Hemorragic Post Partum
Hemorragic Post Partum
PENDAHULUAN
Latar belakang
1
kurang dari 10 persen sampai hampir 60 persen. Negara yang berkembang
memiliki angka kematian ibu 25% kematian ibu itu disebabkan oleh Perdarahan
Post Partum. Terhitung lebih dari 100.000 kematian maternal pertahun. Menurut
bulletin american collage of obstetrician and gynecologists menempatkan
perkiraan 140.000 kematian ibu pertahun.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
3
sekunder biasanya terjadi antara hari ke 5 sampai ke hari ke 15, biasanya karena
sisa plasenta. Perdarahan sisa plasenta adalah perdarahan yang terjadi akibat
tertinggalnya kotiledon dan selaput kulit ketuban yang menggangu kontraksi
uterus dalam menjepit pembuluh darah dalam uterus sehingga mengakibatkan
perdarahan.
B. Etiologi
4
ultrasonografi adanya massa uterus yang echogenik mendukung diagnosa retensio
sisa plasenta dan perdarahan ini selalu berlaku beberapa jam setelah persalinan
ataupun pada perdarahan postpartum sekunder. Plasenta yang belum lepas dari
dinding uterus disebabkan kontraksi uterus yang kurang kuat untuk melepaskan
plasenta dikenali sebagai plasenta adhesiva sedangkan plasenta yang melekat erat
pada dinding uterus oleh sebab vilis korialis menembus desidua sampai
miometrium sampai dibawah peritoneum diketahui sebagai plasenta akreta
perkreta. Bila plasenta sudah lepas dari dinding uterus tetapi belum keluar
disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah
penanganan kala III yang menganggu kontraksi uterus sehingga terjadi lingkaran
konstriksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi keluarnya plasenta
dikenali sebagai inkarserasio plasenta.
Jika pendarahan terjadi meskipun rahim baik kontraksi dan kurangnya
jaringan ditahan, maka trauma pada jalan lahir atau trauma genital dicurigai. Pada
trauma atau laserasi jalan lahir bisa terjadi robekan perineum, vagina serviks,
forniks dan rahim. Keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan yang banyak
apabila tidak segera diatasi. Laserasi jalan lahir biasanya terjadi karena persalinan
secara operasi termasuk seksio sesaria, episiotomi, pimpinan persalinan yang
salah dalam kala uri, persalinan pervaginam dengan bayi besar, dan terminasi
kehamilan dengan vacuum atau forcep dengan cara yang tidak benar. Keadaan ini
juga bisa terjadi secara spontan akibat ruptur uterus, inversi uterus, perlukaan
jalan lahir, dan vaginal hematom. Laserasi pembuluh darah dibawah mukosa
vagina dan vulva akan menyebabkan hematom. Perdarahan akan tersamarkan dan
dapat menjadi berbahaya karena tidak akan terdeteksi selama beberapa jam dan
bisa menyebabkan terjadinya syok. Hematoma biasanya terdapat pada daerah-
daerah yang mengalami laserasi atau pada daerah jahitan perineum. Episiotomi
dapat menyebabkan perdarahan yang berlebihan jika mengenai arteri atau vena
yang besar, episitomi luas, ada penundaan antara episitomi dan persalinan, atau
ada penundaan antara persalinan dan perbaikan episitomi.
5
keturunan ataupun didapat. Kelainan pembekuan darah bisa berupa
hipofibrinogenemia, trombocitopenia, thrombocytopenic purpura idiopatik,
sindroma HELLP yang adanya hemolisis, enzim hati yang meningkat serta kadar
trombosit yang rendah, disseminated intravaskuler coagulation (DIC), dan
dilutional coagulopathy yang bisa terjadi pada transfusi darah lebih dari 8 unit
karena darah donor biasanya tidak segar sehingga komponen fibrin dan trombosit
sudah rusak. Perdarahan postpartum juga bisa sebagai akibat kegagalan koagulasi
seperti eklampsia berat, perdarahan antepartum, cairan ketuban embolus, kematian
janin intrauterine atau sepsis.
6
C. Gejala klinis
7
D. Diagnosis dan Pemeriksaan
Pada setiap perdarahan postpartum harus dicari apa penyebabnya. Untuk
menentukan etiologi dari perdarahan postpartum diperlukan pemeriksaan lengkap
yang meliputi anamnesis, pemeriksaan umum, pemeriksaan abdomen dan
pemeriksaan dalam. Kadang-kadang perdarahan yang terjadi tidak keluar dari
vagina, tetapi menumpuk di vagina dan di dalam uterus. Keadaan ini biasanya
diketahui karena adanya kenaikan fundus uteri setelah uri keluar. Tinggi fundus
8
uteri yang normal harusnya berada pada atau di bawah umbilikus. Tinggi fundus
uteri dapat dipastikan dengan melakukan palpasi abdomen.
9
E. Pencegahan
Tindakan pencegahan tidak saja dilakukan sewaktu bersalin, namun sudah
dimulai sejak ibu hamil dengan melakukan antenatal care yang baik. Ibu-ibu yang
mempunyai perdisposisi atau riwayat perdarahan postpartum sangat dianjurkan
untuk bersalin di rumah sakit. WHO merekomendasikan manajemen aktif kala III
persalinan (AMTSL) dengan uterotonik seperti obat ergometrine, oksitosin, dan
prostaglandin yang menyebabkan rahim berkontraksi dengan lebih baik untuk
mencegah dan, atau menghentikan perdarahan yang berlebihan.
Berikan oksitosin 10 unit secara IM setelah bayi lahir dan 0,2 unit
ergometrin setelah plasenta lahir. Obat pilihan utama adalah oksitosin kerena
sangat efektif, memiliki profil keamanan yang sangat baik, dan bebas dari efek
samping yang berhubungan dengan ergometrine. Jangan memijat dan mendorong
uterus ke bawah sebelum plasenta lepas. Periksa kelengkapan kotiledon atau
selaput ketika plasenta telah lahir. Periksa apakah ada yang tertinggal di dalam
cavum uteri.
AMTSL dapat mencegah sekitar 60% dari atonia uterus dan merupakan
bukti intervensi berbasis biaya layak dan rendah. Namun penggunaan oksitosin
terbatas karena kurangnya profesional kesehatan untuk mengelola suntik. Oleh
itu, faktor resiko perdarahan postpartum harus diidentifikasi dan persiapan
sebelum hamil dilakukan. Namun perdarahan yang signifikan mengancam jiwa
dapat terjadi pada tidak adanya faktor risiko dan tanpa peringatan. Semua perawat
dan fasilitas yang terlibat dalam perawatan ibu harus memiliki rencana yang jelas
untuk pencegahan dan pengelolaan perdarahan postpartum. Ini termasuk
keterampilan resusitasi dan keakraban dengan semua terapi medis dan bedah
tersedia.
F. Penatalaksanaan
10
Perdarahan yang terjadi karena atonia uteri, maka tindakan yang dilakukan
adalah:
- Sikap trendelenberg, pasang venous line, dan pemberian oksigen
- Rangsang kontraksi uterus dengan pemberian oksitocin dan turunan ergot
melalui suntikan secara IM. IV, atau SC,
- Bila perangsangan kontraksi uterus gagal, maka dipersiapkan untuk
dilakukan tindakan operatif laparotomi dengan pilihan bedah konservatif
(mempertahankan uterus) atau melakukan histerektomi. Alternatifnya
beruba ligasi arteri uterina atau arteri ovarika, operasi ransel B Lynch,
histerektomi supravaginal, dan histerektomi total abdominal.
Perdarahan karena ruptur uteri dapat diduga pada persalinan macet atau kasep
atau uterus dengan lokus minoris resistensia dan adanya atonia uteri dan tanda
cairan bebas intraabdominal. Semua perdarahan yang terbuka harus diklem,
diikat, dan ditutup dengan jahitan cat-gut lapis demi lapis sampai perdarahan
berhenti.
Sisa plasenta bisa diduga bila kara uri berlangsung tidak lancar atau setelah
melakukan plasenta manual atau menemukan adanya kotiledon yang tidak
lengkap pada saat melakukan pemeriksaan plasenta dan masih ada perdarahan dari
ostium uteri eksternum pada saat kontraksi rahim sudah baik dan robekan jalan
lahir sudah terjahit. Untuk itu harus dilakukan eksplorasi ke dalam rahim dengan
cara manual/digital atau kuret dan pemberian uterotonika. Anemia yang
ditimbulkan setelah perdarahan dapat diberi transfusi darah.
G. Komplikasi
a. Infeksi
b. Syok
c. Kematian
H. Prognosis
11
BAB III
LAPORAN KASUS
I. Identitas
Nama : Ny. H
Usia : 21 tahun
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Alamat : Gaung
Masuk RS : 31 Desember 2016 pukul
No RM : 005066
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
II. Anamnesis
12
Seorang pasien wanita usia 21 tahun datang ke ponek RSUD Solok pada
pukul 20:30 WIB
Keluhan Utama
Keluar darah dari kemaluan sejak 1 jam yang lalu sebelum masuk rumah
sakit
Riwayat Pernikahan
Pasien menikah 1 kali pada tahun 2015
Riwayat Kehamilan
13
ANC setiap bulan ke dokter
Imuninasi TT 2 kali
Riwayat Menstruasi
Menarche pada usia 12 tahun
Siklus : Menstruasi teratur, siklus 28 hari
Lamanya : 5 hari
Banyaknya : 2-3 kali ganti pembalut dalam 1 hari
Nyeri saat haid : (-)
Thoraks
14
Pulmo
Inspeksi : bentuk dada normal, simetris, pulsasi abnormal
(-) gerak pernapasan simetris
Palpasi : gerak pernapasan simetris, fremitus vokal simetris
Perkusi : sonor di semua lapangan paru
Auskultasi : suara napas vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Cor
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba
Perkusi : redup
Auskultasi : reguler, murmur dan gallop tidak ada
2. Status Ginekologi
Abdomen
Inspeksi : perut tidak membuncit
Palpasi : TFU tidak teraba
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : tidak dilakukan
Genital
V/U : tenang
PPV : (+)
Eksplorasi : Tampak Stolsel
V. Diagnosa:
Late HPP e.c rest plasenta pada P1A0H1 post partus maturus spontan di
dalam NH16
15
Nafas : 20x/i guyur 1 kolf
Suhu : 36,50 C Kiri : RL drip
Mata : Konjungtiva anemis (-/-)
Oxitosin:posparqin
Abdomen : TFU tidak teraba
1:1
Genital : PPV (+)
- DC jalan lancar
Ekstremitas : akral hangat
- Gastrul tab 2 PO
Urine : urine 200 cc
- kateter
(dibuang)
- Eksplorasi :
A/ Late HPP e.c Rest plasenta pada
tampak stolsel
P1A0H1 post partus maturus
spontan di dalam NH16 R/ USG 3 januari
2017, jika sisa
plasenta (+)
Curratage
21:15 S/ Pasien lemas p/- Skin test
O/ TD : 110/70 mmHg Ceftriaxon
Nadi : 70x/i (tidak alergi)
Nafas : 20x/i - RL 20 tmp
Suhu : 36,50 C
Mata : Konjungtiva anemis (-/-)
Abdomen : TFU tidak teraba
Genital : PPV (+)
Ekstremitas : akral dingin
Urine : 50cc
A/ Late HPP e.c Rest plasenta pada
P1A0H1 post partus maturus
spontan di dalam NH16
21:30 S/ Pasien lemas p/- Inj Ceftriaxon 1 gr
O/ TD : 110/70 mmHg
Nadi : 73x/i
Nafas :19x/i
Suhu :36,50 C
Mata: Konjungtiva anemis (-/-)
Abdomen: TFU tidak teraba
Genital: ppv (+)
Ekstremitas: akral hangat
Urine: 100cc
A/ Late HPP e.c Rest plasenta pada
P1A0H1 post partus maturus
spontan di dalam NH16
22:00 S/ Pasien lemas p/ Inj Metergin 1 amp
O/ TD: 110/70 mmHg
Nadi: 72x/i
16
Nafas: 19x/i
Suhu: 36,50 C
Mata: Konjungtiva anemis (-/-)
Abdomen: TFU tidak teraba
Genital: Ppv (+)
Ekstremitas: akral hangat
Urine: 150 cc
A/ Late HPP e.c Rest plasenta pada
P1A0H1 post partus maturus
