Anda di halaman 1dari 70

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Mine Survey


Kegiatan Survey merupakan kegiatan pengukuran koordinat X,Y, dan Z
(elevasi) yang diperlukan untuk mengukur perubahan kemajuan tambang,
boundary dan geometri bench. Data hasil pengukuran ini nantinya dapat di olah
dengan menggunakan bantuan aplikasi software Surpac, dimana saat ini PT.
ANTAM (persero) Tbk UBPN Sultra menggunakan surpac 6.3. Pengukuran
dengan metode Resection.
Kegiatan Survey ini di lakukan oleh satuan kerja Exploration, Mine Plan And
Survey yang biasanya berjumlah 2-3 orang. Dalam kegiatan Kerja Praktek Survey
ini dilakukan pada tanggal 16 Maret 2017 berlokasi di bukit Everest dan Bukit
Hilux. Alat yang digunakan pada kegiatan ini adalah TS (Total Station) dengan
tipe TCRP1203+. Pengukuran dilakukan selang-seling per hari antara tambang
utara dan tambang selatan.
Dalam pelaksanaan kegiatan survey ini terdapat beberapa kendala atau
hambatan yang dapat menggangu kegiatan survey. Dalam hal ini kondisi cuaca
merupakan hambatan utama yang sangat mempengaruhi proses kegiatan. Pada
saat melakukan pengukuran jika TS berhadapan dengan sinar matahari sering
terjadi kesalahan/ error.
4.1.1 Peralatan Mine Survey
Adapun peralatan yang digunakan pada kegiatan pengukuran di lokasi
bukit Everest dan bukit Hilux, yaitu :
1. Total Station (tipe TCRP1203+)

Gambar 4.1.1.1 Total Station tipe TCRP1203+

Total Station adalah alat ukur sudut dan jarak yang terintegrasi
dalam satu unit alat.

Total Station merupakan teknologi alat yang menggabungkan secara


elektronik antara teknologi Thedolit dengan teknologi EDM
(elektronik distance measurement).

2. Prisma

Gambar 4.1.1.2 Prisma

Sebagai alat pemantul gelombang inframerah dari total station


3. Tripod

Gambar 4.1.1.3 Tripod


Sebagai penopang atau penyangga alat total station

4. Stick

Gambar 4.1.1.4 Stick


Sebagai patok sementara untuk pemasangan prisma

4.1.2 Metode-metode pengukuran


Dalam pengukuran menggunakan total station terdapa tiga (3) metode,
yaitu :

1) Metode Resection adalah metode pengukuran yang menjadikan 2 patok


sebagai acuannya, dimana posisi alat berada di sembarang tempat.
Penembakan titik A dan B sebagai titik koordinat pengikat untuk penembakan
titik koordinat selanjutnya.
2) Metode Know Base Point adalah bila posisi alat berada pada salah satu titik
koordinat pengikat dan melakukan penembakan ketitik awal salah satu titik
koordinat pengikat.

4.1.3 Pengolahan Data


Pengolahan data hasil pengukuran yang dilakukan PT. ANTAM (persero) Tbk.
UBPN Sutra yaitu menggunakan bantuan Software Surpac 6.3. Data yang diperoleh
ini akan diolah di hari yang sama. Dimana data yang diolah adalah data dari lokasi
bukit Everest dan Bukit Hilux pada tanggal 16 Maret 2017, kegiatan ini di
lakukan untuk mengukur kemajuan tambang.
Adapun langkah-langkah dalam mengolah data hasil pengukuran dengan
menggunakan software surpac 6.3. yaitu :
1) Cari file dalam bentuk Microsoft Excel lalu hapus data yang salah/error
kemudian buat kolom X, Y, Z, Keterangan, dan string.

Tabel 4.1.1.1 Langkah pengolahan data hasil pengukuran


2) Kemudian buka software surpac. Setelah itu cari data dan klik kanan pada
folder tempat penyimpanannya lalu klik Set as work directory.

Gambar 4.1.3.1 Langkah pengolahan data hasil pengukuran

3) Langkah selanjutnya adalah Import data, dengan cara klik kiri menu File
kemudian pilih Import, kemudian pilih Data From Many File (String)

Gambar 4.1.3.2 Langkah pengolahan data hasil pengukuran

4) Setelah itu akan muncul kotak dialog Import Coordinates From Text File,
pada kotak dialog ini pada Location akan di isi dengan nama yang sesuai
dengan data nama yang telah diukur.
Gambar 4.1.3.3 Langkah pengolahan data hasil pengukuran

5) Setelah mengisi kotak dialog kemudian Apply, dan akan muncul kotak
dialog Convert Text File To. Str File. Data pada kotak dialog ini harus
sesuai dengan data yang ada pada Microsoft Excel.

Gambar 4.1.1.4 Langkah pengolahan data hasil pengukuran

6) Kemudian akan muncul data dengan format Str pada folder tempat anda
menyimpan. Kemudian klik atau drag data dengan format Str tersebut ke
layar kerja untuk menampilkan data pengukuran dalam bentuk string
(string biasanya berjumlah 3 warna ). String yang berwarna ungu harus di
ubah dalam bentuk point.
Gambar 4.1.1.5 Langkah pengolahan data hasil pengukuran

7) Langkah selanjutnya adalah membuat DTM (Digital Terrain Model). Pada


Toolbar klik Surface lalu pilih Create DTM From Layer.

Gambar 4.1.1.6 Langkah pengolahan data hasil pengukuran


8) Kemudian akan muncul kotak dialog Create DTM From Layer. Pada
proses ini pastikan tidak ada string yang berpotongan karena akan
mengakibatkan error, jika terdapat string yang berpotongan maka harus di
perbaiki dengan cara pilih Move Point lalu geser sedikit string yang
berpotongan namun untuk menjaga data agar sesuai dengan data
dilapangan maka string hanya boleh digeser sedikit. Setelah memperbaiki
string kemudian lakukan kembali langkah 6. Seletah itu akan muncul
kotak dialog Create a Data From Layer.

Gambar 4.1.1.7 Langkah pengolahan data hasil pengukuran

9) Setelah itu akan muncul data DTM dan data Str. Untuk menghilangkan
data Str yaitu dengan cara menonaktifkan data Str tersebut pada layer.

Gambar 4.1.1.8 Langkah pengolahan data hasil pengukuran

4.2 Unit Geomin


Kegiatan eksplorasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk mencari endapan
bahan galian yang ada dibawah permukaan bumi yang memiliki nilai ekonomis.
Kegiatan eksplorasi di PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra dilakukan oleh unit
geomin. Unit ini bertugas untuk mencari sumberdaya yang masih alami yang
bertujuan untuk memperluas area produksi.

Penelitian pada pemboran Unit Geomin ini dilaksanakan pada tanggal 20


Maret 2017. Lokasi pemboran geomin yang kami ikuti berlokasi di tambang tengah,
yang menggunakan system Scout Drilling (secara acak) dengan jarak tidak menentu.
Pemboran Unit Geomin menggunakan mesin bor YBM, dengan menggunakan
bantuan mesin Yanmar 8,5-PK sebagai mesin penggerak.

4.2.1 Peralatan Pemboran Unit Geomin


Dalam kegiatan pemboran geomin, menggunakan peralatan antara lain adalah
sebagai berikut :
1. Mesin

Pada pemboran geomin mesin yang digunakan adalah Yanmar 8,5 PK,
mesin ini merupakan sumber tenaga dalam proses kegiatan pemboran dan mesin
ini menggunakan bahan bakar solar.

Gambar 4.2.1.1 Mesin Yanmar

2. Gearbox
Gearbox adalah bagian dari mesin Bor yang berfungsi untuk memutar
batang Bor pada saat running. Gearbox harus selalu diberikan Grease sehingga
keausan gear dapat di minimalisirkan.

Gambar 4.2.1.2 Gearbox


3. Transmisi
Transmisi berfungsi untuk mengatur kecepatan Bor dan juga merupakan
tempat terdapatnya panel untuk menaikan atau menurunkan batang Bor.

Gambar 4.2.1.3 Transmisi

4. Spindel
Spindel berfungsi sebagai pemegang batang AXL, yang akan diturunkan
kedalam lubang Bor dan juga nantinya akan mengeluarkan kembali batang AXL
tersebut.
Gambar 4.2.1.4 Spindel

5. Chuck
Chuck berfungsi sebagai alat ntuk mengunci batang AXL, pada saat proses
pemboran yang khususnya pada saat Running dan saat pencabutan batang Bor.

Gambar 4.2.1.5 Chuck

6. Kunci Chuck
Kunci Chuck berfungsi untuk mengencangkan atau mengendorkan Chuck
saat akan melakukan penguncian batang AXL.
Gambar 4.2.1.6 Kunci Chuck
7. Tripod (Menara)
Tripod berfungsi sebagai tiang untuk tempat pemasangan terpal sebagai
pelindung dan juga sebagai tempat pemasangan alat katrol penarik batang Bor.

Gambar 4.2.1.7 Tripod

8. Batang AXL
Batang AXL digunakan untuk membantu bit dalam mencapai kedalaman
tertentu saat melakukan pemboran. Batang AXL memiliki 2 ukuran panjang
yaitu batang AXL 1 Meter dan AXL 1,5 Meter.
Gambar 4.2.1.8 Batang AXL

9. Pin
Pin merupakan alat yang memiliki Drat atau ulir pada kedua sisi ujungnya.
Pin berfungsi untuk menghubungkan ke sesama batang AXL ataupun batang
Sub.

Gambar 4.2.1.9 Pin

10. Sub
Sub adalah alat yang berfungsi untuk menyambungkan batang AXL
dengan alat Tub.
Gambar 4.2.1.10 Sub
11. Tube
Tube merupakan alat yang berfungsi sebagai penampung lumpur dan core
saat pemboran. Pada awal melakukan kegiatan pemboran digunakan Tube yang
berukuran 50 Cm, karena jika menggunakan tube yang 100 Cm akan terlalu
panjang, melihat kondisi jarak antara mesin dengan tanah yang kurang dari 1
Meter.

Gambar 4.2.1.11 Tube

12. Bit
Bit merupakan bagian alat yang berfungsi untuk menembus lapisan batuan
dan tempat meletakanya mata Bor yan disesbut widya. Untuk bit sendiri terbagi
atas dua jenis yaitu, jenis bit 4 mata widya dan bit 6 mata widya.
Gambar 4.2.1.12 Bit
13. Body Protector
Body Protector merupakan alat yang berfungsi untuk mengeluarkan core
hasil pemboran yang tertampung didalam tube. Dapat dilakukan dengan
memasang tube pada body protector lalu kemudian ditubuk dan core yang sudah
didapatkan akan keluar dan diambil.

Gambar 4.2.1.13 Body Protector

14. Pipa Paralon


Pipa paralon merupakan alat yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan
core yang telah dikeluarkan menggunakan alat penumbuk atau body protector
dari dalam batang tube. Pipa paralon ini dapat dibagi menjadi dua bagian
sehingga berbentuk menjadi setengah lingkaran.
Gambar 4.2.1.14 Pipa Paralon
15. Core Box
Core Box merupakan alat yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan
core dari hasil pemboran setelah melewati proses penumbukan pada body
protector.

Gambar 4.2.1.15 Core Box

16. Kunci Pipa


Kunci Pipa merupakan alat yang berfungsi sebagai alat pembantu pada
proses pemasangan maupun pencabutan pada batang bor, dan juga berfungsi
untuk memasang dan melepaskan batang tube dan sub.
Gambar 4.2.1.16 Kunci Pipa

17. Plastik Core


Plastik Core berfungsi sebagai tempat penyimpan core dari hasil pemboran.

18. Patok
Patok digunakan untuk memberikan tanda atau identitas pada titik bor
yang telah selesai dilakukan pemboran.

4.2.2 Bagan Alir Kegiatan Pemboran Unit Geomin


Adapun bagan alir kegiatan pemboran pada unit geomin adalah sebagai
berikut :

MEMASANG ALAT BOR PEMBORAN


& PERSIAPAN

MELETAKKAN CORE PADA


COREBOX PENCABUTAN
BATANG AXL & TUBE
MELETAKKAN CORE
PADA BODY PROTEKTOR PENUMBUKAN CORE

Gambar 4.2.2.1 Bagan alir kegiatan pemboran Unit Geomin

4.2.3 Pengolahan Data Pemboran Unit Geomin


1. Cycle Time
Rumus untuk menghitung Cycle Time adalah :

Cycle Time = Waktu Pasang + Waktu Running + Waktu Cabut + Waktu Tumbuk

Dari data dilapangan yang telah diolah, maka didapatkan hasil sebagai berikut

Kode TB Cycle Time (Jam)

PML 3449 7.34


Tabel 4.2.3.1 Cycle Time Pemboran Unit Geomin

2. Kecepatan Produktivitas Bor


Kecepatan produktivitas Alat Bor dapat ditentukan berdasarkan
perbandingan antara kedalaman pemboran dengan hasil dari cycle time atau
waktu edar dari proses pengeboran tersebut. Dengan rumus sebagai berikut :

H
V=
Ct

Keterangan :
V = Kecepatan Pemboran (Meter/jam)
H = Kedalaman (Meter)
Ct = Cycle Time (Jam)
Dari data hasil pengamatan yang didapatkan dilapangan, maka didapatkan
hasil sebagai berikut :

Kedalaman Cycle Time V


Kode TB (meter) (jam) (m/jam)
PML 3449 20 7.34 2.724
Tabel 4.2.3.2 Kecepatan Produktivitas bor Unit Geomin

3. Efektifitas Bor (Use Of Avaibillity)


Untuk menentukan nilai dari efektifitas pemboran dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut :

w
UA= x 100%
w+ s

Keterangan :
UA = Use Of Avabiibillity
W = Lamanya Beroperasi (Jam)

S = Hambatan Lain (Jam)

Dari hasil pengamatan yang didapatkan dilapangan, maka didapatkan hasil


sebagai berikut :

Kode TB Lama Beroperasi Hambatan UA (%)


(Jam) (Jam)
PML 3449 9.50 1.93 83.11 %
Tabel 4.2.3.3 Efektifitas bor

4. Produktifitas Bor
Untuk menghitung produktifitas pemboran dapat ditentukan dengan
menggunakan persamaan berikut ini :
Produktivitas=Efektifitas x Kecepatan Pemboran

Dari hasil pengamatan dilakukan dilapangan, maka didapatkan hasil yaitu :

Kode TB UA (%) V (m/jam) Produktifitas (m/jam)


PML 3449 83.11 2.724 2.26
Tabel 4.2.3.4 Produktivitas bor

5. Core Recovery
Untuk menghitung core recovery pemboran dapat dihitung menggunakan
persamaan berikut ini :

Panjang Core
Core Recovery= x 100
Kemajuan Bor

Dari hasil pengamatan yang dilakukan dilapangan, maka didapatkan hasil

yaitu :

Kode TB Panjang Core Kemajuan Bor Core Recovery


(m) (m) (%)
PML 3449 17.20 20 86
Tabel 4.2.3.5 Core Recovery

4.3 Inpit Drill


Inpit Drill merupakan kegiatan pemboran yang dilakukan pada area tambang
yang telah dilakukan tahap devolepment, yang dimana tahap ini meliputi Land
Clearing, pengupasan OB (overburden), hingga yang didapatkan hanya lapisan
Limonite dan Saprolite saja, hal ini menyebabkan kedalaman yang didapat juga relatif
dangkal.
Kegiatan Inpit Drill dilakukan dengan maksud untuk melakukan pengecekan
kembali data dari eksplorasi detail. Selain itu inpit drill juga digunakan untuk
mendapatkan kembali spasi pemboran untuk meningkatkan tingkat keakuratan data
geologi bawah permukaan. Sehingga laporan dari Inpit Drill ini nantinya akan
dijadikan acuan oleh para pengawas tambang untuk menentukan metode atau cara
pengambilan ore ada lokasi tersebut.

Adapun tujuan dilakukannya pemboran Inpit Drill ini adalah sebagai berikut :
1. Memperoleh sampel dalam bentuk ore
2. Mengetahui deposit cadangan dari data yang sudah ada sebelumnya
3. Mengetahui lebih akurat penyebaran endapan bijih nikel

4.3.1 Mekanisme Pemboran


Pengamatan dilakukan pada hari Rabu, 22 Maret sampai jumat, 24 Maret
2017, yang berlokasi di Tambang Utara bukit Strada, adapun jarak untuk titik bor
ini yaitu 12,5 Meter dengan sistem continue atau berlanjut. Mekanisme gerak alat
yang digunakan yaitu Rotary Drilling yang dimana memungkinkan alat untuk
berputar secara otomatis, namun naik turunnya alat diatur oleh operator
menggunakan tenaga manusia.
Tipe alat yang digunakan pada pemboran Inpit Drill ini yaitu tipe Koken
(YH-01) dengan mesin penggerak yaitu menggunakan mesin Yanmar 8,5 Hp. Dan
mata bor yang diganakan adalah mata bor widya.
Adapun kendala yang mungkin akan terjadi pada kegiatan inpit drill yaitu :
1. Stuck atau terjepit. Kendala ini merupkan kendala yang umum terjadi pada
kegiatan pemboran di bagian inpit dril. Seperti jatuhnya batang tube atau
terjebak pada lapisan batuan dan juga terjepitnya core didalam tube yang
mengakibatkan proses penumbukan yang harus dengan tenaga ekstra pada
body protector.

2. Kendala yang berkaitan dengan sefety, seperti adanya pohon kayu yang sudah
kering, berada dekat dengan lokasi pemboran yang bisah saja jatuh menimpa
pekerja ataupun peralatan pemboran, yang nantinya akan menghambat
kegiatan dan juga mengganggu pekerja pada saat kegiatan pemboran
berlangsung.

4.3.2 Peralatan dalam Pemboran Inpit Drill


Dalam kegiatan inpit Drill berlangsung, alat yang digunakan adalah
sebagai berikut :
1. Mesin
Mesin pada inpit drill menggunakan Yanmar 8,5 PK, mesin ini
merupakan sumber utama pada tenaga dalam penggerak kegiatan pemboran
berlangsung.

Gambar 4.3.2.1 Mesin Yanmar 8,5 PK

2. Gearbox
Gearbox merupakan bagian dari mesin bor yang berfungsi sebagai
pemutar batang bor yang nantinya akan masuk kedalam lubang bor,
Gearbox harus selalu diberikan grease bertujuan untuk meminimalisirkan
keausan pada mesin tersebut.
Gambar 4.3.2.2 Gearbox

3. Spindel
Spindel berfungsi sebagai pemegang atau batang bor yang akan
dimasukan kedalam lubang bor ataupun batang bor yang nantinya akan
dikeluakan dari lubang bor.

Gambar 4.3.2.3 Spindel


4. Steer
Steer merupakan bagian yang berfungsi untuk mengendalikan naik
turunnya batang bor yang akan masuk kedalam lubang bor. Steer diputar
searah jarum jam untuk menurunkan batang bor, sebaliknya jika berlawanan
dengan arah jam maka batang bor akan naik.
Gambar 4.3.2.4 Steer

5. Chuck
Chuck merupakan alat pengunci batang AXL pada saat melakukan
proses pemboran pada saat running dan saat pencabutan batang bor.

Gambar 4.3.2.5 Chuck


6. Kunci Chuck

Kunci Chuck berfungsi untuk mengencangkan atau mengendorkan


chuck saat melakukan penguncian batang
Gambar 4.3.2.6 Kunci Chuck

7. Tripod atau Menara


Tripod atau Menara berfungsi sebagai tiang penyangga terpal untuk
pelindung bagi pekerja.

Gambar 4.3.2.7 Tripot Atau Menara

8. Terpal
Terpal berfungsi sebagai pelindung pada saat melakukan pemboran, yang
juga akan melindungi mesin dan pekerja dari hujan maupun panas matahari.
Gambar 4.3.2.8 Terpal

9. Batang AXL
Batang AXL merupakan alat yang dipakai untuk membantu bit dalam
mencapai kedalaman yang diinginkan saat proses pemboran berlangsung.
Batang AXL ini memiliki 2 ukuran yang panjang batang AXL 1 meter dan
1,5 meter.

Gambar 4.3.2.9 Batang AXL


10. Pin
Pin merupakan alat yang memiliki drat atau ulir pada kedua ujung
sisinya. Pin berfungsi untuk menyambungkan kesesama batang AXL dengan
sub.
Gambar 4.3.2.10 Pin

11. Sub
Sub merupakan alat yang berfungsi sebagai penyambung batang AXL
dengan Tube.

Gambar 4.3.2.11 Sub


12. Tube
Tube merupakan alat yang berfungsi sebagai penampung core maupun
lumpur saat pemboran, tube memiliki 2 ukuran panjang yaitu 50 cm dan 1
meter. Pada awal melakukan pemboran akan digunaka tube ukuran 50 cm
karena tube ukuran 1 meter terlalu panjang untuk awal pemboran.
Gambar 4.3.2.12 Tube

13. Bit
Bit merupakan alat yang berfungsi untuk menembuskan lapisan batuan
dan sebagai tempat meletakan mata bor yang disebut widya. Ada 2 jenis bit
yaitu, bit 4 mata widya dan bit 6 mata widya.

Gambar 4.3.2.13 Bit

14. Body Protector


Body Protector merupakan alat yang membantu proses mengeluarkan
core hasil dari pemboran yang tertampung didalam tube, dengan
memasangkan tube pada body protector yang nantinya akan ditumbuk.
Gambar 4.3.2.14 Body Protector

15. Pipa Paralon


Pipa paralon merupakan alat yang berfungsi sebagai tempat
penyimpanan core yang telah dikeluarkan menggunakan alat penumbuk atau
body protector dari dalam batang tube. Pipa paralon ini dapat dibagi menjadi
dua bagian sehingga berbentuk menjadi setengah lingkaran.

Gambar 4.3.2.15 Pipa Paralon


16. Core Box
Core Box merupakan alat yang berfungsi sebagai tempat penyimpana
core dari hasil pemboran setelah melewati proses penumbukan pada body
protector.
Gambar 4.3.2.16 Core Box

17. Kunci pipa


Kunci Pipa merupakan alat yang membantu proses pemasangan maupun
pencabutan batang bor dan juga digunakan pada saat pelepasan antara tube
dan sub.

Gambar 4.3.2.17 Kunci Pipa

18. Tali sling


Tali sling merupakan alat yang berfungsi untuk membantu pada saat
melakukan Moving, yang diikatkan pada casis dan diikat juga pada
Bulldozer yang nantinya akan menarik mesin menuju titi bor selanjutnya.
Gambar 4.3.2.18 tali sling

4.3.3 Bagan Alir Kegiatan Inpit Drill

Adapun bagan alir pada kegiatan pemboran inpit Drill adalah sebagai berikut :

MEMASANG ALAT BOR PEMBORAN


& PERSIAPAN

PENCABUTAN
BATANG AXL & TUBE

MELETAKKAN CORE
PENUMBUKAN CORE
PADA BODY PROTEKTOR

Gambar 4.3.3.1 Bagan alur kegiatan Inpit Drill

4.3. 4 Pengolahan Data Inpit Drill

1. Cycle Time

Rumus untuk menghitung Cycle Time adalah :

Cycle Time = Waktu Pasang + Waktu Running + Waktu Cabut + Waktu Tumbuk
Dari data dilapangan yang telah diolah, maka didapatkan hasil sebagai berikut

Titik Bor Cycle Time (Jam)

STD 232 2.28

STD 231 1.95

STD 241 0.42

Rata- rata 1.55


Tabel 4.3.4.1 Cycle time pemboran inpit drill

2. Kecepatan Produktivitas Bor

Kecepatan produktivitas Alat Bor dapat ditentukan berdasarkan


perbandingan antara kedalaman pemboran dengan hasil dari cycle time atau
waktu edar dari proses pengeboran tersebut. Dengan rumus sebagai berikut :

H
V=
Ct

Keterangan :
V = Kecepatan Pemboran (Meter/jam)
H = Kedalaman (Meter)
Ct = Cycle Time (Jam)

Dari data hasil pengamatan yang didapatkan dilapangan, maka didapatkan


hasil sebagai berikut :

