Anda di halaman 1dari 28

RELEVANSI

TKW(TKP)KESEHATAN
RERODUKSI
BAB I
PENDAHULUAN
Kondisi ideal yang
diharapkan dalam
bidang kesehatan
adalah terbebasnya
masyarakat dari
kemungkinan
mengalami gangguan
kesehatan reproduksi
dan tersedianya
pelayanan kesehatan
reproduksi secara
memadai bagi semua
lapisan atau kelompok
masyarakat yang
membutuhkannya.Gan
gguan kesehatan
reproduksi yang
dimaksud disini
meliputi semua
gangguan fisik pada
system reproduksi
manusia, seperti
menstruasi tidak
teratur,impotensi,infe
ksi pada saluran
reproduksi,terjamgkitn
ya penyakit krena
hubungan
seksual,kemandulan,k
ehamilan yang tidak
sehat,kelahiran
dini,kelahiran bayi
dengan dengan berat
dibawa normal
,gangguan menyusui
dan lain sebagainya.
Karena ciri
biologis yang melekat
pada wanita
,gangguan reproduksi
lebih banyak dialami
kaum wanita
dibandingkan kaum
pria.Hanya ada 3
macam gagguanyang
dialami pria yaitu
terjangkit penyakit
karena hubungan
seks,kemandulan,baik
karena faktor bawaan
atau karena faktor
eksternal dan
impotensi baik dalam
arti psikis(hilangnya
gairah
seksual).Sementara itu
gangguan kesehatan
reproduksi yang
diderita wanita lebih
beragam.Sejak
menstuarsi(menstuasi
tidak
teratur,keputihan,pen
darahan terlalu
banyak,kesakitan
waktu
menstruasi),hubungan
seksual(mengalami
infeksi pada alat
reproduksi
wanita,atau tertular
penyakit)sampai
terjadinya kehamilan
dan kelahiran dengan
resiko kesehatan yang
menyertainya.Selain
itu,dua macam
gangguan kesehatan
reproduksi untuk pria
seperti dicontohkan
diatas, yaitu
kemandulan dan
impotensi dapat
dialami juga wanita
Kehamilan dan
kelahiran perlu
memperoleh
penekanan tersendiri
ketika berbicara
mengenai kesehatan
reproduksi
wanita.konsepsi
adalah konsekuensi
dari hubungan pria
dan wanita.Akan
tetapi konsekuensi
dari konsepsi yaitu
kehamilan dan
kelahiran,hanya
dialami wanita.dengan
begitu wanita
mempunyai peran
yang sangat strategis
dalam proses
reproduksi
manusia,yang
mengalami kehamilan
dan melahirkan
keturunannya.Gnggua
n kesehatan yang
dialami wanita baik
dikarenakan infeksi
pada system
reproduksinya,atau
karena mengalami
gangguan kesehatan
selama proses
kehamilan dan
persalinan sangat
berpengaruh terhadap
kesehtan bayi yang
dilahirkannya.Itu
berarti kesehatan
generasi baru sangat
ditentukan oleh
kesehatan ibu selama
proses reproduksi
terjadi.
1.PERAN WANITA
Wanita mempunyai
peran sangat penting
tidak hanya selama
proses kehamilan
berlangsung(prenatal)t
etapi ketika dan
setelah bayi
lahir(neonatal dan
perinatal).Lebih dari
sekedar fungsi
memberi
keturunan,wanita juga
berperan sebagai ibu
rumah tangga yang
bertanggung jawab
terhadap urusan-
urusan domestic
kerumah
tanggaan.Termasuk
dalam pekerjaan
rumah tngga
adalah,mencuci,belanj
a,memasak,menghida
ngkan
makanan,berkebun,m
engasuh dan mendidik
anak,memelihara
rumah,dan mengatur
keuangan rumah
tangga.Hasil penelitian
Molo(1993)menunjuka
n bahwa pengambilan
keputusan dalam
urusanurusan
domestic pada kelurga
jawa ditemukan pada
istri.
Karena tuntutan
emansipasi atau
karena desakan
kebutuhan
ekonomi,banyak ibu
rumah tangga terjun
kedunia yang
sebelumya didominasi
laki-laki yaitu mencari
nafkah,baik didalam
maupun diluar
rumah.Repotnya
ketika fungsi baru itu
muncul fungsi
pertamanya yaitu ibu
rumah tangga,tetap
melekat
padanya.Wanita disini
berdwifungsi; menjadi
ibu rumah tangga
sekaligus pencari
nafkah bagi
keluarganya.
pembangunan
yang menyeluruh
mensyaratkan ikut
sertanya pria maupun
wanita secara
maksimal disegala
bidang.Dalam rangka
ini wanita mempunyai
hak,kewajiban dan
kesempatan yang
sama dengan pria
untuk ikut serta dalam
kegiatan
pembangunan (GBHN
1983).
Dari satu sisi
fungsi ganda ini
member dampak
positif pada diri
wanita,keluarga dan
masyarakat
terangkat.Ia lebih
menjadi percaya diri
dan mempunyai
kemampuan
determinasi yang lebih
tinggi dalam
berhadapn dengan
suami dan anak, dan
kebutuhan keluarga
menjadi lebih
terpenuhi. Masyarakat
juga diuntungkan
karena dengan
terjunya wanita
didunia kerja.
Prooduktifitas
masyarakat
meningkat. Dengan
kata lain, tingkat
pendayagunaan
sumber daya manusia
Inndonesia menjadi
lebih tinggi. Dilain
pihak, fungsi demikian
dapat member
dampak negative bagi
wanita peekerja itu
senddiri dan para
pekerja itu sendiri dan
keluarganya. Dengan
bekerja, waktu untuk
mengurus rumah
tangga berkurang, dan
kekosongan peran ini
tidak sepenuhnya
dapat digantikan oleh
orang lain, misalnya
pembantu rumah.
Keenakaalan anak
misalnya kurang
diasosiasikan dengan
kurangnya perhatian
orang tua, terutama
ibu, karena kedua
orang tua terlalu sibuk
mengejar karier
masing-masing.
Bekerja juga
mengandung implikasi
kesehatan reproduksi
pada wanita, misalnya
pelecehan seksual,
gangguan menstruasi
karena sress,
keguguran, kelahiran
dini, hilangnya atau
berkurangnnya
kesempatan menyusui
dan sebagainya.
Gangguan-gangguan
semacam ini(terutama
gangguan ketika
kehamilan, persalinan,
menyusui dan
mengasuh anak) akan
berpengaruh terhadap
kesehatan ibu dan
perkembangan anak.
Konsekuensi
kesehtan reproduksi
pada wanita karier
ataau wanita pekerja
merupakan persoalan
penting yang akan
dikaji dan menjadi
persoalan bersama.
Masalah yang penting
untuk dikaji adalah
bagaaimana
konssekuensi
kesehatan reeproduksi
yang dialami waanita
pekerja dan seberapa
jauh system hukum ,
sisstem
ketenagakerjaan dan
system social kita
telah member
perlindungan secara
memadai kepada
wanita dari
kemungkinan
mengalami gangguan
kesehtan reproduksi
karena bekerja.

2.ImplikasiBekerjate
rhadap Kesehatan
reproduksi
Tidak semua jenis
pekerjaan mempunyai
potensi mengganggu
kesehatan reproduksi
wanita. Risiko
mengalami gangguan
kesehtan reproduksi
akan ditentukan oleh
jenis pekerjaan,
keadaan lingkungan
pekerjaan, jaminan
perlindungan dari
kantor / perusahaan,
dan lain-lain.
Misalnya wanita hamil
akan lebih mudah
terganggu
kesehatannya, jika
melakukan pekerjaan
yang membutuhkan
kerja fisik yang
berlebihan dan tidak
mudah terganggu jika
pekerjaanya menuntut
kerja pikiran.
Gangguan kesehtan
reproduksi, seperti
terkena penyakit sex
akan lebih mudah
dialami oleh wanita
ynang melakukan
pekerjan-pekerjan
malam,atau
pekerjaan-pekerjaan
beresiko seperti
pegawai
hotel,hostes,pramuria,
tukang pijat,pelacur
dan lain
sebagainya.Akan
tetapi pekerja yang
bekerja dikantor
dengan jam kerja
teratur dapat pula
menimbulkan
kesehatan
reproduksi.Pengaruh
ini bukan datang dari
sifat pekerjaan kantor
itu sendiri,tetappi
misalnya pekerjaan itu
kantor sendiri tetapi
misalnya system
pergaulan
dikantor.Akhir-akhir
ini isu mengenai
pergaulan bebas
dikalangan karyawan
sehingga muncul
istilah-istilah
baru,seperti
MSB(Makan Siang
Bersama) atau
BSB(Bobo Siang
Bersama).Dari
pergaulan semacam
ini kehamilan tidak
dikehendaki ataau
penularan penyakit
seksdapat
terjadi.Lingkungan
kerja juga
berpengaruh terhadap
kesehatan reproduksi
wanita
pekerja.Lingkungan
pabrik yang kotor,jam
kerja terlalu lama
tanpa istirahat yang
cukup,atau system
supervise yang ketat
dan kasar dipabrik-
pabrik dapat
mengganggu
keteraturan
menstruasi atau
bahkan juga dapat
menimbulkan
kegugurann.Selanjutny
a perlindugan hak
buruh untuk menjaga
kesehatan reproduksi
oleh perusahan,
seperti cuti haid,cuti
hamil,cuti melahirkan
anak,hak menyusui
bayi,hak menerima
pelayanan kesehatan
yang berhubungan
dengan kesehatan
reproduksi,tersediany
a penitipan bayi
diperusahan/ dikantor
dll,akan berpengaruh
terhadap kesehatan
reproduksi pekerja.
Satu hal
penting yang perlu
dicatat adalah bahwa
jaminan perlindungan
kesehatan reproduksi
ternyata lebih banyak
dinikmatioleh para
wanita yang bekerja
pada pekerjaan-
pekerjaan yang
beresiko
rendah,misalnya
pegawai dikantor(baik
negri atau
swasta)dibandingkan
dengan mereka yang
bekerja pada
pekerjaan-pekerjaan
yang beresiko
tinggi,misalnya
pekerja
pabrik,terutama
pekerja harian dan
borongan.
Dibanyak
perusahan
ketidakadilan
semacam ini secara
mencolok mudah
dilhat.Perumahan-
perumahan yang
disediakan perusahan
untuk pegawai-
pegawainya sangat
kontras dengan
bedeng bedeng yang
disediakan untuk
pekerjaa
hariannya.Penerapan
hak cuti untuk kedua
kelompok tersebut
diterapkan secara
berbeda,meskipun
secara hukum mereka
tidak boleh
diberlakukan secara
berbeda.

3.HUKUM
PERLINDUNGAN
KESEHATAN
REPRODUKSI

Ada beberapa undang


yang mengatur
tentang perlindungan
kesehatan rerproduksi
untuk para pekerja
wanita diantaranya ;
1. UU No.1 tahun
1951,mengatur
ketentuan
tentang jumlah
hari dan jam
kerja
maksimum,hak
cuti haid dan
hak menyusui.
2. Pasal 10 dari
UU,menyatakan
bahwa buruh
tidak boleh
menjalankan
pekerjaan lebih
dari 7 jam
sehari atau 40
jam
seminggu.jika
pekerjaan
tergolong
bahaya bagi
kesehatan dan
keselamatan
buruh,jumlah
jam tidak boleh
lebih dari 6 jam
sehari atau 35
jam
seminggu.Ada
ketentuan
setelah
menjalankan
pekerjan 4 jam
berturut-turut
pekerja harus
diberi
kesempatan
beristirahat
selama jam.
3. Pasal 13
,menyatakan
bahwa buruh
wanita tidak
boleh bekerja
pada hari
pertama dan
kedua masa
haid. Cuti hamil
dan melahirkan
harus diberikan
satu setengah
bulan sebelum
melahirkan dan
satu setengah
bulan setelah
melahirkan.
4. UU No.7 tahun
1984,
menentukan
adanya hak
buruh wanita
untuk
memperoleh
perlindungan
terhadap fungsi
melanjutkan
keturunan,mela
rang perusahan
memecat
buruh,atas
dasar
kehamilan,cuti
haid, dan status
perkawinan,UU
ini juga
mewajibkan
kepada
perusahan
untuk
memberikan
pelayanan
kesehatan,term
asuk pelayanan
persalinan dan
sesudah
persalinan.
5. Pasal 16 UU
No.3 tahun
1992,menetapk
an tenaga kerja
suami dan istri
dan anak berhak
memperoleh
jaminan,pemeli
haraan
kesehatan yang
meliputi,rawat
jalan tingkat
pertama,rawat
jalan tingkat
lanjutan,rawat
inap,pemeriksaa
n
kehamilan,persa
linan,penunjang
diagnotis,pelaya
nan khusus dan
gawat darurat.

Ada juga peraturan


pemerintah dan
pengaturan mentri
yang mengatur
perlindungan
kesehatan reproduksi
bagi pekerja

Anda mungkin juga menyukai