LANDASAN TEORI
5
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Dinding Penahan Tanah (Retaining Wall)
Dinding penahan tanah merupakan sebuah struktur yang didesain dan
dibangun untuk menahan tekanan lateral (horisontal) tanah ketika terdapat
perubahan dalam elevasi tanah yang melampaui sudut at-rest dalam tanah.
Dinding penahan tanah berfungsi untuk menyokong tanah serta mencegahnya
dari bahaya kelongsoran. Baik akibat beban air hujan, berat tanah itu sendiri
maupun akibat beban yang bekerja di atasnya. Elemen-elemen pondasi, seperti
bangunan ruang bawah tanah (basement), pangkal jembatan (abutment), selain
berfungsi sebagai bagian bawah dari struktur, berfungsi juga sebagai penahan
tanah di sekitarnya.
Salah satu faktor penting dalam mendesain dan membangun dinding penahan
tanah adalah mengusahakan agar dinding penahan tanah tidak bergerak
ataupun tanahnya longsor akibat gaya gravitasi. Hal yang harus diketahui dalam
mendesain dinding penahan tanah adalah sifat-sifat tanah berupa berat satuan
volume (s), sudut geser dalam () dan kohesi (C) untuk tanah di belakang
Tekanan lateral meningkat dari atas sampai ke bagian paling bawah pada dinding
penahan tanah. Jika tidak direncanakan dengan baik, tekanan tanah akan
mendorong dinding penahan tanah sehingga menyebabkan kegagalan
konstruksi serta kelongsoran.
Dalam perencanaan sebuah dinding penahan tanah, perlu diambil dimensi
tertentu sehingga dinding yang direncanakan mungkin untuk dikerjakan, cukup
stabil dan kuat. Pengambilan dimensi awal dinding penahan tanah juga sangat
ditentukan dengan bentuk lereng dan tanah yang akan ditahannya.
6
2.2.2. Klasifikasi Dinding Penahan Tanah
Berdasarkan bentuk dan penahanan terhadap tanah, dinding penahan
dapat diklasifikasikan ke dalam 3 bentuk, yakni :
2.2.2.1. Gravity Wall
Dinding ini biasanya dibuat dari beton murni (tanpa tulangan) atau dari pasangan
batu kali. Stabilitas konstruksinya diperoleh hanya dengan mengandalkan berat
sendiri konstruksi. Biasanya tinggi dinding tidak lebih dari 4 meter.
7
2.2.2.3. Non Gravity Wall
2.2.2.3.1. Cantilever Wall
Biasanya dibuat dari beton bertulang terdiri dari dinding vertikal dan tapak lantai.
Masing-masing berperan sebagai balok atau plat kantilever. Stabilitas diperoleh
dari berat dinding penahan dan berat tanah di atas tumit tapak (hell). Terdapat 3
struktur yang berfungsi sebagai kantilever, yaitu : dinding vertikal (stem), tumit
dan ujung kaki (toe).
8
Bila tekanan tanah aktif pada dinding vertikal cukup besar, maka bagian dinding
vertikal dan tumit perlu disatukan (kontrafort) yang berfungsi sebagai pengikat
tarik dinding vertikal dan ditempatkan pada bagian timbunan dengan interval
jarak tertentu. Biasanya tinggi dinding lebih dari 7 meter.
Seperti yang terlihat pada gambar 2.5 dibawah, ada beberapa hal yang
dapat menyebabkan keruntuhan pada dinding penahan tanah, antara lain oleh :
a. Penggulingan
b. Penggeseran
c. Keruntuhan daya dukung
Maka dari itu, dalam merencanakan dinding penahan tanah langkah pertama
yang harus dilakukan adalah menetapkan ukuran dinding penahan untuk
9
menjamin stabilitas dinding penahan. Dinding penahan harus stabil terhadap
guling, geser, dan daya dukung tanah.
Pada gambar 2.6 dibawah ini, diperlihatkan diagram tekanan tanah pada dinding
penahan tanah yang akan ditinjau, dalam hal ini adalah dinding penahan tanah
tipe kantilever dimana asumsi tekanan tanah dihitung dengan rumus teori
rankine.
10
Faktor keamanan terhadap guling jika ditinjau dari kaki / titik O pada gambar
didefinisikan sebagai :
Fguling = (2.1)
Dimana :
MW = Ph ( 3 ) (2.2)
11
Momen yang menahan guling :
1+2+3+ 4
Fgl = (2.3)
Pa ( )
3
12
2.2.3.2 Stabilitas Terhadap Geser
Gaya-gaya yang menggeser dinding penahan tanah akan ditahan oleh :
Fgs = (2.4)
Dimana :
13
Dari gambar 2.7 diatas, kekuatan terhadap geser tanah pada bagian dasar
dinding :
s = tan + ca (2.5)
Dimana :
Jadi,
Fd = Ph
()++
FSgeser = (2.6)
Batas minimum yang diizinkan untuk menghitung faktor keamanan geser adalah
1,5.