Kedalaman Cycle Time V


Kode TB (meter) (jam) (m/jam)
STD 232 9.8 2.28 4.30

STD 231 9.2 1.95 4.72

STD 241 4.3 0.42 8.60

Rata rata 5.87

Tabel 4.3.4.2. Kecepatan Produktivitas Pemboran Inpit Drill

3. Efektifitas Pemboran (Use Of Avaibillity)

Untuk menentukan nilai dari efektifitas pemboran pada inpit drill dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut :

w
UA= x 100%
w+ s

Keterangan :
UA = Use Of Avabiibillity
W = Lamanya Beroperasi (Jam)

S = Hambatan Lain (Jam)


Dari hasil pengamatan yang didapatkan dilapangan, maka didapatkan hasil
sebagai berikut :

Kode TB Lama Beroperasi Hambatan UA (%)


(Jam) (Jam)
STD 232 2.4 0 100 %
STD 231 2.3 0.15 93.87 %

STD 241 0.60 0 100 %


Rata - rata 97.96 %

Tabel 4.3.4.3 Efektifitas Pemboran Inpit Drill


4. Produktifitas Pemboran
Untuk menghitung produktifitas pada pemboran di inpit drill dapat ditentukan
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Produktivitas=Efektifitas x Kecepatan Pemboran

Dari hasil pengamatan dilakukan dilapangan, maka didapatkan hasil yaitu :

Kode TB UA (%) V (m/jam) Produktifitas (m/jam)

STD 232 100 % 4.30 4.30

STD 231 93.87 % 4.72 4.43

STD 241 100 % 8.60 8.60

Rata - rata 5.77

Tabel 4.3.4.4 produktivitas pemboran inpit drill

5. Core Recovery
Untuk menghitung core recovery pada pemboran inpit drill dapat dihitung
menggunakan persamaan berikut ini :

Panjang Core
Core Recovery= x 100
Kemajuan Bor

Dari hasil pengamatan yang dilakukan dilapangan, maka didapatkan hasil

yaitu :
Kode TB Panjang Core Kemajuan Bor Core Recovery
(m) (m) (%)

STD 232 10 9.80 102 %

STD 231 8.95 9.20 97.28 %

STD 241 4.20 4.30 97.67 %

Rata - rata 98.98 %

Tabel 4.3.4.5 Core Recovery Inpit Drill

4.4 Mine Production


Kegiatan produksi di PT. Antam (Persero) Tbk. UBPN Sultra dibagi menjadi 4
lokasi penambangan yang terdiri dari, Tambang Utara, Tambang Tengah,
Tambang Selatan dan Tambang Maniang. Adapun tempat pelaksanaan kerja
praktek terletak pada tambang utara pada bukit Strada dan bukit Everest.
Penambangan di PT. Antam (Persero) Tbk. UBPN Sultra pada bukit Everest
menggunakan metode open pit dan pada bukit Strada menggunakan metode open
cast.

4.4.1 Alat Muat, Alat Angkut Dan Alat Pendukung Produksi


PT. Antam (Persero) Tbk. UBPN Sultra dalam kegiatan produksi
menggunakan berbagai alat-alat mekanis. Alat-alat mekanis yang digunakan di
PT. Antam (Persero) Tbk. UBPN Sultra
Adapun peralatan yang digunakan pada kegiatan penambangan PT. Antam
(Persero) Tbk. UBPN Sultra bekerja sama dengan PT. Satria Jaya Sultra (PT. SJS)
yang terdiri dari Dump Truck sebagai alat angkut, Excavator sebagai alat muat,
dan Rock breaker sebagai alat pemecah batuan keras, serta alat pendukung
kegiatan produksi seperti Bulldozer dan Motor grader.
Adapun peralatan yang digunakan pada kegiatan penambangan PT. Antam
(Persero) Tbk. UBPN Sultra, sebagai berikut :
1) Dump Truck HINO FM 260 Ti
Dump Truck digunakan untuk pengangkutan ore dan top soil.
Gambar 4.4.1.1 Dump Truck

2) Excavator PC 200
Excavator digunakan untuk menggali endapan bijih dan alat muat
material ke Dump Truck, serta digunakan untuk merobohkan pohon pada
saat land clearing.

Gambar 4.4.1.2 Excavator

3) Bulldozer D85ESS
Bulldozer digunakan pada saat land clearing, mengumpulkan material
bijih maupun tanah penutup, persiapan front sebelum kegiatan produksi
agar kegiatan produksi berjalan dengan lancar.
Gambar 4.4.1.3 Bulldozer

4) Rock Breaker
Breaker digunakan untuk memecah batuan atau menghancurkan
batuan yang keras agar mudah dalam penggalian.

Gambar 4.4.1.4 Rock Breaker

5) Motor grader MG330


Motor grader digunakan untuk pemeliharaan jalan tambang agar
kegiatan produksi berjalan lancar.
Gambar 4.4.1.5 Motor Grader

4.4.2 Penambangan
Kegiatan penambangan PT. Antam (Persero) Tbk. UBPN Sultra dilakukan
dengan menggunakan metode open pit dan open cast. Dengan pola pemuatan
top loading dan bottom loading. Kandungan kadar bijih PT. Antam (Persero)
Tbk. UBPN Sultra berbeda-beda sehingga proses penambangan dilakukan
secara selektiv.
Adapun lokasi atau wilayah penambangan PT. Antam (Persero) Tbk.
UBPN Sultra tempat pelaksanaan kegiatan kerja praktek, sebagai berikut :

1) Wilayah tambang utara


a. Front Everest
Pengambilan data pada front Everest dilakukan pada tanggal 27 maret
2017. Metode penambangan yang digunakan pada front Everest adalah
Open Pit. Pada saat kegiatan kerja praktek pada lokasi front Everest sedang
dalam tahap pembuatan new Everest yaitu kegiatan pengupasan tanah
penutup. Alat yang digunakan antara lain : Excavator PC-200 2 unit, Dump
Truck 8 unit, Bulldozer 2 unit.
Gambar 4.4.2.1 Front Everest

Gambar 4.4.2.2 Land Clearing New Everest

b. Front Strada
Pengambilan data pada front strada dilakukan pada tanggal 29-30 maret
2017. Metode penambangan yang digunakan pada front strada adalah Open
Cash. Pada saat kegiatan kerja praktek pada lokasi front strada sedang dalam
tahap pengambilan ore dengan menggunakan Excavator PC-200 2 unit,
Dump Truck 8 unit, Bulldozer 3 unit, Motor Grader 1 unit.
Gambar 4.4.2.3 Front Strada
2) Wilayah Tambang Selatan
Pengambilan data di tambang selatan dilakukan pada front Land
Cruiser pada tanggal 27 maret 2017. Metode penambangan yang digunakan
pada front Land Cruiser adalah Open Cast. Pada saat kegiatan kerja praktek
pada lokasi front Land Cruiser sedang dalam tahap pengambilan ore
menggunakan excavator PC-200 2 unit, Dump Truck 8 unit, Bulldozer 1 unit,
Motor Grader 1 unit, Breaker 1 unit.

Gambar 4.4.2.4 Front Land Cruiser

4.4.3 Pola Pemuatan


PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN SULTRA menggunakan 2 pola
pemuatan yaitu top loading dan bottom loading. Top loading merupakan pola
pemuatan dimana alat gali berada diatas jenjang dan alat angkut berada pada
jenjang yang lebih rendah, sedangkan untuk pola pemuatan bottom loading
alat gali sejajar dengan alat angkut.

Gambar 4.4.3.1 Pola pemuatan Top Loading

Gambar 4.4.3.2 Pola Pemuatan Bottom Loading

4.4.4 Perhitungan Produksi


1. Cycle Time Alat Muat dan Alat Angkut
Waktu edar atau cycle time adalah waktu yang dibutuhkan oleh suatu alat
mekanis untuk melakukan suatu kegiatan dari awal smpai akhir kegiatan
hingga siap untuk memulai kembali. Berbagai faktor dapat mempengaruhi
waktu edar tersebut seperti kondisi jalan dan kondisi alat. Untuk menghitung
waktu edar digunakan rumus berikut ini :
Rumus Cycle Time Excavator :

CT = Waktu Gali + Waktu Swing ( isi ) + Waktu Dumping + Waktu Swing


(Kosong)
Rumus Cycle Time Dump Truck yaitu :

CT = Waktu Tunggu + Waktu manuver (load) + Waktu Loading + Waktu


Hauling + Waktu Manuver + Dumping Time + Return Time

Dari hasil pengamatan yang dilakukan dilapangan didapatkan jumlah


pengambilan data terhadap kegiatan pemuatan oleh Excavator PC 200 dan
kegiatan pengangkutan oleh Dump Truck HINO, maka hasil yang didapatkan
adalah sebagai berikut :

a. Bukit Everest
Pemuatan Overburden PC-200 (012) dengan pola pemuatan Bottom Loading
CT (detik) = 14.44
CT (menit) = 0.24 x 10 bucket
= 2.4
Pengangkutan Overburden DT HINO 500 (123)
CT (Menit) = 11.84

b. Bukit Strada
Pemuatan Ore PC-200 dengan Pola Pemuatan yaitu Top Loading
CT (detik) = 12.95
CT (menit) = 0.22 x 12 bucket

= 2.64
Pengangkutan Overburden DT HINO 500 (123)
CT (Menit) = 23.3
c. Bukit Landcruiser
Pemuatan Ore PC-200 dengan Pola Pemuatan yaitu Top Loading
CT (detik) = 19.59
CT (menit) = 0.33 x 9 bucket
= 2.97
Pengangkutan Overburden DT HINO 500 (45)
CT (Menit) = 24.

2. Efesiensi Kerja
Efesiensi kerja yaitu perbandingan antara waktu yang digunakan untuk bekerja
dengan total waktu yang tersedia. Tujuan dari menghitung efesiensi kerja yaitu untuk
menilai baik atau tidaknya pelaksanaan suatu kegiatan.
Rumus untuk menghitung Efesiensi Kerja yaitu :

w
Efesinsi Kerja= x 100%
w+ s

a. Bukit Everest
Pemuatan Overburden PC 200 (012)
Waktu Hambatan :
Cek Alat = 5 menit
Memanaskan Alat = 10 menit
Berhenti Sebelum Istirahat = 15 menit
Berhenti sebelum jam kerja berakhir = 25 menit
Waktu yang Tersedia ;
8 jam = 480 menit
Waktu kerja Efektif :
Waktu yang tersedia waktu hambatan = 480 55
= 425 menit (7.1 jam)
Efesiensi Kerja :
w 425
wt
x 100 = 480 x 100 =88.5

Pengangkutan Overburden DT HINO 500 (123)


Waktu Hambatan :
Safety Talk = 10 menit
Memanaskan Alat = 6 menit
Berhenti Sebelum Istirahat = 15 menit
Berhenti sebelum jam kerja berakhir = 24 menit
Waktu yang Tersedia ;
7.30 jam = 450 menit
Waktu kerja Efektif :
Waktu yang tersedia waktu hambatan = 450 55
= 395 menit (6.58 jam)
Efesiensi Kerja :
w 395
wt
x 100 = 450 x 100 =87.7

b. Bukit Strada
Pemuatan Ore PC 200 (Top Loading)
Waktu Hambatan :
Safety Talk = 15 menit
Memanaskan Alat = 7 menit
Berhenti Sebelum Istirahat = 10 menit
Berhenti sebelum jam kerja berakhir = 30 menit
Waktu yang Tersedia ;
8 jam = 480 menit
Waktu kerja Efektif :
Waktu yang tersedia waktu hambatan = 480 60
= 420 menit (7 jam)
Efesiensi Kerja :
w 420
wt
x 100 = 480 x 100 =87.5

Pengangkutan Ore DT HINO 500 (123)


Waktu Hambatan :
Safety Talk = 13 menit
Memanaskan Alat = 7 menit
Berhenti Sebelum Istirahat = 15 menit
Berhenti sebelum jam kerja berakhir = 35 menit
Waktu yang Tersedia ;
7.30 jam = 450 menit
Waktu kerja Efektif :
Waktu yang tersedia waktu hambatan = 450 70
= 380 menit (6.3 jam)
Efesiensi Kerja :
w 395
wt
x 100 = 450 x 100 =87.7

b. Bukit Landcruiser
Pemuatan Ore PC 200 (Top Loading)
Waktu Hambatan :
Persiapan Alat = 15 menit
Berhenti Sebelum Istirahat = 25 menit
Berhenti sebelum jam kerja berakhir = 15 menit
Waktu yang Tersedia ;
8 jam = 480 menit
Waktu kerja Efektif :
Waktu yang tersedia waktu hambatan = 480 55
= 425 menit (7.1 jam)
Efesiensi Kerja :
w 425
wt
x 100 = 480 x 100 =88.5

Pengangkutan Ore DT HINO 500 (045)


Waktu Hambatan :
Persiapan Alat = 5 menit
Berhenti Sebelum Istirahat = 35 menit
Berhenti sebelum jam kerja berakhir = 25 menit
Waktu yang Tersedia ;
7.30 jam = 450 menit
Waktu kerja Efektif :
Waktu yang tersedia waktu hambatan = 450 65
= 385 menit (6.42 jam)
Efesiensi Kerja :
w 385
x 100 = 450 x 100 =85.5
wt

3. Produktivitas Alat Muat dan Alat Angkut


Produktivitas suatau alat muat maupun alat angkut merupakan jumlah material yang
dapat dicapai oleh alat tersebut dalam tiap harinya. Dari hasil pengamatan yang telah
dilakukan dilapangan memiliki produktivitas yaitu :
a. Bukit Everest
Alat Muat PC-200 (012) Pemuatan Overburden (Bottom Loading)
Cycle Time = 2.16
Efesiensi Kerja = 88.5 %
Kapasitas Bucket = 0,97 m 2
Jumlah Bucket = 10
Fill Factor =1
Density = 1,58 ton/ m 3
Waktu Kerja Efektif = 7.1 jam

Produktivitas =
60
x Kapasitas Bucket x FF x EK x Density x Jumlah Bucket x W.K.E
Ct Muat
60
x 0,97 x 1 x 0,885 x 1,58 x 10 x 7,1
2.4
2407.52ton /hari
Alat Angkut DT HINO (123) Pengangkutan Overburden
Cycle Time = 11.84 menit
Efesiensi Kerja (EK) = 87 %
Kapasitas Bak = !4.22 ton
Jumlah DT =5
Waktu Kerja Efektif (W.K.E ) = 6,58 Jam

60
x Kapasitas Bak x EK x Jumlah DT x W.K.E
Ct Angkut
60
x 14,22 x 0,87 x 5 x 6,58
11.84 menit
2080.85 ton/hari

b. Bukit Strada
Alat Muat PC-200 Pemuatan Ore (Bottom Loading)
Cycle Time = 2.64 menit
Efesiensi Kerja = 87.5 %
Kapasitas Bucket = 0,97 m 2
Jumlah Bucket = 12
Fill Factor =1
Density = 1,58 ton/ m 3
Waktu Kerja Efektif = 7 jam

Produktivitas =
60
x Kapasitas Bucket x FF x EK x Density x Jumlah Bucket x W.K.E
Ct Muat
60
x 0,97 x 1 x 0,87 x 1,58 x 12 x 7
2.64
2560.14 ton /hari

Alat Angkut DT HINO (003) Pengangkutan Ore


Cycle Time = 23,3 menit
Efesiensi Kerja (EK) = 84 %
Kapasitas Bak = 18.96 ton
Jumlah DT =8
Waktu Kerja Efektif (W.K.E ) = 6,3 Jam

60
x Kapasitas Bak x EK x Jumlah DT x W.K.E
Ct Angkut
60
x 18,96 x 0,84 x 8 x 6,3
23,3 menit
2067.01ton /hari
c. Bukit Landcruiser
Alat Muat PC-200 Pemuatan Ore (Bottom Loading)
Cycle Time = 2.97 menit
Efesiensi Kerja = 88.5 %
Kapasitas Bucket = 0,97 m 2
Jumlah Bucket =9
Fill Factor =1
Density = 1,54 ton/ m 3
Waktu Kerja Efektif = 7.1 jam

