Anda di halaman 1dari 23

Fakultas Kedokteran UWKS

RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

BAB I
LAPORAN KASUS

I.1 Identitas
Nama : An. Yuni
Umur : 8 tahun
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Pendidikan : Saat ini sekolah SD kelas 2
Pekerjaan :-
Alamat : Jl. M.T Haryono Gang III No.7 Probolinggo
Tanggal MRS : 10 November 2011
Nomer RM : 457178

I.2 Anamnesa :

Keluhan utama : Kaki terkena aspal

RPS :
Kedua telapak kaki pasien menginjak jalan yang baru diaspal masih panas.
Kedua telapak kaki pasien melepuh dan terasa nyeri.

RPD:
Cacat (-)
Alergi obat (-)
Asma (-)

I.3 Pemeriksaan fisik


Kesadaran umum : compos mentis
GCS : 456
Airway : tidak ada tanda-tanda hambatan jalan nafas. Sesak (-)
Breathing : RR 22 x/menit, wheezing (-), ronki (-)
Circulation : Tensi : 110/70 mmHg, Nadi : 112 x/menit,
perfusi baik (tangan hangat, merah, kering)

Anestesi pada Luka Bakar 1


Fakultas Kedokteran UWKS
RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

Suhu : 36,6 C
Makan / minum (+)
Mual / muntah (-)

Status Lokalis
Inspeksi : Terdapat luka bakar yang tertutup aspal pada kedua telapak kaki
pasien dan luka mengelupas pada jempol kaki kanan pasien.

I.4 Pemeriksaan Penunjang :


Laboratorium:
LED bbs 24/46 N: 5-10 /jam
BUN 10,1 mg/dl N: 10-20 mg/dl
Creatinine 1,0 mg/dl N: 0,5-1,7 mg/dl
Uric acid 3,9 mg/dl N: L:3-7mg/dl, P: 2-6 mg/dl
Haemoglobin 11,6 g/dl N: L:13-18 , P 12-16 g/dl
Lekosit 6.200 N: 4.000-11.000/cmm
Diff.count 3/-/7/59/30/1 N: 0-2/0-1/1-3/45-70/35-50/0-2%
PCV(hematokrit) 34 % N: L: 40-54, P:35-47%
Trombosit 221.000 N: 150.000-450.000/cmm

I.5 Assesment
Luka bakar grade II, 2-4% pedis dextra-sinistra

Anestesi pada Luka Bakar 2


Fakultas Kedokteran UWKS
RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

F. Planning
Inf. RL 10 tpm
Inj. Antrain 3 x ampul
Inj. Ceftriaxone 2 x 500 mg
Kompres PZ, rawat luka dengan burnazyd (Silver Sulfadiazin)
Pro debridemant di ruang operasi

G. Status Operasi
ASA II

H. Laporan Anestesi Pasien


a. Diagnosa pra bedah : Combustio grade II, 2-4% pedis dextra-sinistra
b. Diagnosa pasca bedah : Combustio grade II, 2-4% pedis dextra-sinistra
c. Jenis pembedahan : debridemant
d. Jenis anestesi : anestesi umum (general anesthesi)
Premedikasi anestesi
Pada saat premedikasi diberikan atropin sulfat sebagai antikolinergik untuk
menghindari vagal reflek dan mengurangi sekresi air liur yang berlebihan.
Midazolam diberikan sebagai anxiolysis, sedasi dan amnesia. Dan fentanyl
juga diberikan saat premedikasi untuk memberikan efek analgesik.

Induksi dan durante operasi


Induksi dengan menggunakan ketamin IV kemudian pemeliharaan anestesi
dengan menggunakan kombinasi inhalasi isoflurane, N2O dan Oksigen.
Pada akhir operasi diberikan injeksi tramadol intramuscular dan kaltrofen
supositoria.

Post operasi
Setelah operasi pasien dibawa ke ruang bougenville dengan status
kesadaran somnolen dan terpasang O2 2L/menit, napas spontan. Rhonki (-
), wheezing (-). Circulation S1 dan S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop
(-).

Anestesi pada Luka Bakar 3


Fakultas Kedokteran UWKS
RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Definisi
Suatu penyakit yang disebabkan oleh panas, arus listrik atau bahan kimia yang
mengenai kulit, mukosa dan jaringan lebih dalam.

II.2 Patofisiologi
1. Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh kapiler
yang terkena suhu tinggi rusak sel darah yang di dalamnya ikut rusak sehingga dapat
terjadi anemia.
2. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan udem dan menimbulkan bula dengan
membawa serta elektrolit. Hal ini menyebabkan berkurangnya volume cairan intra
vaskuler. Tubuh kehilangan cairan antara % - 1 %, Blood Volum setiap 1 % luka
bakar. Kerusakan kult akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan tambahan
karena penguapan yang berlebih (insensible water loss meningkat).
3. Bila luka bakar lebih dari 20 % akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala yang khas
yaitu : gelisah, pucat dingin berkeringat, nadi kecil, dan cepat, tekanan darah menurun
dan produksi urine menurun (kegagalan fungsi ginjal).
4. Pada kebakaran daerah muka dapat terjadi kerusakan mukosa jalan nafas karena gas,
asap atau uap panas yang terisa. Gejala yang timbul adalah sesak nafas,takipneu,
stridor, suara serak dan berdahak berwarna gelap karena jelaga.Dapat juga terjadi
keracunan gas CO atau gas beracun lain. CO akan mengikat hemoglobin dengan kuat
sehingga tak mampu mengikat oxygen lagi.Tanda keracunan yang ringan adalah
lemas, binggung, pusing, mual dan muntah. Pada keracunan berat terjadi koma. Bila
lebih 60 % hemoglobin terikat CO,penderita akan meninggal.
5. Pada luka bakar yang berat terjadi ileus paralitik. Stres dan beban faali yang terjadi
pada luka bakar berat dapat menyebabkan tukak di mukosa lambung atau duodenum
dengan gejala yang sama gejala tukak peptic. Kelainan ini dikenal dengan Tukak
Curling yang dikhawatirkan pada tukak Curling ini adalah pendarahan yang timbul
sebagai hematesis melena.

Anestesi pada Luka Bakar 4


Fakultas Kedokteran UWKS
RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

II.3 Penyebab Luka Bakar


Berdasarkan penyebab luka bakar, luka bakar dibedakan atas beberapa jenis
penyebab, antara lain :
1. Luka bakar karena api
2. Luka bakar karena air panas
3. Luka bakar karena bahan kimia
4. Luka bakar karena listrik, petir dan radiasi
5. Luka bakar karena sengatan sinar matahari.
6. Luka bakar karena tungku panas/udara panas
7. Luka bakar karena ledakan bom.

II.4 Fase Luka Bakar


Untuk mempermudah penanganan luka bakar maka dalam perjalanan
penyakitnya dibedakan dalam 3 fase :
1. Fase akut / fase syok / fase awal
Fase ini mulai dari saat kejadian sampai penderita mendapat perawatan di IRD /Unit
luka bakar.
Pada fase ini penderita luka bakar, seperti penderita trauma lainnya, akan
mengalami ancaman dan gangguan airway (jalan napas), breathing (mekanisme
bernafas) dan gangguan circulation (sirkulasi). Gangguan airwaytidak hanya dapat
terjadi segera atau beberapa saat setelah terjadi trauma , inhalasidalam 48-72 jam
pasca trauma. Cedera inhalasi merupakan penyebab kematian utama penderita pada
fase akut.
Pada fase ini dapat terjadi juga gangguan keseimbangan sirkulasi cairan dan
elektrolit akibat cedera termal/panas yang berdampak sistemik. Adanya syok yang
bersifat hipodinamik dapat berlanjut dengan keadaan hiperdinamik yang masih
berhubungan akibat problem instabilitas sirkulasi.
2. Fase Subakut
Fase ini berlangsung setelah fase syok berakhir atau dapat teratasi. Luka yangterjadi
dapat menyebabkan beberapa masalah yaitu :
a. Proses inflamasi atau infeksi.
b. Problem penutupan luka
c. Keadaan hipermetabolisme.

Anestesi pada Luka Bakar 5


Fakultas Kedokteran UWKS
RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

3. Fase Lanjut
Fase ini penderita sudah dinyatakan sembuh tetapi tetap dipantau melalui rawat
jalan. Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang
hipertrofik, keloid, gangguan pigmentasi, deformitas dan timbulnya kontraktur.

II.5 Derajat Kedalaman


Kedalaman kerusakan jaringan akibat luka bakar tergantung pada derajat panas
sumber, penyebab dan lamanya kontak dengan tubuh penderita. dibagi 3 tingkat/derajat,
yaitu sebagai berikut :

1. Luka bakar derajat I :


Kedalaman : Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis (surperficial
Penyebab : Jilatan api, sinar ultra violet (terbakar oleh matahari).
Penampilan : Kering tidak ada bulla, oedem minimal atau tidak ada, pucat bila
ditekan dengan ujung jari, berisi kembali bila tekanan dilepas.
Warna : Bertambah merah. kulit hipermik berupa eritem,
Perasaan : Nyeri terasa nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi.
Penyembuhan terjadi secara spontan tanpa pengobatan khusus.

