Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah tentang Hukum Perdata
Kebendaan dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga saya berterima kasih
pada Ibu Dr. Dra. Hj. Laily Washliati, SH. MHum selaku Dosen mata kuliah Hukum Kapita
Selekta Hukum Perdata Universitas Batam yang telah memberikan tugas ini kepada saya.
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Hukum Perdata Khususnya Kebendaan. Saya juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah saya
buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Batam, Januari 2017

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR. . I

DAFTAR ISI............................................................................................................................................. II

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................................................ 2

C. Tujuan Penulisan ... 2

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian ....................................................................................... 3

2.Dasar Hukum..... 4

3.Asas-Asas Hukum Bennda......... 4

4.Macam-Macam Benda.... 8

5.Hak Kebendaan.... 12

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN .......... 17

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belekang

Kitab Undang-undang Hukum Perdata (dikenal KUHPer.) yang berlaku di Indonesia tidak
lain adalah terjemahan yang kurang tepat dari Burgerlijk Wetboek (atau dikenal dengan BW)yang
berlaku di kerajaan Belanda dan diberlakukan di Indonesia (dan wilayah jajahan Belanda)
berdasarkan azas konkordansi. Untuk Indonesia yang saat itu masih bernama Hindia Belanda, BW
diberlakukan mulai 1859. Hukum perdata Belanda sendiri disadur dari hukum perdata yang
berlaku di Perancis dengan beberapa penyesuaian. Kitab undang-undang hukum perdata (disingkat
KUHPer) terdiri dari empat bagian, yaitu:
Buku I tentang Orang; mengatur tentang hukum perseorangan dan hukum keluarga, yaitu
hukum yang mengatur status serta hak dan kewajiban yang dimiliki oleh subyek hukum. Antara
lain ketentuan mengenai timbulnya hak keperdataan seseorang, kelahiran, kedewasaan,
perkawinan, keluarga, perceraian dan hilangnya hak keperdataan. Khusus untuk bagian
perkawinan, sebagian ketentuan-ketentuannya telah dinyatakan tidak berlaku dengan di
undangkannya UU nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan.
Buku II tentang Kebendaan; mengatur tentang hukum benda, yaitu hukum yang mengatur
hak dan kewajiban yang dimiliki subyek hukum yang berkaitan dengan benda, antara lain hak-hak
kebendaan, waris dan penjaminan. Yang dimaksud dengan benda meliputi (i) benda berwujud
yang tidak bergerak (misalnya tanah, bangunan dan kapal dengan berat tertentu); (ii) benda
berwujud yang bergerak, yaitu benda berwujud lainnya selain yang dianggap sebagai benda
berwujud tidak bergerak; dan (iii) benda tidak berwujud (misalnya hak tagih atau piutang). Khusus
untuk bagian tanah, sebagian ketentuan-ketentuannya telah dinyatakan tidak berlaku dengan di
undangkannya UU nomor 5 tahun 1960 tentang agraria. Begitu pula bagian mengenai penjaminan
dengan hipotik, telah dinyatakan tidak berlaku dengan di undangkannya UU tentang hak
tanggungan.
Buku III tentang Perikatan; mengatur tentang hukum perikatan (atau kadang disebut juga
perjanjian (walaupun istilah ini sesunguhnya mempunyai makna yang berbeda), yaitu hukum yang
mengatur tentang hak dan kewajiban antara subyek hukum di bidang perikatan, antara lain tentang
jenis-jenis perikatan (yang terdiri dari perikatan yang timbul dari (ditetapkan) undang-undang dan
perikatan yang timbul dari adanya perjanjian), syarat-syarat dan tata cara pembuatan suatu
perjanjian. Khusus untuk bidang perdagangan, Kitab undang-undang hukum dagang (KUHD) juga
dipakai sebagai acuan. Isi KUHD berkaitan erat dengan KUHPer, khususnya Buku III. Bisa
dikatakan KUHD adalah bagian khusus dari KUHPer.

2. Rumusan Masalah

1. Apakah devinisi dari hukum benda ?


2. Bagaimanakah dasar dari pada hukum benda ?
3. Seperti apakah asas-asas hukum benda ?
4. Bagaimanakah Macam-macam benda dalam perpekstif hukum perdata ?
5. Bagaimana dan seperti apakah yang dimaksud hak kebendaan ?

3. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui devinisi dari hukum benda