14
2.2.3.3 Stabilitas Terhadap Keruntuhan Daya Dukung
Momen pada titik C
Mnet = MW - Mgl
CE = X = (2.7)
e= = (2.8)
2
Distribusi tekanan pada dasar dinding penahan dapat dihitung sebagai berikut :
q= (2.9)
1
= ( ) 1 (2.10)
12
Untuk nilai maksimum dan minimum, y =
2
6
qmax =
(1 +
) (2.11)
6
qmin =
(1
) (2.12)
15
Gambar 2.8 Kontrol Terhadap Keruntuhan Daya Dukung
Dimana : q = q x T
B = B 2e
Fcd = 1 + 0,4
Fd = 1
o 2
Fci= Fqi = (1 )
90o
o 2
Fi = (1 - )
o
16
o = tan-1 ( )
V
F= 3 (2.14)
Dimana :
Qu = Tegangan Ultimit
Tanah terdiri dari 3 bagian yaitu bagian padat atau butiran, pori-pori udara dan
air pori. Bagian-bagian tanah dapat digambarkan dalam bentuk diagram fase
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.9 berikut.
17
Gambar 2.9 Diagram Fase Tanah
(Sumber : )
Beban utama yang dipikul oleh dinding penahan tanah adalah berat tanah itu
sendiri.
18
Tekanan aktual yang terjadi dibelakang dinding penahan cukup sulit
diperhitungkan karena begitu banyak variabel. Ini termasuk jenis bahan
penimbunan, kepadatan dan kadar airnya, jenis bahan dibawah dasar pondasi,
ada tidaknya beban permukaan dan lainnya. Akibatnya, perkiraan detail dari
gaya lateral yang bekerja pada berbagai dinding penahan hanyalah masalah
teoritis dalam mekanika tanah.
Jika suatu dinding penahan dibangun untuk menahan batuan solid, maka tidak
ada tekanan pada dinding yang ditimbulkan oleh batuan tersebut. Tetapi jika
dinding dibangun untuk menahan air, tekanan hidrostatis akan bekerja pada
dinding. Pembahasan berikut ini dibatasi untuk dinding penahan tanah, perilaku
tanah pada umumnya berada diantara batuan dan air, dimana tekanan yang
disebabkan oleh tanah jauh lebih tinggi dibandingkan oleh air. Tekanan pada
dinding akan meningkat sesuai dengan kedalamannya.
19
2.2.6.1 Tekanan Tanah Dalam Keadaan Diam
Bila kita tinjau massa tanah seperti yang ditunjukkan dalam gambar 2.10
massa tanah dibatasi oleh dinding dengan permukaan licin AB yang dipasang
sampai kedalaman tak terhingga. Suatu elemen tanah yang terletak pada
kedalaman h akan terkena tekanan arah vertikal dan tekanan arah horisontal.
Bila dinding AB dalam keadaan diam, yaitu bila dinding tidak bergerak ke salah
satu arah baik ke kanan maupun kekiri dari posisi awal, maka massa tanah akan
berada dalam keadaan keseimbangan elastik (elastic equilibrium). Rasio tekanan
arah horisontal dan tekanan arah vertikal dinamakan koefisien tekanan tanah
dalam keadaan diam (Ko), atau :
Ko = (2.15)
Karena v = h, maka
h = Ko (h) (2.16)
20
Gambar 2.11 Distribusi Tekanan Tanah Dalam Keadaan Diam
Gambar 2.11 menunjukan distribusi tekanan tanah dalam keadaan diam yang
bekerja pada dinding setinggi H. Gaya total per satuan lebar dinding, Po adalah
sama dengan luas dari diagram tekanan tanah yang bersangkutan. Jadi :
1
Po = 2 Ko H2 (2.17)
21
2.12 Dinding Yang Berotasi Akibat Tekanan Tanah Aktif
Menurut teori rankine, besarnya gaya lateral pada satuan lebar dinding akibat
tekanan tanah aktif pada dinding setinggi H dapat dinyatakan dalam persamaan
berikut :
1
Pa = 2H2 Ka (2.18)
1sin
Ka = = tan2 (450 - 2 ) (2.19)
1+sin
Dimana :
22
Adapun langkah yang dipakai untuk tanah urugan dibelakang tembok apabila
berkohesi dimana kohesi adalah lekatan antara butir-butir tanah, sehingga kohesi
mempunyai pengaruh mengurangi tekanan aktif tanah sebesar (2c ), maka
tegangan utama arah horisontal untuk kondisi aktif adalah
1
Pa = 2H2 Ka - 2c H (2.20)
Seperti ditunjukan pada gambar 2.13, dinding penahan berotasi ke kanan titik A
atau dengan perkataan lain dinding mendekati tanah isian, maka tekanan tanah
yang bekerja pada dinding penahan akan bertambah perlahan-lahan sampai
mencapai suatu harga tetap. Tekanan yang mempunyai harga tetap dalam
kondisi ini disebut tekanan pasif.
