Anda di halaman 1dari 6

DENI PRADESTA

03121402050
TEKNIK PERTAMBANGAN

A. Pengertian Kesehatan Dan Kesehatan Kerja (K3)


Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan
industri dalam pembinaan ketenagakerjaan. Dengan terwujudnya keselamatan dan kesehatan
kerja yang baik , ,aka dapat dikembangkan rasa aman dan menimbulkan semangat bekerja yang
tinggi bagi para karyawan yang dapat mempengaruhi naiknya produktivitas kerja. Dengan
keberhasilan tersebut merupakan kunci yang sangat penting untuk mencapai keberhasilan untuk
pembangunan yang direncanakan dan dilaksanakan pemerintah. Kesehatan dan Keselamatan
Kerja adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,
perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumberdaya yang dibutuhkan
bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan, kebijakan
keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan
kegiatan kerja guna terciptanya tenaga kerja yang sehat, aman, efisien, dan produktif.K3
merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk meminimalkan dan mencegah kecelakaan kerja,
penyakit akibat kerja, dan penyakit akibat hubungan kerja (Budiono, dkk 2003).Undang-Undang
nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan menjelaskan bahwa setiap tempat kerja harus
melaksanakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan
pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan disekitarnya. Sementara itu dalam Keputusan
Menteri Tenaga Kerja RI Nomor 5 Tahun 1996 disebutkan bahwa untuk menjamin keselamatan
dan kesehatan kerja maupun orang lain yang berada di tempat kerja serta untuk memelihara
sumber produksi, proses produksi dan lingkungan kerja dalam keadaan aman, maka diperlukan
adanya penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3).K3 merupakan suatu sistem pengaturan
kebijakan-kebijakan perusahaan, khususnya dalam bidang keselamatan dan kesehatan kerja
(K3).K3 ini berfungsi sebagai kontrol bagi pelaksanaan kebijakan K3 yang diterapkan oleh
perusahaan.Tujuan akhir dari K3 ini adalah untuk menurunkan dan atau menghilangkan angka
kecelakaan kerja.
PT Pertamina (Persero) UP VI Balongan Indramayu merupakan kilang keenam dari tujuh
kilang Direktorat Pengolahan PT Pertamina (Persero) dengan kegiatan bisnis utamanya adalah
mengolah minyak mentah (Crude Oil) menjadi produk-produk BBM (Bahan Bakar Minyak),
Non BBM dan Petrokimia. UP VI Balongan mulai beroperasi sejak tahun 1994.Kilang ini
berlokasi di Indramayu (Jawa Barat) sekitar 200 km arah timur Jakarta, dengan wilayah
operasi di Balongan, Mundu dan Salam Darma. Bahan baku yang diolah di Kilang UP VI
Balongan adalah minyak mentah Duri dan Minas yang berasal dari Propinsi Riau.
Balongan sangat strategis bagi bisnis Pertamina maupun bagi kepentingan nasional.Sebagai
Kilang yang relatif baru dan telah menerapkan teknologi terkini, Pertamina UP VI mempunyai
nilai ekonomis yang tinggi.Sejalan dengan tuntutan bisnis ke depan, PT Pertamina Balongan
terus mengembangkan potensi bisnis yang dimiliki melalui penerapan teknologi baru,
pengembangan produk-produk unggulan baru, serta penerapan standar internasional dalam
sistem manajemen mutu dengan tetap berbasis pada komitmen ramah lingkungan. Proses-proses
produksi tersebut banyak menggunakan peralatan produksi yang mempunyai risiko tinggi
terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja, sehingga penerapan K3 sangat diperlukan
dalam sistem kerja perusahaan tersebut.

B. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Penerapan K3 menurut Suardi (2007) mempunyai tujuan yaitu:

Melindungi setiap tenaga kerja dari segala bahaya


Melindungi setiap orang baik pekerja maupun orang lain yang berada ditempat kerja atas
keselamatannya
Meningkatkan produktivitas kerja
Setiap sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara aman dan efisien
Sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-tingginya,

Tujuan dan sasaran K3 yang tercantum dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.5 tahun
1996 adalah menciptakan suatu sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja yang
terintregasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja
serta menciptakan tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Dengan peraturan
perundangan ditetapkannya syarat-syarat keselamatan kerja adalah untuk:
Mencegah dan mengurangi kecelakaan;
Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;
Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-
kejadian lain yang berbahaya;
Memberi pertolongan pada kecelakaan;
Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;
Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu;
Kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar radiasi, suara
dan getaran;
Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physic maupum
psychis, peracunan, infeksi dan penularan.
Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;
Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;
Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;
Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses
kerjanya;
Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau barang;
Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;
Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan
barang;
Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;
Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

C. Prinsip Dasar K3

Menurut Direktorat Pengawasan Norma K3 Dijen Pembinaan Pengawasan


Ketenagakerjaan, Depnakertrans RI (2006). Prinsip dasar SMK3 terdiri dari 5 poin yang
dilaksanakan secara berkesinambungan, kelima prinsip tersebut adalah:

1. Komitmen

Komitmen dibagi menjadi 3 hal penting yaitu: Kepemimpinan dan komitmen, tinjauan
awal K3 dan Kebijakan K3. Pentingnya komitmen untuk menerapkan SMK3 ditempat
kerja dari seluruh pihak yang ada ditempat kerja, terutama dari pihak pengurus dan
tenaga kerja.Dan pihak-pihak lain juga diwajibkan untuk berperan serta dalam penerapan
ini.

2. Perencanaan

Perencanaan yang dibuat oleh perusahaan harus efektif dengan memuat sasaran yang
jelas sebagai pengejawantahan dari kebijakan K3 tempat kerja dan indicator kinerja serta
harus dapat menjawab kebijakan K3.Hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan
adalah identifikasi sumber bahaya, penilaian dan pengendalian risiko serta hasil tinjauan
awal terhadap K3.

3. Implementasi

Setelah membuat komitmen dan perencanaan maka kini telah tiba pada tahap penting
yaitu penerapan K3. Pada tahap ini perusahaan perlu memperhatikan antara lain: adanya
jaminan kemampuan, kegiatan pendukung, identifikasi sumber bahaya penilaian dan
pengendalian risiko.

4. Pengukuran/evaluasi

Pengukuran dan evaluasi ini merupakan alat yang berguna untuk: mengetahui
keberhasilan penerapan K3, melakukan identifikasi tindakan perbaikan, mengukur,
memantau dan mengevaluasi kinerja K3. Guna menjaga tingkat kepercayaan terhadap
data yang akan diperoleh maka beberapa proses harus dilakukan seperti kalibrasi alat,
pengujian peralatan dan contoh piranti lunak dan perangkat keras. Ada tiga kegiatan
dalam melakukan pengukuran dan evaluasi yang diperkenalkan oleh peraturan ini:
inspeksi dan pengujian, audit K3, tindakan perbaikan dan pencegahan.
5. Peninjauan ulang dan perbaikan
Tinjauan ulang harus meliputi: Evaluasi terhadap penerapan kebijakan K3, tujuan sasaran
dan kinerja K3, hasil temuan audit K3, Evaluasi efektifitas penerapan K3, dan Kebutuhan
untuk mengubah K3.
E. Pelaksanaan K3

Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya
untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan,
sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Dalam penjelasan
Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan telah mengamanatkan antara lain :
setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan kerja agar tidak terjadi gangguan
kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat, dan lingkungan di sekitarnya
(www.depkes.go.id, 2009).
Penerapan K3 dilaksanakan oleh setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja
sebanyak seratus orang atau mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik
proses atau bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja wajib menerapkan
SMK3. Pelaksanaan K3 dilakukan oleh Pengurus, Pengusaha dan seluruh tenaga kerja sebagai
satu kesatuan. Ketentuan-ketentuan yang wajib dilaksanakan dalam penerapan K3 yang
tercantum dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 5 Tahun 1996 adalah:

1. Menetapkan Kebijakan K3 dan menjamin komitmen terhadap penerapan Sistem


Manajemen K3.
2. Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan, dan sasaran penerapan K3.
3. Menerapkan kebijakan K3 secara efektif dengan mengembangkan kemampuan dan
mekanisme pendukung yang diperlukan untuk mencapai kebijakan, tujuan, dan sasaran
keselamatan dan kesehatan kerja.
4. Mengukur, memantau, dan mengevaluasi kinerja keselamatan dan kesehatan kerja serta
melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan.
5. Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan Sistem Manajemen K3 secara
berkesinambungan dengan tujuan meningkatkan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja.

Menurut Suardi (2007), Tahapan dan langkah-langkah yang harus dilakukan suatu untuk
memudahkan dalam menerapkan pengembangan K3 terbagi menjadi dua bagian besar yaitu:

1. Tahap persiapan

Tahap ini merupakan langkah awal yang harus dilakukan suatu


perusahaan.Langkah ini melibatkan lapisan manajemen dan sejumlah personil, mulai dari
menyatakan komitmen sampai dengan menetapkan kebutuhan sumber daya yang
diperlukan. Adapun tahap persiapan ini antara lain:

Komitmen manajemen puncak

Menentukan ruang lingkup


Menetapkan cara penerapan
Membentuk kelompok penerapan
Menetapkan sumber daya yang diperlukan

2. Tahap Pengembangan dan Penerapan


Sistem dalam tahapan ini berisi langkah-langkah yang harus dilakukan oleh
organisasi/ perusahaan dengan melibatkan banyak personil. Langkah-langkah tersebut
adalah:
Menyatakan komitmen
Penerapan Sistem Manajemen tidak akan berjalan tanpa adanya komitmen
terhadap sistem manajemen tersebut. Manajemen harus benar-benar menyadari
bahwa merekalah yang paling bertanggung jawab terhadap keberhasilan dan
kegagalan penerapanK3.Komitmen harus dinyatakan dengan tindakan nyata agar
diketahui oleh seluruh staf dan karyawan perusahaan.
Menetapkan cara penerapan
Perusahaan dapat menggunakan jasa konsultan ataupun personel perusahaan yang
mampu untuk mengorganisasikan dan mengarahkan orang untuk menerapkan K3.
Membentuk kelompok kerja penerapan
Jika perusahaan akan membentuk kelompok kerja sebaiknya anggota kelompok
kerja tersebut terdiri atas seorang wakil dari setiap unit kerja, biasanya manajer unit
kerja. Hal ini penting karena mereka yang paling bertanggung jawab terhadap setiap
unit kerja yang bersangkutan.
Menetapkan sumber daya yang diperlukan
Sumber daya di sini mencakup orang atau personil, perlengkapan, waktu, dan
dana. Orang yang dimaksud adalah beberapa orang yang diangkat secara resmi di
luar tugas-tugas pokoknya dan terlibat penuh dalam proses penerapan. Perlengkapan
adalah perlunya mempersiapkan kemungkinan ruangan tambahan untuk menyimpan
dokumen atau komputer tambahan untuk mengolah dan menyimpan data.Waktu
yang diperlukan tidaklah sedikit terutama bagi orang yang terlibat dalam penerapan,
mulai mengikuti rapat, pelatihan, mempelajari bahan-bahan pustaka, menulis
dokumen mutu sampai menghadapi kegiatan audit dan assessment. Sementara dana
diperlukan adalah untuk membayar konsultan (jika menggunakan jasa konsultan),
lembaga sertifikasi, dan biaya untuk pelatihan karyawan diluar perusahaan. Serta
peralatan khusus untuk pengendalian risiko dan bahaya yang ditimbulkan dalam
penerapan K3.

3. Kegiatan penyuluhan

Kegiatan penyuluhan ini harus diarahkan untuk mencapai tujuan, antara lain:

Menyamakan persepsi dan motivasi terhadap pentingnya penerapan K3 bagi kinerja


perusahaan.
Membangun komitmen menyeluruh mulai dari direksi, manajer, staf, dan seluruh
jajaran dalam perusahaan untuk bekerja bersama-sama dalam menerapakan standar
sistem.

4. Peninjauan system

Kelompok kerja yang telah terbentuk meninjau sistem yang sedang berlangsung dengan
membandingkannyabdengan persyaratan yang ada dalam SMK3. Peninjauan dapat
dilakukan melalui 2 cara yaitu dengan meninjau dokumen prosedur dan meninjau
pelaksanaannya.

5. Penyusunan Jadwal Kegiatan

Jadwal kegiatan disusun setelah melakukan peninjauan dengan mempertimbangkan:

Ruang lingkup pekerjaan


Kemampuan wakil manajemen dan kelompok kerja penerapan
Keberadaan proyek

6. Pengembangan K3

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam tahap pengembangan sistem adalah


dokumentasi, pembagian kelompok, penyusunan bagan alir, penulisan manual SMK3,
prosedur dan instruksi kerja.

7. Penerapan Sistem
Penerapan sisitem harus dilaksanakan sedikitnya tiga bulan sebelum pelaksanaan audit
internal.Waktu tiga bulan diperlukan untuk mengumpulkan bukti-bukti (dalam bentuk
rekaman tercatat) secara memadai dan untuk melaksanakan penyempurnaan sistem serta
modifikasi dokumen.

8. Proses Sertifikasi

Perusahaan diharapkan melakukan sertifikasi dengan memilih lembaga sertifikasi yang


sesuai.Tingkat penerapan K3 dibagi menjadi 3 tingkatan :
Perusahaan kecil atau perusahaan dengan tingkat risiko rendah harus menetapkan
sebanyak 64 kriteria (enam puluh empat) kriteria.
Perusahaan sedang atau perusahaan dengan tingkat risiko menengah harus menerapkan
sebanyak 122 (seratus dua puluh dua) kriteria.
Perusahaan besar atau perusahaan dengan tingkat risiko tinggi harus menerapkan
sebanyak 166 (seratus enam puluh enam) kriteria.

F. Kesimpulan

Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di PT Pertamina (persero) harus


dilakukan dengan baik dan benar. Hal ini dilakukan untuk mencegah timbulnya implikasi
kerugian baik secara mikro perusahaan maupun makro nasional dan internasional perusahaan
berupa kerugian alokasi dana kecelakaan tenaga kerja, penurunan kegiatan ekonomi dan
industry, menurunnya kegiatan riset pendidikan dan teknologi, terganggunya kestabilitas
ketahanan kegiatan politik, ekonomi dan social, meningkatnya pengangguran, kemiskinan
maupun kriminalitas. Selain itu dapat berdampak pada citra dan kepercayaan PT Pertamina
sebagai perusahaan kelas dunia dalam persaingan pasar bebas di era-globalisasi ini.

Anda mungkin juga menyukai