Produktivitas =
60
x Kapasitas Bucket x FF x EK x Density x Jumlah Bucket x W.K.E
Ct Muat
60
x 0,97 x 1 x 0,885 x 1,54 x 9 x 7.1
2.97
1706.5986 ton/hari

Alat Angkut DT HINO (003) Pengangkutan Ore


Cycle Time = 24,3 menit
Efesiensi Kerja (EK) = 88 %
Kapasitas Bak = 15.4 ton
Jumlah DT =8
Waktu Kerja Efektif (W.K.E ) = 6,42 Jam

60
x Kapasitas Bak x EK x Jumlah DT x W.K.E
Ct Angkut
60
x 15.4 x 0,85 x 8 x 6,42
24,3 menit
1660 ton/hari

4. Match Factor (Keserasian Alat)


Match factor adalah keserasian antara alat muat dan alat angkut. Keserasian
kerja setiap rangkaian kerja peralatan mekanis yang digunakan dalam setiap
rangkaian kerja tersebut. Berdasarkan hasil perhitungan dri data yang didapatkan
dilapangan, maka tingkat keserasian dari alat muat dan alat angkut yang
digunakan adalah sebagai berikut :
a. Bukit Everest
nH x CT I
MF =
nL x CT H
5 x 2.16
MF =
1 x 11.84
= 0,91

b. Bukit Strada
nH x CT I
MF =
nL x CT H
8 x 2.64
MF =
2 x 23.30
= 0,45
c. Bukit Landcruiser
nH x CT I
MF =
nL x CT H
8 x 2.97
MF =
2 x 24.30
= 0,49

Berdasarkan hasil diatas maka dapat diketahui hasil dari keserasian alat pada
bukit evrest yang menggunakan alat muat PC-200 sebanyak 1 dan alat muat DT
HINO 500 sebanyak 5. Sedangkat pada bukit strada menggunakan alat angkut
sebanyak 2 PC-200 dan 8 DT HINO 500. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel berikut ini :

NO Parameter Everest Strada Landcruiser


1 Jumlah PC 1 2 2
2 CT PC (menit) 2.40 2.64 2.97
3 Jumlah Bucket 10 12 9
4 Jumlah DT 5 8 8
5 CT DT (menit) 11.84 23.30 24.30
MF 1.01 0.45 0.49
4.5 Quality Control
Keadaan bijih nikel yang di tambang PT.ANTAM (Persero) UBPN SULTRA
memiliki kadar yang berbeda-beda. Untuk produk yang akan dipasarkan sangat
bergantung pada keadaan bijih nikel tersebut. Dengan tugas untuk memastikan
apakah kadar bijih yang ditambang tersebut dapat atau mampu memenuhi standar
atau spesifikasi umpan pabrik maka Quality Control sangan diperlukan.
Ada beberapa satuan kerja yang terdapat dalam Quality Control, yaitu Satuan
Kerja Sample Preparation, Satuan Kerja Quality Assurance, Satuan Kerja
Laboratorium Kimia Dan Satuan Kerja Laboratorium Instrument. Satuan kerja
tersebut sangat penting karena menjamin kualitas bijih atau kadar bijih nikel yang
akan diolah atau ditambang.
4.5.1 Preparasi Sample
Satuan kerja sample preparation bertugas mempersiapkan sample yang akan
diteruskan menuju laboratorium instrument dengan tujuan analisis kadar. Sample
yang diterima dari proses pengambilan sample masih dalam keadaan kasar, basah
dan berbatu. Adapun jenis sample yang dipersiapkan adalah sample dari selective
mining, sample re-check dan sample ore pabrik.
a. Peralatan pengambilan sample Re-check
Adapun peralatan yang digunakan dalam pengambilan sample re-check yaitu :
1. Scop sample
Scop sample yang digunakan yaitu scop 125 D dengan kapasitas 10
Kg dengan ukuran 30X30 cm. Digunankan sebagai wadah sample
sebelum dimasukkan ke dalam karung sample.
Gambar 4.5.1.1 Scop sample

2. Cangkul sample
Cangkul sample yang digunakan terbuat dari besi dengan panjang
pegangan 30 cm, lebar sendok 15 cm.

Gambar 4.5.1.2 cangkul sample

3. Karung sample
Karung sample digunakan untuk menyimpan sample yang telah
diambil menggunakan scop untuk memudahkan dalam pemindahan.
Gambar 4.5.1.3 Karung sample

4. Tali rapia
Tali rapia digunakan sebagai tanda dalam pengelompokkan setiap
increment. Pengelompokkan increment berdasarkan gross atau tumpukan
ditandai dengan warna tali rapia yang sama.

Gambar 4.5.1.4 Tali Rapia

b. Pengambilan sample Re-check


Pengambilan sample Re-check dilakukan pada tanggal 10 April 2017
berlokasi di STT 4. Pengambilan sample dilakukan oleh 4 orang pekerja dari
PT. DEWI JAYA yang bermitra dengan PT. ANTAM (persero) Tbk. UBPN
SULTRA.
Berikut merupakan alur kegiatan pengambilan sample :
1. Pengambilan sample Re-Check
menggunakan scop dan cangkul
sample.

Gambar 4.5.1.5 Pengambilan sample

2. Proses memasukkan sample ke


dalam karung sample dengan berat
10 Kg.

Gambar 4.5.1.6 Memasukkan sample

3. Karung sample yang telah berisi


sample kemudian diikat dengan
menggunakan tali rapia dengan
warna tertentu sebagai kode atau
tanda.

Gambar 4.5.1.7 Karung berisi sample

Setelah sample di masukkan kedalam karung kemudian sample akan


dibawa ke tempat preparasi sample menggunakan truck sample yang
kemudian akan dilakukan penanganan lebih lanjut.

c. Peralatan preparasi sample


Berikut merupakan peralatan yang digunakan dalam preparasi sample :
1. Sendok, scop, ayakan, dan talam.

Gambar 4.5.1.8 scop ukuran 20,15,10 D

d. Tahapan proses kegiatan preparasi sample

1.Pengelompokkan karung sample


berbasarkan warna tali rapia 2. Pemilahan boulder
3. Penghancuran boulder menggunakan 4. Pencampuran boulder dengan sample
Jaw Crusher 20 MM
ore

5. Matriks 4X5 pengambilan sample 6. Pengayakan (screening) dengan ukuran


menggunakan sendok 20 D 10MM

7. Penghancuran material yang tidak


lolos screening dengan Jaw Crusher 8. Pencampuran kembali
10MM
9. Matriks 4X5 dengan sendok 15D 10. Screening ukuran -3MM

11. Pengecilan ukuran -3MM dengan roll 12. Pencampuran kembali (mixing)
crusher

14. Pemanasan sample menggunakan


13. Matriks 4X5 dengan sendok 10D
oven dengan suhu 105o C

15. Pengecilan ukuran dengan Top


16. Pencampuran
Grinding ukuran 100 mesh
17. Matriks 4X5 dengan sendok 1D 18. Pemisahan sample A untuk
diatas papan matriks laboratorium dan C sebagai arsip

19. Penyaringan sample A 200 mesh 20. Pengecilan ukuran yang tidak lolos
menggunakan Save Shaker 200mesh menggunakan roll mill

