Hukum Benda
Hukum Benda
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah tentang Hukum Perdata
Kebendaan dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga saya berterima kasih
pada Ibu Dr. Dra. Hj. Laily Washliati, SH. MHum selaku Dosen mata kuliah Hukum Kapita
Selekta Hukum Perdata Universitas Batam yang telah memberikan tugas ini kepada saya.
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Hukum Perdata Khususnya Kebendaan. Saya juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah saya
buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR. . I
DAFTAR ISI............................................................................................................................................. II
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian ....................................................................................... 3
2.Dasar Hukum..... 4
4.Macam-Macam Benda.... 8
5.Hak Kebendaan.... 12
KESIMPULAN .......... 17
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belekang
Kitab Undang-undang Hukum Perdata (dikenal KUHPer.) yang berlaku di Indonesia tidak
lain adalah terjemahan yang kurang tepat dari Burgerlijk Wetboek (atau dikenal dengan BW)yang
berlaku di kerajaan Belanda dan diberlakukan di Indonesia (dan wilayah jajahan Belanda)
berdasarkan azas konkordansi. Untuk Indonesia yang saat itu masih bernama Hindia Belanda, BW
diberlakukan mulai 1859. Hukum perdata Belanda sendiri disadur dari hukum perdata yang
berlaku di Perancis dengan beberapa penyesuaian. Kitab undang-undang hukum perdata (disingkat
KUHPer) terdiri dari empat bagian, yaitu:
Buku I tentang Orang; mengatur tentang hukum perseorangan dan hukum keluarga, yaitu
hukum yang mengatur status serta hak dan kewajiban yang dimiliki oleh subyek hukum. Antara
lain ketentuan mengenai timbulnya hak keperdataan seseorang, kelahiran, kedewasaan,
perkawinan, keluarga, perceraian dan hilangnya hak keperdataan. Khusus untuk bagian
perkawinan, sebagian ketentuan-ketentuannya telah dinyatakan tidak berlaku dengan di
undangkannya UU nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan.
Buku II tentang Kebendaan; mengatur tentang hukum benda, yaitu hukum yang mengatur
hak dan kewajiban yang dimiliki subyek hukum yang berkaitan dengan benda, antara lain hak-hak
kebendaan, waris dan penjaminan. Yang dimaksud dengan benda meliputi (i) benda berwujud
yang tidak bergerak (misalnya tanah, bangunan dan kapal dengan berat tertentu); (ii) benda
berwujud yang bergerak, yaitu benda berwujud lainnya selain yang dianggap sebagai benda
berwujud tidak bergerak; dan (iii) benda tidak berwujud (misalnya hak tagih atau piutang). Khusus
untuk bagian tanah, sebagian ketentuan-ketentuannya telah dinyatakan tidak berlaku dengan di
undangkannya UU nomor 5 tahun 1960 tentang agraria. Begitu pula bagian mengenai penjaminan
dengan hipotik, telah dinyatakan tidak berlaku dengan di undangkannya UU tentang hak
tanggungan.
Buku III tentang Perikatan; mengatur tentang hukum perikatan (atau kadang disebut juga
perjanjian (walaupun istilah ini sesunguhnya mempunyai makna yang berbeda), yaitu hukum yang
mengatur tentang hak dan kewajiban antara subyek hukum di bidang perikatan, antara lain tentang
jenis-jenis perikatan (yang terdiri dari perikatan yang timbul dari (ditetapkan) undang-undang dan
perikatan yang timbul dari adanya perjanjian), syarat-syarat dan tata cara pembuatan suatu
perjanjian. Khusus untuk bidang perdagangan, Kitab undang-undang hukum dagang (KUHD) juga
dipakai sebagai acuan. Isi KUHD berkaitan erat dengan KUHPer, khususnya Buku III. Bisa
dikatakan KUHD adalah bagian khusus dari KUHPer.
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Penulisan
1. Pengertian
Yang dimaksud dengan Benda dalam konteks hukum perdata adalah segala sesuatu yang
dapat diberikan/diletakkan suatu Hak diatasnya, utamanya yang berupa hak milik. Dengan
demikian, yang dapat memiliki sesuatu hak tersebut adalah SubyekHukum, sedangkan sesuatu
yang dibebani hak itu adalah Obyek Hukum.[1]
Benda yang dalam hukum perdata diatur dalam Buku II BWI, tidak sama dengan bidang
disiplin ilmu fisika, di mana dikatakan bahwa bulan itu adalah benda (angkasa), sedangkan dalam
pengertian hukum perdata bulan itu bukan (belum) dapat dikatakan sebagai benda, karena tidak /
belum ada yang (dapat) memilikinya.
Pengaturan tentang hukum benda dalam Buku II BWI ini mempergunakan system tertutup,
artinya orang tidak diperbolehkan mengadakan hak hak kebendaan selain dariyang telah diatur
dalam undang undang ini.Selain itu, hukum benda bersifat memaksa (dwingend recht), artinya
harus dipatuhi,tidak boleh disimpangi, termasuk membuat peraturan baru yang menyimpang dari
yangtelah ditetapkan .
Lebih lanjut dalam hukum perdata, yang namanya benda itu bukanlah segala sesuatu yang
berwujud atau dapat diraba oleh pancaindera saja, melainkan termasuk juga pengertian benda yang
tidak berwujud, seperti misalnya kekayaan seseorang. Istilah benda yang dipakai untuk pengertian
kekayaan, termasuk didalamnya tagihan /piutang, atau hak hak lainnya, misalnya bunga atas
deposito .
Juga pengertian benda secara yuridis menurut pasal 499 B.W. adalah segala ssuatu yang
dapat di haki atau menjadi objek hak milik . oleh karena itu , yang dimaksud benda menurut
undang-undang hanyalah sesuatu yang dapat di haki atau yang dapat di miliki orang . maka segala
sesuatu yang tidak dapat dimiliki orang bukanlah termasuk pengertian benda, seperti bulan,
matahari, bintang dan lain-lain.[2]
Meskipun pengertian zaak dalam BWI tidak hanya meliputi benda berwujud saja,namun
sebagian besar dari materi Buku II tentang Benda mengatur tentang benda
yangberwujud. Pengertian benda sebagai yang tak berwujud itu tidak dikenal dalam Hukum Adat
kita, karena cara berfikir orang Indonesia cenderung pada kenyataan belaka(concret
denken),berbeda dengan cara berfikir orang Barat yang cenderung mengkedepankan apa yangada
di alam pikirannya(abstract denken).[3]Selain itu, istilah zaak didalam BWI tidak selalu berarti
benda, tetapi bisa berarti yang lain, seperti : perbuatan hukum (Ps.1792 BW), atau
kepentingan (Ps.1354 BW),dan juga berarti kenyataan hukum (Ps.1263 BW).
2.Dasar Hukum
Pada masa kini, selain diatur di Buku II BWI, hukum benda juga diatur dalam:
a. Undang Undang Pokok Agraria No.5 Tahun 1960, dimana diatur hak hak kebendaan yang
berkaitan dengan bumi, air dan kekayaan yang terkandung didalamnya.
b. Undang Undang Merek No.21 Tahun 1961, yang mengatur tentang hak atas penggunaan merek
perusahaan dan merek perniagaan .
c. Undang Undang Hak Cipta No.6 Tahun 1982, yang mengatur tentang hak cipta sebagai benda
tak berwujud, yang dapat dijadikan obyek hak milik .
d. Undang Undang tentang Hak Tanggungan tahun 1996, yang mengatur tentang hak atas tanah
dan bangunan diatasnya sebagai pengganti hipotik dan crediet verband .[4]
10. Asas mengenai sifat perjanjiannya kebendaan / Asas bahwa hak kebendaan mempunyai
sifat (zakelijk overeenkomst)
Hak yang melekat atas benda itu berpindah, apabila bendanya itu di serahkan kepada yang
memperoleh hak kebendaan itu. Untuk memperoleh hak kebendaan perlu dilakukan dengan
perjanjian zakelijk. Yaitu perjanjian memindahkan hak kebendaan. Setelah perjanjian zakelijk
selesai dilakukan, tujuan pokok tercapai yaitu adanya hak kebendaan. Tegasnya, hak yang melekat
atas benda itu berpindah, apabila bendahnya itu diserahkan kepada yang memperoleh hak
kebendaan itu. Misalnya hak sewa rumah. Hak mendiami rumah hanya akan diperoleh apabila
rumah itu diserahkan kepada penyewa, diserahkan kepada yang mendiaminya. Sifat perjanjian ini
menjadi makin penting adanya dalam pemberian hak kebendaan yang terbatas Iura in Realina
sebagaimana dimungkinkan dalam Undang Undang.[12]
Benda tidak bergerak adalah benda yang menurut sifatnya tidak dapat dipindahpindahkan,
seperti tanah dan segala bangunan yang berdiri melekat diatasnya. Benda tidak bergerak karena
tujuannya adalah benda yang dilekatkan pada benda tidak bergerak sebagai benda pokoknya,
untuk tujuan tertentu, seperti mesin mesin yang dipasang pada pabrik.Tujuannya adalah untuk
dipakai secara tetap dan tidak untuk dipindah-pindah (Ps.507 BWI).Benda tidak bergerakkarena
undang undang adalah hak hak yang melekat pada benda tidak bergerak tersebut, seperti hipotik,
crediet verband, hak pakai atas benda tidak bergaerak,hak memungut hasil atas benda tidak
bergerak (Ps.508 BWI).[14]
5 Hak Kebendaan
Setiap manusia dapat memiliki atau menguasai dari pada benda-benda untuk kepentingannya,
oleh karena diperlukan peraturan-peraturan hukum yang mengatur hubungan manusia dengan
benda-benda tersebut.[17]Menurut buku II BW ( pasal 499-1232) tentang benda, meletakkan dasar
peraturan-peraturan hukum yang mengatur hubungan-hubungan hukum antar sesorang atau bdan
hukum atau benda.[18]
Dengan berlakunya UUPA, pengganti dari hak atas tanah yang dihapus adalah :
- Hak Milik ; Hak Guna Usaha ; Hak Guna Bangunan ; Hak Pakai
- Hak Sewa untuk bangunan ; Hak membuka tanah dan memungut hasil hutan
- Hak guna air, pemeliharaan dan penangkapan ikan
- Hak guna ruang angkasa
- Hak hak tanah untuk kepentingan keagamaan dan social[21]
Benda dalam konteks hukum perdata adalah segala sesuatu yang dapat diberikan/diletakkan
suatu Hak diatasnya, utamanya yang berupa hak milik. Dasar hukumnya ialah beberapa undang-
undang yang berlaku.
Asas-asas hukum benda
1. Asas hukum pemaksa (dewingenrecht)
2. Asas dapat di pindah tangankan
3. Asas individualitas (individualiteit)
4. Asas totalitas (totaliteit)
5. Asas tidak dapat dipisahkan (onsplitsbaarheid)
6. Asas prioritas (prioriteit)
7. Asas percampuran (Verminging)
8. Asas pengaturan dan perlakuan
9. Asas publisitas (publiciteit)
10. Asas mengenai sifat perjanjiannya kebendaan / Asas bahwa hak kebendaan mempunyai
sifat (zakelijk overeenkomst)
Macam-macam benda
1. Benda berwujud dan benda tidak berwujud
2. Benda Bergerak dan Benda Tidak Bergerak
3. Benda dipakai habis dan benda tidak dipakai habis
4. Benda sudah ada dan benda akan ada
5. Benda dalam perdagangan dan benda luar perdagangan
6. Benda dapat dibagi dan benda tidak dapat dibagi
7. Benda terdaftar dan benda tidak terdaftar
Hak kebendaa ada karenasetiap manusia dapat memiliki atau menguasai dari pada benda-benda
untuk kepentingannya, oleh karena itu diperlukan peraturan-peraturan hukum yang mengatur
hubungan manusia dengan benda-benda tersebut
DAFTAR PUSTAKA
Soebekti. 2001.Pokok-pokok hokum perdata. Jakarta.Internusa.
Tutik, Titik Triwulan. 2010.hukum perdata dalam sistem hukum nasional. Jakarta. Kencana.
Prodjodikoro, Wirjdono.dalam Riduan Syahrani.1981. seluk beluk dan asas-asas hukum perdata.
Bandung. Alumni.
Widjaja, Gunawan. 2007. Seri hokum bisnis,memahami prinsip keterbukaan dalam hokum
perdata. Jakarta. Raja grafindo persada.
Usman, Rachmadi.2013. hukum kebendaan. Jakarta. Sinar grafika.
Sofwan, Sri Soedewi Masjchoen. 1981.Hukum perdata. Yogyakarta. Liberty.
HS, Salim. Pengantar hukum perdata tertulis (BW). Jakarta. sinar grafika.