Anda di halaman 1dari 45

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP

MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN


TERBIMBING (GUIDED DISCOVERY LEARNING ) PADA MATERI
POKOK BANGUN RUANG SISI DATAR SISWA KELAS VIII A SMP
NEGERI 1 SEWON BANTUL
Proposal ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian
Pendidikan Matematika
Dosen Pengampu: Abdul Aziz Saefudin, S. Pd.I, M. Pd

Disusun oleh :

Ummi Arifah
NPM 14144100093 / V A3

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
TAHUN 2016
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah................................................................................1
B. Identifikasi Masalah......................................................................................4
C. Pembatasan Masalah.....................................................................................4
D. Rumusan Masalah.........................................................................................4
E. Tujuan Penelitian..........................................................................................5
F. Manfaat Hasil Penelitian...............................................................................5
BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN.............................7
A. Diskripsi Teori...............................................................................................7
B. Materi Pokok...............................................................................................14
C. Penelitian yang relevan...............................................................................22
D. Kerangka Berpikir.......................................................................................23
E. Hipotesis Tindakan......................................................................................25
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................26
A. Jenis Penelitian............................................................................................26
B. Tempat dan Waktu Penelitian......................................................................26
C. Subjek dan Objek Penelitian.......................................................................26
D. Desain Penelitian.........................................................................................27
E. Teknik Pengumpulan Data..........................................................................31
F. Instrumen Penelitian...................................................................................32
G. Validasi Instrumen.......................................................................................38
H. Teknik Analisis Data...................................................................................38
I. Indikator Keberhasilan................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................43

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan
pengetahuan, wawasan, keterampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna
mengembangkan bakat serta kepribadian mereka. Dengan pendidikan manusia
berusaha mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan
yang terjadi akibat adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh
karena itu masalah pendidikan perlu mendapat perhatian dan penanganan yang
lebih baik yang menyangkut berbagai masalah yang berkaitan dengan kuantitas,
kualitas dan relevansinya. Mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran
yang diajarkan mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Perguruan Tinggi
(PT). Hal itu menunjukkan betapa pentingnya peranan matematika dalam dunia
pendidikan. Pembelajaran matematika di sekolah dasar merupakan dasar bagi
penerapan konsep matematika pada jenjang berikutnya.
Matematika adalah bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-
hari. Meskipun dalam bentuk perhitungan sederhana, matematika tetap berperan
penting dalam banyak hal. Saat ini ada banyak anak yang tidak mampu atau
bahkan tidak ingin mempelajari matematika karena merasa matematika sulit dan
tidak menyenangkan, akibatnya proses pembelajaran matematika yang salah dan
sangat membebani anak. Salah satu penyebab mengapa siswa menganggap
matematika itu sulit karena siswa belum memahami konsep dari materi-materi
yang sedang dipelajari. Sehingga siswa mengalami kesulitan dalam belajar materi
selanjutnya. Pemahaman dalam pembelajaran matematika sudah seharusnya
ditanamkan kepada setiap siswa oleh guru yang berperan sebagai pendidik.
Karena, tanpa pemahaman siswa tidak dapat mengaplikasikan prosedur, konsep
ataupun proses. Belajar matematika bukan dimulai dari menghafalkan rumus-
rumus yang jumlahnya tak terhitungkan. Namun, inti dari pembelajaran
matematika adalah pemahaman.

1
Pembelajaran matematika bukan hanya berorientasi pada hasil akhir,
melainkan lebih menekankan pada proses selama kegiatan belajar-mengajar
berlangsung. Sehingga siswa tidak hanya mampu menyelesaikan sebuah soal
dalam matematika, tepai juga mampu memberikan penjelajasan dan interpretasi
terhadap apa yang dipelajari. Belajar matematika bagi para siswa merupakan
pembentukan pola pikir dalam pemahaman suatu pengertian maupun dalam
penalaran suatu hubungan di antara pengertian-pengertian tersenut. Di samping
itu, siswa diharapkan dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika
dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan
yang penekanannya pada penataan nalar dan pembentukan sikap siswa serta
ketrampilan dalam penerapan matematika.
Berdasarkan hasil pengamatan di SMP Negeri 1 Sewon Bantul kelas VII A
pemahaman konsep matematika siswa masih rendah. Hal ini terlihat siswa lebih
suka menghafalkan rumusnya daripada memahami konsepnya. Inilah yang banyak
dilakukan oleh para siswa khususnya dalam pembelajaran matematika Masalah
lainnya adalah dalam pembelajaran matematika masih perpusat pada guru
sehingga aktivitas siswa dalam kegiatan belajar hanya sedikit. Mereka cenderung
melakukan aktifitasnya sendiri-sendiri yang mereka anggap lebih seru bahkan
mereka tidur atau mengobrol dengan teman sebangkunya tanpa mereka
mendengarkan apa yang dijelaskan guru di depan kelas. Padahal salah satu
kegagalan dalam pembelajaran matematika adalah tidak pahamnya siswa terhadap
konsep-konsep dalam matematika. Siswa juga harus dapat menerapkan konsep-
konsep tersebut dalam kehidupannya sehari-hari. Tidak hanya paham saja tanpa
bisa menerapkannya dalam kehidupan nyata. Selain itu, siswa masih mengalami
kesulitan saat menjawab variasi soal yang berbeda walaupun pada materi soalnya
sama.
Dalam meningkatkan upaya kemampuan matematika seperti yang
diharapkan, guru perlu mempersiapkan dan mengatur strategi penyampaiaan
materi matematika kepada siswa. Hal ini dilakukan selain untuk mempersiapkan
pedoman bagi guru dalam penyampaiaan materi, juga agar setiap langkah kegiatan
pencapaian kompetensi untuk siswa dapat dilakukan secara bertahap, sehingga

2
diperoleh hasil pembelajaran matematika yang optimal. Untuk melaksanakan
pembelajaran matematika seperti di atas, diperlukan beberapa kecakapan guru
untuk memilihkan suatu metode pembelajaran yang tepat, baik untuk materi
ataupun situasi dan kondisi pembelajaran saat itu. Sehingga pembelajaran tersebut
dapat merangsang siswa untuk memperoleh kompetensi yang diharapkan. Proses
pembelajaran dapat diikuti dengan baik dan menarik perhatian siswa apabila
menggunakan metode yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa dan sesuai
dengan materi pembelajaran.
Mengacu pada permasalahan di atas, peneliti tertarik mengujicobakan
metode pembelajaran yang memudahkan siswa dalam memahami suatu konsep.
Metode yang dilakukan adalah dengan metode pembelajaran penemuan
terbimbing. Model pembelajaran penemuan terbimbing (Guided Discovery
Learning) merupakan kegiatan pememuan yang masih membutuhkan keterlibatan
guru dalam proses pembelajaran, di mana masalah dikemukakan oleh guru atau
bersumber dari buku teks kemudian siswa berpikir untuk menemukan jawaban
terhadap masalah tersebut di bawah bimbingan intensif guru. Sehingga siswa
dapat mudah paham akan konsep matematika yang disampaikan.
Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah bangun ruang sisi
datar, karena menggunakan penemuan terbimbing memudahkan siswa untuk
belajar menemukan sendiri cara atau metode menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan adalah bangun ruang sisi datar melalui langkah-langkah yang
disajikan oleh guru dalam LKS, sehingga apa yang telah dilakukannya akan lebih
lama membekas karena siswa dilibatkan proses menemukan.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk penelitian
tindakan kelas untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika
melalui model pembelajaran penemuan terbimbing (Guided Discovery Iearning)
dalam materi pokok bangun ruang sisi datar siswa kelas VIII A SMP Negeri 1
Sewon Bantul.

3
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat diidentifikasi berbagai
masalah yang berkaitan dengan pembelajaran matematika sebagai berikut: .
1. Pembelajaran matematika yang dilaksanakan di kelas VIII A SMP N 1 Sewon
Bantul belum melibatkan siswa secara aktif. Sehingga siswa cenderung
melakukan aktifitasnya sendiri-sendiri yang mereka anggap lebih seru.
2. Siswa kelas VIII A SMP N 1 Sewon Bantul kurang tertarik dan kurang
memperhatikan aktivitas pembelajaran di kelas .
3. Pemahaman konsep matematika siswa kelas VIII A SMP N 1 Sewon Bantul
belum optimal.
4. Siswa kelas VIII A SMP N 1 Sewon Bantul masih mengalami kesulitan saat
menjawab variasi soal yang berbeda walaupun pada materi soalnya sama.

C. Pembatasan Masalah
Mengingat begitu kompleksnya permasalahan, maka tidak semua
permasalahan dapat dibahas secara keseluruhan Pembatasan masalah diperlukan
agar penelitian lebih efektif, efisien, terarah dan dapat dikaji lebih mendalam.
Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini difokuskan pada:
1. Pembelajaran matematika dengan menerapkan model pembelajaran
penemuan terbmbing (Guided Discovery Iearning)
2. Kemampuan pemahaman konsep matematika dalam pembelajaran
matematika meliputi: menghubungkan konsep matematika dengan situasi
nyata atau dalam kehidupan sehari-hari, memecahkan masalah yang
berkenaan dengan konsep tersebut dan mengerjakan soal di depan kelas.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan
pembatasan masalah, maka dapat dirumuskan masalah penelitian adalah:
Bagaimanakah Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep
Matematika melalui Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing (Guided
Discovery Learning) dalam Materi Pokok Bangun Ruang Sisi Datar Siswa Kelas
VIII A SMP Negeri 1 Sewon Bantul?

4
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah
untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika melalui model
pembelajaran penemuan terbimbing (Guided Discovery Learning) dalam materi
pokok bangun ruang sisi datar siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Sewon Bantul.

F. Manfaat Hasil Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat diantaranya
sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Sebagai batu pijakan untuk mengembangkan penelitian-penelitian
yang akan datang mengenai model pembelajaran penemuan terbimbing
(Guided Discovery Learning).
Bagi siswa
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1) Meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa kelas VIII A
SMP N 1 Sewon.
2) Memudahkan siswa untuk mengaplikasikan konsep matematika
yang sudah dipelajari ke kehidupan sehari-hari.
b. Bagi pendidik
1) Memberikan informasi tentang penerapan model pembelajaran
penemuan terbimbing (Guided Discovery Learning).
2) Memberikan referensi mengenai model pembelajaran yang dapat
meningkatkan pemahaman konsep siswa
c. Bagi peneliti
1) Menambah pengetahuan peneliti tentang model pembelajaran
penemuan terbimbing (Guided Discovery Learning).
2) Mengetahui model pembelajaran yang dapat meningkatkan
pemahaman konsep siswa
d. Bagi sekolah
Membantu sekolah dalam menambah kajian tentang metode
pembelajaran sehingga sekolah bersedia memberikan bantuan dan
dorongan kepada para guru untuk melakukan pembaharuan dalam
pembelajaran.

5
6
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Diskripsi Teori
1. Pengertian Belajar
Menurut Skinner dalam Muhibin syah (2002: 90) belajar merupakan
suatu proses adaptasi atau penyesuaiaan tingkah laku yang berlangsung secara
progesif. Gagasan Gagne yang dikutip oleh Syaiful Sagala (2012: 17)
mengatakan bahwa belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan
manusia yang terjadi setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya
disebabkan oleh proses pertumbuhan saja. Jadi belajar terjadi apabila suatu
situasi stimulan bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian
rupa sehingga perbuatannya berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi
itu ke waktu setelah ia mengalami situasi tadi.
Menurut Hilgard dalam Wina Sanjaya (2010: 110) mengatakan bahwa
belajar itu adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan
baik latihan di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah.
Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan. Belajar proses mental
yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya
perubahan perilaku. Aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi
individu dengan lingkungan yang disadari.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa belajar
merupakan proses perubahan tingkah laku siswa yang dialami melalui
pengalaman di kelas yang dilaksanakan secara terus menerus dalam mencapai
kompetensi (aspek kognitif, afektif, dan psikomotor) yang diharapkan dengan
perencanaan yang tepat. Keterlaksanaan proses belajar dalam siswa
dipengaruhi faktor intern (melalui aspek kognitif, afektif, dan psikomotor)
serta faktor ekstern (situasi dalam kondisi lingkungan belajar).
2. Pembelajaran matematika
Kata pembelajaran merupakan bisa dikatakan diambil dari kata
instruction yang berarti serangkaian kegiatan yang dirancang untuk

7
memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Pembelajaran dikatakan
upaya untuk siswa dalam bentuk kegiatan memilih, menetapkan, dan
mengembangkan metode dan strategi yang optimal untuk mencapai hasil
belajar yang diinginkan (Ali Hamzah dan Muhlisrarini, 2014: 42). Suatu
pembelajaran tidak hanya stimulus awal saja, tetapi merupakan kumpulan
berbagai jenis stimulasi eksternal dan internal yang menimbulkan aktivitas
dan mempengaruhi sejumlah proses belajar yang berbeda.
Pasal 1 butir 20 UU No. 20 tahun 2003 tentang sisdiknas dalam Ali
Hamzah dan Muhlisrarini (2014: 42) pembelajaran adalah suatu proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Ada lima komponen pembelajaran yaitu: interaksi, peserta
didik, sumber belajar, dan lingkungan belajar. Jadi kegiatan pembelajaran
adalah suatu proses interaksi antara komponen- komponen belajar.
Sedangkan matematika berasal dari akar kata mathema artinya
pengetahuan, mathanein artinya berpikir atau belajar. Dalam Kamus Bahasa
Indonesia diartikan matematika adalah ilmu tentang bilangan hubungan
antara bilangan dan prosedur oerasional yang digunakan dalam penyelesaiaan
masalah mengenai bilangan. Menurut Sukardjono dalam Ali Hamzah dan
Muhlisrarini (2014, 48) matematika adalah cara atau metode berpikir dan
bernalar, bahasa lambang yang dapat dipahami oleh semua bangsa berbudaya,
seni seperti musik penuh dengan simetri, pola, dan irama yang dapat
menghibur, alat bagi pembuat peta arsitek, navigator angkasa luar, pembuat
mesin, dan akuntan. Jadi matematika adalah ratunya ilmu karena matematika
dapat digunakan dalam berbagai bidang ilmu.
Berdasarkan definisi pembelajaran dan matematika di atas, dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah interaksi siswa pada
aspek pemahaman konsep dan mengkontruksi pengetahuan baru dalam mata
pelajaran matematika di mana setap disiplin ilmu yang berada dalam lingkup
matematika memiliki keterkaitan.

3. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika

8
Kemampuan pemahaman konsep merupakan suatu aspek yang sangat
penting dalam pembelajaran, karena dengan memahami konsep siswa dapat
mengembangkan kemampuannya dalam setiap materi pelajaran matematika.
Pemahaman konsep terdiri dari dua kata yaitu pemahaman dan konsep.
Menurut Sumarno (dalam Nila Kusumawati, 2008: 230) Pemahaman
diartikan dari kata understanding dimana derajat pemahaman ditentukan oleh
tingkat keterkaitan suatu gagasan, prosedur atau fakta matematika dipahami
secara menyeluruh jika hal-hal tersebut membentuk jaringan dengan
keterkaitan yang tinggi. Dan konsep diartikan sebagai ide abstrak yang dapat
digunakan untuk menggolongkan sekumpulan objek (Depdiknas, 2003: 18).
Jadi pemahaman konsep adalah suatu pemahaman ditentukan oleh tingkat
keterkaitan suatu gagasan, prosedur atau fakta matematika yang dipahami
secara menyeluruh yang dapat digunakan untuk menggolongkan sekumpulan
objek.
Pemahaman konsep merupakan dasar utama dalam pembelajaran
matematika. Karena pembelajaran matematika itu memerlukan pemahaman
terhadap konsep-konsep. Pemahaman terhadap konsep-konsep ini akan
menghasilkan teorema atau rumus. Agar konsep-konsep dan teorema-teorema
dapat diaplikasikan ke situasi yang lain, perlu adanya keterampilan
menggunakan konsep-konsep dan teorema-teorema tersebut. Oleh karena itu,
pembelajaran matematika harus ditekankan ke arah pemahaman konsep.
Suatu konsep yang dikuasai siswa semakin baik apabila disertai dengan
pengaplikasian dalam kehidupan sehari-hari. Siswa dikatakan telah
memahami konsep apabila ia telah mampu mengabstraksikan sifat yang sama,
yang merupakan ciri khas dari konsep yang dipelajari, dan telah mampu
membuat generalisasi terhadap konsep tersebut.
Menurut Duffin & Simpson (dalam Nila Kesumawati, 2008: 230)
kemampuan pemahaman konsep sebagai kemampuan siswa untuk:
a. Menjelaskan konsep, dapat diartikan siswa mampu untuk
mengungkapkan kembali apa yang telah dikomunikasikan
kepadanya.
b. Menggunakan konsep pada berbagai situasi yang berbeda dan

9
c. Mengembangkan beberapa akibat dari adanya suatu konsep, dapat
diartikan bahwa siswa paham terhadap suatu konsep akibatnya siswa
mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan setiap masalah
dengan benar.
Sedangkan menurut Depdiknas (dalam Nila Kusemawati, 2008: 231)
mengungkapkan bahwa, pemahaman konsep merupakan salah satu kecakapan
atau kemahiran matematika yang diharapkan dapat tercapai dalam belajar
matematika yaitu dengan menunjukkan pemahaman konsep matematika yang
dipelajarinya, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan
konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam
pemecahan masalah.
Siswa dikatakan memahami konsep jika siswa mampu mendefinisikan
konsep, mengidentifikasi dan memberi contoh atau bukan contoh dari konsep,
mengembangkan kemampuan koneksi matematik antar berbagai ide,
memahami bagaimana ide-ide matematik saling terkait satu sama lain
sehingga terbangun pemahaman menyeluruh, dan menggunakan matematik
dalam konteks di luar matematika. Sedangkan siswa dikatakan memahami
prosedur jika mampu mengenali prosedur (sejumlah langkah-langkah dari
kegiatan yang dilakukan) yang didalamnya termasuk aturan algoritma atau
proses menghitung yang benar.

4. Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing (Guide Discovery Learning)


Menurut Suryobroto (dalam Ali Hamzah dan Muhlisrarini,2014: 247)
Metode discovery diartikan sebagai suatu prosedur mengajar yang
mementingkan pengajaran perseorangan, manipulasi objek dan lain-lain,
sebelum sampai ke generalisasi. Metode discovery merupakan komponen dari
praktik pendidikan yang meliputi metode mengajar yang memajukan cara
belajar aktif, berorientasi pada proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri,
dan reflektif. Jadi siswa diajak untuk aktif menemukan suatu penyelesaian
dari masalah yang diberikan oleh guru, dalam proses penemuan itu adanya
proses pembelajaran yang lebih bermakna. Pembelajaran bermakna tentunya

10
konsep pengetahuannya akan lebih lama tertanam dalam diri siswa daripada
belajar dengan cara menghafal.
Suryosubroto (2009: 193) mengutip pendapat Sund (1975) dalam Ali
Hamzah dan Muhlisrarini (2014: 247) menyatakan bahwa metode discovery
adalah proses mental di mana siswa mengasimilasi suatu konsep atau suatu
prinsip. Proses mental tersebut misalnya mengamati, menggolong-golongkan,
membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan
sebagainya. Penggunaan metode discovery dalam proses belajar mengajar,
memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi yang secara
tradisional biasa diberitahukan atau diceramahkan saja.
Menurut Ali Hamzah dan Muhlisrarini (2014: 298) metode penemuan
atau discovery adalah suatu cara untuk menyampaikan ide/ gagasan melalui
proses menemukan. Peserta didik menemukan sendiri pola-pola dan struktur
matematika melalui sederetan pengalaman belajar yang lampau. Keterangan-
keterangan yang harus dipelajari peserta didik tidak disajiakan dalam bentuk
final karena peserta didik diwajibkan untuk melakuakan aktivitas kegiatan
mental untuk memahami keterangan yang dipelajari. Metode ini dapat
memajukan cara belajar aktif, berorientasi terhadap proses, mengarahkan
sendiri, mencari sendiri dan reflektif.
Berdasarkan uraian di atas, metode penemuan yang lebih efektif untuk
digunakan untuk menyampaikan materi pembelajaran adalah metode
penemuan terbimbing. Metode penemuan terbimbing merupakan kegiatan
pememuan yang masih membutuhkan keterlibatan guru dalam proses
pembelajaran, di mana masalah dikemukakan oleh guru atau bersumber dari
buku teks kemudian siswa berpikir untuk menemukan jawaban terhadap
masalah tersebut di bawah bimbingan intensif guru.
Dalam menerapkan model pembelajaran penemuan terbimbing, guru
hendaknya mampu merumuskan lagkah-langkah pembelajaran sesuai dengan
tingkat perkembangan kompetensi dasar yang dimiliki siswa. Sesuai dengan
masih dibutuhkannya peran guru dalam proses pembelajaran tersebut.
Menurut Markaban (2006: 16) agar pelaksanaan metode penemuan

11
terbimbing ini dapat berjalan dengan lancar dan efektif, ada beberapa
langkah-langkah yang harus ditempuh oleh guru adalah sebagai berikut:
1. Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan data
yang secukupnya, perumusannya harus jelas, hindari pertanyaan yang
menimbulkan salah penafsiran dari siswa sehingga arah yang ditempuh
siswa tidak salah.
2. Data yang diberikan guru, siswa menyususn, memproses,
mengorganisir, dan menganalisis data tersebut. Dalam hal ini bimbingan
dari guru dapat diberikan sejauh yang diperlukan saja. Bimbingan ini
sebaiknya mengarahkan siswa untuk melangkah ke arah yang hendak
yang dituju, melalui pertanyaan-pertanyaan, atau LKS.
3. Siswa menyususun konjektur (pemikiran) dari hasil analisis yang
dilakukan.
4. Bila dipandang perlu konjektur yang telah dibuat siswa tersebut
dikoreksi oleh guru. Hal ini penting dilakukan untuk menyakinkan
kebenaran pikiran siswa, sehingga akan menuju arah yang hendak
dicapai.
5. Apabila telah diperoleh tentang kepastian konjektur tersebut, maka
verbalisasi konjektur hendaknya diserahkan juga kepada siswa untuk
menyusunnya. Di samping itu perlu diingat pula bahwa induksi tidak
menjamin 100% kebenaran konjektur.
6. Sesudah siswa menemukan apa yang dicari, hendaknya guru
menyediakan soal latihan atau soal tambahan untuk memeriksa apakah
hasil penemuan itu benar.

Langkah-langkah pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing


ini dapat dijadikan acuan untuk guru dalam melaksanakan pembelajaran
penemuan terbimbing di kelas.
Dalam metode penemuan terbimbing memiliki beberapa kelebihan dan
kelemahan.Menurut Ali Hamzah dan Muhlisrarini (2014: 270-271)
mengungkapkan kelebihan dari penemuan terbimbing adalah sebagai berikut:
1. Membantu siswa mengenbangkan dan memperbanyak persediaanya dan
penguasaan ketrampilan dan proses kognitif siswa.
2. Pengetahuan diperoleh dari strategi ini sifatnya sangat pribadi dan
mungkin merupakan pengetahuan yang sangat kukuh, dalam arti
pendalaman dari pengertian retensi dan transfer.
3. Strategi penemuan membangkitkan gairah belajar para siswa.
4. Memberi kesempatan pada siswa untuk bergerak maju sesuai dngan
kemampuannya.
5. Siswa dapat mengarahkan sendiri cara belajarnya sehingga lebih merasa
terlibat dan termotivasi dalam belajar.

12
6. Membantu memperkuat pribadi siswa dalam bertambahnya
kepercayaan diri pada siswa.
7. Berpusat pada siswa.
8. Membantu siswa menuju skeptisme yang sehat untuk menemukan
kebenaran akhir yang mutlak.

Dalam menerapkan metode penemuan terbimbing ini, diharapkan siswa


dapat memecahkan permasalahan yang dihadapinya nanti dan pemahaman
siswa terhadap materi tertentu yang telah diperolehnya lebih lama membekas
karena siswa dilatih untuk mencari dan menemukan sendiri permasalahannya.

Namun selain itu Ali Hamzah dan Muhlisrarini (2014: 271)


mengungkapkan kelemahan dari penemuan terbimbing adalah sebagai berikut:
a. Siswa yang lamban mungkin bingung dalam usahanya
mengembangkan pikiranya jika dihadapkan.
b. Kurang berhasil untuk mengajar kelas besar.
c. Mungkin mengecewakan guru atau siswa yang terbiasa dengan
perencanaan dan pengajaran secara tradisional.
d. Dipandang terlalu mementingkan dalam memperoleh pengertian dan
kurang memerhatikan dibolehkannya sikap dan ketrampilan.
e. Dalam beberapa ilmu, fasilitas yang dibutuhkan untuk mencoba ide-
ide mungkin tidak ada.

Dalam menerapkan penemuan terbimbing ini, peneliti mempunyai


solusi untuk menanggulangi kelemahan metode tersebut yaitu memilih materi
yang cocok untuk menggunakan metode ini, menyesuaikan langkah-langkah
pembelajaran, soal dan LKS yang sesuai dengan kebutuhan siswa,
membimbing siswa secara perlahan bagi siswa yang mengalami kesulitan,
pembagian setiap kelompok diusahakan tidat terlalu banyak untuk anggota
perkelompok cukup 3 atau 4 orang saja.

B. Materi Pokok
Adapun materi yang dibahas peneliti dalam penelitian yaitu pada materi
bangun ruang sisi datar. Dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar yaitu:
1. Kompetensi Inti
KI 1 : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya

13
KI 2 : Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli (toleran, gotong royong), santun, percaya diri dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan
alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
KI 3 : Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual,
konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait
fenomena dan kejadian tampak mata
KI 4 : Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret
(menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan
membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca,
menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan
yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam
sudut pandang/teori.

