardiac arrest.
C. URINE OUTPUT : Bilamana urine tidak bisa diukur maka dapat dilakukan
pemasangan foley kateter. Urine produksi dapat diukur dan dicatat tiap jam.
Observasi urine diperiksa warna urine terutama pada penderita luka bakar derajat III
atau akibat trauma listrik, myoglobin, hemoglobin terdapat dalam urine
menunjukkna adanya kerusakaan yang hebat.
c. hematokrit, hemoglobin
d. urine sodium
e. elektrolit
f. liver function test
g. renal function tes
h. total protein / albumin
i. pemeriksaan lain sesuai indikasi
G. Penilaian keadaan paru
Pemeriksaan kondisi paru perlu diobservasi tiap jam untuk mengetahui adanya
perubahan yang terjadi antara lain stridor, bronkhospam, adanya secret,
wheezing,atau dispnae merupakan adannya impending obstruksi. Pemeriksaan
toraks foto ini. Pemeriksaan arterial blood gas.
H. Penilaian gastrointestinal.
Monitoring gastrointestinal setiap 2-4 jam dengan melakukan auskultasi untuk
mengetahui bising usus dan pemeriksaan sekresi lambung. Adanya darah dan pH
kurang dari 5 merupakan tanda adanya Culing Ulcer.
I. Penilaian luka bakarnya.
Bila dilakukan perawatan tertutup, dinilai apakah kasa basah, ada cairan berbau atau
ada tanda-tanda pus maka kasa perlu diganti. Bila bersih perawatanselanjutnya
dilakukan 5 hari kemudian.
II.10 Debridemant
Pada pasien ini dilakukan debridemant di ruang operasi dengan anestesi umum.
Obat-obatan yang digunakan antara lain :
1. Ketamin
Ketamin adalah suatu rapid acting nonbarbiturat general anaesthetic.
Merupakan arilsikloheksilamin yang sering disebut disosiatif anestetik. Indikasi
pemakaian ketamin adalah prosedur dengan pengendalian jalan napas yang sulit,
prosedur diagnosis, tindakan ortopedi, pasien risiko tinggi, tindakan operasi sibuk,
dan asma Kontraindikasinya adalah tekanan sistolik 160 mmHg dan diastolik 100
mmHg, riwayat penyakit serebrovaskular, dan gagal jantung. Dosis induksi 1-4
mg/kgBB intravena dengan dosis rata-rata 2 mg/kgBB untuk lama kerja 15-20 menit,
dosis tambahan 0,5 mg/kgBB sesuai kebutuhan. Dosis pemberian intramuskular 6-13
mg/kgBB, rata-rata 10 mg/kgBB untuk lama kerja 10-25 menit.
Efek Ketamin
a. Analgesi
Merupakan analgesi yang sangat kuat, sehingga meskipun penderita sudah sadar,
efek analgesiknya masih ada. Rasa nyeri yang terutama dihambat adalah nyeri
somatik, untuk analgesik nyeri viseral hampir tidak ada sehingga tidak efektif
untuk operasi organ-organ viseral. Pada anak analgesi viseral cukup baik sehingga
dapat dipakai untuk operasi seperti hernia atau batu ginjal, walaupun terjadi
rangsangan pada peritoneum.
Baik untuk analgesi pada bayi/anak tanpa menyebabkan efek hipnotik sedasi
(menggunakan subdose 2,5 mg/kgBB, IM)
b. Relaksasi
Anastetik ini tidak mempunyai daya pelemas otot, kadang-kadang malah tonus
otot meningkat disertai gerakan-gerakan yang tidak terkendali, sehingga ketamin
tidak begitu baik bila digunakan sebagai obat tunggal, seperti pada operasi intra
abdominal dan operasi lain yang membutuhkan penderita diam.
c. Hipnotik
Anestesi ini sering digunakan untuk induksi dan disusul dengan pemberian eter
atau N2O. Dalam keadaan tidur dapat terjadi gerakan-gerakan spontan dari lengan,
tungkai, bibir, mulut bahkan sampai bersuara, walaupun dosisnya ditingkatkan
sampai dosis yang mendepresi pernafasan. Karena anastetik ini menimbulkan
nistgmus, maka tidak dapat digunakan untuk operasi mata khususnya strabismus.
d. Anestesi Disosiatif
Anestesi yang menggunakan ketamin menyebabkan desosiasi karena obat ini
mempengaruhi asosiasi di korteks serebri.