Anestesi pada Luka Bakar 6


Fakultas Kedokteran UWKS
RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

Luka Bakar grade I

2. Luka bakar derajat II


Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi disertai
proses eksudasi. Terdapat bulla, nyeri karena ujung-ujung saraf sensorikteriritasi.
Kedalaman : Lebih dalam dari ketebalan partial, superfisial, dalam.
Penyebab : Kontak dengan bahan air atau bahan padat, jilatan api kepada
pakaian, jilatan langsung kimiawi, sinar ultra violet.
Penampilan : Blister besar dan lembab yang ukurannya bertambah besar, pucat
bila ditekan dengan ujung jari, bila tekanan dilepas berisi
kembali.
Warna : Berbintik-bintik yang kurang jelas, putih, coklat, pink, daerah
merah coklat.
Perasaan : Sangat nyeri

Luka Bakar Grade II

Anestesi pada Luka Bakar 7


Fakultas Kedokteran UWKS
RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

Dibedakan atas 2 (dua) bagian :


Derajat II dangkal/superficial (IIA)
o Kerusakan mengenai bagian epidermis dan lapisan atas dari corium/dermis.
o Organ organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar sebecea masih banyak.
o Semua ini merupakan benih-benih epitel.
o Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 10-14 hari tanpa terbentuk
cicatrik.
Derajat II dalam / deep (IIB)
o Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis dan sisasisa jaringan
epitel tinggal sedikit.
o Organorgan kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebacea
tinggal sedikit.
o Penyembuhan terjadi lebih lama dan disertai parut hipertrofi. Biasanya
penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari satu bulan.

3. Luka bakar derajat III


Kedalaman :Kerusakan meliputi seluruh tebal kulit dan lapisan yang lebih
dalam sampai mencapai jaringan subkutan, otot dan tulang. Organ
kulit mengalami kerusakan, tidak ada lagi sisa elemen epitel
Penyebab : Kontak dengan bahan cair atau padat, nyala api, kimia, kontak
dengan arus listrik.
Penampilan : Kering disertai kulit mengelupas, pembuluh darah seperti arang
terlihat dibawah kulit yg mengelupas, tidak dijumpai bulla,
dindingnya sangat tipis, tidak membesar, tidak pucat bila ditekan.
Warna : Putih, kering, hitam, coklat tua, hitam, merah. berwarna abu-abu
dan lebih pucat sampai berwarna hitam kering
Perasaan : Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi karena ujung ujung
sensorik rusak, rambut mudah lepas bila dicabut
Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi epitelisasi spontan.

Anestesi pada Luka Bakar 8


Fakultas Kedokteran UWKS
RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

Luka Bakar grade III

II.6 Luas Luka Bakar


Untuk menentukan luas luka bakar :
1. Rule of nine untuk dewasa
Masing- masing organ tubuh dianggap 9% dari LPB yaitu : kepala, leher, lengan atas,
lengan bawah, dada, perut, punggung, pinggang kanan, kiri, regio femur, cruris, sedang
genitalis 1%.
2. Rumus 10-15-20 untu anak
3. Rumus 10 untuk bayi
4. Perhitungan kasar dimana luas luka bakar sebesar paplmar dianggap 1%

II.7 Kriteria Berat Ringannya


(American Burn Association)
1. Luka Bakar Ringan.
- Luka bakar derajat II <15 %
- Luka bakar derajat II < 10 % pada anak anak
- Luka bakar derajat III < 2 %

Anestesi pada Luka Bakar 9


Fakultas Kedokteran UWKS
RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

2. Luka bakar sedang


- Luka bakar derajat II 15-25 % pada orang dewasa
- Luka bakar II 10 20 5 pada anak anak
- Luka bakar derajat III < 10 %
3. Luka bakar berat
- Luka bakar derajat II 25 % atau lebih pada orang dewasa
- Luka bakar derajat II 20 % atau lebih pada anak anak.
- Luka bakar derajat III 10 % atau lebih
- Luka bakar mengenai tangan, wajah, telinga, mata, kaki dan genitalia/perineum.
- Luka bakar dengan cedera inhalasi, listrik, disertai trauma lain.

II.8 Penatalaksanaan
Pasien luka bakar dikelola dengan urutan prioritas seperti pasien trauma
lainnya.

Penilaian meliputi :
Airway
Breathing (waspada terhisapnya gas panas / asap dan kerusakan jalan nafas),
Circulation (penggantian cairan)
Disability (compartement syndrome)
Exposure (persen luas luka bakar)

Pengelolaan :
Hentikan proses kebakaran / pemanasan
ABCDE dan tentukan luas luka bakar (rule of 9)
Pasanglah jalur infus yang lancar pada vena besar untuk segera memberikan cairan.

Pengelolaan Luka Bakar sebelum di rumah Sakit


1. Jauhkan penderita dari sumber LB
Padamkan pakaian yang terbakar
Hilangkan zat kimia penyebab LB
Siram dengan air sebanyak-banyaknya bila karena zat kimia

Anestesi pada Luka Bakar 10


Fakultas Kedokteran UWKS
RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

Matikan listrik atau buang sumber listrik dengan menggunakan objek yang kering
dan tidak menghantarkan arus (nonconductive)
2. Kaji ABC (airway, breathing, circulation)
Perhatikan jalan nafas (airway)
Pastikan pernafasan (breathibg) adekwat
Kaji sirkulasi
3. Kaji trauma yang lain
4. Pertahankan panas tubuh
5. Perhatikan kebutuhan untuk pemberian cairan intravena
6. Transportasi (segera kirim klien ka rumah sakit)

