Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN KEGIATAN

UPAYA PENGOBATAN DASAR (F6)


SKABIES

Pendamping:
dr. Agustina Rusmawati

Disusun Oleh:
dr. Shofa Shabrina H

PUSKESMAS KAJEN I
KABUPATEN PEKALONGAN
2017

1
KASUS F6
No. ID dan Nama Peserta :dr. Shofa Shabrina Henandar
No. ID dan NamaWahana : Puskesmas Kajen I
Tanggal (kasus) : 14 Juni 2017
Nama Pasien :An. R (7th)
Tanggal Presentasi : 17 Mei 2017 NamaPendamping :dr.Agustina Rusmawati
Tempat Presentasi : Puskesmas Kajen I
Obyektif Presentasi :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran TinjauanPu
staka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi :
Tujuan :
Bahan Tinjauan Riset Kasus Audit
Bahasan : Pustaka
Cara Diskusi Presentasi dan E-mail Pos
Membahas : diskusi
Data Pasien : Nama : An. R Nomor Registrasi:
Nama Klinik: KIA telp :- Terdaftar sejak:
Data utama untuk vahan diskusi : Skabies
1. Diagnosis / gambaran klinis :
Pasien datang ke Puskesmas Kajen 1 dengan keluhan gatal pada selangkangan sejak 1
bulan sebelumnya. Gatal dirasakan terutama pada malam hari. Saat gatal biasanya pasien
menggaruknya dengan kuku, terkadang karena garukannya yang terlalu keras, timbul luka pada
kulit yang digaruk. Selain pada selangkangan terdapat pula keluhan yang sama pada sela jari
kedua tangan, badan, dan kaki. Gatal awalnya dirasakan pertama kali pada kedua tangannya sejak
6 bulan, terutama sela-sela jari tangan, kemudian meluas ke badan, kaki, dan kemudian
selangkangan. Menurut ibu pasien, pasien sudah berulang kali berobat ke beberapa pelayanan
kesehatan, seperti Puskesmas maupun klinik dokter umum pribadi, namun keluhan belum teratasi
dan malah semakin bertambah parah.

2
2. RPD :
Riwayat sakit serupa (-)
Riwayat mondok karena keluhannya(-)
Riwayat alergi disangkal
Riwayat pengobatan lama disangkal
3. Riwayat keluarga :
Riwayat sakit serupa (+) kakak kandung pasien
Riwayat alergi disangkal.
4. Riwayat Sosial Ekonomi:
Pasien merupakan anak ke-2 dari 2 bersaudara. Pasien tinggal di Desa Gejlig bersama kedua orang
tuanya, kakaknya, dan neneknya. Ayahnya bekerja di Jakarta sebagai wiraswasta, dan ibunya seorang
rumah tangga. Pasien duduk di SD kelas 2 dan sering bermain di sungai bersama teman-temannya
sepulang sekolah. Rumah pasien bersih, lantai keramik, jendela terbuka dan pencahayaannya cukup.
Menurut ibu pasien, keluarganya sering menggunakan handuk secara bersamaan dan jarang
mengganti baju dan seprai. Pasien mandi 2 kali sehari namun sering mandi di sungai bersama teman-
temannya, kuku pasien juga jarang dipotong dan terlihat kotor. Pasien berobat menggunakan BPJS.
Kesan sosial ekonomi cukup.
DaftarPustaka
1. Wahyudi, KupiyaTimbul.TinjauanPustaka: Vertigo. CDK-198/ vol. 39 no. 10, th. 2012
2. Sarny, Hesham M. 2013. Dizzines, Vertigo, and Imbalance.
emedicine.medscape.com/article/2149881-overview diaksespada 29 September 2016..
3. Braziz, Paul. Jose C Masdeu, 2007. Localization in Clinical Neurology, 5th Edition. Lippincott
Williams & Wilkins: Florida. p 310-315
4. Lumbantobing, S.M. 2007. NeurologiKlinikPemeriksaanFisikdan Mental. Balai Penerbit FKUI:
Jakarta. hal 66-78
HasilPembelajaran :
1. Penegakan diagnosis dengan urutan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
2. Menganalisis faktor yang mempengaruhi penyakit vertigo pada pasien.
3. Melakukan home visit untuk mengetahui kondisi lingkungan dan perkembangan penyakit pasien.
4. Memberikan edukasi pada pasien dan keluarga.
1. Subyektif :
Pasien datang ke Puskesmas Pembantu dengan keluhan pusing berputar sejak satu hari
yang lalu. Namun pasien masih dapat menahan rasa sakitnya. Pusing dirasakan terutama saat
bangun tidur dan hendak berdiri. Saat pusing, pasien mengeluh mual meski tidak sampai muntah.

3
Pusing sering dirasa saat pasien merasa terlalu banyak pikiran. Pusing juga terkadang dirasa jika
pasien mengubah posisi kepala tiba-tiba dan membaik jika berbaring. Tidak ada keluhan demam,
gangguan pendengaran,penglihatan ganda atau kabur, leher kencang maupun muntah proyektil.
Riwayat trauma disekitar kepala dan telinga disangkal. Riwayat mengkonsumsi obat-obatan
tertentu seperti antibiotik dalam jangka waktu lama disangkal. Keluhan ini hilang timbul sejak
2 tahun lalu, namun frekuensi serangan sudah agak berkurang dibanding awal muncul. Pasien
juga pernah sekali dirawat di RSUD Ambarawa dengan diagnosis vertigo 1 tahun lalu, dan
sempat kontrol post opname sekali ke RSUD. Jika keluhan kambuh lagi, pasien terbiasa datang
ke Puskesmas Pembantu Kajen 1 untuk memeriksakan diri dan jarang membeli obat di warung
2. Obyektif :
Hasil Pemeriksaan fisik
1) Keadaan Umum/ Kesadaran
KU : Baik
Kesadaran : Compos Mentis ( GCS 15 : E4 V5 M6 )
2) Vital Sign
Tekanandarah : 120/90 mmHg
Nadi : 86x/menit
Pernafasan : 20 x/ menit
Suhu : afebris
3) Pemeriksaan Fisik
a. Kepala:
konjungtivaanemis (-/-)
skleraikteriktidakditemukan
nafascupinghidungtidakditemukan.
b. Leher :
retraksi supra sternal tidakditemukan,
deviasi tracheal tidakditemukan,
peningkatan JVP tidakditemukan,
pembesarankelenjarlimfe tidak ditemukan
c. Toraks
Pulmo : simetris, gerak dada kanan dan kiri sama, retraksi intercostals (-/-), SD
vesikuler, Wheezing :-/- , Rhonki: -/-
Jantung :Bunyijantung I-II regular, bisingjantungtidakditemukan.

4
d. Abdomen :
Inspeksi:peruttampakdatar,simetris
Palpasi:nyeritekan(-),lien danhepartidakteraba
Perkusi:timpani
Auskultasi:Bisingusus(+)normal.
e. Status Neurologis:
- Pemeriksaannervuscranialisdbn
- Romberg test (-)
- Stepping test (-)
- Dix-hallpike (-)
a. Assessment :
Pasien datang ke Puskesmas dengan keluhan pusing berputar sejak satu hari yanglalu. Pusing
dirasakan terutama saat hendak bangun dari posisi tiduran dan hendak berdiri. Saat pusing, pasien
mengeluh mual meski tidak sampai muntah. Pusing sering dirasa saat pasien merasa terlalu banyak
pikiran. Pusing juga terkadang dirasa jika pasien mengubah posisi kepala tiba-tiba.Keadaan dizziness
yang dirasakan oleh pasien bisa terbagi menjadi 3 subtype: vertigo, presyncope dan pusing
psikofisiologis. Pada pasien kondisi dirasakan semakin memberat dengan perubahan posisi, hal ini
sesuai dengan salah satu pada penyakit vertigo perifer. Adanya mual hingga muntah menjadi gejala
khas dalam penyakit vertigo, namun belum pasti di setiap pasien vertigo muncul keluhan ini, yang
nantinya akan menunjukkan apakah vertigo yang dideritanya itu vertigo sentral atau perifer.
Tidak ada keluhan demam, penglihatan doubel atau kabur,gangguan pendengaran, leher
kencang maupun muntah proyektil. Riwayat trauma disekitar kepala dan telingadisangkal. Riwayat
mengkonsumsiobat-obatan tertentu seperti antibiotik dalam jangka waktu lama disangkal. Gangguan
pendengaran biasa terjadi pada BPPV baik itu ringan berupa tinnitus hingga tuli. Adanya muntah
proyektil menunjukkan adanya masa dalam otak yang bisa menimbulkan dizziness jika lesi berada di
pusat keseimbangan. Penggunaan antibiotik dalam jangka waktu lama, seperti aminoglikosida akan
merusak saraf vestibulocochlear karena sifatnya yang ototoksik.
Keluhan ini hilang timbul sejak 2 tahun lalu, namun frekuensi serangan sudah agak
berkurang dibanding awal muncul. Pasien juga pernah sekali dirawat di RSUD Ambarawa dengan
diagnosis vertigo 1 tahun lalu, dan sempat kontrol post opname sekali ke RSUD. Sekarang jika
keluhan timbul, pasien lebih sering ke puskesmas untuk mendapat pengobatan, karena pasien merasa
obat yang di jual di warung tidak seluruhnya menghilangkan keluhan.
Vertigo sendiri dapat dibagi menjadi 3, yakni vertigo central, perifer dan medical vertigo.

