Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seperti telah diketahui dari sediaan obat yang beredar dan digunakan, tablet

merupakan sediaan obat yang lebih disukai oleh para dokter maupun pasien,

dibandingkan dengan bentuk sediaan lain. Hal ini disebabkan karena disamping mudah

cara pembuatan dan penggunaannya, dosisnya lebih terjamin, relatif stabil dalam

penyimpanan karena tidak mudah teroksidasi oleh udara, transportasi dan distribusinya

tidak sulit sehingga mudah sampai kepada pemakai. Secara ekonomis, sediaan ini relatif

lebih murah harganya, memberikan dosis yang tepat dari segi kimianya, bentuknya

kompak dan mudah transportasinya, memberikan kestabilan pada unsur-unsur aktifnya.

1. Tablet merupakan sediaan padat yang biasanya dibuat secara kempa cetak,

berbentuk rata dan atau cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung

satu jenis bahan obat atau lebih dengan penambahan bahan tambahan

farmasetika yang sesuai (Ansel, 1994 ; Depkes RI 1995)

2. Tablet harus melepaskan zat berkhasiat kedalam tubuh dalam jumlah yang tepat

dan menimbulkan efek yang diinginkan (Lachman, 1986). Tablet hanya

memberikan efek yang diinginkan jika memiliki mutu yang baik. Untuk

menghasilkan tablet dengan mutu yang baik dan memenuhi persyaratan,

pemilihan dan kombinasi bahan pembantu memegang peranan yang sangat

penting dalam proses pembuatannya.


B. Tujuan Praktikum

Dapat mengetahui tata cara pelaksanaan praktikum teknologi sediaan solid dalam
pembuatan tablet Kalsium Lactat bentuk dengan menggunakan metode granulasi basah.

C. Tujuan Formulasi Tablet

1. Mampu menyusun dan mengkaji praformulasi bahan aktif (Calsium Lactat) yang
akan digunakan dalam pembuatan sediaan tablet.

2. Mampu menentukan metode pembuatan dan pemilihan bahan tambahan


berdasarkan kajian praformulasi.
3. Mampu menghitung jumlah bahan yang akan digunakan dalam pembuatan satu
batch.
4. Mampu melakukan evaluasi serbuk, granul, tablet dan menganalisa
penyimpangan yang terjadi selama pembuatan tablet.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN TABLET

TABLET (MENURUT FI III)

Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung
pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis obat atau
lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai
zat pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat pelicin, zat pembasah atau zat lain yang cocok.

TABLET (MENURUT FI IV)

Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi.
Berdasarkan metode pembuatan dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa.

Tablet merupakan bentuk sediaan farmasi yang paling banyak tantangannya didalam
mendesain dan membuatnya. Misalnya kesukaran untuk memperoleh bioavailabilitas penuh
dan dapat dipercaya dari obat yang sukar dibasahi dan melarutkannya lambat, begitu juga
kesukaran untuk mendapatkan kekompakan kahesi yang baik dari zat amorf atau gumpalan.
Namun demikian, walaupun obat tersebut baik kempanya, melarutnya, dan tidak mempunyai
masalah bioavailabilitas, mendesain dan memproduksi obat itu masih penuh tantangan, sebab
masih banyak tujuan bersaing dari bentuk sediaan ini.
TABLET MENURUT IMO

Tablet adalah sediaan padat ,dibuat secara kempa cetak,berbentuk rata atau
cembungrangkap,umumnya bulat,mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa
bahan tambahan.

1.2. Ukuran Tablet

Menurut R. Voigt
- garis tengah pada umumnya 15-17 mm
- bobot tablet pada umunya 0,1 g-1g
Menurut Lachman
- tablet oral biasanya berukuran 3/16-1/2 inci
- berat tablet berkisar antara 120-700 mg 800 mg
- diameternya 1/4-7/6 inci
Menurut Dom Martin
- 1/8-1 1/5 inci
Menurut FI III
- kecuali dinyatakan lain, diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari
1 1/3 kali tebal tablet

1.3 Kriteria Tablet


Suatu tablet harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
harus mengandung zat aktif dan non aktif yang memenuhi persyaratan
harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil
keadaan fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik atau mekanik
keseragaman bobot dan penampilan harus memenuhi persyaratan
harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan
bebas dari kerusakan fisik
stabilitas kimiawi dan fisik cukup lama selama penyimpanan
zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu
tablet memenuhi persyaratan Farmakope yang berlaku

1.4 Kegunaan Tablet


Untuk pengobatan lokal
- tablet untuk vagina, digunakan sebagai anti infeksi, anti fungi, hormon lokal
- tablet untuk mulut dan tenggorokan
Untuk pengobatan sistemik
- tablet langsung ditelan
- tablet buccal : antara gigi dan gusi
- tablet sublingual : di bawah lidah
- tablet implantasi : di bawah kulit badan

1.5 Komposisi Tablet

a. Zat pengikat(binder)

Dimaksudkan agar tablet tidak pecah atau retak,dapat merekat. Biasanya yang
digunakan adalah mucilago Gummi Arabici 10 -20 % (panas solutio Mythylcellulosum
5%)

b. Zat penghancur(disinterogator)

Dimaksudkan agar tablet dapat hancur dalam perut. Biasanya yang digunakan adalah
amilum manihot kering, gelatinum,agar agar, natrium alginat.

c. Zat pelicin(lubricant)

Dimaksudkan agar tablet tidak lekat pada cetakan(matrys). Biasanya digunakan


talkum 5 %,Magnesium stearas, Acidum Stearicum.
d. Zat pengisi (diluent)

Dimaksudkan untuk memperbesar volume tablet biasanya digunakan Saccharum


lactis, Amylum manihot,calcii phospas, calcii carbonas dan zat lain yang cocok.

e. Zat penyalut
Untuk maksud dan tujuan tertentu tablet disalut dengan zat penyalut yang
cocok,biasanya berwarna atau tidak.
Tablet bersalut gula (sugar coating)
Tablet ini sering disebut dragee.Menggunakan penyalut larutan gula.

Tablet bersalut kempa (press coating)


Sering disebut tablet dalam tablet.menggunakan granul halus kering yang dikempa
di sekitar tablet ini.

Tablet bersalut selaput (film coating)


Tablet ini dilapisi selaput tipis dengan zat penyalut yang dikenakan atau
disemprotkan pada tablet.

Tablet bersalut enterik (enteric coating)


Mengunakan campuran serbuk lilin karnauba atau asam stearat dan serabut tumbuh
tumbuhan dari agar agar atau kulit pohon elm.