2. Mengetahui dasar dari pada hukum benda
3. Mengethaui asas-asas dari pada hukum benda
4. Mengetahui Macam-macam benda dalam perpektif hukum perdata
5. Mengerti maksud dan pembahasan dari hak kebendaan
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian
Yang dimaksud dengan Benda dalam konteks hukum perdata adalah segala sesuatu yang
dapat diberikan/diletakkan suatu Hak diatasnya, utamanya yang berupa hak milik. Dengan
demikian, yang dapat memiliki sesuatu hak tersebut adalah SubyekHukum, sedangkan sesuatu
yang dibebani hak itu adalah Obyek Hukum.[1]
Benda yang dalam hukum perdata diatur dalam Buku II BWI, tidak sama dengan bidang
disiplin ilmu fisika, di mana dikatakan bahwa bulan itu adalah benda (angkasa), sedangkan dalam
pengertian hukum perdata bulan itu bukan (belum) dapat dikatakan sebagai benda, karena tidak /
belum ada yang (dapat) memilikinya.
Pengaturan tentang hukum benda dalam Buku II BWI ini mempergunakan system tertutup,
artinya orang tidak diperbolehkan mengadakan hak hak kebendaan selain dariyang telah diatur
dalam undang undang ini.Selain itu, hukum benda bersifat memaksa (dwingend recht), artinya
harus dipatuhi,tidak boleh disimpangi, termasuk membuat peraturan baru yang menyimpang dari
yangtelah ditetapkan .
Lebih lanjut dalam hukum perdata, yang namanya benda itu bukanlah segala sesuatu yang
berwujud atau dapat diraba oleh pancaindera saja, melainkan termasuk juga pengertian benda yang
tidak berwujud, seperti misalnya kekayaan seseorang. Istilah benda yang dipakai untuk pengertian
kekayaan, termasuk didalamnya tagihan /piutang, atau hak hak lainnya, misalnya bunga atas
deposito .
Juga pengertian benda secara yuridis menurut pasal 499 B.W. adalah segala ssuatu yang
dapat di haki atau menjadi objek hak milik . oleh karena itu , yang dimaksud benda menurut
undang-undang hanyalah sesuatu yang dapat di haki atau yang dapat di miliki orang . maka segala
sesuatu yang tidak dapat dimiliki orang bukanlah termasuk pengertian benda, seperti bulan,
matahari, bintang dan lain-lain.[2]
Meskipun pengertian zaak dalam BWI tidak hanya meliputi benda berwujud saja,namun
sebagian besar dari materi Buku II tentang Benda mengatur tentang benda
yangberwujud. Pengertian benda sebagai yang tak berwujud itu tidak dikenal dalam Hukum Adat
kita, karena cara berfikir orang Indonesia cenderung pada kenyataan belaka(concret
denken),berbeda dengan cara berfikir orang Barat yang cenderung mengkedepankan apa yangada
di alam pikirannya(abstract denken).[3]Selain itu, istilah zaak didalam BWI tidak selalu berarti
benda, tetapi bisa berarti yang lain, seperti : perbuatan hukum (Ps.1792 BW), atau
kepentingan (Ps.1354 BW),dan juga berarti kenyataan hukum (Ps.1263 BW).

2.Dasar Hukum

Pada masa kini, selain diatur di Buku II BWI, hukum benda juga diatur dalam:
a. Undang Undang Pokok Agraria No.5 Tahun 1960, dimana diatur hak hak kebendaan yang
berkaitan dengan bumi, air dan kekayaan yang terkandung didalamnya.
b. Undang Undang Merek No.21 Tahun 1961, yang mengatur tentang hak atas penggunaan merek
perusahaan dan merek perniagaan .
c. Undang Undang Hak Cipta No.6 Tahun 1982, yang mengatur tentang hak cipta sebagai benda
tak berwujud, yang dapat dijadikan obyek hak milik .
d. Undang Undang tentang Hak Tanggungan tahun 1996, yang mengatur tentang hak atas tanah
dan bangunan diatasnya sebagai pengganti hipotik dan crediet verband .[4]

3. Asas-Asas Hukum Benda


Asas-asas hukum benda berasal dari kata asas dan hukum benda. Asas berarti pokok, dasar,
prinsip. Sedangkan hukum benda yaitu hubungan hukum antara sebyek hukum dengan objek
hukum (benda). Jadi yang yang dimaksud dari asas hukum benda yaitu dasar-dasar atau pokok-
pokok hubungan antara sebyek hukum dengan objek hukum (benda).
Sebelum kita mulai membicarakan hak-hak kebendaan itu satu persatu secara lebih
mendalam, lebih dahulu asas-asas umum dari hukum benda. Di dalam kita memperkenalkan atau
menafsirkan aturan-aturan dari hukum benda itu hendaklah selalu ingat asas-asas umum itu. Dalam
hukum benda (buku II KUHPdt) diatur mengenai beberapa asas yang berlaku bagi hak-hak
kebendaan. Asas-asas tersebut adalah seperti diuraikan berikut ini:
1. Asas hukum pemaksa (dewingenrecht)
Hukum pemaksa artinya berlakunya aturan-aturan itu tidak dapat disimpangi oleh para
pihak. Hak-hak kebendaan tersebut tidak akan memberikan wewenang yang lain daripada apa yang
sudah ditentukan oleh Undang-undang.[5] Dengan kata lain, bahwa kehendak para pihak itu tidak
dapat memengaruhi isi hak kebendaan. Hukum benda adalah merupakan dwigendrecht (hukum
memaksa), artinya bahwa berlakunya aturan-aturan itu tidak dapat disimpangi oleh para pihak.
Akan tetapi terhadap asas tersebut terdapat pengecualiannya, ialah
Pasal 674 KUH perdata /BW mengenai pengabdian pekarangan; di sini para pihak diberi
kebebasan untuk menentukan sendiri jenisnya, misalnya: hak jalan, hak pemandangan, dan lain-
lain.
Pasal 1165 KUH perdata /BW berkaitan dengan hipotek khususnya mengenai ligkup / luas
hipotek. Dalam hal ini para pihak dapat mempengaruhi sedikit isi dari hak kebendaan tersebut.
2. Asas dapat di pindah tangankan
Menurut perdata barat, tidak semua hak kebendaan dapat dipindahkan, kecuali hak pakai
dan hak mendiami. Tetapi setelah berlakunya UUHT, semua benda dapat dipindah tangankan.
Berlainan dengan pada tagihan, di sini para pihak dapat menentukan bahwa tidak dapat dipindah
tangankan. Namun berhak juga menyanggupi akan tidak memperlainkan (vervreemden)
barangnya, Tetapi berlakunya dibatasi oleh `etische causaliteitsregel [pasal 1337 KUH perdata]:
tidak berlaku jika tujuannya bertentangan dengan kesusilaan. Hak milik kebendaan dapat dialihkan
dari pemiliknya semula kepada pihak lainnya, dengan segala akibat hukumnya. [6]
3. Asas individualitas(individualiteit)
Objek hak kebendaan selalu benda tertentu atau dapat ditentukan secara individual yang
merupakan kesatuan. Artinya orang hanya dapat sebagai pemilik dari barang yang berwujud yang
merupakan kesatuan, misalnya: rumah, meubel, dan hewan. Tidak dapat atas barang yang
ditentukan menurut jenis dan jumlah, misalnya 10 buah kendaraan bermotor, 100 ekor burung.
Dengan kata lain seseorang tidak mempunyai hak kebendaan di atas barang-barang yang hanya di
tentukan menurut jenis dan jumlahnya.[7]
4. Asas totalitas (totaliteit)
hak kebendaan selalu terletak diatas seluruh objeknya sebagai satu kesatuan (psl 500, 588,
606 KUHPdt). Siapa yang mempunayai zakelijkrecht atas suatu zaak ia mempunyai zakelijkrecht
itu atas keseluruhan zaak itu, jadi juga atas bagian-bagiannya yang tidak sendiri. Misalnya hak
jaminan piutang atas kendaraan bermotor mobil BE 2601 AA, sebagai satu kesatuan, termasuk ban
serep, kunci, dongkrak, tape recorder dalam mobil.
a. Demikian pula terhadap barang-barang yang tidak berdiri sendiri. Akibatnya, jika suatu benda
sudah terlebur dalam benda lain, maka hak kebendaan atas benda pertama menjadi lenyap.
Terhadap akibat tersebut terdapat pelunakan:
Adanya hak milik bersama atas barang baru (pasal 607 KUHPerdata / BW).
b. Jika pada waktu terlebur sudah ada hubungan antara kedua pemilik yang bersangkutan (lihat
pasal 714, 725,1567 KUHPerdata / BW).
c. Lenyapnya barang yang ternyata terjadi atas usaha pemiliknya sendiri (pasal 602, 606, 608
KUHPerdata / BW).

5. Asas tidak dapat dipisahkan (onsplitsbaarheid)


Orang yang berhak tidak boleh memindah tangankan sebagian dari kekuasaan yang
termasuk suatu hak kebendaan yang ada padanya. Misalnya pemillik kendaraan mobil tidak boleh
memindahtangankan sebagian kekuasaannya atas mobil itu terhadap orang lain. Kekuasaannya
atas mobil itu harus utuh sesuai dengan kebendaan itu. Pemilik rumah menyewahkan sebuah kamar
kepada mahasiswa tidaklah termasuk dalam pengertian memisahkan kekuasaannya sebagai
pemilik, Hak miliknya tetap utuh. pemilik Pemisahan daripada zakelijkrecht itu tidak
diperkenankan, tetapi pemilik dapat membebani hak miliknya dengan iura in realina (pemilik
diberi kewenangan untuk membebani hak miliknya dengan hak kebendaan lainnya yang bersifat
terbatas). Ini kelihatannya seperti melepaskan sebagian dari wewenangnya. Tetapi itu hanya
kelihatannya saja, hak miliknya tetap utuh.[8]
6. Asas prioritas (prioriteit)
Hak prioriteit adalah hak yang lebih dahulu terjadinya dimenangkan dengan hak hak yang
terjadi kemudian. Semua hak kebendaan memberi kekuasaan yang sejenis dengan kekuasaan atas
hak milik (eigendom) sekalipun luasnya berbeda-beda, dus perlu diatur urutannya.Ius realiena
meletakkan sebagai beban atas eigendom. Sifat ini membawa serta bahwa iura in realiena
didahulukan [pasal 674, 711, 720, 756, dan 1150 KUHPer.]. misalnya atas sebuah rumah dibebani
hipotik, kemudian dibebani lagi dengan hak memungut hasil. Dalam hal ini hipotik diprioritaskan
karena terjadinya lebih dahulu daripada hak memungut hasil. Artinya kreditur mempunyai hak
memperlakukan (melelang) benda jaminan itu tanpa memperhatikan hak-hak yang terjadi lebih
kemudian, seolah-olah benda jamina itu tidak dibebani oleh hak yang lainnya.
Asas prioriteit sifatnya tidak tegas, tetapi akibat dari sifat ini bahwa seorang itu hanya dapat
membarikan hak yang tidak melebihi apa yang dipunyai (asas nemoplis) yang artinya bahwa orang
dapat memberikan atau memindahkan kepada orang lain suatu hak yang lebih besar (banyak)
daripada hak yang ada pada dirinya. Vollmar berpendapat, bahwa orang yang memperoleh
peralihan hak tidak bisa memperoleh hak lebih daripada yang dimiliki pemilik yang lebih dahulu.
Berlakunya asas prioriteit didalam praktek ternyata ada yang ditrobos, sehingga urut-urutan hak
kebendaan menjadi terganggu. Misalnya seseorang memberikan wewenang pada temannya untuk
menempati rumahnya, tetapi malahan rumah itu dihipotekkan oleh yang menempati (dijadikan
tanggungan hutang). Disini asas prioriteit ditrobos sebab yang didahulukan adalah hipotek recht-
nya. [9]
7. Asas percampuran (Verminging)
Hak kebendaan yang terbatas jadi selain hak milik hanya mungkin atas benda orang lain.
Tidak dapat orang itu untuk kepentingan sendiri memperoleh hak gadai (menerima gadai) hak
memungut hasil atas barangnya sendiri. Apabila hak yang membebani dan yang dibebani itu
terkumpul dalam satu tangan , maka hak yang membebani itu lenyap (pasal 706, 718, 724, 736,
807 KUHPdt). Jadi orang yang mempunyai hak memungut hasil atas tanah kemudian membeli
tanah itu, maka hak memungut hasil itu lenyap, contohnya ialah hak numpang karang lenyap
apabila tanah pekarangan itu dibeli oleh yang bersangkutan (pasal 718 KUHPdt). Hak memungut
hasil lenyap apabila pemegang hak tersebut menjadi pemilik pekarangan itu. Misalnya karena jual
beli, karena pewarisan, karena hibah (pasal 807 KUHPdt).[10]
8. Asas pengaturan dan perlakuan
yang berlainan terhadap benda bergerak dan tidak bergerak Terhadap benda bergerak tak
bergerak terdapat perbedaan pengaturan dalam hal terjadi peristiwa hukum penyerahan,
pembebanan, bezit, kedaluarsa mengenai benda-benda roernd dan Onroerend berlainan. Demikian
menegenai Iura in realina yang dapat diadakan, misalnya untuk benda bergerak maka hak
kebendaan yang dapat diadakan : gadai, hak memungut hasil; sedangkan untuk benda tetap ;
pengabdian pekarangan, erfpacht, postal, hipotek, hak pakai dan mendiami.

9. Asas publisitas (publiciteit)


Hak kebendaan atas benda tidak bergerak diumumkan dan didaftarkan dalam register
umum, misalnya hak milik, hak guna usaha. sedangkan mengenai benda-benda yang bergrak
cukup dengan penyerahan nyata, tanpa pendaftaran dalam register umum, misalnya hak milik atas
pakaian sehari-hari, hak gadai. Kecuali apabila ditentukan lain oleh Undang-undang bahwa hak
kebendaan itu harus didaftarkan, misalnya hak milik atas kendaraan bermotor. [11]

10. Asas mengenai sifat perjanjiannya kebendaan / Asas bahwa hak kebendaan mempunyai
sifat (zakelijk overeenkomst)
Hak yang melekat atas benda itu berpindah, apabila bendanya itu di serahkan kepada yang
memperoleh hak kebendaan itu. Untuk memperoleh hak kebendaan perlu dilakukan dengan
perjanjian zakelijk. Yaitu perjanjian memindahkan hak kebendaan. Setelah perjanjian zakelijk
selesai dilakukan, tujuan pokok tercapai yaitu adanya hak kebendaan. Tegasnya, hak yang melekat
atas benda itu berpindah, apabila bendahnya itu diserahkan kepada yang memperoleh hak
kebendaan itu. Misalnya hak sewa rumah. Hak mendiami rumah hanya akan diperoleh apabila
rumah itu diserahkan kepada penyewa, diserahkan kepada yang mendiaminya. Sifat perjanjian ini
menjadi makin penting adanya dalam pemberian hak kebendaan yang terbatas Iura in Realina
sebagaimana dimungkinkan dalam Undang Undang.[12]

4. Macam macam Benda

Doktrin membedakan berbagai macam benda menjadi :

1. Benda berwujud dan benda tidak berwujud


Kebendaan berwujud adalah kebendaan yang bisa diraba atau dilihat, sedangkan kebendaan
tidak terwujud adalah sebaliknya, seperti berupa hak-hak atau tagihan-tagihan.arti penting
pembedaan ini adalah pada saat pemindah tanganan benda dimaksud, yaitu :
a). Kalau benda berwujud itu benda bergerak, pemindah tanganannya harus secara nyata dari
tangan ke tangan.
b). Kalau benda berwujud itu benda tidak bergerak, pemindah tanganannya harus dilakukan
dengan balik nama. Contohnya jual beli rumah .

2. Benda Bergerak dan Benda Tidak Bergerak


Benda bergerak adalah benda yang menurut sifatnya dapat dipindahkan (Ps.509
BWI). Benda bergerak karena ketentuan undang undang adalah hak hak yang melekat pada benda
bergerak (Ps.511 BWI), misalnya hak memungut hasil atas benda bergerak, hak memakai atas
benda bergerak, saham saham perusahaan.

Ada 2 golongan benda bergerak yaitu :


a. Benda yang menurut sifatnya bergerak dalam arti benda itu dapat dipindah atau
dipindahkan dari suatu tempat ke tempat lain seperti sepeda motor, mobil dan lain-lain.
b. Benda yang menurut penetapan undang-undang sebagai benda bergerak ialah segala hak atas
benda-benda bergerak. Seperti hak memetik hasil dan hak memakai, hak atas bunga yang harus
dibayar selama hidup seseorang.[13]

Benda tidak bergerak adalah benda yang menurut sifatnya tidak dapat dipindahpindahkan,
seperti tanah dan segala bangunan yang berdiri melekat diatasnya. Benda tidak bergerak karena
tujuannya adalah benda yang dilekatkan pada benda tidak bergerak sebagai benda pokoknya,
untuk tujuan tertentu, seperti mesin mesin yang dipasang pada pabrik.Tujuannya adalah untuk
dipakai secara tetap dan tidak untuk dipindah-pindah (Ps.507 BWI).Benda tidak bergerakkarena
undang undang adalah hak hak yang melekat pada benda tidak bergerak tersebut, seperti hipotik,
crediet verband, hak pakai atas benda tidak bergaerak,hak memungut hasil atas benda tidak
bergerak (Ps.508 BWI).[14]

Ada 3 golongan benda tidak bergerak yaitu :


1. Benda yang menurut sifatnya tidak bergerak, dan dapat dibagi menjadi 3
a. Tanah
b. Segala sesuatu yang bersatu dengan tanah karna tumbuh atau berakar seperti tumbuh-
tumbuhan.
c. Segal sesuatu yang tertanam dan bersatu dengan tanah seperti bangunan
2. Benda tak bergerak yang menurut tujuan pemakaianya supaya bersatu dengan benda tak bergerak
seperti mesin-mesin di pabrik.
3. Benda tak bergerak yang menurut ketetapan undang-undang seperti :
a. Hak hak atau penagihan mengenai suatu benda yang tak bergerak ( hak opstal, hak hipotek,
hak tanggungan dan sebagainya ).
b. Kapal-kapal yang berukuran 20 meter kubik keatas.
Arti penting pembedaan benda sebagai bergerak dan tidak bergerak terletak pada :
a) penguasaannya (bezit), dimana terhadap benda bergerak maka orang yang menguasai benda
tersebut dianggap sebagai pemiliknya (Ps.1977 BWI); azas ini tidak berlaku bagi benda tidak
bergerak.
b) penyerahannya (levering), yaitu pasal 612 BW terhadap benda bergerak harus dilakukan
secara nyata, sedangkan pasal 616 BW pada benda tidak bergerak dilakukan dengan balik nama.
c) kadaluwarsa (verjaaring), yaitu pada benda bergerak tidak dikenal daluwarsa, sedangkan
pada benda tidak bergerak terdapat kadaluwarsa :
1. dalam hal ada alas hak, daluwarsanya 20 tahun;
2. dalam hal tidak ada alas hak, daluwarsanya 30 tahun
d) pembebanannya (bezwaring), dimana untuk benda bergerak digunakan dengan lembaga
jaminan gadai(pand), sedangkan untuk benda tidak bergerak dengan hipotik. ( pasal 1150 dan pasal
1162 BW ) kusus mengenai penyerahan hak milik tanah, setelah berlakunya undang-undang pokok
agraria ( UUPA ), sudah merupakan yurisprudensi tetap, bahwa pemindahan hak milik terjadi pada
saat dibuatnya akta jual beli dimuka PPAT, jadi bukan setelah adanya balik nama.[15]
e) dalam hal pensitaan (beslag), dimana revindicatoir beslag (penyitaan untuk menuntut
kembali barangnya),hanya dapat dilakukan terhadap barang barang bergerak. Atau penyitaan
untuk menuntut kembali suatu benda bergerak milik pemohon sendiri yang berada dikekuasaan
orang lain. Hal ini tidak munkin dilakukan kepada benda tak bergerak. executior beslag adalah
penyitaan yang dilakukan atas putusan pengadilan. Namun apabila benda bergerak dinilai tidak
mencukupi untuk menutupi hutang debitor kepada kreditor barulah executior beslag dilakukan
terhadap benda-benda tak bergerak.[16]
Penyitaan untuk melaksanakan putusan pengadilan (executoir beslah) harus dilakukan terlebih
dahulu terhadap barang barang bergerak, dan apabila masih belum mencukupi untuk pelunasan
hutang tergugat, baru dilakukan executoir terhadap barang tidak bergerak.