spontan di dalam NH16
23:30 S/ Pasien lemas P/- Inj Transamin
O/ TD: 110/70 mmHg 500 mg
Nadi: 74x/i - Inj Vit K
Nafas: 20x
Suhu: 36,50 C
Mata: Konjungtiva anemis (-/-)
Abdomen: TFU tidak teraba
Genital: Ppv (+)
Ekstremitas: akral hangat
Urine: 250 cc
A/ Late HPP e.c Rest plasenta pada
P1A0H1 post partus maturus
spontan di dalam NH16
20:35 S/ pasien lemas P/- O2 3 L
sesak napas post inj transamin - Inj Dexamethason
O/ TD : 110/70 mmHg
2 amp
Nadi : 70x/i
Nafas : 27x/i
Suhu : 36,50 C
Mata : Konjungtiva anemis (-/-)
Abdomen : TFU tidak teraba
Genital : PPV (+)
Ekstremitas : akral dingin
Urine : 250 cc
A/ Late HPP e.c Rest plasenta pada
P1A0H1 post partus maturus
spontan di dalam NH16
24:00 S/ sesak (-) P/ O2 3 L aff
O/ TD : 110/60 mmHg
Nadi : 68x/i
Nafas : 20x/i
Suhu : 36,50 C
Mata : Konjungtiva anemis (-/-)
Abdomen : TFU tidak teraba
Genital : PPV (+)
17
Ekstremitas : akral hangat
Urine : 300 cc
A/ Late HPP e.c Rest plasenta pada
P1A0H1 post partus maturus
spontan di dalam NH16
00:30 S/ pasien lemas
O/ TD : 110/70 mmHg
Nadi : 70x/i
Nafas : 18x/i
Suhu : 36,50 C
Mata : Konjungtiva anemis (-/-)
Abdomen : TFU tidak teraba
Genital : PPV (+)
Ekstremitas : akral dingin
Urine : 350 cc
A/ Late HPP e.c Rest plasenta pada
P1A0H1 post partus maturus
spontan di dalam NH16
02:30 S/ pasien lemas
O/ TD : 110/70 mmHg
Nadi : 75x/i
Nafas : 19x/i
Suhu : 36,50 C
Mata : Konjungtiva anemis (-/-)
Abdomen : TFU tidak teraba
Genital : PPV (+)
Ekstremitas : akral dingin
Urine : 500 cc
A/ Late HPP e.c Rest plasenta pada
P1A0H1 post partus maturus
spontan di dalam NH16
04:30 S/ pasien lemas
O/ TD : 110/70 mmHg
Nadi : 75x/i
Nafas : 19x/i
Suhu : 36,50 C
Mata : Konjungtiva anemis (-/-)
Abdomen : TFU tidak teraba
Genital : PPV (+)
Ekstremitas : akral dingin
Urine : 700 cc
A/ Late HPP e.c Rest plasenta pada
P1A0H1 post partus maturus
spontan di dalam NH16
18
Ballance Cairan
Input:
Output:
1. Darah : 500 cc
2. Urin : 700 cc +
1200 cc
1500 = 1306,88
VII. Follow Up
S/ PPV (+) cc
TD : 100/60 mmHg
Nadi : 64 x/menit
Napas : 18x/menit
Suhu : 36,50C
19
Mata : konjungtiva anemis (+/+)
A/ Late HPP e.c rest plasenta pada P1A0H1 post partus maturus spontan di
dalam NH16
Instruksi:
- Pantau KU, VS, PPV, dan jumlah urine
- Invus two line, Kanan: Gelofusin guyur 1 kolf
Kiri : RL drip Oxitosin:posparqin 1:1
- DC
- Inj Metergin pukul 06:00 dan pukul 14:00
- Inj Ceftriaxon pukul 09:30
- Pindah rawat ke nifas
S/ PPV (+) cc
TD : 100/60 mmHg
Nadi : 64 x/menit
Napas : 18x/menit
Suhu : 36,50C
A/ Late HPP e.c rest plasenta pada P1A0H1 post partus maturus spontan di
dalam NH16
Instruksi:
- Pantau KU, VS, PPV, dan jumlah urine
- IVFD RL 20 tpm
- Inj Metergin 3x0,2 mg (IV)
- Inj Ceftriaxon 2x1 gr (IV)
- Sf 1x300 mg PO
20
3 Januari 2017 pukul 08:00
S/ PPV (+) cc
TD : 100/60 mmHg
Nadi : 64 x/menit
Napas : 18x/menit
Suhu : 36,50C
A/ Late HPP e.c rest plasenta pada P1A0H1 post partus maturus spontan di