SYARAT TABLET

a. Memenuhi keseragaman ukuran


b. Memenuhi keseragaman bobot
c. Memenuhi waktu hancur
d. Memenuhi keseragaman isi zat berkhasiat
e. Memenuhi waktu larut (dissolution test)
KEUNGGULAN TABLET

a) cepat dapat dilayani di apotik, karena sudah tersedia dan tidak perlu diracik
dahulu
b) mudah disimpan (stabil) dan dibawa
c) lebih mudah menelan tablet daripada puyer (sebagian besar orang)

KERUGIAN TABLET

a) komposisi dan dosis belum tentu sesuai kebutuhan penderita


b) waktu disintegrasi dan disolusi bila tidak memenuhi syarat, maka kadar obat
plasma tidak tercapai

JENIS SEDIAAN TABLET

Berdasarkan prinsip pembuatan, tablet terdiri atas :

1. Tablet Kempa
Dibuat dengan cara pengempaan dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk
atau granul menggunakan pons atau cetakan baja.

2. Tablet Cetak
Dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah pada
lubang cetakan. Kepadatan tablet tergantung pada pembentukan kristal yang
terbentuk selama pengeringan, tidak tergantung pada kekuatan yang diberikan.

Berdasarkan tujuan penggunaan, tablet terdiri atas :


1. Tablet Kempa Tujuan Saluran Pencernaan
a. Tablet Konvensional Biasa
Tablet yang dibuat atau dikempa dengan siklus kompresi tunggal yang
biasanya terdiri dari zat aktif sendiri atau kombinasi dengan bahan eksipien
seperti :
- pengisi (memberi bentuk) : laktosa
- pengikat (memberi adhesivitas atau kelekatan saat bertemu saluran cerna) :
amylum, gelatin, tragakan
- desintegrator (mempermudah hancurnya tablet)

b. Tablet Kempa Multi atau Kempa Ganda


Adalah tablet konvensional yang dikompresi lebih dari satu siklus kompresi
tunggal sehingga tablet akhir tersebut terdiri atas dua atau lebih lapisan.
Disebut juga sebagai tablet berlapis. Keuntungannya dapt memisahkan zat aktif
yang inkompatibel (tidak tersatukan).

c. Tablet Lepas Lambat


Tablet yang pelepasan zat aktifnya dimodifikasi sehingga tablet tersebut
melepaskan dosis awal yang cukup untuk efek terapi yang kemudian disusul
dengan dosis pemeliharaan sehingga jumlah zat aktif atau konsentrasi zat aktif
dalam darah cukup untuk beberapa waktu tertentu (misal tablet lepas lambat 6
jam, 12 jam, dsb).

d. Tablet Lepas Tunda (Tablet Salut Enterik)


Adalah tablet yang dikempa yang disalut dengan suatu zat yang tahan terhadap
cairan lambung, reaksi asam, tetapi terlarut dalam usus halus yang pelepasan
zat aktifnya terkendali pada waktu-waktu tertentu.
e. Tablet Salut Gula
Adalah tablet kempa yang disalut dengan beberapa lapis lapisan gula baik
berwarna maupun tidak. Tujuannya untuk melindungi zat aktif terhadap
lingkungan udara (O2, kelembaban), menutup rasa dan bau tidak enak,
menaikkan penampilan tablet.
f. Tablet Salut Film
Tablet kempa yang disalut dengan salut tipis, berwarna atau tidak dari bahan
polimer yang larut dalam air yang hancur cepat di dalam saluran cerna.
Penyalutan tidak perlu berkali-kali.

g. Tablet Effervesen
Tablet kempa jika berkontak dengan air menjadi berbuih karena mengeluarkan
CO2. Tablet ini harus dilarutkan dalam air baru diminum.

h. Tabel Kunyah
Tablet kempa yang mengandung zat aktif dan eksipien yang harus dikunyah
sebelum ditelan.

2. Tablet Kempa Digunakan dalam Rongga Mulut

a. Tablet Bukal
Tablet kempa biasa berbentuk oval yang ditempatkan diantara gusi dan pipi.
Biasanya keras dan berisis hormon. Bekerja sistemik, tererosi atau terdisolusi
di tempat tersebut dalam waktu yang lama (secara perlahan).

b. Tablet Sublingual
Tablet kempa berbentuk pipih yang diletakkan di bawah lidah, berisi
nitrogliserin. Biasanya untuk obat penyempitan pembuluh darah ke jantung
(angina pectoris) sehingga harus cepat terlarut agar dapat segera memberi efek
terapi. Diabsorbsi oleh selaput lendir di bawah lidah.

c. Tablet Hisat atau Lozenges


Tablet yang mengandung zat aktif dan zat-zat penawar rasa dan bau,
dimaksudkan untuk disolusi lambat dalam mulut untuk tujuan lokal pada
selaput lendir mulut.
d. Dental Cones (Kerucut Gigi)
Yaitu suatu bentuk tablet yang cukup kecil, dirancang untuk ditempatkan di
dalam akar gigi yang kosong setelah pencabutan gigi. Tujuannya biasanya
untuk mencegah berkembangbiaknya bakteri di tempat yang kosong tadi
dengan menggunakan suatu senyawa anti bakteri yang dilepaskan secara
perlahan-lahan, atau untuk mengurangi pendarahan dengan melepaskan suatu
astringen atau koagulan.

3. Tablet Kempa Digunakan melalui Liang Tubuh


a. Tablet Rektal
Tablet kempa yang mengandung zat aktif yang digunakan secara rektal (dubur)
yang tujuannya untuk kerja lokal atau sistemik.

b. Tablet Vaginal
Tablet kempa yang berbentuk telur (ovula) untuk dimasukkan dalam vagina
yang di dalamnya terjadi disolusi dan melepaskan zat aktifnya. Biasanya
mengandung antiseptik, astringen. Digunakan untuk infeksi lokal dalam vagina
dan mungkin juga untuk pemberian steroid dalam pengobatan sistemik.

4. Tablet Kempa untuk Implantasi


Tablet implantasi atau pelet dibuat berdasarkan teknik aseptik, mesin tablet harus
steril. Dimaksudkan untuk implantasi subkutan (untuk KB, mencegah kehamilan).

