Anda di halaman 1dari 6

Subkultur dan Aklimatisasi

1. TINJAUAN PUSTAKA

1.1 PENGERTIAN SUBKULTUR


Subculture is After a period of time, it becomes necessary, chiefly due to nutrient depletion
and medium drying, to transfer organs and tissues to fresh media.
Subculture is the process by which the tissue or explant is first subdivide, then transferred
into fresh culture medium.
Subkultur adalah memindahkan eksplan ke media multiplikasi (tujuan perbanyakan atau
pengakaran) (Andri, 2008).
1.2 ALASAN DILAKUKAN SUBKULTUR
Unsur hara dalammedia sudah banyak berkurang.
Nutrisi dalam media menguap karena kering, akibatnya media mengandung garam dan gula
tinggi.
Pertumbuhan tanaman sudah memenuhi botol atau tabung sehingga berdesakan.
Sudah saatnya dipindah untuk diperbanyak atau diakarkan.
Terjadi pencoklatan pada media sehingga bila dibiarkan akan mematikan jaringan.
Eksplant memerlukan komposisi media baru untuk membentuk organ atau struktur baru.
Media berubah, menjadi cair karena penurunan pH oleh tanaman.
(Wardiyati,1998)

1.3 TAHAPAN SUBKULTUR


Tahapan subkultur meliputi :
1. Regenerasi
2. Multiplikasi
Tujuan dari tahapan ini adalah untuk memperoleh dan memperbanyak tunas.
3. Pengakaran
Tunas atau plantlet yang dihasilkan dari tahapan ke 2 tersebut umumnya masih sangat
kecil atau tunas yang belum dilengkapi dengan akar sehingga belum mampu untuk
mendukung pertumbuhannya dalam kondisi in-vivo. Oleh karena itu, dalam tahap ini masing-
masing plantlet yang dihasilkan ditumbuhkan untuk pembesaran, pengakaran dan
perangsangan aktifitas fotosintesisnya.
Media MS tersebut di tambah dengan Zat Pengatur Tumbuh Sitokinin (MS+BA 0,5-
2ppm). Setelah pembuatan media multiplikasi, eksplan dipindah ke media pengakaran (MS +
Auksin + arang aktif). Tahap selanjutnya adalah inisiasi eksplan.(Andri, 2008)
Pada tahapan ini, tunas yang dihasilkan dipotong-potong dengan teknik single-node/
multiple node culture maupun dengan mengambil pucuknya sebagai eksplan untuk
perbanyakan. Bahan tersebut kemudian ditanam pada media baru yang umumnya
mengandung sitokinin pada konsentrasi yang lebih tinggi dari auksin. Pada tahap ini dapat
digunakan media cair (media tanpa agar), semi padat maupun media padat. Dengan
modifikasi media yang sesuai, tunas-tunas baru akan tumbuh dari potongan eksplan. Tahapan
ini umumnya dilakukan sebanyak 8 10 kali sehingga akan dapat dihasilkan sejumlah besar
tunas (ribuan tunas) dari satu eksplan pada tahapan inisiasi. Tunas tersebut selanjutnya
dibesarkan atau diakarkan pada tahap mikropropagasi berikutnya.(Anonymous, 2009a)
1.4 PENGERTIAN AKLIMATISASI DAN TAHAP-TAHAPNYA

Aklimatisasi ialah Proses penyesuaian palnlet dari kondisi mikro dalam botol (heterotrof) ke
kondisi lingkungan luar (autotrof) (Dinas pertanian, 2002) Proses penyesuaian dengan
lingkungan baru di luar laboratorium. (Radarlamsel, 2009)
Acclimatization is kind of activity to move exsplat from aceptic room to the field.

- Aklimatisasi ialah kegiatan memindahkan eksplan keluar dari ruangan aseptic ke

bedengan. (Anonymous,2010b)

Acclimatization is plant adaptation from metter medium in vitro to the medium in vivo.

- Aklimatisasi ialah adaptasi tanaman pada media hara in vitro ke media tanam in

vivo. (Anonymous,2010c)

Tahap tahap dari aklimatisasi ialah

Hardening

Merupakan perlakuan yang diberikan kepada planlet dengan cara pengabutan (fog,

semprotan air halus) lalu ditutup dengan kerudung plastik.

Fogging

Merupakan pengkabutan planlet atau tanaman muda untuk memenuhi kebutuhan air

dan kelembaban (suhu mikro) tanaman. Fogging dilakukan dengan cara menyemprotkan air
pada plastic yang menutupi tempat penanaman dengan ukuran lubang penyemprotan yang

paling kecil. (Katuuk,1989)

Menurut Wardiyati, 1998 tahap kegiatan aklimatisasi yang dilakukan dalam

mempersiapkan tanaman sebelum ditanam d lapang ialah : aklimatisasi selama 2-4 minggu.

Pembesaran 1 bulan dari pemanasan 1 bulan. Aklimatisasi yang dimaksudkan di sini ialah

memindahkan tanaman dari botol ke dalam kondisi in vitro tetapi dengan kelembaban tinggi,

cahaya rendah, suhu rendah.

1.5 SYARAT PLANLET YANG DIGUNAKAN UNTUK AKLIMATISASI

Planlet sebelum di aklimatisasi perlu diperhatikan ada tidakanya akar, yang

baik adalah jika sudah ada akar pada planlet yang akan diaklimatisasi atau paling sedikit

sudah ada primordia akar yang nantinya akan tumbuh normal di media tanam. Untuk

mempercepat tumbuhnya akar di tanah, batang dapat dicelup dalam larutan auksin sebelum

ditanam di tanah.

(Wardiyati,1998)

1.6 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN PLANLET PADA TAHAP

AKLIMATISASI

Kelembaban

Dalam keadaan in vitro kelembaban udara 95% dan pada keadaan in vivo kelembaban udara

80% sehingga agar planlet dapat tumbuh ketika aklimatisasi maka secara bertahap udara

diturunkan deri 95% in vitro menjadi 70-80% pada kondisi in vivo. Dengan ini lapisan

kutikula terbentuk dan stomata mulai berfungsi .(Wardiyati,1998)

Suhu

Dalam keadaan in vitro suhu optimal 21-25c dan suhu pada keadaan in vivo yaitu 30c.

sehingga agar planlet tidak mati maka ketika aklimatisasi, suhu di tempat aklimatisasi harus
dijaga agar tanaman atau planlet dapat beradaptasi dengan suhu pada keadaan in

vivo. (Yusnita,2004)

Cahaya

Dalam keadaan in vitro intensitas cahaya sebesar 1000-3000 lux dan pada keadaan in vivo

yaitu 4000 lux, sehingga ketika sklimstisasi berlangsung intensitas cahaya yang masuk

berkisar antara 20-40%. (Wardiyati,1998)

Kemudian cahaya diataur dari intensitas rendah dan meningkat secara bertahap.

(Yusnita,2004)

Media yang digunakan

Media yang digunakan merupakan campuran antara tanah, pasir, dan bahan organic (pupuk

kandang, humus, sabut kelapa, sekam, serbuk gergaji, azola,dll). Setelah dicampur dengan

komposisi yang disesuaikan dengan sifat tanaman.\ kemudian media tersebut diayak dan

disesuaikan dengan sifat tanaman kemudian media tersebut diayak dan disterilkan dengan

uap airnya yang lamanya tergantung volume media. Media tersebut dileyakkan di dalam bak-

bak plastic atau bedengan dan ditutup dengan plastic selama 3 hari baru kemudian bisa

ditanam. (Wardiyati,1998)

1.7 PEMELIHARAAN TANAMAN DALAM KONDISI AKLIMATISASI

Salah satu metode yang digunakan pada proses aklimatisasi tanaman botol ke

tanaman pot menurut lc nursery adalah sbb:

Bibit yang masih ada didalam botol dikeluarkan dengan hati-hati menggunakan kawat atau
dengan memecahkan botol setelah dibungkus dengan kertas.
Bibit kemudian dibilas diatas tray plastik berlubang sebelum disemprot dengan air mengalir
untuk membersihkan sisa media agar.
Tiriskan bibit yang sudah bersih diatas kertas koran.
Tanam bibit secara berkelompok tanpa media tanam, kemudian tempatkan ditempat teduh
yang memiliki sirkulasi udara yang baik.
Tanaman disemprot setiap hari menggunakan hand sprayer.
Setelah kompot berumur 1-1.5 bulan, bibit dapat ditanam dalam individual potmenggunakan
media pakis atau sabut kelapa.
(Anonymousd, 2010)

Aklimatisasi adalah kegiatan memindahkan eksplan keluar dari ruangan aseptic ke


bedeng. Pemindahan dilakukan secara hati-hati dan bertahap, yaitu dengan memberikan
sungkup. Sungkup digunakan untuk melindungi bibit dari udara luar dan serangan hama
penyakit karena bibit hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap serangan hama penyakit dan
udara luar. Setelah bibit mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya maka secara
bertahap sungkup dilepaskan dan pemeliharaan bibit dilakukan dengan cara yang sama
dengan pemeliharaan bibit generative.
(Anonymousd, 2010)
Andri, 2008. Kultur Jaringan Anthurium. http://www.eshaflora.com/kultur jaringan/
Anonymous a. 2010. http://arifinbits.files.wordpress.com/2008/02/mengenalkuljar.pdf.

Anonymousb, 2010.Kuljar.Http://www.e-learning.unram.ac.id/kuljar/bab2/

Anonymousc, 2010. Mikroporopagasi. Http:// SitusHijau.co.id/mikropropagasi/


Anonymousd, 2010. Teknik Pembibitan Tanaman Dan Produksi Benih.

http://www.scribd.com/doc/13044231/kelas-11teknik-pembibitan-tanaman-dan-produksi-

benihparistiyanti/

Hardini, Y. 2009. Kultur Jaringan Tanaman.http://dinhardini.blogspot.com/2007/02/bahan-

kuliah.html. Diakses tanggal 23 Mei 2009.

Hendaryono, D.P.S.1994. Teknik kultur jaringan. Kanisius. Yogyakarta.

Katuuk, R. P. J. 1989. Teknik kultur dalam mikropropagasi tanaman. Depdikbud Dirjen PT Proyek

Pembangunan Lembaga Pendidikan Tinggi

Wardiyati, Tatik. 1998. Kultur Jaringan Tanaman Hortikultura. FP UB. Malang.


Yusnita. 2004. Kultur Jaringan Cara Memperbanyak Tanaman secara Efisien. Agromedia Pustaka.

Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai