A. PENDAHULUAN
Perhatian terhadap penyakit tidak menular makin hari makin meningkat, dari
tiga penyebab utama kematian (WHO 1990) penyakit jantung koroner, diare,dan
stroke dua diantaranya adalah penyakit tidak menular. Stroke merupakan serangan
yang kita takuti namun sebagian besar diantara kita belum memahami dengan pasti.
Meskipun kita barang kali mengenal serangan stroke sebagai kelumpuhan separuh
badan yang terjadi secara mendadak dengan gangguan bicara, tetapi keadaan
tersebut sebenarnya lebih parah.
Stroke merupakan masalah kesehatan utama. Stroke adalah penyebab
kematian nomor tiga, dan penyebab kecacatan nomor satu. Berdasar pada
kenyataan tersebut,maka sebuah komunitas kedokteran yang tergabung dalam
World Stroke Organization mencanangkan Hari Stroke Sedunia (World Stroke Day).
Hari stroke sedunia yang diperingati setiap tanggal 29 Oktober setiap tahunnya. Hari
stroke sedunia dicanangkan untuk memberi peringatan kepada semua orang bahwa
stroke dapat dicegah dan dapat diobati. Pencegahan merupakan hal yang sangat
penting, dan terutama berfokus pada pengendalian faktor risiko stroke (hipertensi,
diabetes,merokok, dsb).
B. ANATOMI FISIOLOGI
Otak mungkin merupakan organ yang paling mengagumkan dari seluruh organ.
Kita mengetahui bahwa seluruh angan-angan, keinginan dan nafsu, perencanaan,
dan memori merupakan hasil akhir dari aktivitas otak. Otak berisi 10 milliar neuron
yang menjadi kompleks secara kesatuan fungsional. Otak lebih kompleks daripada
batang otak.
Otak merupakan salah satu organ vital tubuh yang sangat penting dan
merupakan saraf sentral yang terletak dalam rongga tengkorak (cranium) yang
dibungkus oleh selaput otak (meningen), secara garis besar otak dibedakan menjadi
3 bagian:
a. Serebrum (otak besar)
Serebrum merupakan bagian otak yang paling besar dan paling menonjol,
mengatur semua kegiatan sensorik dan motorik, mengatur proses penalaran,
ingatan dan intelegensia. Serebrum dibagi menjadi hemisfer kiri dan kanan oleh
suatu lekuk atau suatu celah dalam yang disebut fisura longitudinalis mayor.
Pada otak ditemukan empat lobus:
1. Lobus Frontalis
Merupakan lobus terbesar, terletak pada fossa anterior. Area ini mengontrol
perilaku individual dan emosi.
2. Lobus Parietalis
Merupakan lobus sensorik, area ini berfungsi menginterpretasikan
sensasi/rangsangan dan mengatur keseimbangan.
3. Lobus Temporalis
Terdapat dibawah lateral dari fisura sentralis dan didepan lobus oksipitalis,
berfungsi untuk pendengaran, bau, dan pengecapan (rasa).
4. Lobus Oksipitalis
Yang mengisi bagian posterior dari serebrum, berfungsi untuk penglihatan.
b. Otak kecil (serebelum)
Serebelum terletak di dalam fosa kranii posterior dan ditutupi oleh
duramater yang menyerupai atap tenda, yaitu tentorium, yang memisahkan dari
bagian posterior serebrun. Serebelum dihubungkan dengan batang otak oleh tiga
berkas serabut yang pedunkulus. Pedunkuli serebli superior berhubungan
dengan mesensefalon, pedunkulus serebeli inferior berisi serabut-serabut traktus
spinoserebris doraslis dan berhubungan dengan medula oblongata. Semua
aktivitas serebelim berada di bawah kesadaran.
c. Batang otak
Terletak pada fossa anterior, terdiri dari empat bagian, yaitu:
1. Diensefalon
Bagian otak paling atas, terletak diantara bagian serebelum dengan
mensefalon, fungsinya adalah vasokontriktor, respiration, mengontrol
kegiatan reflex, membantu kerja jantung. Diensefalon dibagi menjadi tiga
(menurut letaknya):
- Talamus
Merupakan penghubung yang penting dalam otak sebagai pusat sensorik
primitive (nyeri, tekanan, raba, getar, suhu yang ekstrim) dan berfungsi
untuk ekspresi motorik.
- Hipotalamus
Terletak dibawah talamus, berfungsi sebagai pengaturan cairan tubuh dan
komposisi elektrolit, suhu tubuh, ekspresi ketenangan dan kemarahan,
pusat lapar dan haus, pengatur tidur, tekanan darah, perilaku agresif dan
seksual.
- Kelenjar hipofisis
Dianggap sebagai master kelenjar karena sejumlah hormone dan
fungsinya diatur oleh kelenjar ini.
2. Mensefalon
Terdiri dari empat bagian yang menonjol keatas, dua disebelah atas
disebut korpus kuadrigeminus superior dan dua disebelah bawah disebut
korpus kuadrigeminus interior. Fungsinya adalah membantu pergerakan
mata, mengangkat kelopak mata, memutar bola mata dan pusat pergerakan
bola mata.
3. Pons varoli
Braklum pontis yang menghubungkan mensefalon dan pons varoli
dengan serebelum, terletak di depan serebelum diantara otak tengah dan
medulla oblongata. Disini terdapat premotoksid yang mengatur gerakan
pernapasan dan reflex. Fungsinya adalah penghubung kedua bagian
serebelum dan juga di antara medulla oblongata dengan serebelum atau otak
besar dan sebagai pusat saraf trigeminus.
4. Medulla oblongata
Merupaka bagian paling bawah otak yang menghubungkan pons varoli
dengan medulla spinalis. Fungsinya adalah mengontrol kerja jantung,
vasokontriktor, pusat pernapasan dan mengontrol kegiatan reflex.
Di dalam otak juga terdapat susunan saraf yang keluar dari otak dan melewati
lubang yang terdapat pada tulang tengkorak, berhubungan erat dengan otot panca
indera : mata, telinga, hidung, lidah, dan kulit. Dalam kepala terdiri atas 12 saraf
cranial:
a. Nervus I : Nervus olfactorius
Fungsinya : Penciuman
b. Nervus II : Nervus opticus
Fungsinya : Penglihatan
c. Nervus III : Nervus okulomotorius
Fungsinya : - mengangkat kelopak mata atas
- kontraksi pupil
- gerakan ekstra okuler
d. Nervus IV : Nervus troklearis
Fungsinya : Mengatur bola mata ke dalam dan ke bawah
e. Nervus V : Nervus trigeminus
Fungsinya :
- Sensorik : untuk mengetahui kemampuan kulit wajah (dahi, pipi, rahang
bawah merasakan sentuhan
- Motorik : untuk mengetahui kemampuan menggigit
f. Nervus VI : Nervus abdusens
Fungsinya : Defiasi mata lateral
g. Nervus VII : Nervus fasialis
Fungsinya :
- Sensorik : pengecapan permukaan lidah
- Motorik : otot-otot ekspresi wajah termasuk dahi dan sekeliling mata
h. Nervus VIII : Nervus vestibule-acusticus
Fungsinya : Pendengaran dan keseimbangan
i. Nervus IX : Nervus glossopharingeus
Fungsinya : Kemampuan menelan, refleks muntah, parotis salvias
j. Nervus X : Nervus vagus
Fungsinya : kemampuan menelan, refleks muntah, visera leher thoraks dan
abdomen
k. Nervus XI : Nervus accesorius
Fungsinya : otot sternokleidomastoideus dan bagian atas dari otot trapezius,
pergerakan kepala dan bahu.
l. Nervus XII : Nervus hipoglosus
Fungsinya : kemampuan menggerakkan lidah
C. Defenisi
Stroke/penyakit serebrovaskuler menunjukan adanya beberapa kelainan otak
baik secara fungsional maupun structural yang disebabkan oleh keadaan patologis
dari pembuluh darah serebral atau dari seluruh system pembuluh darah otak
(dongoes, 2000). Stroke merupaka gangguan sirkulasi serebral, merupakan
gangguan neurologis fokal yang dapat timbul sekunder dari suatu proses patologi
pada pembuluh darah serbral (price &Wilson,1994 , dalam andra dkk 2013)
Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progersif, cepat
berupa deficit neuro logis vocal atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih atau
langsung menimbulakan kematian. Semata-mata disebabkan oleh peredaran darah
otak non traumatic (Ma ansjoer, 2000, dalam andra dkk 2013).
D. Klasifikasi
a. Trombosia serebri
Aterosklerosis serebral dan perlambatan sirkulasi serebral adalah penyebab
utama thrombosis serebral yang adalah penyebab paling umum dari stroke
(Smeltzer, 2005, dalam andra dkk 2013). Trombosis di temukan pada 40% dari
semua kasus stroke yang telah dibuktikan oleh ahli patologi. Biasanya ada
kaitannya dengan kerusakan lokaldinding pembuluh darah akibataterosklerosis
(Price, 2005, dalam andra dkk 2013).
b. Emboli Serebri.
Emboli serebri termasuk urutan kedua dari berbagai penyebab utama stroke.
Penderita embolisme biasanya lebih muda dibandingkan dengan penderita
thrombosis. Kebanyakan emboli serebri berasal dari suatu thrombus dalam
jantung sehingga masalah yang dihadapisesungguhnya perwujudanpenyakit
jantung (Price, 2005)
c. Hemoragi
Hemoragi dapat terjadi diluar durameter (hemoragi intra serebral) (Price, 2005,
dalam andra, 2013).
F. Patofisiologi
Pada stroke atau metabolik maka otak mengalami iskemia dan infark sulit
ditentukan. Ada peluang dominan stroke akan meluas setelah serangan pertama
sehingga dapat terjadi edema serebral dan peningkatan tekanan intrakranial (TIK)
dan kematian pada area yang luas. Prognosisnya tergantung pada daerah otak
yang terkena dan luasnya saat terkena.
Gangguan pasokan aliran darah otak dapat terjadi dimana saja di dalam
arteri-arteri yang membentuk sirkulas willisi : arteri karatis interna dan sistem
vertebraralis dan semua cabangcabangnya.secara umum, apabila aliran darah ke
jaringan otak terputus selama 10 sampai 20 menit , akan terjadi infark atau
kematian jaringan. Perlu diingat bahwa oklusi di suatu arteri tidak selalu
menyebabkan infark didaerah otak yang diperdarahi oleh arteri tersebut. (price,
2005, dalam andra dkk, 2013)
Alasannya adalah bahwa mungkin terdapat sirkulasi kolateral yang memadai
daerah tersebut. Proses patologik yang mendasari mungkin salah satu dari
berbagai proses yang terjadi didalam pembuluh darah yang memperdarahi otak.
Patologinya dapat berupa :
a. Keadaan penyakit pada pembuluh darah itu sendiri, seperti aterosklerosis dan
thrombosis, robeknya dinding pembuluh atau peradangan.
b. Berkurangnya perfusi akibat gangguan aliran darah, muisalnya syok atau
hiperviskositas darah.
c. Gangguan aliran darah akibat bekuan atau embolus infeksi yang berasla dari
jantung atau pembuluh ekstrakranium.
d. Rupture vaskular di dalam jaringan otak atau ruang subaraknoid. (price, 2005,
dalam andra dkk, 2013)
G. Manifestasi klinik
Pada stroke non haemoragik gejala utamanya adalah timbulnya defisit
neurologis secara mendadak atau subakut, di dahului gejala prodmal, terjadi pada
waktu istirahat atau bangun pagi dan kesadaran biasanya tak menurun, kecuali bila
embolus cukup besar. (Mansjoer,2000, dalam andra dkk 2013)
Menurut WHO, dalam international statistic classiication of deseases and
related health problen 1 revision, stroke dapat dibagi atas :
a. Perdarahan intraserebral (PIS)
Stroke akibat PIS mempunyai gejala prodromal yang tidak jelas, kecuali nyeri
kepala karena hipeertensi. Serangan seringkali setiap hari, saat aktivitas, atau
emosi/marah,. Sifat nyeri kepalanya hebat sekali. Mual dan muntah seringkali
terjadi sejak permulaan serangan, kesadaran biasanya menurun cepat masuk
koma ( terjadi kurang dari setengah jam, 23 antara 1/2 s.d 12 terjadi setelah 2
jam, sampai 9 hari).
