Anda di halaman 1dari 135

HUBUNGAN MOTIVASI KELUARGA DENGAN KEMAMPUAN PASIEN DALAM

PEMENUHAN KEBUTUHAN PERSONAL HYGIENE BERPAKAIAN PADA


PASIEN GANGGUAN JIWA DI POLIKLINIK RUMAH SAKIT JIWA
SAMBANG LIHUM PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

SKRIPSI

Oleh:
ERLIANA EKA SAFHITRI
NPM. 1614201120390

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S.1 KEPERAWATAN
BANJARMASIN 2017
Hubungan Motivasi Keluarga Dengan Kemampuan Pasien dalam Pemenuhan Kebutuhan
Personal Hygiene Berpakaian Pada Pasien Gangguan Jiwa di PoliKlinik Rumah
Sakit Jiwa Sambang Lihum Provinsi Kalimantan Selatan.

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan


Pada Program Studi S.1 Keperawatan

Oleh :
ERLIANA EKA SAFHITRI
NPM.1614201120390

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S.1 KEPERAWATAN
BANJARMASIN, 2017

i
ii
iii
iv
v
PROGRAM STUDI S.1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN

Skripsi, Juni 2017

ERLIANA EKA SAFHITRI


1614201120390

HUBUNGAN MOTIVASI KELUARGA DENGAN KEMAMPUAN PASIEN


DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PERSONAL HYGIENE
BERPAKAIAN PADA PASIEN GANGGUAN JIWA DI POLIKLINIK
RUMAH SAKIT JIWA SAMBANG LIHUM PROVINSI KALIMANTAN
SELATAN

Abstrak

Motivasi adalah keinginan yang terdapat pada diri individu yang merangsangnya
untuk melakukan tindakan. Dengan adanya motivasi keluarga dapat menjadikan
individu taat dan mampu, kemampuan ini dapat dilihat dari pasien mampu
melakukan pemenuhan kebutuhan personal hygiene berpakaian. Mengetahui
hubungan motivasi keluarga dengan kemampuan pasien dalam pemenuhan
kebutuhan personal hygiene berpakaian pada pasien gangguan jiwa di poliklinik
rumah sakit jiwa sambang lihum provinsi kalimantan selatan. Penelitian ini
menggunakan metode Analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi
penelitian ini adalah keluarga pasien gangguan jiwa. Jumlah sampel 30 orang,
teknik pengambilan sampel yaitu accidental sampling. Pengumpulan data
menggunakan kuesioner. Analisis data yang digunakan distribusi frekuensi dan uji
Spearman Rank.

Terdapat hubungan motivasi keluarga dengan kemampuan pasien dalam


pemenuhan kebutuhan personal hygiene berpakaian pasien gangguan jiwa di
Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum Provinsi Kalimantan Selatan
dengan nilai p value 0,000 < (0,05) kekuatan hubungan antara kedua variabel
kuat.

Kata Kunci: Motivasi Keluarga, Kemampuan Pasien, Personal Hygien


(Berpakaian), Gangguan Jiwa
Daftar Rujukan: 37 (2002-2017)

vi
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Alhamdulillah, Segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
yang tiada pernah berhenti dicurahkan kepada semua hambaNya yang mau
berdoa dan berusaha tiada henti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan tugas
penyusunan proposal skripsi yang berjudul Hubungan Pola Asuh Orang Tua
Dengan Resiko Perilaku Kekerasan Oleh Remaja Di Lembaga Pembinaan Khusus
Anak Klas 1 Martapura Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2017. Shalawat serta
salam semoga selalu tercurahkan manusia terbaik sepanjang sejarah Muhammad
SAW yang telah membawa manusia kepada peradaban penuh ilmu.

Proposal skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
dalam Program Studi S1 Keperawatan pada Universitas Muhammadiyah
Banjarmasin. Atas bantuan, pertolongan, bimbingan, serta doa yang diberikan dari
berbagai pihak, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Ahmad Khairuddin.,M.Ag, Rektor Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin
2. Bapak Muhammad Syafwani, S.Kp.,M.Kep.Sp.Jiwa, Dekan Fakultas
Keperawatan dan Ilmu Kesehatan dan selaku pembimbing satu yang telah
banyak memberikan bimbingan, petunjuk maupun saran kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
3. Ibu Hj. Ruslinawati, Ns.,M.Kep, Ketua Program Studi S.1 Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Banjarmasin Fakultas Keperawatan dan Ilmu
Kesehatan telah memberikan bimbingan dan nasehat kepada peneliti.
4. Bapak Drs.H. Abu Hanafie, S.KM,.M.Kes selaku pembimbing dua yang telah
memberikan bimbingan dan arahan dalam penulisan skripsi dan metodologi
penelitian.
5. Ibu Hanura Aprillia, Ns.,M.Kep selaku penguji 3 yang telah memberikan
saran dan masukan.

vii
6. Direktur Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum beserta seluruh staff yang telah
memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
7. Seluruh responden yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis dalam melakukan penelitian ini sehingga penelitian ini
dapat berjalan dengan baik.
8. Seluruh Dosen Universitas Muhammadiyah Banjarmasin yang telah
membantu untuk lancarnya segala urusan dalam skripsi ini.
9. Seluruh Staf Karyawan dan Karyawati Perpustakaan Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin yang telah memberikan pelayanan khususnya
hal-hal yang berkenaan dengan peminjaman buku-buku yang diperlukan
penulis.
10. Ayahanda Edy Suprapto, S.E dan Ibunda Diana, A.Md.,Kep serta Bagus Dwi
Pangestu yang telah menjadi spirit utama penulis, dengan sepenuh hati
memberikan dukungan, semangat, dan pengorbanan, baik moril atau pun
materil dengan penuh keikhlasan, diiringi ketulusan doa mulai dari
mengawali studi sampai akhir di Universitas Muhammadiyah Banjarmasin.
11. Sahabat seperjuangan Annisa Fajriana, Farida Hariani, Hanna Awalia
Wulandari, Indah Rahmawati dan Murni Linda Sari, yang telah memberikan
semangat saat mengalami kendala untuk menyelesaikan skripsi.
12. Teman-teman S1 Keperawatan Ners A Kelas B dan seluruh angkatan XI yang
selalu hadir memberikan semangat dalam kebersamaan.
13. Teman-teman satu payung (Manajemen Kebutuhan Dasar Pasien Gangguan
Jiwa) yang saling merangkul satu sama lain dalam menyelesaikan skripsi ini
baik suka maupun duka tetap bersama menghadapi dengan suka hati.

Penulis hanya dapat memanjatkan doa, semoga Allah SWT senantiasa


memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada mereka yang telah
membantu penulis dengan tulus ikhlas.

viii
Akhirnya penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna
Dengan kerendahan hati penulis mengharapkan masukan yang bersifat
membangun guna perbaikan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Aamiin.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Banjarmasin, Juni 2017

Penulis

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL .......................................................... iii
PERNYATAAN ORSINALITAS PENELITIAN .............................................. iv
PERNYATAAN PUBLIKASI ............................................................................ v
ABSTRAK .......................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ........................................................................................ vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
DAFTAR SKEMA .............................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .......................................................................... 5
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................... 6
1.3.1 Tujuan Umum .................................................................... 6
1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................... 6
1.4. Manfaat Penelitian ......................................................................... 6
1.4.1 Bagi Keluarga .................................................................... 6
1.4.2 Bagi Rumah Sakit .............................................................. 7
1.4.3 Bagi perawat ...................................................................... 7
1.4.4 Bagi Peneliti ....................................................................... 7
1.5. Penelitian Terkait ........................................................................... 7
1.5.1 Penelitian (Eddi Riswan) ................................................... 7
1.5.2 Penelitian (Rifi Susanti) ..................................................... 8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep Keluarga............................................................................ 9
2.1.1 Definisi Keluarga ............................................................... 9
2.1.2 Bentuk Keluarga ................................................................ 9
2.1.3 Fungsi Keluarga ................................................................. 12
2.1.4 Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan ......................... 14
2.2 Konsep Motivasi ............................................................................ 14
2.2.1 Definisi Motivasi................................................................ 14
2.3 Kosep pemenuhan Kebutuhan Personal Hygiene : Berpakaian .... 24
2.3.1 Konsep Dasar personal hygiene ......................................... 24
2.3.2 Defisit perawatan diri ......................................................... 25
2.3.3 Pentingnya pakaian bagi manusia ...................................... 27
2.3.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene ........ 28
2.3.5 Tingkat kemampuan perawatan diri ................................... 29
2.4 Konsep gangguan jiwa ................................................................... 31
2.4.1 Definisi gangguan jiwa ...................................................... 31

x
2.4.2 penggolongan dan klasifikasi gangguan jiwa .................... 31
2.4.3 Penyebab umum gangguan jiwa ........................................ 32
2.4.4 Proses perjalanan penyakit gangguan jiwa ........................ 34
2.4.5 Gejala gangguan jiwa ......................................................... 35
2.5 Keterkaitan Konsep........................................................................ 43
2.6 Kerangka Konsep ........................................................................... 45
2.7 Hipotesis Penelitian ....................................................................... 45

BAB 3 METODELOGI PENELITIAN


3.1 Jenis Dan Rancangan Penelitian .................................................... 46
3.2 Difinisi Operasional ....................................................................... 46
3.3 Populasi Sampel Dan Sampling ..................................................... 48
3.4 Tempat Dan Waktu ....................................................................... 49
3.5 Sumber Data .................................................................................. 50
3.6 Instrumen Dan Tekhnik Pengumpulan Data .................................. 51
3.7 Teknik Pengolahan Data ................................................................ 56
3.8 Tekhnik Analisis Data ................................................................... 58
3.9 Etika Penelitian .............................................................................. 60

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian .............................................. 62
4.2 Karakteristik Responden ................................................................ 69
4.3 Analisa Data ................................................................................... 71
4.4 Pembahasan .................................................................................... 73
4.5 Keterbatasan Penelitian .................................................................. 80
4.6 Implikasi Penelitian ........................................................................ 81

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 82
5.2 Saran ................................................................................................ 82
DAFTAR RUJUKAN
LAMPIRAN-LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Klasifikasi Tingkat Kemampuan Klien Perawatan Diri: Berpakaian 30