Eksitasi dapat terjadi pada pemberian ketamin (seperti mimpi yang menakutkan),
pencegahannya dengan pemberian obat tranquilizer. Ketamin juga berefek
gangguan psikis setelah siuman dan gejala kejang sewaktu dalam anestesi. Efek
ini dapat dicegah dengan pemberian valium.
e. Sirkulasi
Ketamin akan merangsang pelepasan katekolamin andogen dengan akibat terjadi
peningkatan denyut nadi, tekanan darah dan curah jantung. Karena itu efeknya
menguntungkan untuk anestesi pada pasien syok/renjatan.
f. Pernafasan
Depresi pernafasan kecil sekali dan hanya sementara kecuali dosis terlalu besar
dan adanya obat-obat depresan sebagai premedikasi. Ketamin menyebabkan
dilatasi bronkhus dan bersifat antagonis terhadap efek kontraksi bronkhus oleh
histamin. Baik untuk penderita asma dan untuk mengurangi spasme bronkhus pada
anestesi umum yang ringan.
g. Kardiovaskuler
Tekanan darah akan naik baik sistole maupun diastole. Kenaikan rata-rata antara
20-25 % dari tekanan darah semula, mencapai maksimal beberapa menit setelah
suntikan dan akan turun kembali dalam 15 menit kemudian. Denyut nadi juga
meningkat.
2. Miloz (Midazolam)
Merupakan obat penenang (transquillizer). Dibandingkan dengan diazepam,
midazolam mempunyai awal dan lama kerja lebih pendek. Belakangan ini midazolam
lebih disukai dibandingkan dengan diazepam. Dosis 50% dari dosis diazepam
Midazolam adalah suatu derivat imidazoensodiazepinedan cincin imidazol
yang mencapai kelarutan air pada pH < 4. Pada pH darah, obat tersebut menjadi lebih
larut lemak dan mempenetrasi otak dengan cepat dengan onset sedasi dalam 90 detik
dan efek puncak pada 2-5 menit. Tersedia dalam vial 50 ml terdiri dari 1 mg/ml dan
tablet 15 mg dan bioavailabilitas 44%.
Dosis :
Premedikasi : 15 mg oral atau 5 mg IM, anak > 6 bulan 70-100 g/kg
Sedasi : 2-7 mg IV (lebih tua : < 4 mg)
Terapi intensif : IV 0,03-1 mg/kg/j
3. Fentanyl
Nama dan struktur kimia : Phentanyl Citrate, N-19 (Phenethyl-4-
piperidyl) propionanilide dihydrogen citrate.
Indikasi untuk nyeri sebelum operasi, selama & paska operasi,
penanganan nyeri pada kanker, sebagai suplemen anestesi sebelum operasi untuk
mencegah atau menghilangkan takipnea dan delirium paska operasi emergensi.
Keamanan & efikasi pada anak-anak belum diketahui
Sebagai tambahan anestesi umum :
Dosis rendah (operasi minor) IV 2 mcg/kg
Dosis sedang (operasi mayor) awal 2-20 mcg/kg, tambahan dosis IV/IM 25-100
mcg jika perlu
Dosis tinggi (operasi jantung terbuka, saraf atau prosedur ortopedi) awal 20-50
mcg/kg, tambahan dosis 25 mcg - 1 dosis awal jika perlu
4. Stropin sulfat
Merupakan obat antikolinergik. Diberikan untuk mencegah hipersekresi
kelenjar ludah dan bronkus selama 90 menit. Dosis 0,4-0,6 mg intramuskular bekerja
setelah 10-15 menit.
Premedikasi, injeksi intra vena 300 600 mcg , segera sebelum induksi
anestesia, anak-anak 20 mcg/kg ( maksimal 600 mcg).
Indikasi untuk meringankan gejala gangguan pada gastrointestinal yang
ditandai dengan spasme otot polos (antispasmodic), mydriasis dan cyclopedia pada
mata, premedikasi untuk mengeringkan sekret bronchus dan saliva yang bertambah
pada intubasi dan anestesia inhalasi;
DAFTAR PUSTAKA