dalam NH16
Instruksi:
- Pantau KU, VS, PPV, dan jumlah urine
- IVFD RL 20 tpm
- Inj Metergin 3x0,2 mg (IV)
- Inj Ceftriaxon 2x1 gr (IV)
- Sf 1x300 mg PO
21
Gambar 2. USG
Laporan Curratage
Diagnosa Pra bedah : Late HPP e.c rest plasenta pada P1A0H1 post
partus maturus spontan di dalam NH16
Diagnosa Post bedah : Post curratage a.i HPP e.c rest plasenta
Curratage:
22
11. Atasi perdarahan
12. Tinokulum dilepas, sims dilepas, tindakan selesai
13. Keadaan post operasi baik
1. IVFD RL 20 tpm
2. Cefadroxil 2x500 mg
3. Asam mefenamat 3x500 mg
4. Metergin tab 3x1
5. Vitamin C tab 3x50 mg
Nadi : 90x/menit
Napas : 16x/menit
Suhu : 36,50 C
S/ PPV (+) cc
TD : 70/40 mmHg
23
Nadi : 68x/menit
Napas : 18x/menit
Suhu : 36,30C
Instruksi:
- Pantau KU, VS, PPV, dan jumlah urine
- IVFD RL 20 tpm
- Asam mefenamat 3x500 mg PO
- Vitamin C tab 3x50 mg PO
- Sf 1x300 mg PO
- Transfusi 2 Kolf
3 x (12-8) 57 = 684
S/ PPV (+) cc
TD : 100/80 mmHg
Nadi : 86 x/menit
Napas : 18x/menit
24
Suhu : 36,50C
Instruksi:
- Pantau KU, VS, PPV, dan jumlah urine
- IVFD RL 20 tpm
- Metergin tab 3x1
- Asam mefenamat 3x500 mg PO
- Vitamin C tab 3x50 mg PO
- Sf 1x300 mg PO
S/ PPV (+) cc
TD : 100/70 mmHg
Nadi : 75 x/menit
Napas : 17x/menit
Suhu : 370C
25
A/ Post curratage a.i HPP e.c rest plasenta
Instruksi:
Boleh Pulang
- Cefadroxil 2x500 mg PO
- Asam mefenamat 3x500 mg PO
- Vitamin C tab 3x50 mg PO
- Sf 1x300 mg PO
26
BAB IV
ANALISA KASUS
Pasien Ny. H usia 21 tahun datang ke ponek RSUD Solok dengan keluhan
utama keluar darah dari kemaluan sejak 1 jam yang lalu sebelum masuk rumah
sakit. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang
ditegakkan diagnosis Late HPP e.c rest plasenta pada P1A0H1 post partus maturus
spontan di dalam NH16.
Anamnesis
Teori Kasus
Hemorragic post partum adalah Keluar darah dari kemaluan yang
perdarahan yang melebihi 500 ml membasahi 4 lembar pembalut.
setelah bayi lahir. Sehelai celana, dan sehelai kain
sarung.
Late Hemmoragic post partum Perdarahan terjadi pada NH16.
adalah perdarahan yang terjadi
setelah 24 jam sampai dengan 6
minggu setelah persalinan, biasanya
disebabkan sisa plasenta.
Karena banyaknya darah yang keluar, pasien diberikan Invus 2 jalur, pada
tangan kanan dipasang IVFD Gelofusin guyur 1 kolf dan pada tangan kiri
dipasang IVFD RL drip Oksitocin: pospardin. Diinjeksikan Ceftriaxon 2x1 gr dan
27
Metil Ergometrin 3x1 amp IV. Pasien juga mendapatkan SF 1x1 tab dan Gastrul 2
tab PO. Tiga hari kemudian dilakukan pemeriksaan USG, tampak sisa plasenta
sebanyak 1 x 2 cm. Dilakukan tindakan curratage.
Pasien mendapat perawatan selama 7 hari. Karena Hb yang rendah
diperlukan transfusi PRC 2 kolf. Pasien dipulangkan setelah tidak ada keluhan dan
keadaan umum membaik.
28
DAFTAR PUSTAKA
Benson C, Ralph and Pernoll L Martin. 2009. Buku Saku Obstetri dan Genekologi
Edisi Kesembilan. Jakarta: EGC.
29