Tabel 2 Penggolongan Gangguan Jiwa Berdasarkan PPDGJ-III .................. 32
Tabel 3 Definisi Operasional ......................................................................... 47
Tabel 4 Waktu Rencana Penelitian ............................................................... 51
Tabel 5 Kisi-Kisi Kuesioner Motivasi Keluarga ........................................... 52
Tabel 6 Klasifikasi Penilaian ......................................................................... 52
Tabel 7 Kisi-kisi Kemampuan Pasien Dalam Kemampuan Pemenuhan PH 53
Tabel 8 Klasifikasi Penilaian ......................................................................... 53
Tabel 9 Interpretasi Koefisian Korelasi......................................................... 59
Tabel 10 Sumber daya Manusia Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum ............ 63
Tabel 11 Karakteristik Responden Berdasarkan umur .................................... 67
Tabel 12 Karakteristik Responden Berdasarkan jenis kelamin ....................... 67
Tabel 13 Karakteristik Responden Berdasarkan hubungan keluarga .............. 67
Tabel 14 Karakteristik Reaponden Berdasarkan Pekerjaan. ........................... 68
Tabel 15 Karakteristik Reaponden Berdasarkan Tingkat Pendidikan............. 68
Tabel 16 Distribusi frekuensi motivasi keluarga pada pasien gangguan jiwa di
poliklinik rumah sakit jiwa sambang lihum provinsi Kalimantan
selatan ............................................................................................... 69
Tabel 17 Distribusi frekuensi Kemampuan Pasien dalam pemenuhan kebutuhan
personal hygiene berpakaian pada pasien gangguan jiwa di poliklinik
rumah sakit jiwa sambang lihum provinsi Kalimantan selatan ........ 69
Tabel 18 Tabulasi Silang Hubungan motivasi keluarga dengan kemampuan
pasien dalam pemenuhan kebutuhan personal hygiene berpakaian
pada pasien gangguan jiwa di poliklinik rumah sakit jiwa sambang
lihum provinsi kalimantan selatan.................................................... 70

xii
DAFTAR SKEMA

Skema 1 Kerangka Konsep ................................................................................. 44

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Permohonan Bimbingan Skripsi


Lampiran 2. Surat Ijin Pengambilan Data sebagai Studi Pendahuluan
Lampiran 3. Surat Pengantar Kepada Kepala Poliklinik Jiwa RSJ Sambang
Lihum Provinsi Kalimantan Selatan
Lampiran 4. Surat Keterangan Ethical Clearance
Lampiran 5. Surat Permohonan Ijin Uji Validitas
Lampiran 6. Surat Balasan Ijin Melaksanakan Uji Validitas
Lampiran 7. Surat Pengantar Kepada Kepala Ruang Poliklinik Jiwa RSUD
Dr.H.Moch Ansari Saleh Banjarmasin
Lampiran 8. Surat Permohonan Ijin Melaksanakan Penelitian
Lampiran 9. Surat Balasan Ijin Melaksanakan Penelitian
Lampiran 10. Surat Pengantar Kepada Kepala Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Jiwa
Sambang Lihum Provinsi Kalimantan Selatan
Lampiran 11. Surat Pernyataan Kerahasiaan Penelitian
Lampiran 12. Lembar Konsultasi
Lampiran 13. Lembar Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 14. Lembar Persetujuan Menjadi Responden (Informed Consent)
Lampiran 15. Lembar Kuesioner
Lampiran 16. Hasil SPSS Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 17. Hasil SPSS Tabulasi Silang
Lampiran 18.Karakteristik Responden
Lampiran 19. Rekapitulasi Hasil Kuesioner Dukungan Keluarga
Lampiran 20. Rekapitulasi Hasil Kuesioner Kemampuan Pasien
Lampiran 21. Jadual Pelaksanaan Penelitian

1
2

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Undang-undang Republik Indonesia nomor 18 tahun 2014 pasal 1 ayat 1
tentang kesehatan jiwa, menyatakan bahwa: Kesehatan Jiwa adalah kondisi
dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual
dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri,
mampu mengatasi tekanan dan bekerja secara produktif, serta senantiasa
memberikan kontribusi untuk komunitasnya.

Gangguan jiwa merupakan bentuk penyimpangan perilaku akibat adanya


distorsi emosi sehingga ditemukan ketidak-wajaran dalam bertingkah laku.
Hal ini terjadi karena menurunnya semua fungsi kejiwaan (Nasir dan
Muhith, 2011). (PPDGJ-III) mengatakan adanya kelompok atau gejala
perilaku yang ditemukan secara klinis yang disertai adanya penderitaan
distres pada kebanyakan kasus dan berkaitan dengan terganggunya fungsi
seseorang.

Pada pasien gangguan jiwa sering terjadi defisit perawatan diri akibat
adanya perubahan proses pikir sehingga untuk melakukan aktivitas personal
hygiene menurun. Defisit personal hygiene pada pasien gangguan jiwa
tampak dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri seperti mandi,
berpakaian, berhias diri, makan, dan eliminasi secara mandiri (Keliat, 2011).
Fokus utama dalam personal hygiene selain mandi yaitu mampu berpakaian
dengan baik, rapi dan bersih. Jika seseorang mengalami perubahan proses
pikir maka akan mengalami gangguan untuk melakukan aktivitas perawatan
diri khususnya dalam hal berpakaian lengkap, mengenakan pakaian,
mengambil atau menggantikan pakaian, mengenakan dan melepaskan
bagian-bagian pakaian yang penting, memilih pakaian, mempertahankan
3

penampilan pada tingkat yang memuaskan, mengambil pakaian,


mengenakan pakaian pada tubuh bagian bawah, mengenakan pakaian pada
tubuh bagian atas, mengenakan sepatu, mengenakan kaos kaki, melepaskan
pakaian, menggunakan alat bantu dan menggunakan restleting (Wilkinson;
NANDA: 2009)

Nasir dan Muhith (2011) dalam buku Dasar-dasar Keperawatan Jiwa


mengemukakan bahwa pelayanan keperawatan jiwa adalah menerapkan
perilaku dengan penggunaan diri secara total dalam membantu proses
penyembuhan. Jadi fokus perhatian dalam memberikan pelayanan
keperawatan jiwa adalah bagaimana meningkatkan motivasi keluarga dalam
menghadapi seseorang yang menderita gangguan jiwa dalam rangka
meningkatkan serta mempertahankan perilaku yang konstruktif, sehingga
dapat berfungsi sebagai manusia yang utuh melalui serangkaian kegiatan.
Sasaran yang hendak dicapai dalam meningkatkan kemampuan pasien untuk
mengubah perilakunya menjadi adaptif dan memenuhi kebutuhan hidupnya
sendiri tanpa tergantung dengan orang lain.

Notoatmodjo (2010) mengatakan bahwa motivasi pada dasarnya merupakan


interaksi seseorang dengan situasi tertentu yang dihadapinya. Di dalam diri
seseorang terdapat kebutuhan atau keinginan (wants) terhadap objek
diluar seseorang tersebut menghubungkan antara kebutuhan dengan situasi
diluar objek tersebut dalam rangka memenuhi kebutuhan yang dimaksud.
Oleh sebab itu, motivasi adalah suatu alasan (reasoning) seseorang untuk
bertindak dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.

Yosep (2007) menjelaskan peran serta keluarga dalam merawat pasien


gangguan jiwa sangat penting dikarenakan keluarga merupakan unit yang
paling dekat dengan pasien dan merupakan perawat utama bagi pasien.
Keliat (2011) juga mengemukakan pentingnya peran serta keluarga dalam
perawatan jiwa yang dapat dipandang dari berbagai segi (1) Keluarga
4

merupakan tempat dimana individu memulai hubungan interpersonal dengan


lingkungannya, (2) Keluarga merupakan suatu sitem yang saling bergantung
dengan anggota keluarga yang lain, (3) Pelayanan kesehatan jiwa bukan
tempat pasien seumur hidup tetapi fasilitas yang hanya membantu pasien
dan keluarga sementara. Ada tiga hal penting dalam pengertian motivasi,
yaitu hubungan antara kebutuhan, dorongan, dan tujuan. Kebutuhan muncul
karena adanya sesuatu yang kurang dirasakan oleh seseorang, baik
psikologis maupun fisiologis. Untuk pencapaian kemampuan pemenuhan
kebutuhan personal hygiene berpakaian pada pasien gangguan jiwa
diperlukan motivasi yang kuat dari keluarga, karena dinamika keluarga
memegang peran penting dalam menimbulkan ketidakmampuan pasien
untuk mempertahankan sikaf yang kontruktif (Tomb, 2010).

Fenomena gangguan jiwa pada saat ini mengalami peningkatan yang sangat
signifikan, dan setiap tahun diberbagai belahan dunia jumlah penderita
gangguan jiwa bertambah berdasarkan data World Health Organisasi
(WHO) memperkirakan ada sekitar 478,5 juta jiwa orang di dunia yang
mengalami gangguan jiwa. Dharmono (2008) mengatakan bahwa penelitian
yang dilakukan WHO berkaitan dengan alasan pasien yang datang kepusat
pelayanan kesehatan dasar diberbagai negara menunjukkan gejala gangguan
jiwa atau sebesar 20-30% pasien diseluruh dunia Depertement of Health
and Human Service (1999), memperkirakan 51 juta penduduk amerika
didiagnosa mengalami disabilitas akibat gangguan jiwa yang berat dan 4 juta
diantaranya adalah anak-anak dan remaja (Videbeck, 2008) Dalam Susanti
(2014).

Di Indonesia jumlah prevalensi gangguan jiwa sebesar 1,7 per mil dengan
jumlah seluruh responden sebanyak 1.728 orang (Rikesdas, 2013).
Berdasarkan data riset kesehatan dasar tahun 2013 prevalensi gangguan jiwa
terbanyak yaitu 2,7 per mil adalah di Yogyakarta dan Aceh. Sedangkan
5

provinsi Riau berada pada urutan ke empat yaitu 0,9 per mil mengalami
gangguan jiwa berat.