5
Untuk vertigo central tidak bisa dijadikan diagnosis karena pasien tidak ada gejala seperti muntah
proyektil maupun nyeri kepala hebat yang lama, pandangan ganda serta hilang ingatan. Medical
vertigo terjadi jika terjadi penurunan tekanan darah maupun kadar gula yang terlalu rendah, dan hal
ini tidak ditemukan pada pasien. Sedangkan vertigo perifer sendiri masih dibagi lagi menjadi 3,
yaitu BPPV (yang kemungkinan besar adalah diagnosis pasien oleh karena tanda seperti pusing
berputar, mual dan dipengaruhi perubahan posisi ditemukan dalam anamnesis), Menieres disease
(vertigo, tinnitus dan tuli sensorineural) dan Vestibular neuritis yang ditandai dengan vertigo, mual,
ataxia, dan nistagmus.
Diagnosis Banding
1. Vertigo vestibuler tipe BBPV
2. Vertigo vestibuler tipe menier
3. Vertigo non vestibuler
Diagnosis Utama:
Vertigo Vestibuler Tipe BPPV ( Benign Paroxysmal Positional Vertigo)

Plan :
Medikamentosa:
o Betahistin 3x6mg
o Paracetamol 3x500 mg
o Vitamin B Complex 1x1 mg
o Ranitidin 2x150mg
Monitoring : Frekuensikejadian
Non medikamentosa:
o Menyarankan agar
pasientidakterlaluseringmelakukangerakanmemutarkepalasecaramendadak
o Menyarankan agar mengurangifaktor stressor
o Istirahatcukup
o Dukungankeluarga
o Manuver Epley
o Brand-Daroff

6
Penatalaksanaan:
Antihistamin
Tidak semua obat antihistamin mempunyai sifat anti vertigo. Antihistamin yang dapat meredakan
vertigo seperti obat dimenhidrinat, difenhidramin, meksilin, siklisin. Antihistamin yang mempunyai anti
vertigo juga memiliki aktivitas antikholinergik di susunan saraf pusat. Mungkin sifat anti-kholinergik ini
ada kaitannya dengan kemampuannya sebagai obat antivertigo. Efek samping yang umum dijumpai
ialah sedasi (mengantuk). Pada penderita vertigo yang berat efek samping ini memberikan dampak yang
positif.
o Betahistin
Senyawa Betahistin (suatu analog histamin) yang dapat meningkatkan sirkulasi di telinga dalam,
dapat diberikan untuk mengatasi gejala vertigo. Efek samping Betahistin ialah gangguan di
lambung, rasa eneg, dan sesekali rash di kulit.
Betahistin Mesylate (Merislon)
Dengan dosis 6 mg (1 tablet) 12 mg, 3 kali sehari per oral.
Betahistin di Hcl (Betaserc)
Dengan dosis 8 mg (1 tablet), 3 kali sehari. Maksimum 6 tablet dibagi dalam beberapa
dosis.
o Dimenhidrinat (Dramamine)
Lama kerja obat ini ialah 4 6 jam. Dapat diberi per oral atau parenteral (suntikan
intramuscular dan intravena). Dapat diberikan dengan dosis 25 mg 50 mg (1 tablet), 4 kali
sehari. Efek samping ialah mengantuk.
o Difhenhidramin Hcl (Benadryl)
Lama aktivitas obat ini ialah 4 6 jam, diberikan dengan dosis 25 mg (1 kapsul) 50 mg, 4 kali
sehari per oral. Obat ini dapat juga diberikan parenteral. Efek samping mengantuk.

Antagonis Kalsium
Dapat juga berkhasiat dalam mengobati vertigo. Obat antagonis kalsium Cinnarizine (Stugeron)
dan Flunarizine (Sibelium) sering digunakan. Merupakan obat supresan vestibular karena sel
rambut vestibular mengandung banyak terowongan kalsium. Namun, antagonis kalsium sering
mempunyai khasiat lain seperti anti kholinergik dan antihistamin. Sampai dimana sifat yang lain ini
berperan dalam mengatasi vertigo belum diketahui.
o Cinnarizine (Stugerone)
Mempunyai khasiat menekan fungsi vestibular. Dapat mengurangi respons terhadap

7
akselerasi angular dan linier. Dosis biasanya ialah 15 30 mg, 3 kali sehari atau 1 x 75
mg sehari. Efek samping ialah rasa mengantuk (sedasi), rasa capek, diare atau konstipasi,
mulut rasa kering dan rash di kulit.

Fenotiazine
Kelompok obat ini banyak mempunyai sifat anti emetik (anti muntah). Namun tidak semua mempunyai
sifat anti vertigo. Khlorpromazine (Largactil) dan Prokhlorperazine (Stemetil) sangat efektif untuk
nausea yang diakibatkan oleh bahan kimiawi namun kurang berkhasiat terhadap vertigo.
o Promethazine (Phenergan)
Merupakan golongan Fenotiazine yang paling efektif mengobati vertigo. Lama aktivitas obat ini
ialah 4 6 jam. Diberikan dengan dosis 12,5 mg 25 mg (1 draze), 4 kali sehari per
oral atau parenteral (suntikan intramuscular atau intravena). Efek samping yang sering
dijumpai ialah sedasi (mengantuk), sedangkan efek samping ekstrapiramidal lebih sedikit
disbanding obat Fenotiazine lainnya.
o Khlorpromazine (Largactil)
Dapat diberikan pada penderita dengan serangan vertigo yang berat dan akut. Obat ini dapat
diberikan per oral atau parenteral (suntikan intramuscular atau intravena). Dosis yang lazim
ialah 25 mg (1 tablet) 50 mg, 3 4 kali sehari. Efek samping ialah sedasi (mengantuk).

Obat Simpatomimetik
Obat simpatomimetik dapat juga menekan vertigo. Salah satunya obat simpatomimetik yang dapat
digunakan untuk menekan vertigo ialah efedrin.
o Efedrin
Lama aktivitas ialah 4 6 jam. Dosis dapat diberikan 10 -25 mg, 4 kali sehari. Khasiat obat ini
dapat sinergistik bila dikombinasi dengan obat anti vertigo lainnya. Efek samping ialah
insomnia, jantung berdebar (palpitasi) dan menjadi gelisah gugup.

Obat Penenang Minor


Dapat diberikan kepada penderita vertigo untuk mengurangi kecemasan yang diderita yang sering
menyertai gejala vertigo.efek samping seperti mulut kering dan penglihatan menjadi kabur.
o Lorazepam
Dosis dapat diberikan 0,5 mg 1 mg
o Diazepam
Dosis dapat diberikan 2 mg 5 mg.

8
Obat Anti Kholinergik
Obat antikolinergik yang aktif di sentral dapat menekan aktivitas sistem vestibular dan dapat
mengurangi gejala vertigo.
o Skopolamin
Skopolamin dapat pula dikombinasi dengan fenotiazine atau efedrin dan mempunyai khasiat
sinergistik. Dosis skopolamin ialah 0,3 mg 0,6 mg, 3 4 kali sehari.

Kajen, Mei 2017


Dokter Internsip Dokter Pendamping

dr. Diah Ayu Susanti dr. Agustina Rusmawati


NIP. 19771231 2008 01 2 018

Anda mungkin juga menyukai