23
Menurut teori rankine, besarnya gaya lateral pada dinding akibat tekanan tanah
pasif setinggi H dapat dinyatakan dalam persamaan berikut :
1
Pp = 2H2 Kp (2.21)
1+sin
Kp = = tan2 (450 + ) (2.22)
1sin 2
Keterangan :
Adapun langkah yang dipakai untuk tanah berkohesi, maka tegangan utama arah
horisontal untuk kondisi pasif adalah :
1
Pp = 2H2 Kp - 2c H (2.23)
2.2.7. Pelat
Pelat merupakan struktur dari beton bertulang yang memiliki sifat dan
prilaku khusus. Sebelum dilakukan perencanaan balok dan kolom, biasanya
dilakukan perancangan struktur pelat terlebih dahulu. Hal yang harus
diperhatikan dalam perancangan struktur pelat antara lain : pembebanan, ukuran
pelat dan syarat-syarat tumpuan tepi.
Jenis pelat yang paling sederhana adalah pelat satu arah yaitu pelat yang
didukung pada dua sisi yang berhadapan sehingga lenturan timbul hanya dalam
satu arah saja, yaitu tegak lurus pada arah sisi dukungan tepi. sedangkan pelat
dua arah adalah pelat yang didukung pada keempat sisinya yang lenturannya
akan timbul dalam dua arah yang saling tegak lurus.
24
2.2.7.1 Menentukan Tebal Pelat
= (2.24)
28 (0,4+ )
700
Dimana :
1
= + tul utama + tul sengkang + P (2.25)
2
dimana :
25
2.2.7.3 Check Kapasitas Geser Pelat
Berdasarkan SKSNI T-15-1991-03 pasal 3.4.1.1, gaya lintang yang
bekerja pada penampang yang ditinjau harus direncanakan sehingga V u < fVn.
Bila nilai-nilai fVc yang didapat lebih kecil daripada Vu, maka penampang beton
saja tidak kuat untuk menahan tegangan geser. Jadi bila V u > fVc perlu diberi
tulangan tambahan, baik berupa sengkang vertikal atau tulangan rangkap
dikombinasikan dengan batang yang dibengkok (Gideon DDPBB hal 125).
Rumus umum yang digunakan : fVc > Vu , apabila rumus diatas terpenuhi, maka
tidak perlu adanya tulangan geser.
Dimana :
= (2.26)
1
= 0,6 6
(2.27)
Vu = Gaya lintang
min = (2.28)
( )
= (2.29)
= Vc b d (2.30)
(vc)ratarata .by
= (2.31)
fy
26
2.2.7.4 Perhitungan Momen Pelat
X = Koefisien
27
(diambil dari buku Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang, W.C.Vis dan
Gideon H.Kusuma, tabel 4.2.b).
= (2.32)
.
0,85. .1 600
= .[ ] (2.34)
600+
1,4
min = (2.35)
28
Syarat rasio penulangan dalam beton bertulang harus memenuhi ketentuan
sebagai berikut :
1,4
min = < < maks = 0,75 b (2.36)
Mu = f Mn
Untuk mencari rasio penulangan () yang akan menentukan luas tulangan dari
suatu penampang balokbeton, dapat digunakan rumus :
0,85. 2.
= [1 1 ] (2.37)
0,85.
dimana :
= (2.38)
.
Jika yang diperoleh < min, maka yang diambil adalah min sehingga luas
tulangan yang didapat adalah :
As = . b . d (2.39)
29
dimana :
d = tinggi efektif
dimana :
h = tinggi penampang
30
Rumus umum : fMn > Mu, Apabila ketentuan ini terpenuhi maka pelat telah
memenuhi persyaratan.
Dimana :
= . . ( 2 ) (2.41)
.
= (2.42)
0,85. .
2.4. Hipotesis
31