Oleh
Elda Rani Safitri
1513023001
Tanggal Percobaan :
NPM : 1513023016
Kelompok : 1 (Satu)
Bandar Lampung,
Mengetahui,
Asisten
NPM. 14130230
I. PENDAHULUAN
Kompleks yang terbentuk dari suatu reaksi ion logam, yaitu kation dengan
suatu anion atau molekul netral, ion logam didalam kompleks disebut atom
pusat dan kelompok yang terikat pada atom pusat disebut ligan. Jumlah ikatan
terbentuk oleh atom logam pusat disebut bilangan koordinasi dari logam. Dari
kompleks diatas perak merupakan atom logam dengan hilangnya koordinasi
dua, dan sianidanya merupakan ligannya.
Reaksi membentuk kompleks dapat disebut sebagai asam basa lewis dengan
ligan bekerja sebagai basa dengan memberikan sepasang elektron. Kepada
kation yang merupakan suatu asam. Ikatan yang terbentuk antara logam pusat
dan ligan sering kovalen, tetapi dalam bberapa keadaan interaksi dapat
merupakan gaya penarik coulomb.
Salah satu metode titrimetri adalah titrasi pembentukan kompleks yang juga
dikenal sebagai kompleksometri. Metode ini memungkinkan penentuan
analisis pengukuran untuk sejumlah kation bervalensi banyak dalam larutan
air. Metode ini berdasarkan penentuan khelat organik yang larut dalam air
dan praktis tidak teroksidasi.
Senyawa kompleks merupakan senyawa yang tersusun dari suatu ion logam pusat
dengan satu atau lebih ligan yang menyumbangkan pasangan elektron bebasnya
kepada ion logam pusat. Donasi pasangan elektron ligan kepada ion logam pusat
menghasilkan ikatan kovalen koordinasi sehingga senyawa kompleks juga disebut
senyawa koordinasi. Jadi semua senyawa kompleks atau senyawa koordinasi
adalah senyawa yang terjadi karena adanya ikatan kovalen koordinasi antara
logam transisi dengan satu atau lebih ligan. Senyawa kompleks sangat
berhubungan dengan asam dan basa lewis dimana asam lewis adalah senyawa
yang dapat bertindak sebagai penerima pasangan bebas sedangkan basa lewis
adalah senyawa yang bertindak sebagai penyumbang pasangan elektron
(Brady,1999).
Senyawa kompleks dapat diuraikan menjadi ion kompleks. Ion kompleks adalah
kompleks yang bermuatan positif atau bermuatan negative yang terdiri atas
sebuah logam atom pusat dan jumlah ligan yang mengelilingi logam atom pusat.
Logam atom pusat memiliki bilangan oksida nol, positif sedangkanligan bisa
bermuatan netral atau anion pada umumnya. Beberapa contoh senyawa kompleks
yaitu :
- [Co3+,(NH3)6]3+ [Fe2+,(CN)6]4-
- [Ni0(CN)4]4- [Co+,(CO)4]3
Salah satu tipe reaksi kimia yang berlaku sebagai dasar penentuan titrimetrik
melibatkan pembentukan (formasi) kompleks atau ion kompleks yang larut namun
sedikit terdisosiasi. Kompleks yang dimaksud di sini adalah kompleks yang
dibentuk melalui reaksi ion logam, sebuah kation, dengan sebuah anion atau
molekul netral.
Adapun alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu neraca analitik,
gelas kimia 250 ml dan 500 ml, labu takar 250 ml, pipet gondok 25 ml,
erlenmeyer 100 ml, buret 50 ml dan statif lengkap.
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu EDTA, seng
sulfat p.a, indikator EBT, indikator mureksid, larutan buffer amoniak-
amoniak klorida pH 10 dan akuades.
Gelas Kimia
Pipet Tetes
- dipipet 25 ml larutan
Erlenmeyer
- Ditambahkan 5 ml buffer pH 10 da 20 ml air suling
- Ditambahkan sedikit indikator mureksid
- Dititrasi dengan EDTA sampai perubahan warna dari
kuning ke biru violet
- Dihitung konsentrasi larutan Ni2+
Hasil
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Adapun hasil yang didapat pada percobaan kali ini yaitu sebagai berikut
No Langkah Percobaan Hasil Percobaan
A. Penentuan nikel secara V1 = 0,4 ml
kompleksometri
V2 = 0,4 ml
10 ml sampel yang telah
Vrata-rata = 0,4 ml
diencerkan +5 ml larutan
amonium klorida dan 10 ml
Warna ungu
akuades + indikator murexide + 2
tets larutan amonium hidroksida
4.2 Perhitungan
VEDTA = 0,4 mL
BM Ni = 58,70 g/mol
= 2,348 x 10-4 g
= 0,2348 mg
4.3 Pembahasan
Dalam percobaan kali ini adalah mengetahui kandungan nikel dalam sampel,
yang diperlukan bahan seperti larutan baku EDTA 0,01 M yang digunakan
untuk menitrasi larutan sampel, larutan baku MgSO4, garam nikel, akuades,
larutan HCl, larutan dimetilglioksim 1%, ammonium hidroksida, larutan
ammoium klorida dan indikator murexide. Percobaan ini dilakukan dengan
menggunakan metode kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan pembentukan
persenyawaan kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar mengion).
1. Kadar nikel dalam sampel dengan penentuan secara gravimetri sebesar 610
ppm.
2. Kadar nikel dalam sampel dengan penentuan secara kompleksometri sebesar
23,48 ppm.
3. Bila ion nikel yang terdapat dalam sampel ditambahkan suatu indikator EBT,
maka akan terbentuk kompleks Ni-EBT yang berwarna merah anggur.
4. jika ke dalam larutan yang mengandung Ni-EBT ditambahkan larutan EDTA,
maka ion nikel akan segera terikat pada EDTA, sehingga ion indikator akan
lepas dan kembali berwarna biru pada pH 7-11.
5. Metode yang dapat dilakukan dalam titrasi kompleksometri dengan EDTA,
yaitu titrasi langsung dengan EDTA untuk kesadahan total air, kalsium, dan
magnesium, titrasi kembali untuk reduksi antara kation dengan EDTA, titrasi
penggantian bila tidak ada indikator yang sesuai, dan titrasi tidak langsung
untuk penentuan sulfat dengan mengendapkannya sebagai BaSO4.
DAFTAR PUSTAKA
Day, R.A, Underwood A.L. 1996. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima.
Jakarta: Erlangga.