2. Kompetensi Dasar
4. 1 Menunjukkan sikap logis, kritis, analitik, konsisten dan teliti ,
bertanggung jawab, responsif, dan tidak mudah menyerah dalam
memecahkan masalah.
Indikator:
Siswa diharapkan mampu :
2.1.1. Berfikir logis dalam memecahkan masalah
2.1.2. Berfikir kritis dalam memecahkan masalah
2.1.3. Bertanggung jawab secara individu dalam memecahkan
masalah
2.1.4. Bertanggung jawab secara kelompok dalam memecahkan
masalah
4. 2 Memiliki rasa ingin tahu, percaya diri dan ketertarikan pada matematika
serta memiliki rasa percaya pada daya dan kegunaan matematika, yang
terbentuk melalui pengalaman belajar.
Indikator:
Siswa diharapkan mampu :
2.2.1. Menunjukkan rasa ingin tahu selama proses pembelajaran
2.2.2. Menunjukkan rasa percaya diri selama proses pembelajaran

14
4. 3 Memiliki sikap terbuka, santun, objektif, menghargai pendapat dan
karya teman dalam interaksi kelompok maupun aktivitas sehari-hari.
Indikator:
Siswa diharapkan mampu :
2.3.1. Menghargai pendapat dan karya orang lain dalam interaksi
kelompok maupun aktivitas sehari-hari
3.10. Menurunkan rumus untuk menentukan luas permukaan dan volume
bangun ruang sisi datar (kubus, balok, prisma, dan limas)
Indikator:
Siswa diharapkan mampu :
3.11.1. Menentukan rumus luas permukaan bangun ruang sisi datar
(kubus, balok, prisma, dan limas)
3.11.2. Menentukan volume bangun ruang sisi datar (kubus, balok,
prisma, dan limas)
3.11. Menjelaskan hubungan antara diagonal ruang, diagonal bidang, dan
bidang diagonal dalam bangun ruang sisi datar
Indikator:
Siswa diharapkan mampu :
3.11.1. Mengidentifikasikan hubungan antara diagonal ruang,
diagonal bidang, dan bidang diagonal dalam bangun ruang
sisi datar
4. 10 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas permukaan dan
volume bangun ruang sisi datar (kubus, balok, prima dan limas), serta
gabungannya.
4.10.1. Menggunakan rumus luas permukaan bangun ruang sisi
datar (kubus, balok, prima dan limas) untuk menyelesaikan
masalah
4.10.2. Menggunakan rumus volume bangun ruang sisi datar
(kubus, balok, prima dan limas) untuk menyelesaikan
masalah
4. 11 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan sudut pusat, sudut keliling,
panjang busur, dan luas juring

15
4.11.1. Menggunakan konsep yang berkaitan dengan sudut pusat,
sudut keliling, panjang busur, dan luas juring dalam
memecahkan masalah
3. Uraian materi
a. Kubus
Kubus adalah bangun ruang yang semua sisinya berbentuk persegi dan
semua rusuknya sama panjang.

Unsur-unsur kubus antara lain:


a. Sisi/ bidang
Sisi kubus adalah bidang yang membatasi kubus. Kubus memiliki
6 buah sisi yang semuanya berbentuk persegi, yaitu ABCD (sisi
bawah), EFGH (sisi atas), ABFE (sisi depan), CDHG (sisi belakang),
BCGF (sisi samping kiri), dan ADHE (sisi samping kanan).
b. Rusuk
Rusuk adalah garis potong antara dua sisi bidang kubus dan terlihat
seperti kerangka yang menyusun kubus. Kubus memiliki 12 buah
rusuk yaitu AB, BC, CD, DA,EF, FG, GH, HE, AE, BF, CG, dan DH.
c. Titik sudut
Titik sudut kubus adalah titik potong antara dua rusuk. Kubus
memiliki 8 buah titik sudut, yaitu titik A, B, C,D, E, F, G, dan H.
d. Diagonal bidang

Diagonal bidang adalah ruas garis yang menghubungkan dua


titik sudut dalam satu bidang. Kubus memiliki 12 buah diagonal
bidang, salah satu contoh diagonal bidang adalah AF.

e. Diagonal ruang

16
Diagonal ruang adalah ruas garis yang menghubungkan dua
titik sudut yang saling berhadapan. Kubus memiliki 8 buah diagonal
ruang, misal ruas garis HB.

f. Bidang diagonal
Bidang diagonal adalah bidang yang dibatasi oleh dua buah rusuk
dan dua buah diagonal bidang.kubus memiliki 4 buah bidang
diagonal, misal bidang diagonal ACGE.

Jaring-jaring kubus yaitu :

Luas permukaan kubus = luas juring juring kubus

= 6 x (s xs)

= 6 x s2

Volume kubus = panjang rusuk panjang rusuk panjang rusuk


=rr r
= r3
b. Balok
Balok adalah suatu bangun ruang yang dibatasi oleh 6 persegi
panjang , di mana setiap sisi persegi panjang berimpit dengan tepat satu
sisi persegi panjang yang lain dan persegi panjang yang sehadap adalah
kongruen.

Unsur-unsur balok antara lain:

17
a. Sisi/ bidang
Sisi balok adalah bidang yang membatasi balok. Balok memiliki 6
buah sisi, yaitu ABCD (sisi bawah), EFGH (sisi atas), ABFE (sisi
depan), CDHG (sisi belakang), BCGF (sisi samping kiri), dan ADHE
(sisi samping kanan).
b. Rusuk
Rusuk adalah garis potong antara dua sisi bidang balok dan terlihat
seperti kerangka yang menyusun balok. balok memiliki 12 buah rusuk
yaitu AB, BC, CD, DA,EF, FG, GH, HE, AE, BF, CG, dan DH.
c. Titik sudut
Titik sudut kubus adalah titik potong antara dua rusuk. Balok
memiliki 8 buah titik sudut, yaitu titik A, B, C,D, E, F, G, dan H.
d. Diagonal bidang

Diagonal bidang adalah ruas garis yang menghubungkan dua


titik sudut dalam satu bidang. Balok memiliki 12 diagonal bidang,
salah satu contoh diagonal bidang adalah AF.

e. Diagonal ruang

Diagonal ruang adalah ruas garis yang menghubungkan dua


titik sudut yang saling berhadapan. Balok memiliki 8 buah diagonal
ruang misal ruas garis HB.

f. Bidang diagonal
Bidang diagonal adalah bidang yang dibatasi oleh dua buah rusuk dan dua
buah diagonal bidang. Balok memiliki 4 buah bidang diagonal, misal
bidang diagonal ACGE.

Jaring-jaring balok

18
Luas permukaan balok = luas persegipanjang 1 + luas persegipanjang 2 +
luas persegipanjang 3 ++ luas persegipanjang 4 +

luas persegipanjang 5 + luas persegipanjang 6


= (p l) + (p t) + (l t) + (p l) + (l t) + (p
t)
= (p l) + (p l) + (l t) + (l t) + (p t) + (p
t)
= 2 (p l) + 2(l t) + 2(p t)
= 2 ((p l) + (l t) + (p t)
= 2 (pl+ lt + pt)

Jadi, luas permukaan balok = 2(pl + lt + pt)

Rumus untuk mencari volume balok adalah

Volume balok = panjang x lebar x tinggi


=pxlxt

c. Prisma

Prisma adalah bangun ruang yang memiliki sepasang bidang sejajar


dan kongruen yang merupakan alas dan tutup. Sedangkan bidang-bidang
lainnya diperoleh dengan menghubungkan titik-titik sudut dari dua bidang
yang sejajar.

Unsur-unsur prisma antara lain:


a. Sisi/ bidang

19
Sisi prisma adalah bidang yang membatasi prisma. Prisma
segienam memiliki 8 sisi , yaitu ABCDEF (sisi alas), GHIJKL (sisi
atas), BCIH (sisi depan), FEKL (sisi belakang), ABHG (sisi depan
kanan), AFLG (sisi belakang kanan), CDJI (sisi depan kiri), dan DEKJ
(sisi belakang kiri).
b. Rusuk
Rusuk adalah garis potong antara dua sisi bidang prisma dan
terlihat seperti kerangka yang menyusun prisma. Prisma segienam
memiliki 18 buah, 6 di antaranya adalah rusuk tegak. Rusuk-rusuk
tersebut adalah AB, BC, CD, DE, EF, FA, GH, HI, IJ, JK, KL, LG, dan
rusuk-rusuk tegaknya adalah AG, BH, CI, DJ, EK, FL
c. Titik sudut
Titik sudut prisma adalah titik potong antara dua rusuk. Prisma
segienam memiliki 12 buah titik sudut, yaitu titik A, B, C, D,E, F, G,
H, I, J, K, dan L
d. Diagonal bidang

Diagonal bidang adalah ruas garis yang menghubungkan dua


titik sudut dalam satu bidang. Misal ruas garis AB

e. Diagonal ruang

Diagonal ruang adalah ruas garis yang menghubungkan dua


titik sudut yang saling berhadapan. Misal diagonal ruang AJ.

f. Bidang diagonal
Bidang diagonal adalah bidang yang dibatasi oleh dua buah rusuk dan dua
buah diagonal bidang. Jaring-jaring Prisma

20
Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaann


nnnnnnnnn

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

Pengamatan

Volume Pr isma = luas alas tinggi


d. Limas

21
Bangun ruang yang memiliki bidang samping yang berbentuk
segitiga disebut lbangun limas.

Unsur-unsur limas:
a. Sisi/ bidang
Sisi limas adalah bidang yang membatasi limas. Limas segimepat
memiliki 5 sisi , yaitu ABCD (sisi alas), ABE (sisi depan), DCE (sisi
belakang), BCE (sisi samping kiri), dan ADE (sisi samping kanan)..
b. Rusuk
Rusuk adalah garis potong antara dua sisi bidang limas dan terlihat
seperti kerangka yang menyusun limas. limas segiepat memiliki 8
buah, Rusuk alasnya adalah AB, BC, CD, dan DA. Adapun rusuk
tegaknya adalah AE, BE, CE, dan DE
c. Titik sudut
Titik sudut limas adalah titik potong antara dua rusuk. Jumlah titik
sudut suatu limas sangat bergantung pada bentuk alasnya. Setiap limas
memiliki titik puncak (titik yang letaknya atas).

C. Penelitian yang relevan


Ada beberapa penelitian terdahulu yang relevan yang dijadikan referensi
bagi peneliti, diantaranya:
1. Berdasarkan penelitian yang dilakuakan oleh Alina Rikhuna Risnawati.
(2014) dalam skripsinya yang berjudul Upaya meningkatkan Pemahaman
Konsep Matematika melalui Pendekatan Guided Discovery Learning pada
siswa kelas VII A SMP Negeri 2 Sewon. Menyimpulkan bahwa penggunaan
Pendekatan Guided Discovery Learning dapat meningkatkan pemahaman
konsep siswa kelas VII A SMP Negeri 2 Sewon. Hal ini dibuktikan dari rata-
rata hasil tes yang dilaksanakan sebelum dilakukan tindakan sebesar 42,44
(kriteria kurang) dengan ketuntasan 3,70% (kriteria rendah) meningkat
menjadi 52,57 (kriteria cukup) dengan ketuntasan 3,33% pada siklus I

22
meningkat lagi menjadi 82,12( kriteria tinggi) dengan ketuntasan 81,48%
(kriteria tinggi) pada siklus II. Keterlaksanaan pembelajaran dilihat dari hasil
observasi guru sebesar 84,21% (kriteria tinggi) pada siklus I meningkat
menjadi 94,74% (kriteria tinggi) pada siklus II dan keterlaksanaan
pembelajaran siswa sebesar 50,42% (kriteria cukup) pada siklus I meningkat
menjadi 88,54% (kriteria tinggi) pada siklus II
2. Berdasarkan penelitian yang dilakuakan oleh Devi Ellita (2015) dalam
skripsinya yang berjudul Upaya Peningkatan Pemahaman Konsep
Matematika melalui Pendekatan Inkuiri Terbimbing siswa kelas VIII SMP
Negeri 4 Banguntapan. Menyimpulkan bahwa penggunaan Pendekatan
Inquiri terbimbing dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa kelas VII
A SMP Negeri 2 Sewon. Hal ini dapat dibuktikan pada siklus I sebesar
79,41% (Kategori tinggi) pada siklus II sebebesar 93,14% (Kategori tinggi)

Berdasarkan pada hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan, dapat


disimpulkan bahwa proses pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan hasil
belajar siswa dapat dilakukan dengan berbagai metode dan pendekatan yang
berbeda sesuai dengan situasi dan kondisi siswa.

D. Kerangka Berpikir
Dalam pembelajaran matematika masih banyak siswa yang belum dapat
menyelesaikan soal dengan baik. Banyak faktor yang mempengruhi hal itu,
anatara lain kurangnya pemahaman konsep siswa, siswa tidak dapat memahami
soal secara benar, siswa tidak dapat memahami konsep yang harus digunakan,
siswa tidak dapat merencanakan strategi yang akan digunakan untuk
menyelesaikan soal dengan benar. Maka dari itu diperlukan suatu upaya guna
meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa.
Salah satu upaya yang dilakukan yakni melalui penerapan model
penemuan terbimbing dalam proses pembelajaran matematika di kelas. Dalam
penemuan terbimbing kegiatan pememuan yang dilakukan secara berkelompok
dan masih membutuhkan keterlibatan guru dalam proses pembelajaran, di mana
masalah dikemukakan oleh guru atau bersumber dari buku teks kemudian siswa

23
berpikir untuk menemukan jawaban terhadap masalah tersebut di bawah
bimbingan intensif guru. Dalam metode penemuan ini siswa belajar memberikan
respon terhadap masalah dan memecahkan masalah yang diberikan sehingga dapat
mengeksplorasi pemahaman konsep dan ketrampilan siswa dalam memecahkan
masalah.
Dalam tahap-tahap pelaksanaan pembelajaran penemuan terbimbing
terlihat bahwa siswa belajar bagaimana memahami konsep, lalu merencanakan
penyelesaiannya, menyelesaikan masalah sesuai perencanaan kemudian
mengevaluasi atau memeriksa kembali penyelesaian yang diperoleh, sehingga
diharapkan berpengaruh terhadap kemampuan pemahaman konsep. Berdasarkan
tahapan-tahapan dalam metode pemebelajaran terbimbing ini, siswa diharapkan
tidak hanya mendengar keterangan dari guru tetapi dapat berperan aktif untuk
menggali dan memeperkaya pemahaman mereka terhadap konsep-konsep yang
dipelajari sebelumnya.
Proses pengkontruksian konsep bisa dilakukan siswa dengan
mendiskusikannya dengan siswa lainya sehingga siswa pun akan mengalami
proses sosial. Melalui proses sosial siswa akan mendapat pengetahuan baru dari
siswa lainya dengan berbagi sudut pandang pemahaman yang berbeda. Salah satu
model pembelajaran yang memenuhi kriteria tersebut adalah model pembelajaran
penemuan terbimbing (Guided Discovery Learning). Melalui model pembelajaran
ini, siswa dilatih menemukan sendiri pemecahan masalah, saling bertukar
pendapat, serta saling bekerja sama untuk menemukan konsep yang menjadi
tujuan pembelajaran. Proses pembelajaran yang terjadi pun tidak hanya sebatas
anggota kelompok tetapi juga antar kelompok karena siswa mendapatkan
kesempatan untuk berbagi informasi dan pengetahuan dengan siswa lainya dengan
cara bertukar pendapat dengan kelompok lain. Dalam metode penemuan
terbimbing siswa memiliki kebebasan yang lebih besar untuk mengembangkan
segala ide dan kemampuannya melalui kegiatan mencoba-coba (trial and error).
Peran guru dalam metode pembelajaran ini hanyalah sebagai fasilitator. Guru
melayani dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan para siswa, namun bukan
memberitahukan jawaban secara langsung kepada mereka.

24
Penerapan model pembelajaran penemuan terbimbing (Guided Discovery
learning) dalam pembelajaran matematika dengan materi pokok bangun ruang sisi
datar yang akan dilakukan peneliti di kelas VIII A SMP N 1 Sewon diharapkan
dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa kelas VIII A. Hal ini penting
dilakukan, karena dengan paham akan suatu konsep, siswa akan dapat
menyelesaikan berbagai macam persoalan dan variasinya.

E. Hipotesis Tindakan
Dari teori - teori yang telah dikemukakan, hipotesis tindakan sebagai
dugaan awal, yaitu: Jika model pembelajaran penemuan terbimbing (Guided
Discovery Learning) di terapkan dalam pembelajaran, dapat meningkatkan
pemahaman konsep siswa kelas VIII A SMP N 1 Sewon, Bantul.

25
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
secara kolaboratif dan partisipatif. Kolabolatif yaitu peneliti bekerjasama dengan
guru matematika dan partisipatif yaitu peneliti membantu secara teknik
pelaksanaan pembelajaran, tetapi secara keseluruhan proses pembelajaran
dilaksanakan oleh guru. Guru dilibatkan sejak proses perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, hingga refleksi.
Menurut Wina Sanjaya (2009: 26) Penelitian Tindakan Kelas dapat
diartikan sebagai proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui
refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah dengan cara melakukan
berbagai tindakan dalam situasi nyata. Sehingga penelitian yang berjudul Upaya
Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep melalui model pembelajaran
penemuan terbimbing (Guided Discovery Leraning) dalam materi pokok
matematika bangun ruang sisi datar Siswa Kelas VIII A Di SMP N 1 Sewon
Bantul merupakan penelitian tindakan kelas. Tindakan yang diberikan dalam
penelitian ini menggunakan model pembelajaran penemuan terbimbing (Guided
Discovery Leraning). Penelitian tindakan ini dilakukan untuk meningkatkan
pemahaman konsep peserta.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Sewon Bantul yang berlokasi
di Jalan Parngtritis km 7. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - Maret
2016.

C. Subjek dan Objek Penelitian


Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII A SMP Negeri 1
Sewon Bantul yang berjumlah 30 siswa yang terdiri dari 17 siswa putri dan 13
siswa putra. Objek penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran penemuan

26
terbimbing (Guided Discovery Leraning) pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 1
Sewon Bantul .

D. Desain Penelitian
Penelitian ini direncanakan dalam tiga siklus, akan tetapi apabila hasil
yang diperoleh belum memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditetapkan,
maka dilanjutkan untuk siklus berikutnya. Banyak model yang dapat digunakan
sebagai pedoman dalam merancang dan melaksanakan penelitian tindakan kelas,
namun secara garis besar terdapat 4 tahapan yang lazim dilalui, yaitu perencanaan,
tindakan, pengamatan, dan refleksi. Desain penelitian ini merupakan model
penelitian tindakan kelas dengan skema Kemmis dan Taggart (Suharsimi
Arikunto, 2010: 137).

Gambar 3.1 Alur Pelaksanaan PTK (Suharsimi A. Dkk, 2010: 137).

Gambaran di atas menunjukkan bahwa pertama, sebelum melaksanakan


tindakan, terlebih dahulu peneliti harus merencanakan instrumen yang akan
digunakan. Kedua, setelah rencana disusun, tindakan dilakukan. Ketiga,
bersamaan dilaksanakannya tindakan, peneliti mengamati proses pelaksanaan itu
dan akibat yang ditimbulkannya. Keempat, berdasarkan hasil pengamatan tersebut
peneliti kemudian melakukan refleksi atas tindakan yang telah dilakukan. Jika
hasil refleksi menunjukkan perlunya perbaikan atas tindakan yang dilakukan,
maka rencana perlu disempurnakan agar tindakan yang dilakukan berikutnya tidak

27
sekedar mengolah apa yang telah dilakukan sebelumnya. Demikian seterusnya
sampai masalah yang diteliti dapat dipecahkan secara optimal. Hubungan keempat
ini dipandang sebagai satu siklus.
Adapun rancanagan penelitian tindakan kelas dalam setiap siklus adalah
sebagai berikut.
Siklus I
1. Perencanaan ( planning)
Peneliti menentukan perencanaan tindakan pembelajaran dengan
model pembelajaran Guided Discovery Learning di bawah bimbingan dosen
dan dikonsultasikan dengan guru matematika. Perencanaan tindakan tersebut
seperti:
a. Menyusun silabus tentang bangun ruang sisi datar
b. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) tentang bangun
ruang sisi datar dengan model pembelajaran Guided Discovery Learning
c. Menyusun lembar kerja siswa (LKS) tentang bangun ruang sisi datar
dengan model pembelajaran Guided Discovery Learning
d. Menyusun dan mempersiapkan lembar observasi proses pembelajaran
yang digunakan untuk mengamati keterlaksanaan pembelajaran dengan
model pembelajaran Guided Discovery Learning.
e. Menyusun pedoman wawancara untuk guru dan siswa.
f. Mempersiapkan lembar kegiatan siswa (LKS) yang digunakan untuk
memfasilitasi siswa dalam mempelajari materi bangun ruang sisi datar
sesuai dengan kompetensi dasar dalam rencana pelaksanaan
pembelajaran. LKS disusun sesuai dengan ketentuan dalam pembelajaran
dengan model pembelajaran Guided Discovery Learning.
g. Mempersiapkan soal tes siklus I yang digunakan untuk mengetahui
kemampuan pemahaman konsep matematika siswa setelah diberi
tindakan.
2. Pelaksanaan tindakan (acting)
Siswa melaksanakan pembelajaran kooperatif dengan model
pembelajaran Guided Discovery Learning sesuai dengan rencana
pembelajaran yang telah disusun. Pelaksanaan tindakan bersifat fleksibel

28
namun sesuai dengan tujuan pembelajaran. Pembelajaran ini terdiri dari 3
kegiatan yaitu:
Kegiatan awal
a. Guru memberi salam memppersilahkan siswa berdoa untuk mengawali
kegiatan belajar mengajar.
b. Guru menyampaikan materi yang akan dibahas serta menyampaikan
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
c. Guru menyampaikan motivasi sebelum pembelajaran dimulai.
d. Guru menyampaikan langkah-langkah yang harus ditempuh siswa selama
proses pembelajaran dengan model pembelajaran Guided Discovery
Learning
Kegiatan inti
a. Guru membagi siswa dalam kelompok terdiri dari 3-4 siswa.
b. Guru membagi lembar kegiatan siswa (LKS) dan meminta siswa untuk
mendiskusikan materi.
c. Guru membimbing siswa untuk merumuskan jawaban sementara
(hipotesis).
d. Guru meminta salah satu siswa mewakili kelompoknya untuk
mempresentasikan hipotesis yang telah dirumuskan bersama
kelompoknya.
e. Guru mengarahkan siswa pada satu jawaban yang benar setelah siswa
selesai menyampaikan hipotesisnya.
f. Untuk menguji hipotesis, guru meminta beberapa siswa mewakili
kelompoknya untuk mempresentasikan hasil diskusi.
Kegiatan akhir
a. Guru memberikan penguatan hasil presentasi
b. Guru membimbing siswa untuk menrik kesimpulan
c. Guru mengakhiri pelajaran dengn memberikan salam.
3. Pengamatan (Observing)
Pengamatan dilakukan selama pelaksanaan tindakan sebagai upaya
mengetahui jalanya pembelajaran. Pengamat (peneliti) mengamati aktifitas
siswa dan kegiatan guru pada proses kegiatan belajar
4. Refleksi (Reflecting)
Refleksi dilakuakn untuk evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan
setiap akhir pertemuan. Refleksi ini dilakukan dengan cara diskusi oleh

29
peneliti dan guru matematika yang bersangkutan mengenai kekurangan
maupun ketercapaian pembelakaran yang telah dilaksanakan. Hasil refleksi
ini sebagai pertimbangan perencanaan pembelajaran siklus selanjutnya.
Refleksi juga bertujuan sebagai fungsi kontrol jalanya penelitian agar berjalan
sesuai tujuan pembelajaran.

Siklus II
Pada siklus II tahap-tahap yang dilakukan sama dengan siklus I. Untuk
tindakan yang akan dilakukan pada siklus II berdasarkan pada hasil refleksi pada
siklus I, namun ada penekanan pada kegiatan pembelajarannya. Hal ini
ditunjukkan untuk memperbaiki keterangan yang ada pada pelaksanaan
pembelajaran siklus I. Siklus dihentikan apabila indikator keberhasilan sudah
tercapai.

Siklus III dan berikutnya


Pada siklus III tahap-tahap yang dilakukan sama dengan siklus II. Untuk
tindakan yang akan dilakukan pada siklus III berdasarkan pada hasil refleksi pada
siklus II, namun ada penekanan pada kegiatan pembelajarannya. Hal ini
ditunjukkan untuk memperbaiki keterangan yang ada pada pelaksanaan
pembelajaran siklus II. Siklus dihentikan apabila indikator keberhasilan sudah
tercapai.

E. Teknik Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang di gunakan dalam penelitian tindakan
kelas ini adalah sebagai berikut :
1. Observasi
Observasi merupakan teknik mengumpulkan data dengan cara
mengamati kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat
observasi tentang hal-hal yang akan diamati atau diteliti (Wina Sanjaya, 2009:
86). Tujuan utama observasi adalah mengumpulkan data dan informasi,
mengukur perilaku, tindakan dan kegiatan yang sedang dilaksanakan, serta

30
faktor-faktor lain yang dapat diamati. Kegiatan observasi dilakukan selama
proses pembelajaran berlangsung. Observasi dilaksanakan untuk mengamati
pelaksanaan proses pembelajaran melalui model pembelajaran penemuan
terbimbing (Guided Discovery Leraning).
2. Wawancara
Wawancara atau interview dapat diartikan sebagai teknik
mengumpulkan data dengan menggunakan bahasa lisan baik secara tatap muka
ataupun melalui saluran media tertentu (Wina Sanjaya, 2009: 96). Tujuan
wawancara adalah untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan secara
langsung. Dalam penelitian ini, metode wawancara dilakukan terhadap guru
dan siswa. Wawancara digunakan untuk mengetahui respon guru dan siswa
terhadap proses pembelajaran penemuan terbimbing (Guided Discovery
Leraning).
3. Catatan harian (Field note)
Catatan harian merupakan instrumen untuk mencatat segala peristiwa
yang terjadi sehubungan dengan tindakan yang dilakukan guru. Catatan harian
berguna untuk melihat perkembangan tindakan serta perkembangan siswa
dalam melakukan proses pembelajaran (Wina Sanjaya, 2009: 98).

4. Tes
Tes instrumen pengumpulan data untuk mengukur kemampuan siswa
dalam aspek kognitif, atau tingkat penguasaan materi pelajaran. sebagai alat
ukur dalam proses evaluasi, tes harus memiliki dua kriteria yaitu kriteria
validitas dan reliabilitas (Wina Sanjaya, 2009: 99). Tes pada penelitian ini
berfungsi untuk mengetahui kemampuan kognitif siswa dalam materi pokok
bahasan .Tes ini dilakukan setelah mendapat perlakuan tindakan dengan
penemuan terbimbing atau Guided Discovery Learning.
5. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan dengan cara mengambil foto siswa yang
digunakan untuk melengkapi data yang sudahada dan merekam kejadian di
kelas dan suasana kelas ketika aktivitas belajar berlangsung.

31
F. Instrumen Penelitian
Menyusun instrumen merupakan pekerjaan penting dalam penelitian
(Suharsimi Arikunto, 2010: 265). Penelitian dilakukan untuk menetahui
peningkatan pemahaman konsep siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Sewon Bantul
dalam pembelajaran matematika. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Observasi
Lembar observasi digunakan sebagai pedoman untuk melakukan
observasi atau pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran matematika
dengan penemuan terbimbing (Guided Discovery Learning) guna
memperoleh data penelitian. Dalam penelitian ini lembar observasi atau
pengamatan berfungsi untuk mengambil data tentang kegiatan guru dan siswa
dalam proses pembelajaran menggunakan penemuan terbimbing (Guided
Discovery Learning). Lembar observasi digunakan peneliti sebagai pedoman
dalam melakukan pengamatan. Lembar observasi disusun berdasarkan
langkah-langkah keterlaksanaan pembelajaran model penemuan terbimbing
(Guided Discovery Learning) berdasarkan indikator pemahaman konsep.
Berdasarkan langkah-langkah tersebut kemudian disusun kisi-kisi lembar
observasi yang selanjutnya dikembangkan menjadi butir-butir observasi.
Adapun butir- butir lembar observasi dapat dilihat pada tebel di bawah ini :

Tabel 1. Kisi- kisi lembar observasi kegiatan guru


No Aspek yang diamati Indikator No butir
1. Pendahuluan Guru membuka pelajaran dengan 1
salam dan berdoa
Guru menyampaikan tujuan 2
pembelajaran yang ingin dicapai
Guru menyampaikan apersepsi 3
Guru menyampaikan motivasi 4
sebelum pembelajaran dimulai
Guru menyampaikan langkah- 5
langkah pembelajaran yang
digunakan

32
2. Kegiatan inti Guru melakukan tanya jawab 6,7
a. Orientasi mengenai benda disekeliling kita
yang berbentuk seperti bangun
ruang sisi datar
Guru membagi siswa menjadi
beberapa kelompok, tiap kelompok
terdiri dari 4-5 siswa
b. Merumuskan Guru memberikan masalah 8,9
masalah mengenai bangun ruang sisi datar
Guru melakukan tanya jawab untuk
merangsang pemahaman siswa
c. Merumuskan Guru menggunakan kemampuan 10
hipotesis bertanyanya unruk merangsang
siswa dalam mengembangkan
kemampuan menebaknya
(hipotesis)
d. Mengumpulkan Guru meminta siswa untuk 11
data berdiskusi kelompok untuk
menyelesaikan permasalahan yang
ada di LKS
e. Menguji Guru meminta siswa untuk 12
hipotesis menyelesaikan permasalahan
mengenai bangun ruang sisi datar
f. Merumuskan Guru membimbing siswa dalam 13
kesimpulan menyimpulkan hasil kegiatan
3. Penutup Guru menyimpulkan secara garis 14
besar tentang pembelajaran yang
dilaksanakan
Guru menginformasikan materi 15
pembelajaran pada pertemuan
selanjutnya
Guru menutup kegiatan 16
pembelajaran dengan salam dan
berdoa

Tabel 2. Kisi- kisi lembar observasi kegiatan siswa


No Aspek yang diamati Indikator No butir
1. Orientasi Siswa mengingat kembali materi 1
sebelumnya
Siswa memperhatikan penjelasan 2
guru
2. Merumuskan Siswa menanggapi permasalahan 3
yang diberikan guru melalui tanya
jawab

33
3. Merumuskan Siswa menduga permasalahan yang 4
hipotesis diberikan dengan jawaban
sementara
4. Mengumpulkan dara Siswa membentuk kelompok 5
Siswa melakukan diskusi dengan 6
kelompok untuk menyelesaikan
LKS
5. Menguji hipotesis Salah satu siswa mempresentasikan 7
hasil diskusi kelompok
Siswa dari kelompok lain 8
menanggapi hasil presentasi
kelompok lain
6. Merumuskan Siswa menyimpulkan hasil materi 9
kesimpulan yang dipelajari
Jumlah 9

2. Pedoman wawancara
Pedoman wawancara digunakan untuk mempermudah peneliti dalam
mengajukan pertanyaan kepada subyek-subyek penelitian, baik kepada guru
maupun kepada siswa. Pedoman wawancara berisikan indikator-indikator
pertanyaan yang mengarah pada kesan siswa setelah proses pembelajaran
menggunakan model pembelajaran Guided Discovery Learning.

Tabel 3 Kisi-kisi pedoman wawancara


No . Indikator No Butir
1. Pendapat siswa tentang pembelajaran matematika 1
2. Pendapat siswa dengan pembentukan kelompok 2
3. Kendala yang dialami selama proses pembelajaran 3
matematika dengan model pembelajaran Guided
Discovery Learning
4. Manfaat penerapan model pembelajaran Guided 4
Discovery Learning terhadap proses pembelajaran
5. Model pembelajaran Guided Discovery Learning dapat 5
meningkatkan pemahaman konsep matematika
Jumlah 5

Tabel 4. Kisi-kisi pedoman wawancara guru


No . Indikator No Butir
1. Tanggapan guru tentang pembelajatan dengan model 1

34
pembelajaran Guided Discovery Learning
2. Kendala guru dalam menggunakan model pembelajaran
2
Guided Discovery Learning
3. Tanggapan guru tentang kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal setelah menggunakan model 3
pembelajaran Guided Discovery Learning
4. Manfaat penerapan model pembelajaran Guided
4
Discovery Learning terhadap proses pembelajaran siswa
5. Saran agar model pembelajaran Guided Discovery
Learning dapat meningkatkan pemahaman konsep 5
matematika
Jumlah 5

3. Catatan lapangan
Catatan lapangan adalah beberapa catatan yang diperlukan peneliti
mengenai hasil pengamatan pada saat penelitian untuk mendapatkan data
yang sedetail mungkin, sehingga proses penelitian dapat berjalan secara
efektif dan efisien dalam setiap tindakan-tindakan pada saat proses belajar
mengajar berlangsung. Jadi, catatan lapangan dalam penelitian ini digunakan
untuk merangkum perubahan-perubahan dalam proses pembelajaran yang
tidak terdapat dalam pedoman observasi, sehingga catatan lapangan hanya
sebagai pelengkap data.

4. Tes kemampuan pemahaman konsep matematika


Tes ini digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa
mengenai materi bangun ruang sisi datar dengan menggunakan model
pembelajaran Guided Discovery Learning.

Tabel 5. Kisi-kisi Pemahaman Konsep Matematika


Butir soal
Kode Indikator
Siklus I Siklus II
A Menyatakan ulang sebuah konsep 1 1
Mengklasifikasi obyek-obyek menurut
B sifat-sifat tertentu (sesuai dengan 3 3
konsepnya)
Memberi contoh dan non-contoh dari
C 2 2
konsep.
D Menyajikan konsep dalam berbagai 5 5

35
bentuk representasi matematis
Mengembangkan syarat perlu atau
E 4 4
syarat cukup suatu konsep
Menggunakan, memanfaatkan, dan
F 5 5
memilih prosedur atau operasi tertentu
Mengaplikasikan konsep atau
G 6 6
alogaritma pemecahan masalah

Tabel 6. Kisi-kisi Tes Pemahaman Konsep Matematika Siklus I


Aspek Pemahaman Bentuk Teknik Butir
No Indikator Soal
Konsep instrumen tes soal
1. Siswa dapat Menyatakan ulang Uraian Tes
1
menyelesaikan sebuah konsep tertulis
masalah yang Mengklasifikasi
berkaitan obyek-obyek
dengan luas menurut sifat-sifat 3
permukaan dan tertentu (sesuai
volume bangun dengan konsepnya)
ruang sisi datar Memberi contoh dan
(kubus, balok, non-contoh dari 2
prima dan konsep
limas), serta Menyajikan konsep
gabungannya dalam berbagai
5
bentuk representasi
matematis
Mengembangkan
syarat perlu atau
4
syarat cukup suatu
konsep
Menggunakan,
memanfaatkan, dan
5
memilih prosedur
atau operasi tertentu
Mengaplikasikan
konsep atau
6
alogaritma
pemecahan masalah

Tabel 7. Kisi-kisi Tes Pemahaman Konsep Matematika Siklus II


Indikator Aspek Pemahaman Bentuk Teknik Butir
No
Soal Konsep instrumen tes soal
1. Siswa dapat Menyatakan ulang Uraian Tes 1
menyelesaika sebuah konsep tertulis

36
n masalah Mengklasifikasi
yang berkaitan obyek-obyek menurut
dengan sifat-sifat tertentu 3
bangun ruang (sesuai dengan
sisi datar konsepnya)
menggunakan Memberi contoh dan
hubungan non-contoh dari 2
diagonal konsep
ruang, Menyajikan konsep
diagonal dalam berbagai bentuk 5
bidang, dan representasi matematis
bidang Mengembangkan
diagonal syarat perlu atau
4
syarat cukup suatu
konsep
Menggunakan,
memanfaatkan, dan
5
memilih prosedur atau
operasi tertentu
Mengaplikasikan
konsep atau
6
alogaritma pemecahan
masalah

5. Dokumentasi
Instrumen dokumentasi digunakan untuk memberi gambaran secara
konkret mengenai aktivitas siswa pada saat proses pembelajaran dan untuk
memperkuat data yang diperoleh. Dokumentasi- dokumentasi tersebut berupa
foto yang memberikan gambaran secara konkret mengenai kegiatan siswa,
serta hasil tes yang dilakukan pada akhir pertemuan dan akhir kelas.

G. Validasi Instrumen
Validitas instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah validasi isi
(content validity). Validasi dari suatu tes hasil belajar adalah validasi yang
diperoleh setelah dilakukan penganalisisan, penelusuran, atau pengujian terhadap
isi yang terkandung dala tes hasil belajar (Sudaryono, 2012: 138). Tujuan dari
validasi instrumen adalah untuk mengetahui valid atau tidaknya instrumen pada

37
penelitian ini. Instrumen dinyatakan valid apabila mampu mengukur variabel
dalam penelitian.
Sebelum digunakan instrumen divalidasi agar instrument yang digunakan
untuk penelitian diketahui benar-benar valid. Validasi lembar observasi guru ,
lembar observasi, wawancara guru, wawancara siswa, rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan siswa (LKS), dan tes kemampuan
pemahaman konsep matematika dilakukan melalui konsultasi dengan dosen
pembimbing dan validitor, yaitu Bapak Abdul Aziz Saefudin, M, Pd. selaku Dosen
Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas PGRI Yogyakarta.

H. Teknik Analisis Data


Dalam penelitian tindakan kelas ini data-data yang diperoleh dianalisis
dengan dua metode, yaitu metode kualitatif dan kuantitatif. Analisis data kualitatif
digunakan untuk menentukan peningkatan belajar khususnya berbagai tindakan
yang dilakukan guru, sedangkan analisis data kuantitatif digunakan untuk
menentukan peningkatan hasil belajar siswa sebagai pengaruh dari setiap tindakan
yang dilakukan guru (Wina Sanjaya, 2009:106). Analisis data dilakukan melalui
tiga tahap yaitu:
1. Reduksi data
Reduksi data yakni kegiatan menyeleksi data sesuai dengan fokus
masalah (Wina Sanjaya, 2009:106). Pada tahap ini, peneliti mengumpulkan
semua instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data kemudian
dikelompokkan berdasarkan fokus masalah atau hipotesis.
2. Menyajikan data
Agar setiap data dapat memberikan informasi yang jelas sehingga
mudah dibaca dan dipahami, maka data tersebut perlu disajikan dalam
berbagai bentuk penyajian data seperti dalam bentuk tabel dan dalam bentuk
diagram dan grafik (Wina Sanjaya, 2009:113). Pada tahap ini peneliti
menyajikan data yang sudah direduksi, yang secara deskriptif mempunyai
makna.
3. Triangulasi data atau analisis data

38
Untuk menghasilkan informasi yang akurat, agar tidak salah dalam
pengambilan keputusan dapat menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi
adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi yang akurat dengan
menggunakan berbagai metode agar informasi dapat dipercaya kebenarannya
sehingga peneliti tidak salah mengambil keputusan (Wina Sanjaya,
2009:112). Triangualasi merupakan teknik yang sangat penting untuk
dipahami oleh peneliti sebab melalui triangulasi peneliti dapat terhindar dari
kesalahan mendapatkan informasi yang sudah tentu juga akan terhindar dari
kesalahan mengambil keputusan.
Dalam penelitian tindakan kelas ini, triangulasi data yang digunakan
adalah triangulasi sumber dengan cara membandingkan data yang diperoleh
dari hasil observasi,wawancar, tes pemahaman konsep dan catatan lapangan
untuk mempermudah menarik kesimpulan.
4. Teknik Analisis
a. Analisis data hasil observasi
Data yang diperoleh dianalisis melalui pengisisan lembar observasi
dan dianalisis melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1) Data hasil observasi akan dianalisis dengan cara menghitung
persentase skor. Untuk jawaban ya diberi 1, dan untuk jawaban
tidak diberi skor 0.
2) Jumlah skor yang diperoleh selanjutnya dihitung berupa besar
presentasinya dengan menggunakan rumus berikut ini:

P=
Skor tiap pertemuan
skor maksimal tiap pertemuan
Keterangan:
P = persentase skor observasi tiap pertemuan.
3) Hasil persentase tersebut kemudian dikatagorikan untuk membuat
kesimpulan mengenai keterlaksanaan pembelajaran dan kegiatan
siswa dalam pembelajaran matematika menggunakan model
pembelajaran Guided Discovery Learning berdasarkan tabel berikut.

Tabel 8. Katagori Keterlaksanaan Pembelajaran

39
Presentase skor yang diperoleh Katagori
75% P 100% Tinggi
50% P 75% Cukup
25% P 50% Kurang
0% P 25% Rendah

a. Analisis hasil tes pemahaman konsep


Analisis data hasil tes pemahaman konsep digunakan untuk mengukur
kemamapuan siswa dalam memahami konsep matematika yang dilakukan
pada setiap siklus. Cara menghitung mean( rata-rata) nilai tes pemahaman
konsep siswa sehingga akan terlihat ada tidaknya peningkatan nilai rata-
rata siswa tiap siklus.

X=
x 1

n
Keterangan:
X = mean(rata-rata)
x1 = Jumlah nilai semua siswa
n = jumlah seluruh siswa
Hasil rata-rata kemudian dikatagorikan untuk membuat kesimpulan
mengenai hasil tes pemahaman konsep siswa dalam pembeajaran
matematika menggunakan model pembelajaran Guided Discovery
Learning berdasarkan tabel berikut.

Tabel 9. Kategori rata-rata ptes pemahaman konsep matematika


Rata-rata nilai yang diperoleh Kategori
75 P 100 Tinggi
50 P 75 Cukup
25 P 50 Kurang
0 P 25 rendah
Sedangkan untuk menentukan presentase pemahaman konsep tiap
indikator menggunakan rumus berikut:
jumlah skor yang diperoleh semua siswa
P= 100%
jumlah seluruh siswa skor maksimal tiap indikator

Keterangan
P = persentase tiap indikator

40
Hasil presentase tersebut kemudian dikategorikan untuk membuat
kesimpulan mengenai hasil tes pemahaman konsep siswa dalam
pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran Guided
Discovery Learning berdasarkan tabel berikut.

Tabel 9. Kategori persentase tes pemahaman konsep tiap indikator


Rata-rata nilai yang diperoleh Kategori
75% P 100% Tinggi
50% P 75% Cukup
25% P 50% Kurang
0% P 25% Rendah

I. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas dalam upaya
meningkatkan pemahaman konsep matematika melalui model pembelajaran
penemuan terbimbing (Guided Discovery Learning) siswa kelas VIII A SMP
Negeri 1 Sewon Bantul pada materi bangun ruang sisi datar membutuhkan acuan
untuk mempertimbangkan hasil yang akan dicapai setelah dilakukan tindakan.
Keterlaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran penemuan terbimbing
(Guided Discovery Learning) dikatakan berhasil jika:
1. Lebih dari 75% siswa telah mencapai rata-rata hasil tes pemahaman konsep
dengan nilai lebih dari 75 (kriteria tinggi)
2. Persentase hasil tes pemahaman konsep matematika berdasarkan indikator
meningkat dengan nilai lebih dari 75% dan mencapai kategori tinggi.

41
DAFTAR PUSTAKA

Alaina Rikhuna Rismawati. 2014. Upaya meningkatkan Pemahaman Konsep


Matematika melalui Pendekatan Guided Discovery Learning pada
siswa kelas VII A SMP Negeri 2 Sewon Skripsi. Universitas PGRI
Yogyakarta.

Ali dan Muhlisrarini Hamzah. 2014. Perencanaan dan Strategi Pembelajaran


Matematika. Rajawali: Jakarta.

Bell, Fenderik (1978). Teaching and Learning Mathematic (In Scondary School.
Lowa: Wm. C. Brown Company Publisher.

BNSP. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan


Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional. Dewi & Tri Wahyuni Nuharini. 2008. Matematika
2 Konsep dan Aplikasinya untuk SMT/MTs Kelas VIII. Jakarta: Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.Sanjaya, Wina. 2009.
Penelitian Tindakan Kelas. Kencana Prenada Media Grup: Jakarta.

Dewi & Tri Wahyuni Nuharini. 2008. Matematika 2 Konsep dan Aplikasinya
untuk SMT/MTs Kelas VIII. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen
Pendidikan Nasional.Sanjaya, Wina. 2009. Penelitian Tindakan Kelas.
Kencana Prenada Media Grup: Jakarta.

Ellita Devi. 2015. Upaya Peningkatan Pemahaman Konsep Matematika melalui


Pendekatan Inkuiri Terbimbing siswa kelas VIII Negeri 4
Banguntapan.Universitas PGRI Yogyakarta.

Muhibbin Syah. 2002. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:


PT Remaja Rosdakarya.

Nila Kusumawati. 2008. Upaya Peningkatan Pemahaman Konsep Matematika


melalui Metode Inkuiri siswa kelas VIII Negeri 1 Jetis. Universitas
PGRI Yogyakarta.
Nuniek Avianti Agus. 2007. Mudah Belajar Matematika 2 untuk kelas VIII
Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah. Jakarta: Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.Arend, Richard I. 2007.
Learning to teach. New York: Mc Grow Hill Companies.

Sagala Syaiful. (2010). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. 2010. Managemen Pendidikan. Rineka Cipta: Jakarta.

42
Sudaryono. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran. Graha Ilmu: Yogyakarta.
Wina Sanjaya . 2009. Strategi Pembelajaran. Jakarata: Prenadamedia

43

Anda mungkin juga menyukai