5. Tablet Cetak untuk Penggunaan Lain


a. Tablet Triturat untuk Dispensing
Adalah tablet yang dihaluskan dulu atau disiapkan untuk penggunaan tertentu.
Tablet kempa atau cetak berbentuk kecil umumnya silindris digunakan untuk
memberikan jumlah zat aktif terukur yang tepat untuk peracikan obat (FI IV).
Digunakan sebagai tablet sublingual atau dilepaskan di atas lidah dan ditelan
dengan air minum.
b. Tablet Hipodermik
Tablet cetak atau kempa yang dibuat dari bahan mudah larut atau melarut
sempurna dalam air. Umumnya digunakan untuk membuat sediaan injeksi
steril dalam ampul dengan menambahkan pelarut steril (FI IV)

c. Tablet Dispending
Tablet yang digunakan oleh apoteker dalam meracik bentuk sediaan padat atau
cair. Dimaksudkan untuk ditambahkan ke dalam air dengan volume tertentu,
oleh ahli farmasi atau konsumen, untuk mendapatkan suatu larutan obat dengan
konsentrasi tertentu.

FORMULA UMUM TABLET

Zat Aktif
Secara luas obat atau bahan aktif yang diberikan secara oral dalam bentuk tablet
dikelompokkan menjadi :

a. Zat Aktif Tidak Larut Air (Insoluble Drugs)


Zat ini cenderung digunakan untuk memberikan efek lokal pada saluran pencernaan
(seperti antasida dan adsorben). Oleh karena zat tidak larut air umumnya dipengaruhi
oleh fenomena permukaan, maka jika bekerja menggunakan zat ini, sangatlah penting
memperhatikan kemampuan redispersi bahan obat dari sediaan menghasilkan ukuran
partikel yang halus dan luas permukaan yang tinggi. Dengan demikian efek formulasi,
granulasi, dan pencetakan terhadap sifat permukaan dari bahan dan kemampuan
memperbaiki sifat bahan dalam saluran cerna dengan sifat permukaan optimum
merupakan faktor kritis.

b. Zat Aktif Larut Air (Suluble Drugs)


Zat ini cenderung digunakan untuk memberikan efek sistemik dengan terdisolusi dan
terabsorpsi pada usus. Dalam hal obat diharapkan dengan memberikan efek sistemik,
rancangan bentuk sediaan harus cepat terdisintegrasi dan terlarut. Kemampuan ini
dapat menjadi faktor kritis atau tidak, bergantung pada kemampuan terlarutnya di
daerah saluran cerna tempat bahan tersebut diabsorpsi.

Eksipien (Bahan Pembantu)

Eksipien adalah zat yang bersifat inert secara farmakologi yang digunakan sebagai
zat pembantu dalam formulasi tablet untuk memperbaiki sifat zat aktif, membentuk tablet
dan mempermudah teknologi pembuatan tablet. Eksipien harus memiliki kriteria sebagai
berikut :
tidak toksik (memenuhi persyaratan peraturan di setiap negara)
tersedia secara komersial dengan mutu yang dapat diterima oleh semua negara
tempat produk tersebut dikembangkan
harga relatif murah
tidak kontraindikasi dalam suatu golongan populasi, inert secara fisiologis, stabil
secara fisika dan kimia baik tersendiri maupun dalam kombinasi dengan zat aktif
bebas dari kandungan bakteri patogen
kompatibel dengan zat warna dan bahan lainnya
dan tidak membawa pengaruh yang buruk terhadap ketersediaan hayati dari zat
aktif dalam sediaan.

a. Bahan Pengisi

Pengisi adalah zat yang ditambahkan untuk menyesuaikan bobot dan ukuran
tablet jika dosis zat aktif tidak cukup untuk membuat massa tablet, memperbaiki daya
kohesi sehingga tablet dapat dikempa dengan baik, serta mengatasi masalah
kelembaban yang mempengaruhi kestabilan zat aktif. Jumlah bahan pengisi yang
dibutuhkan bervariasi, berkisar 5-80 % dai bobot tablet (tergantung jumlah zat aktif
dan bobot tablet yang diinginkan). Bila bahan aktif berdosis kecil, sifat tablet
(campuran massa yang akan ditablet) secara keseluruhan ditentukan oleh sifat bahan
pengisi.

Massa yang dibutuhkan dalam tablet adalah 0,1-0,8 g, sehingga memungkinkan


untuk dicetak. Pada obat yang berdosis cukup tinggi bahan pengisi tidak diperlukan.
Bhan pengisi juga ditambahkan untuk memperbaiki daya kohesi sehingga dapat
dikempa langsung atau untuk memicu aliran. Yang umum digunakan adalah pati dan
laktosa (Voight, 1995 : 202)
Tabel Macam-macam bahan pengisi tablet
Tidak larut Larut
Kalsium sulfat Laktosa
Kalsium fosfat Sukrosa
Kalsium karbonat Dektrosa
Amilum Mannitol
Modifikasi amilum Sorbitol
Mikrokritalin selulosa

Bahan pengisi yang dapat digunakan untuk kempa langsung disebut filler-
binders. Filler-binders adalah bahan pengisi yang sekaligus memiliki kemampuan
meningkatkan daya alir dan kompaktibilitas massa tablet. Filler-binders digunakan
dalam kempa langsung.

b. Pengikat dan Perekat (Binders and Adhesives)


Pengikat atau perekat berfungsi memberi daya adhesi pada massa serbuk pada
granulasi dan kempa langsung serta untuk menambah daya kohesi yang telah ada pada
bahan pengisi. Bahan pengikat dapat ditambahkan dalam bentuk kering dan bentuk
larutan (lebih efektif). Beberapa senyawa yang dapat digunakan sebagai pengikat atau
perekat antara lain : polimer alam, contohnya amilum, gom (akasia, tragakan),
sorbitol, glukosa, gelatin dan natrium alginat; polimer sintetik, contohnya derivat
selulosa seperti metil selulosa, karboksil metil selulosa (CMC), etil selulosa (Ethocel)
poli metakrilat, polivinil pirolidon (PVP). Salah satu bahan pengikat yang sering
digunakan adalah jenis pati dengan konsentrasi 5%-20%. (Voight, 1995 : 174). Pada
granulasi basah, bahan pengikat biasanya ditambahkan dalam bentuk larutan (dibuat
solution, muchilago atau suspensi), namun dapat juga ditambahkan dalam bentuk
kering, setelah dicampur dengan massa yang akan digranul baru ditambahkan pelarut.

c. Penghancur (Disintegran)
Fungsinya untuk memudahkan pecahnya atau hancurnya tablet ketika kontak
dengan cairan pencernaan. Bahan ini dapat menarik air ke dalam tablet, mengembang,
dan menyebabkan tablet pecah menjadi bagian-bagian. Bahan ini sangat menentukan
kelarutan obat selanjutnya sehingga dapat tercapai bioavailabilitas yang diharapkan.
(Lachman, 1994 : 702). Bahan penghancur meliputi tepung jagung dan kentang,
turunan amilum seperti amylum glikoat, senyawa selulosa, dan bahan-bahan lain yang
memperbesar atau mengembang dengan adanya lembab dan mempunyai efek
memecahkan atau menghancurkan tablet setelah masuk ke dalam saluran pencernaan.
Amilum digunakan dengan konsentrasi 5% umumnya cocok untuk membantu
penghancuran. (Ansel, 1989 : 263)

d. Bahan Pelincir (Lubrikan)


Lubrikan Murni
Lubrikam murni adalah zat yang digunakan untuk mengurangi gesekan antara
granul dengan dinding cetakan selama pengempaan dan pengeluaran tablet. Lubrikan
dapat bekerja dengan dua mekanisme, yaitu fluid lubrication dan boundary lubrication.
Fluid lubrication bekerja dengan memisahkan kedua permukaan granul dan dinding.
Sedangkan boundary lubrication bekerja karena adanya penempelan dari bagian
molekular yang mempunyai rantai karbon panjang. Berdasarkan kelarutannya dalam
air, lubrikan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
- Lubrikan larut air
Lubrikan ini umumnya hanya digunakan jika tablet harus sangat larut air
(misalnya tablet effervesen) dan tergantung dari karakter disolusi yang diinginkan.
Beberapa contoh senyawa yang dapat digolongkan sebagai lubrikan larut air
antara lain : natrium benzoat, natrium asetat, natrium klorida, natrium oleat,
natrium lauril sulfat, magnesium lauril sulfat, asam borat, Karbowax 4000,
Karbowax 6000, polietilenglikol.
- Lubrikan tidak larut air
Lubrikan ini lebih efektif daripada yang larut air dan digunakan pada konsentrasi
yang lebih rrendah. Beberapa contoh senyawa yang dapat digolongkan sebagai
lubrikan tidak larut air antara lain : magnesium stearat, kalsium stearat, natrium
stearat, asam stearat, talk.

Pertimbangan pemilihan lubrikan tergantung pada cara pemakaian, tipe tablet,


sifat disintegrasi dan disolusi yang diinginkan, sifat fisika-kimia serbuk atau granul
dan biaya.

Sebagai bahan pelincir yang sangat menonjol adalah talk karena dapat sekaligus
memenuhi ketiga fungsi yaitu sebagai pelincir, anti lengket dan pelicin. Pada
umumnya talk ditambahkan sebanyak 2% ke dalam granulat siap pakai. (Voight, 1995
: 205).

e. Anti Lengket (Antiadheren)


Antiadheren adalah zat yang digunakan untuk mencegah menempelnya massa
tablet pada punch dan untuk mengurangi penempelan pada dinding cetakan. Bahan ini
sangat diperlukan untuk zat-zat yang mudah menempel, seperti vitamin E. Talk,
magnesium stearat dan amilum jagung merupakan material yang memiliki sifat
antiadheren yang sangat baik.

Tabel Antiadheren yang biasa digunakan


Jenis Antiadheren Konsentrasi (%b/b)
Talk 1-5
Magnesium stearat <1
Amilum jagung 3-10
Colloidal silica 0,1-0,5
DL-Leucine 3-10
Natrium lauril sulfat <1

f. Perbaikan Aliran atau Glidan


Glidants ditambahkan dalam formulais untuk menaikkan atau meningkatkan
fluiditas massa yang akan dikempa, sehingga massa tersebut dapat mengisi die dalam
jumlah yang seragam. Amilum adalah glidan yang paling populer karena disamping
dapat berfungsi sebagai glidan juga sebagai disintegran dengan konsentrasi sampai
10%. Talk lebih baik sebagai glidan dibandingkan amilum, tetapi dapat menurunkan
disintegrasi dan disolusi tablet.

Tablet tipe lubrikan yang biasanya digunakan


Glidants Konsentrasi (%)
Logam stearat <1
Asam stearat 1-5
Talk 1-5
Amilum 1-10
Natrium benzoate 2-5
Natrium klorida 5-20
Natrium dan magnesium 1-3
lauril sulfat
PEG 4000 dan 6000 2-5
g. Pembasah (Surfaktan)
Beberapa zat berkhasiat memiliki sifat hidrofob, yaitu sifat yang susah untuk
dibasahi. Zat berkhasiat yang demikian akan menimbulkan masalah dalam waktu
hancurnya, oleh karena itu diperlukan suatu zat pembasah. Zat pembasah membantu
mempercepat penetrasi cairan ke dalam tablet sehingga dapat terjadi kontak antara
bahan cairan dengan zat penghancur yang lebih cepat.

h. Penyerapan Cairan (Adsorben)


Adsorben adalah zat yang digunakan untuk menyerap sejumlah besar cairan
seperti minyak, ekstrak cair, dan lelehan eutektik yang dapat terinkoporasi dalam
tablet tanpa perubahan zat tersebut menjadi basah. Beberapa contoh zat yang dapat
digolongkan menjadi adsorben antara lain : siloid, aerosol, tanah liat, kaolin,
magnesium silikat, magnesium karbonat, magnesium oksida, amilum.

i. Zat Tambahan (Adjuvant)


Adjuvan adalah zat tambahan dalam formula sediaan obat yang ditambahkan
dalam jumlah kecil untuk maksud pemberian warna, penawar bau, dan rasa.
Contohnya :

Colors dan Pigments


Bahan pewarna tidak mempunyai aktifitas terapeutik, dan tidak dapat
meningkatkan bioavailabilitas atau stabilitas produk, tetapi pewarna ditambahkan
ke dalam sediaan tablet berfungsi untuk menutupi warna obat yang kurang baik,
identifikasi produk, dan untuk membuat suatu produk lebih menarik. akan tetapi
penggunaan pewarna yang tidak tepat akan mempengaruhi mutu produk. Pewarna
yang digunakan haruslah pewarna yang diperbolehkan oleh Undang-undang untuk
digunakan sebagai pewarna untuk sediaan obat. bahan pewarna ada yang larut
dalam air dan ada yang tidak larut dalam air. Pewarna ditambahkan dalam bentuk
larutan atau suspensi dalam granulasi basah, tergantung apakah pewarna tersebut
larut atau tidak. Penggunaan pewarna yang larut kemungkinan dapat terjadi
migrasi zat warna selama proses pengeringan yang dapat mengakibatkan tidak
meratanya warna. Penggunaan pewarna ynag tidak larut dapat mengurangi resiko
interaksi yang kemungkinan terjadi dengan zat aktif dan bahan tambahan lain.
Terhadap tablet yang telah diberi pewarna, sangat penting untuk dilakukan
pengukuran keseragaman warna pengkilapan, serta perubahan warna karena
pengaruh cahaya pada permukaan tablet.
Tabel Jenis pewarna (sintetik yang biasa digunakan)
Pewarna Nama umum
Red 3 Erytrosine
Red 40 Allura red AC
Yellow 5 Tartrazine
Yellow 6 Sunset Yellow
Blue 1 Brilliant Blue

