Anda di halaman 1dari 27

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Tinjauan Pustaka

Perhitungan dimensi dinding penahan tanah sebelumnya pernah diteliti


oleh Adam Ardiansyah, dkk., mengenai Perhitungan Kontruksi Dinding Penahan
Tanah Pada Proyek Peningkatan Struktur Badan Jalan Poros Bontang - Sangatta
28 850 Provinsi Kalimantan Timur.. Penelitian ini berisi tentang perhitungan
konstruksi perkuatan tanah untuk menentukan dimensi struktur dinding penahan
tanah dengan tipe kantilever.

Penelitian lain yang membahas tentang dinding penahan tanah yaitu


Abdul Hakam dan Rizki Pranata Mulya yang meneliti tentang Studi Stabilitas
Dinding Penahan Tanah Kantilever Pada Ruas Jalan Silaing Padang - Bukittinggi
Km 64+500. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa stabilitas dinding
kantilever dan untuk mengetahui penyebab ketidak stabilan dinding kantilever
tersebut dan mendesain dimensi baru yang aman terhadap beban statis dan
dinamis.

Penelitian selanjutnya membahas tentang Desain Dinding Penahan


Tanah (Retaining Walls) di Tanah Rawa Pada Proyek Jalan oleh Syafruddin.
Penelitian ini bertujuan untuk membuat desain dinding penahan tanah yang
aman dengan tipe gravitasi, yang ditambah dengan sepatu pada ujung tumitnya
dan perkuatan daya dukung tanah menggunakan kayu galam.

Penelitian lainnya dibahas oleh Anto Budi Listyawan, dkk., tentang


Desain Dimensi dinding Penahan Tanah Dengan Menggunakan Program
Geo5. Penelitian ini membahas tentang analisis perbandingan dinding penahan
tanah dengan metode manual dan menggunakan program Geo5 v-13. Dalam
penentuan dimensi awal dinding penahan tanah.

5
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Dinding Penahan Tanah (Retaining Wall)
Dinding penahan tanah merupakan sebuah struktur yang didesain dan
dibangun untuk menahan tekanan lateral (horisontal) tanah ketika terdapat
perubahan dalam elevasi tanah yang melampaui sudut at-rest dalam tanah.
Dinding penahan tanah berfungsi untuk menyokong tanah serta mencegahnya
dari bahaya kelongsoran. Baik akibat beban air hujan, berat tanah itu sendiri
maupun akibat beban yang bekerja di atasnya. Elemen-elemen pondasi, seperti
bangunan ruang bawah tanah (basement), pangkal jembatan (abutment), selain
berfungsi sebagai bagian bawah dari struktur, berfungsi juga sebagai penahan
tanah di sekitarnya.

Salah satu faktor penting dalam mendesain dan membangun dinding penahan
tanah adalah mengusahakan agar dinding penahan tanah tidak bergerak
ataupun tanahnya longsor akibat gaya gravitasi. Hal yang harus diketahui dalam
mendesain dinding penahan tanah adalah sifat-sifat tanah berupa berat satuan

volume (s), sudut geser dalam () dan kohesi (C) untuk tanah di belakang

dinding. Sifat-sifat tanah di belakang dinding diperlukan untuk menghitung


tekanan tanah lateral dalam rangka mendesain dinding penahan tanah tersebut.

Tekanan lateral meningkat dari atas sampai ke bagian paling bawah pada dinding
penahan tanah. Jika tidak direncanakan dengan baik, tekanan tanah akan
mendorong dinding penahan tanah sehingga menyebabkan kegagalan
konstruksi serta kelongsoran.
Dalam perencanaan sebuah dinding penahan tanah, perlu diambil dimensi
tertentu sehingga dinding yang direncanakan mungkin untuk dikerjakan, cukup
stabil dan kuat. Pengambilan dimensi awal dinding penahan tanah juga sangat
ditentukan dengan bentuk lereng dan tanah yang akan ditahannya.

