Anda di halaman 1dari 13

KOMPLEKSOMETRI

(Laporan Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik)

Oleh
Elda Rani Safitri
1513023001

LABOLATORIUM PEMBELAJARAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
Judul Percobaan : Kompleksometri

Tanggal Percobaan :

Tempat Percobaan : Laboratorium Pembelajaran Kimia

Nama : Windi Diah Palupi

NPM : 1513023016

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Jurusan : Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Program Studi : Pendidikan Kimia

Kelompok : 1 (Satu)

Bandar Lampung,
Mengetahui,
Asisten

NPM. 14130230
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kompleks yang terbentuk dari suatu reaksi ion logam, yaitu kation dengan
suatu anion atau molekul netral, ion logam didalam kompleks disebut atom
pusat dan kelompok yang terikat pada atom pusat disebut ligan. Jumlah ikatan
terbentuk oleh atom logam pusat disebut bilangan koordinasi dari logam. Dari
kompleks diatas perak merupakan atom logam dengan hilangnya koordinasi
dua, dan sianidanya merupakan ligannya.
Reaksi membentuk kompleks dapat disebut sebagai asam basa lewis dengan
ligan bekerja sebagai basa dengan memberikan sepasang elektron. Kepada
kation yang merupakan suatu asam. Ikatan yang terbentuk antara logam pusat
dan ligan sering kovalen, tetapi dalam bberapa keadaan interaksi dapat
merupakan gaya penarik coulomb.

Salah satu metode titrimetri adalah titrasi pembentukan kompleks yang juga
dikenal sebagai kompleksometri. Metode ini memungkinkan penentuan
analisis pengukuran untuk sejumlah kation bervalensi banyak dalam larutan
air. Metode ini berdasarkan penentuan khelat organik yang larut dalam air
dan praktis tidak teroksidasi.

Keuntungan dari metode kompleksometri adalah waktu pengerjaannya lebh


sederhana dibandingkan gravimetri dan spektrometer. Sedangakn
kerugianndan spektrometer. Sedangakn kerugiannya adalah penentuan dari
titik akhir susah ditentukan, karena sangat di pengaruhi oleh pH dan bahan
yang digunakan cukup banyak dibandingkan dengan metode lain yaitu larutan
baku, indikator, larutan dapar, dan larutan asam atau basa. Didalam dunia
farmasi metode ini banyak digunakan dalam penetapan kadar suatu senyawa
obat yang mengandung ion logam, misalnya penentuan kadar Ni
1.2 Tujuan Percobaan

Adupun tujuan dari percobaan ini yaitu sebagai berikut


1. Untuk memahmi prinsip dasar titrasi kompleksometri dalam analisis
volumetri
2. Untuk menentukan kadar Ni2+ dalam cupklkan dengan cara
kompleksometri menggunakan EDTA sebagai zat pengkompleks
II. TIJAUAN PUSTAKA

Senyawa kompleks merupakan senyawa yang tersusun dari suatu ion logam pusat
dengan satu atau lebih ligan yang menyumbangkan pasangan elektron bebasnya
kepada ion logam pusat. Donasi pasangan elektron ligan kepada ion logam pusat
menghasilkan ikatan kovalen koordinasi sehingga senyawa kompleks juga disebut
senyawa koordinasi. Jadi semua senyawa kompleks atau senyawa koordinasi
adalah senyawa yang terjadi karena adanya ikatan kovalen koordinasi antara
logam transisi dengan satu atau lebih ligan. Senyawa kompleks sangat
berhubungan dengan asam dan basa lewis dimana asam lewis adalah senyawa
yang dapat bertindak sebagai penerima pasangan bebas sedangkan basa lewis
adalah senyawa yang bertindak sebagai penyumbang pasangan elektron
(Brady,1999).

Senyawa kompleks dapat diuraikan menjadi ion kompleks. Ion kompleks adalah
kompleks yang bermuatan positif atau bermuatan negative yang terdiri atas
sebuah logam atom pusat dan jumlah ligan yang mengelilingi logam atom pusat.
Logam atom pusat memiliki bilangan oksida nol, positif sedangkanligan bisa
bermuatan netral atau anion pada umumnya. Beberapa contoh senyawa kompleks
yaitu :
- [Co3+,(NH3)6]3+ [Fe2+,(CN)6]4-

- [Ni0(CN)4]4- [Co+,(CO)4]3

Senyawa kompleks atau senyawa koordinasi telah berkembang pesat karena


senyawa ini memegang peranan penting dalam kehidupan manusia terutama
karena aplikasinya dalam berbagai bidang seperti dalam bidang kesehatan,
farmasi, industri dan lingkungan. Senyawa kompleks dalam industri sangat
dibutuhkan terutama dalam katalis. Dalam industri petrokimia kebutuhan
katalissemakin meningkat karena setiap produk petrokimia diubah menjadi
senyawa kimia lainnya selalu dibutuhkan katalis, misalnya pada reaksi
hidrogenasi, karbonilasi, hidroformilasi. Kompleks logam transisi dapat
mengkatalis berbagai reaksi kimia seperti kompleks [PdCl2DFFM] yang telah
lama dipakai sebagi katalis untuk oksidasi stirena yaitu dalam pembentukan
senyawa olefin. Dalam bidang kesehatan dan farmasi senyawa kompleks sangat
penting juga dalam berupa obat obatan seperti vitamin B12yang merupakan
senyawa kompleks antara kobalt dengan porfirin, hemoglobin yang berfungsi
untuk mengangkut oksigen (Day Underwood, 1996).

Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling


mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksireaksi pembentukan
kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga
banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian yang cukup luas
tentang kompleks, sekalipun disini pertama-tama akan diterapkan pada titrasi.

Titrasi kompleksometri adalah titrasi yang berdasarkan reaksi pembentukan


kompleks, misalnya penetapan kadar Ca (ion logam) dengan EDTA (garam
natrium dari asam etilendiaminatetra-asetat) (Pujaatmaka, 2002).

Salah satu tipe reaksi kimia yang berlaku sebagai dasar penentuan titrimetrik
melibatkan pembentukan (formasi) kompleks atau ion kompleks yang larut namun
sedikit terdisosiasi. Kompleks yang dimaksud di sini adalah kompleks yang
dibentuk melalui reaksi ion logam, sebuah kation, dengan sebuah anion atau
molekul netral.

Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling


mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksireaksi pembentukan
kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga
banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian yang cukup luas
tentang kompleks, sekalipun disini pertama-tama akan diterapkan pada titrasi
(Khopkar, 1990).
III. METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

Adapun alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu neraca analitik,
gelas kimia 250 ml dan 500 ml, labu takar 250 ml, pipet gondok 25 ml,
erlenmeyer 100 ml, buret 50 ml dan statif lengkap.

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu EDTA, seng
sulfat p.a, indikator EBT, indikator mureksid, larutan buffer amoniak-
amoniak klorida pH 10 dan akuades.

3.2 Diagram Alir

Adapun diagram alir pada percobaan ini yaitu:


1) Standarisasi EDTA dengan larutan ZnSO4

Gelas Kimia

- Membuat larutan standar primer ZnSO4


Pipet Gondok
- Dipipet 25 ml larutan
- Ditambahkan 2 ml buffer amoniak-amoniak klorida pH
10
- Ditambahkan 20 ml air suling
- Ditambahkan 5 tetes larutan indikator EBT
- Dititrasi dengan larutan EDTA sampai timbul warna
dari merah jadi biru
- Dihitung konsentrasi EDTA
Hasil
2) Menentukan Konsentrasi larutan Ni2+
Labu Ukur
- Diencerkan Ni2+ tepat batas

Pipet Tetes
- dipipet 25 ml larutan
Erlenmeyer
- Ditambahkan 5 ml buffer pH 10 da 20 ml air suling
- Ditambahkan sedikit indikator mureksid
- Dititrasi dengan EDTA sampai perubahan warna dari
kuning ke biru violet
- Dihitung konsentrasi larutan Ni2+
Hasil
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Adapun hasil yang didapat pada percobaan kali ini yaitu sebagai berikut
No Langkah Percobaan Hasil Percobaan
A. Penentuan nikel secara V1 = 0,4 ml
kompleksometri
V2 = 0,4 ml
10 ml sampel yang telah
Vrata-rata = 0,4 ml
diencerkan +5 ml larutan
amonium klorida dan 10 ml
Warna ungu
akuades + indikator murexide + 2
tets larutan amonium hidroksida

Dititrasi dengan larutan EDTA,


menambahkan NH4OH pada saat
titik akhir titrasi dan melanjutkan
titrasi. Dilakukan duplo

4.2 Perhitungan

Diketahui : Vsampel = 10mL

Molaritas EDTA = 0,01 M

VEDTA = 0,4 mL

BM Ni = 58,70 g/mol

Ditanya : Kadar Nikel dalam larutan sampel ?


Jawab : Berat Ni = M EDTA x VEDTA x BM Ni

= 0,01 M x 0,0004 L x 58,70 g/mol

= 2,348 x 10-4 g

= 0,2348 mg

Kadar Ni = 23,48 ppm

4.3 Pembahasan

Dalam percobaan kali ini adalah mengetahui kandungan nikel dalam sampel,
yang diperlukan bahan seperti larutan baku EDTA 0,01 M yang digunakan
untuk menitrasi larutan sampel, larutan baku MgSO4, garam nikel, akuades,
larutan HCl, larutan dimetilglioksim 1%, ammonium hidroksida, larutan
ammoium klorida dan indikator murexide. Percobaan ini dilakukan dengan
menggunakan metode kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan pembentukan
persenyawaan kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar mengion).

Pertamatama yang dilakukan adalah mengambil 10 ml larutan cuplikan dan


dimasukkan ke dalam gelas piala 400 ml dan mengencerkan sampai 100 ml.
Kemudian 10 ml larutan tersebut diambil dan dimasukkan ke dalam
erlenmeyer 250 ml. Tambahkan 5 ml larutan ammonium klorida 1 M dan 10
ml akuades. Kemudian ditambahkan indikator murexide dan beberapa tetes
larutan ammonium hidroksida sampai larutan berwarna kuning. Indikator
tersebut mampu menghasilkan kompleks berwarna dengan ion logam pada
khususnya logam Ni sehingga mempermudah kita dalam mengamatinya.
Larutan tersebut dititrasi dengan larutan EDTA 0,01 M yang telah
distandarisasi dengan larutan magnesium (II) menggunakan indikator EBT.
Sebelum mencapai titik akhir titrasi menambahkan kembali larutan
ammonium hidroksida dan melanjutkan kembali titrasi sampai warna
indikator berubah menjadi warna merah violet. Dari data yang diperoleh
dapat diketahui kadar nikel dalam sampel yaitu 23,48 ppm.

Metode kompleksometri ini didasarkan pada kemampuan ionion logam


membentuk senyawa kompleks yang mantap. Bila ion nikel yang terdapat
dalam sampel ditambahkan suatu indikator EBT, maka akan terbentuk
kompleks Ni-EBT yang berwarna merah anggur. Kompleks ini kurang stabil
bila dibandingkan dengan kompleks Ni-EDTA sehingga dengan demikian
jika ke dalam larutan yang mengandung Ni-EBT ditambahkan larutan EDTA,
maka ion nikel akan segera terikat pada EDTA, sehingga ion indikator akan
lepas dan kembali berwarna biru pada pH 7-11. Reaksinya dapat dituliskan
sebagai berikut:

NiD (merah) + H2Y-2 NiY-2 + HD-2(biru) + H+


V. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang diperoleh pada percobaan kali ini adalah:

1. Kadar nikel dalam sampel dengan penentuan secara gravimetri sebesar 610
ppm.
2. Kadar nikel dalam sampel dengan penentuan secara kompleksometri sebesar
23,48 ppm.
3. Bila ion nikel yang terdapat dalam sampel ditambahkan suatu indikator EBT,
maka akan terbentuk kompleks Ni-EBT yang berwarna merah anggur.
4. jika ke dalam larutan yang mengandung Ni-EBT ditambahkan larutan EDTA,
maka ion nikel akan segera terikat pada EDTA, sehingga ion indikator akan
lepas dan kembali berwarna biru pada pH 7-11.
5. Metode yang dapat dilakukan dalam titrasi kompleksometri dengan EDTA,
yaitu titrasi langsung dengan EDTA untuk kesadahan total air, kalsium, dan
magnesium, titrasi kembali untuk reduksi antara kation dengan EDTA, titrasi
penggantian bila tidak ada indikator yang sesuai, dan titrasi tidak langsung
untuk penentuan sulfat dengan mengendapkannya sebagai BaSO4.
DAFTAR PUSTAKA

Brady, J.E.1999. Asas Dan Struktur.Binapura Aksara. Jakarta: Kimia Universitas.

Day, R.A, Underwood A.L. 1996. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima.
Jakarta: Erlangga.

Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press.

Pujaatmaka. 2002. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai