Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis adalah peradangan pada


parenkim paru yang melibatkan bronkus atau bronkiolus yang berupa distribusi
berbentuk bercak-bercak (patchy distribution) yang disebabkan oleh bakteri, virus,
dan jamur. Bronkopneumonia ditandai dengan konsolidasi bercak berpusat disekitar
bronkus yang mengalami peradangan multifokal dan biasanya bilateral. Dalam
keadaan sehat pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan mikroorganisme, keadaan ini
disebabkan oleh adanya mekanisme petahanan paru. Terdapatnya bakteri di dalam
paru merupakan ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh sehingga
mikroorganisme dapat berkembang biak dan berakibat timbulnya infeksi penyakit.
Bila pertahanan tubuh tidak kuat maka mikroorganisme dapat melalui jalan nafas
sampai ke alveoli yang menyebabkan radang pada dinding alveoli membentuk suatu
proses peradangan.1,2
Epidemiologi pneumonia secara umum, termasuk bronkopneumonia di
Indonesia menjadi pembunuh anak nomor dua setelah diare, sebab penyakit ini
membunuh anak lebih banyak dari penyakit-penyakit lainnya. Di Indonesia jumlah
kematian balita akibat pneumonia Tahun 2007 adalah 30.470 balita atau rata-rata 83
orang balita meninggal setiap hari akibat pneumonia.1,2
Kekurangan Energi Protein (KEP) adalah keadaan kurang gizi pada anak yang
disebabkan oleh kurangnya asupan energi dan protein dan defisiensi mikronutrien
lainnya. Kelompok umur yang rentan terhadap penyakit-penyakit kekurangan gizi
adalah kelompok bayi dan balita. Gizi buruk merupakan status kondisi seseorang
yang kekurangan nutrisi, atau nutrisinya dibawah standar rata-rata. Status gizi buruk
dibagi menjadi tiga bagian, yakni gizi buruk karena kekurangan protein (disebut
kwashiorkor), karena kekurangan karbohidrat atau kalori (disebut marasmus), dan
kekurangan kedua-keduanya (disebut marasmik-kwashiorkor).3

1
Banyak faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi gizi buruk. Namun
penyebab dasar terjadinya gizi buruk ada dua hal yaitu sebab langsung dan sebab
tidak langsung. Sebab langsung adalah kurangnya asupan gizi dari makanan dan
akibat terjadinya penyakit bawaan yang mengakibatkan mudah terinfeksi penyakit
DBD, HIV/ AIDS, dan lain-lain. Sedangkan kemiskinan diduga menjadi penyebab
utama terjadinya gizi buruk. Bayi dan balita dengan gizi yang kurang akan lebih
mudah terserang ISPA dibandingkan bayi dan balita dengan gizi normal karena faktor
daya tahan tubuh yang kurang. Penyakit infeksi akan menyebabkan bayi dan balita
tidak mempunyai nafsu makan dan mengakibatkan kekurangan gizi.3

2
BAB II
LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien
No.RM : 07.32.00
Nama : By. NU
Tanggal lahir/Umur : 14 November 2014/10 bulan
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Anak ke : 3 dari 3 saudara
Alamat Orang Tua : BTN. Beringin Blok A No. 3 Parepare
Bangsa/suku : Indonesia/Bugis

Orang tua
Ayah
Nama : Tn. I
Umur : 36 tahun
Pekerjaan : PNS
Pendidikan terakhir : S2
Ibu
Nama : Ny. FS
Umur : 33 tahun
Pekerjaan : PNS
Pendidikan terakhir : S1
Tanggal masuk Rumah Sakit : 10 Agustus 2015
Ruang perawatan : Bangsal anak/Melati (Kelas I)
Lama perawatan : 26 hari (10 Agustus 25 Agustus 2015)
Tanggal/jam pemeriksaan : 12 April 2015/11.00 WITA

B. Status Umum
Pembuatan status didasarkan aloanamnesis dari keluarga pasien (ibu pasien).
Keluhan utama:

3
Sesak
Anamnesis:
- Dialami sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, biru (-).
- Batuk (+) dialami sejak 5 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit,
lendir (+) warna putih.
- Demam (+) dialami sejak 3 hari yang lalu, naik turun, menggigil (-),
kejang (-).
- Muntah (+) dialami sejak 6 jam sebelum masuk rumah sakit, frekuensi
3 kali, tidak menyemprot, berisi air bercampur makanan. Nafsu makan
dan minum menurun.
- BAB: encer dialami sejak 3 hari yang lalu, berampas (+), berlendir (-),
darah (-), berwarna kehijauan.
- BAK: lancar (warna kuning).
- Riwayat pengobatan di dokter 2 hari lalu sebelum masuk rumah sakit,
diberi obat sanmol sirup namun tidak ada perbaikan.
- Riwayat kontak dengan penderita batuk lama (dewasa) disangkal.

