Anggota Kelompok :
Rakha Prima Ariesto C1B014004
Syeh Dhaka Ali C1B014
Yustinus Raditya C1B014075
Adi Purwa Anbiyana C1B014076
M. Malik Nur Shifa C1B014101
Danu Aji Anugerah C1B014103
Resume dari buku berjudul Etika Bisnis : Konsep dan Kasus, Karya Manuel G. Velasquez
Sebelum berbicara jauh mengenai prinsip-prinsip etis dalam bisnis dan untuk lebih memahami
konsep dan pengertiannya, berikut ini adalah beberapa kasus pendekatan mengenai evaluasi
moral antara lain :
Sistem Apartheid yang dikuasai oleh Partai Nasional khusus Kulit Putih melegalkan diskriminasi
rasial pada seluruh aspek kehidupan. Sistem apartheid ini menghapuskan seluruh penduduk kulit
hitam dari hak politik dan hak sipilnya seperti mereka tidak dapat memilih, tidak dapat jabatan
politis yang penting, tidak dapat bergabung secaara kolektif, atau pun hak atas Undang-undang.
Hal inilah yang mengakibatkan kulit hitam melakukan demontrasi berkali - kali melawan
pemerintahan kulit putih Afrika Selatan. Aksi tersebut langsung ditanggapi oleh pemerintah
Kulit Putih Afrika Selatan dengan pembunuhan, penangkapan di mana - mana serta represi.
Termasuk ditangkapnya Nelson Mandela (anak pimpinan kulit hitam).
Hal ini dipicu adanya penentangan yang dilakukan para pemegang saham agar Caltex
memutuskan hubungan dengan pemerintah Afrika Selatan dengan alasan bahwa orang kulit
hitam tidak punya hak di wilayah kulit putih. Perdebatan tentang apakah Caltex perlu
melanjutkan operasinya di Afrika Selatan ini merupakan perdebatan moral. Argumen yang
diajukan oleh kedua belah pihak tersebut mengacu pada pertimbangan moral, yang dapat
dikelompokkan menjadi 4 jenis standar moral yaitu utilitarianisme, hak, keadilan, dan
perhatian. Pertimbangan moral yang diajukan manajer Caltex antara lain jika perusahaan tetap
melaksanakan operasi di Afrika Selatan maka kesejahteraan orang kulit hitam dan kulit putih
akan meningkat, namun jika perusahaan pergi maka orang kulit hitamlah yang akan mengalami
kerugian besar. Pernyataan inilah yang disebut dengan standar moralitas utilitarian yaitu prinsip
moral yang mengklaim bahwa sesuatu dianggap benar bila mampu menekan biaya sosial dan
memberikan keuntungan sosial yang lebih besar.
Pernyataan manajer Caltex yang akan memberikan perhatian khusus bagi pekerja kulit hitam dan
pertanggungjawaban akan kesejahteraaan mereka inilah yang disebut Etika memberi perhatian.
Artinya etika yang menekankan pada usaha memberikan perhatian terhadap kesejahteraan orang
sekitar. Sedangkan perjuangan dari seorang Nelson Mandela yang sangat berani inlah yang
disebut dengan etika kebaikan. Hal ini dikarenakan jenis evaluasi yang didasarkan atas karakter
moral seseorang atau kelompok..
A. Utilitarianisme
Utilitarianisme merupakan semua pandangan yang menyatakan bahwa tindakan dan kebijakan
perlu dievaluasi berdasarkan keuntungan dan biaya yang dibebankan pada masyarakat. Banyak
analisa yang meyakini bahwa cara terbaik untuk mengevaluasi kelayakan suatu keputusan bisnis
adalah dengan mengandalkan pada analisa biaya keuntungan utilitarian. Tindakan bisnis yang
secara sosial bertanggung jawab adalah tindakan yang mampu memberikan keuntungan terbesar
atau biaya terendah bagi masyarakat. Misalnya kasus yang terjadi pada perusahaan mobil Ford.
Pada saat posisi penjualan mobil menurun dibandingkan dengan pesaing lain, maka manajer
Ford segera melakukan strategi cepat dengan memfokuskan pada desain, pemanufakturan, dan
penjualan yang cepat. Hal ini dilakukan agar memperoleh kembali pangsa pasar. Akibat proyek
yang dilakukan dengan terburu-buru ini, maka desain teknis pun tidak diperhatikan seperti
apabila terjadi tabrakan maka keselamatan penumpangpun sangat rawan. Alasan manajer tetap
memproduksinya antara lain dikarenakan desain mobil sudah memenuhi semua standar hukum
dan peraturan pemerintah, manajer beranggapan bahwa mobil telah memiliki tingkat keamanan
yang sebanding dengan mobil dari perusahaan lain, serta dikarenakan studi biaya keuntungan
(biaya modifikasi) tidak bisa ditutupi oleh keuntungan yang diperoleh. Jadi utilitarianisme
digunakan untuk semua teori yang mendukung pemilihan tindakan yang memaksimalkan
keuntungan.
