Anda di halaman 1dari 4

Belajar Governor Hidrolik - Case "Failure Start Engine but Nothing

Indication Relay Working"


saya ingat, pernah ditugaskan ke unit daerah lain karena mesin pembangkit disana gagal di operasi kan
dan sudah dilakukan upaya memperbaiki selama 2 hari, tetapi hasil nya 'NIHIL'. Akhir na saya dapat
perintah untuk menginstal governor dari unit saya ke tempat tersebut. Ternyata setelah saya instal
mesin tetap gagal start atau tidak mau hidup dan memaksa saya harus bekerja keras seharian mencari
trouble na. Ok, singkat kata, saya ingin berbagi kasus tersebut buat tmn2 sesama teknisi atau pun
engineer mesin. Enjoy it.

Dari wawancara diketahui bahwa saat dipasang governor ex. SWD DRO 216, mesin Niigata berhasil start
dan masuk system namun tidak bertahan lama kemudian kembali mengalami gagal start. Pada saat
gagal start tidak ada indikasi relay yang kerja.

Dari metode pengamatan ini diperoleh data bahwa speed setting governor UG-8 ex SWD DRO 216
memiliki setingan yang berbeda dengan mesin Niigata. Dan dari percobaan start dengan governor ex.
Deutz BV8M628 didapat kan data mesin Niigata saat distart, Fly Wheel nya berputar normal namun load
limit nya tidak dapat naik.

SELANJUT NYA PAKE WEAR PACK LANGSUNG KERJA.....


Bila dilihat dari fungsi utamanya, governor berfungsi sebagai:

1. Proteksi Over Speed Governor


Dimana governor berfungsi untuk mengurangi jumlah bahan bakar yang masuk ke dalam ruang
bakar karena adanya penurunan beban yang tiba-tiba / hilang, sehingga kenaikan putaran mesin akan
dipelihara pada putaran over speed dalam batas aman.

2. Proteksi Over Speed Trip Governor


Dimana governor akan berfungsi untuk menghentikan bahan bakar yang masuk ke dalam ruang
bakar bila mesin mencapai putaran tertentu (over speed) karena beban turun/ hilang tiba-tiba,
sehingga mesin stop karena trip akibat overspeed.

Over speed trip governor terdiri dari 2 tipe:

a. Tipe Reset Manual


Bila terjadi over speed bahan bakar akan diblokir masuk ke dalam ruang bakar sehingga putaran
mesin turun sampai mesin berhenti.
Sebelum mesin distart kembali, operator harus terlebih dahulu mereset over speed trip
governor tersebut secara manual.

b. Tipe Reset Automatic


Bila terjadi over speed bahan bakar yang masuk ke dalam ruang bakar akan diblokir sehingga
putaran mesin turun sampai mendekati putaran rendah yang ditentukan. Setelah mendekati putaran
terendah tersebut, secara automatis overspeed trip direset sehingga bahan bakar akan kembali ke
dalam ruang bakar dan putaran mesin akan naik kembali ke putaran nominal.
3. Regulating Governor
Governor ini berfungsi mengatur bahan bakar yang masuk ke dalam ruang bakar sesuai dengan
perubahan beban sehingga putaran mesin menjadi tetap.
Dari penjelasan di atas over speed governor dan over speed trip governor adalah termasuk governor
yang berfungsi sebagai alat pengaman dan untuk orang pembangkit jarang menyebut alat ini governor,
tetapi sering disebut relay over speed. Sedangkan regulating governor adalah governor pengatur
putaran dan untuk pembangkit listrik dikenal dengan istilah pengatur frekuensi.

Regulating governor jelas sangat dibutuhkan di PLTD untuk mempertahankan mesin tetap bekerja
dengan putaran nominal yang konstan agar didapatkan frekuensi tetap 50 Hz. Untuk memperoleh
putaran mesin yang konstan diperlukan bahan bakar yang sebanding dengan permintaan beban saat itu
dengan cara mengatur jumlah bahan bakar oleh rack bahan bakar. Rack bahan bakar harus sangat peka
terhadap perubahan beban jaringan yang akan mengakibatkan perubahan putaran pada motor diesel
(frekuensi listrik yang dikeluarkan). Jadi tujuan dari Regulating governor ini:
Mendeteksi perubahan putaran
Mengatur posisi rack bahan bakar
Start dan mematikan mesin.
Regulating governor inilah yang dilapangan kita kenal sebagai GOVERNOR. Ditinjau dari prinsip kerjanya
governor dibagi menjadi 3 macam sebagai berikut:

Governor mekanis
Governor hidrolis
Governor electric

Untuk PLTD umumnya menggunakan governor hidrolis. Menurut proses kerjanya governor hidrolis
terbagi menjadi 4 macam sebagai berikut:

Governor tanpa compensasi isochronous


Governor speed droop
Governor compensasi isochronous
Governor compensasi dengan speed droop
I. Pembahasan Masalah
Sebelum mengatasi troubleshooting gagal start Niigata ini, penulis terlebih dahulu mengumpulkan data
kronologis kejadian dan mengamati secara langsung proses test start yang dilakukan.
1. Persiapan pemasangan governor ex. Deutz BV8M628 ke Niigata 8L40CX
a. Persiapan tool-tool yang diperlukan
b. Pengukuran & Pemeriksaan Spesifikasi governor
- Pemeriksaan governor ex. Nigata #2:
Type UG 8 Rpm = 850 - 1500
Kedalaman Ballhead drive gear posisi minimum = 12,80 mm (Load limit 10, Speed setting minimum)
Kedalaman Ballhead drive gear posisi maximum = 23,20 mm (Load limit 10, Speed setting maksimum)
Terminal Cable Solenoid Coil tidak tersambung dengan baik, dilakukan penyolderan.
- Pemeriksaan governor ex. Deutz #1:
Type UG 8 Rpm = 850 1500
Kedalaman Ballhead drive gear posisi minimum = 11,70 mm (Load limit 10, Speed setting minimum)
Kedalaman Ballhead drive gear posisi maximum = 22,60 mm (Load limit 10, Speed setting maksimum)
- Kesimpulan pemeriksaan:
Type sama
Kedalaman ballhead drive gear posisi minimum selisih -0,90 , tidak di ubah
Kedalaman ballhead drive gear posisi maximum selisih -0,60 , tidak di ubah
Digunakan shut down selenoid dan servo motor ex. Niigata #2
c. Pembuangan udara terjebak dalam governor
Proses ini diperlukan agar saat mesin beroperasi tidak mengalami hunting. Secara konvensional untuk
mengeluarkan angin yang terjebak di dalam governor ini, biasanya teknisi melakukan pemompaan oli
dengan special tool nya. Namun disini penulis melakukan proses pembuangan angin dengan cara
membuka baut L yang terdapat di base governor yang berfungsi sebagai socket pipe plug 1/8. Cara
nya yaitu:
- Siapkan ember bersih untuk penampungan keluar oli.
- Isi oli governor sampai penuh, kemudian lepas baut L tersebut
- Biarkan oli keluar sambil diperhatikan buih-buih udara yang keluar.
- Perhatikan kapasitas oli dalam governor apabila sudah turun sampai setengah isi lagi dengan oli
penambah dan jangan sampai habis agar tidak ada lagi udara terjebak
- Lakukan terus pengisian sambil diperhatikan dengan seksama oli yang keluar sampai tidak terdapat lagi
buih-buih udaranya.
- Apabila sudah tidak ada lagi buih-buih udara pada oli yang keluar tadi, tutup baut L tadi kemudian
periksa dengan melakukan pemompaan drive shaft governor dengan tool nya dan pastikan tidak ada lagi
udara terjebak. Apabila masih terdapat udara terjebak, lakukan lagi langkah-langkah di atas.

2. Pemasangan governor ke mesin


a. Setelah dilakukan pembuangan udara terjebak, pasang servomotor dan shutdown selenoidnya pada
dudukannya. Kemudian dilakukan pemasangan governor tersebut pada mesin. Setelah governor
terpasang di mesin, pasang komponen-komponen pipa pendukung untuk booster pumpnya kemudian
lanjutkan pada langkah berikut.
b. Pemasangan governor control lever terhadap governor link device.
- Dorong governor control lever sampai load limit di governor posisi 0
- Tahan governor control lever dan putar knob sampai posisi 0
- Tarik handle rack ke posisi stop (semua rack injection pump posisi 0)
- Atur panjang governor link device dengan mengatur adjustable nut nya hingga lubangnya pas dengan
lubang pada governor control lever.
- Bila sudah pas pasang lock pin nya.

3. Pengetesan start mesin.


Pengetesan pertama
Setelah semua komponen terpasang, dilakukan start mesin dan mesin dapat beroperasi. Kemudian
dilakukan pembebanan hingga 2000 kW posisi load limit sudah 10, beban mesin tidak dapat dinaikkan
lagi. Mesin kemudian dishut down, dilakukan perubahan control lever dan panjang rod pada bagian
governor link device. Saat distart kembali mesin saat rpm ideal langsung turun terus seperti lose power
(setelah mesin di start, tiba-tiba terus turun sampai trip). Sebelumnya saat dilakukan percobaan
dengan memasang governor SWD, mesin juga menunjukkan gejala seperti lose power (setelah mesin di
start, tiba-tiba terus turun sampai trip). Dilakukan pemeriksaan ulang dan ditemukan selenoid
plunger tidak bergerak sebagai mana mestinya. Diset kembali bagian set screw dan rod extension
sehingga selenoid plunger bisa bergerak naik-turun. Dilakukan pemeriksaan mendetail pada shutdown
solenoid ini dan disimpulkan Niigata memakai de-energize to shut down model with latch namun
setelah diperiksa dengan teliti tidak ada bagian shutdown spring dan washer (shutdown spring
retainer). Dipasangkan shutdown spring dan washer (shutdown spring retainer) ex. Deutz #1.
Setelah pekerjaan di atas selesai dilakukan start posisi speed setting 8.5, mesin start normal disesuaikan
rpm 429.
Dilakukan pembebanan hingga 2500 kW. Mesin naik pelan dan harus dibantu dengan mendorong handle
rack secara manual dan saat diturunkan memberikan respon yang sangat lambat. Mesin diset kembali
load limit dan dibatasi 2200 kW

Pengetesan Kedua
Saat dilakukan pembebanan, respon governor untuk menaikkan dan menurunkan beban sangat lambat.
Kemudian dilakukan penyetelan Compensating Needle Valve.
Langkah penyetelan Compensating Needle Valve :
o Buka Needle Valve Plug
o Putar Compensating Needle Valve searah jarum jam sampai mentok, kemudian buka
o Lakukan start mesin dan lakukan pembebanan
o Lihat respon yang diberikan apabila terlalu cepat naik/turun beban, putar Compensating Needle Valve
searah jarum jam kira-kira 1/16 putaran sambil dilihat kembali responnya. Apabila terlalu lambat
naik/turun beban, putar Compensating Needle Valve berlawanan jarum jam kira-kira 1/16 sambil
dilihat responnya dan lakukan penyetelan Compensating Needle Valve tadi sampai didapatkan respon
naik/turun beban yang ideal.
o Catatan tambahan:
Saat kita menyetel compensating needle valve pastikan terlebih dahulu proteksi over speed mesin
bekerja dengan baik. Hal ini untuk menghindari hal-hal yang tidak di inginkan.
Hasil pengetesan kedua, mesin dapat beroperasi dengan baik dan masuk system dengan respon
naik/turun beban yang ideal.

Analisa Hasil Pengetesan


Kegagalan start kembali saat pengetesan pertama disebabkan oleh tidak bekerjan nya selenoid plunger
sebagai mana mestinya. Setelah mesin mengalami gagal start dilakukan inspeksi dimana dilakukan
percobaan start kembali dan saat mesin baru hidup, load limit langsung turun ke posisi 0 atau dengan
kata lain governor menutup kembali rack bahan bakar. Diperkirakan penyetelan screw dan rod
extension di selenoid plunger tidak pas, kemudian dilakukan penyetelan maksimal yaitu dengan
memutar screw dan rod extension di selenoid plunger berlawanan jarum jam sampai mentok. Kemudian
dilakukan test start kembali. Pada saat dilakukan test start, penulis meletakan sebuah obeng di rod
extension di selenoid plunger dan saat proses start diketahui rod extension di selenoid plunger tidak
bergerak naik. Akibat Selenoid Plunger yang masih diposisi bawah (tidak naik) maka Shut down strap
yang terdapat di dalam governor tidak bisa naik dan akibatnya load limit saat mesin di start akan
berputar mengikuti putaran mesin namun kemudian akan mengembalikan load limit ke posisi 0
sehingga fuel rack tidak membuka dan bahan bakar tidak dapat disalurkan ke ruang bakar, yang
akhirnya menyebabkan terjadinya mesin gagal start. Jadi dapat disimpulkan penyebab gagal start
mesin Niigata tersebut akibat selenoid plunger yang tidak dapat bergerak naik dengan lancar.
Kemudian dilakukan pembongkaran dan penghalusan dudukan selenoid plunger. Setelah sudah
dipastikan selenoid plunger dapat bergerak dengan lancar, kemudian dilakukan test start dan mesin
berhasil beroperasi. Karena mesin Niigata u/ shut down nya dibantu oleh Shut Down Control Device
Valve, dimana ada system pneumatic yang akan membantu mendorong fuel rack sampai 0 maka
penyetelan rod extension di selenoid plunger tidak diperlukan. Untuk mesin Deutz apabila memasang
governor masih diperlukan penyetelan rod extension, caranya yaitu posisikan rod extension di selenoid
plunger max. paling tinggi, kemudian shut down mesin. Apabila mesin tidak mau berhenti putar screw
rod extension di selenoid plunger searah jarum jam dengan pelan-pelan sampai mesin mau berhenti.

Kesimpulan
Kegagalan pemasangan governor UG-8 ex. Deutz BV8M628 maupun governor ex. SWD DRO 216 di
mesin Niigata diakibatkan oleh Selenoid Plunger pada shutdown selenoidnya yang tidak bergerak naik.
Akibat Selenoid Plunger yang masih diposisi bawah (tidak naik) maka Shut down strap yang terdapat di
dalam governor tidak bisa naik dan akibatnya load limit saat mesin di start akan berputar mengikuti
putaran mesin namun kemudian akan mengembalikan load limit ke posisi 0 sehingga fuel rack tidak
membuka dan bahan bakar tidak dapat disalurkan ke ruang bakar, yang akhirnya menyebabkan
terjadinya mesin gagal start dan tidak ada indikasi relay kerja yang mentripkan mesin.

Anda mungkin juga menyukai