Penelitian Mubarta, AF dkk (2011) menunjukkan distribusi penderita


gangguan jiwa di wilayah Banjarmasin menurut jenis gangguannya adalah
gangguan jiwa psikosis 33% dan gangguan jiwa non psikosis 67%.
Sedangkan Prevalensi Gangguan Jiwa di Provinsi Kalimantan Selatan
(rentang antara 0,7-5,1 per seribu penduduk). Khusus Kabupaten Banjar dan
Hulu Sungai Utara merupakan kabupaten dengan beberapa jenis penyakit
keturunan yang paling tinggi. Salah satunya di kabupaten Banjar paling
tinggi untuk penyakit gangguan jiwa berat. (Dinkes Prov.Kalsel, 2012)

Dari catatan medik di Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum angka kejadian
gangguan jiwa secara keseluruhan yaitu 14.001 orang setiap tahunnya dapat
diperkirakan angka kejadian per 3 tahun adalah sekitar 42.003 orang.
Sedangkan jumlah pasien gangguan jiwa di Instalasi rawat jalan RSJD
Sambang Lihum Banjarmasin sekitar 9.866 orang/tahun. Berdasarkan
laporan kinerja Rumah Sakit Sambang Lihum Banjarmasin tahun 2015
Jumlah kunjungan di Instalasi rawat jalan pada tahun 2013 sebanyak 12.673
kali (347,21%), tahun 2014 sebanyak 13.559 kali (371,48%) dan pada tahun
2015 sebanyak 16.642 kali (455,95%) dapat disimpulkan bahwa jumlah
kunjungan di Instalasi rawat jalan meningkat setiap tahunnya.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di PoliKlinik RSUD


Dr. Moch. Ansari Saleh pada tanggal 29-30 Maret 2017 dengan metode
wawancara kepada 10 anggota keluarga, didapatkan data bahwa sebagian
besar yang mengalami masalah dalam hal berpakaian adalah 6 orang. 4 dari
6 orang tersebut sama sekali tidak mampu menjaga kebersihan dirinya,
sedangkan 4 orang lainnya mampu menjaga kebersihan dirinya namun tidak
teratur. Dari wawancara ini juga didapatkan sebanyak 4 anggota keluarga
yang mengatakan memberikan motivasi yang baik kepada pasien. 2 dari 4
6

orang dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan mandiri tanpa harus


dibantu keluarga untuk menjaga kebersihan dirinya, sedangkan 1 orang
lainnya masih membutuhkan bantuan dari keluarga. Dapat disimpulkan dari
wawancara studi pendahuluan tersebut bahwa motivasi keluarga sangat
diperlukan bagi pasien gangguan jiwa terutama dalam memenuhi kebutuhan
personal hygienenya.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan


penelitian tentang Hubungan Motivasi Keluarga Dengan Kemampuan
Pasien dalam Pemenuhan Kebutuhan Personal Hygiene Berpakaian Pada
Pasien Gangguan Jiwa di Poli Klinik Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum
Provinsi Kalimantan Selatan. Dapat diketahui bahwa kurangnya melakukan
perawatan diri dalam hal berpakaian dikarenakan proses pikir yang
terganggu, sehingga pasien tidak dapat melakukan pemenuhan kebutuhan
dasar sehari-hari, maka dari itu keluarga dan peneliti berperan penting untuk
memotivasi seseorang yang menderita gangguan jiwa dalam rangka mampu
meningkatkan kebersihan diri serta mempertahankan perilaku yang
konstruktif.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis dapat merumuskan suatu
masalah yang dapat diangkat dalam penelitian yaitu :
Apakah ada hubungan motivasi keluarga dengan kemampuan pasien dalam
pemenuhan kebutuhan personal hygiene berpakaian pada pasien gangguan
jiwa di poliklinik rumah sakit jiwa sambang lihum provinsi kalimantan
selatan?

1.3. Tujuan Penelitian.


Tujuan penelitian dirumuskan dalam tujuan umum dan tujuan khusus seperti
yang diuraikan berikut.
1.3.1. Tujuan Umum
7

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Hubungan motivasi


keluarga dengan kemampuan pasien dalam pemenuhan kebutuhan
personal hygiene berpakaian pada pasien gangguan jiwa di poliklinik
rumah sakit jiwa sambang lihum provinsi kalimantan selatan.
1.3.2. Tujuan Khusus
1.3.2.1. Mengidentifikasi motivasi keluarga pada pasien gangguan
jiwa di poliklinik rumah sakit jiwa sambang lihum provinsi
kalimantan selatan.
1.3.2.2. Mengidentifikasi kemampuan pasien dalam pemenuhan
kebutuhan personal hygiene berpakaian pada pasien
gangguan jiwa di poliklinik rumah sakit jiwa sambang lihum
provinsi kalimantan selatan.
1.3.2.3. Menganalisis Hubungan motivasi keluarga dengan
kemampuan pasien dalam pemenuhan kebutuhan personal
hygiene berpakaian pada pasien gangguan jiwa di poliklinik
rumah sakit jiwa sambang lihum provinsi kalimantan
selatan.

1.4. Manfaat Penelitian


1.4.1. Keluarga
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi keluarga pasien
gangguan jiwa, dapat menambah pengetahuan dan informasi untuk
membantu mengatasi masalah dalam pemenuhan kebutuhan personal
hygiene pasien khususnya dalam hal berpakaian.

1.4.2. Bagi Rumah Sakit


Diharapkan dapat meningkatkan pelayanan keperawatan dan
kepuasan pasien dan keluarga dan dapat dijadikan bahan masukan
untuk penyusunan prosedur tetap dalam kemampuan pemenuhan
kebutuhan personal hygiene berpakaian pasien gangguan jiwa.
8

1.4.3. Bagi Perawat


Diharapkan dapat memberikan informasi tentang motivasi keluarga
yang diperlukan pada penderita gangguan jiwa dalam hal menjaga
personal hygiene dalam hal berpakaian, sehingga dapat memberikan
masukan pada keluarga tentang motivasi keluarga.

1.4.4. Peneliti selanjutnya


Diharapkan dapat digunakan sebagai data tambahan untuk peneliti
selanjutnya yang terkait dengan hubungan motivasi keluarga dengan
kemampuan pasien dalam pemenuhan kebutuhan personal hygiene
berpakaian pada pasien gangguan jiwa.

1.5. Penelitian Terkait


Adapun penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian ini
antara lain sebagai berikut:
1.5.1. Penelitian yang mendukung penelitian ini salah satunya adalah
penelitian yang dilakukan oleh Eddi riswan (2013) yang berjudul
Hubungan Antara Motivasi Keluarga Dengan Pemenuhan Personal
Hygiene Pasien Total Care Diruang Rawat Inap RSUD Seruyan
Kabupaten Seruyan Kalimantan Tengah Tahun 2013. Ini
merupakan penelitian analitik, dengan desain penelitian croos
sectional menggunakan total sampling. Hasil penelitian terdapat
hubungan antara motivasi dengan pemenuhan personal hygiene.
Persamaan penelitian ini terletak pada motivasi pasien dan
pemenuhan personal hygiene. Perbedaanya terletak pada
karakteristik personal hygiene (total care) dan tempat penelitian.
Penelitian ini di RSUD Seruyan sedangkan tempat penelitian yang
akan dijadikan peneliti di Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum
Provinsi Kalimantan Selatan.
9

1.5.2. Rifi Susanti (2014) : Hubungan Pengetahuan dan Motivasi Terhadap


Pemenuhan Kebutuhan Dasar Pasien Gangguan Jiwa Dengan Defisit
Perawatan Diri di RSUD Tampan Mental Provinsi Riau Tahun 2014.
Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional, sampel
berjumlah 33 orang pasien gangguan jiwa, teknik pengambilan
sampel yaitu total sampling, analisa menggunakan uji chi square,
berdasarkan hasil penelitian ini terletak pada hubungan motivasi
pasien dengan defisit perawatan diri. Sedangkan perbedaannya
terletak pada pengetahuan pasien dan tempat penelitian. Penelitian
ini di RSUD Tampan Mental sedangkan tempat penelitian yang akan
dijadikan peneliti di Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum Provinsi
Kalimantan Selatan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Keluarga


2.1.1 Definisi Keluarga
Keluarga adalah bagian dari masyarakat yang peranannya sangat
penting untuk membentuk kebudayaan yang sehat. Dari keluarga
inilah pendidikan kepada individu dimulai dan dari keluarga inilah
akan tercipta tatanan masyarakat yang baik, sehingga untuk
membangun suatu kebudayaan maka seyogyanya dimulai dari
keluarga (Murwani, 2012).

Depkes (2010) mendefinisikan keluarga sebagai suatu system


social yang terdiri dari dua orang atau lebih yang dihubungkan
karena hubungan darah, hubungan perkawinan, hubungan adopsi
dan tinggal bersama untuk menciptakan suatu budaya tertentu.

Friedman, et al (1998) menyatakan keluarga dua orang atau lebih


individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena petalian
darah, ikatan perkawinan atau adopsi.

2.1.2 Bentuk Keluarga


Murwani A (2012) membagi tipe atau bentuk keluarga sebagai
berikut :
2.1.2.1 Tipe Tradisional
a. The Nuclear Family
Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak.
b. The Dyad Family
Keluarga yang terdiri dari suami, istri (tanpa anak)
yang hidup bersama dalam satu rumah.

9
10

c. Keluarga Usila
Keluarga yang terdiri dari suami, istri yang sudah tua
dengan anak sudah memisahkan diri.
d. The Chidles Family
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan
untuk mendapatkan anak terlambat waktunya yang
disebabkan karena mengejar karier atau pendidikan
yang terjadi pada wanita.
e. The Extenden Family
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi.
f. The Single Parent Family
Keluarga yang terdiri dari satu orang dengan anak, hal
ini melalui proses perceraian atau kematian.
g. Commuter Family
Keluarga dengan kedua orang tua bekerja di kota yang
berbeda, tapi salah satu kota tersebut sebagai tempat
tinggal dan orang tua yang bekerja di luat kota bisa
berkumpul dengan keluarga saat akhir pekan.
h. Multigeneration Family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok
umum yang tinggal bersama dalam satu rumah.
i. Kin-Networl Family
Keluarga yang terdiri dari beberapa keluarga inti yang
tinggal dalam satu rumah atau saling berdekatan dan
menggunakan barang-barang dan pelayanan yang sama
seperti dapur, kamar mandi, TV, radio, dll.
j. Blended Family
Keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah
kembali dan membesarkan anak dari perkawinan
sebelumnya.
k. The Single Adult Living Alone
11

Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup


sendiri karena pilihannya atau perpisahan seperti
perceraian atau ditinggal mati.

2.1.2.2 Tipe Non Tradisional


a. The Unmarriedteenage Mather
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu)
dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
b. The Stepparent Family
Keluarga dengan orang tiri.
c. Commune Family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang
tidak ada hubungan saudara hidup bersama dalam satu
rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman
yang sama.
d. The Non Marital Heterrosexual Cohibitang Family
Keluarga yang hidup bersama dan berganti-ganti
pasangan tanpa melalui pernikahan.
e. Gay and Lesbian Family
Seseorang yang mempunyai persamaan seks hidup
bersama sebagaimana suami, istri (marital pathner).
f. Cohibiting Couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan
perkawinan karena beberapa alasan tertentu.
g. Group Marriage Family
Beberapa orang dewasa menggunakan alat-alat rumah
tangga bersama yang saling merasa sudah menikah,
berbagi sesuatu termasuk sexual dan membesarkan
anaknya.
h. Group Network Family
12

Keluarga inti yang dibatasi aturan atau nilai-nilai, hidup


bersama atau berdekatan satu sama lainnya dan dsaling
menggunakan barang-barang rumah tangga bersama,
pelayanan dan tanggung jawab membesarkan anaknya.
i. Family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga atau saudara didalam waktu sementara pada
saat orang tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan
untuk menyatukan kembali keluar aslinya.
j. Homeless Family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai
perlindungan yang permanen karena krisis personal
yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan
problem kesehatan mental.
k. Gang Family
Sebuah keluarga yang deskruktif dari orang-orang
muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga
yang mempunyai dan keluarga yang mempunyai
perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan
kriminal dalam kehidupannya.