Hal-hal khusus pasien luka bakar


Hal-hal berikut adalah petunjuk adanya kemungkinan cedera jalan nafas dan
gangguan pernafasan :
Luka bakar sekeliling mulut
Luka bakar pada wajah atau adanya rambut / rambut hidung / alis yang terbakar
Suara serak dan batuk
Adanya edema glottis
Luka bakar yang dalam dan melingkar leher atau dada
Intubasi nasotracheal atau endotracheal harus dilakukan terutama bila pasien
menunjukkan tanda suara parau yang berat, kesulitan menelan ludah, nafas menjadi cepat
setelah pasien mengalami inhalation injury (cedera inhalasi / asap).
Kebutuhan cairan elektrolit minimal 2 - 4 cc / kg BB / % luas luka bakar / 24
jam diperlukan untuk menjaga volume sirkulasi yang adekuat dan produksi urine cukup.
Jumlah tersebut diatas diberikan dengan cara :
o 50 % diberikan dalam 8 jam pertama pasca luka bakar
o 50 % sisanya diberikan dalam 24 jam agar tercapai urine 0.5 - 1.0 ml / kg / jam
Berikan juga terapi berikut :
o Analgesia
o Kateter urine jika luas luaka bakar lebih dari 20 %
o Pipa nasogastrik
o Pencegahan tetanus.

Anestesi pada Luka Bakar 11


Fakultas Kedokteran UWKS
RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

A. Evaluasi Pertama (Triage)


A. Airway, sirkulasi, ventilasi
Prioritas pertama penderita luka bakar yang harus dipertahankan meliputi airway,
ventilasi dan perfusi sistemik. Kalau diperlukan segera lakukan intubasi
endotrakeal, pemasangan infuse untuk mempertahankan volume sirkulasi
B. Pemeriksaan fisik keseluruhan
Pada pemeriksaan penderita diwajibkan memakai sarung tangan yang steril,
bebaskan penderita dari baju yg terbakar, penderita luka bakar dapat pula
mengalami trauma lain, misalnya bersamaan dengan trauma abdomen dengan
adanya internal bleeding atau mengalami patah tulang punggung / spine.
C. Anamnesis
Mekanisme trauma perlu diketahui karena ini penting, apakah penderita terjebak
dalam ruang tertutup sehingga kecurigaan adanya trauma inhalasi yang dapat
menimbulkan obstruksi jalan napas. Kapan kejadiannya terjadi, serta ditanyakan
penyakitpenyakit yang pernah di alami sebelumnya.
D. Pemeriksaan luka bakar
Luka bakar diperiksa apakah terjadi luka bakar berat, luka bakar sedang atau ringan.
1. Ditentukan luas luka bakar. Dipergunakan Rule of Nine untuk menentukan luas
luka bakarnya.
2. Ditentukan kedalaman luka bakar (derajat kedalaman)

B. Penanganan di Ruang Emergency


1. Diwajibkan memakai sarung tangan steril bila melakukan pemeriksaan penderita.
2. Bebaskan pakaian yang terbakar.
3. Dilakukan pemeriksaan yang teliti dan menyeluruh untuk memastikan adanya
trauma lain yang menyertai
4. Bebaskan jalan napas. Pada luka bakar dengan distress jalan napas dapat dipasang
endotracheal tube. Traheostomy hanya bila ada indikasi.
5. Pemasangan intraveneous kateter yang cukup besar dan tidak dianjurkanpemasanga
scalp vein. Diberikan cairan ringer Laktat dengan jumlah 30-50cc/jam untuk
dewasa dan 20-30 cc/jam untuk anak anak di atas 2 tahun dan1 cc/kg/jam untuk
anak dibawah 2 tahun.

Anestesi pada Luka Bakar 12


Fakultas Kedokteran UWKS
RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

6. Dilakukan pemasangan Foley kateter untuk monitor jumlah urine produksi. Dicatat
jumlah urine/jam.
7. Di lakukan pemasangan nosogastrik tube untuk gastric dekompresi dengan
intermitten pengisapan.
8. Untuk menghilangkan nyeri hebat dapat diberikan morfin intravena danjangan
secara intramuskuler.
9. Timbang berat badan
10. Diberikan tetanus toksoid bila diperlukan. Pemberian tetanus toksoid booster bila
penderita tidak mendapatkannya dalam 5 tahun terakhir.
11. Pencucian Luka di kamar operasi dalam keadaan pembiusan umum. Luka dicuci
debridement dan di disinfektsi dengan salvon 1 : 30. Setelah bersih tutup dengan
tulle kemudian olesi dengan Silver Sulfa Diazine (SSD) sampai tebal. Rawat
tertutup dengan kasa steril yang tebal. Pada hari ke 5 kasa dibuka dan penderita
dimandikan dengan air dicampur Salvon 1 : 30
12. Eskarotomi adalah suatu prosedur atau membuang jaringan yang mati (eskar)
dengan teknik eksisi tangensial berupa eksisi lapis demi lapis jaringan nekrotik
sampai di dapatkan permukaan yang berdarah. Fasiotomi dilakukan pada luka
bakar yang mengenai kaki dan tanganmelingkar, agar bagian distal tidak nekrose
karena stewing.
13. Penutupan luka dapat terjadi atau dapat dilakukan bila preparasi bed luka telah
dilakukan dimana didapatkan kondisi luka yang relative lebih bersih dan tidak
infeksi. Luka dapat menutup tanpa prosedur operasi. Secara persekundam terjadi
proses epitelisasi pada luka bakar yang relative superficial. Untuk luka bakar yang
dalam pilihan yang tersering yaitu split tickness skin grafting. Split tickness skin
grafting merupakan tindakan definitive penutupluka yang luas. Tandur alih kulit
dilakukan bila luka tersebut tidak sembuh sembuh dalam waktu 2 minggu dengan
diameter > 3 cm.