B. Utilitarianisme Tradisional
Pendiri Utilitarianisme adalah Jeremy Bentham, dalam menetapkan sebuah kebijakan dan
peraturan sosial, Bentham selalu membuat keputusan tersebut yang mampu mamberikan norma
yang dapat diterima publik. Secara singkat, prinsip utilitarian yaitu :
Suatu tindakan dianggap benar dari sudut pandang etis jika dan hanya jika jumlah total utilitas
yang dihasilkan dari tindakan tersebut lebih besar dari jumlah utilitas sosial yang dihasilkan
oleh tindakan lain yang dapat dilakukan.
Artinya prinsip ini mengasumsikan bahwa keuntungan dan biaya dari suatu tindakan dapat
diukur dengan menggunakan skala numerik biasa, lalu ditambah atau dikurangi dengan nilai
yang diperoleh. Kesalahan anggapan terhadap prinsip Utilitarian antara lain :
1. Prinsip utilitarian mengatakan bahwa tindakan yang benar dalam suatu situasi adalah
tindakan yang menghasilkan utilitas lebih besar dibandingkan kemungkinan tindakan
lainnya. Hal ini tidak berarti tindakan yang benar adalah tindakan yang menghasilkan
utilitas besar bagi orang yang melakukan tindakan tersebut. Akan tetapi, tindakan
dianggap benar jika menghasilkan utilitas paling besar bagi semua orang yang
terpengaruh oleh tindakan tersebut (termasuk orang yang melakukan tindakan tersebut).
2. Prinsip utilitarian tidak menyatakan bahwa tindakan yang dianggap benar sejauh
keuntungan dari tindakan tersebut lebih besar dari biayanya. Namun utilitarianisme
meyakini bahwa ada satu tindakan yang benar yaitu tindakan yang memberikan
keuntungan lebih besar daripada keuntungan yang diperoleh dari tindakan alternatif lain.
Dengan demikian ada 3 hal yang harus dilakukan jika dalam situasi tertentu :
Seperti pada perusahan Ford, secara impisit mempertimbangkan 2 alternatif yaitu mendesain
ulang Pinto dengan menambah pelindung karet di sekeliling tangki bahan bakar atau
memutuskan untuk tanpa menggunakan pelindung.
Misalnya pada perkiraan perhitungan Ford atas biaya dan keuntungan yang akan diterima oleh
semua pihak yang terlibat jika desain Pinto dirubah, serta yang akan ditanggung jika desainnya
tidak berubah.
3. Tindakan yang etis tepat adalah yang memberikan utilitas paling besar.
Misalnya saatt manajer Ford memutuskan bahwa tindakan yang memberikan utilitas paling besar
dan biaya paling rendah adalah dengan tidak mengubah desain Pinto.
Utilitarianisme juga sejalan dengan kriteria intuitif yang digunakan orang dalam membahas
perilaku atau tindakan moral. Misalnya pada saat orang memiliki kewajiban moral untuk
melakukan tindakan tertentu, hal ini sering mengacu pada keuntungan atau kerugian yang
nantinya diakibatkan. Moralitas juga mewajibkan seseorang untuk mempertimbangkan
kepentingan orang lain. Utilitarianisme memenuhi persyaratan tersebut selama prinsip tersebut
mempertimbangkan pengaruh tindakan pada orang lain, dan mewajibkan seseorang untuk
memilih utilitas paling besar.
Utilitarianisme juga menjadi dasar teknik analisis biaya-keuntungan ekonomi. Analisis ini
digunakan untuk menentukann tingkat kelayakan investasi dalam suatu proyek dengan mencari
tahu apakah keuntungan ekonomi lebih besar dibandingkan dengan biaya ekonomi saat ini dan
masa mendatang.
C. Masalah Pengukuran
Masalah dalam kaitannya dengan utilitarianisme terfokus pada hambatan yang dihadapi saat
nenilai utilitas seperti:
1. Bagaimana nilai utilitas dari berbagai tindakan yang berbeda pada orang yang berbeda
dapat diukur dan perbandingkan.
3. Banyaknya keuntungan dan biaya dari suatu tindakan tidak dapat diprediksi, maka
penilaian tidak dapat dilakukan dengan baik.
4. Masih belum jelas apa yang bisa dihitung sebagai keuntungan dan yang dihitung sebagai
biaya.
Cara menyelesaikan permasalahan ini adalah dengan menerima penilaian dari kelompok sosial
atau kelompok lain.
Hambatan Utilitarianisme adalah prinsip tersebut tidak mampu menghadapi dua jenis
permasalahan moral yaitu yang berkaitan dengan hak dan keadilan. Tanggapan utilitarian
terhadap pertimbangan hak dan keadilan yaitu dengan mengajukan sati versi utilitarianisme
alternatif yang cukup penting dan berpengaruh, yang disebut dengan rule-utilitarian.
Strategi dasar dari rule-utilitarian adalah membatasi analisis utilitarian hanya pada evaluasi atas
peraturan moral. Jadi teori rule-utilitarian memiliki 2 prinsip yaitu :
1. Suatu tindakan dianggap benar dari sudut pandang etis jika dan hanya jika tindakan
tersebut dinyatakan dalam peraturan moral yang benar.
2. Sebuah peraturan moral dikatakan benar jika jumlah utilitas total yang dihasilkannya; jika
semua orang yang mengikuti peraturan tersebut lebih besar dari jumlah utilitas total yang
diperoleh; jika semua orang yang mengikuti peraturan moral alternatif lainnya.
E. Konsep Hak
Hak adalah klaim atau kepemilikan sesuatu. Seseorang dikatakan memiliki hak jika dia memiliki
klaim untuk melakukan tindakan dalam suatu acara tertentu. Hak berasal dari sistem hukum yang
mengizinkan seseorang untuk bertindak dalam suatu cara tertentu. Hak juga bisa berasal dari
sistem standar moral yang tidak tergantung pada sistem hukum tertentu. Hak merupakan sebuah
sarana atau cara yang penting dan bertujuan agar memungkinkan individu untuk memilih dengan
bebas apapun kepentingan dan melindungi pilihan mereka.
Hak moral memiliki 3 karakteristik penting yang memberikan fungsi pemungkinan dan
pelindungan antara lain:
Memiliki hak moral bearti orang lain memiliki kewajiban tertentu terhadap pemilik hak tersebut.
Misalkan hak moral untuk melakukan ibadah sesuai keyakinan saya, dapat didefinisikan
kaitannya dengan kewajiban moral orang lain untuk tidak mengganggu ibadah yang saya
lakukan. Hak moral memberikan kewajiban korelatif pada orang lain, baik itu kewajiban untuk
tidak ikut campur atau kewajiban untuk melakukan sesuatu yang positif.
2. Hak moral memberikan otonomi dan kesetaraan bagi individu dalam mencari kepentingan
mereka.
Hak menunjukkkan aktivitas yang bebas mereka cari. Misalnya saat akan melakukan ibadah
sesuai keyakinan, maka tidak perlu izin orang lain saat melaksanakannya. Salah satu aspek
dimana kita semua memiliki kedudukan.
3. Hak moral memberikan dasar untuk membenarkan tindakan yang dilakukan seseorang
dan untuk melindungi orang lain.
Jika memiliki hak moral untuk melakukan sesuatu maka otomatis juga akan memiliki
pembenaran moral dalam melakukannya. Misalnya saat kita membenarkan tindakan dari orang
kuat yang sedang membantu orang yang lemah.
Hak negatif dapat digambarkan dari fakta bahwa hak yang termasuk di dalamnya dapat
didefinisikan sepenuhnya dalam kaitannya dengan kewajiban orang lain untuk tidak ikut campur
dalam aktivitas tertentu dari orang yang memiliki hak tersebut. Misalnya jika kita memiliki
sebuah privasi maka baik atasan kita pun berkewajiban untuk tidak mencampurinya.
Hak positif tidak hanya memberikan kewajiban negatif namun juga mengimplikasikan bahwa
pihak lain memiliki kewajiban positif pada si pemilik hak untuk memberikan apa yang dia
perlukan untuk dengan bebas mencari kepentingannya. Misalnya, saya berhak mendapat
kehidupan yang layak, ini tidak berarti orang lain tidak boleh mencampurinya. Namun jika saya
tidak mendapat kehidupan yang layak maka pemerintah harus memberikannya.
Hak dan kewajiban kontraktual merupakan hak terbatas dan kewajiban korelatif yang muncul
saat seseorang membuat perjanjian dengan orang lain. Hak dan kewajiban kontraktual
memberikan dasar bagi kewajiban khusus yang diperoleh seseorang saat dia menerima jabatan
atau peran dalam sebuah organisasi sosial yang sah. Sistem peraturan yang mendasari hak dan
kewajiban kontraktual diinterpretasikan mencakup sejumlah batasan moral diantaranya :
1. Kedua belah pihak harus memahami sepenuhnya sifat dari perjanjian yang mereka buat.
2. Kedua belah pihak dilarang mengubah fakta perjanjian kontraktual dengan sengaja.
3. Kedua belah pihak dalam kontrak tidak boleh mendatangani perjanjian karena paksaan
atau ancaman.
4. Perjanjian kontrak tidak boleh mewajibkan kedua belah pihak untuk melakukan tindakan
yang amoral.
Dasar yang lebih baik bagi hak moral diberikan oleh teori etis yang dikembangkan Immanuel
Kant. Teori Kant didasarkan pada prinsip moral yang ia sebut perintah kategoris, dan yang
mewajibkan semua orang diperlakukan sebagai makhluk yang bebas dan sederajat dengan yang
lain. Menurut Kant masing-masing hak memerlukan proses kualifikasi, penyesuaian dengan
kepentingan lain dan argumen pendukung.
Rumusan perintah kategoris Kant mencakup 2 kriteria dalam menentukan apa yang benar dan
salah secara moral yaitu :
1. Universalisabilitas
Alasan seseorang melakukan suatu tindakan haruslah alasan yang dapat diterima semua orang ,
setidaknya dalam prinsip.
2. Reversibilitas
Alasan seseorang melakukan suatu tindakan haruslah alasan yang dapat dia terima jika orang lain
menggunakannya, bahkan sebagai dasar dari bagaimana mereka memerlakukan dirinya.
Misalnya seorang pembunuh haruskah dihukum atau tidak. Tentunya bagi pembunuh
menolaknya, namun di sisi lain mereka sepakat daripada harus dibunuh oleh orang lain nantinya.
2. Batasan hak dan bagaimana hak tersebut diseimbangkan dengan hak yang berkonflik
lainnya.
Misalnya saat sekelompok orang memainkan alat musik dengan sangat keras, yang mengganggu
orang lain.
3. Kriteria universalisabilitas dan reversibilitas.
Misalnya saat pimpinan perusahaan yang melakukan diskriminasi pada pekerja kulit hitam
dengan memberikan upah rendah dibandingkan pekerja kulit putih. Hal ini sangat tidak benar
tentunya karena tindakan tersebut tidak bermoral, namun menurut Kant benar.
Pertentangan antara individu dalam bisnis sering dikaitkan dengan masalah keadilan dan
kewajaran/kesamaan. Penyelesaian masalah ini kerap kali megharuskan membandingkan dan
menimbang klaim-klaim yang saling bertentanganserta mencari keseimbangan. Keadilan dan
kewajaran pada dasarnya bersifat kooperatif. Keduanya berkaitan dengan komparatif yang
dilakukan oleh anggota saat dilakukan distribusi keuntungan, beban, saat perturan-peraturan
diberlakukan. Meskipun istilah keadilan dan kesamaan dalam penggunaanya tidak banyak
berbeda.
Norma keadilan secara umum tidak menolak hak-hak moral individu. Sebagai alasannya adalah :
dalam tingkatan tertentu, keadilan didasarkan pada hak-hak moral individu. Hak moral untuk
diperlakukan sebagai individu yang sederajat dan bebas. Namun yang lebih penting adalah fakta
bahwa hak moral menunjukan kepentingan individu yang bersangkutan, di mana usaha untuk
meraih kepentingan atau tujuan tersebut tidak boleh dikesampingkan demi kepentingan orang
lain kecuali dengan alasan-alasan yang khusus. Ini berarti hak moral individu tidak boleh
dikorbanka hanya untuk menjamin distribusi keuntungan yang lebih baik bagi pihak lain.
Masalah-masalah yang berkaitan dengan keadilan dan kewajiban biasanya, dapat dibagi ke
dalam tiga kategori, keadilan distributif, yang berkatian dengan distribusi yang adil atas
keuntungan dan beban dalam masyarakat, keadilan retributif, yang mengacu pada pemberlakuan
hukuman yang adil pada pihak-pihak yang melakukan kesalahan. Hukuman yang adil adalah
hukuman yang dalam artian tertentu layak diterima oleh pihak yang melakukan kesalahn.
Keadilan kompensasir, yaitu berkaitan dengan cara yang adil dalam memberikan kompensasi
pada seseorang atas kerugian yang meraka alami akibat perubahan orang lain, kompensasi yang
adil adalah kompensasi yang dalam artian tertentu proporsional dengan nilai kerugian yang
diderita.
K. KEADIALAN DISTRIBUTIF
Masalah-masalah tentang keadilian distributif akan muncul bila ada orang-orang tertentu
memiliki perbedaan klaim atas keuntungan dan beban dalam masyarakta, dan semua klaim
mereka tidak bisa dipenuhi. Saat keinginan dan keengganan orang-orang lebih besar dari sumber
daya yang ada, mereka terpaksa menggunakan prinsip-prinsip tertentu untuk mengalokasikan
sumber daya tersebut serta beban masyarakat dalam cara-cara yang adil dan mampu
menyelesaikan konflik dengan baik.
Prinsip dasar keadilan distributif adalah bahwa sederajat harus diperlukukan sederajat dan yang
tidak sama juga harus diperlakukan dengan cara yang yang tidak sama. Lebih tepatnya sebagai
berikut :
Individu-individu yang sederajat dalam segala hal yang berkaitan dengan perlakuan yang
dibicarakan haruslah memperoleh keuntungan dan beban serupa, sekalipun mereka tida sama
dalam aspek-aspek yang tidak relevan lainnya. Dan individu-individu yang tidak sama dalam
suatu aspek yang relevan perlu diperlakukan secara tidak sama, sesuai dengan ketidak samaan
mereka.
Namun demikian, prinsip dasar keadilan distributif sepenuhnya bersifat formal, prinsip ini
didasarkan pada gagasan logis bahwa kita haruslah konsisten dalam menghadapi masalah-
masalah yang serupa. Prinsip ini tidak menjelaskan aspek-aspek relevan yang bisa dipakai
sebagai dasar dalam menentukan kesamaan dan ketidaksamaan perlakuan.
Kaum egalitarian meyakini bahwa tidak ada perbedaan yang relevan di antara semua orang, yang
bisa dipakai sebagai pembenaran atas perlakuan yang tidak adil. Menurut pandangan egalitarain
semua keuntungan dan beban harus sesuai dengan rumusan berikut :
Semua orang harus memperoleh bagian keuntungan dan beban masyarakat atau kelompok
dalam jumlah yang sama.
Pandangan egalitarian didasarkan pada proposisi bahwa semua manusia adalah sama dalam
sejumlah aspek dasar dan bahwa sejalan dengan kesamaan ini, setiap orang juga memiliki klaim
yang sama atas segala sesuatu yang ada dalam masyarakat. Pandangan ini berarti semuanya
harus diberikan pada semua orang dalam jumlah yang sama.
Keuntungan haruslah didistribusikan sesuai dengan nilai sumbangan individu yang diberikan
pada masyarakat, tugas, kelompok, atau pertukaran.
Louis Blanc (1811-1882) selanjutnya Karl Marx (1818-1883) serta Nicolan Lenin (1870-1924)
adalah tokoh yang merepresentasikan pandangan ini, yaitu pandangan sosialis tentang distribusi.
Yaitu dari semua orang sesuai dengan kemampuan mereka, bagi semua orang sesuai dengan
kebutuhan mereka
Beban kerja haruslah didistribusikan sesuai dengan kemampuan orang-orang dan keuntungan
harus didistribusikan dengan kebutuhan mereka
Prinsip sosialis ini pertama kali didasarkan pada gagasan bahwa orang-orang menyadari potensi
mereka dengan menunjukan kemampuan dalam kerja yang produktif. Karena perwujudan dari
potensialitas yang dimiliki seseorang merupakan sesuatu nilai, maka hal ini mengimplikasikan
bentuk distribusi pekerjaan sesuai dengan kemampuan yang dia miliki. Kedua keuntungan yang
dihasilkan dari kerja harus manfaatkan sepenuhnya untuk meningkatkan kesejahteraan dan
kehidupan manusia.
Kaum libertanisme menyatakan bahwa tidak ada cara pendistribusian barang yang dapat
dikatakan adil atau tidak adil apabila dipertimbangkan secara terpisah dari pilihan bebas masing-
masing individu, semua jenis distribusi keuntungan dan beban adalah adil jika memungkinkan
individu melakukan pertukaran barang secara bebas.
Teori John Rawl didasarkan pada asumsi bahwa konflik yang melibatkan masalah keadilan
pertama-pertama haruslah ditangani dengan membuat sebuah metode yang tepat dalam memilih
prinsip-prinsip untuk menanganinya. Prinsip keadilan distribusi yang disuslkan Rawls
menyatakan bahwa distribusi keuntungan dan beban dalam masyarakat adalah adil jika, dan
hanya jika :
1. Setiap orang memiliki hak yang sama atas kebebasan dasar paling ekstensif yang dalam hal
ini mirip dengan kebebasan untuk semua orang.
2. ketidak adilan sosial dan ekonomi diatur sedemikian rupa sehingga keduanya :
a. Mampu memberikan keuntungan terbesar bagi orang-orang yang kurang beruntung, dan
b. Ditangani dalam lembaga dan jabatan yang berbuka bagi semuar orang berdasarkan prinsip
persamaan hak dalam memperoleh kesempatan.
Prinsip 1 disebutkan prinsi kebebasan sederajat. Intinya prinsip ini mengatakan bahwa kebebasan
setiap warga negara haruslah dilindungi dari gangguan orang lain dan haruslah sederajat antara
orang yang satu dengan yang lain. Prinsip 2 point a. Disebut prinsi perbedaan, prinsip ini
mengasumsikan bahwa sebuah masyarakat yang produktif memang haru memasukan sejumlah
ketiaksamaan, namun selanjutnya ditegaskan bahwa kita perlu mengambil langkah-langkah untu
memperbaiki posisi kelompok paling lemah dari masyarakat. Prinsip 2 point b. Disebut prinsip
keamanan hak dalam memperoleh kesempatan. Prinsip ini mengatakan bahwa setiap orang
haruslah memiliki hak yang sama dalam memperoleh jabatan-jabatan penting dalam berbagai
lembaga masayrakat.
Prinsip yang diusulkan Rowls ini tampak cukup komprehensi dan mencakup pertimbangan
utama yang ditekankan oleh pendekatan-pendekatan lain terhadap masalah keadilan yang telah
kita pelajari. Namun Rawls tidak hanya memberikan serangkaian prinsip keadilan, dia juga
mengusulkan sebuah metode umum dalam mengevaluasi kelayakan semua prinsip moral.
Metode yang diusulkannya mencakup penentuan atas prinsip-prinsi apa saja yang dipilih oleh
sekelompok orang yang berpikiran rasional jika mereka tahu bahwa mereka akan hidup dalam
suatu masyarakat yang diatur oleh prinsip-prinsip tersebut, namun mereka belum tahu bagaimana
keadaan dalam masyarakat itu.
Dengan demikian Rawl mengklaim bahwa semua prinsip secara moral dapat diterima oleh suatu
kelompok individu rasional yang mengetahui bahwa mereka akan tinggal dalam sebuah
masyarakat yang diatur oleh prinsip-prinsip yang mereka terima, namun tidak tahu apa jenis
kelaminnya, ras, kemampuan, agama, kepentingan, jabatan sosial, penghasilan, atau
karakteristik-karakteristik khusus lain yang akan mereka miliki dalam masyarakat tersebut.
Keuntungan-keuntungan teori ini lebih besar dibandingkan kekurangannya. Salah satunya kata
mereka teori ini mempertahankan nilai-nilai dasar yang terdapat dalam keyakinan-keyakinan
moral kita: kedua teori ini cocok dengan institusi-institusi ekonomi dasar masyarakat barat;
ketiga, teori ini mencakup unsur-unsur komunitarian dan individualistik yang terdapat dalam
budaya barat. Keempat; teori rawls juga mempertimbangkan kriteria kebutuhan, kemampuan
usaha, dan kontribusi. Kelima, para pendukung teori rawls menyatakan bahwa ada pembenaran
moral yang diberikan oleh posisi awal.
Keadilan Retributif
Keadilan retributif berkaitan dengan keadilan dalam menyalahkan atau menghukum seseorang
yang telah melakukan kesalahan. Bab pertama membahas kondisi di mana seseorang dianggap
tidak dapat dimintai pertanggung jawaban atas apa yang dia lakukan. Kondisi kedua dari
hukuman yang adil adalah kepastian bahwa orang yang dihukum benar-benar melakukan apa
yang dituduhkan. Kondisi ketiga dari hukuman yang adil adalah hukuman tersebut haruslah
konsisten dan proporsional dengan kesalahan.
Keadilan Kompensasif
Keadilan kompensasif berkaitan dengan keadilan dalam memperbaiki kerugian yang dialami
seseorang akibat perbuatan orang lain. Kaum tradisionalis menyatakan bahwa seseorang
memiliki kewajiban moral untuk memberikan kompensasi pada pihak yang dirugikan jika tiga
syarat berikut terpenuhi :
Dalam hal ini etika perhatian menekankan pada dua syarat moral, yaitu :
a. Kita hidup dalam suatu rangkaian hubungan dan wajib mempertahankan serta menyetarakan
hubungan yang konkret dan bernilai dengan orang lain.
b. Kita memberikan perhatian khusus pada orang-orang yang menjalin hubungan baik dengan
memperhatikan kebutuhan, nilai, keinginan, dan keberadaan mereka dari perspektif pribadi
mereka sendiri, dan dengan memberikan tanggapan secara positif pada kebutuhan, nilai,
keinginan, dan keberadaan orang-orang yang membutuhkan dan bergantung pada perhatian kita.
Namun penting juga untuk tidak membatasi gagasan tentang hubungan konkret ini hanya pada
hubungan antara dua individu atau antara seseorang dengan kelompok individu tertentu. Ada dua
hal penting yang perlu diketahui. Pertama, tidak semua hubungan memiliki nilai, dan tidak
semuanya menciptakan kewajiban untuk memberi perhatian. Kedua, perlu diketahui bahwa
dalam memberikan perhatian kadang berkonflik. Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa tidak
ada aturan tetap yang mampu menyelesaikan semua konflik.
2. Hambatan dalam Etika Perhatian
Pendekatan etika perhatian memperoleh sejumlah kritik berdasarkan beberapa alasan. Pertama,
dikatakan bahwa etika perhatian bisa berubah menjadi favoritisme yang tidak adil atau bersikap
parsial ( berat sebelah). Kritik kedua mengklaim bahwa persyaratan etika perhatian bisa
menyebabkan kebosanan. Dalam mewajibkan orang-orang untuk memberikan perhatian pada
anak-anak orang tua, saudara, pasangan, kekasih, teman dan anggota komunitas lain. Etika
perhatian tampak mengharuskan semua orang mengorbankan kebutuhan dan keinginan mereka
demi kesejahteraan orang lain.
Keuntungan etika perhatian adalah mendorong untuk fokus pada nilai moral dari sikap parsial
terhadap orang dekat dan arti penting moral dalam memberikan tanggapan pada mereka secara
khusus yang tidak kita berikan pada orang lain.
Malden Hills mengalami kebakaran hebat, Feuerstein selaku pemilik Malden Mills menyatakan
bahwa dia akan bangun kembali perusahaannya itu, dan setiap pegawai akan memperoleh gaji
dan perawatan medis dan jaminan memperoleh pekerjaan mereka setelah perusahaan beroperasi
tiga bulan kemudian. Peristiwa Malden Mills menunjukan sebuah perspektif etika yang tidak
mampu ditangkap oleh sepenuhnya pandangan-pandangan moral.
Perspektif imparsial dari teori hak tidak meyatakan baywa Feuerstein kewajiban moral apa pun
pada pegawainya setelah terjadi kebakaran tersebut. Keadilan impaesial tidak mewajibkan
perusahaan untuk memberikan bantuan pada para pegawai pada saat mereka tidak bekerja
ataupun pemiliki harus membangun kembali pabrik baru di tempat yang sama.
Kita memiliki kewajiban untuk memberikan perhaitian khusus pada individu-individu tertentu
yang menjalin hubungan erat dengan kita, khususnya hubungan ketergantungan merupakan
konsep utama dalam etika memberi perhatian. Penekanan dalam etika perhatian :
1. Kita hidup dalam suatu rangkaian hubungan dan wajib serta mengembangkan hubungan
yang konkret dan bernilai dengan orang lain.
2. Kita memberikan perhatian khusus kepada orang-orang yang menjalin hubungan baik
dengan kita.
Etika perhatian sangat terkait dengan etika komunitarian. Etika komunitarian adalah etika yang
melihat komunits dan hubungan yang fundamental.
Tiga bentuk perhatian : perhatian pada sesuatu adalah semacam perhatian atau kepentingan
terhadap suatu gagasan atau di mana tidak ada orang kedua yang terlibat. Perhatian terhadap
seseorang, dan perhatian dalam arti menjaga. Perhatian dalam arti menjaga merupakan yang
dipersayaratkan dalam etika perhatian ini mrip seorang ibu yang menjaga anaknya. Ada dua hal
yang perlu diperhatikan yaitu, tidak semua hubungan memilki nilai dan tidak semuanya
menciptakan kewajiaba untuk memberi perhatian. Kedua bahwa perhatian kadang menimbulkan
konflik.
Pertama bahwa etika perhatian bisa berubah menjadi favoritisme yang tidak adil beriskap parsial
(berat sebelah). Kedua persyaratan etika perhatian bisa menyebabkan kebosanan. Namun
keuntungan etika perhatian dalah mendorong kita untuk fokus pada moral dari sikap parsial
terhadap orang-orang dekat kita.
