Isi Sepsis
Isi Sepsis
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.3 Etiologi
Bakteri ini secara normal hidup di vagina dan rektum tanpa menimbulkan
bahaya (misal, beberapa jenis Stretopcoccus dan Staphylococcus, E. Coli,
Clostridium welchii). Bahkan jika teknik steril sudah digunakan untuk persalinan,
infeksi masih dapat terjadi akibat bakteri endogen.
4
Bakteri ini masuk ke dalam uterus melalui jari pemeriksa atau melalui
instrumen pemeriksaan pelvic
Bakteri terdapat dalam jaringan yang memar, robek/laserasi, atau jaringan
yang mati (misalnya setelah persalinan traumatik atau setelah persalinan
macet)
Bakteri masuk sampai ke dalam uterus jika terjadi pecah ketuban yang
lama.
Melalui tangan yang tidak bersih dan instrumen yang tidak steril
Melalui substansi/benda asing yang masuk ke dalam vagina (misal,
ramuan / jamu, minyak, kain)
Melalui aktivitas seksual.
Infeksi bisa berasal dari sumber endoge, eksogen, sebab obstetri maupun
non obstetri, serta penularan nosokomial.
Obstetri
5
Khorioamnionitis
Post partum endometritis
Abortus provokatus
Luka seksio caesaria
Necrotizing fasciitis
Luka episiotomi dan perlukaan jalan lahir
Pelvic thrombopeblitis
Partus lama dan partus kasep
Non-Obstetri
Appendicitis
Kholesistitis
Infeksi saluran kemih/pielonefritis
Pneumonia
HIV
Malaria
Prosedur Invasif
Pengikatan serviks/cerclage
Abortus provokatus kriminalis
Infeksi post CVS/amniotomi
Lain-lain
2.5 Patogenesis
Pada bakteri gram positif, komponen dinding sel bakteri yang ada
merupakan induktor sitokin yang terdiri dari lipotheicoic acid (LTA) dan
peptidoglikan (PG). pada sepsis terjadi pelepasan dan aktivasi mediator inflamasi
yang berlebihan. Mediator inflamasi ini mencakup sitokin yang bekerja lokal
maupun sistemik, aktivasi neutrofil, monosit, makrofag, sel endotel, trombosit dan
sel lainnya. Terjadi aktivasi kaskade protein plasma seperti komplemen, sistem
koagulasi dan fibrinolisis, pelepasan proteinase dan mediator lipid, oksigen dan
nitrogen radikal. Selain mediator yang bersifat proinflamasi, dilepaskan juga
mediator yang bersifat antiinflamasi.
7
IL-1 dan TNF- juga dapat merangsang proses koagulasi melalui berbagai
jalur. Sitokin tersebut dapat merangsang endotel dan monosit untuk
mengekspresikan tissue factor, yang merupakan tahap pertama jalur ekstrinsik
kaskade koagulasi. Tissue factor ini kemudian akan menghasilkan trombin, dan
selanjutnya trombin dapat menyebabkan fibrin clot di dalam mikrovaskuler.
dapat meningkat pula. Air ketuban biasanya keruh dan berbau. Pada
infeksi intrapartum, kuman-kuman memasuki dinding uterus pada waktu
persalinan, dan dengan melewati amnion dapat menimbulkan infeksi pula
pada janin. Prognosis infeksi intrapartum sangat bergantung pada jenis
kuman, lamanya infeksi berlangsung, dan dapat tidaknya persalinan
berlangsung tanpa banyak perlukaan jalan lahir.
Bila sepsis ini berkembang serta menimbulkan disfungsi organ, disebut sepsis
berat dan bila ada komplikasi hipotensi yang tidak membaik setelah resusitasi
volume cairan intravaskuler maka akan jatuh kedalam septik syok yang berakibat
fatal. Definisi gradasi sepsis yang dipakai sampai saat ini adalah sesuai dengan
konsensus dari American Of Chest Physicians and the Society of Critical Care
Medicine (ACCP/SCCM) tahun 1994 sebagai berikut:
1. Infeksi:
11
2.8 Diagnosis
Kriteria diagnosis:
a. Klinis:
- Temperatur >38 C
- Denyut jantung >90/menit
- Nyeri perut/nyeri tekan perut bagian bawah
- Subinvolusi rahim
b. Inspekulo:
Lokhia berwarna kuning kecoklatan dan berbau
12
c. Periksa dalam:
Uterus dan parametrium nyeri pada perabaan
Berdasarkan hal itu bisa dikategorikan adanya infeksi, bakteremia, sepsis, sepsis
berat, syok septik sampai MODS atau MOF. Kuman penyebab dapat
diidentifikasi dari pemeriksaan laboratorium lengkap yang meliputi pemeriksaan
darah, urin, dan kultur dari berbagai cairan tubuh dan amniosentesis bila dicurigai
adanya infeksi intra uterin. Hasil kultur darah yang positif menguatkan adanya
infeksi yang serius. Karena keterbatasan teknik kultur, hanya 30% kuman
penyebab dapat dikenali disamping secara klinis infeksi bisa masih terbatas lokal
dan belum menstimulasi reaksi sistemik. Pemeriksaan kultur darah dilakukan
sesegera mungkin begitu muncul gejala panas. Pemeriksaan rutin Candida tidak
dianjurkan.
melalui biakan dan uji kepekaan memerlukan waktu 24-48 jam, tetapi apusan
dengan pewarnaan harus segera diperoleh untuk membuat diagnosis awal.
2.11 Penatalaksanaan
b. Berikan diet cair jernih selama paling sedikit beberapa hari jika tidak ada
ileus
c. Berikan cairan IV untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan
elektrolit yang tepat. Oksitosin yang diencerkan dalam larutan infus akan
mempertahankan kontraksi uterus.
d. Berikan analgetika, obat-obat sedatif-hipnotik, atau laksatif sesuai
kebutuhan.
2.12 Pencegahan
Koitus pada ibu hamil tua perlu dipertimbangkan untung ruginya karena
dapat mengakibatkan timbulnya infeksi dan pecahnya selaput ketuban.
Proses persalinan dan tindakan yang dilakukan pada saat itu sangat
berpengaruh terhadap terjadinya infeksi nifas. Oleh karena itu pencegahan infeksi
selama persalinan merupakan langkah yang sangat penting dalam mencegah
timbulnya infeksi nifas.
2.13 Prognosis
BAB 3
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA