Anda di halaman 1dari 75

PRESENTASI KASUS

Seorang anak laki-laki dengan meningitis bakterialis dan


gizi kurang, severe stunted, severe underweight

Oleh :
Elsa Candra Rafsyanjani G99161038/L-8
Fentysa Davisni Chombe Listiyana G99161043/L-9

Pembimbing :
Prof. Dr. B. Soebayo, dr., Sp.A(K)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/ RSUD Dr. MOEWARDI
SURAKARTA
2016

0
HALAMAN PENGESAHAN
Presentasi kasus ini disusun untuk memenuhi persyaratan kepaniteraan klinik
Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret / RSUD
Dr.Moewardi. Presentasi kasus dengan judul:

Seorang anak laki-laki dengan meningitis bakterialis dan gizi kurang, severe
stunted, severe underweight

Hari/tanggal : November 2016

Oleh:
Elsa Candra Rafsyanjani G99161038/L-8
Fentysa Davisni Chombe Listiyana G99161043/L-9

Mengetahui dan menyetujui,


Pembimbing Presentasi Kasus

Prof. Dr. B. Soebayo, dr., Sp.A(K)

1
BAB I
STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. GYR
Usia : 4 bulan
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Wonorejo, Polokarto, Sukoharjo
No RM : 01347xxx
Tanggal masuk : 25 Oktober 2016
Tanggal periksa : 27 Oktober 2016
Berat Badan : 3,7 kg
Tinggi Badan : 53 cm

II. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama
Demam
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Demam
H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 H8 H9

(17/10/16) (18/10/16) (19/10/16)(20/10/16)(21/10/16)(22/10/16)(23/10/16)(24/10/16)(25/10/16)


07.00

Sejak 9 hari sebelum masuk rumah sakit (SMRS) pasien demam


mendadak, tinggi, terus menerus sepanjang hari. Diukur dengan
termometer suhu antara 38-38,8C. Demam tidak disertai dengan batuk,
pilek dan muntah. BAK dan BAB dalam batas normal dan tidak ada
keluhan. Pasien diperiksakan ke bidan kemudian diberi obat penurun
panas, namun tidak membaik.
2 hari SMRS pasien masih demam hingga 38,5C, tidak batuk dan
pilek, tidak ada kejang dan tidak muntah. BAK dan BAB tidak ada

2
keluhan. Kemudian pasien dibawa ke poli anak RS Dr. Moewardi dan
dilakukan pemeriksaan laboratorium.
HMRS pasien masih demam, tidak ada keluhan kejang, demam,
batuk, pilek maupun muntah. BAB dan BAK juga tidak ada keluhan.

C. Riwayat Penyakit Dahulu


Terdapat riwayat opname sebelumnya pada saat operasi Kasai tanggal
22 Agustus 2016.

D. Riwayat Penyakit Keluarga


Pada keluarga pasien terdapat anggota keluarga yang sebelumnya
mengalami demam, yaitu kakak pasien. Setelah diperiksa ke dokter, kakak
pasien didiagnosis typhoid fever. Anggota keluarga pasien juga tidak
mempunyai alergi terhadap obat-obatan.

E. Riwayat Lingkungan
Dari alloanamnesis diketahui tidak ada tetangga pasien yang
mengalami keluhan serupa dengan pasien baik saat ini maupun
sebelumnya.

F. Riwayat Kehamilan
Selama hamil, ibu pasien rajin melakukan pemeriksaan kehamilan
di Bidan. Pada trimester I ibu pasien melakukan kontrol sebanyak 1x
dalam 2 bulan. Pada trimester II ibu pasien melakukan kontrol sebanyak
1x/bulan dan pada trimester ke III juga melakukan kontrol 1x/minggu.
Selama hamil ibu pasien rutin mengkonsumsi tablet besi dan vitamin A
dari bidan.

G. Riwayat Kelahiran :
Pasien lahir dari ibu usia 42 tahun dengan umur kehamilan 40
minggu di rumah sakit secara sectio caesaria atas indikasi kepala bayi

3
belum masuk kepala panggul dengan berat badan lahir 3700 gram dan
panjang 49 cm, bayi langsung menangis kuat segera setelah lahir, gerak
aktif dan tidak ada kebiruan. Kesan kelahiran tidak ada kelainan.

H. Riwayat Imunisasi
Pasien belum diimunisasi selain HB-0.

I. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan


a. Pertumbuhan
Pasien lahir di bidan dengan berat badan lahir 3700 gram dan
panjang 49 cm. Pasien belum pernah dibawa ke posyandu untuk
ditimbang karena sejak lahir sering mondok di rumah sakit. Saat ini
pasien berusia 4 bulan dengan berat badan 3,7 kg dan tinggi badan 57
cm.
Kesan : Pertumbuhan tidak sesuai usia.
b. Perkembangan
1 bulan : menatap wajah, bersuara, bereaksi terhadap bel,
mengangkat kepala.
2 bulan : menatap wajah, bersuara, bereaksi terhadap bel,
mengangkat kepala.
3 bulan : menatap wajah, bersuara, bereaksi terhadap bel,
mengangkat kepala.
4 bulan : menatap wajah, bersuara, bereaksi terhadap bel,
mengangkat kepala.
Kesan : Perkembangan tidak sesuai usia.

J. Riwayat Nutrisi
Pasien mendapatkan ASI sejak lahir hingga saat ini dengan
tambahan ASB, karena produksi ASI ibu pasien tidak mencukupi
kebutuhan pasien. Pasien minum ASB kurang lebih 6 kali sehari, sekali
minum 60 ml dan ASI sehari kurang lebih 8-10 kali.

4
Kesan : kualitas dan kuantitas kurang.
K. Pohon Keluarga

II

Tn. S Ny. I
44 tahun 42 Tahun

III
An. GYR
4 bulan
III. PEMERIKSAAN FISIK (25/10/2016)
1. Status Generalis
a. Keadaan Umum:
tampak sakit sedang, kompos mentis (GCS:E4V5M6), gizi kesan
baik
b. Tanda vital
Laju nadi : 140x/menit, isi cukup, tegangan cukup
Laju napas : 30x/menit, reguler, kedalaman cukup
Suhu : 38,8C
c. Status Gizi
i.Secara klinis : gizi baik
ii.Secara Antropometri
BB/U : 3.3/7 X 100% = 47.1%
Z-Score < -3SD severe underweight
TB/U : 11/64 x 100 % = 17.1%
Z-Score < -3SD severe stunted

5
BB/TB : 3.7/5.3 x100% = 69.8%
-1SD < Z-Score < 0SD => gizi baik
(Kurva CDC, 2000)
Interpretasi: gizi kurang, severe underweight, severe stunted
d. Kepala : lingkar kepala = 39 cm; mesocephal (-2 SD < LK < 0 SD,
Nellhaus), UUB cembung (+)
e. Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (+/+), edema
palpebra (-/-), refleks cahaya (+/+), pupil isokor diameter
2mm/2mm.
f. Hidung : napas cuping hidung(-), sekret (-/-)
g. Telinga : sekret (-/-)
h. Mulut : mukosa basah (+), sianosis (-), faring hiperemis (-), tonsil
T1-T1 hiperemis (-),
i. Leher : kelenjar getah bening tidak membesar
j. Thoraks : Retraksi (-), simetris
k. Cor
I : iktus cordis tidak tampak
P : iktus cordis sulit dievaluasi
P : batas jantung sulit dievaluasi
A : Bunyi jantung I-II interval normal, reguler, bising sistolik grade
III/6, punctum maximum di SIC III linea midclavicula sinistra
l. Pulmo
I : pengembangan dinding dada kanan = kiri
P: fremitus raba kanan = kiri
P: sonor / sonor
A: Suara dasar vesikuler (+/+) , suara tambahan (-/-)
m. Abdomen
I : dinding perut sejajar dinding dada,
A : bising usus (+) normal
P : timpani, pekak sisi (-)
P : supel, nyeri tekan (-).

6
n. Ekstremitas :
Edema Akral dingin
- - - -
- - - -
Arteri dorsalis pedis teraba kuat
Capillary Refill Time kurang dari 2 detik

Status neurologis
Refleks fisiologis Refleks patologis Rangsang meningeal
Biceps +2/+2 Babinski (+/+) Kaku kuduk (-)
Triceps +2/+2 Chaddock (-/-) Brudzinski I (-)
Patella +2/+2 Oppenheim (-/-) Brudzinski II (-)
Achilles +2/+2 Gordon (-/-) Kernig (-)

7
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium Darah (25 Oktober 2016) 11.39
Hemoglobin : 10,3 g/dl
Hematokrit : 29 %
Leukosit : 12,4 ribu/ul
Trombosit : 328 ribu/ ul
Eritrosit : 2,94 Juta/ul
SGOT : 83 u/l
SGPT : 85 u/l
Bilirubin total : 2,60 mg/dl
Bilirubin direk : 2,20 mg/dl
Bilirubin indirek : 0,40 mg/dl

V. RESUME
Sejak 9 hari sebelum masuk rumah sakit (SMRS) pasien demam
mendadak, tinggi, terus menerus sepanjang hari. Diukur dengan
termometer suhu antara 38-38,8C. Demam tidak disertai dengan batuk,
pilek dan muntah. BAK dan BAB dalam batas normal dan tidak ada
keluhan. Pasien diperiksakan ke bidan kemudian diberi obat penurun
panas, namun tidak membaik.
2 hari SMRS pasien masih demam hingga 38,5C, tidak batuk dan
pilek, tidak ada kejang dan tidak muntah. BAK dan BAB tidak ada
keluhan. Kemudian pasien dibawa ke poli anak RS Dr. Moewardi dan
dilakukan pemeriksaan laboratorium.
HMRS pasien masih demam, tidak ada keluhan kejang, demam,
batuk, pilek maupun muntah. BAB dan BAK juga tidak ada keluhan.
Dari alloanamnesis diketahui tidak ada keluhan serupa dari
keluarga maupun tetangga pasien.
Keadaan umum pasien tampak sakit sedang dengan gizi kesan
o
baik. Dari pemeriksaan fisik didapatkan suhu 38,8 C, laju nadi

8
140x/menit, isi, tegangan cukup, laju napas 30 x/menit, reguler, kedalaman
cukup. ADP teraba kuat, CRT kurang dari 2 detik. Didapatkan sclera
ikterik pada kedua mata pasien.
Hasil pemeriksaan lab darah pada tanggal 25 Oktober 2016
Pukul 11.39
Hemoglobin : 10,3 g/dl
Hematokrit : 29 %
Leukosit : 12,4 ribu/ul
Trombosit : 328 ribu/ ul
Eritrosit : 2,94 Juta/ul
SGOT : 83 u/l
SGPT : 85 u/l
Bilirubin total : 2,60 mg/dl
Bilirubin direk : 2,20 mg/dl
Bilirubin indirek : 0,40 mg/dl

DAFTAR MASALAH
Anak laki-laki usia 4 bulan dengan :
Riwayat demam mendadak tinggi sejak 9 hari sebelum masuk rumah
sakit
Kesadaran umum kompos mentis, tampak sakit sedang
Tanda vital suhu 38,8C, laju nadi 140x/menit, isi, tegangan cukup,
laju napas 30 x/menit, reguler, kedalaman cukup.
Sclera ikterik ODS
AE: 2,94 juta/ul
SGOT: 83 u/l
SGPT: 85 u/l
Bilirubin total: 2,60 mg/dl
Bilirubin direk 2,20 mg/dl

9
VI. DIAGNOSIS BANDING
a. Demam reumatik
b. Infeksi Saluran Kemih

VII. DIAGNOSIS KERJA


a. Tersangka meningitis bakterialis
b. Post cholesistectomy dan choleangiografi atas indikasi atresia bilier
c. DE : PJB asianotik
DA: PDA L to R shunt PFO bidirectional shunt, Tricuspid
Regurgitation mild
DF : ROSS I
d. Miliaria pustulosa
e. Gizi kurang, severe underweight, severe stunted (antropometri)

VIII. PENATALAKSANAAN
a. Rawat bangsal neurologi anak rawat bersama dengan SSD
infeksi, hepatologi, dan kardiologi anak)
b. Diet ASI/ASB on demand
c. IVFD D5 NS 17ml/jam = 16 tpm mikro
d. Paracetamol (15mg/kgBB/kali) = 60 mg/6 jam P.O. = cth P.O.
e. Injeksi Ceftriaxone 50 mg/kgBB/12 jam = 200 mg/12jam

IX. MONITORING
a. Keadaan umum, tanda vital per 8 jam
b. Balance cairan dan diuresis per 8 jam

X. PLAN
a. Cek laboratorarium Ureum/Creatinin + HbsAg, kultur darah
b. Lumbal Pungsi (26/10/2016)
c. Konsul bagian kulit
d. CT-Scan kepala kontras

10
XI. EDUKASI
a. Edukasi keluarga tentang penyakit pasien, edukasi untuk
menambah intake makanan dan minuman pasien, prognosis pasien
baik dengan penanganan yang tepat.
b. Edukasi rencana terapi termasuk pemeriksaan penunjang lumbal
pungsi dan CT Scan kepala

XII. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam

11
XIII. FOLLOW UP

Tanggal 26 Oktober 2016


S : Demam (+) , BAB 2 kali warna kuning konsistensi lunak, BAK banyak warna
kuning pekat. Tidak ada kejang, batuk, demam, mual, muntah ataupun sesak.
O : Keadaan umum : compos mentis, tampak sakit sedang
Tanda Vital
Nadi : 130 x/menit, isi dan tegangan cukup, irama teratur.
Respirasi : 52 x/menit
Suhu : 38,3C per aksiler (37,8 38,5C)
SiO2 : 98%
Balance Cairan : +133,7 cc
Diuresis : 3,37 cc/kgBB/jam
Kepala
Bentuk mesocephal, kedudukan kepala simetris, luka (-), mudah rontok (-),
mudah dicabut (-), UUB cembung (+).
Mata
Conjunctiva pucat (-/-), sklera ikterik (+/+), refleks cahaya langsung dan tak
langsung (+/+), pupil isokor (2 mm/ 2 mm), oedem palpebra (-/-), sekret (-/-).
Hidung
Nafas cuping hidung (-/-), deformitas (-), darah (-/-), sekret (-/-), epistaksis (-)
Telinga
Deformitas (-/-),darah (-/-), sekret (-/-).
Mulut
Bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-), lidah simetris, lidah tremor (-),
tonsil T1-T1, faring hiperemis (-), stomatitis (-), mukosa pucat (-), gusi
berdarah (-), papil lidah atrofi (-).
Leher
Simetris, trakea ditengah, JVP tidak meningkat, limfonodi tidak membesar,
nyeri tekan (-), benjolan (-), kaku (-).

12
Thoraks
Simetris, retraksi (-)
Jantung
Inspeksi : iktus cordis tidak tampak
Palpasi : iktus cordis sulit dievaluasi
Perkusi : batas jantung sulit dievaluasi
Auskultasi : Bunyi jantung I-II interval normal, reguler, bising sistolik
grade III/6, PM di SIC III linea midclavicula sinistra
Pulmo
Inspeksi : pengembangan dinding dada kanan = kiri
Palpasi : fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : sonor / sonor
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+ /+) , suara tambahan (-/-)

Abdomen
Inspeksi : dinding perut sejajar dinding dada
Auskultasi : peristaltik (+) normal
Perkusi : timpani
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba

Ekstremitas

Oedem _ _ Akral dingin _ _

Arteri dorsalis pedis kuat


Capilary refill time < 2

Status lokalis
UKK pustul dikelilingi area hiperemis di bagian thorax posterior

13
Status neurologis
Refleks fisiologis Refleks patologis Rangsang meningeal
Biceps +2/+2 Babinski (+/+) Kaku kuduk (-)
Triceps +2/+2 Chaddock (-/-) Brudzinski I (-)
Patella +2/+2 Oppenheim (-/-) Brudzinski II (-)
Achilles +2/+2 Gordon (-/-) Kernig (-)

Hasil Laboratorium
Creatinin : 0,5 mg/dl
Ureum : 19 mg/dl
HbsAg rapid : Non reactive

A:
a. Tersangka meningitis bakterialis
b. Post cholesistectomy dan choleangiografi atas indikasi atresia bilier
c. DE : PJB asianotik
DA : PDA PFO L to R shunt
DF : ROSS II
d. Miliaria pustulosa
e. Gizi kurang, severe underweight, severe stunted (antropometri)

P:
1. Terapi
a. Diet ASI/ASB on demand
b. IVFD D5 NS 17ml/jam = 16 tpm mikro
c. Paracetamol (15mg/kgBB/kali) = 60 mg/6 jam P.O. = cth P.O.
d. Injeksi Ceftriaxone 50 mg/kgBB/12 jam = 200 mg/12jam
e. Calamine lotion 2 dd u.e.
f. Furosemide 2 x 2 mg P.O.
g. Spironolakton 2 x 3,25 mg P.O.

14
2. Plan
a. Lumbal pungsi
b. Penjadwalan CT Scan kepala kontras
c. Tunggu hasil kultur darah
d. Pemeriksaan urine/feses rutin
3. Monitoring
Keadaan umum, tanda vital per 8 jam
. Balance cairan dan diuresis per 8 jam

15
Tanggal 27 Oktober 2016
S : pasien masih demam naik turun hari ke 11, tidak ada sesak, BAK berwarna
kuning jernih, BAB 2x berwarna kuning, konsistensi lunak, tidak muntah,
tidak batuk dan tidak pilek.
O : Keadaan umum : compos mentis, sakit sedang
Tanda Vital
Nadi : 137 x/menit, isi dan tegangan cukup, irama teratur.
Respirasi : 48 x/menit
Suhu : 39,50C per aksiler (37,7 39,50C)
Kepala
Bentuk mesocephal, kedudukan kepala simetris, luka (-), mudah rontok (-),
mudah dicabut (-), UUB cembung (+)
Mata
Conjunctiva pucat (-/-), sklera ikterik (+/+), refleks cahaya langsung dan tak
langsung (+/+), pupil isokor (2 mm/ 2m), oedem palpebra (-/-), sekret (-/-).
Hidung
Nafas cuping hidung (-), deformitas (-), darah (-/-), sekret (-/-).
Telinga
Deformitas (-/-),darah (-/-), sekret (-/-).
Mulut
Bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-), lidah simetris, lidah tremor (-),
tonsil T1-T1, faring hiperemis (-), stomatitis (-), mukosa pucat (-), gusi
berdarah (-), papil lidah atrofi (-).
Leher
Simetris, trakea ditengah, JVP tidak meningkat, limfonodi tidak membesar,
nyeri tekan (-), benjolan (-), kaku (-).
Thoraks
Simetris, retraksi (-)

Jantung
Inspeksi : iktus cordis tidak tampak

16
Palpasi : iktus cordis sulit dievaluasi
Perkusi : batas jantung sulit dievaluasi
Auskultasi : Bunyi jantung I-II interval normal, reguler, bising sistolik
grade III/6, PM di SIC III linea midclavicula sinistra
Pulmo
Inspeksi : pengembangan dinding dada kanan = kiri
Palpasi : fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : sonor / sonor
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+ /+) , suara tambahan (-/-)

Abdomen
Inspeksi : dinding perut sejajar dinding dada
Auskultasi : peristaltik (+) normal
Perkusi : timpani
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas

Oedem _ _ Akral dingin _ _

Arteri dorsalis pedis kuat


Capilary refill time < 2
Status lokalis
UKK pustul dikelilingi area hiperemis di bagian thorax posterior

Status neurologis
Refleks fisiologis Refleks patologis Rangsang meningeal
Biceps +2/+2 Babinski (+/+) Kaku kuduk (-)
Triceps +2/+2 Chaddock (-/-) Brudzinski I (-)
Patella +2/+2 Oppenheim (-/-) Brudzinski II (-)
Achilles +2/+2 Gordon (-/-) Kernig (-)

17
Hasil Lumbal Pungsi (LCS)
Warna : merah
Kejernihan : keruh
Bekuan : bekuan
Tes Pandy : positif
Tes Nonne : positif
Protein total : 173 mg/dl
Glukosa : 69 mg/dl
Jumlah sel : 40 /ul
Hitung jenis sel PMN : 54%
Hitung jenis MN : 46%
Interpretasi : hasil LP menyokong ke arah meningitis bakterialis

A:
a. Meningitis bakterialis
b. Post cholesistectomy dan choleangiografi atas indikasi atresia bilier
c. DE : PJB asianotik
DA : PDA PFO L to R shunt
DF : ROSS II
d. Miliaria pustulosa
b. Gizi kurang, severe underweight, severe stunted (antropometri)
P:
1. Terapi
a. Diet ASI/ASB on demand
b. IVFD D5 NS 17ml/jam = 16 tpm mikro
c. Paracetamol (15mg/kgBB/kali) = 60 mg/6 jam P.O. = cth P.O.
d. Injeksi Ceftriaxone 50 mg/kgBB/12 jam = 200 mg/12jam
e. Injeksi dexamethasone 0,6 mg/6 jam
f. Calamine lotion 2 dd u.e.
g. Furosemide 2 x 2 mg P.O.
h. Spironolakton 2 x 3,25 mg P.O.

18
2. Plan
a. Tunggu hasil kultur darah
b. Tunggu hasil kultur LCS
c. Urinalisis
d. Tunggu hasil feses rutin
e. Daftarkan CT-Scan kepala kontras (28/10/2016)

3. Monitoring
KUVS/ SiO2 /4 jam, BCD/8 jam

19
Tanggal 28 Oktober 2016
S : demam hari ke 12, pasien menangis kuat, masih mau menetek, terdapat
penurunan gerak aktif dan sesak, terlihat lemas, tidak didapatkan kejang,
BAB dan BAK tidak ada keluhan.
O : Keadaan umum : compos mentis, tampak sakit sedang
Tanda Vital
Nadi : 138 x/menit, isi dan tegangan cukup, irama teratur.
Respirasi : 48 x/menit
Suhu : 38,7C per aksiler (38 - 38,9C)
SiO2 : 96%
Balance Cairan : 234 ml/hari
Diuresis : 3,37 ml/KgBB/jam
Kepala
Bentuk mesocephal, kedudukan kepala simetris, luka (-), mudah rontok -,
mudah dicabut -, Lingkar kepala 39 cm, UUB cembung (+) menurun .
Mata
Conjunctiva pucat (-/-), sklera ikterik (+/+), refleks cahaya langsung dan tak
langsung (+/+), pupil isokor (2mm/2mm), oedem palpebra (-/-), sekret (-/-).
Hidung
Nafas cuping hidung (+/+), deformitas (-), darah (-/-), sekret (-/-).
Telinga
Deformitas (-/-), darah (-/-), sekret (-/-).
Mulut
Bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-), lidah simetris, lidah tremor (-),
tonsil T1-T1, faring hiperemis (-), stomatitis (-), mukosa pucat (-), gusi
berdarah (-), papil lidah atrofi (-).
Leher
Simetris, trakea ditengah, JVP tidak meningkat, limfonodi tidak membesar,
nyeri tekan (-), benjolan (-), kaku (-).
Thoraks
Simetris, retraksi (+) sub costal, epigastrical

20
Jantung
Inspeksi : iktus cordis tidak tampak
Palpasi : iktus cordis sulit dievaluasi
Perkusi : batas jantung sulit dievaluasi
Auskultasi : Bunyi jantung I-II interval normal, reguler, bising sistolik
grade III/6, PM di SIC III linea midclavicula sinistra
Pulmo
Inspeksi : pengembangan dinding dada kanan = kiri
Palpasi : fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : sonor / sonor
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+ /+) , suara tambahan (-/-)

Abdomen
Inspeksi : dinding perut sejajar dinding dada
Auskultasi : peristaltik (+) normal
Perkusi : timpani
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar teraba membesar 3 cm di
bawah arcus costae dextra, lien tidak teraba.
Ekstremitas

Oedem _ _ Akral dingin _ _

Arteri dorsalis pedis teraba kuat


Capilary refill time < 2

Status lokalis
UKK pustul dikelilingi area hiperemis di bagian thorax posterior

Status neurologis
Refleks fisiologis Refleks patologis Rangsang meningeal
Biceps +2/+2 Babinski (+/+) Kaku kuduk (-)

21
Triceps +2/+2 Chaddock (-/-) Brudzinski I (-)
Patella +2/+2 Oppenheim (-/-) Brudzinski II (-)
Achilles +2/+2 Gordon (-/-) Kernig (-)
A:
a. Meningitis bakterialis
b. Post cholesistectomy dan choleangiografi atas indikasi atresia bilier
c. DE : PJB asianotik
DA : PDA PFO L to R shunt
DF : ROSS II
d. Miliaria pustulosa
c. Gizi kurang, severe underweight, severe stunted (antropometri)
P:
1. Terapi
a. Pasang NGT ASI/ASB 8 x 30-40 ml
b. Pasang O2 nasal 1 lpm
c. IVFD D5 NS 17ml/jam = 16 tpm mikro
d. Paracetamol (15mg/kgBB/kali) = 60 mg/6 jam P.O. = cth P.O.
e. Injeksi Ceftriaxone 50 mg/kgBB/12 jam = 200 mg/12jam
f. Injeksi dexamethasone 0,6 mg/6 jam
g. Calamine lotion 2 dd u.e.
h. Furosemide 2 x 2 mg P.O.
a. Spironolakton 2 x 3,25 mg P.O.
2. Plan
a. Tunggu hasil kultur darah
b. Tunggu hasil kultur LCS
c. Urinalisis ulang dan kultur urin
d. Daftarkan CT-Scan kepala kontras (28/10/2016)
3. Monitoring
KUVS/ SiO2 /4 jam, BCD/8 jam

22
Tanggal 29 Oktober 2016
S : Demam sepanjang hari, hari ke 13. Didapatkan sesak, pasien menangis kuat,
gerak aktif, namun masih tampak agak lemas. Perut dirasakan agak kembung.
BAB dan BAK tidak didapati keluhan
O : Keadaan umum : compos mentis, tampak sakit sedang
Tanda Vital
Nadi : 122 x/menit, isi dan tegangan cukup, irama teratur.
Respirasi : 60 x/menit
Suhu : 37,8C per aksiler (37,6 - 38,2C)
SiO2 : 99%
Balance Cairan : 151,4 ml/hari
Diuresis : 3,82 ml/KgBB/jam
Kepala
Bentuk mesocephal, kedudukan kepala simetris, luka (-), lingkar kepala 39
cm, UUB cembung (-).
Mata
Conjunctiva pucat (-/-), sklera ikterik (+/+), refleks cahaya langsung dan tak
langsung (+/+), pupil isokor (2 mm/ 2mm), oedem palpebra (-/-), sekret (-/-).
Hidung
Nafas cuping hidung (+/+), deformitas (-), darah (-/-), sekret (-/-).
Telinga
Deformitas (-/-), darah (-/-), sekret (-/-).
Mulut
Bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-), lidah simetris, lidah tremor (-),
tonsil T1-T1, faring hiperemis (-), stomatitis (-), mukosa pucat (-), gusi
berdarah (-), papil lidah atrofi (-).
Leher
Simetris, trakea ditengah, JVP tidak meningkat, limfonodi tidak membesar,
nyeri tekan (-), benjolan (-), kaku (-).
Thoraks
Simetris, retraksi (+) regio subcostal epigastrical

23
Jantung
Inspeksi : iktus cordis tidak tampak
Palpasi : iktus cordis sulit dievaluasi
Perkusi : batas jantung sulit dievaluasi
Auskultasi : Bunyi jantung I-II interval normal, reguler, bising sistolik
grade III/6, PM di SIC III linea midclavicula sinistra
Pulmo
Inspeksi : pengembangan dinding dada kanan = kiri
Palpasi : fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : sonor / sonor
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+ /+) , suara tambahan (-/-)

Abdomen
Inspeksi : dinding perut distensi
Auskultasi : peristaltik (+) normal
Perkusi : hipertimpani
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar teraba membesar 3 cm di
bawah arcus costae dextra, lien tidak teraba.

Ekstremitas

Oedem _ _ Akral dingin _ _

Arteri dorsalis pedis teraba kuat


Capilary refill time < 2

Status lokalis
UKK pustul dikelilingi area hiperemis di bagian thorax posterior

24
Status neurologis
Refleks fisiologis Refleks patologis Rangsang meningeal
Biceps +2/+2 Babinski (+/+) Kaku kuduk (-)
Triceps +2/+2 Chaddock (-/-) Brudzinski I (-)
Patella +2/+2 Oppenheim (-/-) Brudzinski II (-)
Achilles +2/+2 Gordon (-/-) Kernig (-)

Hasil kultur LCS


Organisme: Staphylococcus aureus, MRSA (+)

A:
a. Meningitis bakterialis
b. Suspek Infeksi Saluran Kemih
c. Post cholesistectomy dan choleangiografi atas indikasi atresia bilier
d. DE : PJB asianotik
DA : PDA PFO L to R shunt
DF : ROSS II
e. Miliaria pustulosa
f. Gizi kurang, severe underweight, severe stunted (antropometri)
P:
1. Terapi
a. ASI/ASB 8 x 30-40 ml
b. O2 nasal 1 lpm
c. IVFD D5 NS 17ml/jam = 16 tpm mikro
d. Paracetamol (15mg/kgBB/kali) = 60 mg/6 jam P.O. = cth P.O.
e. Injeksi Ceftriaxone 50 mg/kgBB/12 jam = 200 mg/12jam
f. Injeksi dexamethasone 0,6 mg/6 jam
g. Calamine lotion 2 dd u.e.
h. Furosemide 2 x 2 mg P.O.
i. Spironolakton 2 x 3,25 mg P.O.
j. Vitamin A 6000 IU/24 jam P.O.

25
k. Vitamin D 0,25 mcg/24 jam P.O.
l. Vitamin E 100 IU/24 jam P.O.
m. Vitamin K 2,5 mg/24 jam P.O.
2. Plan
a. Usul injeksi vancomycine (25 mg/kgBB/kali) = 100 mg/kali loading
selanjutnya (20 mg/kgBB/8 jam) = 80 mg/8 jam i.v.
b. Cek DL2, albumin, elektrolit, evaluasi
c. Tunggu hasil kultur darah
d. Urinalisis ulang dan kultur urin
e. Feses rutin
f. Apabila pasien masih kembung, foto USG abdomen 3 posisi
g. Konsul bedah saraf
3. Monitoring
KUVS/ SiO2 /4 jam, BCD/8 jam

26
Tanggal 30 Oktober 2016
S : pasien tidak demam, tidak sesak. Pasien menangis kuat, gerak aktif, masih
mau menyusu, tidak mual. BAB dan BAK tidak didapati keluhan
O : Keadaan umum : compos mentis, tampak sakit sedang
Tanda Vital
Nadi : 124 x/menit, isi dan tegangan cukup, irama teratur.
Respirasi : 50 x/menit
Suhu : 36,8C per aksiler (36,6 37,9C)
SiO2 : 99 %
BC : +212 ml/hari
D : 5,9 cc/kgBB/jam

Kepala
Bentuk mesocephal, kedudukan kepala simetris, luka (-), lingkar kepala 39
cm (LK= -2 SD, Nellhause), UUB cembung (-).
Mata
Conjunctiva pucat (-/-), sklera ikterik (+/+), refleks cahaya langsung dan tak
langsung (+/+), pupil isokor (2 mm/ 2mm), oedem palpebra (-/-) , sekret (-/-).
Hidung
Nafas cuping hidung (+/+), deformitas (-), darah (-/-), sekret (-/-).
Telinga
Deformitas (-/-), darah (-/-), sekret (-/-).
Mulut
Bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-), lidah simetris, lidah tremor (-),
tonsil T1-T1, faring hiperemis (-), stomatitis (-), mukosa pucat (-), mukosa
basah (+), gusi berdarah (-), papil lidah atrofi (-).
Leher
Simetris, trakea ditengah, JVP tidak meningkat, limfonodi tidak membesar,
nyeri tekan (-), benjolan (-), kaku (-).
Thoraks
Simetris, retraksi (+) subcostal epigastrical

27
Jantung
Inspeksi : iktus cordis tidak tampak
Palpasi : iktus cordis sulit dievaluasi
Perkusi : batas jantung sulit dievaluasi
Auskultasi : Bunyi jantung I-II interval normal, reguler, bising sistolik
grade III/6, PM di SIC III linea midclavicula sinistra
Pulmo
Inspeksi : pengembangan dinding dada kanan = kiri
Palpasi : fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : sonor / sonor
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+ /+), suara tambahan (-/-)

Abdomen
Inspeksi : dinding perut distensi
Auskultasi : peristaltik (+) normal
Perkusi : hipertimpani
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar teraba membesar 3 cm di
bawah arcus costae dextra, lien tidak teraba.
Lingkar Perut : 40 cm

Ekstremitas

Oedem _ _ Akral dingin _ _

Arteri dorsalis pedis teraba kuat


Capilary refill time < 2

Status lokalis
UKK pustul dikelilingi area hiperemis di bagian thorax posterior (perbaikan)

28
Status neurologis
Refleks fisiologis Refleks patologis Rangsang meningeal
Biceps +2/+2 Babinski (+/+) Kaku kuduk (-)
Triceps +2/+2 Chaddock (-/-) Brudzinski I (-)
Patella +2/+2 Oppenheim (-/-) Brudzinski II (-)
Achilles +2/+2 Gordon (-/-) Kernig (-)

A:
a. Meningitis bakterialis
b. Suspek Infeksi Saluran Kemih
c. Post cholesistectomy dan choleangiografi atas indikasi atresia bilier
d. DE : PJB asianotik
DA : PDA PFO L to R shunt
DF : ROSS II
e. Miliaria pustulosa
f. Gizi kurang, severe underweight, severe stunted (antropometri)
P:
1. Terapi
a. ASI/ASB 8 x 30-40 ml
b. O2 nasal 1 lpm
c. IVFD D5 NS 17ml/jam = 16 tpm mikro
d. Paracetamol (15mg/kgBB/kali) = 60 mg/6 jam P.O. = cth P.O.
e. Injeksi Ceftriaxone 50 mg/kgBB/12 jam = 200 mg/12jam
f. Injeksi dexamethasone 0,6 mg/6 jam
g. Injeksi Vancomycine (20 mg/kgBB/8 jam) = 80 mg/8 jam i.v.
h. Calamine lotion 2 dd u.e.
i. Furosemide 2 x 2 mg P.O.
j. Spironolakton 2 x 3,25 mg P.O.
k. Vitamin A 6000 IU/24 jam P.O.
l. Vitamin D 0,25 mcg/24 jam P.O.
m. Vitamin E 100 IU/24 jam P.O.

29
n. Vitamin K 2,5 mg/24 jam P.O.
2. Plan
a. Tunggu hasil kultur darah
b. Pindah bangsal ruang isolasi
3. Monitoring
KUVS/ SiO2 /4 jam, BCD/8 jam

30
Tanggal 31 Oktober 2016
S : pasien kembali demam, keluhan sesak meningkat, gerak aktif, menetek kuat,
tidak mual maupun muntah, perut kembung. BAB dan BAK tidak ada
keluhan.
O : Keadaan umum : compos mentis, tampak sakit sedang
Tanda Vital
Nadi : 143 x/menit, isi dan tegangan cukup, irama teratur.
Respirasi : 62 x/menit
Suhu : 37,9C per aksiler (36,7 38,1C)
SiO2 : 99%
BC : +392 ml/hari
D : 5,06 cc/kgBB/jam
Kepala
Bentuk mesocephal, kedudukan kepala simetris, luka (-), lingkar kepala 39
cm (LK = -2 SD, nellhause).
Mata
Conjunctiva pucat (-/-), sklera ikterik (+/+), refleks cahaya langsung dan tak
langsung (+/+), pupil isokor (2 mm/ 2mm), oedem palpebra (-/-) , sekret (-/-).
Hidung
Nafas cuping hidung (+/+), deformitas (-), darah (-/-), sekret (-/-).
Telinga
Deformitas (-/-),darah (-/-), sekret (-/-).
Mulut
Bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-), lidah simetris, lidah tremor (-),
tonsil T1-T1, faring hiperemis (-), stomatitis (-), mukosa pucat (-), mukosa
basah (+), gusi berdarah (-), papil lidah atrofi (-).
Leher
Simetris, trakea ditengah, JVP tidak meningkat, limfonodi tidak membesar,
nyeri tekan (-), benjolan (-), kaku (-).
Thoraks
Simetris, retraksi (+) subcostal epigastrical.

31
Jantung
Inspeksi : iktus cordis tidak tampak
Palpasi : iktus cordis sulit dievaluasi
Perkusi : batas jantung sulit dievaluasi
Auskultasi : Bunyi jantung I-II interval normal, reguler, bising sistolik
grade III/6, PM di SIC III linea midclavicula sinistra
Pulmo
Inspeksi : pengembangan dinding dada kanan = kiri
Palpasi : fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : sonor / sonor
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+ /+), suara tambahan (+/+) Ronki
basah kasar

Abdomen
Inspeksi : dinding perut distensi
Auskultasi : peristaltik (+) normal
Perkusi : hipertimpani
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar teraba membesar 3 cm di
bawah arcus costae dextra, lien tidak teraba.
Lingkar Perut : 40 cm
Ekstremitas

Oedem _ _ Akral dingin _ _

Arteri dorsalis pedis teraba kuat


Capilary refill time < 2

Status lokalis
UKK pustul dikelilingi area hiperemis di bagian thorax posterior (perbaikan)

32
Status neurologis
Refleks fisiologis Refleks patologis Rangsang meningeal
Biceps +2/+2 Babinski (+/+) Kaku kuduk (-)
Triceps +2/+2 Chaddock (-/-) Brudzinski I (-)
Patella +2/+2 Oppenheim (-/-) Brudzinski II (-)
Achilles +2/+2 Gordon (-/-) Kernig (-)

A:
a. Meningitis bakterialis
b. Post cholesistectomy dan choleangiografi atas indikasi atresia bilier
c. DE : PJB asianotik
DA : PDA PFO L to R shunt
DF : ROSS II
d. Pneumonia
e. Sepsis klinis
f. Miliaria pustulosa (perbaikan)
g. Pitiriasis alba
h. Gizi kurang, severe underweight, severe stunted (antropometri)
P:
1. Terapi
a. ASI/ASB 8 x 30-40 ml
b. O2 nasal 2 lpm
c. IVFD D5 NS 17ml/jam = 16 tpm mikro
d. Injeksi Paracetamol (15mg/kgBB/kali) = 60 mg/6 jam i.v.
e. Injeksi Dexamethasone 0,6 mg/6 jam (V)
f. Injeksi Vancomycine (20 mg/kgBB/8 jam) = 80 mg/8 jam i.v. (II)
g. Calamine lotion 2 dd u.e.
h. Furosemide 2 x 2 mg P.O.
i. Spironolakton 2 x 3,25 mg P.O.
j. Vitamin A 6000 IU/24 jam P.O.
k. Vitamin D 0,25 mcg/24 jam P.O.

33
l. Vitamin E 100 IU/24 jam P.O.
m. Vitamin K 2,5 mg/24 jam P.O.
2. Plan
a. Tunggu hasil kultur darah
b. Tunda pindah bangsal ruang isolasi
c. Foto abdomen 3 posisi
3. Monitoring
KUVS/ SiO2 /4 jam, BCD/8 jam

34
Tanggal 1 November 2016
S : pasien masih demam, keluhan sesak menurun, gerak aktif, menetek kuat,
tidak mual maupun muntah, perut kembung. BAB dan BAK tidak ada
keluhan.
O : Keadaan umum : compos mentis, tampak sakit sedang
Tanda Vital
Nadi : 125 x/menit, isi dan tegangan cukup, irama teratur.
Respirasi : 48 x/menit
Suhu : 38,1C per aksiler (37,7 38,3C)
SiO2 : 98%
BC : +364,6 ml/hari
D : 5,06 cc/kgBB/jam
Kepala
Bentuk mesocephal, kedudukan kepala simetris, luka (-), lingkar kepala 39
cm (LK = -2 SD, nellhause), UUB cembung (-).
Mata
Conjunctiva pucat (-/-), sklera ikterik (+/+), refleks cahaya langsung dan tak
langsung (+/+), pupil isokor (2 mm/ 2mm), oedem palpebra (-/-) , sekret (-/-).
Hidung
Nafas cuping hidung (+/+), deformitas (-), darah (-/-), sekret (-/-).
Telinga
Deformitas (-/-),darah (-/-), sekret (-/-).
Mulut
Bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-), lidah simetris, lidah tremor (-),
tonsil T1-T1, faring hiperemis (-), stomatitis (-), mukosa pucat (-), mukosa
basah (+), gusi berdarah (-), papil lidah atrofi (-).
Leher
Simetris, trakea ditengah, JVP tidak meningkat, limfonodi tidak membesar,
nyeri tekan (-), benjolan (-), kaku (-).
Thoraks
Simetris, retraksi (+) subcostal epigastrical.

35
Jantung
Inspeksi : iktus cordis tidak tampak
Palpasi : iktus cordis sulit dievaluasi
Perkusi : batas jantung sulit dievaluasi
Auskultasi : Bunyi jantung I-II interval normal, reguler, bising sistolik
grade III/6, PM di SIC III linea midclavicula sinistra
Pulmo
Inspeksi : pengembangan dinding dada kanan = kiri
Palpasi : fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : sonor / sonor
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+ /+), suara tambahan (+/+) Ronki
basah kasar

Abdomen
Inspeksi : dinding perut distensi
Auskultasi : peristaltik (+) normal
Perkusi : hipertimpani
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar teraba membesar 3 cm di
bawah arcus costae dextra, lien tidak teraba.
Lingkar Perut : 40 cm
Ekstremitas

Oedem _ _ Akral dingin _ _

Arteri dorsalis pedis teraba kuat


Capilary refill time < 2

Status lokalis
UKK pustul dikelilingi area hiperemis di bagian thorax posterior (perbaikan)

36
Status neurologis
Refleks fisiologis Refleks patologis Rangsang meningeal
Biceps +2/+2 Babinski (+/+) Kaku kuduk (-)
Triceps +2/+2 Chaddock (-/-) Brudzinski I (-)
Patella +2/+2 Oppenheim (-/-) Brudzinski II (-)
Achilles +2/+2 Gordon (-/-) Kernig (-)

A:
a. Meningitis bakterialis (perbaikan)
b. Post cholesistectomy dan choleangiografi atas indikasi atresia bilier
c. DE : PJB asianotik
DA : PDA PFO L to R shunt
DF : ROSS II
d. Pneumonia
e. Sepsis klinis
f. Miliaria pustulosa (perbaikan)
g. Pitiriasis alba
h. Gizi kurang, severe underweight, severe stunted (antropometri)
P:
1. Terapi
a. ASI/ASB 8 x 30-40 ml
b. O2 nasal 2 lpm
c. IVFD D5 NS 17ml/jam = 16 tpm mikro
d. Injeksi Paracetamol (15mg/kgBB/kali) = 60 mg/6 jam i.v.
e. Injeksi Vancomycine (20 mg/kgBB/8 jam) = 80 mg/8 jam i.v. (III)
f. Calamine lotion 2 dd u.e.
g. Furosemide 2 x 2 mg P.O.
h. Spironolakton 2 x 3,25 mg P.O.
i. Vitamin A 6000 IU/24 jam P.O.
j. Vitamin D 0,25 mcg/24 jam P.O.
k. Vitamin E 100 IU/24 jam P.O.

37
l. Vitamin K 2,5 mg/24 jam P.O.
2. Plan
a. Ambil hasil foto abdomen 3 posisi
3. Monitoring
KUVS/ SiO2 /4 jam, BCD/8 jam

38
Tanggal 2 November 2016
S : pasien masih demam, keluhan sesak berkurang, gerak aktif, menetek kuat,
tidak mual maupun muntah, perut kembung. BAB dan BAK tidak ada
keluhan.
O : Keadaan umum : compos mentis, tampak sakit sedang
Tanda Vital
Nadi : 96 x/menit, isi dan tegangan cukup, irama teratur.
Respirasi : 36 x/menit
Suhu : 38,4C per aksiler (37,0 38,4C)
SiO2 : 99%
BC : +281,4 ml/hari
D : 5,36 cc/kgBB/jam
Kepala
Bentuk mesocephal, kedudukan kepala simetris, luka (-), lingkar kepala 39
cm (LK = -2 SD, nellhause), UUB cembung (-).
Mata
Conjunctiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya langsung dan tak
langsung (+/+), pupil isokor (2 mm/ 2mm), oedem palpebra (-/-) , sekret (-/-),
nistagmus (+/+).
Hidung
Nafas cuping hidung (-/-), deformitas (-), darah (-/-), sekret (-/-).
Telinga
Deformitas (-/-),darah (-/-), sekret (-/-).
Mulut
Bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-), lidah simetris, lidah tremor (-),
tonsil T1-T1, faring hiperemis (-), stomatitis (-), mukosa pucat (-), mukosa
basah (+), gusi berdarah (-), papil lidah atrofi (-).
Leher
Simetris, trakea ditengah, JVP tidak meningkat, limfonodi tidak membesar,
nyeri tekan (-), benjolan (-), kaku (-).

39
Thoraks
Simetris, retraksi (+) subcostal epigastrical.
Jantung
Inspeksi : iktus cordis tidak tampak
Palpasi : iktus cordis sulit dievaluasi
Perkusi : batas jantung sulit dievaluasi
Auskultasi : Bunyi jantung I-II interval normal, reguler, bising sistolik
grade III/6, PM di SIC III linea midclavicula sinistra
Pulmo
Inspeksi : pengembangan dinding dada kanan = kiri
Palpasi : fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : sonor / sonor
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+ /+), suara tambahan (+/+) Ronki
basah kasar

Abdomen
Inspeksi : dinding perut distensi
Auskultasi : peristaltik (+) normal
Perkusi : hipertimpani
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar teraba membesar 2 cm di
bawah arcus costae dextra, lien tidak teraba.
Lingkar Perut : 40 cm
Ekstremitas

Oedem _ _ Akral dingin _ _

Arteri dorsalis pedis teraba kuat


Capilary refill time < 2

Status lokalis
UKK pustul dikelilingi area hiperemis di bagian thorax posterior (perbaikan)

40
Status neurologis
Refleks fisiologis Refleks patologis Rangsang meningeal
Biceps +2/+2 Babinski (+/+) Kaku kuduk (-)
Triceps +2/+2 Chaddock (-/-) Brudzinski I (-)
Patella +2/+2 Oppenheim (-/-) Brudzinski II (-)
Achilles +2/+2 Gordon (-/-) Kernig (-)

A:
a. Meningitis bakterialis (perbaikan)
b. Post cholesistectomy dan choleangiografi atas indikasi atresia bilier
c. DE : PJB asianotik
DA : PDA PFO L to R shunt
DF : ROSS II
d. Pneumonia
e. Sepsis klinis
f. Miliaria pustulosa (perbaikan)
g. Pitiriasis alba
h. Gizi kurang, severe underweight, severe stunted (antropometri)
P:
1. Terapi
a. ASI/ASB 8 x 30-40 ml
b. O2 nasal 1 lpm
c. IVFD D5 NS 17ml/jam = 16 tpm mikro
d. Injeksi Paracetamol (15mg/kgBB/kali) = 60 mg/6 jam i.v.
e. Injeksi Vancomycine (20 mg/kgBB/8 jam) = 80 mg/8 jam i.v.
(IV)
f. Calamine lotion 2 dd u.e.
g. Furosemide 2 x 2 mg P.O.
h. Spironolakton 2 x 3,25 mg P.O.

41
i. Vitamin A 6000 IU/24 jam P.O.
j. Vitamin D 0,25 mcg/24 jam P.O.
k. Vitamin E 100 IU/24 jam P.O.
l. Vitamin K 2,5 mg/24 jam P.O.
2. Plan
a. Turunkan flow O2 nasal perlahan
b. Scoring hipotiroid
c. Cek TSH, FT4 bila diambil darah
3. Monitoring
KUVS/ SiO2 /4 jam, BCD/8 jam

42
Tanggal 3 November 2016
S : pasien tidak demam, keluhan sesak minimal, gerak aktif, menetek kuat, tidak
mual maupun muntah, perut kembung. BAB dan BAK tidak ada keluhan.
O : Keadaan umum : compos mentis, tampak sakit sedang
Tanda Vital
Nadi : 96 x/menit, isi dan tegangan cukup, irama teratur.
Respirasi : 34 x/menit
Suhu : 37,0C per aksiler (36,7 37,3C)
SiO2 : 99%
BC : +362,4 ml/hari
D : 6,15 cc/kgBB/jam
Kepala
Bentuk mesocephal, kedudukan kepala simetris, luka (-), lingkar kepala 39
cm (LK = -2 SD, nellhause), UUB cembung (-).
Mata
Conjunctiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya langsung dan tak
langsung (+/+), pupil isokor (2 mm/ 2mm), oedem palpebra (-/-) , sekret (-/-).
Hidung
Nafas cuping hidung (-/-), deformitas (-), darah (-/-), sekret (-/-).
Telinga
Deformitas (-/-),darah (-/-), sekret (-/-).
Mulut
Bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-), lidah simetris, lidah tremor (-),
tonsil T1-T1, faring hiperemis (-), stomatitis (-), mukosa pucat (-), mukosa
basah (+), gusi berdarah (-), papil lidah atrofi (-).
Leher
Simetris, trakea ditengah, JVP tidak meningkat, limfonodi tidak membesar,
nyeri tekan (-), benjolan (-), kaku (-).
Thoraks
Simetris, retraksi (+) subcostal epigastrical.

43
Jantung
Inspeksi : iktus cordis tidak tampak
Palpasi : iktus cordis sulit dievaluasi
Perkusi : batas jantung sulit dievaluasi
Auskultasi : Bunyi jantung I-II interval normal, reguler, bising sistolik
grade III/6, PM di SIC III linea midclavicula sinistra
Pulmo
Inspeksi : pengembangan dinding dada kanan = kiri
Palpasi : fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : sonor / sonor
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+ /+), suara tambahan (-/-)

Abdomen
Inspeksi : dinding perut distensi
Auskultasi : peristaltik (+) normal
Perkusi : hipertimpani
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar teraba membesar 3 cm di
bawah arcus costae dextra, lien tidak teraba.
Lingkar Perut : 40 cm
Ekstremitas

Oedem _ _ Akral dingin _ _

Arteri dorsalis pedis teraba kuat


Capilary refill time < 2

Status lokalis
UKK pustul dikelilingi area hiperemis di bagian thorax posterior (perbaikan)

44
Status neurologis
Refleks fisiologis Refleks patologis Rangsang meningeal
Biceps +2/+2 Babinski (+/+) Kaku kuduk (-)
Triceps +2/+2 Chaddock (-/-) Brudzinski I (-)
Patella +2/+2 Oppenheim (-/-) Brudzinski II (-)
Achilles +2/+2 Gordon (-/-) Kernig (-)

A:
a. Meningitis bakterialis (perbaikan)
b. Post cholesistectomy dan choleangiografi atas indikasi atresia bilier
c. DE : PJB asianotik
DA : PDA PFO L to R shunt
DF : ROSS II
d. Pneumonia
e. Sepsis klinis
f. Miliaria pustulosa (perbaikan)
g. Pitiriasis alba
h. Gizi kurang, severe underweight, severe stunted (antropometri)
P:
1. Terapi
a. ASI/ASB 8 x 30-40 ml
b. O2 nasal 0,5 lpm
c. IVFD D5 NS 17ml/jam = 16 tpm mikro
d. Injeksi Paracetamol (15mg/kgBB/kali) = 60 mg/6 jam i.v.
e. Injeksi Vancomycine (20 mg/kgBB/8 jam) = 80 mg/8 jam i.v. (V)
f. Calamine lotion 2 dd u.e.
g. Furosemide 2 x 2 mg P.O.
h. Spironolakton 2 x 3,25 mg P.O.
i. Vitamin A 6000 IU/24 jam P.O.
j. Vitamin D 0,25 mcg/24 jam P.O.
k. Vitamin E 100 IU/24 jam P.O.

45
l. Vitamin K 2,5 mg/24 jam P.O.
2. Plan
a. Turunkan flow O2
b. Cek TSH, FT4 bila diambil darah
3. Monitoring
KUVS/ SiO2 /4 jam, BCD/8 jam

46
Tanggal 4 November 2016
S : pasien tidak demam, keluhan sesak membaik, gerak aktif, menetek kuat, tidak
mual maupun muntah, perut kembung. BAB dan BAK tidak ada keluhan.
O : Keadaan umum : compos mentis, tampak sakit sedang
Tanda Vital
Nadi : 126 x/menit, isi dan tegangan cukup, irama teratur.
Respirasi : 54 x/menit
Suhu : 37,4C per aksiler (36,8 387,4C)
SiO2 : 98%
BC : +173,1 ml/hari
D : 3,37 cc/kgBB/jam
Kepala
Bentuk mesocephal, kedudukan kepala simetris, luka (-), lingkar kepala 39
cm (LK = -2 SD, nellhause), UUB cembung (-), facies dismorfik (+).
Mata
Conjunctiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya langsung dan tak
langsung (+/+), pupil isokor (2 mm/ 2mm), oedem palpebra (-/-) , sekret (-/-).
Hidung
Nafas cuping hidung (-/-), deformitas (-), darah (-/-), sekret (-/-).
Telinga
Deformitas (-/-),darah (-/-), sekret (-/-).
Mulut
Bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-), lidah simetris, lidah tremor (-),
tonsil T1-T1, faring hiperemis (-), stomatitis (-), mukosa pucat (-), mukosa
basah (+), gusi berdarah (-), papil lidah atrofi (-).
Leher
Simetris, trakea ditengah, JVP tidak meningkat, limfonodi tidak membesar,
nyeri tekan (-), benjolan (-), kaku (-).
Thoraks
Simetris, retraksi (+) subcostal

47
Jantung
Inspeksi : iktus cordis tidak tampak
Palpasi : iktus cordis sulit dievaluasi
Perkusi : batas jantung sulit dievaluasi
Auskultasi : Bunyi jantung I-II interval normal, reguler, bising sistolik
grade III/6, PM di SIC III linea midclavicula sinistra
Pulmo
Inspeksi : pengembangan dinding dada kanan = kiri
Palpasi : fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : sonor / sonor
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+ /+), suara tambahan (-/-)

Abdomen
Inspeksi : dinding perut distensi
Auskultasi : peristaltik(+) normal
Perkusi : hipertimpani
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar teraba membesar 2 cm di
bawah arcus costae dextra, lien tidak teraba.
Lingkar Perut : 40 cm
Ekstremitas

Oedem _ _ Akral dingin _ _

Arteri dorsalis pedis teraba kuat


Capilary refill time < 2

Status lokalis
UKK pustul dikelilingi area hiperemis di bagian thorax posterior (perbaikan)

48
Status neurologis
Refleks fisiologis Refleks patologis Rangsang meningeal
Biceps +2/+2 Babinski (+/+) Kaku kuduk (-)
Triceps +2/+2 Chaddock (-/-) Brudzinski I (-)
Patella +2/+2 Oppenheim (-/-) Brudzinski II (-)
Achilles +2/+2 Gordon (-/-) Kernig (-)

A:
a. Meningitis bakterialis (perbaikan)
b. Post cholesistectomy dan choleangiografi atas indikasi atresia bilier
c. DE : PJB asianotik
DA : PDA PFO L to R shunt
DF : ROSS II
d. Pneumonia
e. Sepsis klinis
f. Miliaria pustulosa (perbaikan)
g. Pitiriasis alba
h. Anemia hiperkronik makrositik e.c. infeksi
i. Tersangka hipotiroid kongenital
j. Gizi kurang, severe underweight, severe stunted (antropometri)
P:
1. Terapi
a. ASI/ASB 8 x 30-40 ml
b. Injeksi Paracetamol (15mg/kgBB/kali) = 60 mg/6 jam i.v.
c. Injeksi Vancomycine (20 mg/kgBB/8 jam) = 80 mg/8 jam i.v.
(VI)
d. Calamine lotion 2 dd u.e.
e. Furosemide 2 x 2 mg P.O.
f. Spironolakton 2 x 3,25 mg P.O.
g. Vitamin A 6000 IU/24 jam P.O.
h. Vitamin D 0,25 mcg/24 jam P.O.

49
i. Vitamin E 100 IU/24 jam P.O.
j. Vitamin K 2,5 mg/24 jam P.O.
2. Plan
a. Aff nasal canule
b. Cek TSH, FT4, bilirubin total, direk, indirek, bila diambil darah
3. Monitoring
KUVS/ SiO2 /4 jam, BCD/8 jam

50
Tanggal 5 November 2016
S : pasien demam subfebris, pasien sudah tidak sesak, gerak aktif, menetek kuat,
tidak mual maupun muntah, perut tidak kembung. BAB dan BAK tidak ada
keluhan.
O : Keadaan umum : compos mentis, tampak sakit sedang
Tanda Vital
Nadi : 160 x/menit, isi dan tegangan cukup, irama teratur.
Respirasi : 54 x/menit
Suhu : 37,8C per aksiler (367,0 37,8C)
SiO2 : 99%
BC : +321 ml/hari
D : 5,1 cc/kgBB/jam
Kepala
Bentuk mesocephal, kedudukan kepala simetris, luka (-), lingkar kepala 39
cm (LK = -2 SD, nellhause), UUB cembung (-), facies dismorfik (+).
Mata
Conjunctiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya langsung dan tak
langsung (+/+), pupil isokor (2 mm/ 2mm), oedem palpebra (-/-) , sekret (-/-).
Hidung
Nafas cuping hidung (-/-), deformitas (-), darah (-/-), sekret (-/-).
Telinga
Deformitas (-/-),darah (-/-), sekret (-/-).
Mulut
Bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-), lidah simetris, lidah tremor (-),
tonsil T1-T1, faring hiperemis (-), stomatitis (-), mukosa pucat (-), mukosa
basah (+), gusi berdarah (-), papil lidah atrofi (-).
Leher
Simetris, trakea ditengah, JVP tidak meningkat, limfonodi tidak membesar,
nyeri tekan (-), benjolan (-), kaku (-).
Thoraks
Simetris, retraksi (+) subcostal minimal.

51
Jantung
Inspeksi : iktus cordis tidak tampak
Palpasi : iktus cordis sulit dievaluasi
Perkusi : batas jantung sulit dievaluasi
Auskultasi : Bunyi jantung I-II interval normal, reguler, bising sistolik
grade III/6, PM di SIC III linea midclavicula sinistra
Pulmo
Inspeksi : pengembangan dinding dada kanan = kiri
Palpasi : fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : sonor / sonor
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+ /+), suara tambahan (-/-)

Abdomen
Inspeksi : dinding perut distensi
Auskultasi : peristaltik (+) normal
Perkusi : hipertimpani
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar teraba membesar 2 cm di
bawah arcus costae dextra, lien tidak teraba.
Lingkar Perut : 40 cm
Ekstremitas

Oedem _ _ Akral dingin _ _

Arteri dorsalis pedis teraba kuat


Capilary refill time < 2

Status lokalis
UKK pustul dikelilingi area hiperemis di bagian thorax posterior (perbaikan)

52
Status neurologis
Refleks fisiologis Refleks patologis Rangsang meningeal
Biceps +2/+2 Babinski (+/+) Kaku kuduk (-)
Triceps +2/+2 Chaddock (-/-) Brudzinski I (-)
Patella +2/+2 Oppenheim (-/-) Brudzinski II (-)
Achilles +2/+2 Gordon (-/-) Kernig (-)

A:
a. Meningitis bakterialis (perbaikan)
b. Post cholesistectomy dan choleangiografi atas indikasi atresia bilier
c. DE : PJB asianotik
DA : PDA PFO L to R shunt
DF : ROSS II
d. Pneumonia
e. Sepsis klinis
f. Miliaria pustulosa (perbaikan)
g. Pitiriasis alba
h. Anemia hiperkronik makrositik e.c. infeksi
i. Tersangka hipotiroid kongenital
j. Gizi kurang, severe underweight, severe stunted (antropometri)
P:
1. Terapi
a. ASI/ASB 8 x 30-40 ml
b. Injeksi Paracetamol (15mg/kgBB/kali) = 60 mg/6 jam i.v.
c. Injeksi Vancomycine (20 mg/kgBB/8 jam) = 80 mg/8 jam i.v.
(VII)
d. Calamine lotion 2 dd u.e.
e. Furosemide 2 x 2 mg P.O.
f. Spironolakton 2 x 3,25 mg P.O.
g. Vitamin A 6000 IU/24 jam P.O.
h. Vitamin D 0,25 mcg/24 jam P.O.

53
i. Vitamin E 100 IU/24 jam P.O.
j. Vitamin K 2,5 mg/24 jam P.O.
2. Plan
-
3. Monitoring
KUVS/ SiO2 /4 jam, BCD/8 jam

54
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan 29/10/16 2/11/16 4/11/16
Hemoglobin 9.8 9.2 -
Hematokrit 29 27 -
Leukosit 10.1 11,6 ribu -
ribu
Eritrosit 2.85 2.53 juta -
juta
Trombosit 162 472 ribu -
ribu/ul
MCV 102.1 106.1 -
MCH 34.3 36.4 -
MCHC 33.6 34.3 -
RDW 14.8 10.6 -
MPV 10.7 8.2 -
PDW 61 15 -
Netrofil 51.20 59.40 -
Limfosit 31.30 32.10 -
Monosit 13.50 8.30 -
Eosinofil 0.30 0.10 -
Basofil 0.20 0.10 -
Elektrolit
Natrium 132 130 -
Kalium 4.1 4.2 -
Chlorida 110 100 -
Calsium Ion 0.93 1.17 -
Kimia Klinik
SGOT - - 133
SGPT - - 283
Bilirubin - - 1.89
total
Bililrubin - - 1.28
direk
Bilirubin - - 0.61
indirek
Albumin - - 3.4
Fungsi Tiroid

55
TSH - - 6.83
Free T4 - -

2.Pemeriksaan Urinalisa
Pemeriksaan 27/10/2016 29/10/2016
Makroskopis
Warna Kuning Kuning
Kejernihan Jernih Jernih
Kimia Urin
Berat Jenis 1.010 1.016
pH 6.5 6.5
Leukosit Negatif Negatif
Nitrit + Negatif
Protein Negatif Negatif
Glukosa Normal Normal
Keton Negatif Negatif
Urobilinogen Normal Normal
Bilirubin Negatif Negatif
Eritrosit Negatif Negatif
MIKROSPIS
Eritrosit - 5.3
Leukosit - 0.2
EPITEL
Epitel Squamous - -
Epitel Transisional - -
Epitel Bulat - -
Silinder
Hyaline 0 0
Granulated - -
Lekosit - -

56
Kristal - 0.1
Yeast Like Cell - 0.0
Mukus - 0.00
Sperma - 0.0
Konduktivitas - 5.4

57
4. Pemeriksaan Lumbal Pungsi LCS (26/10/2016)
Pemeriksaan 26/10/2016
Makroskopis
Warna Merah
Kejernihan Keruh
Bekuan Bekuan
Tes Pandy Positif
Tes Nonne Positif
Protein Total 173
Glukosa 69
Jumlah sel 40
Hitung jenis sel PMN 54
Hitung jenis sel MN 46

5. Pemeriksaan Kultur LCS (26/10/2016)


Didapatkan bakteri Staphylococcus aureus. MRSA (+)

6. Pemeriksaan CT-Brain dengan kontras (28/10/2016)


Hygroma subdural regio frontoparietal kiri
Menyokong gambaran meningitis

58
BAB II
ANALISIS KASUS

Sejak 9 hari sebelum masuk rumah sakit (SMRS) pasien demam mendadak,
tinggi, terus menerus sepanjang hari. Diukur dengan termometer suhu antara 38-
38,8C. Demam tidak disertai dengan batuk, pilek dan muntah. BAK dan BAB
dalam batas normal dan tidak ada keluhan. Pasien diperiksakan ke bidan
kemudian diberi obat penurun panas, namun tidak membaik.
2 hari SMRS pasien masih demam hingga 38,5C, tidak batuk dan pilek,
tidak ada kejang dan tidak muntah. BAK dan BAB tidak ada keluhan. Kemudian
pasien dibawa ke poli anak RS Dr. Moewardi dan dilakukan pemeriksaan
laboratorium.
HMRS pasien masih demam, tidak ada keluhan kejang, demam, batuk, pilek
maupun muntah. BAB dan BAK juga tidak ada keluhan.
Pada keluarga pasien terdapat anggota keluarga yang mengalami demam
beberapa hari sebelumnya dan telah didiagnosis typhoid fever.
Keadaan umum pasien tampak sakit sedang dengan gizi kesan baik. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan suhu 38,8 oC, laju nadi 140x/menit, isi, tegangan
cukup, laju napas 30 x/menit, reguler, kedalaman cukup. ADP teraba kuat, CRT
kurang dari 2 detik. Didapatkan sclera ikterik pada kedua mata pasien.
Hasil pemeriksaan lab darah pada tanggal 25 Oktober 2016 didapatkan
eritrosit 2,94 juta/ul, SGOT 83 u/l, SGPT 85 u/l, bilirubin total 2,60 mg/dl
bilirubin direk 2,20 mg/dl.
Dari hasil alloanamnesis pasien sudah demam mendadak sejak 9 hari
SMRS, demam tinggi dan terus menerus. Pasien sudah diberikan obat penurun
panas tapi kondisinya tidak membaik.
Pada pemeriksaan fisik saat pasien sampai di IGD RSDM, didapatkan
pasien dalam kondisi sakit sedang komposmentis, sklera ikterik. Pada
pemeriksaan neurologis didapatkan hasil rangsang meningeal negatif. Menurut
WHO tahun 2009 salah satu penyakit dengan gejala klinis demam tinggi
mendadak dan terus menerus adalah meningitis. Meningitis memiliki gejala panas

59
mendadak, letargi, muntah dan kejang. Diagnosis pasti ditegakkan dengan
pemeriksaan cairan serebrospinal (CSS) melalui pungsi lumbal. Pada pasien ini
hanya didapatkan gejala demam tinggi terus menerus, sehingga dilakukan
pemeriksaan penunjang pungsi lumbal.
Pada awal perjalanan penyakit meningitis terkadang sulit dibedakan
dengan penyakit yang memiliki gejala klinis demam lainnya sehingga diperlukan
suatu pemeriksaan yaitu pungsi lumbal untuk menunjang diagnosis penyakit ke
arah meningitis. Pada pasien ini dilakukan pungsi lumbal untuk melihat apakah
adanya tanda-tanda meningitis pada pasien ini. Hasil pungsi lumbal pada pasien
ini cairan keruh, tes pandy positif, tes nonne positif dan didapatkan peningkatan
protein (173) berdasarkan hasil tersebut pasien ini positif meningitis. Selain
pungsi lumbal dilakukan pemeriksaan kultur LCS. Dari hasil pemeriksaan kultur
LCS didapatkan bakteri Staphylococcus aureus dengan MRSA positif.
Berdasarkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan
penunjang di atas dapat disimpulkan terdapat beberapa gejala klinis dan hasil
laboratoris yang mendukung ke arah meningitis bakterialis, dengan bakteri
Staphylococcus aureus, MRSA (+).
Setelah dilakukan diagnosis pada pasien dapat dilakukan tatalaksana pada
pasien meningitis bakterialis dengan MRSA (+). Pasien tersebut dapat dirawat
inap di rumah sakit untuk dilakukan monitoring jalan napas dan tanda vital. Pada
pemeriksaan pungsi lumbal dan kultur LCS akan membutuhkan waktu beberapa
hari sehingga apabila sudah terdapat kecurigaan meningitis bakterialis pasien
dapat segera diberikan terapi awal antibiotik. Pada pasien ini diberikan antibiotik
awal ceftriaxone kemudian setelah hasil kultur LCS didapatkan MRSA (+),
antibiotik diganti dengan Vancomycine Terapi cairan meliputi jenis dan jumlah
cairan yang diberikan. Pada pasien ini diberikan cairan D5 NS 17 ml/jam atau
setara dengan 16 tetes per menit mikro.
Pemberian obat simtomatis pada pasa pasien ini dapat diberikan antipiretik
dengan pilihan parasetamol 10-15mg/ kgBB/ kali apabila demam. Berat pasien 4
kg sehingga untuk dosis parasetamol yang diberikan sebanyak 20 mg sekali
minum. Parasetamol sebaiknya diberikan dengan interval 6 jam.

60
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. Meningitis
a. Definisi
Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang
mengenai piameter (lapisan dalam selaput otak) dan arakhnoid serta
dalam derajat yang lebih ringan mengenai jaringan otak dan medula
spinalis yang superfisial.
Meningitis dibagi menjadi dua golongan berdasarkan perubahan
yang terjadi pada cairan otak yaitu meningitis serosa dan meningitis
purulenta. Meningitis serosa ditandai dengan jumlah sel dan protein yang
meninggi disertai cairan serebrospinal yang jernih. Penyebab yang paling
sering dijumpai adalah kuman Tuberculosis dan virus. Meningitis
purulenta atau meningitis bakteri adalah meningitis yang bersifat akut
dan menghasilkan eksudat berupa pus serta bukan disebabkan oleh
bakteri spesifik maupun virus. Meningitis Meningococcus merupakan
meningitis purulenta yang paling sering terjadi.
Penularan kuman dapat terjadi secara kontak langsung dengan
penderita dan droplet infection yaitu terkena percikan ludah, dahak,
ingus, cairan bersin dan cairan tenggorok penderita. Saluran nafas
merupakan port dentree utama pada penularan penyakit ini. Bakteri-
bakteri ini disebarkan pada orang lain melalui pertukaran udara dari
pernafasan dan sekresi-sekresi tenggorokan yang masuk secara
hematogen (melalui aliran darah) ke dalam cairan serebrospinal dan
memperbanyak diri didalamnya sehingga menimbulkan peradangan pada
selaput otak dan otak. (Sez-Llorens dan McCracken, 2003)

61
b. Epidemiologi
A)Orang/Manusia
Umur dan daya tahan tubuh sangat mempengaruhi
terjadinya meningitis. Penyakit ini lebih banyak ditemukan pada
laki-laki dibandingkan perempuan dan distribusi terlihat lebih
nyata pada bayi. Meningitis purulenta lebih sering terjadi pada
bayi dan anak-anak karena sistem kekebalan tubuh belum
terbentuk sempurna.
Puncak insidensi kasus meningitis karena Haemophilus
influenzae di negara berkembang adalah pada anak usia kurang
dari 6 bulan, sedangkan di Amerika Serikat terjadi pada anak usia
6-12 bulan. Sebelum tahun 1990 atau sebelum adanya vaksin
untuk Haemophilus influenzae tipe b di Amerika Serikat, kira-
kira 12.000 kasus meningitis Hib dilaporkan terjadi pada umur <
5 tahun. Insidens Rate pada usia < 5 tahun sebesar 40-100 per
100.000. Setelah 10 tahun penggunaan vaksin, Insidens Rate
menjadi 2,2 per 100.000. Di Uganda (2001-2002) Insidens Rate
meningitis Hib pada usia < 5 tahun sebesar 88 per 100.000.
B)Tempat
Risiko penularan meningitis umumnya terjadi pada keadaan
sosio-ekonomi rendah, lingkungan yang padat (seperti asrama,
kamp-kamp tentara dan jemaah haji), dan penyakit ISPA.
Penyakit meningitis banyak terjadi pada negara yang sedang
berkembang dibandingkan pada negara maju. Insidensi tertinggi
terjadi di daerah yang disebut dengan the African Meningitis belt,
yang luas wilayahnya membentang dari Senegal sampai ke
Ethiopia meliputi 21 negara. Kejadian penyakit ini terjadi secara
sporadis dengan Insidens Rate 1-20 per 100.000 penduduk dan
diselingi dengan KLB besar secara periodik. Di daerah Malawi,

62
Afrika pada tahun 2002 Insidens Rate meningitis yang disebabkan
oleh Haemophilus influenzae 20-40 per 100.000 penduduk.
C)Waktu
Kejadian meningitis lebih sering terjadi pada musim panas
dimana kasuskasus infeksi saluran pernafasan juga meningkat. Di
Eropa dan Amerika utara insidensi infeksi Meningococcus lebih
tinggi pada musim dingin dan musim semi sedangkan di daerah
Sub-Sahara puncaknya terjadi pada musim kering. (Brouwer,
Tunkel dan van de Beek, 2010)
c. Etiologi
Meningitis dapat disebabkan oleh virus, bakteri, riketsia, jamur,
cacing dan protozoa. Penyebab paling sering adalah virus dan bakteri.
Meningitis yang disebabkan oleh bakteri berakibat lebih fatal
dibandingkan meningitis penyebab lain karena mekanisme kerusakan dan
gangguan otak yang disebabkan oleh bakteri maupun produk bakteri
lebih berat. Infectious Agent meningitis purulenta mempunyai
kecenderungan pada golongan umur tertentu, yaitu golongan neonatus
paling banyak disebabkan oleh E.Coli, S.beta hemolitikus dan Listeria
monositogenes. Golongan umur dibawah 5 tahun (balita) disebabkan oleh
H.influenzae, Meningococcus dan Pneumococcus. Penyebab meningitis
serosa yang paling banyak ditemukan adalah kuman Tuberculosis dan
virus. Meningitis yang disebabkan oleh virus mempunyai prognosis yang
lebih baik, cenderung jinak dan bisa sembuh sendiri. Penyebab
meningitis virus yang paling sering ditemukan yaitu Mumpsvirus,
Echovirus, dan Coxsackie virus , sedangkan Herpes simplex , Herpes
zooster, dan enterovirus jarang menjadi penyebab meningitis
aseptik(viral). (Tunkel et al., 2004)

d. Patofisiologi
Meningitis pada umumnya sebagai akibat dari penyebaran
penyakit di organ atau jaringan tubuh yang lain. Virus / bakteri menyebar

63
secara hematogen sampai ke selaput otak, misalnya pada penyakit
Faringitis, Tonsilitis, Pneumonia, Bronchopneumonia dan Endokarditis.
Penyebaran bakteri/virus dapat pula secara perkontinuitatum dari
peradangan organ atau jaringan yang ada di dekat selaput otak, misalnya
Abses otak, Otitis Media, Mastoiditis, Trombosis sinus kavernosus dan
Sinusitis. Penyebaran kuman bisa juga terjadi akibat trauma kepala
dengan fraktur terbuka atau komplikasi bedah otak. Invasi kuman-kuman
ke dalam ruang subaraknoid menyebabkan reaksi radang pada pia dan
araknoid, CSS (Cairan Serebrospinal) dan sistem ventrikulus.
Mula-mula pembuluh darah meningeal yang kecil dan sedang
mengalami hiperemi; dalam waktu yang sangat singkat terjadi
penyebaran sel-sel leukosit polimorfonuklear ke dalam ruang
subarakhnoid, kemudian terbentuk eksudat. Dalam beberapa hari terjadi
pembentukan limfosit dan histiosit dan dalam minggu kedua selsel
plasma. Eksudat yang terbentuk terdiri dari dua lapisan, bagian luar
mengandung leukosit polimorfonuklear dan fibrin sedangkan di lapisaan
dalam terdapat makrofag.
Proses radang selain pada arteri juga terjadi pada vena-vena di
korteks dan dapat menyebabkan trombosis, infark otak, edema otak dan
degenerasi neuronneuron. Trombosis serta organisasi eksudat perineural
yang fibrino-purulen menyebabkan kelainan kraniales. Pada Meningitis
yang disebabkan oleh virus, cairan serebrospinal tampak jernih
dibandingkan Meningitis yang disebabkan oleh bakteri. (Scheld et al.,
2002)

e. Manifestasi Klinis
Meningitis ditandai dengan adanya gejala-gejala seperti panas
mendadak, letargi, muntah dan kejang. Diagnosis pasti ditegakkan
dengan pemeriksaan cairan serebrospinal (CSS) melalui pungsi lumbal.
Meningitis karena virus ditandai dengan cairan serebrospinal
yang jernih serta rasa sakit penderita tidak terlalu berat. Pada umumnya,

64
meningitis yang disebabkan oleh Mumpsvirus ditandai dengan gejala
anoreksia dan malaise, kemudian diikuti oleh pembesaran kelenjer
parotid sebelum invasi kuman ke susunan saraf pusat. Pada meningitis
yang disebabkan oleh Echovirus ditandai dengan keluhan sakit kepala,
muntah, sakit tenggorok, nyeri otot, demam, dan disertai dengan
timbulnya ruam makopapular yang tidak gatal di daerah wajah, leher,
dada, badan, dan ekstremitas. Gejala yang tampak pada meningitis
Coxsackie virus yaitu tampak lesi vasikuler pada palatum, uvula, tonsil,
dan lidah dan pada tahap lanjut timbul keluhan berupa sakit kepala,
muntah, demam, kaku leher, dan nyeri punggung.
Meningitis bakteri biasanya didahului oleh gejala gangguan alat
pernafasan dan gastrointestinal. Meningitis bakteri pada neonatus terjadi
secara akut dengan gejala panas tinggi, mual, muntah, gangguan
pernafasan, kejang, nafsu makan berkurang, dehidrasi dan konstipasi,
biasanya selalu ditandai dengan fontanella yang mencembung. Kejang
dialami lebih kurang 44 % anak dengan penyebab Haemophilus
influenzae, 25 % oleh Streptococcus pneumoniae, 21 % oleh
Streptococcus, dan 10 % oleh infeksi Meningococcus. Pada anak-anak
dan dewasa biasanya dimulai dengan gangguan saluran pernafasan
bagian atas, penyakit juga bersifat akut dengan gejala panas tinggi, nyeri
kepala hebat, malaise, nyeri otot dan nyeri punggung. Cairan
serebrospinal tampak kabur, keruh atau purulen. (Chvez-Bueno dan
McCracken, 2005)

B. Meningitis MRSA
a. Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA)
Methicillin Resistant Staphylococcus aureus atau MRSA adalah
jenis Staphylococcus aureus yang resisten terhadap antibiotik metisilin.
Sedangkan bakteri yang masih sensitif terhadap metislin disebut
Methicillin Sensitive Staphylococcus aureus (MSSA). MRSA juga

65
resisten terhadap antibiotik betalaktam, makrolida, tetrasiklin,
kloramfenikol, dan kuinolon. (Adedeji, Weller dan Gray, 2007)
b. Meningitis MRSA
Meningitis MRSA biasanya berkaitan dengan riwayat bedah saraf
sebelumnya, termasuk penempatan perangkat intrakranial. Meskipun
diagnosisnya sejauh ini hanya dapat dikonfirmasi oleh kultur LCS,
keterlambatan dalam pemulihan dari keadaan sadar dan adanya demam
setelah operasi bedah saraf harus waspada dokter untuk kemungkinan
MRSA meningitis. Pilihan terapi utama di MRSA meningitis adalah
vankomisin. (Arda et al., 2005)

C. Pemeriksaan Fisik dan Penunjang


a. Pemeriksaan Tanda Meningeal
A) Pemeriksaan Kaku Kuduk
Pasien berbaring terlentang dan dilakukan pergerakan pasif berupa
fleksi dan rotasi kepala. Tanda kaku kuduk positif (+) bila didapatkan
kekakuan dan tahanan pada pergerakan fleksi kepala disertai rasa
nyeri dan spasme otot. Dagu tidak dapat disentuhkan ke dada dan juga
didapatkan tahanan pada hiperekstensi dan rotasi kepala.
B) Pemeriksaan Tanda Kernig
Pasien berbaring terlentang, tangan diangkat dan dilakukan fleksi pada
sendi panggul kemudian ekstensi tungkai bawah pada sendi lutut
sejauh mengkin tanpa rasa nyeri. Tanda Kernig positif (+) bila
ekstensi sendi lutut tidak mencapai sudut 135 (kaki tidak dapat di
ekstensikan sempurna) disertai spasme otot paha biasanya diikuti rasa
nyeri.
C) Pemeriksaan Brudzinski I
Pasien berbaring terlentang dan pemeriksa meletakkan tangan kirinya
dibawah kepala dan tangan kanan diatas dada pasien kemudian
dilakukan fleksi kepala dengan cepat kearah dada sejauh mungkin.

66
Tanda Brudzinski I positif (+) bila pada pemeriksaan terjadi fleksi
involunter pada leher.
D) Pemeriksaan Brudzinski II
Pasien berbaring terlentang dan dilakukan fleksi pasif paha pada sendi
panggul (seperti pada pemeriksaan Kernig). Tanda Brudzinski II
positif (+) bila pada pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada sendi
panggul dan lutut kontralateral. (Oostenbrink et al., 2003)
b. Pemeriksaan Pungsi Lumbal
Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa jumlah sel dan
protein cairan cerebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan adanya
peningkatan tekanan intrakranial.
A) Pada Meningitis Serosa terdapat tekanan yang bervariasi, cairan
jernih, sel darah putih meningkat, glukosa dan protein normal, kultur
(-).
B) Pada Meningitis Purulenta terdapat tekanan meningkat, cairan keruh,
jumlah sel darah putih dan protein meningkat, glukosa menurun,
kultur (+) beberapa jenis bakteri. (Abdrabou Sadek et al., 2016)
c. Pemeriksaan Darah
Dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah leukosit, Laju Endap
Darah (LED), kadar glukosa, kadar ureum, elektrolit dan kultur.
A) Pada Meningitis Serosa didapatkan peningkatan leukosit saja.
Disamping itu, pada Meningitis Tuberkulosa didapatkan juga
peningkatan LED.
B) Pada Meningitis Purulenta didapatkan peningkatan leukosit. (Filho et
al., 2013)
d. Pemeriksaan Radiologi
A) Pada Meningitis Serosa dilakukan foto dada, foto kepala, bila
mungkin dilakukan CT Scan.
B) Pada Meningitis Purulenta dilakukan foto kepala (periksa mastoid,
sinus paranasal, gigi geligi) dan foto dada. (Acosta et al., 2014)

67
D. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan
Tatalaksana yang paling penting pada penderita meningitis adalah
bantuan hidup dasar yaitu mencegah kerusakan otak lebih lanjut dengan:
1). mempertahankan jalan nafas yang adekuat adalah prinsip yang
terpenting. Ventilasi mekanik bila dibutuhkan terutama pada penderita
dengan kejang atau penurunan kesadaran, 2). Mempertahankan semua
fungsi sistem vital. Sistem kardiovaskular dipertahankan dengan
mempersiapkan akses intravaskular, terutama pada penderita yang datang
dengan syok dapat diberikan resusitasi cairan 20 ml/kg BB secepatnya
dan dapat diulang dua kali. Tatalaksana di unit gawat darurat mengacu
pada periode emas yaitu resusitasi enam puluh menit pertama. Fase
hipovolemia dapat berlanjut ke fase syok yang refrakter terhadap terapi
cairan, merupakan indikasi pemberian inotropik. Pemeriksaan
mikrobiologi membutuhkan waktu beberapa hari sehingga apabila
dicurigai meningitis bakterial, maka pemberian antibiotik harus segera.
Pemilihan antibiotik empiris didasarkan pada data epidemiologi kultur
atau pola kuman setempat. Terapi definitif diberikan segera setelah ada
hasil kultur dan tes kepekaan antibiotik. Terapi meningitis bakterial
bedasarkan Pedoman Pelayanan Medis Ilmu Kesehatan Anak RSUP
Sanglah 2011 pada anak umur 1-3 bulan, lini pertama dapat
dipergunakan Ampisilin 200-400 mg/kgbb/hari diberikan secara
intravena setiap 6 jam dan sefotaksim 200 mg/kgbb/hari diberikan secara
intravena setiap 8 jam. Diberikan empiris lini ke dua adalah Seftriakson
100 mg/kgbb/hari intravena setiap 12 jam. Antibiotik empiris lini
pertama untuk anak umur lebih dari 3 bulan, adalah Sefotaksim 200
mg/kgbb/hari diberikan secara intravena setiap 6 atau 8 jam, dengan
antibiotik empiris lini kedua Seftriakson 100 mg/kgbb/hari diberikan
secara intravena setiap 12 jam. Kortikosteroid deksametason diberikan
dengan dosis 0,6 mg/kgbb/hari diberikan secara intravena setiap 6 jam

68
diberikan selama dua hari pertama, 30 menit sebelum pemberian
antibiotik.
Vankomisin merupakan antibiotik lini ketiga yang terutama aktif
terhadap bakteri Gram-positif. Vankomisin hanya diindikasikan untuk
infeksi yang disebabkan oleh S. aureus yang resisten terhadap metisilin
(MRSA). Semua basil Gram-negatif dan mikobakteria resisten terhadap
vankomisin. Vankomisin diberikan secara intravena, dengan waktu paruh
sekitar 6 jam. Efek sampingnya adalah reaksi hipersensitivitas, demam,
flushing dan hipotensi (pada infus cepat), serta gangguan pendengaran
dan nefrotoksisitas pada dosis tinggi.

b. Pencegahan Primer
Tujuan pencegahan primer adalah mencegah timbulnya faktor
resiko meningitis bagi individu yang belum mempunyai faktor resiko
dengan melaksanakan pola hidup sehat.
Pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan imunisasi
meningitis pada bayi agar dapat membentuk kekebalan tubuh. Vaksin
yang dapat diberikan seperti Haemophilus influenzae type b (Hib),
Pneumococcal conjugate vaccine (PCV7), Pneumococcal
polysaccaharide vaccine (PPV), Meningococcal conjugate vaccine
(MCV4), dan MMR (Measles dan Rubella). Imunisasi Hib Conjugate
vaccine (HbOC atau PRP-OMP) dimulai sejak usia 2 bulan dan dapat
digunakan bersamaan dengan jadwal imunisasi lain seperti DPT, Polio
dan MMR. Vaksinasi Hib dapat melindungi bayi dari kemungkinan
terkena meningitis Hib hingga 97%. Pemberian imunisasi vaksin Hib
yang telah direkomendasikan oleh WHO, pada bayi 2-6 bulan sebanyak 3
dosis dengan interval satu bulan, bayi 7-12 bulan di berikan 2 dosis
dengan interval waktu satu bulan, anak 1-5 tahun cukup diberikan satu
dosis. Jenis imunisasi ini tidak dianjurkan diberikan pada bayi di bawah 2
bulan karena dinilai belum dapat membentuk antibodi.

69
Meningitis Meningococcus dapat dicegah dengan pemberian
kemoprofilaksis (antibiotik) kepada orang yang kontak dekat atau hidup
serumah dengan penderita. Vaksin yang dianjurkan adalah jenis vaksin
tetravalen A, C, W135 dan Y. Meningitis TBC dapat dicegah dengan
meningkatkan sistem kekebalan tubuh dengan cara memenuhi kebutuhan
gizi dan pemberian imunisasi BCG. Hunian sebaiknya memenuhi syarat
kesehatan, seperti tidak over crowded (luas lantai > 4,5 m2 /orang),
ventilasi 10 20% dari luas lantai dan pencahayaan yang cukup.
Pencegahan juga dapat dilakukan dengan cara mengurangi kontak
langsung dengan penderita dan mengurangi tingkat kepadatan di
lingkungan perumahan dan di lingkungan seperti barak, sekolah, tenda
dan kapal. Meningitis juga dapat dicegah dengan cara meningkatkan
personal hygiene seperti mencuci tangan yang bersih sebelum makan dan
setelah dari toilet.
c. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder bertujuan untuk menemukan penyakit sejak
awal, saat masih tanpa gejala (asimptomatik) dan saat pengobatan awal
dapat menghentikan perjalanan penyakit. Pencegahan sekunder dapat
dilakukan dengan diagnosis dini dan pengobatan segera. Deteksi dini
juga dapat ditingkatan dengan mendidik petugas kesehatan serta keluarga
untuk mengenali gejala awal meningitis.
Dalam mendiagnosa penyakit dapat dilakukan dengan
pemeriksaan fisik, pemeriksaan cairan otak, pemeriksaan laboratorium
yang meliputi test darah dan pemeriksaan X-ray (rontgen) paru.
Selain itu juga dapat dilakukan surveilans ketat terhadap anggota
keluarga penderita, rumah penitipan anak dan kontak dekat lainnya untuk
menemukan penderita secara dini.10 Penderita juga diberikan
pengobatan dengan memberikan antibiotik yang sesuai dengan jenis
penyebab meningitis yaitu:
A. Haemophilus influenzae b : ampisilin, kloramfenikol, setofaksim,
seftriakson.

70
B. Streptococcus pneumonia : kloramfenikol , sefuroksim, penisilin,
seftriakson.
C. Neisseria meningitidies : penisilin, kloramfenikol, serufoksim dan
seftriakson.
D. Meningitis tuberkulosa: Kombinasi INH, rifampisin, dan
pyrazinamide.
d. Pencegahan Tersier
Pencegahan tertier merupakan aktifitas klinik yang mencegah
kerusakan lanjut atau mengurangi komplikasi setelah penyakit berhenti.
Pada tingkat pencegahan ini bertujuan untuk menurunkan kelemahan dan
kecacatan akibat meningitis, dan membantu penderita untuk melakukan
penyesuaian terhadap kondisikondisi yang tidak diobati lagi, dan
mengurangi kemungkinan untuk mengalami dampak neurologis jangka
panjang misalnya tuli atau ketidakmampuan untuk belajar. Fisioterapi
dan rehabilitasi juga diberikan untuk mencegah dan mengurangi cacat.
(Britton, Perez-Velez dan Marais, 2013)
e. Prognosis
Prognosis meningitis tergantung kepada umur, mikroorganisme
spesifik yang menimbulkan penyakit, banyaknya organisme dalam
selaput otak, jenis meningitis dan lama penyakit sebelum diberikan
antibiotik. Penderita usia neonatus, anak-anak dan dewasa tua
mempunyai prognosis yang semakin jelek, yaitu dapat menimbulkan
cacat berat dan kematian.
Pengobatan antibiotika yang adekuat dapat menurunkan
mortalitas meningitis purulenta, tetapi 50% dari penderita yang selamat
akan mengalami sequelle (akibat sisa). Lima puluh persen meningitis
purulenta mengakibatkan kecacatan seperti ketulian, keterlambatan
berbicara dan gangguan perkembangan mental, dan 5 10% penderita
mengalami kematian. (Britton, Perez-Velez dan Marais, 2013)

71
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang, pasien tersebut didiagnosis dengan meningitis bakterialis
dan gizi kurang, severe underweight, severe stunted.
2. Pada pasien tersebut telah dilakukan penanganan yang tepat sesuai
dengan Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia
tahun 2011.

B. Saran
1. Setelah pasien diperbolehkan pulang, sebaiknya dilakukan follow up
kembali untuk mengevaluasi hasil pengobatan.
2. Perlu edukasi pada keluarga pasien untuk menjaga kebersihan
lingkungan dan diri sendiri untuk mencegah terjadinya sakit yang
berulang.

72
DAFTAR PUSTAKA

Abdrabou Sadek, A., Ashry Mohamad, M., Hussin Ali, S., Abd Al-Aleem Hassan,
I. and Fouad Hussein, M. (2016). Diagnostic value of lumbar puncture
among infants and children presenting with fever and convulsions. Electron
physician, 8(4), pp.2255-2262.

Acosta, J., Rantes, C., Arbelaez, A., Restrepo, F. and Castillo, M. (2014).
Noncongenital Central Nervous System Infections in Children. Topics in
Magnetic Resonance Imaging, 23(3), pp.153-164.

Adedeji, A., Weller, T. and Gray, J. (2007). MRSA in children presenting to


hospitals in Birmingham, UK. Journal of Hospital Infection, 65(1), pp.29-
34.

Arda, B., Yamazhan, T., Sipahi, O., Islekel, S., Buke, . and Ulusoy, S. (2005).
Meningitis due to methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA):
Review of 10 cases. International Journal of Antimicrobial Agents, 25(5),
pp.414-418.

Britton, P., Perez-Velez, C. and Marais, B. (2013). Diagnosis, treatment and


prevention of tuberculosis in children. New South Wales Public Health
Bulletin, 24(1), p.15.

Brouwer, M., Tunkel, A. and van de Beek, D. (2010). Epidemiology, Diagnosis,


and Antimicrobial Treatment of Acute Bacterial Meningitis. Clinical
Microbiology Reviews, 23(3), pp.467-492.

Chvez-Bueno, S. and McCracken, G. (2005). Bacterial Meningitis in Children.


Pediatric Clinics of North America, 52(3), pp.795-810.

73
Filho, E., Horita, S., Gilio, A., Alves, A. and Nigrovic, L. (2013). The Bacterial
Meningitis Score to Distinguish Bacterial From Aseptic Meningitis in
Children From Sao Paulo, Brazil. The Pediatric Infectious Disease Journal,
32(9), pp.1026-1029.

Oostenbrink, R., Moons, C., Derksen-Lubsen, A., Grobbee, D. and Moll, H.


(2003). A diagnostic decision rule for management of children with
meningeal signs. European Journal of Epidemiology, 19(2), pp.109-116.

Sez-Llorens, X. and McCracken, G. (2003). Bacterial meningitis in children. The


Lancet, 361(9375), pp.2139-2148.

Scheld, W., Koedel, U., Nathan, B. and Pfister, H. (2002). Pathophysiology of


Bacterial Meningitis: Mechanism(s) of Neuronal Injury. The Journal of
Infectious Diseases, 186(s2), pp.S225-S233.

Tunkel, A., Hartman, B., Kaplan, S., Kaufman, B., Roos, K., Scheld, W. and
Whitley, R. (2004). Practice Guidelines for the Management of Bacterial
Meningitis. Clinical Infectious Diseases, 39(9), pp.1267-1284.

74

Anda mungkin juga menyukai