Sweetners dan Flavor


Penambahan pemanis dan pemberi rasa biasanya hanya untuk tablet-tablet
kunyah, hisap, buccal, sublingual, effervesen dan tablet lain yang dimaksudkan
untuk hancur atau larut di mulut.
Tabel beberapa pemanis yang biasa digunakan
Pemanis Alami Pemanis Sintetis atau Buatan
Mannitol Sakarin
Lactosa Siklamat
Sukrosa Aspartame
Dektrosa
PEMBUATAN TABLET.

Tablet dibuat terutama dengan cara kompresi. Sejumlah tertentu dari tablet dibuat dengan
mencetak, secara singkat dapat dikatakan bahwa tablet yang dibuat secara kompresi
menggunakan mesin yang mampu menekan bahan bentuk serbuk atau granul dengan
menggunakan berbagai bentuk punch atau ukuran dan die, alat kompresi tablet merupakan alat
beratt dari berbagai kapasitas dipilih sesuai dengan dasar dari jenis tablet yang akan dibuat serta
produksi rata-rata yang diinginkan. Tablet yang dicetak dibuat dengan tangan atau dengan alat
mesin tangan, dengan cara menekan bahan tablet kedalam cetakan, kemudiaan bahan tablet yang
telah terbentuk dikeluarkan dari cetakan dan dibiarkan sampai kering. Dalam pembuatan tablet
zat berkasiat , zat zat lain ,kecuali zat pelicin dibuat granul(butiran kasar).Karena serbuk yang
halus tidak mengisi cetakan dengan baik.maka dibuat granul agar mudah mengalir(free
flowing)mengisi cetakan agar tablet tidak retak (capping).

Pada umumnya tablet kempa dibuat dengan mengempa massa kempa yang mengalir dari
corong ke kisi pengisi lalu ke lubang kempa menjadi massa kompak dan padat. Tablet dibuat
sesuai bentuk dan ukuran pons dan lubang kempa lalu dikempa menghasilkan massa kompak
dengan bentuk tertentu. Unit tablet dalam satu batch harus mempunyai keseragaman bobot,
keseragaman kandungan, serta kadar zat aktif yang harus memenuhi syarat. Ketentuan lain yang
juga penting dari massa tablet yaitu massa tablet harus homogen dan massa kempa harus
mengalir lancar ke lubang kempa.

Massa kempa adalah massa tablet yang terdiri dari campuran fase dalam dan fase luar
yang telah proses untuk siap dikempa menjadi tablet. Fase dalam adalah massa utama tablet yang
terdiri dari campuran zat aktif dan eksipien yang diproses menjadi granul secara basah atau
kering atau tergantung pembuatan, dapat pula merupakan campuran serbuk zat aktif dan
eksipien. Fase luar adalah campuran beberapa eksipien saja, yaitu penghancur luar, glidan, dan
lubrikan yang ditambahkan ke fase dalam untuk memudahkan pengempaan tablet dan untuk
menunjang mutu tablet yang memenuhi syarat. Massa kempa yang baik memiliki sifat-sifat :
memiliki aliran yang baik agar dapat dengan lancar mengalir dari corong ke lubang
kempa sehingga keseragaman bobot memenuhi syarat
memiliki sifat granulometri (ukuran serba sama) agar pengisian lubang kempa selalu
dalam bobot dan volume yang tepat, cepat dan partikel setelah dikempa menghasilkan
tablet yang kompak
memiliki kompressibilitas yang baik
memiliki kompaktibilitas yang baik
memiliki kandungan zat aktif yang homogen dan serba sama

Granulasi adalah proses pembuatan ikatan partikel-partikel kecil membentuk padatan yang
lebih besar atau agregat permanen melalui penggumpalan massa, sehingga dapat dibuat granul
yang lebih homogen dari segi kadar, ukuran, serta bentuk partikel. Adapun fungsi granulasi
adalah untuk memperbaiki sifat aliran dan kompressibilitas dari massa cetak tablet, memadatkan
bahan-bahan, menyediakan campuran seragam yang tidak memisah, mengendalikan kecepatan
pelepasan zat aktif, serta mengurangi debu. Untuk beberapa zat aktif tertentu, proses granulasi
dapat dilewati jika zat aktif memenuhi syarat untuk langsung dikempa. Metode ini disebut kempa
langsung. Metode ini mengurangi lamanya proses pembuatan tablet melalui proses granulasi,
tapi sering timbul beberapa kendala yang disebabkan sifat zat aktif itu sendiri atau eksipien.

Cara membuat granul ad 2 macam :

1. Cara basah
2. Cara kering atau sering disebutsluging atau pre compresion

PEMBUATAN GRANUL
1. Cara Basah

Zat berkasiat,zat pengisi dan pengkancur dicampur baik baik, lalu dibasahi dengan
larutan bahan pengikat, bila perlu ditambah bahan pewarna. Setelah itu diayak menjadi
granul, dan dikeringkan dalam lemari pengering pada suhu 40 - 50. Setelah kering
diayak lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran yang diperlukan dan ditambahkan
bahan pelican dan pewarna dan dicetak menjadi tablet dalam mesin tablet.