3. Benda dipakai habis dan benda tidak dipakai habis


Pembedaan ini penting artinya dalam hal pembatalan perjanjian. Pada perjanjian yang
obyeknya adalah benda yang dipakai habis, pembatalannya sulit untuk mengembalikan seperti
keadaan benda itu semula, oleh karena itu harus diganti dengan benda lain yang sama / sejenis
serta senilai, misalnya beras, kayu bakar, minyak tanah dan lain-lain.Pada perjanjian yang
obyeknya adalah benda yang tidak dipakai habis tidaklah terlalu sulit bila perjanjian dibatalkan,
karena bendanya masih tetap ada,dan dapat diserahkan kembali, seperti pembatalan jual beli
televisi, kendaraan bermotor, perhiasan dan lain-lain.

4. Benda sudah ada dan benda akan ada


Arti penting pembedaan ini terletak pada pembebanan sebagai jaminan hutang, atau pada
pelaksanaan perjanjian. Benda sudah ada dapat dijadikan jaminan hutang dan pelaksanaan
perjanjiannya dengan cara menyerahkan benda tersebut. Benda akan ada tidak dapat dijadikan
jaminan hutang, bahkan perjanjian yang obyeknya benda akan ada bisa terancam batal bila
pemenuhannya itu tidak mungkin dapat dilaksanakan (Ps.1320 btr 3 BWI) .
5. Benda dalam perdagangan dan benda luar perdagangan
Arti penting dari pembedaan ini terletak pada pemindah tanganan benda tersebut karena
jual beli atau karena warisan.
Benda dalam perdagangan dapat diperjual belikan dengan bebas, atau diwariskan kepada ahli
waris,sedangkan benda luar perdagangan tidak dapat diperjual belikan atau diwariskan,
umpamanya tanah wakaf, narkotika, benda benda yang melanggar ketertiban dan kesusilaan .

6. Benda dapat dibagi dan benda tidak dapat dibagi


Letak pembedaannya menjadi penting dalam hal pemenuhan prestasi suatu perjanjian.di
mana terhadap benda yang dapat dibagi, prestasi pemenuhan perjanjian dapat dilakukan tidak
sekaligus, dapat bertahap, misalnya perjanjian memberikan satu ton gandum dapat dilakukan
dalambeberapa kali pengiriman, yang penting jumlah keseluruhannya harus satu ton. Lain halnya
dengan benda yang tidak dapat dibagi, maka pemenuhan prestasi tidak dapat dilakukan sebagian
demi sebagian, melainkan harus secara seutuhnya, misalnya perjanjian sewa menyewa mobil, tidak
bisa sekarang diserahkan rodanya, besok baru joknya dlsb.

7. Benda terdaftar dan benda tidak terdaftar


Arti penting pembeaannya terletak pada pembuktian kepemilikannya. Benda terdaftar
dibuktikan dengan bukti pendaftarannya, umumnya berupa sertifikat/dokumen atas nama si
pemilik, seperti tanah, kendaraan bermotor, perusahaan, hak cipta, telpon, televisi dlsb. Pemerintah
lebih mudah melakukan kontrol atas benda terdaftar, baik dari segi tertib administrasi kepemilikan
maupun dari pembayaran pajaknya. Benda tidak terdaftar sulit untuk mengetahui dengan pasti
siapa pemilik yang sah atas benda itu, karena berlaku azas siapa yang menguasai benda itu
dianggap sebagai pemiliknya. Contohnya, perhiasan, alat alat rumah tangga, hewan piaraan,
pakaian dlsb.

5 Hak Kebendaan

Setiap manusia dapat memiliki atau menguasai dari pada benda-benda untuk kepentingannya,
oleh karena diperlukan peraturan-peraturan hukum yang mengatur hubungan manusia dengan
benda-benda tersebut.[17]Menurut buku II BW ( pasal 499-1232) tentang benda, meletakkan dasar
peraturan-peraturan hukum yang mengatur hubungan-hubungan hukum antar sesorang atau bdan
hukum atau benda.[18]

1. Sifat / Karakter Hak kebendaan.


Perbedaan antara hak kebendaan yang diatur dalam Buku II BWI dengan hak perorangan yang
diatur dalam Buku III BWI adalah sebagai berikut :
A. Hak kebendaan bersifat mutlak (absolut), karena berlaku terhadap siapa saja, dan orang lain harus
menghormati hak tersebut, seperti halnya :
1. hak kepribadian, misalnya: misalnya hak atas nama, hak kehormatan, dan lain sebagainya.
2. hak hak dalam hukum keluarga, misalnya hak-hak yang timbul karena adanya hubungan suami
istri
3. hak mutlak atas suatu benda atau kebendaan
sedangkan hak perorangan berlaku secara nisbi (relatief), karena hanya melibatkan orang / pihak
tertentu saja, yakni yang ada dalam suatu perjanjian saja, seperti hak perutangan.[19]
B. Hak kebendaan berlangsung lama, bisa jadi selama seseorang masih hidup, atau bahkan bisa
berlanjut setelah diwariskan kepada ahli warisnya, sedangkan hukum perorangan berlangsung
relatif lebih singkat, yakni sebatas pelaksanaan perjanjian telah selesai dilakukan.[20]
C. Hak kebendaan terbatas pada apa yang telah ditetapkan dalam peraturan perundangan yang
berlaku, tidak boleh mengarang / menciptakan sendiri hak yangl lainnya, sedangkan dalam
hak perorangan, lingkungannya amat luas, apa saja dapat dijadikan obyek perjanjian, sepanjang
tidakbertentangan dengan undang-undang, kesusilaan dan ketertiban umum. Oleh karena itu sering
dikatakan hokum kebendaan itu bersifat tertutup, sedangkan hukum perorangan bersifat terbuka.

