Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
REKSADANA SYARIAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Bank dan Lembaga Keuangan Syariah
Dosen Pengampu: Supriyono, S.Pd.I., M.M
Disusun Oleh :
1. Ahmad Alfiyan (1420210101)
2. Mira Endah Sari (1420210102)
A. Latar Belakang
Investasi merupakan salah satu solusi yang tepat bagi pemilik modal
dalam mengembangkan hartanya. Dalam berinvestasi ini banyak jalan yang bisa
dilalui, baik dilakukan oleh pemilik modal sendiri, maupun diserahkan kepada
pihak lain untuk diinvestasikan, salah saru cara menginvestasikan hartanya adalah
melalui lembaga keuangan non perbankan yang bisa dijadikan sebagai tempat
investasi bagi para pemilik modal, salah satunya yaitu reksadana.
Reksadana merupakan salah satu alternatif investasi bagi masyarakat
pemodal. Khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak
waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
Reksadana dirancang sebagai sarana untuk menghimpun dana dari
masyarakat yang memiliki modal, mempunyai keinginan untuk melakukan
investasi, namun hanya memiliki waktu dan pengetahuan yang terbatas. Selain itu
reksadana juga diharapkan dapat meningkatkan peran pemodal lokal untuk
berinvestasi dipasar modal di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan sejarah reksadana syariah?
2. Bagaimana karakteristik reksadana syariah?
3. Bagaimana bentuk hukum dan jenis-jenis reksadana syariah?
4. Apa saja lembaga-lembaga fasilitator reksadana syariah?
5. Bagaimana perhitungan NAB dalam reksadana?
6. Apa saja manfaar dan risiko dari reksadana syariah?
7. Bagaimana pengembangan reksadana syariah?
2
BAB II
PEMBAHASAN
1 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi, Yogyakarta:
Ekonisia, 2004, hlm. 201.
3
tujuan dari reksadana syariah adalah memenuhi kebutuhan kelompok investor
yang ingin memperoleh pendapatan investasi dari sumber dan cara yang bersih
dan dapat dipertanggungjawabkan secara agama serta sejalan dengan prinsip-
prinsip syariah.
Beberapa istilah yang sering muncul dalam reksadana syariah, antara
lain:
Efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat
berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan
kontrak investasi kolektif, kontrak bejangka atas efek, dan setiap derivatif
dari efek.
Portofolio efek adalah kumpulan efek yang dimiliki secara bersama
(kolektif) oleh para pemodal dalam reksadana.
Emiten adalah perusahaan yang menerbitkan efek untuk
ditawarkan kepada publik.
Manajer investasi adalah pihak yang kegiatan usahanya mengelola
portofolio efek untuk para nasabah atau mengelola portofolio investasi
kolektif untuk sekelompok nasabah.
Mudharabah/ qirad adalah suatu akad atau sistem dimana
seseorang memberikan hartanya kepada orang lain untuk dikelola dengan
ketentuan bahwa keuntungan yang diperoleh (dari hasil pengelolaan
tersebut) dibagi antara kedua belah pihak, sedangkan kerugian ditanggung
shahib al-mal sepanjang tidak ada kelalaian dari mudharib.
Prospektus adalah setiap informasi tertulis sehubungan dengan
penawaran umum dengan tujuan agar pihak lain membeli efek.
Bank kustodian adalah pihak yang kegiatan usahanya adalah
memberikan jasa penitipan efek dan harta lain yang berkaitan dengan efek
serta jasa lain, termasuk menerima deviden, dan hak-hak lain,
menyelesaikan transaksi efek, dan mewakili pemegang rekening yang
menjadi nasabahnya.2
2. Sejarah Reksadana Syariah di Indonesia
Di Indonesia, instrumen reksadana mulai dikenal pada tahun 1995,
yakni dengan diluncurkannya PT. BDNI Reksadana. Berdasarkan sifatnya
BDNI Reksadana adalah reksadana tertutup mirip the Scottish American
2 Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2009, hlm. 165-170.
4
Investment Trust. Seiring dengan hadirnya UU Pasar Modal pada tahun 1996,
mulailah reksadana tumbuh secara aktif. Reksadana yang tumbuh dan
berkembang pesat adalah reksadana terbuka atau reksadana yang berupa KIK
(kontrak investasi kolektif) dengan total dana yang dikelola sebesar Rp. 5,02
miliar.
Hadirnya Bank Muamalat, Asuransi Takaful dan tumbuhnya lembaga
keuangan syariah menimbulkan sikap optimis meningkatnya gairah investasi
yang berbasis pada investor muslim. BAPEPAM mulai melakukan inisiatif
untuk mewadahi investor muslim, maka mulai tahun 1997 dihadirkan
reksadana syariah. Kemudian pada tahun 2000 dihadirkan kembali produk
baru dengan nama danareksa syariah berimbang. Sistem danareksa syariah ini
belum menjadi bagian terpisah sistem reksadana yang ada selama ini.3
5
Dalam operasional manajemen portofolio, yang harus diperhatikan adalah
proses valuation saham. Keguanaan konvensional membolehkan
adanya risk free interest yang tentunya tidak bisa dibenarkan secara
syariah.
e. Pengawasan yang Lebih Selektif
Selain dari BAPEPAM sebagai pengawas pasar modal syariah dalam
seluruh kegiatan operasionalnya agar tetap berada dalam ketentuan syariah
yang berlaku.
f.Adanya Jakarta Islamic Indeks (JII)
Berguna sebagai tolak ukur bagi investasi berdasarkan syariah dipasar
modal selain dari indeks-indeks yang lain yang ada di Bursa Efek Jakarta.
g. Investasi pada Perusahaan Produk Halal
Dalam penempatan dananya reksa dana syariah tidak boleh menempatkan
dananya pada emiten yang menjalankan usahanya pda hal-hal yang
melanggar syariah seperti alcohol, makanan haram dan sebegainya.4
2. Sifat-Sifat Reksadana
Bentuk hukum reksadana menentukan suatu sifat reksadana yang dapat
dilakukan. Berdasarkan sifat operasionalnya, reksadana dapat dibedakan
dalam dua jenis antara lain:
a. Reksadana tertutup (closed-end investment funds) yaitu reksadana
yang tidak dapat membeli saham-saham yang telah dijual kepada pemodal.
Artinya, pemegang saham tidak dapat menjual kembali sahamnya kepada
Manajer Investasi. Apabila pemilik saham hendak menjual saham, hal ini
harus dilakukan melalui Bursa Efek tempat saham reksadana tersebut
dicatatkan.
b. Reksadana terbuka (opend-end investment fund) yaitu reksadana
yang menawarkan dan membeli saham-sahamnya dari pemodal sampai
sejumlah modal yang sudah dikeluarkan. Pemegang saham jenis ini dapat
menjual kembali saham/ Unit Penyertanya setiap saat apabila diinginkan
Manjer Investasi reksadana, melalui Bank Kustodian wajib membelinya
sesuai dengan NAB per saham/ unit pada saat tersebut.5
3. Proses Pengelolaan Reksadana Syariah
6
Secara sederhana proses pengelolan investasi reksadana syariah dapat
digambarkan sebagai berikut:
Tim investasi
Portofolio
7
pasar modal maupun pasar uang. Reksadana bentuk perseroan dibedakan
lagi berdasarkan sifatnya menjadi reksadana perseroan yang tertutup dan
reksadana perseroan terbuka.
Bentuk ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
- Bentuk hukumnya adalah Perseroan Tebatas (PT)
- Pengelolaan reksadana didasarkan pada kontrak antara Direksi
Perusahaan dengan Manajer Invetasi yang ditunjuk
- Penyimpanan kekayaan reksadana didasarkan pada kontrak antara
Manajer Investasi dengan Bank Kustodian.
b. Reksadana Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif
Reksadana bentuk ini, merupakan kontrak antara Manajer investasi
dengan Bank Kustodian yang mengikat pemegang Unit Penyerta, dinana
Manajer Investasi diberi wewenang untuk mengelola portofolio investasi
kolektif dan Bank Kustodian diberi wewenang untuk melaksanakan
penitipan kolektif. Bentuk inilah yang lebih populer dan jumlahnya semakin
bertambah dibandingkan dengan reksadana yang berbentuk perseroan.
Bentuk ini bercirikan:
- Bentuk hukumnya adalah Kontrak Investasi Kolektif (KIK)
- Pengelolaan reksadana dilakukan oleh manajer investasi
berdasarkan kontrak
- Penyimpanan kekayaan investasi kolektif dilaksanakan oleh Bank
Kustodian berdasarkan kontrak
2. Jenis-Jenis Reksadana
a. Reksadana Pasar Uang
Reksadana jenis ini hanya melakukan investasi pada Efek bersifat Utang
dengan jatuh tempo kurang dari 1 (satu) tahun. Tujuannya adalah untuk
menjaga likuiditas dan pemeliharaan modal.
b. Reksadana Pendapatan Tetap
Reksadana jenis ini melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari
aktivanya dalam bentuk Efek bersifat utang. Reksadana ini memiliki risiko
yang relatif besar dari reksadana pasar uang. Tujuannya adalah untuk
menghasilkan tingkat pengembalian yang stabil
c. Reksadana Saham
Reksadana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari
aktivanya dalam bentuk Efek bersifat Ekuitas. Karena investasinya
8
dilakukan pada saham, maka risikonya lebih tinggi dari dua jenis reksadana
sebelumnya namun menghasilkan tingkat pengembalian yang tinggi.
d. Reksadana Campuran
Reksadana jenis ini melakukan investasi dalam efek bersifat ekuitas
(saham) dan efek bersifat utang (obligasi).
9
Konsultan hukum, bertugas meneliti aspek-aspek hukum emiten dan
memberikan pendapat segi hukum (legal opinion) tentang keadaan dan
keabsahan usaha emiten
6. Akuntan Publik
Akuntan publik yang disahkan oleh BPKP, bertugas antara lain melakukan
pemeriksaan atas laporan keuangan perusahaan dan memberikan pendapatnya,
memeriksa pembukuan, apakah sudah sesuai dengan prinsip akuntansi
Indonesia dan ketentuan Bapepam-LK serta memberi petunjuk pelaksanaan
cara-cara pembukuan yang baik (apabila diperlukan)
7. Agen Penjual
Agen penjual adalah pihak yang menjual produk-produk yang dikelola oleh
manajer investasi kepada nasabah baik perorangan maupun badan hukum.7
10
NAB per unit = Total Nilai Aktiva Bersih
Total unit penyertaan (saham) diterbitkan
Dimana:
Total NAB = jumlah nilai aktiva bersih pada periode tertentu
NAB per unit = Nilai Aktiva Bersih per saham atau unit penyertaan pada periode
tertentu. 8
11
G. Manfaat dan Resiko Reksadana
1. Manfaat Reksadana
a. Pemodal walaupun tidak memiliki dana yang cukup besar dapat
melakukan diversifikasi investasi dalam Efek, sehingga dapat
memperkecil risiko.
b. Reksadana mempermudah pemodal untuk melakukan investasi di
pasar modal. Menentukan saham-saham yang baik untuk dibeli bukanlah
pekerjaan yang mudah, namun memerlukan pengetahuan dan keahlian
tersendiri.
c. Efisiensi waktu, dengan melakukan investasi pada reksadana di
mana dana tersebut dikelola oleh manajer investasi profesional maka
pemodal tidak perlu memantau kinerja investasinya, hal tersebut dialihkan
kepada manajer investasi tersebut.
2. Risiko Reksadana
a. Risiko berkurangnya nilai unit penyertaan (NUP), risiko ini
dipengaruhi oleh turunnya harga dari Efek (saham, obligasi, dan surat
berharga lainnya) yang masuk dalam portofolio reksadana rersebut
b. Risiko likuiditas, risiko ini menyangkut kesulitan yang dihadapi
oleh manajer investasi jika sebagian besar pemegang unit melakukan
penjualan kembali (redemption) atas unit-unit yang dipegangnya. Manajer
investasi kesulitan dalam menyediakan uang tunai atas redemption
tersebut.
c. Risiko wanprestasi, risiko ini merupakan risiko terburuk, di mana
risiko ini dapat timbul ketika perusahaan asuransi yang mengasuransikan
kekayaan reksadana tidak segera membayar ganti rugi atau membayar
lebih rendah dari nilai pertanggungan saat terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan, seperti wanprestasi dari pihak-pihak yang terkait dengan
reksadana, pialang, Bank Kustodian, agen pembayaran, atau bencana alam,
yang dapat menyebabkan penurunan NAB (Nilai Aktiva Bersih)
reksadana.10
BAB III
10 Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin, Pasar Modal di Indonesia, Jakarta: Salemba
Empat, 2001, hlm. 148-149.
12
PENUTUP
Kesimpulan
Reksadana dapat dipahami sebagai suatu wadah dimana masyarakat dapat
menginvestasikan dananya dan oleh pengurusnya, yaitu manajer investasi, dana
tersebut diinvestasikan ke portofolio efek. Sedangkan reksadana syariah adalah
reksadana yang beroperasi menurut ketentuan dan prinsip syariah Islam.
Bentuk hukum reksadana menentukan suatu sifat reksadana yang dapat
dilakukan. Berdasarkan sifat operasionalnya, reksadana dapat dibedakan dalam
dua jenis, yaitu reksadana tertutup dan reksadana terbuka.
Mengenai bentuk hukum reksadana syariah ada yang berbentuk perseroan
(PT), dan adapula yang berbentuk kontrak investasi kolektif. Dan ada beberapa
jenis reksadana yang biasa digunakan, yaitu reksadana pasar uang, reksadana
pendapatan tetap, reksadana saham, dan reksadana campuran.
Prinsip Dasar Reksadana Syariah antara lain bukan mencari keuntungan
yang sebanyak-banyaknya, adanya proses cleansing, proses valuation saham,
pengawasan yang lebih selektif, adanya Jakarta Islamic Indeks (JII), investasi
pada perusahaan produk halal.
Lembaga-lembaga fasilitator reksadana syariah yaitu bapepam-LK,
pengelola investasi (manajer investasi), bank custodian, notaris, konsultan hukum,
akuntan publik, dan agen penjual.
Terdapat beberapa manfaat dan risiko dalam reksadana syariah, antara
lain manfaatnya adalah dapat memperkecil risiko, mempermudah pemodal untuk
melakukan investasi di pasar modal, dan dapat mengefisiensikan waktu.
Sedangkan risikonya adalah berkurangnya nilai unit penyertaan (NUP), likuiditas,
dan risiko terjadinya wanprestasi.
13
DAFTAR PUSTAKA
Sudarsono, Heri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi.
Yogyakarta: Ekonisia. 2004.
14