21. Pencampuran kembali material dari


22. Pengemasan hasil sample A
roll mill

4.5.2 Laboratorium Instrumen

Laboratorium Instrumen berfungsi sebagai tempat meng-identifikasi


kandungan pada sample yang telah di preparasi. Cara mengetahui kadar dalam suatu
sample yaitu dengan menggunakan alat Xray (XRF) Xray Fluorescence spectrometry,
alat ini dapat menunjukan kadar Ni,Fe,CO,SiO2,CaO, serta kadar MgO pada sampel
yang telah di preparasi tersebut. Akan tetapi sebelum sample di XRay, sample aan
dibentuk terlebih dahulu menjadi Palete.
a. Tahapan Kegiatan Lab Instrumen
Dalam tahap ini sample yang ada akan dibentuk menjadi palete
terlebih dahulu akan dimasukan kedalam tutup botol yang memiliki
diameter yang telah ditentukan, setelah itu sample akan di masukan kedalam
mesin peress palete, cara kerja mesin press palete ini dengan memberikan
tekanan sebesar 40Psi pada sample dengan tujuan membuat sample menjadi
padat dan kompak serta akan memudahkan alat XRF membaca kadar dari
samlpe yang ada setelah itu sample yang sudah palete akan dimasukan
kedalam oven dengan suhu 105oC selama 30 menit yang bertujuan untuk
mengurangi kandungan air yang terdapt pada sample tersebut, kemudian
sample akan di masukan ke dalam alat XRF dan mesin akan bekerja secara
otomatis dan kadar akan terbaca secara langsung pada computer.
b. Alat-alat yang digunakan
Adapun alat-alat yang digunakan dalam proses kegiatan penentuan
kadar yang ada di Lab Instrumen sebagai berikut :
Tutup Botol sebagai wadah sample
Mesin Press Palete
Oven
XRF Magic Fast

4.6 Mine Environment


Reklamasi adalah sebuah kegiatan yang dilakukan pada tahap usaha
pertambangan dalam bidang penataan lahan tambang yang telah selesai di tambang,
dengan melakukan pemulihan dan perbaikan kualitas lingkungan serta ekosistem agar
dapat berfungsi kembali sesuai peruntukannya. (permen No.78 Tahun 2010). PT.
ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra memiliki unit lingkungan untuk tahap
kegiatan reklamasi yang bertujuan untuk memperbaiki ekosistem lahan pasca
tambang dengan melakukan perbikan kesuburan tanah serta melakukan penanaman
pada lahan permukaan dan juga menjaga agar lahan tidak labil, lebih produktif dan
meningkatkan produktivitas lahan pasca tambang.
Tujuan untuk kegiatan reklamasi ini untuk dapat menghasilkan nilai tersendiri
bagi lingkungan dan menciptakan keadaan yang jauh lebih baik dibandingkan dengan
keadaan sebelum proses penambangan, kerusakan lingkungan, dan sebagainya.
Reklamasi merupakan tanggung jawab perusahaan kepada lingkungan sekitar
kegiatan penambangan, masyarakat dan juga kepada Negara. Perusahaan Tambang
pasti akan membawa dampak kepada alam dan masyarakat. Oleh karena itu
perusahaan memiliki kewajiban untuk mengembalikan lahan yang telah dipakai
kebentuk awalnya, perusahaan bertanggung jawab penuh untuk melakukan pemulihan
kawasan bekas kegiatan penambangan yang telah diatur sebagai peraturan perundang-
undangan, yaitu :

1. Pasal 30 undang-undang No.11 Tahun 1967 tentang ketentuan pokok


pertambangan menjelaskan bahwa apabila selesai melakukan penambangan bahan
galian pada suatu tempat pekerjaan, pemegang kuasa pertambangan diwajibkan
mengembalikan tanah sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan bahaya bagi
masyarakat sekitarnya.

2. Undang-undang No.11 Tahun 1967 tentang ketentuan pokok pertambangan Pasal


30 yang menjelaskan bahwa setiap pemegang kuasa pertambangan diwajibkan
mengembalikan tanah sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan bahaya
penyakit atau bahaya lainnya, antara lain melalui kegiatan reklamasi.

3. Pasal 46 ayat 4 dan 5, peraturan Pemerintah No.75 Tahun 2001 tentang perubahan
kedua atas peraturan Pemerintah No.32 Tahun 1969 yang menjelaskan bahwa
sebelum meninggalkan bekas wilayah kuasa pertambangnnya, baik karena
pembatalan maupun hal yang lain, pemegang kuasa pertambangan harus terlebih
dahulu melakukan usaha pengamanan terhadap benda-benda maupun bangunan-
bangunan serta keadaan tanah di sekitar yang dapat membahayakan keamanan
umum.
4.6.1 Reklamasi Tambang

Kegiatan Reklamasi yang dilakukan oleh PT. ANTAM (Persero) Tbk.


UBPN Sultra menggunakan metode Handseeding. Adapun tahapannya antara lain
sebagai berikut :

a. Recontouring dan Regreading

Pada tahap ini dilakukan pengontrolan kembali bukit yang sudah ditambang
agar bukit tesebut dapat dilaksanaka kegiatan reklamasi dengan penimbunan dan
pemulusan pada bench tambang dan perataan pada kubangan-kubangan yang
ada, dan juga tahap ini dilakukan penghancuran pada batu-batu yang besar yang
masih ada di lahan kegiatan reklamasi nantinya. Adapun alat-alay yang dipakai
pada tahap ini yakni, 1 breaker, 1 Excavator, 1 Bulldoser

Gambar 4.6.1.1 Recontouring dan Regreading

b. Penghamparan Top Soil

Pada tahap ini dilakukan penimbunan top soil pada lahan yang telah di
regreading dengan ketebalan 60 Cm sampai 100 Cm. Ketebalan ini sangat
berpengaruh akan kesuburan tanaman yang nantinya akan di lakukan kegiatan
reklamasi karena daya ikat akar akan semakin kuat bila penghamparan
ketebalan top soil yang baik.
Gambar 4.6.1.2 Penghamparan Top Soil

c. Pengajiran

Pada tahap ini lahan yang telah di timbun oleh top soil akan diberikan titik
atau patok sebelum melakukan kegiatan penanaman yang bertujuan untuk
menandai jarak antara tanaman yang akan ditanam nantinya, dapat
mengetahui luas lahan, dapat mengetahui jumlah tanaman yng akan ditanam
dan juga dapat mengetahu jumlah biaya yang akan dikeluarkan dalam
kegiatan penanaman berlangsung.

Ajir (Patok) biasa dilakukan pada musim kemarau, mengingat pada musim
hujan kegiatan penanaman akan lebih diutamakan. Patok yang dipakai terbuat
dari batang bambu yang telah dipotong dengan panjang 30-40 Cm dan lebar
0,5-1 Cm, berbentuk lurus dan ditanam secara vertikal. Pemasangan ajir setiap
interval 3 x 3 Meter, akan tetapi pengukuran menggunakan meter akan
memperlambat proses pemasangan ajir maka dilakukan pengukuran
menggunakan tiga langkah kaki orang dewasa atau disesuaikan dengan jenis
tanaman serta kondisi medan tanah.
Gambar 4.6.1.3 Pengajiran

d. Revegetasi

Pada tahap ini dilakukan penanaman yang bertujuan untuk menutupi lahan
bekas tambang yang telah di lapisi top soil dan telah dilakukan pengajiran, ada
tiga tahap penanaman yang dilakukan yaitu :

1. Penanaman Cover Crop

Penanaman ini dilakukukan untuk menghindari terjadinya erosi yang


berlebihan, jenis tanaman cover crop ini adalah tanaman rumput-rumputan
lokal yaitu tetenggala. Pada setiap rumput yang digunakan memiliki
kelebihan dan kekurang masing-masing.

Untuk jenis rumput tetenggala sendiri digunakan karena rumput ini lebih
mudah tumbuh dan banyak menyerap air namun jenis ini tidak tahan pada
musim kemarau yang berkepanjangan.

Sedangkan untuk jenis rumput Laosan ini merupakan rumput yang kuat
akan musim kemarau namun rumput ini dapat menyerap unsur hara pada
tanaman lain maka dari itu rumput ini di tanam pada lokasi lahan yang krisis,
metode penanaman yang digunakan adalah dengan membaringkan rumput
yang telah dibuatkan lubang dan langsung di taburi pupuk untuk masing-
masing lubang.

Penanaman cover crop dilakukan dengan jarak spasi 1 meter agar


menghasilkan kerapatan dan rimbunnya tanaman penutup, pembuatan lubang
tanam ini tidak terlalu dalam yakni 10 Cm kemudia rumput ditanam dan
diberikan pupuk yang dicampur tanah galian lalu di timbun kembali.

Gambar 4.6.1.4 Penanaman dan pemberian pupuk tanaman cover crop

2. Penanaman Tanaman Pelindung

Tanaman ini berfungsi untuk melindungi tanaman inti yang nantinya akan
di tanam. Tanaman ini tidak lebih besar dari tanaman inti, hanya saja tanaman
pelindung ini berkembang lebih cepat dari pada tanaman inti. Selain itu,
tanaman pelindung akan membantu pengomposan secara alami. Jenis tanaman
pelindung antara lain, Gamal dan sengon. Pola penanaman untuk tanaman
pelindung adalah dengan spasi 3 x 3 Meter.

3. Penanaman Tanaman Inti


Tanaman Inti yang di pakai adalah :

Tanaman Vegetasi lokal antara lain, Mangga-mangga, Bitti, Cemara,


Kuku, Dengeng, Tirotasi, Trambesi, Mahoni, Tirotasik dan lain-lain.

Tanaman Vegetasi Luar antara lain, Sengon laut/Buto, mahoni, Johar,


Lamtaro, Trambesi, Pohon afrika, Sogo dan lain-lain.

Gambar 4.6.1.5 Tanaman inti


e. Pemeliharaan

Kegiatan ini akan dilakukan setelah ditanami tanaman pelindung ataupun


tanaman inti. Pemeliharaan dilakukan untuk memantau perkembangan tanaman
agar tanaman dapat berkembang dengan baik. Ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam pemeliharaan tanaman yaitu :

1. Penyiangan dan pendangiran

Penyiangan dilakukan untuk pemeliharaan yang bertujuan untuk


membersihkan tanaman dari gulma atau rumput pengganggu yang berada di
sekitar pangkal batang. Setelah itu dilakukan pemangkasan tajuk yang keluar
dari patok yang disiangi untuk menghindari bertemunya antara tajuk pohon
sehingga dapat menghalangi sinar matahari langsung pada tanaman inti. Tanah
disekitar pohon akan digemburkan agar penyerapan air dan pupuk yang
diberikan pada pohon dapat terserap dengan baik.

2. Pemupukan lanjutan

Pemupukan diberikan pada waktu tertentu dengan cara menggali tanah


hingga membentuk lingkaran disekitar pohon dengan ukuran sedalam dan
selebar mata cangkul yang digunakan. Pupuk di masukan kedalam lubang
galian yang sudah bercampur dengan tanah yang ada disekitar lubang galian,
kemudian ditutup dan dipadatkan kembali. Tujuannya agar tanaman mendapat
nutrisi yang cukup dalam proses perkembangan tanaman kedepannya.

3. Penyulaman

Penyulaman adalah kegiatan menggantikan tanaman yang mati atau rusak


dan kegiatan ini akan dilakukan dengan kurun waktu 1 sampai 2 tahun setelah
kegiatan penanaman berlangsung.

f. Pemantauan
Pemantauan sendiri akan dilakukan saat 6 bulan sekali setelah dilakukan
kegiatan penanaman dan kegiatan penyulaman. Bertujuan untuk mengetahui
perkembangan pada pohon pelindung maupun pohon inti yang telah ditanam.
Beberapa bagian tanaman yang dijadikan parameter pada saat kegiatan
pemantauan berlangsung :

Tinggi tanaman

Diameter batang

Lebar tajuk

Bila dari parameter tersebut telah menunjukan hasil yang baik maka
pemantauan akan dilakukan pada 4 bulan sekali guna untuk melihat
perkembangan dari tanaman dan apabila tanaman sudah menunjukan
perkembangan yang memuaskan maka tanaman tersebut dinilai telah mandiri
dan dibiarkan tumbuh secara alami.

4.6.2 Nursery (Pembibitan)

Untuk metode penanaman yang dilakukan oleh PT.ANTAM (Persero) Tbk.


UBPN Sultra adalah dengan cara :

a. Penyamaian (Bibit)

Biji dijemur sampai cangkang biji tersebut terbuka apabila cangkah biji
keras maka akan dilakukan perendaman dengan air panas selama 3 sampai
5 menit agar cangkah biji dapat terbuka sempurna.

Setelah itu dilakukan proses perendaman menggunakan air dingin selama 1


hari.
Biji yang sudah direndam tersebut akan disemaikan di pasir, bertujuan
untuk memudahkan pengambilan bibit yang sudah berkecamba yang
nantinya akan dipindahkan kedalam poy bag.

Bibit yang sudah dipindahkan kedalam poly bag dan sudah dinyatakan
tumbuh dengan baik maka akan dipindahkan ke ruangan pembibitan
selama 1 bulan.

Gambar 4.6.2.1 Tanaman yang dapat di semai

b. Peranakan (Tanam langsung)

Dilakukan pencabutan dari pada anakan pohon tertentu. Contoh tanaman


yang dapat dlakukan tanaman langsung :
1. Gamal

2. Tirotasik

3. Cemara

Gambar 4.6.2.2 Cemara

3.6.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan reklamasi

Adapun Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan reklamasi adalah :

1. Kemiringan

Kemiringan pada lahan akan sangat mempengaruhi proses penanaman


serta kesuburan tanaman. Untuk tanaman yang berada dibagian lereng
akan kurang subur karena unsur hara akan terbawa ke bagin yang
terendah, yang mengakibatkan lahan yang berada diatas akan kurang
mendapatkan unsur hara tersebut.

2. Ketebalan Top soil

Ketebalan top soil juga sangat mempengaruhi pertumbuhan akar pada


pohon karena semakin tebal top soil, maka akar akan semakin mudah
tumbuh dan kuat, sebaliknya apabila top soil terlalu tipis maka
pertumbuhan akar juga tidak baik dan itu mempengaruhi pertumbuhn
batang dari pohon tersebut.

3. Iklim

Iklim merupkan hal yang sangat besar pengaruhnya bagi pertumbuhan


tanaman. Terutama pada awal proses penanaman berlangsung. Indonesia
memiliki iklim subtropis, salah satunya kekeringan. Maka dari itu untuk
menghadapi kekeringan yang terjadi di PT. ANTAM (Persero) Tbk. UBPN
Sultra, dengan menggunaka metode tanaman Alkosob. Dengan membuat
kantung penyimpanan air yang bersifat hydrogel, yang bertujuan agar
pada saat kemarau, tanaman dapat menyerap cadangan air yang ada pada
alkosob tersebut. Namun metode ini kurang efektif karena hanya akan
berpengaruh pada lokasi-lokasi tertentu yang ditanami alkosob.

4. Hama

Hama merupakan pengganggu dalam pertumbuhan tanaman, sehingga


diperlukan upaya pencegahan dari serangan hama seperti insectisida.

5. Pemilihan Dan Penanganan Bibit Yang Kurang Unggul

Pemilihan bibit yang kurang baik akan sanggat mempengaruhi tingkat


keberhasilan dalam kegiatan Reklamasi. Bibit yang dipilih harus sesuai
dengan situasi dan kondisi pada lokasi reklamasi, seperti lokasi dengan
iklim tropis maka tanaman yang dipilih juga harus mempunyai spesifikasi
pertumbuhan yang membutuhkan sedikit air. Maka dari itu pemilihan bibit
yang baik sudah tentu akan memberikan hasil yang baik dalam kegiatan
reklamasi yang akan direncanakan.

3.6.4 Water Treatment


Masih dalam unit lingkungan PT.ANTAM (Persero) Tbk. UBPN SULTRA.
Kegiatan Water Treatment ini bertujuan untuk mengontrol air yang berada di
daerah bekas penambangan, unit lingkungan ini memantau sebanyak 7 lokasi
check dam antara lain : Tanjung Leppe, sitado, Latumbi, Bea cukai, Tonggoni,
Pesouha, dan juga Bukit A.
Gambar 4.6.2.3 Lokasi check dam

Pemeliharaan Check dam hanya seputar pengerukan endapa. Jika terjadi


pengendapan yang diakibatkan oleh curah hujan yang tinggi dan pembuangan
limbah dari pabrik maka akan dilakukan proses pengerukan pada check dam
tersebut. Kedalaman untuk masing-masing check dam yaitu 3 meter, untuk
pengambilan sampel air dilakuan dengan menggunakan 2 botol bekas air
mineral pada setiap check dam yang kemudian akan dibawa ke Lep Kimia
untuk mengetahui Volume Limbah, PH, Temperatur dan TSS.

Gambar 4.6.2.4 Hasil Uji Laboratorium Kimia

Anda mungkin juga menyukai