b. Perdarahan subaraknoid (PSA)
Pada pasien dengan PSA didapatkan gejala prodromal berupa nyeri kepala
hebat dan akut. Kesadaran sering terganggu dan sangat bervariasi. Ada gejala
atau tanda rangsangan meningheal. Edema papil dapat terjadi bila ada
perdarahan subhialoid karena pecahnya anurisma pada arteri komunikans
anterior atau arteri karotis interna. Gejala neurologis yang timbul tergantung
pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokasinya. Manifestari
stroke dapat berupa :
1) Kelumpuhan wajah dan anggota badan yang timbul mendadak
2) Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan
3) Perubahan mendadak status mental
4) Afasia (bicara tidak lancar, kurangnya ucapan atau kesulitan memahami
ucapan)
5) Ataksia anggota badan
6) Vertigo, mual, muintah atau nyeri kepala (mansjoer, 2000, dalam andra dkk
2013)
Gejala khusus pada pasien stroke :
1. Kehilangan motorik
Stroke adalah penyakit motori neuron atas dan mnegakibatkan kehilangan
kontrol volunter terhadap gerakan motorik, miasalnya :
Hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi tubuh)
Himiparesis (kelemahan pada salah satu sisi tubuh)
Menurunya tonus otot abnormal
2. Kehilangan komunikasi
Fungsi otak yang dipengaruhi oleh stroke adalah bahasa dan komunikasi ,
misalnya :
Dsartria, yaitu kesulitan berbicara yang ditunjukkan dengan bicara yang sulit
dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung jawab
untuk menghasilkan bicara.
Disfasia atau afasia atau kehilangan bicara yang terutama ekspresif/represi,
apraksia yaitu ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari
sebelunmnya.
3. Gangguan persepsi
Homonimus hemianopsia, yaitu kehilangan setengah lapang pandang
dimana sisi visual yang terkena berkaitan dengan sisi tubuh yang paralisis.
Amorfosintesis, yaitu keadan dimana cenderung berpaling dsri sisi tubuh
yang sakit dan mengabaikan sisi/ruangan yang sakit tersebut.
Ganguguan hubungan visual spasia, yaitu gangguan dalam mendapatkan
hubungan dua atau lebih objek dalam area spasialk.
Kehilangan sensori, antara lain tidak mampu merasakan posisi dan gerakan
bagian tubuh (kehilangan proprioseptik) sulit menginterpretasikan stimulasi
visual, taktil, auditoris.
H. Faktor Resiko
a. Hipertensi
Merupakan factor resiko utama. Hipertensi dapat disebabkan arterosklerosis
pembuluh darah serebral, sehingga pembuluh darah tersebut mengalami
penebalan dan degenerasi yang kemudian pecah / menimbulkan pendarahan.
b. Penyakit kardiovasakuler
Misalnya embolisme serbral berasal dari jantung seperti penyakit arteri koronia,
gagal jantung kongesif, MCI, hipertrofi Ventrikel kiri.
Pada fibilasi atrium menyebabkan penurunan CO, sehingga perfusi darah
keotakmenurun, maka otak akan kekurangan oksigen yang akhirnya dapat
terjadi stroke. Pada artero sklerosis elastisitas p[embuluh darah menurun,
sehingga perfusi keotak menurun juga pada akhirnya terjadi stroke.
c. Diabetes mellitus
Pada penyakit DM akan mengalami penyakit vaskuler, sehingga terjadi
mikrovaskularisasi dan terjadi aterosklerosis, terjadinya arteosklerosis dapat
menyebabkan emboli yang kemudian menyumbat dan terjadi iskemia, iskemia
menyebabkan perfusi otak menurun dan pada akhirnya terjadi stroke.
d. Merokok
Pada perokok akan timbul plaque pada pembuluh darah oleh nikotin sehingga
memunbgkinkan pemunmpukan arterosklerosis dan kemudian berakibat pada
stroke
e. Alkoholik
Pada alkoholik dapat menyebabkan hipertensi, penurunan aliran darah ke otak
dan kardiak aritmia serta kelainan motilitas pembuluh darah sehingga terjadi
emboli serebral
f. Peningkatan kolesterol
Peningkatan kolesterol tubuh dapat menyebabkan arterosklerosis dan
terbentuknya emboli lemak sehingga aliran darah lambat termasuk ke otak,
maka perfusi otak menurun.