Standar utilirian wajib digunakan saat kita tidak memiliki sumber daya yang mampu memenuhi
tujuan atau kebutuhan semua orang. Dengan mempertimbangkan keuntungan dan biaya
sosial. Penilaian moral sebagian juga didasarkan pada standar-standar yang menunjukan individu
harus diperlakukan atau dihargai. Penilaian moral juga didasarkan pada standar-standar keadilan
yang menunjukan bagaimana keuntungan dan beban didistribusikan di antara anggota
masyarakat. Penilaian moral didasarkan standar-standar perhatian yang mengacu pada jenis
perhatian yang perlu kita berikan kepada orang yang memiliki hubungan khusus dengan kita.
Standar utilirian mempertimbangkan masalah kesejahteraan secara sosial dan keseluruhan. Hal
moral dengan pertimbangan aspek individu dan mengabaikan masalah kesehajteraan dan aspek
distributif. Standar keadilan memperhatikan masalah-masalah distributif namun mengabaiakan
masalah kesejahteraan sosial dan individu. Dengan kata lain ada masalah-masalah tertentu dalam
setiap penilaian moral. Dengan demikian ada kriteria-kriteria tertentu yang dapat kita gunakan
dalam mengkombinasikan utilitas, hak, keadilan, dan perhatian. Dimana pertimbangan utilirian
dianggap lebih penting untuk mengesampingkan pertimbangan atas hak, kedilan dan perhatian.
Demikian juga sebaliknya.
Sifat Kebaikan
Kebaikan moral nerupakan kecenderungan yang dinilai sebagai bagian dari karakter manusia
yang secara moral baik dan ditunjukan dengan kebiasaan dan perilakunya. Lebih jauh lagi
kebaikan oral adalah sesuatu yang diperoleh dan bukan karakteristik alami seperti kecerdasan
atau kecantikan. Kebaikan moral merupakan sebuah prestasi dan patut dihargai karena
memerlukan usaha.
Kebaikan Moral
Alasdair Maclntyre bertpendapat dalam hal ini kebaikan moral adalah disposisi atau karakteristik
yang memungkinkan menjalani kehidupan secara moral baik dan tidak hanya karakteristik yang
memungkinkan memperoleh keberhasilan dalam sejumlah aspek kehidupan tertentu. Teori
Kebaikan Pincoff menyatakan kebaikan moral adalah disposisi yang secara umum diinginkan
oleh semua orang dalam situasi-situasi yang biasanya mereka hadapi.
Pada saat kita melakukan kebaikan dalam semua tindakan, sejauh tindakan kita menunjukan
kebaikan atau tindakan kita adalah baik, maka tindakan-tindakan tersebut otomatis juga
merupakan tindakan moral yang benar.
Sebuah tindakan secara moral benar, jika dalam pelaksanaanya pelaku menerapkan, menunjukan
atau mengembangkan karakter moral yang baik, dan secara moral salah jika dalam
pelaksanaanya pelakunya menerapkan atau mengembangkan karakter moral yang buruk. Jadi
dari perspektif tersebut baik buruknya tindakan dapat ditentukan dengan mempelajari jenis
karakter yang dihasilkan dari tindakan tersebut.Dalam hal ini etika tindakan bergantung pada
hubungannya dengan karakter pelaku.
Kebaikan dan Prinsip
Etika kebaikan tidak menyarankan dengan tindakan-tindakan yang berbeda dari yang disarankan
etika prinsip. Bagi etika prinsip tindakan merupakan aspek utama, sementara etika kebaikan
memberikan identifikasi atas apa yang dimaksud kehidupan moral. Etika kebaikan bukan lah
semacam prinsip moral kelima sperti prinsp utilitarian, keadulan, hak dan perhatian. Etika
kebaikan menambah dan melengkapi prinsip di atas, bukan melihat pada tindakan yang harus
dilakukan orang-orang, namun pada karakter yang harus dimiliki. Dengan demikian etika
kebaikan menangani jangkauan permsalahan yang sama dengan masalah-masalah yang berkaitan
dengan motivasi dan perasaan yang sebagian besar diabaikan oleh etika prinsip.
Maka sudah jelas bahwa kondisi lokal khususnya kondisi perkembangan setidaknya perlu
dipertimbangkan saat memutuskan apakah suatu perusahaan perlu menerapkan standar dari
negara yang lebih maju atau negara yang kurang maju. Sebagian besar menyatakan perusahaan
multinasional haruslah mengikuti praktik-praktik lokal, bahwa mereka harus melakukan apa
yang diinginkan pemerintah lokal, karena pemerintah tersebut adalah representatif dari warga
lokal. Sementara peraturan pemerintah, tingkat perkembangan, dan pemahaman budaya lokal
semuanya harus dipertimbangkan saat mengevaluasi etika kebijakan dari tindakan bisnis
internasional.