Proses Pembuatan :

1. Penghalusan
Tujuan dari penghalusan adalah untuk memperkecil ukuran partikel zat aktif dan
eksipien. Semakin besar ukuran partikel maka sifat kohesifitas dan adhesifitas
antar partikel semakin besar yang dapat menyebabkan terjadinya pemisahan pada
granul. Tahap ini dapat dilakukan dengan menggunakan bowl hammer, hammer
mill, dan grinder.
2. Pencampuran
Tujuan pencampuran ini adalah untuk mendapatkan distribusi bahan aktif yang
merata dan homogen. Tahap ini dapat dilakukan dengan menggunakan alat
planetary mixer, twin-shell, dan blender.
3. Penambahan dan Pencampuran Larutan Pengikat
Penambahan larutan pengikat akan membentuk massa basah sehingga
membutuhkan alat yang dapat meremas dengan kuat seperti sigma blade mixer dan
planetary mixer.
4. Pengayakan
Massa basah dibuat menjadi granul dengan melewatkannya pada ayakan berukuran
6-12 mesh yang disebut oscilating granulator atau fitzmill.
5. Pengeringan
Pengeringan bertujuan untuk menghilangkan pembasah yang digunakan. Granul
kemudian dikeringkan dalam oven.
6. Pengayakan
Ukuran granul diperkecil dengan cara melewatkan pada ayakan dengan porositas
yang lebih kecil dari yang sebelumnya.
7. Penambahan Penghancur dan Lubrikan
Proses selanjutnya yaitu proses pencampuran granul-granul dengan penghancur
dan lubrikan menggunakan twin-shell blender atau mixer lainnya.
8. Pengempaan Tablet
Proses terakhir dari metode granulasi basah adalah pengempaan massa cetak
berupa granul menjadi tablet.
2. Cara kering
Zat berkasiat,zat pengisi,zat penghancur ,bila perlu zat pengikat dan pelicin dicampur dan
dibuat dengan cara kempa cetak menjadi tablet yang besar (slugging),setelah itu tablet
yang terjadi dipecah menjadi granul lalu diayak,akhirnya dikempa cetak menjadi teblet
yang dikehendaki dengan mesin tablet.
Metode ini dapat dilakukan dengan menggunakan :
Mesin Slug
Massa serbuk ditekan pada tekanan tinggi sehingga menjadi tablet besar yang tidak
berbentuk, kemudian digiling dan diayak hingga diperoleh granul dengan ukuran
partikel yang diinginkan.
Mesin Rol
Massa serbuk diletakkan diantara mesin rol yang dijalankan secara hidrolik untuk
menghasilkan massa rata yang tipis, lalu diayak atau digiling hingga diperoleh granul
dengan ukuran yang diinginkan.

Proses Pembuatan :
1. Penghalusan
Tujuan dari penghalusan adalah untuk memperkecil ukuran partikel zat aktif dan
eksipien. Semakin besar ukuran partikel maka sifat kohesifitas dan adhesifitas
antar partikel semakin besar yang dapat menyebabkan terjadinya pemisahan pada
granul. Tahap ini dapat dilakukan dengan menggunakan bowl hammer, hammer
mill, dan grinder.
2. Pencampuran
Tujuan pencampuran ini adalah untuk mendapatkan distribusi bahan aktif yang
merata dan homogen. Tahap ini dapat dilakukan dengan menggunakan alat
planetary mixer, twin-shell, dan blender.
3. Slugging
Campuran serbuk ditekan ke dalam cetakan yang besar dan dikompakkan dengan
punch berpermukaan datar, massa yang diperoleh disebut slug.
4. Penghancuran
Setelah melalui proses slugging, tablet langsung dihancurkan untuk selanjutnya
dilekukan pengayakan.
5. Pengayakan
Massa tablet dibuat menjadi granul dengan melewatkannya pada ayakan berukuran
6-12 mesh yang disebut oscilating granulator atau fitzmill.
6. Penambahan Penghancur dan Lubrikan
Proses selanjutnya yaitu proses pencampuran granul-granul dengan penghancur
dan lubrikan menggunakan twin-shell blender atau mixer lainnya.
7. Pengempaan Tablet
Proses terakhir dari metode granulasi basah adalah pengempaan massa cetak
berupa granul menjadi tablet.

KEMPA LANGSUNG

Kempa langsung adalah pembuatan tablet tanpa adanya proses granulasi yang
memerlukan eksipien yang cocok sehingga dapat memungkinkan untuk dikempa secara
langsung. Kempa langsung dapat menghindari banyak masalah yang timbul pada granulasi
basah maupun kering. Walaupun demikian perubahan sifat fisik bahan pengisi dapat
merubah sifat alir sehingga tidak sesuai untuk dikempa secara langsung. Metode ini
digunakan untuk zat aktif yang mempunyai sifat aliran dan kompressibilitas baik. Selain itu
kempa langsung dapat dilakukan untuk zat aktif yang tidak mungkin dilakukan dengan
metode granulasi basah (tidak tahan lembab dan panas) dan granulasi kering (yang
melibatkan kompresi tinggi).
Proses Pembuatan :
1. Penghalusan
Tujuan dari penghalusan adalah untuk memperkecil ukuran partikel zat aktif dan
eksipien. Semakin besar ukuran partikel maka sifat kohesifitas dan adhesifitas
antar partikel semakin besar yang dapat menyebabkan terjadinya pemisahan pada
granul. Tahap ini dapat dilakukan dengan menggunakan bowl hammer, hammer
mill, dan grinder.
2. Pencampuran
Tujuan pencampuran ini adalah untuk mendapatkan distribusi bahan aktif yang
merata dan homogen. Tahap ini dapat dilakukan dengan menggunakan alat
planetary mixer, twin-shell, dan blender.
3. Pengempaan Tablet
Proses terakhir dari metode granulasi basah adalah pengempaan massa cetak
berupa granul menjadi tablet.

KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN METODE TABLET

a) Granulasi Basah
Keuntungan pembuatan menggunakan metode granulasi basah :
dapat meningkatkan kohesifitas dan kompressibilitas serbuk dengan penambahan
bahan pengikat
dapat digunakan untuk zat aktif dosis besar yang sulit mengalir dan sulit
dikompressi
distribusi dan keseragaman kandungan baik bagi zat aktif yang mudah larut dan
dosis kecil
zat warna dapat lebih homogen karena terlebih dahulu dilarutkan dalam cairan
pengikat
serbuk dapat ditangani tanpa menghasilkan kontaminasi udara (debu dari serbuk)
Kerugian pembuatan menggunakan metode granulasi basah :
membutuhkan tempat yang luas, biaya yang tinggi, alat dan waktu yang banyak
memungkinkan terjadinya kehilangan bahan selama pemindahan ke proses
lainnya
tidak dapat digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan lembab

b) Granulasi Kering
Keuntungan pembuatan menggunakan metode granulasi kering :
memerlukan tahap proses yang lebih sedikit dibandingkan metode granulasi basah
waktu hancur lebih cepat karena tidak diperlukannya larutan pengikat
tidak memerlukan pengeringan sehingga tidak terlalu lama pengerjaannya
dapat digunakan untuk zat aktif dosis besar yang peka terhadap panas dan lembab

Kerugian pembuatan menggunakan metode granulasi kering :


perlu mesin khusus untuk membuat slug
tidak dapat mendistribusikan warna dengan homogen
tidak dapat digunakan untuk zat aktif yang tidak larut
keseragaman kandungan lebih sulit dicapai

KEMPA LANGSUNG

Keuntungan pembuatan menggunakan metode kempa langsung :


kempa langsung merupakan tahap produksi tablet yang paling singkat
keperluan akan alat, ruangan, dan waktu lebih sedikit
dapat meningkatkan disintegrasi zat aktif karena tablet langsung mengalami
disintegrasi menjadi tablet
Kerugian pembuatan menggunakan metode kempa langsung :
harga eksipien yang dibutuhkan cukup mahal karena dibutuhkan eksipien yang
memiliki aliran, kompressibilitas, serta ikatan antar partikel yang baik
eksipien dan zat aktif harus memiliki ukuran partikel yang mirip agar tablet yang
dihasilkan mempunyai keseragaman kandungan yang baik.

MASALAH MASALAH DALAM PEMBUATAN TABLET

Beberapa permasalahan dalam pembuatan tablet adalah sebagai berikut :


(Lachman 1994 : 673-680) :

1. Capping
Caping adalah pemisahan sebagian atau keseluruhan bagian atas atau bagian bawah
tablet dari badan tablet. Umumnya disebabkan oleh adanya udara yang terjadi dalam
ruang die dan penyebab lain yaitu kelebihan granul, over lubrikasi atau kurang
rubrikan.

2. Laminasi
Laminasi adalah pemisahan tablet menjadi 2 bagian atau lebih. Umumnya keretakan
atau pecahnya tablet terjadi segera setelah kompresi atau beberapa jam atau hari
kemudian.

3. Chipping
Chipping adalah keadaan pada bagian bawah tablet terpotong yang disebabkan oleh
ujung punch bawah tidak rata dengan permukaan atas die.

4. Cracking
Cracking adalah keadaan tablet pecah, lebih sering di bagian atas tengah. Cracking
merupakan akibat lanjut dari permukaan atas die.

5. Picking
Picking adalah perpindahan bahan dari permukaan tablet dan menempel pada
permukaan punch yang disebabkan pengeringan granul belum cukup, jumlah glidan
kurang atau yang dikompresi adalah bahan berminyak/lengket.

6. Sticking
Sticking adalah keadaan granul menempel pada dinding die. Penyebabanya yaitu
punch kurang bersih, tablet dikompresi pada kelembapan tinggi.

7. Mottling
Mottling adalah keadaan distribusi zat warna pada permukaan tablet tidak merata.

8. Binding
Binding adalah lubrikasi yang tidak memadai.

EVALUASI SEDIAAN GRANUL

Uji Waktu Alir

Uji ini dilakukan dengan metode corong. Adapun caranya adalah sebagai perikut yaitu
ditimbang 100g granul yang sudah terbentuk, kemudian dimasukkan kedalam corong dengan
ukuran tertentu yang bagian bawahnya tertutup. Alat dijalankan, kemuian dicata waktu yang
diperlukan seluruh granul untuk melalui corong tersebut dengan menggunakan stopwatch. Waktu
alir granul yang baik adalah jika waktu yang diperlukan kurang lebih atau sama dengan 10 detik
untuk 100 gram granul. Dengan demikian kecepatan alir yang baik adalah lebh besar dari 100
gram/detik.

Persen Kompressibilitas
Pengukuran lain dari sebuk yang bebas mengalir adalah kompresibilitas yang dihitung
dari kerapatan granul, yaitu dengan memasukkan sejumlah tertentu granul kedalam gelas ukur.
Volume awal dicatat, kemudian diketuk-ketuk sampai tidak terjadi pengurangan volume.
Selanjutnya dihitung persen kompressibilitasnya. (Lachman, 1994:682-683)


Kompresibilitas = x 100 %

Vo = Volume awal granul

Vi = Volume granul setelah diketukkan

Tabel 2.1 Kompressibilitas dan daya alir. (Lachman, 1989: 400)

% Kompressibilitas Daya Alir


5-15 Baik sekali

12-16 Baik

18-21 Sedang- dapat lewat

23-35 buruk

33-38 sangat buruk

>40 sangat buruk sekali

EVALUASI SEDIAAN TABLET

Uji waktu hancur


Uji waktu hancur dilakukan pada 6 tablet dan menggunakan disintegratin tester
(disentegrator). Uji waktu hancur sesuai dengan persyaratan FI adalah kecuali
dinyatakan lain, semua tablet harus tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak
bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet salut gula/salut selaput.
Apabila, tablet/2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet
lainnya, tidak kurang 16 dari 18 yang diuji harus hancur sempurna (Indonesia,
1995, 1087)

Prosedur kerja uji waktu hancur (Indonesia, 1976:6)

1. Dimasukkan satu tablet pada masing-masing tabung dari keranjang, lalu masukkan
satu cakram pada tiap tabung dan alat dijalankan menggunakan air bersuhu 370 20C
sebagai media kecuali dinyatakan lain dalam monografi.
2. Pada akhir batas waktu yang tertera pada monografi, keranjang diangkat

Uji keseragaman bobot


Uji keseragaman bobot dilakukan dengan menimbang 20 tablet satu persatu dan
dihitung bobot rata-ratanya. Hasilnya, tidak lebih dari dua tablet yang mempunyai
penyiampangan lebih besar dari kolom A dan tidak boleh ada satu tablet pun yang
mempunyai penyimpangan bobot lebih besar dari kolom B. (Indonesia, 1979:6)

Tabel persyaratan penyimpangan bobot tablet.

Bobot rata-rata Penyimpangan bobot rata-rata


A B
25 mg atau kurang 15% 30%
26 mg-150 mg 10% 20%
151 mg-300 mg 7,5% 15%
Lebih dari 300 mg 5% 10%

Uji keseragaman ukuran


Ketebalan berhubungan dengan kekerasan tablet. Selam percetakan, perubahan
ketebalan merupakn indikasi adanya masalah pada aliran massa cetak atau pada pengisian
granul ke dalam die. Alat yang digunakan pada uji keseragaman ukuran adalah jangka
sorong.

Prosedur kerja uji keseragaman ukuran adalah sebagai berikut (Indonesia, 1976:6)
1. Diambil 10 tablet
2. Tablet yang baik mempunyai diameter tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari
11/3 tebal tablet.

Uji kekerasan
Kekerasan menggambarkan kekuatan tablet untuk menahan tekanan pada saat proses
produksi, pengemasan, dan pengangkutan. Prinsip pengukurannya adalah memberikan
tekanan pada tablet sampai tablet retak atau pecah, kekuatan minimum untuk tablet
adalah sebesar 4 kg/cm3. Alat yang digunakan pada uji kekerasan adalah hardness tester.
(Ansel, 1989:255)

Prosedur kerja uji kekerasan :


1. Tablet diletakkan diantara pegas penekan, kemudian alat dihidupkan.
2. Jarum petunjuk tekanan akan bergerak sesuai tekanan yang diberikan pada tablet.
3. Saat tablet retak atau pecah, jarum akan berhenti pada suatu angka sebagai penunjuk
kekerasan tablet yang dinyatakan dalam satuan kilogram.

Uji kerapuhan
Uji kerapuhan merupakan uji ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan yang
dialami oleh tablet sewaktu pengemasan, pengiriman, dan penyimpanan. Prinsip
pengukurannya adalah penetapan presentase bobot tablet yang hilang dari 20 atau
40 tablet selama diputar dalam waktu tertentu. Alat yang digunakan pada uji
kerapuhan adalah friablator test (Lachman, 1994:654)

Prosedur kerja uji kerapuhan :


1. Tablet dibersihkan dari debu dengan cara memakai kuas kecil
2. Ditimbang bobot 20 tablet (tablet besar) atau 40 tablet (tablet kecil) = Wo
3. Tablet dimasukkan ke dalam alat, kemudian alat dijalankan selama 4 menit
dengan kecepatan 25 rpm
4. Tablet dikeluarkan lalu dibersihkan dari debu dengan memakai kuas kecil
5. Ditimbang bobot tablet = Wf
6. Indeks kerapuhan dihitung dengan memakai rumus :
F = Wo Wf x 100%
Wo
Ket : F = indeks kerapuhan
Wo= bobot awal
Wf= bobot akhir

1.2 MONOGRAFI KALSIUM LACTAT / Ca. LACTAT

CH3CHCOO Ca.xH2O

OH Kalsium laktat (1,2) hidrat

C6H10CaO6

Pentahidrat BM. 308.30

Anhidrat BM. 218.22

Mengandung 98,0 % - 101,0 % C6H10CaO6 dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.

Pemerian : Serbuk atau granul putih, praktis tidak berbau, bentuk pentahidrat sedikit mekar
pada suhu 120oC menjadi bentuk anhidrat.

Kelarutan : Ca-laktat pentahidrat larut dalam aor, praktis tidak larut dalam etanol (FI IV
1995. hal 164).
Tablet Kalsium Laktat mengandung kalsium laktat C6H10CaO6 . 5H2O tidak kurang dari 94,0
% dan tidak lebih dari 106,0 % dri jumlah yang tertera pada etiket.

Penetapan Kadar Calcii Laktat menurut FI edisi IV 1995

Timbang dan serbukkan tidak kurang 20 tablet. Timbang seksama sejumlah serbuk setara
dengan 350 mg Ca-Laktat masukkan ke dalam erlenmeyer tambahkan 150 ml air dan 2 ml
HCl 3N aduk menggunakan pengaduk stirrer selama 3-5. Sambil di aduk tambahkan 30
ml Na-EDTA 0,05 M melalui buret 50,0 ml tambahkan 15 ml NaOH 1N dan 300 mg
indicator biru hidroksinaftol lanjutkan titrasi hingga TAT warna biru.

1 ml Na-EDTA 0,01 M ~ 30,84 mg C6H10C4O6.5H2O

Uji Disolusi tablet Ca-lactat FI edisi IV 1995

Media disolusi : 500 ml air


Alat type : 100 rpm

Waktu : 45 menit

Prosedur : lakukan penetapan jumblah C6H10CaO6 . 5H2O yang terlarut seperti


yang tertera pada penetapan kadar.

Toleransi : dalam waktu 45 menit tidak kurang dari 75 % C6H10CaO6 . 5H2O dari
jumblha yang tertera pada etiket.
II. Bahan terpilih dan alasan pemilihan bahan :

Ca-lactat : sebagai bahan aktif

Lactosa : mudah didapat dan murah, sifatnya hampir sama dengan bahan aktif

Gom arab : zat pengikat, sifatnya hampir sama dengan bahan aktif

Talk : Bahan plicin, murah dan mudah didapat

Pati : Mudah didapat dan multi fungsi

III. Rancangan Formulasi

Calcii Lactis Compressi Tablet calcium laktat

Komposisi :

Tiap tablet mengandung

Calcii laktat 500 mg

Zat tambahan yang cocok secukupnya

Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik

Dosis : 3 x sehari ; 2 - 4 tablet


IV. Rancangan Formulasi per tablet : 1 tablet = 650 mg

R/ Calcii lactas

Aerosil

Amilum Manihot

Mg. Stearat

Lactosa

Brilliant Blue

Pembuatan :

1. PEMBUATAN MUCILAGO AEROSIL


a. Siapkan lumpang yang berisi air panas sebanyak ml.
b. Taburkan Aerosil sebanyak 15 g kedalam lumpang tersebut.
c. Biarkan sedikit mengembang, aduk hingga homogen dan membentuk mucilago. (M1)
2. PENCAMPURAN BAHAN AKTIF DAN BAHAN TAMBAHAN
a. Masukkan sebagian Ca. Laktat sebanyak 120 g kedalam lumpang yang berbeda. (M2)
b. Tambahkan Amilum Manihot sebanyak 15 g kedalam lumpang berbeda.
c. Tambahkan Mg. Stearat sebanyak 9 g.
d. Tambahkan Laktosa sebanyak 15 g.
e. Masukkan sisa Ca. Laktat sebanyak 120 g.
Aduk perlahan hingga homogen.
3. PENCAMPURAN BAHAN DENGAN MUCILAGO
a. Cuci tangan hingga bersih atau gunakan handgloves.
b. Tuangkan sedikit demi sedikit mucilago aerosil (M1) kedalam lumpang berisi bahan
padat (M2).
c. Aduk campuran tersebut secara manual (dengan tangan). Aduk sambil ditekan hingga
massa padat menggumpal, homogen dan gembur.
4. PROSES PENGAYAKAN
a. Siapkan alat pengayak.
b. Lewatkan massa liat dan gembur melalui ayakan
c. Tampung massa liat dan gembur yang melewati ayakan dalam wadah untuk
pengeringan.
Ulangi hingga tidak terdapat gumpalan.
5. PROSES PENGERINGAN GRANUL BASAH
a. Nyalakan alat pengering.
b. Siapkan bahan yang telah diayak.
c. Masukkan kedalam alat pengering.
d. Letakkan massa basah di dalam lemari pengering pada suhu C
Selama menit. Dari jam s/d jam 16.15.

Anda mungkin juga menyukai