2.1.3 Fungsi Keluarga


Fungsi keluarga menurut Widyanto (2014) secara umum
didefinisikan sebagai hasil akhir atau akibat dari struktur keluarga.
Adapun sebuah keluarga mempunyai fungsi antara lain:
2.1.3.1 Fungsi Afektif (The Affective Function)
Fungsi ini berkaitan dengan internal keluarga yang
merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif
berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial
keluarga. Keluarga harus memenuhi kebutuhan kasih
sayang satu anggota keluarganya karena respon kasih
13

sayang satu anggota keluarga ke anggota kaluarga lainnya


memberikan dasar penghargaan terhadap kehidupan
keluarga. Keberhasilan dan kegembiraan dari seluruh
anggota keluarga. Dengan demikian setiap anggota
keluarga dapat saling mempertahankan iklim atau kondisi
yang positif.

2.1.3.2 Fungsi Sosialisasi dan tempat bersosialisasi (Socialization


and Social Placement Function)
Sosialisasi merupakan proses perkembangan dan
perubahan yang dilalui individu yang menghasilkan
interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan
sosial. Sosialisasi merujuk pada banyaknya pengalaman
belajar yang diberikan dalam keluarga. Fungsi keluarga
dapat ditunjukkan dengan membina sosialisasi pada anak,
membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan
tingkat perkembangan anak, serta menentukan nilai-nilai
budaya keluarga. Keluarga mengajarkan anggotanya untuk
bersosialisasi baik secara internal maupun eksternal
keluarga.

2.1.3.3 Fungsi Reproduksi (The Reproductive Function)


Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan
menambah sumber daya manusia dengan memelihara dan
membesarkan anak. Keluarga berfungsi untuk meneruskan
keturunan dan menambah sumber daya manusia dengan
menyediakan anggota baru untuk masyarakat. Fungsi ini
dibatasi oleh adanya program KB, dimana setiap rumah
tangga dianjurkan hanya memiliki 2 orang anak.
14

2.1.3.4 Fungsi Ekonomi (The Economic Function)


Fungsi keluarga dengan mencari sumber-sumber
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan semua anggota
keluarga, seperti kebutuhan makanan, tempat tinggal,
pakaian, dan lain sebagainya.

2.1.3.5 Fungsi Perawatan Kesehatan (The Health Care Function)


Fungsi keluarga dalam perawatan kesehatan yaitu keluarga
mempunyai tugas untuk memelihara kesehatan anggota
keluarganya agar tetap memiliki produktivitas dalam
menjalankan perannya masing-masing.

2.1.4 Tugas keluarga dalam bidang kesehatan


Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan yang perlu dipahami
dan dilakukan. Padila (2012) membagi 5 tugas keluarga dalam
bidang kesehatan yang harus dilakukan yaitu:
2.1.4.1 Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya.
2.1.4.2 Mengambil keputusan untuk melakuakan tindakan yang
tepat.
2.1.4.3 Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
2.1.4.4 Mempertahankan suasana rumah yang sehat.
2.1.4.5 Menggunakan fasilitas kesehatan masyarakat.

2.2 Konsep Motivasi


2.2.1 Definisi Motivasi
Motiv atau motivasi berasal dari kata Latin moreve yang berarti
dorongan dari dalam diri manusia untuk bertindak atau berperilaku
(Notoadmojo, 2010: 119).

Pengertian motivasi tidak terlepas dari kata kebutuhan atau needs


atau want. Kebutuhan adalah suatu potensi dalam diri manusia
15

yang perlu ditanggapi atau direspons. Tanggapan terhadap


kebutuhan tersebut diwujudkan dalam bentuk tindakan untuk
pemenuhan kebutuhan tersebut, dan hasilnya adalah orang yang
bersangkutan merasa atau menjadi puas. Apabila kebutuhan
tersebut belum direspon, maka akan selalu berpotensi untuk
muncul kembali sampai dengan terpenuhinya kebutuhan yang
dimaksud. Misalnya, seseorang yang telah lulus sarjana, akan
menimbulkan kebutuhan mencari pekerjaan, dan sekaligus sebagai
pemenuhan kebutuhan fisik (Notoatmodjo, 2010: 119).

Motivasi diartikan sebagai dorongan untuk bertindak guna


mencapai suatu tujuan tertentu. Hasil motivasi akan diwujudkan
dalam bentuk perilakunya, karena dengan motivasi individu
terdorong memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis, dan sosial
(Pieter, 2010).

Menurut Wiener (1990 dalam Nursalam, 2008: 14) motivasi


didefinisikan sebagai kondisi internal yang membangkitkan kita
untuk bertindak, mendorong kita mencapai tujuan tertentu, dan
membuat kita tetap tertarik dalam kegiatan tertentu. Menurut Uno
(2007 dalam Nursalam, 2008: 14) motivasi dapat diartikan sebagai
dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang yang
diindikasikan dengan adanya hasrat dan minat untuk melakukan
kegiatan.

Menurut Stooner (1992 dalam Notoatmodjo 2010: 119)


mendefinisikan bahwa motivasi adalah sesuatu hal yang
menyebabkan dan yang mendukung tindakan atau perilaku
seseorang. Flippo 1984 dalam Notoatmodjo 2010: 119)
merumuskan bahwa motivasi adalah suatu arahan dalam suatu
16

organisasi agar mau bekerja sama dalam mencapai keinginan para


pegawai dalam rangka pencapaian keberhasilan organisasi.

Menurut Knootz (1972 dalam Notoatmodjo 2010: 199)


merumuskan bahwa motivasi mengacu pada dorongan dan usaha
untuk memuaskan kebutuhan atau suatu tujuan. Hasibun (1995
dalam Notoatmodjo 2010: 119) yang merumuskan bahwa motivasi
adalah suatu perangsang keinginan dan daya penggerak kemauan
yang akhirnya seseorang bertindak atau berperilaku. Dan
menambahkan bahwa setiap motiv mempunyai tujuan tertentu yang
ingin dicapai.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa


motivasi adalah kekuatan dari dalam diri individu yang mengubah
dan mendukung individu untuk berperilaku dalam mencapai tujuan
tertentu.
2.2.1.1 Teori Motivasi
Teori motivasi menurut Notoatmodjo (2010: 120)
meliputi:
a. Teori McClelland
Menurut McClelland (dalam Sahlan, 2012) mengatakan
bahwa diri dalam manusia ada dua motivasi, yakni
motif primer atau motif yang tidak dipelajari, dan motif
sekunder atau motif yang dipelajari melalui
pengalaman serta interaksi dengan orang lain. Oleh
karena itu motif sekunder timbul karena interaksi
dengan orang lain, maka motif ini sering juga disebut
motif sosial. Motif primer atau motif yang tidak
dipelajari ini secara alamiah timbul pada setiap manusia
secara biologis. Motif ini mendorong seseorang untuk
terpenuhinya kebutuhan bilogisnya misalnya makan,
17

minum, seks, dan kebutuhan-kebutuhan biologis yang


lain. Sedangkan motif sekunder adalah motif yang
ditimbulokan karena dorongan dar luar akibat interaksi
dengan orang lain atau interaksi sosial.
b. Terori Herzberg
Herzberg adalah seorang ahli psikologi dari Universitas
Cleveland, Amerika Serikat. Menurut teori ini, ada dua
faktor yang mempengaruhi seseorang dalam kegiatan,
tugas dan pekerjaannya, yakni:
1) Faktor-faktor yang menyebabkan kepuasan (stisfier)
atau faktor motivasi. Faktor penyebab kepuasan ini
menyangkut kebutuhab psikologis seseorang, yakni
meliputi serangkaian kondisi intrinsik. Faktor
motivasional (kepuasan) ini mencakup antara lain:
a) Prestasi (achievement)
b) Penghargaan (recognition)
c) Tanggung jawab (responsibility)
d) Kesempatan untuk maju (possibility of growth)
e) Pekerjaan itu sendiri (work)
2) Faktor-faktor penyebab ketidakpuasan
(dissatisfaction) atau faktor hygiene. Faktor ini
menyangkut kebutuhan akan pemeliharaan atau
faktor yang merupakan hakikat manusia yang ingin
memperoleh kesehatan badaniah. Faktor hygiene
yang menimbulkan ketidak puasan melakukan
kegiatan, tugas atau pekerjaan antara lain:
a) Kondisi kerja fisik (physical environment)
b) Hubungan interpersonal (interpersonal
relationship)
c) Kebijakan dan administrasi perusahaan (company
and administration policy)
18

d) Pengawasan (supervision)
e) Gaji (salary)
f) Keamanan (job security)
c. Teori Maslow
Maslow mengembangkan teorinya setelah mempelajari
kebutuhan-kebutuhan manusia itu bertingkat-tingkat
atau sesuai dengan Hiraerki dan menyatakan bahwa:
1) Manusia adalah suatu makhluk sosial berkeinginan
dan keinginan itu menimbulkan kebutuhan yang
perlu dipenuhi. Keinginan atau kebutuhan ini
bersifat terus menerus, dan selalu meningkat.
2) Kebutuhan yang telah terpenuhi (dipuaskan),
mempunyai pengaruh untuk menimbulkan keinginan
atau kebutuhan lain dan yang lebih meningkat.
3) Kebutuhan manusia tersebut tampaknya bejenjang
atau bertingkat-tingkat. Tingkatan tersebut
menunjukan urutan kebutuhan yang harus dipenuhi
dalam suatu waktu tertentu.
4) Kebutuhan yang satu dengan kebutuhan yang lain
saling berkaitan, tetapi tidak terlalu dominan
keterkaitan tersebut.

2.2.1.2 Jenis Motivasi


Jenis motivasi menurut Notoatmodjo (2005) adalah:
a. Motif Biologis
Motif biologis adalah motif yang tidak kita pelajari dan
sudah ada sejak kita lahir, misalnya rasa lapar, haus,
seks, pengaturan suhu tubuh, tidur, menghindari rasa
sakit dan kebutuhan akan oksigen.
b. Motif Sosial
19

Motif sosial adalah suatu dorongan untuk bertindak


yang tidak kita pelajari, namun kita pelajari dalam
kelompok sosial dimanapun kita berada. Misalnya
motif untuk mendapatkan penghargaan, motif untuk
berkuasa.

2.2.1.3 Bentuk Motivasi


Bentuk motivasi menurut Stooner dan Freeman (2005,
dalam Nursalam 2011) terdiri dari:
a. Motivasi Intrinsik, yaitu motivasi yang datangnya dari
dalam diri individu itu sendiri. Misalnya orang yang
gemar membaca tanpa ada yang mendorongnya, ia akan
mencari sendiri buku-buku untuk dibacanya: orang
yang rajin dan bertanggung jawab tanpa usaha
menunggu komandan, sudah belajar dengan sebaik-
baiknya.
b. Motivasi Ekstrinsik, yaitu motivasi yang datangnya dari
luar individu. Misalnya sesorang melakukan sesuatu
karena untuk menenangkan hadiah yang khusus
ditawarkan untuk perilaku tersebut.
c. Motivasi Terdesak, yaitu motivasi yang muncul dalam
kondisi terjepit dan munculnya serentak serta
menghendak dan cepat sekali.

2.2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi


Menurut Sujak (1990 dalam Ratiani, 2011) ada 3 faktor
yang mempengaruhi motivasi, yaitu:
a. Minat
Minat adalah kecenderungan dalam diri seseorang
untuk maju dan berkembang dalam beraktivitas.
b. Sikap
20

Sikap adalah suatu sindroma atau kumpulan gejala


dalam mersepon simulasi atau objek, sehingga sikap itu
melibatkan pikiran, perasaan, perhatian.
c. Kebutuhan
Maslow membagi kebutuhan menjadi lima tingkatan,
yaitu: kebutuhan fisiologis, kubutuhan rasa aman,
kebutuhan sosial dan kasih sayang, kebutuhan harga
diri dan kebutuhan aktualisasi diri.
1) Kebutuhan fisiologis
Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan untuk
mempertahankan hidup, oleh sebab itu sangat
pokok. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan yang
sangat vital bagi manusia, yakni: sandang, pangan,
dan papan (pakaian, makan, minuman, dan
perumahan).
2) Kebutuhan rasa aman
Kebutuhan rasa aman mempunyai bentangan yang
sangat luas, mulai dari rasa aman dari ancaman
alam, misalnya hujan, rasa aman dari orang jahat,
rasa aman dari masalah kesehatan atau bebas dari
penyakit, sampai dengan rasa aman dari ancaman
dikeluarkan dari pekerjaan. Kebutuhan akan
keamanan ini bukan saja keamanan fisik, tapi juga
keamanan secara psikologis, misalnya bebas dari
tekanan atau intimidasi dari pihak lain.
3) Kebutuhan sosialisasi atau afiliasi dengan orang
lain
Kebutuhan ini dapat diwujudkan melalui keikut
sertaan seseorang dalam suatu organisasi atau
perkumpulan-perkumpulan tertentu. Manusia pada
dasarnya adalah makhluk sosial, yang selalu ingin
21

bekelompok atau bersosialisasi dengan orang lain.


Kebutuhan berfiliasi dengan orang lain pada
prinsipnya agar dirinya itu diterima dan disayangi
oleh orang lain sebagai anggota kelompoknya.
4) Kebutuhan akan penghargaan
Setelah ketiga kebutuhan (fisiologis, rasa aman,
dan afiliasi) tersebut terpenuhi maka kebutuhan
berikutnya, yakni kebutuhan penghargaan akan
muncul. Kebutuhan penghargaan ini adalah
kebutuhan prestise dan kebutuhan ini bukan
monopoli bagi pejabat atau pimpinan perusahaan
atau organisasi saja. Orang serendah apapun
kedudukan atau jabatannya, setelah ketiga
kebutuhan tersebut terpenuhi, maka kebutuhan
penghargaan ini muncul atau ingin dipenuhi.
5) Kebutuhan aktualisasi diri
Kebutuhan aktualisasi diri adalah merupakan
realisasi diri secara lengkap dan penuh. Pemenuhan
kebutuhan aktualisasi diri diantara seorang yang
satu dengan yang lain akan berbeda. Program
pendidikan jangka panjang bergelar dalam
pelatihan (pendidikan jangka pendek) didalam
suatu institusi atau organisasi adalah merupakan
bentuk pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri bagi
karyawannya atau anggotanya.

2.2.1.5 Metode meningkatkan motivasi


Metode untuk meningkatkan motivasi menurut
Notoatmodjo (2010: 120) yaitu:
a. Metode langsung (Direct motivation)
22

Pemberian materi atau nonmateri kepada orang secara


langsung untuk memenuhi kebutuhan merupakan cara
yang langsung dapat meningkatkan motivasi kerja.
Yang dimaksud dengan pemberian materi adalah
misalnya pemberian bonus, pemberian hadiah pada
waktu tertentu. Sedangkan pemberian nonmateri antara
lain memberikan pujian, memberikan penghargaan dan
tanda-tanda penghormatan yang lain dalam bentuk surat
atau piagam.
b. Metode tidak langsung (Indirect motivation)
Adalah suatu kewajiban memberikan kepada anggota
suatu organisasi berupa fasilitas atau sarana kesehatan.
Misalnya membangun atau menyediakan air bersih
kepada suatu desa tertentu yang dapat menunjang
perilaku kesehatan mereka. Dengan fasilitas atau sarana
dan prasarana tersebut, masyarakat akan merasa
dipermudah dalam memperoleh air bersih, sehingga
dapat mendorong lebih baik kesehatannya. Upaya
peningkatan motivasi seperti tersebut, dengan
memberikan sesuatu kepada masyarakat dipandang
sebagai cara atau metode untuk meningkatkan motivasi
berperilaku hidup sehat.

2.2.1.6 Alat meningkatkan motivasi


Menurut Notoatmodjo (2010: 130) alat motivasi
dikelompokkan menjadi 3, yaitu:
a. Material, alat motivasi material adalah apa yang
diberikan kepada masyarakat dapat memenuhi
kebutuhan untuk hidup sehat, yaitu berupa uang atau
barang yang merupakan faktor pemungkin untuk
melakukan hidup sehat.
23

b. Nonmateri, alat motivasi nonmateri adalah pemberian


tersebut tidak dapat dinilai dengan uang, tetapi
pemberian sesuatu yang hanya memberikan kepuasan
atau kebanggan kepada orang atau masyarakat.
c. Kombinasi materi dan nonmateri, alat motivasi ini
adalah kedua-duanya, baik materil maupun
nonmaterial. Disamping fasilitas yang diterima, bonus
yang diterima, masyarakat juga memperoleh
penghargaan berupa piagam atau medali, dan
sebagainya.

2.2.1.7 Cara pengukuran motivasi


Motivasi tidak mempunyai skala pengukuran baku, namun
menurut Notoatmodjo (2010: 135) ada cara untuk
mengukur motivasi yaitu:
a. Tes proyektif
Apa yang kita katakan merupakan cerminan dari apa
yang ada pada kita. Kita harus memberikan stimulasi
yang harus diinterpretasikan untuk memahami apa yang
dipikirkan orang. Salah satu teknik proyeksi yang
banyak dikenal adalah Thematic Apperception Test
(TAT), klien diberikan gambar dan klien diminta
bercerita untuk membuat gambaran tersebut.
b. Kuesioner
Cara untuk motivasi melalui kuesioner adalah dengan
meminta klien untuk mengisi kuesioner berisi
pertanyaan-pertanyaan yang dapat memancing motivasi
klien, contohnya kebutuhan untuk bepretasi, berfiliasi
dengan orang lain, membina hubungan dengan lawan
jenis dan bertindak agresif.
24

c. Observasi perilaku
Cara lain untuk mengukur motivasi adalah dengan
membuat situasi sehingga klien dapat memunculkan
perilaku yang dapat mencerminkan motivasinya.
Misalnya untuk mengukur keinginan untuk berpretasi,
klien diminta untuk memproduksi origami dengan
waktu tertentu. Perilaku yang di observasi adalah
apakah klien menggunakan umpan balik yang di
berikan, mengambil keputusan yang berisiko dan
mementingkan kualitas dari pada kuantitas kerja.

2.3 Pemenuhan Kebutuhan Personal Hygiene : Berpakaian


2.3.1 Konsep Dasar Personal Hygiene
2.3.1.1 Definisi personal hygiene
Personal Hygiene atau kebersihan adalah upaya seseorang
dalam memelihara kebersihan dan kesehatan dirinya untuk
memperoleh kesejahteraan fisik dan psikologis (Wahit &
Nurul 2008).
Personal Hygiene berasal dari bahasa yunani yaitu
personal yang artinya perorangan dan Hygiene berarti
sehat. Personal Hygiene adalah suatu tindakan untuk
memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk
kesejahteraan fisik dan psikis (Tarwoto & Wartonah,
2010).

2.3.1.2 Tujuan
Tujuan kebersihan diri menurut Tarwoto dan Watonah
(2008) adalah:
a Meningkatkan derajat kesehatan seseorang
b Memelihara kebersihan diri seseorang
c Memperbaiki kebersihan diri yang kurang
25

d Pencegahan penyakit
e Meningkatkan rasa percaya diri seseorang
f Menciptakan keindahan

2.3.1.3 Jenis jenis Personal Hygiene


Personal Hygiene merupakan salah satu tindakan
perawatan dasar yang dilakukan oleh perawat setiap hari di
rumah sakit (Depkes, R1, 1987). Tindakan tersebut
meliputi :
a. Perawatan kulit kepala dan rambut serta seluruh tubuh
b. Perawatan Mata
c. Perawatan Hidung
d. Perawatan Telinga
e. Perawatan Gigi dan Mulut
f. Perawatan Kuku Tangan dan Kaki
g. Perawatan Genitalia
h. Perawatan Tubuh (Memandikan)

2.3.2 Defisit Perawatan Diri


Defisit perawatan diri menggambarkan suatu keadaan seseorang
yang mengalami gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas
perawatan diri seperti mandi, berganti pakaian, makan dan toileting
(sari, 2009). Menurut (NANDA: dalam Wilkinson. 2009), defisit
perawatan diri terbagi atas 4 kegiatan yaitu : mandi/hygiene,
berpakaian/berhias, makan dan toileting.
2.3.2.1 Defisit perawatan diri : Mandi
Defisit perawatan diri : mandi adalah gangguan
kemampuan untuk melakukan atau memenuhi aktivitas
mandi. Batasan karakteristik mandi menurut adalah
mengeringkan badan, mengambil perlengkapan mandi,
26

mendapatkan atau menyediakan air, mengatur suhu dan


aliran air mandi, membersihkan tubuh atau anggota tubuh.

2.3.2.2 Defisit perawatan diri : Berpakaian/berhias


Defisit perawatan diri : berpakaian lengkap dan berhias.
Batasan karakteristik berpakaian/berhias adalah
mengenakan pakaian, mengambil atau menggantikan
pakaian, mengenakan dan melepaskan bagian-bagian
pakaian yang penting, memilih pakaian, mempertahankan
penampilan pada tingkat yang memuaskan, mengambil
pakaian, mengenakan pakaian pada tubuh bagian bawah,
mengenakan pakaian pada tubuh bagian atas, mengenakan
sepatu, mengenakan kaos kaki, melepaskan pakaian,
menggunakan alat bantu dan menggunakan restleting.

2.2.2.3. Defisit perawatan diri : Makan


Defisit perawatan diri : makan adalah suatu hambatan
kemampuan untuk memenuhi atau mencukupi aktivitas
makan. Batasan karakteristikmya adalah menyuap
makanan dari piring ke mulut, mengunyah makanan,
menyelesaikan makanan, mencerna makanan dengan cara
yang dapat diterima oleh mayarakat, mencerna makanan
secara aman, mencerna makanan yang cukup,
memanipulasi makanan di mulut, membuka wadah,
mengambil cangkir/gelas, menyiapkan makanan untuk
dikunyah, menelan makanan, dan menggunakan alat bantu
makan.