Anestesi pada Luka Bakar 13


Fakultas Kedokteran UWKS
RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

II.8.1 Penanganan Sirkulasi


Pada luka bakar berat / mayor terjadi perubahan permeabilitas kapiler yang akan
diikuti dengan ekstrapasi cairan (plasma protein dan elektrolit) dari intravaskuler ke
jaringan interfisial mengakibatkan terjadinya hipovolemic intra vaskuler dan edema
interstisial. Keseimbangan tekanan hidrostatik dan onkotik tergangu sehingga sirkulasi
kebagian distal terhambat, menyebabkan gangguan perfusi / sel / jaringan /organ.
Pada luka bakar yang berat dengan perubahan permeabilitas kapiler yang hamper
menyeluruh, terjadi penimbunan cairan massif di jaringan interstisial menyebabkan
kondisi hipovolemik. Volume cairan intravaskuler mengalami defisit, timbul
ketidakmampuan menyelenggaraan proses transportasi oksigen ke jaringan. Keadaan
ini dikenal dengan sebutan syok. Syok yang timbul harus diatasi dalam waktu singkat,
untuk mencegah kerusakan sel dan organ bertambah parah, sebab syok secara nyata
bermakna memiliki korelasi dengan angka kematian. Beberapa penelitian
membuktikan bahwa penatalaksanaan syok dengan metode resusutasi cairan
konvensional (menggunakan regimen cairan yang ada) dengan penatalaksanaan syok
dalam waktu singkat, menunjukkan perbaikkan prognosis, derajat kerusakan jaringan
diperkecil (pemantauan kadar asam laktat), hipotermi dipersingkat dan koagulatif
diperkecil kemungkinannya, ketiganya diketahui memiliki nilai prognostic terhadap
angka mortalitas.

Anestesi pada Luka Bakar 14


Fakultas Kedokteran UWKS
RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

II.8.2 Resustasi Cairan


Rumus Baxter
Untuk Dewasa :

% x BB x 4 cc

Separuh dari jumlah cairan ini diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya
diberikan dalam 16 jam berikutnya. Hari pertama terutama diberikan elektrolit yaitu
larutan RL karena terjadi defisit ion Na. Hari kedua diberikan setengah cairan hari
pertama. Contoh : seorang dewasa dengan BB 50 kg dan luka bakar seluas 20 %
permukaan kulit akan diberikan 50 x 20 % x 4 cc = 4000 cc yang diberikan hari pertama
dan 2000 cc pada hari kedua.

Untuk Anak-anak:

2cc/kgBB/% + kebutuhan cairan basal

Kebutuhan faal:
< 1 tahun : BB x 100 cc
1 3 tahun : BB x 75 cc
3 5 tahun : BB x 50 cc
Dalam hal ini semua yang paling penting ialah observasi produksi urine setiap
jam. Pada hari ke dua diberikan Dextran 500 2000 + D5% / albumin, untuk dewasa.
Sedangkan untuk anak anak diberikan sesuai dengan kebutuhan faal.

Anestesi pada Luka Bakar 15


Fakultas Kedokteran UWKS
RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

Rumus Evans

Hari I : Berat Badan (kg) x % Luka Bakar x 1cc/ 24 jam


Hari II : x Hari I
Hari III : x Hari II

Hal yang harus diperhatikan yaitu:


1. Jenis cairan.
2. Permeabilitas akan membaik setelah 8 jam pasca trauma.
3. Setelah permeabilitas pembuluh darah membaik, koloid diberi dalam bentuk
plasma.
4. Penderita dengan persangkaan gangguan sirkulasi datang terlambat atau dalam
keadaan syok harus ditangani sebagai syok hipovolemik.