Ciri ciri Hak Kebendaan adalah :


mutlak / absolut
mengikuti benda dimana hak itu melekat, misalnya hak sewa tetap mengikuti benda itu berada,
siapapun yang memiliki hak diatasnya
hak yang ada terlebih dahulu (yang lebih tua), kedudukannya lebih tinggi; misalnya sebuah
rumah dibebani hipotik 1 dan hipotik 2, maka penyelesaian hutang atas hipotik 1 harus
didahulukan dari hutang atas hipotik 2.
memiliki sifat diutamakan, misalnya suatu rumah harus dijual untuk melunasi hutang, maka hasil
penjualannya lebih diutamakan untuk melunasi hipotik atas rumah itu.
dapat dilakukan gugatan terhadap siapapun yang mengganggu hak yang bersangkutan.
pemindahan hak kebendaan dapat dilakukan kepada siapapun .

2. Penggolongan Hak Kebendaan


Hak atas Kebendaan dibagi dalam 2 (dua) macam, yaitu :
1. Hak Kebendaaan yang memberi kenikmatan .
Selain yang mengenai tanah, karena sudah diatur dalam UUPA, maka hak kebendaan yang
termasuk dalam kategori ini adalah ;
- Bezit ; Hak Milik (eigendom) ; Hak Memungut Hasil ; Hak Pakai ;
- Hak Mendiami
Hak atas tanah yang dengan berlakunya UUPA dinyatakan tidak berlaku lagi :
- Hak bezit atas tanah ; Hak eigendom atas tanah
- Hak servitut ; Hak opstal ; Hak erfpacht ; Hak bunga atas tanah
- Hak pakai atas tanah

Dengan berlakunya UUPA, pengganti dari hak atas tanah yang dihapus adalah :
- Hak Milik ; Hak Guna Usaha ; Hak Guna Bangunan ; Hak Pakai
- Hak Sewa untuk bangunan ; Hak membuka tanah dan memungut hasil hutan
- Hak guna air, pemeliharaan dan penangkapan ikan
- Hak guna ruang angkasa
- Hak hak tanah untuk kepentingan keagamaan dan social[21]

2. Hak Kebendaan Yang bersifat Memberi Jaminan


Hak kebendaan yang memberikan jaminan yaitu hak yang memberi kepada yang berhak (
kreditor ), hak didahulukan untuk mengambil pelunasan dari hasil penjualan barang yang
dibebani.[22] Seperti:
Hak Gadai (pandrechts)
Hipotik
Credietverband
Privilege (piutang yang di istimewakan).
Fiducia

4.3. Perolehan Hak Kebendaan


Ada beberapa cara untuk memperoleh hak kebendaan, seperti :
1. Melaui Pengakuan
Benda yang tidak diketahui siapa pemiliknya (res nullius) kemudian didapatkan dan diakui oleh
seseorang yang mendapatkannya, dianggap sebagai pemiliknya. Contohnya, orang yang
menangkap ikan, barang siapa yang mendapat ikan itu dan kemudian mengaku sebagai
pemiliknya, dialah pemilik ikan tersebut. Demikian pula halnya dengan berburu dihutan, menggali
harta karun dlsb.
2. Melalui Penemuan
Benda yang semula milik orang lain akan tetapi lepas dari penguasaannya, karena misalnya jatuh
di perjalanan, maka barang siapa yang menemukan barang tersebut dan ia tidak mengetahui siapa
pemiliknya, menjadi pemilik barang yang diketemukannya .
Contoh ini adalah aplikasi hak bezit.
3. Melalui Penyerahan
Cara ini yang lazim, yaitu hak kebendaan diperoleh melalui penyerahan berdasarkan alas hak
(rechts titel) tertentu, seperti jual beli, sewa menyewa, hibah warisan dlsb Dengan adanya
penyerahan maka titel berpindah kepada siapa benda itu diserahkan.
4. Dengan Daluwarsa
Barang siapa menguasai benda bergerak yang dia tidak ketahui pemilik benda itu sebelumnya
(misalnya karena menemukannya), hak milik atas benda itu diperoleh setelah lewat waktu 3 tahun
sejak orang tersebut menguasai benda yang bersangkutan.
Untuk benda tidak bergerak, daluwarsanya adalah :
jika ada alas hak, 20 tahun
jika tidak ada alas hak, 30 tahun
5. Melalui Pewarisan
Hak kebendaan bisa diperoleh melalui warisan berdasarkan hukum waris yang berlaku, bisa
hukum adat, hukum Islam atau hukum barat.
6. Dengan Penciptaan
Seseorang yang menciptakan benda baru, baik dari benda yang sudah ada maupun samasekali baru,
dapat memperoleh hak milik atas benda ciptaannya itu.Contohnya orang yang menciptakan patung
dari sebatang kayu, menjadi pemilik patung itu, demikian pula hak kebendaan tidak berwujud
seperti hak paten, hak cipta dan lain sabagainya.
7. Dengan cara ikutan / turunan
Seseorang yang membeli seekor sapi yang sedang bunting maka anak sapi yang dilahirkan dari
induknya itu menjadi miliknya juga. Demikian pula orang yang membeli sebidang tanah, ternyata
diatas tanah itu kemudian tumbuh pohon durian, maka pohon durian itu termasuk milik orang yang
membeli tanah tersebut.

4.4. Hapusnya Hak Kebendaan


Hak kebendaan dapat hapus / lenyap karena hal hal :
1. Bendanya Lenyap / musnah
Karena musnahnya sesuatu benda, maka hak atas benda tersebut ikut lenyap, misalnya hak sewa
atas sebuah rumah yang habis/musnah ketimbun longsoran tanah gunung, menjadi musnah juga.
Atau, hak gadai atas sebuah sepeda motor, ikut habis apabila barang tersebut musnah karena
kebakaran .
2. Karena dipindah-tangankan
Hak milik, hak memungut hasil atau hak pakai menjadi hapus bila benda yangbersangkutan
dipindah tangankan kepada orang lain.
3. Karena Pelepasan Hak
Dalam hal ini pada umumnya pelepasan yang bersangkutan dilakukan secara sengaja oleh yang
memiliki hak tersebut, seperti radio yang rusak dibuangketempat sampah. Dalam hal ini maka halk
kepemilikan menjadi hapus dan
bisa menjadi hak milik orang lain yang menemukan radio tersebut.
4. Karena Kadaluwarsa
Daluwarsa untuk barang tidak bergerak pada umumnya 30 tahun (karena ada alas hak), sedangkan
untuk benda bergerak 3 tahun.
5. Karena Pencabutan Hak
Penguasa publik dapat mencabut hak kepemilikan seseorang atas benda tertentu, dengan
memenuhi syarat :
harus didasarkan suatu undang undang
dilakukan untuk kepentingan umum (dengan ganti rugi yang layak )
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Benda dalam konteks hukum perdata adalah segala sesuatu yang dapat diberikan/diletakkan
suatu Hak diatasnya, utamanya yang berupa hak milik. Dasar hukumnya ialah beberapa undang-
undang yang berlaku.
Asas-asas hukum benda
1. Asas hukum pemaksa (dewingenrecht)
2. Asas dapat di pindah tangankan
3. Asas individualitas (individualiteit)
4. Asas totalitas (totaliteit)
5. Asas tidak dapat dipisahkan (onsplitsbaarheid)
6. Asas prioritas (prioriteit)
7. Asas percampuran (Verminging)
8. Asas pengaturan dan perlakuan
9. Asas publisitas (publiciteit)
10. Asas mengenai sifat perjanjiannya kebendaan / Asas bahwa hak kebendaan mempunyai
sifat (zakelijk overeenkomst)
Macam-macam benda
1. Benda berwujud dan benda tidak berwujud
2. Benda Bergerak dan Benda Tidak Bergerak
3. Benda dipakai habis dan benda tidak dipakai habis
4. Benda sudah ada dan benda akan ada
5. Benda dalam perdagangan dan benda luar perdagangan
6. Benda dapat dibagi dan benda tidak dapat dibagi
7. Benda terdaftar dan benda tidak terdaftar
Hak kebendaa ada karenasetiap manusia dapat memiliki atau menguasai dari pada benda-benda
untuk kepentingannya, oleh karena itu diperlukan peraturan-peraturan hukum yang mengatur
hubungan manusia dengan benda-benda tersebut
DAFTAR PUSTAKA
Soebekti. 2001.Pokok-pokok hokum perdata. Jakarta.Internusa.
Tutik, Titik Triwulan. 2010.hukum perdata dalam sistem hukum nasional. Jakarta. Kencana.
Prodjodikoro, Wirjdono.dalam Riduan Syahrani.1981. seluk beluk dan asas-asas hukum perdata.
Bandung. Alumni.
Widjaja, Gunawan. 2007. Seri hokum bisnis,memahami prinsip keterbukaan dalam hokum
perdata. Jakarta. Raja grafindo persada.
Usman, Rachmadi.2013. hukum kebendaan. Jakarta. Sinar grafika.
Sofwan, Sri Soedewi Masjchoen. 1981.Hukum perdata. Yogyakarta. Liberty.
HS, Salim. Pengantar hukum perdata tertulis (BW). Jakarta. sinar grafika.

Anda mungkin juga menyukai