g. Obesitas
Pada obesitas kadar kolesterol tinggi. Selain itu dapat mengalami hipertensi
karena terjadi gangguan pada pembuluh darah. Keadaan ini berkontribusi pada
stroke.
h. Arterosklerosis
i. kontrasepsi
j. Riwayat kesehatan keluarga adanya stroke
k. Umur (insiden meningkat sejalan dengan menigkatnya umur)
l. Stress emosional
I. Pemerikasaan Diagnostik
a. Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan,
obstruksi arteri, oklusi/ruptur.
b. Elektro encefalograhy
Mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang atau mungkin
memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
c. Sinar x tengkorak
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang berlawanan
dari masa yang luas, kalsifikasi karotis interna terdapat pada trobus serebral.
Kalsifikasi parsial dinding, aneurisma pada pendaerahan sub arachnoid.
d. Ultrasonography doppler
Mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah sistem arteri karatis/aliran
darah/muncul plaque/arterosklerosis.
e. CT-Scan
Memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia dan adannya infark.
f. MRI
Menunjukkan adanya tekanan abnormal dan biasanya ada trombosisi, emboli
dan TIA, tekanan meningkat dan cairan mengandung darah menunjukkan
hemoragi sub arachnois/perdarahan intrakranial.
g. Pemeriksaan foto thorax
Dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah terdapat pembesaran ventrikel
kiri yang merupakan salah satu tanda hipertensi kronis pada penderita stroke,
menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah berlawanan dari
massa yang meluas (doengoes, 2000)
h. Pemeriksaan laboratorium
1) Fungsi lumbal : tekanan noirmal biasanya ada trombosis, emboli dan TIA.
Sedangkan tekanan yang meningkat dan cairan yang mengandung darah
menunjukkan adanya perdarahan subrachnoid atau intrakranial. Kadar
protein total meningkat pada kasus trombosis sehubungan dengan proses
inflasi
2) Pemeriksaan darah rutin
3) Pemeriksaan kimia darah: pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula
darah dapat mencapai 2 mg dalam serum dan kemudian berangsur-angsur
turun kembali. (dongoes, 2000)
J. Komplikasi
a. Berhubungan dengan immobilisasi
Infeksi pernafasan
Nyeri yang berhubungan dengan dareha yang tertekan
Konttipasi
Tromboflebitis
b. Berhubungan dengan mobilisasi
Nyeri pada daerah punggung
Dislokasi sendi
c. Berhubungan dengan kerusakan otak
Epilepsi
Sakit kepala
Kraniotomi
d. Hidrosefalus
K. Penatalaksaan
a. Penatalaksaan umum
Posisi kepala dan badan atas 2-3 derajat, posisi lateral dekubitus bila disertai
muntah. Boleh dimulai mobilisasi bertahap bila hemodinamik stabil
Bebaskan jalan nafas dan usahalkan ventilasi adekuat bila perlu berikan
oksigen 1-2 liter/menit bila ada hasil gas darah
Kandung kemih yang penuh dikosongkan dengan kateter
Kontrol tekanan darah, dipertahankan normal
Suhu tubuh harus dipertahankan
Nutrisi per oral hanya boleh diberikan setelah tes fungsi menelan baik, bila
terdapat gangguan menelan atau pasien yang kesadaran menurun,
dianjurkan pipi NGT
Mobilisasi dan rahabilitasi dini jika tidak ada kontaindikasi
b. Penatlaksaan medis
Trombolitik (streptokinase)
Anti platelet/ati trombolik (asetosol, ticlopidin, cilostazol, dipiridamol
Antikoagulan (heparin
Hemorrhagea (pentoxyfilin)
Antagonis serotin (noftidrofuryl)
Antagonis calsium (nomodipin, piracetam)
c. Penatalaksaan khusus/komplikasi
Atasi kejang (antikonvulsan
Atasi tekanan intrakranial ang meninggi manitol, gliserol, furosemid, intubasi,
steroid dll)
Atasi dekompresi (kraniotomi)
Untuk penatalaksaan faktor risiko
Atasi hipertensi (anti hipertensi)
Atasi hiperglikemia (anti hiperglikemia)
Atasi hiperurisemia (anti hiperurisemia)
L. Upaya pencegahan
a. Mengurangi kegemukan
b. Berhenti merokok
c. Berhenti minum kopi
d. Batasi makan garam/lemak
e. Tingkatkan masukan kalium
f. Rajin berolahraga
g. Mengubah gaya hidup
h. Menghindari obat-obat nyang dapat meningkatkan tekanan darah
M. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Non Hemoragik Stroke
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Umur, jenis kelamin, ras, suku bangsa, pekerjaan, status perkawinan.
b. Riwayat kesehtan dahulu
Riwayat hipertensi
Riwayat penyakit kardiovaskuler misalnya emblisme serebral
Riwayat tinggi kolesterol
Obesitas
Riwayat DM
Riwayat aterosklerosis
Merokok
Riwayat pemakaian kontrasepsi yang disertai hipertensi dan
meningkatnya kadar estrogen
Riwayat komsumsi alkohol
c. Riwayat kesehatan sekarang
Kehilangan komunikasi
Gangguan persepsi
Kehilangan motorik
Merasa kesulitan untuk melakukan aktivitas karena kelemahan,
kehilangan sensasi atau paralisis (hemiplegia, merasa mudah lelah, susah
beristirahat (nyeri, kejang otot)
d. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada riwayat penyakit degeneratif. (andra dkk, 2013)
e. Aktivitas/istirahat
Pada pasien dengan stroke infark akan mengalami kesulitan dalam
melakukan aktivitas/istirahat, hal ini diketahui melalui gejala dan tanda
sebagai berikut:
Gejala: merasa kesulitan untuk melakukan aktivitas karena kelemahan,
kehilangan sensasi atau paralisis (hemiplegia), merasa mudah lelah, susah
untuk beristirahat.
Tanda: gangguan tonus otot, paralisis (hemiplegia), dan terjadi kelemahan
umum, gangguan pengelihatan, gangguan tingkat kesadaran.
f. Sirkulasi
Pada pasien dengan stroke infark akan mengalami perubahan dalam system
sirkulasi, hal ini dapat diketahui melalui gejala dan tanda sebagai berikut:
Gejala: adanya penyakit jantung, polisitemia.
Tanda: hipertensi arterial, frekuensi nadi dapat bervariasi, disritmia,
perubahan EKG.
g. Integritas ego
Pada pasien dengan stroke infark akan merasakan suatu perubahan keadaan
emosional dalam dirinya hal ini dapat diketahui denga gejala dan tanda
sebagai berikut:
Gejala: perasaan tidak berdaya, perasaan putus asa
Tanda: emosi yang labil dan ketidaksiapan untuk marah, sedih, gembira dan
kesulitan untuk mengekspresikan diri.
h. Eliminasi
Pada pasien dengan stroke infark akan mengalami perubahan dalam
kebutuhan eliminasinya, baik kebutuhan BAB maupun BAK hal ini dapat
diketahi melalui gejala sebagai berikut:
Gejala: perubahan pola berkemih, seperti inkontinensia urine, anuria, distensi
abdomen, bising usus negatif
i. Makanan/ cairan
Pada pasien dengan stroke infark akan mengalami kesulitan dalam
memenuhi kebutuhan makan dan minum, hal ini dapat diketahui melalui
gejala dan tanda sebagai berikut:
Gejala: nafsu makan hilang, mual muntah selama fase akut (peningkatan
TIK), kehilangan sensasi (rasa kecap) pada lidah, pipi, dan tenggorok,
disfagia, ada riwayat diabetes, peningkatan lemak dalam darah.
Tanda: kesulitan menelan (gangguan pada refleks palatum dan faringeal),
obesitas.
j. Neurosensori
Pada pasien dengan stroke infark akan mengalami gangguan pada system
neurosensorinya, hal ini dapat diketahui melalui gejala dan tanda sebagai
berikut:
Gejala : sinkope/ pusing, sakit kepala, kelemahan/ kesemutan/ kebas,
pengelihatan menurun, pengelihatan ganda, atau gangguan rasa
pengecapan dan penciuman.
Tanda: gangguan fungsi kognitif, kelemahan/paralisis, afasia, kehilanagan
kemampuan untuk mengenali/menghayati rangsangan fisual,pendengaran,
kekakuan muka dan kejang.
k. Nyeri/ kenyamanan
Pada pasien dengan stroke infark akan merasakan suatu keadaan ketidak
nyamanan, hal ini dapat diketahui melaluigejala dan tanda sebagai berikut:
Gejala: sakit kepala dengan intensitas yang berbeda-beda
Tanda: tingkah laku yang stabil, gelisah, ketegangan pada otot.
l. Pernapasan
Pada pasien dengan stroke infark biasanya akan mengalami masalah dalam
system pernapasannya, hal ini dapat diketahui melalui gejala dan tanda
sebagi berikut:
Gejala: merokok
Tanda: ketidakmampuan menelan/ batuk/ hambatan jalan napas.
m. Keamanan
Pada pasien dengan stroke infark akan sangat rentan dengan factor
keamanan, hal ini dapat di ketahui melalui tanda sebagai berikut:
Tanda: motorik/ sensorik akan masalah dengan pengelihatan, perubahan
persepsi terhadap orientasi tempat tubuh (stroke kanan), kesulitan untuk
melihat objek dari sisi kiri (pada stroke kanan), kesulitan menelan, tidak
mampu memenuhi kebutuhan nutrisi secara mandiri.
n. Interaksi social
Pada pasien dengan stroke infark biasanya akan mengalami kesulitan dalam
melakukan social dengan lingkungan sekitarnya, hal ini dapat diketahui
melalui tanda sebagai berikut:
Tanda: masalah bicara, ketidakmampuan untuk berkomunikasi.
o. Penyuluhan/pembelajaran
Pada pasien dengan stroke infark sangat di perlukan
penyuluhan/pembelajaran untuk mencegah masalah lebih lanjut, hal ini dapat
diketahu melalui gejala sebagai berikut:
Gejala: adanya riwayat hipertensi pata keluarga dan stroke.
2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
a. Perfusi jaringan cerebral tidak efektif b/d gangguan afinitas Hb oksigen,
penurunan konsentrasi Hb, Hipervolemia, Hipoventilasi, gangguan transport
O2, gangguan aliran arteri dan vena
b. Hambatan mobilitas fisik Berhubungan dengan Keterlembatan
perkembangan, Pengobatan,Keterbatasan ketahan kardiovaskuler,
Kerusakan persepsi sensori, Tidak nyaman, nyeri, Kerusakan
muskuloskeletal dan neuromuskuler,, Penurunan kekuatan otot, kontrol dan
atau masa
3. Intervensi
a. Perfusi jaringan cerebral tidak efektif b/d gangguan afinitas Hb oksigen,
penurunan konsentrasi Hb, Hipervolemia, Hipoventilasi, gangguan transport
O2, gangguan aliran arteri dan vena
Iintervensi :
Monitor TTV
Monitor AGD, ukuran pupil, ketajaman, kesimetrisan dan reaksi
Monitor adanya diplopia, pandangan kabur, nyeri kepala
Monitor level kebingungan dan orientasi
Monitor tonus otot pergerakan
Monitor tekanan intrkranial dan respon nerologis
Catat perubahan pasien dalam merespon stimulus
Monitor status cairan
Pertahankan parameter hemodinamik
Tinggikan kepala 0-45o tergantung pada konsisi pasien dan order medis
b. Hambatan mobilitas fisik Berhubungan dengan Keterlembatan
perkembangan, Pengobatan,Keterbatasan ketahan kardiovaskuler,
Kerusakan persepsi sensori, Tidak nyaman, nyeri, Kerusakan
muskuloskeletal dan neuromuskuler,, Penurunan kekuatan otot, kontrol dan
atau masa
Intervensi :
Monitoring vital sign sebelm/sesudah latihan dan lihat respon pasien saat
latihan
Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai
dengan kebutuhan
Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah
terhadap cedera
Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang teknik ambulasi
Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai
kemampuan
Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan
ADLs ps.
Berikan alat Bantu jika klien memerlukan.
Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika
diperlukan