II.8.3 Penanganan Pernapasan


Trauma inhalasi merupakan foktor yang secara nyata memiliki kolerasi dengan
angka kematian. Kematian akibat trauma inhalasi terjasi dalam waktu singkat 8 sampai 24
jam pertama pasca operasi. Pada kebakaran dalam ruangan tertutup atau bilamana luka
bakar mengenai daerah muka / wajah dapat menimbulkan kerusakan mukosa jalan napas
akibat gas, asap atau uap panas yang terhisap. Edema yang terjadi dapat menyebabkan
gangguan berupa hambatan jalan napas karena edema laring.
Trauma panas langsung adalah terhirup sesuatu yang sangat panas, produk produk
yang tidak sempurna dari bahan yang terbakar seperti bahan jelaga dan bahan khusus
yang menyebabkan kerusakan dari mukosa lansung pada percabangan trakheobronkhial.
Keracunan asap yang disebabkan oleh termodegradasi material alamiah dan materi yang
diproduksi. Termodegradasi menyebabkan terbentuknya gas toksik seperti hydrogen
sianida, nitrogen oksida, hydrogen klorida, akreolin dan partikel partikel tersuspensi.
Efek akut dari bahan kimia ini menimbulkan iritasi dan bronkokonstriksi pada saluran
napas.
Obstruksi jalan napas akan menjadi lebih hebat akibat adanya tracheal bronchitis
dan edem. Efek intoksikasi karbon monoksida (CO) mengakibatkan terjadinya hipoksia
jaringan. Karbon monoksida (CO) memiliki afinitas yang cukup kuat terhadap pengikatan

Anestesi pada Luka Bakar 16


Fakultas Kedokteran UWKS
RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

hemoglobin dengan kemampuan 210 240 kali lebih kuat disbanding kemampuan O2.
Jadi CO akan memisahkan O2 dari Hb sehingga mengakibatkan hipoksia jaringan.
Kecurigaan adanya trauma inhalasi bila pada penderita luka bakar mengalami
halsebagai berikut.
a. Riwayat terjebak dalam ruangan tertutup.
b. Sputum tercampur arang.
c. Luka bakar perioral, termasuk hidung, bibir, mulut atau tenggorokan.
d. Penurunan kesadaran termasuk confusion.
e. Terdapat tanda distress napas, seperti rasa tercekik. Tersedak, malas bernafas
atauadanya wheezing atau rasa tidak nyaman pada mata atau tenggorokan,
menandakan adanya iritasi mukosa.
f. Adanya takipnea atau kelainan pada auskultasi seperti krepitasi atau ronhi.
g. Adanya sesak napas atau hilangnya suara.

Bilamana ada 3 tanda / gejala diatas sudah cukup dicurigai adanya trauma
inhalasi. Penanganan penderita trauma inhalasi bila tanpa distress pernapasan maka harus
dilakukan trakheostomi. Penderita dirawat diruang resusitasi instalasi gawat darurat
sampai kondisi stabil.

Anestesi pada Luka Bakar 17


Fakultas Kedokteran UWKS
RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

II.9 Monitoring
Monitoring penderita luka bakar harus diikuti secara cermat. Pemeriksaan fisik
meliputi inspeksi, penderita palpasi, perkusi dan auskultasi adalah prosedur yang harus
dilakukan pada perawatan penderita. Pemeriksaan laboratoris untuk monitoring juga
dilakukan untuk mengikuti perkembanagn keadaan penderita. Monitoring penderita kita
dibagi dalam 3 situasi yaitu pada saat di triage, selama resusitasi (0-72 jam pertama) dan
pos resustasi.
I. Triage Intalasi Gawat Darurat
A. A-B-C : Pada waktu penderita datang ke Rumah sakit, harus dinilai dan dilakukan
segera diatasi adakah problem airway, breathing, sirkulasi yang segera diatasi life
saving. Penderita luka bakar dapat pula mengalami trauma toraks atau mengalami
pneumotoraks.
B. VITAL SIGN : Monitoring dan pencatatan tekanan darah, respirasi, nadi, rectal
temperature. Monitoring jantung terutama pada penderita karena trauma listrik,
dapat terjadi aritmia ataupun sampai terjadi cardiac arrest.
C. URINE OUTPUT : Bilamana urine tidak bisa diukur maka dapat dilakukan
pemasangan foley kateter. Urine produksi dapat diukur dan dicatat tiap jam.
Observasi urine diperiksa warna urine terutama pada penderita luka bakar derajat III
atau akibat trauma listrik, myoglobin, hemoglobin terdapat dalam urine
menunjukkna adanya kerusakaan yang hebat.

Monitoring Dalam Fase Resusitasi (sampai 72 jam)


A. Mengukur urine produksi. Urine produksi dapat sebagai indikator apakah resusitasi
cukup adekuat / tidak. Pada orang dewasa jumlah urine 30-50 cc urine/jam.
B. Berat jenis urine. Pasca trauma luka bakar jenis dapat normal atau meningkat.
Keadaan ini dapat menunjukkna keadaan hidrasi penderita. Bilamana berat jenis
meningkat berhubungan dengan naiknya kadar glukosa urine.
C. Vital Sign
D. pH darah.
E. Perfusi perifer
F. laboratorium
a. serum elektrolit
b. plasma albumin

Anestesi pada Luka Bakar 18


Fakultas Kedokteran UWKS
RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

c. hematokrit, hemoglobin
d. urine sodium
e. elektrolit
f. liver function test
g. renal function tes
h. total protein / albumin
i. pemeriksaan lain sesuai indikasi
G. Penilaian keadaan paru
Pemeriksaan kondisi paru perlu diobservasi tiap jam untuk mengetahui adanya
perubahan yang terjadi antara lain stridor, bronkhospam, adanya secret,
wheezing,atau dispnae merupakan adannya impending obstruksi. Pemeriksaan
toraks foto ini. Pemeriksaan arterial blood gas.
H. Penilaian gastrointestinal.
Monitoring gastrointestinal setiap 2-4 jam dengan melakukan auskultasi untuk
mengetahui bising usus dan pemeriksaan sekresi lambung. Adanya darah dan pH
kurang dari 5 merupakan tanda adanya Culing Ulcer.
I. Penilaian luka bakarnya.
Bila dilakukan perawatan tertutup, dinilai apakah kasa basah, ada cairan berbau atau
ada tanda-tanda pus maka kasa perlu diganti. Bila bersih perawatanselanjutnya
dilakukan 5 hari kemudian.

II.10 Debridemant
Pada pasien ini dilakukan debridemant di ruang operasi dengan anestesi umum.
Obat-obatan yang digunakan antara lain :
1. Ketamin
Ketamin adalah suatu rapid acting nonbarbiturat general anaesthetic.
Merupakan arilsikloheksilamin yang sering disebut disosiatif anestetik. Indikasi
pemakaian ketamin adalah prosedur dengan pengendalian jalan napas yang sulit,
prosedur diagnosis, tindakan ortopedi, pasien risiko tinggi, tindakan operasi sibuk,
dan asma Kontraindikasinya adalah tekanan sistolik 160 mmHg dan diastolik 100
mmHg, riwayat penyakit serebrovaskular, dan gagal jantung. Dosis induksi 1-4
mg/kgBB intravena dengan dosis rata-rata 2 mg/kgBB untuk lama kerja 15-20 menit,

Anestesi pada Luka Bakar 19


Fakultas Kedokteran UWKS
RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

dosis tambahan 0,5 mg/kgBB sesuai kebutuhan. Dosis pemberian intramuskular 6-13
mg/kgBB, rata-rata 10 mg/kgBB untuk lama kerja 10-25 menit.
Efek Ketamin
a. Analgesi
Merupakan analgesi yang sangat kuat, sehingga meskipun penderita sudah sadar,
efek analgesiknya masih ada. Rasa nyeri yang terutama dihambat adalah nyeri
somatik, untuk analgesik nyeri viseral hampir tidak ada sehingga tidak efektif
untuk operasi organ-organ viseral. Pada anak analgesi viseral cukup baik sehingga
dapat dipakai untuk operasi seperti hernia atau batu ginjal, walaupun terjadi
rangsangan pada peritoneum.
Baik untuk analgesi pada bayi/anak tanpa menyebabkan efek hipnotik sedasi
(menggunakan subdose 2,5 mg/kgBB, IM)
b. Relaksasi
Anastetik ini tidak mempunyai daya pelemas otot, kadang-kadang malah tonus
otot meningkat disertai gerakan-gerakan yang tidak terkendali, sehingga ketamin
tidak begitu baik bila digunakan sebagai obat tunggal, seperti pada operasi intra
abdominal dan operasi lain yang membutuhkan penderita diam.
c. Hipnotik
Anestesi ini sering digunakan untuk induksi dan disusul dengan pemberian eter
atau N2O. Dalam keadaan tidur dapat terjadi gerakan-gerakan spontan dari lengan,
tungkai, bibir, mulut bahkan sampai bersuara, walaupun dosisnya ditingkatkan
sampai dosis yang mendepresi pernafasan. Karena anastetik ini menimbulkan
nistgmus, maka tidak dapat digunakan untuk operasi mata khususnya strabismus.
d. Anestesi Disosiatif
Anestesi yang menggunakan ketamin menyebabkan desosiasi karena obat ini
mempengaruhi asosiasi di korteks serebri.
Eksitasi dapat terjadi pada pemberian ketamin (seperti mimpi yang menakutkan),
pencegahannya dengan pemberian obat tranquilizer. Ketamin juga berefek
gangguan psikis setelah siuman dan gejala kejang sewaktu dalam anestesi. Efek
ini dapat dicegah dengan pemberian valium.

Anestesi pada Luka Bakar 20


Fakultas Kedokteran UWKS
RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

e. Sirkulasi
Ketamin akan merangsang pelepasan katekolamin andogen dengan akibat terjadi
peningkatan denyut nadi, tekanan darah dan curah jantung. Karena itu efeknya
menguntungkan untuk anestesi pada pasien syok/renjatan.
f. Pernafasan
Depresi pernafasan kecil sekali dan hanya sementara kecuali dosis terlalu besar
dan adanya obat-obat depresan sebagai premedikasi. Ketamin menyebabkan
dilatasi bronkhus dan bersifat antagonis terhadap efek kontraksi bronkhus oleh
histamin. Baik untuk penderita asma dan untuk mengurangi spasme bronkhus pada
anestesi umum yang ringan.
g. Kardiovaskuler
Tekanan darah akan naik baik sistole maupun diastole. Kenaikan rata-rata antara
20-25 % dari tekanan darah semula, mencapai maksimal beberapa menit setelah
suntikan dan akan turun kembali dalam 15 menit kemudian. Denyut nadi juga
meningkat.