2.3.2.4 Defisit perawatan diri : toileting


Defisit perawatan diri : toileting adalah suatu hambatan
kemampuan untuk melakukan atau melengkapi kegiatan
27

eliminasi. Batasan karakteristiknya adalah


ketidakmampuan untuk melakukan kegiatan kegiatan
eliminasi atau ke kamar kecil, ketidakmampuan untuk
duduk atau bangun dari toilet atau kamar kecil,
ketidakmampuan untuk melepas atau menggunakan
pakaian, ketidakmampuan untuk membersihkan diri
sehabis eliminasi, dan ketidakmampuan untuk meyiram
toileting dan commode.

2.3.2.5. Dampak yang sering timbul pada masalah personal


hygiene
a. Dampak Fisik
Kebersihan kulit dan membran mukosa sangatlah
penting karena kulit merupakan garis pertahan tubuh
yang pertama dari kuman penyakit. Dalam
menjalankkan fungsinya, kulit menerima berbagai
rangsangan dari luar dan menjadi pintu masuk utama
pathogen dalam tubuh. Bila kulit bersih dan
terpelihara, kita dapat terhindar dari berbagai penyakit,
gangguan atau kelainan yang mungkin muncul. Selain
itu, kondisi kulit bersih akan menciptakan perasaan
segar dan nyaman, serta membuat seseorang terlihat
cantik.
b. Dampak Psikososial
Masalah yang berhubungan dengan personal hygiene
adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman , kebutuhan
dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, dan
gangguan interaksi sosial. (Damaiyanti, 2014: 152).

2.3.3 Pentingnya Pakaian


Pentingnya pakaian bagi manusia :
28

Pakaian adalah salah satu kebutuhan pokok bagi manusia, tanpa


pakaian manusia tidak dapat menutupi tubuhnya dengan aman.
Pakaian juga adalah hal yang penting untuk menunjang
penampilan, dengan pakaian manusia dapat memiliki kepercayaan
diri dihadapan manusia lainnya.
Pakaian adalah pelindung tubuh yang paling utama dari hal-hal lain
seperti perawatan-perawatan kulit dan sebagainya. Manusia dapat
merasakan manfaat dari pakaian yaitu : penutup badan dari
sengatan panas matahari, menutup aurat, penunjang penampilan
agar terlihat lebih baik dan percaya diri.

2.3.4 Faktor faktor yang Mempengaruhi personal hygiene


Faktor-faktor yang mempengaruhi Personal Hygiene menurut
Damaiyanti (2014: 148) antara lain :
2.3.4.1 Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri. Misalnya dengan adanya perubahan fisik
sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
2.3.4.2 Praktik Sosial
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri,
maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal
hygiene.
2.3.4.3 Status soosial ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti,
sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampoo, alat mandi yang
semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
2.3.4.4 Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting, karena
pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan.
Misalnya pada pasien diabetes mellitus ia harus menjaga
kebersihan kakinya.
29

2.3.4.5 Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tentu tidak
boleh dimandikan.
2.3.4.6 Kebiasaan seseorang
Ada sebagian orang yang menggunakan produk tertentu
dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, pasta gigi,
sikat gigi, shampoo, dan lain-lain.
2.3.4.7 Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu atau sakit kemampuan untuk
merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk
melakukannya.

2.3.5 Tingkat Kemampuan Perawatan diri


Penelitian Andayani (2012) tingkat kemampuan perawatan diri
seseorang dipengaruhi oleh usia, tahap perkembangan, pengalaman
hidup, latar belakang, sosiokultural, kesehatan, dan sumber-sumber
yang tersedia.. Kemampuan perawatan diri dijelaskan oleh
Swanburg & Swanburg (1999) dan Dorothea Orem (2001) untuk
mengidentifikasi kebutuhan bantuan yang dapat terpenuhi oleh
perawat atau pasien sendiri Swanburg & Swanburg (1999)
mengelompokkan tingkat ketergantungan menjadi perawatan
mandiri, minimal, moderat, ekstensif (semi total), dan intensif
(total). Orem membagi tiga tipe, yaitu wholly compensatory
syste/total care, partly compensatory system/partial care), dan
supportive-educative system/self care.

Cara Mengukur kemampuan pasien dalam memenuhi perawatan


diri digambarkan berdasarkan skala tingkat ketergantungan
menurut NANDA dalam Wilkinson (2009) sebagai berikut: tingkat
0 merupakan tingkatan tertinggi yang ditandai dengan kemandirian
penuh dalam kegiatan sehari-hari; tingkat 1 ditandai dengan
30

penggunaan alat-alat atau bahan pembantu meskipun dilakukan


secara mandiri dan tanpa ketergantung pada orang lain; tingkat 2
ditandai dengan diperlukannya bantuan orang lain untuk
pengawasan; tingkat 3 ditandai dengan diperlukannya alat-alat dan
bahan bantu serta pengawasan dari orang lain; tingkat 4 adalah
tingkatan terendah dimana klien sepenuhnya tergantung pada
bantuan orang lain (Andayani, 2012).
Penjelasan tentang kemampuan perawatan diri : Berpakaian
Semi Ketergantungan Ketergantungan
Faktor (0) (+1)
mandiri (+2) sebagian (+3) Total (+4)
Mandiri Perlu Perlu Perlu bantuan dari Perlu bantuan
total menggunakan bantuan dari orang lain dan orang lain, tidak
alat bantu orang lain alat bantu berpartisipasi
untuk dalam aktivitas
membantu,
mengawasi
atau
mengajarkan
Berpakaian Perawat Perawat menyisir Pasien perlu
mempersiapk rambut pasien, dikenakan
an pakaian, membantu pakaian dan tidak
dapat mengenakan dapat membantu .
mengancingk pakaian, Perawat menyisir
an, mengancingkan, rambut pasien.
merestleting, merestleting
atau pakaian dan
mengikat mengikat sepatu
pakaian.
Pasien dapat
mengenakan
pakaian
sendiri.
31

Tabel 2.1. Klasifikasi tingkat kemampuan klien dalam perawatan diri


: berpakaian

2.4 Konsep Gangguan Jiwa


2.4.1 Defini Gangguan Jiwa
Gangguan jiwa adalah suatu perubahan pada fungsi jiwa yang
menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan
penderita pada individu dan atau hambatan dalam melaksanakan
fungsi sosial (Depkes RI, 2007).
Gangguan jiwa adalah sindrom atau pola perilaku yang secara klinis
bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan
menimbulkan hendaya pada satu atau lebih fungsi kehidupan
manusia (Keliat, 2011).

2.4.2 Penggolongan dan Klasifikasi Gangguan Jiwa


PPDGJ III tahun 1993, menggolongkan diagnosis gangguan jiwa ke
dalam 100 kategori diagnosis, mulai dari F00 F98. Beberapa
gangguan jiwa memiliki berbagai tanda dan gejala yang sangat luas
sehingga dilakukan penyusunan urutan blok-blok diagnosis yang
berdasarkan suatu hierarki.

Urutan hierarki blok diagnosis gangguan jiwa berdasarkan PPDGJ III


yaitu sebagai berikut:
Blok Diagnosa Gangguan Kode Ciri Khas Etiologi
I Gangguan mental organik F00-F09
& simtomatik Organik/fisik
Gangguan mental dan F10-F19 jelas,
perilaku akibat zat primer/sekunder
psikoaktif
II Skizofrenia, gangguan F20-F29 Gejala psikotik Organik tidak
skizotifal dan gangguan jelas
waham
32

III Gangguan suasana F30-F39 Gejala gangguan


perasaan (mood/afektif) afek
IV Gangguan neurotik, F40-F49 Gejala non Non organik
gangguan somatoform, psikotik
gangguan stres
V Sindrom perilaku yang F50-F59 Gejala disfungsi Non organik
berhubungan dengan fisiologis
gangguan fisiologis dan
faktor fisik
VI Gangguan kepribadian dan F60-F69 Gejala perilaku Non organik
perilaku masa dewasa
VII Retardasi mental F70-F79 Gejala
perkembangan IQ
VIII Gangguan perkembangan F80-F89 Gejala
psikologis perkembangan
khusus
IX Gangguan perilaku dan F90-F98 Gejala
emosional dengan onset perilaku/emosional
masa kanak remaja
X Kondisi lain yang menjadi Z Tidak tergolong
fokus perhatian klinis gangguan jiwa

Tabel 2.2 Penggolongan Gangguan Jiwa berdasarkan PPDGJ-III

2.4.3 Penyebab Umum Gangguan Jiwa


Menurut Yosep (2007), sumber penyebab gangguan jiwa
dipengaruhi oleh faktor-faktor somatogenik,psikogenik dan
sosiogenik yang terus menerus saling mempengaruhi, yaitu:
2.4.3.1 Faktor keturunan
Pada mongolism atau Sindroma Down terdapat trisoma
pada pasangan kromosom no. 21. Sindroma Turner
berhubungan dengan jumlah kromosom seks yang
abnormal.
33

2.4.3.2 Cacat Kongenital


Cacat kongenital atau sejak lahir dapat mempengaruhi
perkembangan jiwa anak, terlebih yang berat seperti
retardasi mental yang berat.
2.4.3.3 Perkembangan psikologik yang Salah
Ketidakmampuan atau fiksasi yaitu individu gagal
berkembang lebih lanjut ke fase berikutnya. Distorsi yaitu
bila individu mengembangkan sikap atau pola reaksi yang
tidak sesuai atau gagal mencapai integrasi kepribadian
yang normal.
2.4.3.4 Genetika
Individu yang memiliki hubungan sebagai ayah, ibu,
saudara atau anak memiliki kecenderungan 10%,
keponakan atau cucu kejadiannya 2-4%, kembar identik
memiliki kecenderungan 46-48%, kembar dyzigot memiliki
kecenderungan 14-17%.
2.4.3.5 Neurobiologikal
Klien yang mengalami gangguan jiwa memiliki ciri-ciri
biologis yang khas terutama pada susunan dan struktur
syaraf pusat, biasanya klien mengalami pembesaran
ventrikel ke-3 sebelah kirinya, lobus frontalis yang lebih
kecil dari rata-rata orang yang normal.
2.4.3.6 Biokimiawi Tubuh
Serotonin terlibat dalam gangguan depresi dan ansietas dan
mungkin juga dalam gangguan makan. Dopamin terlibat
dalam gangguan skizofrenia. Perubahan kadar norepinefrin
dapat menyebabkan gangguan depresif, termasuk gangguan
bipolar. Perubahan kadar asetilkolin berkaitan dengan
penyakit alzheimer.
2.4.3.7 Sebab Biologik
34

Bentuk tubuh berhubungan dengan gangguan jiwa, orang


yang terlalu peka/sensitif biasanya mempunyai masalah
kejiwaan dan ketegangan yang memiliki kecenderungan
mengalami gangguan jiwa.
2.4.3.8 Sebab Psikologik
Mengalami frustasi, kegagalan dan keberhasilan yang
dialami akan mewarnai sikap, kebiasaan dan sifatnya
dikemudian hari.