6
2.2.2. Klasifikasi Dinding Penahan Tanah
Berdasarkan bentuk dan penahanan terhadap tanah, dinding penahan
dapat diklasifikasikan ke dalam 3 bentuk, yakni :
2.2.2.1. Gravity Wall

Gambar 2.1 Gravity Wall


(Sumber : M Jamin PTSP FT UNY)

Dinding ini biasanya dibuat dari beton murni (tanpa tulangan) atau dari pasangan
batu kali. Stabilitas konstruksinya diperoleh hanya dengan mengandalkan berat
sendiri konstruksi. Biasanya tinggi dinding tidak lebih dari 4 meter.

2.2.2.2. Semi Gravity Wall

Gambar 2.2 Semi Gravity Wall


(Sumber : M Jamin PTSP FT UNY)

Dinding ini diperkuat dengan tulangan, penggunaan tulangan membantu


mereduksi ukuran dinding. Mengandalkan berat sendiri dan memanfaatkan berat
tanah tertahan untuk kestabilan struktunya.

7
2.2.2.3. Non Gravity Wall
2.2.2.3.1. Cantilever Wall

Gambar 2.3 Cantilever Wall


(Sumber : M Jamin PTSP FT UNY)

Biasanya dibuat dari beton bertulang terdiri dari dinding vertikal dan tapak lantai.
Masing-masing berperan sebagai balok atau plat kantilever. Stabilitas diperoleh
dari berat dinding penahan dan berat tanah di atas tumit tapak (hell). Terdapat 3
struktur yang berfungsi sebagai kantilever, yaitu : dinding vertikal (stem), tumit
dan ujung kaki (toe).

2.2.2.3.2. Counterfort Wall

Gambar 2.4 Counterfort Wall


(Sumber : M Jamin PTSP FT UNY)

8
Bila tekanan tanah aktif pada dinding vertikal cukup besar, maka bagian dinding
vertikal dan tumit perlu disatukan (kontrafort) yang berfungsi sebagai pengikat
tarik dinding vertikal dan ditempatkan pada bagian timbunan dengan interval
jarak tertentu. Biasanya tinggi dinding lebih dari 7 meter.

2.2.3. Stabilitas Dinding Penahan Tanah

Seperti yang terlihat pada gambar 2.5 dibawah, ada beberapa hal yang
dapat menyebabkan keruntuhan pada dinding penahan tanah, antara lain oleh :

a. Penggulingan
b. Penggeseran
c. Keruntuhan daya dukung

Gambar 2.5 Jenis-Jenis Keruntuhan Dinding Penahan Tanah

(Sumber : Braja M. Das)

Maka dari itu, dalam merencanakan dinding penahan tanah langkah pertama
yang harus dilakukan adalah menetapkan ukuran dinding penahan untuk

9
menjamin stabilitas dinding penahan. Dinding penahan harus stabil terhadap
guling, geser, dan daya dukung tanah.

2.2.3.1 Stabilitas Terhadap Penggulingan


Tekanan tanah lateral yang diakibatkan oleh tanah urugan dibelakang
dinding penahan cenderung menggulingkan dinding dengan pusat rotasi pada
ujung kaki depan pondasi. Momen penggulingan ini, dilawan oleh momen akibat
berat sendiri dinding penahan dan momen akibat berat tanah diatas pelat
pondasi.

Pada gambar 2.6 dibawah ini, diperlihatkan diagram tekanan tanah pada dinding
penahan tanah yang akan ditinjau, dalam hal ini adalah dinding penahan tanah
tipe kantilever dimana asumsi tekanan tanah dihitung dengan rumus teori
rankine.

Gambar 2.6 Diagram Tekanan Tanah Untuk Dinding Kantilever

(Sumber : Hardiyatmo 2006)

10
Faktor keamanan terhadap guling jika ditinjau dari kaki / titik O pada gambar
didefinisikan sebagai :


Fguling = (2.1)

Dimana :

MW = Jumlah momen dari gaya-gaya yang menyebabkan momen pada titik

Mgl = Jumlah momen yang menahan guling terhadap titik O

Momen yang menghasilkan guling :


MW = Ph ( 3 ) (2.2)

Dimana tekanan tanah horisontal, Ph = Pa tekanan aktif apabila permukaan


tanah datar.

11
Momen yang menahan guling :

(prosedur perhitungan dapat dilakukan seperti pada tabel 2.1 berikut)

Tabel 2.1 Perhitungan Gaya Vertikal dan Momen

Berat per Jarak Momen


Bagian Luas
unit momen terhadap
panjang dari titik O titik O
(1) (2)
(3) (4) (5)
W1 =a x
1 A1 X1 M1
A1
W1 =a x
2 A2 X2 M2
A2
W1 =b x
3 A3 X3 M3
A3
W1 =b x
4 A4 X4 M4
A4
V MR
Dimana : a = berat volume tanah

b = berat volume beton

Jadi, faktor keamanannya adalah :

1+2+3+ 4
Fgl = (2.3)
Pa ( )
3

Faktor aman terhadap guling, bergantung pada jenis tanah yaitu :

a. 1,5 untuk tanah dasar berbutir


b. 2 untuk tanah dasar kohesif

12
2.2.3.2 Stabilitas Terhadap Geser
Gaya-gaya yang menggeser dinding penahan tanah akan ditahan oleh :

a. Gesekan antara tanah dan dasar pondasi


b. Tekanan tanah pasif di depan dinding penahan

Faktor keamanan terhadap stabilitas geser dapat dinyatakan dengan rumus :


Fgs = (2.4)

Dimana :

RH = Jumlah gaya-gaya yang menahan gaya-gaya horisontal

Pah = Jumlah gaya-gaya yang mendorong

Gambar 2.7 Kontrol Terhadap Pergeseran Dasar Dinding

(Sumber : Hardiyatmo 2006)

13
Dari gambar 2.7 diatas, kekuatan terhadap geser tanah pada bagian dasar
dinding :

s = tan + ca (2.5)

Dimana :

= Sudut geser tanah dengan dasar dinding

ca = Adhesi antara tanah dengan dasar dinding

Gaya yang menahan bagian pada dasar dinding :

R = s (luas penampang alas) = s (Bx1) = B tan + Bca

B = jumlah gaya-gaya vertikal = V (tabel )

Jadi,

R = (V) tan + Bca

Gambar 2.7 menunjukkan bahwa Pp juga merupakan gaya menahan horisontal,


sehingga :

FR = (V) tan + Bca + Pp

Fd = Ph

()++
FSgeser = (2.6)

Batas minimum yang diizinkan untuk menghitung faktor keamanan geser adalah
1,5.

14
2.2.3.3 Stabilitas Terhadap Keruntuhan Daya Dukung
Momen pada titik C

Mnet = MW - Mgl

(MW dan Mgl diperoleh dari stabilitas penggulingan)

Jika resultan pada dasar dinding berada pada dinding titik E,


CE = X = (2.7)

Eksentrisitas dapat diperoleh dari :


e= = (2.8)
2

Distribusi tekanan pada dasar dinding penahan dapat dihitung sebagai berikut :


q= (2.9)

dimana : Mnet = (V) e

1
= ( ) 1 (2.10)
12


Untuk nilai maksimum dan minimum, y =
2

6
qmax =

(1 +
) (2.11)

6
qmin =

(1
) (2.12)

15
Gambar 2.8 Kontrol Terhadap Keruntuhan Daya Dukung

(Sumber : Braja M. Das)

Kapasitas dukung tanah dihitung dengan menggunakan persamaan hansen :

qu = c x Nc x Fcd x Fci + q x Nq x Fqd x Fqi + 0,5 x x B x N x Fd x Fi (2.13)

Dimana : q = q x T

B = B 2e


Fcd = 1 + 0,4

Nc, Nq, N = faktor kapasitas dukung Hansen Vesic

Fd = 1

o 2
Fci= Fqi = (1 )
90o

o 2
Fi = (1 - )
o

16

o = tan-1 ( )
V

Faktor keamanan terhadap keruntuhan kapasitas dukung didefinisikan sebagai :


F= 3 (2.14)

Dimana :

F = Faktor aman terhadap kapasitas dukung

Qu = Tegangan Ultimit

qmax = Tegangan maksimum

2.2.4. Pengertian Tanah

Tanah adalah dasar dari suatu konstruksi yang berfungsi sebagai


pendukung pondasi pada suatu bangunan. Dalam ilmu mekanika tanah, tanah
didefinisikan sebagai seluruh endapan yang berhubungan dengan teknik sipil
dan tidak termasuk batuan tetap (Soedarmo dan Purnomo,1993). Tanah
merupakan hasil pelapukan atau erosi batuan induk (anorganik) yang bercampur
dengan bahan organik yang mengandung partikel batuan atau mineral, bahan
organik (senyawa organik dan organisme) air dan udara. Mineral merupakan
unsur utama tanah yang pada umumnya terbentuk dari padatan anorganik dan
mempunyai komposisi homogen.

Tanah terdiri dari 3 bagian yaitu bagian padat atau butiran, pori-pori udara dan
air pori. Bagian-bagian tanah dapat digambarkan dalam bentuk diagram fase
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.9 berikut.

17
Gambar 2.9 Diagram Fase Tanah

(Sumber : )

Beban utama yang dipikul oleh dinding penahan tanah adalah berat tanah itu
sendiri.

2.2.5. Sifat-Sifat Tanah

Sifat-sifat fisis tanah dan struktur tanah yang berhubungan dengan


desain dinding penahan tanah adalah :

1. Sudut geser dalam tanah (f)


2. Kohesi (c)
3. Berat volume (g)
4. Sudut geser tanah pada dinding (d) adhesi antara tanah timbunan dengan
dinding
5. Sudut geser tanah pada dasar pondasi dan adhesi pada dasar pondasi
dengan tanah pondasi.

2.2.6. Tekanan Tanah Lateral

Tekanan tanah lateral adalah sebuah parameter perencanaan yang


penting didalam sejumlah persoalan teknik pondasi, dinding penahan dan
konstruksi konstruksi lain, yang ada dibawah tanah semuanya ini memerlukan
perkiraan tekanan lateral secara kuantitatif pada perkerjaan konstruksi, baik
untuk analisa perencanaan maupun untuk analisa stabilitas.

18
Tekanan aktual yang terjadi dibelakang dinding penahan cukup sulit
diperhitungkan karena begitu banyak variabel. Ini termasuk jenis bahan
penimbunan, kepadatan dan kadar airnya, jenis bahan dibawah dasar pondasi,
ada tidaknya beban permukaan dan lainnya. Akibatnya, perkiraan detail dari
gaya lateral yang bekerja pada berbagai dinding penahan hanyalah masalah
teoritis dalam mekanika tanah.

Jika suatu dinding penahan dibangun untuk menahan batuan solid, maka tidak
ada tekanan pada dinding yang ditimbulkan oleh batuan tersebut. Tetapi jika
dinding dibangun untuk menahan air, tekanan hidrostatis akan bekerja pada
dinding. Pembahasan berikut ini dibatasi untuk dinding penahan tanah, perilaku
tanah pada umumnya berada diantara batuan dan air, dimana tekanan yang
disebabkan oleh tanah jauh lebih tinggi dibandingkan oleh air. Tekanan pada
dinding akan meningkat sesuai dengan kedalamannya.

Pada prinsipnya kondisi tanah dalam kedudukannya ada 3 kemungkinan, yaitu :

a. Dalam keadaan diam


b. Dalam keadaan aktif
c. Dalam keadaan pasif

19
2.2.6.1 Tekanan Tanah Dalam Keadaan Diam
Bila kita tinjau massa tanah seperti yang ditunjukkan dalam gambar 2.10
massa tanah dibatasi oleh dinding dengan permukaan licin AB yang dipasang
sampai kedalaman tak terhingga. Suatu elemen tanah yang terletak pada
kedalaman h akan terkena tekanan arah vertikal dan tekanan arah horisontal.

Gambar 2.10 Tekanan Tanah Dalam Keadaan Diam

(Sumber : Hardiyatmo 2006)

Bila dinding AB dalam keadaan diam, yaitu bila dinding tidak bergerak ke salah
satu arah baik ke kanan maupun kekiri dari posisi awal, maka massa tanah akan
berada dalam keadaan keseimbangan elastik (elastic equilibrium). Rasio tekanan
arah horisontal dan tekanan arah vertikal dinamakan koefisien tekanan tanah
dalam keadaan diam (Ko), atau :


Ko = (2.15)

Karena v = h, maka

h = Ko (h) (2.16)

20
Gambar 2.11 Distribusi Tekanan Tanah Dalam Keadaan Diam

(Sumber : Hardiyatmo 2006)

Gambar 2.11 menunjukan distribusi tekanan tanah dalam keadaan diam yang
bekerja pada dinding setinggi H. Gaya total per satuan lebar dinding, Po adalah
sama dengan luas dari diagram tekanan tanah yang bersangkutan. Jadi :

1
Po = 2 Ko H2 (2.17)

2.2.5.2 Tekanan Tanah Aktif

Seperti ditunjukan pada gambar 2.12, akibat dinding penahan berotasi


ke kiri terhadap titik A, maka tekanan tanah yang bekerja pada dinding penahan
akan berkurang perlahan-lahan sampai mencapai suatu harga yang seimbang.
Tekanan tanah yang mempunyai harga tetap atau seimbang dalam kondisi ini
disebut tekanan tanah aktif.

21
2.12 Dinding Yang Berotasi Akibat Tekanan Tanah Aktif

(Sumber : Hardiyatmo 2006)

Menurut teori rankine, besarnya gaya lateral pada satuan lebar dinding akibat
tekanan tanah aktif pada dinding setinggi H dapat dinyatakan dalam persamaan
berikut :

1
Pa = 2H2 Ka (2.18)

Dimana harga Ka untuk tanah datar adalah

1sin
Ka = = tan2 (450 - 2 ) (2.19)
1+sin

Dimana :

= Berat isi tanah (g/cm3)

H = tinggi dinding (m)

= sudut gesek tanah (o)

22
Adapun langkah yang dipakai untuk tanah urugan dibelakang tembok apabila
berkohesi dimana kohesi adalah lekatan antara butir-butir tanah, sehingga kohesi
mempunyai pengaruh mengurangi tekanan aktif tanah sebesar (2c ), maka
tegangan utama arah horisontal untuk kondisi aktif adalah

1
Pa = 2H2 Ka - 2c H (2.20)

2.2.5.3 Tekanan Tanah Pasif

Gambar 2.13 Dinding Yang Berotasi Melawan Tekanan Tanah Aktif

(Sumber : Hardiyatmo 2006)

Seperti ditunjukan pada gambar 2.13, dinding penahan berotasi ke kanan titik A
atau dengan perkataan lain dinding mendekati tanah isian, maka tekanan tanah
yang bekerja pada dinding penahan akan bertambah perlahan-lahan sampai
mencapai suatu harga tetap. Tekanan yang mempunyai harga tetap dalam
kondisi ini disebut tekanan pasif.

23
Menurut teori rankine, besarnya gaya lateral pada dinding akibat tekanan tanah
pasif setinggi H dapat dinyatakan dalam persamaan berikut :

1
Pp = 2H2 Kp (2.21)

Dimana harga Kp untuk tanah datar adalah

1+sin
Kp = = tan2 (450 + ) (2.22)
1sin 2

Keterangan :

= Berat isi tanah (g/cm3)

H = tinggi dinding (m)

= sudut gesek tanah (o)

Adapun langkah yang dipakai untuk tanah berkohesi, maka tegangan utama arah
horisontal untuk kondisi pasif adalah :

1
Pp = 2H2 Kp - 2c H (2.23)

2.2.7. Pelat

Pelat merupakan struktur dari beton bertulang yang memiliki sifat dan
prilaku khusus. Sebelum dilakukan perencanaan balok dan kolom, biasanya
dilakukan perancangan struktur pelat terlebih dahulu. Hal yang harus
diperhatikan dalam perancangan struktur pelat antara lain : pembebanan, ukuran
pelat dan syarat-syarat tumpuan tepi.

Jenis pelat yang paling sederhana adalah pelat satu arah yaitu pelat yang
didukung pada dua sisi yang berhadapan sehingga lenturan timbul hanya dalam
satu arah saja, yaitu tegak lurus pada arah sisi dukungan tepi. sedangkan pelat
dua arah adalah pelat yang didukung pada keempat sisinya yang lenturannya
akan timbul dalam dua arah yang saling tegak lurus.
24
2.2.7.1 Menentukan Tebal Pelat

Berdasarkan SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.2.5 bahwa tebal pelat


minimum diambil rumus :


= (2.24)
28 (0,4+ )
700

Dimana :

hmin = Tebal pelat minimum

ln = Panjang bersih bentang yang terpanjang

fy = Tegangan leleh baja

2.2.7.2 Penentuan Selimut Beton

Penutup beton atau selimut beton digunakan untuk melindungi baja


tulangan dengan persyaratan bahwa lapisan beton itu harus menjamin
penanaman tulangan serta lekatannya dengan beton, menghindari korosi yang
mungkin terjadi dan meningkatkan perlindungan struktur terhadap bahaya
kebakaran. Tebal selimut beton sangat berpengaruh pada dua besaran yang
mempunyai peranan penting dalam perencanaan balok yaitu h dan d. Hubungan
kedua besaran tersebut dalam sebuah balok secara umum ditentukan oleh :

1
= + tul utama + tul sengkang + P (2.25)
2

dimana :

d = Tinggi efektif (jarak dari serat tekan ke titik berattulangan tekan )

p = Tebal penutup beton untuk menutup tulanganterluar

tul utama = Diameter tulangan utama

tul sengkang = Diameter tulangan sengkang

25
2.2.7.3 Check Kapasitas Geser Pelat
Berdasarkan SKSNI T-15-1991-03 pasal 3.4.1.1, gaya lintang yang
bekerja pada penampang yang ditinjau harus direncanakan sehingga V u < fVn.
Bila nilai-nilai fVc yang didapat lebih kecil daripada Vu, maka penampang beton
saja tidak kuat untuk menahan tegangan geser. Jadi bila V u > fVc perlu diberi
tulangan tambahan, baik berupa sengkang vertikal atau tulangan rangkap
dikombinasikan dengan batang yang dibengkok (Gideon DDPBB hal 125).

Rumus umum yang digunakan : fVc > Vu , apabila rumus diatas terpenuhi, maka
tidak perlu adanya tulangan geser.

Dimana :


= (2.26)

1
= 0,6 6
(2.27)

Vu = Gaya lintang

= Faktor reduksi sebesar 0,6 (SKSNI T-15-1991-03 pasal 3.2.3.2) Apabila


diperlukan tulangan geser, maka diambil tulangan sebagai berikut ;


min = (2.28)

( )
= (2.29)

= Vc b d (2.30)

Untuk perhitungan sengkang total digunakan rumus :

(vc)ratarata .by
= (2.31)
fy

26
2.2.7.4 Perhitungan Momen Pelat

Untuk menghitung momen yang timbul akibat beban, penyaluran beban


berdasarkan Metode Amplop (buku Grafik dan Tabel Perhitungan Beton
Bertulang, W.C.Vis dan Gideon H.Kusuma, 1995 ; 26).

Gambar 2.16 Skema Pelat Lantai Sisi lx dan ly

Untuk menentukan momen pelat tersebut adalah :

Mlx = 0,01 . wu . lx2 . x

Mly = 0,01 . wu . lx2 . x

Mtx = -0,01 . wu . lx2 . x

Mty = -0,01 . wu . lx2 . x

dimana : Mlx = Momen lapangan arah X

Mly = Momen lapangan arah Y

Mtx = Momen tumpuan arah X

Mty = Momen tumpuan arah Y

Wu = Beban yang bekerja

X = Koefisien
27
(diambil dari buku Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang, W.C.Vis dan
Gideon H.Kusuma, tabel 4.2.b).

2.2.7.5 Penulangan Pelat


Beton bertulang direncanakan untuk runtuh secara perlahan dan
bertahap, hal ini dimungkinkan apabila tulangan tarik beton terlebih dahulu
meleleh sebelum regangan beton mencapai maksimum (under reinforced).
Dengan dasar perencanaan tersebut, jumlah tulangan yang akan digunakan
pada penampang beton dibatasi menurut SKSNI-1991 pasal 3.3.3. Anggapan
pembatasan jumlah tulangan tersebut berkaitan dengan rasio penulangan (r),
yaitu perbandingan antara jumlah luas penampang tulangan baja tarik (As)
terhadap luas efektif penampang.


= (2.32)
.

Pembatasan jumlah tulangan yang dimaksud dalam SKSNI T-15-1991-03 pasal


3.3.3 adalah rasio penulangan maksimum yang diijinkan, dibatasi sebesar 0,75

dari rasio penulangan dalam keadaan seimbang ( b).

maks = 0,75 b (2.33)

Besar rasio tulangan seimbang menurut SKSNI T-15-1991-03 pasal 3.1.3.4.3


adalah :

0,85. .1 600
= .[ ] (2.34)
600+

Sedangkan untuk rasio penulangan minimum menurut SKSNI T-15-1991-03


pasal 3.3.5.1 adalah :

1,4
min = (2.35)

28
Syarat rasio penulangan dalam beton bertulang harus memenuhi ketentuan
sebagai berikut :

1,4
min = < < maks = 0,75 b (2.36)

Struktur harus direncanakan hingga semua penampang harus mempunyai kuat


rencana minimum sama dengan kuat perlu yang dihitung berdasarkan kombinasi
beban gaya terfaktor. Persyaratan tersebut disederhanakan menjadi :

Mu = f Mn

Untuk mencari rasio penulangan () yang akan menentukan luas tulangan dari
suatu penampang balokbeton, dapat digunakan rumus :

0,85. 2.
= [1 1 ] (2.37)
0,85.

dimana :

Mn = Kuat momen nominal pada suatu penampang

Mu = kuat momen perlu terfaktor pada penampang

f = faktor reduksi kekuatan diambil 0,8


= (2.38)
.

Jika yang diperoleh < min, maka yang diambil adalah min sehingga luas
tulangan yang didapat adalah :

As = . b . d (2.39)

29
dimana :

min = rasio tulang tarik non-pratekan minimum

maks = rasio tulang tarik non-pratekan maksimum

= rasio tulang tarik non-pratekan

d = tinggi efektif

As = diameter tulangan yang dihitung

Jarak tulangan perlu :



.2 .
4
= (2.40)

Untuk penulangan terlebih dahulu dihitung tinggi efektifnya yaitu :

Untuk arah x : dx = h p 0,5 . dDx


Untuk arah y : dy h p dDx 0,5 . dDy

dimana :

dx = tinggi efektif arah x

dy = tinggi efektif arah y

h = tinggi penampang

p = tebal penutup beton untuk menutup tulang terluar

dDx = diameter tulang utama arah x

dDy = diamater tulang utama arah y

Penulangan arah x dan y untuk momen lapangan maupun tumpuan


menggunakan rumus : Mn = Mu/f Menurut SK SNI T15199103 Pasal 3. 6. 6
.5, jarak antara tulangan maksimal adalah 3 x h, dimana h adalah tebal pelat.

30
Rumus umum : fMn > Mu, Apabila ketentuan ini terpenuhi maka pelat telah
memenuhi persyaratan.

Dimana :


= . . ( 2 ) (2.41)

.
= (2.42)
0,85. .

Dengan syarat : As Asmin = 0,002 bh, dimana :

As = (Luas tulangan pelat per meter / jarak antar tulangan) x 1000.

2.3. Kerangka Pemikiran

Dengan adanya keraguan atas desain dan kekuatan struktur dinding


Underground Power House PLTM Lambur 2 X 4 MW sebagai dinding penahan
tanah, akan dilakukan beberapa proses penyelesaiannya yaitu memahami
konsep-konsep dinding penahan tanah untuk dianalasis, lalu dilakukan
perhitungan tekanan tanah lateral agar mendapat dimensi dinding baru yang kuat
dan aman terhadap stabilitas keruntuhan dari tekanan tanah lateral aktif untuk
mencari kebenaran apakah desain dinding yang telah ada pada proyek
merupakan desain yang aman.

2.4. Hipotesis

Desain perencanaan dinding Underground Power House PLTM Lambur


2 X 4 MW seperti yang terlampir dalam Detail Engineering Desain (DED),
terdapat kecenderungan pihak kontraktor EPC akan melakukan optimalisasi
desain semaksimal mungkin tanpa memperhitungkan Safety Factor. Maka perlu
dilakukan re-design struktur agar didapat desain yang kuat dan aman terhadap
stabilitas sesuai persyaratan konstruksi.

31

Anda mungkin juga menyukai