2. Miloz (Midazolam)
Merupakan obat penenang (transquillizer). Dibandingkan dengan diazepam,
midazolam mempunyai awal dan lama kerja lebih pendek. Belakangan ini midazolam
lebih disukai dibandingkan dengan diazepam. Dosis 50% dari dosis diazepam
Midazolam adalah suatu derivat imidazoensodiazepinedan cincin imidazol
yang mencapai kelarutan air pada pH < 4. Pada pH darah, obat tersebut menjadi lebih
larut lemak dan mempenetrasi otak dengan cepat dengan onset sedasi dalam 90 detik
dan efek puncak pada 2-5 menit. Tersedia dalam vial 50 ml terdiri dari 1 mg/ml dan
tablet 15 mg dan bioavailabilitas 44%.
Dosis :
Premedikasi : 15 mg oral atau 5 mg IM, anak > 6 bulan 70-100 g/kg
Sedasi : 2-7 mg IV (lebih tua : < 4 mg)
Terapi intensif : IV 0,03-1 mg/kg/j

Anestesi pada Luka Bakar 21


Fakultas Kedokteran UWKS
RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

3. Fentanyl
Nama dan struktur kimia : Phentanyl Citrate, N-19 (Phenethyl-4-
piperidyl) propionanilide dihydrogen citrate.
Indikasi untuk nyeri sebelum operasi, selama & paska operasi,
penanganan nyeri pada kanker, sebagai suplemen anestesi sebelum operasi untuk
mencegah atau menghilangkan takipnea dan delirium paska operasi emergensi.
Keamanan & efikasi pada anak-anak belum diketahui
Sebagai tambahan anestesi umum :
Dosis rendah (operasi minor) IV 2 mcg/kg
Dosis sedang (operasi mayor) awal 2-20 mcg/kg, tambahan dosis IV/IM 25-100
mcg jika perlu
Dosis tinggi (operasi jantung terbuka, saraf atau prosedur ortopedi) awal 20-50
mcg/kg, tambahan dosis 25 mcg - 1 dosis awal jika perlu

4. Stropin sulfat
Merupakan obat antikolinergik. Diberikan untuk mencegah hipersekresi
kelenjar ludah dan bronkus selama 90 menit. Dosis 0,4-0,6 mg intramuskular bekerja
setelah 10-15 menit.
Premedikasi, injeksi intra vena 300 600 mcg , segera sebelum induksi
anestesia, anak-anak 20 mcg/kg ( maksimal 600 mcg).
Indikasi untuk meringankan gejala gangguan pada gastrointestinal yang
ditandai dengan spasme otot polos (antispasmodic), mydriasis dan cyclopedia pada
mata, premedikasi untuk mengeringkan sekret bronchus dan saliva yang bertambah
pada intubasi dan anestesia inhalasi;

Anestesi pada Luka Bakar 22


Fakultas Kedokteran UWKS
RSUD Dr. Moh. Saleh Probolinggo

DAFTAR PUSTAKA

1. Douglas A Wilkinson. Primary Trauma Care Manual versi Bahasa Indonesia.


2. Hidayat. Luka Bakar. Di download tanggal 12 November 2011 dari :
http://hidayat2.wordpress.com/2009/07/05/askep-luka-bakar/
3. Wiki Encyclopedia. Obat Anestesi. Di download tanggal 12 November 2011 dari :
http://wikimed.blogbeken.com/category/ilmu-anestesi/obat-anestesi
4. Bedah Umum FK UI. Luka Bakar. Di download tanggal 12 November 2011 dari :
http://generalsurgery-fkui.blogspot.com/2011/06/luka-bakar.html
5. Multiply. Pertolongan Pertama pada Luka Bakar. Di download tanggal 12
November 2011 dari : http://listi81.multiply.com/reviews/item/97
6. Deksan. Makalah Farmakologi. Di download tanggal 12 November 2011 dari :
http://farmamedicine.blogspot.com/
7. Darryl Virgiawan. Sedatif dalam Anestesi. Di download tanggal 12 November 2011
dari : http://darrylvirgiawan.wordpress.com/2009/07/22/sedatif-dalam-anestesi-2/
8. Dinas Kesehatan Jawa Barat. Atropin. Di download tanggal 12 November 2011 dari
http://www.diskes.jabarprov.go.id/index.php?mod=pubInformasiObat&idMenuKiri=
45&idSelected=1&idObat=21&page=
9. Dinas Kesehatan Tasikmalaya. Fentanil. Di download tanggal 12 November 2011
dari : http://dinkes.tasikmalayakota.go.id/index.php/informasi-obat/260-fentanil.html
10. Seputar Kedokteran. Ketamin. Di download tanggal 12 November 2011 dari :
http://medlinux.blogspot.com/2009/02/ketamin.html

Anestesi pada Luka Bakar 23

Anda mungkin juga menyukai