C. Status Neonatologi dan Tumbuh Kembang


Status neonatologi:
Lahir caesar, cukup bulan, di rumah sakit ditolong oleh dokter, segera
menangis, dan air ketuban jernih. Berat badan lahir (BBL) 2800 gram.
Panjang badan lahir 50 cm. Riwayat pemberian vitamin K1 (+), riwayat
inisiasi menyusui dini (+).
Status tumbuh kembang:
Tengkurap : usia 5 bulan (normal usia 1-2,4 bulan)
Merangkak : belum (normal usia 5-8 bulan)
Bicara : belum (normal usia 6,8-9, 4bulan)
Duduk : belum (normal usia 6,8-8, 3 bulan)
Berdiri : belum (normal usia 9,5-12,5 bulan)

4
Berjalan : belum (normal usia 10,2-13, 1 bulan)

D. Status Gizi
Makanan
Mulai makan bubur saring saat usia 6 bulan sampai sekarang frekuensi 3x
sehari.
ASI
ASI mulai dari umur 0 hingga 3 bulan.
Antropometri
Berat badan: 6 kg
Panjang badan: 73 cm
BB/PB: < - 3SD atau < 70% (Gizi buruk)

E. Status Imunisasi
Belum Booster
Imunisasi 1 2 3 4
Pernah 18 bln 2 thn
BCG + (1 bln)
Hep. B + (0 bln) + (2 bln) + (3 bln) + (4 bln)
Polio + (1 bln) + (2 bln) + (3 bln) + (4 bln)
DPT + (2 bln) + (3 bln) + (4 bln)
Campak + (9 bln)
Hib -
PCV -
Rotavirus -
Influenza -
MMR -
Varisela -
Hep A -
Tifoid -
HPV -

F. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Sakit sedang/Gizi buruk/Compos mentis
Tanda Vital
Tekanan darah : 90/60 mmHg
Nadi :132x/menit; reguler, isi cukup, kuat angkat

5
Pernapasan : 48 x/menit; reguler
Suhu : 390C; per axilla
Kulit : Warna kuning langsat, pucat (-), petekie (-), ikterus (-); Turgor
baik ; Scar BCG (+); Tonus kesan normal.
Kepala
Rambut : Kecoklatan, lurus, tidak mudah dicabut
Bentuk : Normocephal
Ubun-ubun : Menutup
Ukuran : 40 cm
Wajah
Simetris kiri dan kanan
Mata : Cekung (-), palpebra edema (-), konjungtiva anemis (-), sklera
ikterik (-), refleks pupil (+/+), isokor 3mm/3mm
Telinga : Otorea (-)
Hidung : Rhinorea (-), epistaksis (-), sekret (-)
Mukosa mulut: Stomatitis (-)
Bibir : Sianosis (-)
Gigi : ---1 1---
---1 1---
Tenggorok : Hiperemis (-), tonsil T1/T1 tidak hiperemis
Leher : Kaku kuduk (-), kelenjar limfe tidak teraba
Thorax
Bentuk : Simetris kiri dan kanan, iga gambang
Paru
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, pelebaran sela iga tidak ada,
retraksi dinding dada (+): intercostal
Palpasi : Vokal fremitus simetris kiri dan kanan, nyeri tekan
kesan tidak ada
Perkusi : Sonor (+), batas paru hepar interkostal (ICS) VI kanan,

6
batas bawah paru belakang kiri setinggi vertebra torakal
XI dan batas bawah paru belakang kanan setinggi
vertebra torakal X
Auskultasi : BP: bronkovesikuler,
BT: rhonki (+/+) basah halus, wheezing(-/-)
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Thrill tidak ada
Perkusi : Batas kiri linea midklavikularis sinistra; batas kanan
parasternalis dextra; batas atas ICS III sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni reguler; bising (-)
Abdomen
Inspeksi : Cembung, ikut gerak napas
Palpasi : Nyeri tekan (-), masa tumor (-)
Hepar : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
Genitalia : Tidak ada kelainan
Ekstremitas : Edema pretibial(-), edema dorsum pedis(-), wasting(+)
Neurologis
- Kesadaran : GCS E3V5M3
- SSP : N. Kranial I-XII dalam batas normal
- Tanda meningeal : Tanda Brudzinki I (-), II (-), III (-), IV (-), tanda kernig
(-)
- Col. Vertebralis : Skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-), gibus (-)

Lengan Tungkai
Tanda
Kanan Kiri Kanan Kiri
Kekuatan otot 5 5 5 5
Tonus Normal Normal Normal Normal

7
Trofi - - - -
Klonus - - - -
Refleks BPR (++) BPR (++) KPR (++) KPR (++)
fisiologis TPR (++) TPR (++) APR (++) APR (++)
Refleks Hoffman Hoffman Babinsky (-), Babinsky (-),
patologis Tromner (-), Tromner (-), Chaddok (-), Chaddok (-),
Leri (-), Leri (-), Oppenheim (-) Oppenheim (-)
Meyer (-) Meyer (-)
Sensibilitas Normal Normal Normal Normal

G. Resume
By. NU, perempuan, usia 10 bulan, masuk rumah sakit dengan keluhan
sesak sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Batuk (+), lendir (+), demam (+),
muntah (+) sebanyak 3 kali, tidak menyemprot, berisi air bercampur makanan,
nafsu makan dan minum menurun, BAB encer (+), berampas, berwarna kehijauan
dan BAK lancar. Riwayat pengobatan di dokter 2 hari lalu sebelum masuk rumah
sakit, diberi obat sanmol sirup namun tidak ada perbaikan. Dari pemeriksaan fisik
didapatkan keadaan umum pasien tampak sakit sedang/gizi buruk/compos mentis,
GCS: E4V5M6. TD: 90/60 mmHg, N: 132x/ menit, isi cukup, kuat angkat,
P: 48x/ menit, S: 39C. Thoraks: Retraksi (+) intercostal, BP: Bronkhovesikuler,
BT: Rhonki (+/+) basah halus.

H. Rencana pemeriksaan
Pemeriksaan darah rutin tanggal 10 Agustus 2015

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan


WBC 19.9 3.70-10.1 /uL
NEU 10.9 1.63-6.96%
LYM 5.18 1.09-2.99%
MONO 3.09 .240-.790%
EOS .114 .030-.440%
BASO .624 .0.00-.080%
RBC 4.30 3.60-4.69/uL
HGB 11.1 10.8-14.2 g/dL
HCT 32.9 37.7-53.7 %
MCV 76.5 81.1-96.0 fL
MCH 25.9 27.0-31.2 Pg

8
MCHC 33.9 31.8-35.4 g/dL
RDW 12.3 11.5-14.5 %
PLT 449. 155.-366. /Ul
MPV 6.13 6.90-14.5 fL

Foto thoraks tanggal 12 Agustus 2015

Interpretasi: terdapat corakan bronkovaskular kasar pada perihiler


sampai perikardial dextra dan infiltrat pada perihiler sinistra et dextra.
Kesan: Bronkopneumonia

9
I. Diagnosis kerja
Bronkopneumonia + Gizi buruk (tipe Marasmus)

J. Terapi (dari UGD)


O2 1 liter per menit nasal kanul
IVFD Asering 12 tpm
Ampicillin 200 mg/12jam/IV
Gentamicin 7,5mg/12 jam/IV
Paracetamol 80 mg/8 jam/IV
Zink sirup 1x2cth
Stop intake oral

K. PROGNOSIS
Quo ad Vitam : Dubia
Quo ad Visam : Dubia
Quo ad Sanasionam : Dubia

10
L. FOLLOW-UP
Tanggal Subjective (S), Objective (O), Assasement (A) Planning
10/08/15 S: Sesak (+), batuk <<, demam (+), muntah (-), BAB O2 1 LPM nasal kanul
(Hari-1) encer 5x berampas warna kehijauan. IVFD Asering 12 tpm
O: Keadaan Umum: Lemah Ampicillin 200gr/8jam/IV
TTV:
Gentamicin 7,5mg/12jam/IV
TD: 90/60 mmHg
Nadi: 132x/mnt Paracetamol 80mg/8 jam/IV
Respirasi: 48x/mnt Zink sirup 1x2 cth
Suhu: 39 0C Stop intake oral
BB: 6 kg

Mata: Konjungtiva anemis-/-, Sklera ikterik -/-


Paru-paru:
Retraksi: (+) subcostal
BP: Bronkovesikuler
BT: Rhonki (+/+) basah halus, Wheezing (-/-)
Jantung: BJ I/II murni regular, bising (-)
Abdomen: Peristaltik (+) kesan normal
Ekstremitas: Edema pretibial (-), edema dorsum pedis
(-), wasting (+)
11/08/15 S: Sesak (+), batuk <<, demam (+), muntah (-), BAB O2 1 LPM nasal kanul
(Hari-2) encer 3x berampas warna kehijauan. IVFD Asering 12 tpm
O: Keadaan Umum: Lemah Ampicillin 200gr/8jam/IV
TTV:
Gentamicin 7,5mg/12jam/IV
TD: 90/60 mmHg
Nadi: 110x/mnt Paracetamol 80mg/8 jam/IV
Respirasi: 50x/mnt Zink sirup 1x2 cth
Suhu: 38,9 0C Stop intake oral

Mata: Konjungtiva anemis-/-, Sklera ikterik -/-


Paru-paru:
Retraksi: (+) subcostal
BP: Bronkovesikuler
BT: Rhonki (+/+) basah halus, Wheezing (-/-)
Jantung: BJ I/II murni regular, bising (-)
Abdomen: Peristaltik (+) kesan normal
Ekstremitas: Edema pretibial (-), edema dorsum pedis
(-), wasting (+)
12/08/15 S: Sesak (+), batuk <<, demam (+), muntah (-), BAB O2 1 LPM nasal kanul
(Hari-3) encer 3x berampas warna kehijauan. IVFD Asering 12 tpm
O: Keadaan Umum: Lemah Ampicillin 200gr/8jam/IV
TTV:
Gentamicin 7,5mg/12jam/IV
TD: 90/60 mmHg
Nadi: 132x/mnt Paracetamol 80mg/8 jam/IV
Respirasi: 48x/mnt Zink sirup 1x2 cth
Suhu: 39 0C Stop intake oral

11
Pro foto thorax
Mata: Konjungtiva anemis-/-, Sklera ikterik -/-
Paru-paru:
Retraksi: (+) subcostal
BP: Bronkovesikuler
BT: Rhonki (+/+) basah halus, Wheezing (-/-)
Jantung: BJ I/II murni regular, bising (-)
Abdomen: Peristaltik (+) kesan normal
Ekstremitas: Edema pretibial (-), edema dorsum pedis
(-), wasting (+)
13/08/15 S: Sesak <<, batuk <<, demam (+), muntah (-), BAB IVFD Asering 12 tpm
(Hari-4) encer 3x berampas warna kehijauan. Ampicillin 3x200gr/8jam/IV
O: Keadaan Umum: Lemah Gentamicin 7,5 mg/12jam/IV
Paracetamol 80mg/8 jam/IV
TTV:
Zink sirup 1x2 cth
TD: 90/60 mmHg
Nadi: 110x/mnt
Respirasi: 45x/mnt
Suhu: 38,9 0C
Mata: Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-)
Paru-paru:
Retraksi: (-)
BP: Bronkovesikuler
BT: Rhonki (+/+) basah halus, Wheezing (-/-)
Jantung: BJ I/II murni regular, bising (-)
Abdomen: Peristaltik (+) kesan normal
Ekstremitas: Edema pretibial (-), edema dorsum
pedis (-), wasting (+)
14/08/15 S: Sesak (-), batuk <<, demam (+), muntah (-), BAB IVFD Asering 12 tpm
(Hari-5) encer 1x berampas warna kehijauan. Cefotaxime 250mg/12jamIV
O: Keadaan Umum: lemah Gentamicin 7,5mg/12jam/IV
TTV: Paracetamol 80mg/8jam/IV
TD: 90/60 Zink sirup 1x2 cth
Nadi: 110x/mnt
As. Folat 1x1 tab
Respirasi: 40x/m
Suhu: 38,8C Vit A 100.000 IU
BB: 6 kg Fase stabilisasi:
Kalori: 480 kkal/hr
Mata: Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-) Protein: 6 gr/hr
Paru-paru:
Retraksi: -
BP: vesikuler
BT: Rhonki (+/+) basah halus, Wheezing (-/-)
Jantung: BJ I/II murni regular, bising (-)
Abdomen: Peristaltik (+) kesan normal
Ekstremitas: Edema pretibial (-), edema dorsum
pedis (-), wasting (+)
15/08/2015 S: Sesak (-), batuk <<, demam (+) naik-turun, muntah IVFD Asering 12 tpm
(Hari-6) (-), BAB encer 3x berampas warna kehijauan. Cefotaxime 250mg/12jam/IV

12
O: Keadaan Umum: Baik Gentamicin 7,5mg/12jamIV
TTV: Paracetamol 80 mg/6 jam/PO
TD: 90/60 mmHg Zink sirup 1x2 cth
Nadi: 140x/mnt
As. Folat 1x1 tab
Respirasi: 42x/mnt
Suhu: 37,7C Fase stabilisasi:
BB: 6,1 kg Kalori: 488 kkal/hr
Mata: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-) Protein: 6,1 gr/hr
Paru-paru:
Retraksi: -
BP: vesikuler
BT: Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
Jantung: BJ I/II murni regular, bising (-)
Abdomen: Peristaltik (+) kesan normal
Ekstremitas: Edema pretibial (-), edema dorsum pedis
(-), wasting (+)
16/08/2015 S: Sesak (-), batuk <<, demam (+), muntah (-), BAB IVFD Asering 12 tpm
(Hari-7) 1x berampas warna kuning. Cefotaxime 250mg/12jam/IV
O:Keadaan Umum: Baik Gentamicin 7,5mg/12jamIV
TTV:
Paracetamol 80mg/6 jam/PO
TD: 90/60 mmHg
Nadi: 122x/mnt Zink sirup 1x2 cth
Respirasi: 32x/m As. Folat 1x1 tab
Suhu: 38C Fase transisi:
BB: 6,1 kg Kalori: 610 kkal/hr
Protein: 12,2 gr/hr
Mata: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Paru-paru:
Retraksi: (-)
BP: vesikuler
BT: Rhonkhi (-/-), Wheezing (-/-)
Jantung: BJ I/II murni regular, bising(-)
Abdomen: peristaltik (+) kesan normal
Ekstremitas: Edema pretibial (-), edema dorsum
pedis (-), wasting (+)
17/08/2015 S: Sesak (-), batuk <<, demam (-), muntah (-), BAB IVFD Asering 12 tpm
(Hari-8) 1x berampas warna kuning. Cefotaxime 250mg/12jam/IV
O: Keadaan Umum: Baik Gentamicin 7,5mg/12jam/IV
TTV: Paracetamol 80mg/6 jam/IV
TD: 90/60 mmHg Zink sirup 1x2 cth
Nadi: 130x/mnt
As. Folat 1x1 tab
Respirasi: 45x/mnt
Suhu: 36,8C Fase transisi:
BB: 6,1 kg Kalori: 610 kkal/hr
Mata: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-) Protein: 12,2 gr/hr
Paru-paru:
Retraksi: -
BP: vesikuler
BT: Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
Jantung: BJ I/II murni regular, bising (-)

13
Abdomen: Peristaltik (+) kesan normal
Ekstremitas: Edema pretibial (-), edema dorsum pedis
(-), wasting (+)
18/08/2015 S: Sesak (-), batuk <<, demam (-), muntah (+) 5x isi IVFD Asering 12 tpm
(Hari-9) susu, BAB 5x berampas warna kuning. Cefotaxime 250mg/12jam/IV
O: Keadaan Umum: Baik Gentamicin 7,5mg/12jam/IV
TTV: Paracetamol 80mg/6 jam/IV
TD: 90/60 mmHg Zink sirup 1x2 cth
Nadi: 134x/mnt
As. Folat 1x1 tab
Respirasi: 46x/mnt
Suhu: 37,3C Fase transisi:
BB: 6,1 kg Kalori: 610 kkal/hr
Mata: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-) Protein: 12,2 gr/hr
Paru-paru:
Retraksi: - Lab. Darah rutin:
BP: vesikuler - WBC 6,91
BT: Rhonki (-/-), Wheezing (-/-) - NEU 3,62
Jantung: BJ I/II murni regular, bising (-) - LYM 1,42
Abdomen: Peristaltik (+) kesan normal - MONO 1,29
Ekstremitas: Edema pretibial (-), edema dorsum pedis - EOS 483
(-), wasting (+) - BASO 090
- RBC 3,68
- HGB 10
- HCT 29,3
- MCV 79,5
- MCH 27,1
- MCHC 34,1
- RDW 15
- PLT 304
- MPV 6,66
19/08/2015 S: Sesak (-), batuk <<, BAB 3-4x berampas warna IVFD Asering 12 tpm
(Hari-10) kuning. Cefotaxime 250mg/12jam/IV
O: Keadaan Umum: Baik Gentamicin 7,5mg/12jam/IV
TTV: Paracetamol 80mg/6 jam/IV
TD: 90/60 mmHg Zink sirup 1x2 cth
Nadi: 130x/mnt
As. Folat 1x1 tab
Respirasi: 45x/mnt
Suhu: 37C Fase transisi:
BB: 6,2 kg Kalori: 620 kkal/hr
Mata: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-) Protein: 12,4 gr/hr
Paru-paru: Konsul Spesialis THT,
Retraksi: - Jawaban Konsul: Rhinitis
BP: vesikuler
BT: Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
Jantung: BJ I/II murni regular, bising (-)
Abdomen: Peristaltik (+) kesan normal
Ekstremitas: Edema pretibial (-), edema dorsum
pedis (-), wasting (+)
20/08/2015 S: Sesak (-), batuk <<, demam naik turun, BAB 4-5x IVFD Asering 12 tpm

14
(Hari-11) berampas warna kuning. Cefotaxime 300mg/12jam/IV
O: Keadaan Umum: Baik Gentamicin 8mg/12jam/IV
TTV: Paracetamol 80mg/6 jam/IV
TD: 90/60 mmHg Zink sirup 1x2 cth
Nadi: 126x/mnt
As. Folat 1x1 tab
Respirasi: 43x/mnt
Suhu: 37,8C Fase transisi:
BB: 6,3 kg Kalori: 630 kkal/hr
Mata: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-) Protein: 12,6 gr/hr
Paru-paru:
Retraksi: -
BP: vesikuler
BT: Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
Jantung: BJ I/II murni regular, bising (-)
Abdomen: Peristaltik (+) kesan normal
Ekstremitas: Edema pretibial (-), edema dorsum pedis
(-), wasting (+)
21/08/2015 S: Batuk <<, demam (-), BAB 5x berampas warna IVFD Asering 12 tpm
(Hari-12) kuning. Cefotaxime 300mg/12jam/IV
O: Keadaan Umum: Baik Gentamicin 8mg/12jam/IV
TTV: Paracetamol 80mg/6 jam/IV
TD: 90/60 mmHg Zink sirup 1x2 cth
Nadi: 100x/mnt
As. Folat 1x1 tab
Respirasi: 32x/mnt
Suhu: 36,8C Fase rehabilitasi:
BB: 6,3 kg Kalori: 945 kkal/hr
Mata: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-) Protein: 25,2 gr/hr
Paru-paru:
Retraksi: -
BP: vesikuler
BT: Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
Jantung: BJ I/II murni regular, bising (-)
Abdomen: Peristaltik (+) kesan normal
Ekstremitas: Edema pretibial (-), edema dorsum pedis
(-), wasting (+)
22/08/2015 S: Sesak (-), batuk <<, demam (-) BAB 1x berampas IVFD Asering 12 tpm
(Hari-13) warna kuning. Cefotaxime 300mg/12jam/IV
O: Keadaan Umum: Baik Gentamicin 8mg/12jam/IV
TTV: Paracetamol 80mg/6 jam/IV
TD: 90/60 mmHg
Zink sirup 1x2 cth
Nadi: 110x/mnt
Respirasi: 30x/mnt As. Folat 1x1 tab
Suhu: 37,2C Fase rehabilitasi:
BB: 6,3 kg Kalori: 945 kkal/hr
Mata: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-) Protein: 25,2 gr/hr
Paru-paru:
Retraksi: -
BP: vesikuler
BT: Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)

15
Jantung: BJ I/II murni regular, bising (-)
Abdomen: Peristaltik (+) kesan normal
Ekstremitas: Edema pretibial (-), edema dorsum
pedis (-), wasting (+)

23/08/2015 S: Sesak (-), batuk <<, demam (-), BAB 1x berampas IVFD Asering 12 tpm
(Hari-14) warna kuning. Cefotaxime 300mg/12jam/IV
O: Keadaan Umum: Baik Gentamicin 8mg/12jam/IV
TTV: Paracetamol 80mg/6 jam/IV
TD: 90/60 mmHg
Zink sirup 1x2 cth
Nadi: 105x/mnt
Respirasi: 38x/mnt As. Folat 1x1 tab
Suhu: 37C Fase rehabilitasi:
BB: 6,4 kg Kalori: 960 kkal/hr
Mata: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-) Protein: 25,6 gr/hr
Paru-paru:
Retraksi: -
BP: vesikuler
BT: Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
Jantung: BJ I/II murni regular, bising (-)
Abdomen: Peristaltik (+) kesan normal
Ekstremitas: Edema pretibial (-), edema dorsum
pedis (-), wasting (+)
24/08/2015 S: Sesak (-), batuk <<, demam (-),BAB 1x berampas IVFD Asering 12 tpm
(Hari-15) warna kuning. Cefotaxime 300mg/12jam/IV
O: Keadaan Umum: Baik Gentamicin 8mg/12jam/IV
TTV: Paracetamol 80mg/6 jam/IV
TD: 90/60 mmHg Zink sirup 1x2 cth
Nadi: 112x/mnt As. Folat 1x1 tab
Respirasi: 32x/mnt
Fase rehabilitasi:
Suhu: 37,5C
BB: 6,5 kg Kalori: 960 kkal/hr
Mata: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-) Protein: 25,6 gr/hr
Paru-paru:
Retraksi: -
BP: vesikuler
BT: Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
Jantung: BJ I/II murni regular, bising (-)
Abdomen: Peristaltik (+) kesan normal
Ekstremitas: Edema pretibial (-), edema dorsum
pedis (-), wasting (+)
25/08/2015 S: Sesak (-), batuk <<, BAB 3-4x berampas warna Aff infus
(Hari-16) kuning. Zink sirup 1x2 cth
O: Keadaan Umum: Baik As. Folat 1x1 tab
TTV: Cotrimoksazole sirup 2x12 cth
TD: 90/60 mmHg Fase rehabilitasi:
Nadi: 110x/mnt
Kalori: 960 kkal/hr
Respirasi: 36x/mnt
Suhu: 37C Protein: 25,6 gr/hr

16
BB: 6,5 kg
Mata: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Paru-paru: Pasien boleh pulang
Retraksi: -
BP: vesikuler
BT: Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
Jantung: BJ I/II murni regular, bising (-)
Abdomen: Peristaltik (+) kesan normal
Ekstremitas: Edema pretibial (-), edema dorsum
pedis (-), wasting (+)

BAB III
DISKUSI

17
Bronkopneumonia yang disebut juga sebagai pneumonia lobularis adalah
peradangan parenkim paru yang terlokalisir melibatkan bronkus dan biasanya
bronkiolus, satu atau beberapa lobulus paru, serta alveolus disekitarnya, yang ditandai
dengan distribusi berbentuk bercak-bercak (patchy distribution) infiltrat, yang
disebabkan oleh bakteri, virus, dan jamur. Penyebab yang sering adalah
Staphylococcus, Streptococcus, H. influenzae, Proteus sp, dan Pseudomonas
aeruginosa.1,4
Berdasarkan anamnesis, pasien bronkopneumonia biasanya datang dengan
keluhan batuk atau sesak napas. Batuk biasanya dijumpai pada awal penyakit, dimulai
dengan batuk kering kemudian menjadi produktif. Gejala infeksi umum berupa
demam (suhu dapat naik mendadak sampai 39o40o C, dan mungkin disertai kejang
karena demam yang terlalu tinggi), sakit kepala, gelisah, malaise, rewel, penurunan
nafsu makan, keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah.5 Pada kasus, dari
anamnesis didapatkan pasien masuk rumah sakit dengan keluhan sesak disertai batuk
berlendir, demam terus-menerus, muntah sebanyak 3 kali, tidak menyemprot, berisi
air bercampur makanan. Nafsu makan dan minum menurun. BAB encer (+),
berampas, berwarna kehijauan.
Pemeriksaan fisik, pada inspeksi pasien bronkopneumonia, terutama yang
sedang mengalami sesak akan ditemukan retraksi otot epigastrik, intercostal dan
suprasternal. Tanda objektif yang merefleksikan adanya distress pernapasan adalah
retraksi dinding dada; seperti yang disebutkan sebelumnya merupakan tanda adanya
penggunaan otot-otot pernapasan tambahan, orthopnea; dan pergerakan pernapasan
yang berlawanan. Kontraksi yang terlihat dari otot pernapasan tambahan lainnya
adalah otot sternokleidomastoideus dan pergerakan fossae supraclavicular selama
inspirasi merupakan tanda yang paling dapat dipercaya akan adanya sumbatan jalan
napas. Dari pemeriksaan palpasi biasanya ditemukan fremitus vokal yang simetris.
Pada bronkopneumonia terjadi konsolidasi parenkim paru. Meskipun terdapat
konsolidasi kecil pada paru yang terkena, hal tersebut tidak menghilangkan getaran
fremitus selama jalan napas masih terbuka. Namun bila terjadi perluasan infeksi paru

18
(misalnya kolaps paru atau atelektasis) maka transmisi energi vibrasi pada
pemeriksaan fremitus akan menurun.6,7,8
Pemeriksaan perkusi paru pada bronkopneumonia tidak ditemukan kelainan
apa pun. Pemeriksaan auskultasi pada bronkopneumonia ditemukan ronkhi. Ronkhi
nyaring khas ditemukan pada bronkopneumonia. Ronkhi terjadi akibat gelembung-
gelembung udara melewati sekret pada jalan napas atau jalan napas kecil yang tiba-
tiba terbuka. Ronkhi dideskripsikan sebagai bunyi non-musikal, tidak kontinyu,
interupsi pendek dan berulang. Ronkhi kasar maupun halus terjadi tergantung dari
mekanisme terjadinya.6,7,8 Pada kasus, dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan
umum pasien tampak sakit sedang, kompos mentis, GCS: E4V5M6, TD: 90/60
mmHg, N: 132x/ menit, isi cukup, kuat angkat, P: 48x/ menit, S: 39C. Thoraks:
Retraksi (+) intercostal, BP: Bronkhovesikuler, BT: Rhonki (+/+) basah halus.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan darah rutin
biasanya ditemukan adanya peningkatan jumlah leukosit. Hitung leukosit dapat
membedakan etiologi virus atau bakteri. Infeksi virus leukosit biasanya normal atau
meningkat (namun tidak melebihi 20.000/mm3 dengan predominan limfosit),
sedangkan pada infeksi bakteri jumlah leukosit meningkat antara 15.000 hingga
40.000/mm3 dengan predominan neutrofil.7 Pada kasus, dari hasil pemeriksaan
laboratorium (darah rutin) didapatkan peningkatan sel darah putih atau leukositosis
dengan nilai 19.900/mm3. Pemeriksaan radiologis juga dapat dilakukan dimana
gambaran radiologis pada bronkopneumonia mempunyai bentuk difus bilateral
dengan peningkatan corakan bronkovaskular dan infiltrat kecil dan halus yang
tersebar di pinggir lapang paru.7 Pada kasus, dari hasil pemeriksaan radiologis
didapatkan gambaran corakan bronkovaskular kasar pada perihiler sampai perikardial
dextra dan infiltrat pada perihiler sinistra et dextra.
Gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi, atau
nutrisinya dibawah standar rata-rata. Status gizi buruk dibagi menjadi tiga bagian,
yakni gizi buruk karena kekurangan protein (disebut kwashiorkor), karena
kekurangan karbohidrat atau kalori (disebut marasmus), dan kekurangan kedua-

19
keduanya (disebut marasmik-kwashiorkor). Pada anak kwashiorkor akan tampak
seperti anak yang gemuk (sugar baby),wajah membulat dan sembab, pandangan mata
anak sayu, terdapat bercak merah muda yang meluas dan berubah menjadi coklat
kehitaman dan terkelupas, rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung dan
mudah dicabut. Sedangkan pada anak marasmus akan tampak sangat kurus karena
hilangnya sebagian besar lemak dan otot-otot (wasting), tinggal tulang terbungkus
kulit, wajah seperti orang tua, Iga gambang dan perut cekung, otot paha mengendor
(baggy pant), cengeng dan rewel, setelah mendapat makan anak masih terasa lapar. 3
Pada pasien didapatkan iga gambang (+), wasting (+) dan anak sering cengeng dan
rewel.
Penilaian status gizi terbagi atas penilaian secara langsung dan penilaian
secara tidak langsung. Adapun penilaian secara langsung dibagi menjadi empat
penilaian adalah antropometri, klinis, biokimia dan biofisik. Sedangkan penilaian
status gizi secara tidak langsung terbagi atas tiga adalah survei konsumsi makanan,
statistik vital dan faktor ekologi.3 Pada kasus penilaian status pasien menggunakan
antropometri, data diinterpretasikan dengan menggunakan grafik Z-score. Penentuan
status gizi dilakukan berdasarkan berat badan (BB) menurut panjang badan (PB) atau
tinggi badan (TB) (BB/PB atau BB/TB). Pasien dengan BB 6 kg dan PB 73 cm, maka
didapatkan BB/PB: < - 3SD atau 70% (Gizi buruk).
Secara garis besar penyebab gizi buruk karena asupan makanan yang kurang
atau anak sering sakit, atau terkena infeksi. Asupan makanan yang kurang disebabkan
oleh berbagai faktor, antara lain tidak tersedianya makanan secara adekuat, anak tidak
cukup mendapat makanan bergizi seimbang, dan pola makan yang salah. Kaitan
infeksi dan kurang gizi seperti layaknya lingkaran setan yang sukar diputuskan,
karena keduanya saling terkait dan saling memperberat. Kondisi infeksi kronik akan
menyebabkan kurang gizi dan kondisi malnutrisi sendiri akan memberikan dampak
buruk pada sistem pertahanan sehingga memudahkan terjadinya infeksi. Infeksi yang
berat dan lama dapat menyebabkan marasmus, terutama infeksi enteral misalnya

20
infantil gastroenteritis, bronkhopneumonia, pielonephiritis dan sifilis kongenital.3Jadi,
pada kasus ditemukan adanya hubungan antara bronkhopneumonia dan gizi buruk.
Pasien dengan gizi buruk diberikan tatalaksana khusus, yaitu Tatalaksana
dengan rekomendasi WHO yang memiliki 10 langkah penatalaksanaan, terdiri atas
fase stabilisasi, transisi, dan fase rehabilitasi.8

Tabel 1. Tatalaksana anak gizi buruk (10 langkah).8

Tabel 2. Kebutuhan energi, protein dan cairan sesuai fase-fase tata laksana gizi buruk. 8
Stabilisasi (F75) Transisi (F75 F100) Rehabilitasi (F100)
Energi 80-100 kkal/kgBB/hr 100-150 kkal/kgBB/hr 150-220/kgBB/hr
Protein 1-1,5 g/kgBB/hr 2-3 g/kgBB/hr 4-6 g/kgBB/hr
Cairan 100-130 ml/kgbb/hr Bebas sesuai kebutuhan
Bila edema berat: 100 energi
kkal/kgBB/hr

Suplementasi yang diberikan pada langkah pasien gizi buruk adalah vitamin A
yang digunakan sebagai pencegahan defisiensi zat mikro. Pada pasien yang berusia
< 6 bulan dapat diberikan vitamin A dengan dosis 50.000 IU (1/2 kapsul biru), 6-12
bulan 100.000 IU (1 kapsul biru), dan 1-5 tahun 200.000 IU (1 kapsul merah). 8 Pada
kasus, pasien diberikan vitamin A dengan dosis 100.000 IU (1 kapsul merah).

Penatalaksanaan khusus pada bronkopneumonia dengan anak gizi buruk


yaitu:8

21
a. Beri ampicillin/amoxicillin (25-50 mg/kgBB/kali IV atau IM setiap 6 jam), yang
harus dipantau dalam 24 jam selama 72 jam pertama. Bila anak memberi respons
yang baik maka diberikan selama 5 hari.
b. Pada kepustakaan lainnya penggunaan Ampicillin secara umum dengan dosis
sebagai berikut:
100-400 mg/kg/hari IM atau IV dosis terbagi per 6-8 jam
50-100 mg/kg/hari per oral dosis terbagi per 6-8 jam
Infeksi berat: 200-400 mg/kg/hari IM atau IV terbagi dalam 6-8 jam.
Pada kasus, terapi antibiotik yang diberikan adalah Ampicillin
200 gr/8jam/IV dan Gentamicin 7,5mg/12jam/IV kemudian pada hari perawatan
kelima, ampicillin diganti dengan Cefotaxime 250mg/12jam/IV.
Ampicillin adalah antibiotik golongan penicillin yang memiliki mekanisme
kerja dalam penghancuran dinding peptidoglikan yang mampu berpenetrasi pada
bakteri gram positif dan gram negatif sehingga dapat digunakan sebagai obat lini
pertama pada infeksi seperti bronkopneumonia.10
Cefotaxime adalah antibiotik golongan sefalosporin generasi ketiga yang
mempunyai khasiat bakterisidal dan bekerja dengan menghambat sintesis
mukopeptida pada dinding sel bakteri. Cefotaxime sangat stabil terhadap hidrolisis
beta laktamase, maka Cefotaxime digunakan sebagai alternatif lini pertama pada
bakteri yang resisten terhadap Penisilin. Cefotaxime memiliki aktivitas spektrum
yang lebih luas terhadap organisme gram positif dan gram negatif.10
Gentamisin merupakan suatu antibiotika golongan aminoglikosida yang aktif
menghambat kuman-kuman gram-positif maupun kuman gram-negatif termasuk
kuman-kuman yang resisten terhadap antimikroba lain, seperti Staphylococcus
penghasil penisilinase; Pseudomonas aeruginosa; Proteus; Klebsiella; E.coli.
Mekanisme kerja berdasarkan penghambatan sintesa protein.10
Terapi simptomatik pada bronkopneumonia yaitu, jika keluhan batuk yang
menyertai sesak napas saat pasien datang dapat diberikan obat batuk dari golongan
mukolitik, dan ekspektoran.10 Pada kasus, pasien tidak diberikan obat batuk.

22
Pemberian antipiretik seperti Paracetamol dengan dosis 80mg per 6 jam terhadap
keluhan demamnya.
Bila diare dapat diberikan suplementasi zinc (seng). Zinc merupakan
mikronutrien komponen berbagai enzim dalam tubuh sebagai pelengkap untuk
pengobatan diare anak < 5 tahun yang dapat diberikan bersama oralit dengan tujuan
untuk mencegah atau mengobati dehidrasi dan untuk mencegah kekurangan nutrisi. 11
Pada kasus diberikan Zinkid sirup dengan pemberian 1x2 sendok teh per hari.

DAFTAR PUSTAKA

23
1. Mardjanis. Pneumonia. Dalam: Buku Ajar Respirologi Anak. Rahajoe Nastiti,
Supriyatno Bambang, Setyanto DB, editors. Jakarta: Badan Penerbit IDAI. 2008.
hal. 350-365.
2. Kementerian Kesehatan RI. Buletin Jendela Epidemiologi Pneumonia Balita.
Jakarta: Kemenkes RI; 2010.
3. Krisnansari Diah. Nutrisi dan gizi buruk. Mandala of Health. 2010 Januari; 4(1):
60-68.
4. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 3.
Jakarta: Infomedika Jakarta; 1995.hal.1228-1235.
5. Administrated by the Alberta Medical Association. Guideline For The Diagnosis
and Management Of Community Acquired Pneumonia: Pediatrics.[online] 2002.
[cited on 2015 March 7]; [screens]. Available from: HYPERLINK
6. Fadhila A. Penegakan diagnosis dan penetalaksanaan bronkopneumonia pada
pasien bayi laki-laki berusia 6 bulan (laporan kasus). Medula. 2013 October;
1(2): 1-10.
7. Anggraini Octaria, Rahmanoe Murdoyo. Bayi usia 3 bulan dengan
bronkopneumonia. Medula. Maret 2014; 2 (3): 66-72.
8. World Health Organization (WHO). Gizi Buruk. Dalam: Buku Saku Pelayanan
Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Tim editor Indonesia, editors. Jakarta: World
Health Organization Indonesia bekerjasama dengan Departemen Kesehatan
Republik Indonesia; 2009. hal. 83-93.
9. Kalew Robby. Bronkopneumonia. Dalam: Standar Pelayanan Medis Kesehatan
Anak. SMF Bagian Ilmu kesehatan Anak FK UNPATTI RSUD M.Haulussy.
Ambon: 2014.hal. 43-45.
10. Anggraini Octaria, Rahmanoe Murdoyo. Bayi usia 3 bulan dengan
bronkopneumonia. Medula. Maret 2014; 2 (3): 66-72.
11. Subagyo B, Santoso NB. Diare Akut. Dalam: Buku Ajar Gastroenterologi-
Hepatologi. Jilid 1, editors. Jakarta: Badan Penerbit IDAI. 2012. hal. 111-12, 17.

24

Anda mungkin juga menyukai