2.4.4 Proses Perjalanan Penyakit Gangguan Jiwa


Gejala mulai timbul biasanya pada masa remaja atau dewasa awal
sampai dengan umur pertengahan dengan melalui beberapa fase
(Yosep, 2007).
Fase-fase perjalanan penyakit gangguan jiwa tersebut, antara lain:
2.2.4.1 Fase Prodomal
Berlangsung antara 6 bulan 1 tahun, gangguan dapat
berupa perawatan diri, gangguan pikiran, dan persepsi,
gangguan dalam pekerjaan akademik, serta gangguan
fungsi sosial.

2.4.4.2 Fase Aktif


Berlangsung kurang lebih 1 bulan, gangguan dapat berupa
gejala psikotik seperti halusinasi, delusi, disorganisasi,
proses berpikir, gangguan bicara, gangguan perilaku
disertai kelainan neurokimiawi.
2.4.4.3 Fase Residual
Klien mengalami 2 gejala, yaitu gangguan afek dan
gangguan peran, serangan biasanya berulang
35

2.4.5 Gejala Gangguan Jiwa


Manifestasi penyakit pada manusia pada mulanya diperlihatkan dalam
bentuk gejala atau simtom. Dalam bidang psikiatri simtom didefinisikan
sebagai tanda-tanda yang diperlihatkan oleh penderita dapat diamati
tetapi sering juga tidak dapat diamati sehingga hanya merupakan
keluhan penderita. Sebenarnya simtom yang timbul itu merupakan pola
reaksi dalam usaha melakukan penyesuaian (adaptasi) terhadap keadaan
(stressor) yang sedang dihadapinya (Soewadi, 2002).
2.4.5.1 Gangguan Kognisi
Kognisi adalah suatu proses mental dimana seseorang
menyadari dan mempertahankan hubungan dengan
lingkungannya baik lingkungan dalam maupun lingkungan
luarnya (fungsi mengenal).
Proses kognisi tersebut adalah sebagai berikut:
a. Gangguan sensasi
Yaitu seseorang yang mengalami gangguan kesadaran akan
suatu rangsangan.
Yamg termasuk dalam gangguan sensasi adalah sebagai
berikut:
1) Hiperestesia: terjadi peningkatan abnormal dari
kepekaan dalam proses pengindraan.
2) Anestesia: keadaan yang sama sekali tidak dapat
merasakan sama sekali baik perasaan maupun
pengindraan.
3) Parastesia: keadaan dimana terjadi perubahan pada
perasaan yang normal (biasanya rasa raba), misalnya
kesemutan.

b. Gangguan persepsi
Gangguan persepsi adalah kesadaran akan suatau
rangsangan yang dimengerti, sensasi yang didapat dari
36

proses interaksi dan asosiasi macam-macam rangsangan


yang masuk.
Yang termasuk dalam persepsi adalah sebagai berikut:
1) Ilusi: suatu persepsi yang salah/palsu atau interpretasi
yang salah terhadap suatu benda.
2) Halusinasi: seseorang yang mempersepsikan sesuatu
dan kenyataannya sesuatu tersebut tidak ada atau tidak
berwujud.
3) Depersonalisasi: suatu perasaan aneh pada diri sendiri
dan tidak sesuai dengan kenyataan.
4) Derealisasi: perasaan aneh tentang lingkungan yang
tidak sesuai dengan kenyataan.

2.4.5.2 Gangguan Perhatian


Perasaan adalah suatu proses kognitif yaitu pemusatan atau
konsentrasi.
a. Inhibisi: semua rangsangan yang tidak termasuk objek
perhatian harus disingkirkan.
b. Apersepsi: hal-hal yang dikemukakan hnya hal yang
berhubungan erat dengan objek perhatian.
Dibawah ini adalah beberapa bentuk gangguan perhatian, yaitu:
a. Distrakbiliti adalah perhatian yang mudah dialihkan oleh
rangsangan yang tidak berarti, misalnya suara nyamuk.
b. Aproseksia adalah suatu keadaan dimana terdapat
ketidaksanggupan untuk memperhatikan secara tekun
terhadap situasi/keadaan.
c. Hiperproseksia adalah sutu keadaan dimana terjadi
pemusatan/konsentrasi, perhatian yang berlebih sehingga
sangat mempersempit persepsi yang ada.
37

2.4.5.3 Gangguan Ingatan


Ingatan adalah kesanggupan untuk mencatat, menyimpan serta
memproduksi isi dan tanda-tanda kesadaran. Proses ingatan
terdiri atas 3 unsur, yaitu pencatatan (registration),
penyimpanan (preservation) dan pemanggilan data (recalling).
Beberapa bentuk ingatan adalah sebagai berikut:
a. Amnesia adalah ketidakmampuan mengingat kembali
pengalaman yang ada, dapat bersifat sebagian atau total
retrograd/antergrad.
b. Hipernemsia adalah suatu keadaan pemanggilan kembali
yang berlebihan sehingga seseorang dapat menggambarkan
kejadian-kejadian yang lalu dengan sangat teliti.
c. Paramnesia (pemalsuan/penyimpangan ingatan) adalah
gangguan dimana terjadi penyimpangan ingatan lama yang
lama dikenal dengan baik.
Beberapa bentuk dari paramnesia adalah sebagai berikut:
1) Konfabulasi adalah keadaan dimana secara sadar
seseorang mengisi lubang-lubang dalam ingatannya
dengan cerita yang tidak sesuai dengan kenyataan.
2) Dejavu (ilusi ingatan) adalah suatu perasaan seakan-
akan pernah melihat sesuatu yang sebenarnya belum
pernah melihat.

2.4.5.4 Gangguan Asosiasi


Asosiasi adalah proses mental dimana perasaan, kesan atau
gambaran ingatan cenderung menimbulkan kesan atau
gambaran ingatan respon/konsep lain, yang sebelumnya
berkaitan dengannya.
Beberapa bentuk gangguan asosiasi adalah sebagai berikut:
a. Retardasi yaitu proses asosiasi yang berlangsung lama.
38

b. Perserevasi yaitu suatu asosiasi diulang-ulang kembali


secara terus menerus dimana seakan-akan seseorang
tersebut tidak sanggup untuk melepaskan ide yang
diucapkan.
c. Flight of ideas yaitu pikiran yang meloncat-loncat.
d. Inkoherensi atau asosiasi longgar yaitu ide yang muncul
tidak ada hubungannya antara satu dengan yang lainnya.
e. Blocking yaitu kegagalan untuk mengungkapkan sesuatu
atau tiba-tiba diam saat berbicara dan penderita tidak dapat
menjelaskan kenapa dia berhenti.
f. Aphasia yaitu keadaan kegagalan menggunakan atau
memahami bahasa.

2.4.5.5 Gangguan Pertimbangan


Pikiran adalah proses mental yang membandingkan/menilai
beberapa pilihan dalam suatu kerja atau tindakan dengan
memberikan nilai untuk memutuskan maksud dan tujuan dari
tindakan tersebut.

2.4.5.6 Gangguan Pikiran


Pikiran adalah meletakan hubungan antara berbagai bagian dari
pengetahuan seseorang. Berpikir adalah proses mempersatukan
ide, menghubungkan ide, membentuk ide-ide baru dan
membentuk pengertian untuk menarik kesimpulan. Proses pikir
ini meliputi proses pertimbangan pemahaman, ingatan serta
penalaran. Proses pikir yang normal adalah mengandung arus
ide, simbol dan asosiasi terarah tujuan atau koheren.
39

2.4.5.7 Gangguan Kesadaran


Kesadaran adalah kemampuan seseorang untuk mengadakan
hubungan dengan lingkungan serta dirinya sendiri melalui
pancaindera.
Bentuk-bentuk gangguan kesadaran adalah sebagai berikut:
a. Kesadaran kuantitatif
1) Apatis, mengantuk
2) Samnolen, kesadaran seperti mengantuk, bereaksi bila
dirangsang.
3) Sopor, hanya bereaksi dengan rangsangan yang sangat
kuat, ingatan dan orientasi serta pertimbangan sudah
hilang.
4) Subkoma dan koma.
b. Kesadaran kualitatif
1) Stupor: karena faktor psikogen didapatkan pada
keadaan katatonia, depresi, epilepsi, ketakutan dan
reaksi disosiasi.
2) Twilight state: kehilangan ingatan atas dasar psikologik
yang mana kesadaran terganggua dan dalam keadaan
sangat mengaburkan sehingga tidak mengenali
lingkungan.
3) Fuge: penurunan kesadaran dengan keadaan steres
berat, tetapi masih bisa mempertahankan kebiasaan dan
keterampilan.
4) Confusing/bingung: keadaan dimana didapatkan
kesulitan pengertian mengacu, disorientasi dang
gangguan fungsi asosiasi.
5) Tranco/trans: keadaa kesadaran tanpa reaksi ang jelas
terhadap ligkungan, dimulai secara mendadak yaitu
roman muka tampak seperti bengong, kehilangan akal
40

atau melamun. Dapat ditimbulkan oleh hipnotis atau


upacara kepercayaan.

2.4.5.8 Gangguan Orientasi


Orientasi adalah kemampuan seseorang untuk mengenal
lingkungannya serta hubungannya dengan waktu, ruang
terhadap dirinya serta orang lain. Disorientasi atau gangguan
orientasi dapat timbul sebagai gangguan dari kesadaran waktu,
tempat, dan orang.

2.4.5.9 Gangguan Kemauan


Kemauan adalah proses dimana keinginan-keinginan
dipertimbangkan lalu diputuskan untuk dilaksanakan sampai
mencapai tujuan.
Bentuk-bentuk gangguan kemauan adalah sebagai berikut:
a. Abulia yaitu keadaan inaktivitas sebagai akibat
ketidaksanggupan membuat keputusan atau memulai suatu
tingkah laku.
b. Rigiditas/kekakuan yaitu ketidakmampuan memiliki
keleluasaan dalam memutuskan untuk mengubah tingkah
laku.
c. Komplusi yaitu keadaan dimana terasa didorong untuk
melakukan suatu tindakan yang tidak rasional.

2.4.5.10 Gangguan Afek dan Emosi


Emosi adalah pengalam yang sadar dan memberikan pengaruh
pada aktivitas tubuh dan menghasilkan sensasi organik. Afek
adalah perasaan emosional seseorang yang menyenangkan
atau tidak yang menyertai suatu pikiran yang berlangsung
lama. Emosi merupakan manifestasi afek yang keluar disertai
oleh banyak komponen fisiologik yang berlangsung singkat.
41

Bentuk-bentuk gangguan emosi dan afek adalah sebagai


berikut:
a. Euforia: emosi yang menyenangkan atau rasa gembira
yang berlebihan dan tidak sesuai dengan keadaannya.
b. Elasi: euforia yang berlebihan disertai dengan motorik dan
sering tersinggung.
c. Eksaltasi: elasi yang berlebihan yang disertai dengan
waham kebesaran.
d. Inappropiate afek (afek yang tidak sesuai): gejala
gangguan emosi imana perasaan emosi tersebut tidak
sesuai dengan kenyataan lingkungannya.
e. Emosi labil: gejala dimana terdapat ketidakstabilan yang
berlebihan dan bermacam emosional yang mudah berubah.
f. Apatis: tidak ada sama sekali reaksi emosional dalam
keadaan yang seharusnya menimbulkan emosional.
g. Emosi datar
h. Emosi tumpul.

2.4.5.11 Gangguan Psikomotor


Psikomotor adalah gerakan badan yang dipengaruhi oleh
keadaan jiwa meliputi kondisi perilaku motorik atau aspek
motorik dari suatu perilaku.
Bentuk gangguan psikomotor adalah sebagai berikut:
a. Aktivitas yang meningkat
1) Hiperaktivitas, hiperkinensia: gerakan yang berlebihan
dengan intensitas respon yang meningkat.
2) Hipertonisitas: peningkatan pegangan otot tubuh.
3) Gaduh gelisah katatonik: motorik yang berlebihan dan
tidak bertujuan serta tidak dipengaruhi oleh
rangsangan.
42

b. Aktivitas yang menurun


1) Hipoaktivitas, hipokinesia: pergerakan yang menurun
dengan dan respon juga menurun.
2) Stupor Katatonik: kelambanan motorik seluruh
aktivitas.
3) Atonisitas: kontraksi otot yang abnormal baik
menyeluruh maupun sebagian.
4) Paralisa: kehilangan fungsi otot secara keseluruhan
atau sebagian.
c. Aktivitas yang terganggu atau tidak sesuai
1) Ataksia: tidak dapat koordinasi gerakan tungkai dan
sikap berdiri.
2) Apraksia: tidak sanggup memanipulasi benda dengan
cara yang terarah.
3) Atetosis: gerakan yang terus menurus dan dirasakan
nyeri.
4) Khoreiform: gerakan yang terus menerus yang tidak
dikuasai oleh kemauan.
5) Tremor: kotraksi otot yang ringan dan ritmis yang
tidak dikuasai atau disadari.
6) Konvulsi: kejang terus menerus pada tubuh yang luas
dan diikuti oleh hilangnya kesadaran.
d. Aktivitas yang berulang-ulang
1) Katalepsi: mempertahankan secara kaku posisi badan
tertentu.
2) Fleksibilitas serea: bentuk katalepsi tetapi
mempertahankan posisi badan yang dibuat oleh orang
lain.
3) Streotipi: gerakan badan berulang-ulang dan tidak
bertujuan.
43

4) Manerisme: gerakan streotipi yang berbentuk ritual


dan selalu diulang.
e. Otomatisme perintah tanpa disadari
1) Otomatisme: perubahan otomatis dari aktivitas tanpa
disadari
2) Ekhopraksia: meniru gerakan orang lain yang dilihat
secara berlangsung.
3) Ekholalia: meniru atau mengulang secara langsung apa
yang dikatakan orang lain.

2.5 Keterkaitan Konsep


2.5.1 Keterkaitan motivasi keluarga dalam kemampuan pemenuhan
kebutuhan personal hygiene berpakaian pasien gangguan jiwa.
Motivasi adalah keinginan yang terdapat pada diri seseorang
individu yang merangsangnya untuk melakukan tindakan-tindakan.
Motivasi itu tampak sebagai suatu usaha positif dalam
menggerakkan, mengerahkan, dan mengarahkan potensi agar
secara produktif berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan yang
ditetapkan sebelumnya. Motivasi dilihat dari segi pasif atau statis,
motivasi akan tampak sebagai kebutuhan sekaligus sebagai
perangsang untuk dapat menggerakkan, mengerahkan,
mengarahkan potensi manusia tersebut ke arah yang diinginkan,
(G.R. Terry dalam Malayu, 2005).

Dengan adanya motivasi keluarga dapat menjadikan individu taat


dan mampu. Kemampuan pasien adalah bentuk sejauh mana
perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh
petugas kesehatan. Pasien bersikap koperatif karena adanya sikap
positif. Sikap positif ini dikarenakan keinginan pasien untuk
sembuh dan mampu memenuhi kebutuhan personal hygiene
berpakaian. Kikkert (2006) dalam Ice Yulia Wardani (2009)
44

menyatakan bahwa sikap dan harapan positif terhadap perawatan


diri merupakan penyebab dari kemampuan. Kemampuan ini dapat
dilihat dari pasien mampu melakukan pemenuhan kebutuhan
personal hygiene berpakaian seperti mengambil pakaian,
mengganti pakaian dan mengancing pakaian. Jika kemampuan
personal hygiene berpakaian kurang, itu karena kurangnya
motivasi. Hal ini terjadi akibat kurangnya perhatian pada diri
sendiri, tidak adanya percaya diri, kurangnya kesadaran akibat
penyakit yang diderita sehingga memerlukan bantuan orang sekitar
walaupun dilakukan secara mandiri.
45

2.6 Kerangka Konsep Penelitian


Berdasarkan latar belakang masalah dan tujuan penelitian ini, maka
kerangka penelitian ini adalah :
Variabel Independen Variabel Dependen

Motivasi Keluarga Kemampuan Pemenuhan


Kebutuhan Personal Hygiene
1. Hasrat dan Minat Berpakaian pasien Gangguan
2. Harapan Jiwa
3. Dorongan dan
Kebutuhan

Gambar 2.3 Kerangka Konsep Penelitian

2.7 Hipotesis Penelitian


Hipotesis penelitian ini apakah ada Hubungan motivasi keluarga dengan
kemampuan pasien dalam pemenuhan kebutuhan personal hygiene berpakaian
pada pasien gangguan jiwa di poliklinik rumah sakit jiwa sambang lihum
provinsi kalimantan selatan.
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian


3.1.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
Korelational merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2001). Penelitian
korelasional bertujuan menyelidiki sejauhmana variasi pada satu
variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variabel,
berdasarkan koefesien korelasi (Azwar, 2001).
penelitian korelasional berhubungan dengan hubungan antara dua
atau lebih fenomena. Jenis penelitian ini biasanya melibatkan ukuran
statistik tingkat/derajat hubungan, disebut korelasi (Susila dan
Suyanto, 2014 hal.20).

3.1.2 Rancangan Penelitian


Rancangan Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
cross sectional (hubungan dan asosiasi) adalah jenis penelitian yang
menekankan pada pegukuran/observasi data variabel independen dan
dependen hanya satu kali pada suatu saat. Pada jenis ini Motivasi
Keluarga dan Kemampuan Pemenuhan Kebutuhan Personal Hygiene
Berpakaian dinilai secara stimulun pada suatu saat (Nursalam, 2014).

3.2 Definisi Operasional


Definisi operasional adalah uraian tentang batasan ruang lingkup atau
variabel-variabel yang dimaksud, selain itu tentang apa yang diukur oleh
variabel serta pengembangan instrumen (alat ukur) yang bersangkutan.
(Notoatmodjo, 2010). Definisi operasional ditentukan berdasarkan
parameter yang dijadikan ukuran dalam penelitian. Pengukuran merupakan

46
47

cara dimana variabelvariabel dapat diukur dan ditentukan


karakteristiknya. Definisi operasional tersebut dapat dilihat pada tabel 3.1

Tabel 3.1 Definisi Operasional


Variabel Definisi Instrumen Skala
No Parameter Hasil Ukur
Penelitian Operasional Penelitian Data
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Variabel
Independen

1. Motivasi Dorongan Kuesioner Ordinal 1. Motivasi


dari dalam 1. Minat dan Hasrat Tinggi jika
diri keluarga 2. Harapan skor nilai
untuk 3. Dordongan dan 33-44
bertindak Kebutuhan 2. Motivasi
atau Sedang jika
berperilaku skor nilai
dalam 22-32
kemampuan 3. Motivasi
pemenuhan Rendah jika
personal skor nilai
hygiene 11-21
berpakaian.
Variabel
Dependen

2. Kemampuan Kemampuan Aktivitas sehari-hari Kuesioner Ordinal 1. Mandiri jika


Pasien dalam pasien
pasien gangguan jiwa nilai jawaban
pemenuhan gangguan
kebutuhan jiwa dalam dalam memenuhi atau 20
personal melakukan
menyelesaikan 2. Ketergantungan
hygiene: perawatan
berpakaian diri aktivitas berpakaian ringan jika nilai
pada pasien (personal
lengkap seperti: jawaban 13
gangguan hygiene)
jiwa berpakaian 1. Berpakaian 19
dengan
2. Mengambil atau 3. Ketergantungan
bantuan
orang lain menggantikan sedang jika
atau tanpa
pakaian nilai jawaban 9
bantuan
orang lain. 3. mengenakan atau 12
melepas pakaian 4. Ketergantungan
pada bagian berat jika nilai
48

atas/bawah tubuh jawaban 5 8


4. mempertahankan 5. Ketergantungan
penampilan pada total jika nilai
tingkat yang jawaban 0 4
memuaskan
5. mengenakan dan
melepas sepatu atau
kaus kaki dan
sepatu
6. Mengancing/
menggunakan
restleting
7. Mengambil pakaian
8. Mengenakan atau
melepas atribut
penting pakaian.

3.3 Populasi dan Sampel


3.3.1 Populasi
Populasi adalah kesuluruhan jumlah anggota dari suatu himpunan
yang ingin diketahui karakteristiknya berdasarkan inferensi atau
generalisasi (Supardi et al. 2013). Populasi pada penelitian ini
adalah anggota keluarga pasien gangguan jiwa di Poliklinik Rumah
Sakit Jiwa Sambang Lihum Provinsi Kalimantan Selatan. Pada
bulan Desember 2016 berjumlah 50 orang.

3.3.2 Sampel
Sampel penelitian adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan
objek yang diteliti dan dianggap mewakili sebagian populasi
(Notoatmodjo, 2010). Sampel penelitian adalah anggota keluarga
pasien gangguan jiwa di Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Jiwa Sambang
49

Lihum Provinsi Kalimantan Selatan. Jumlah sampel pada penelitian


ini adalah 30 orang. Sampel penelitian ini adalah anggota keluarga
pasien gangguan jiwa pada saat pengambilan data di Poliklinik Jiwa
Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum Provinsi Kalimantan Selatan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan selama 15 hari pada
tanggal 26 April sampai 12 Mei 2017.

3.3.3 Sampling
Sampling adalah suatu cara untuk menyeleksi menentukan sejumlah
sampel untuk mewakili jumlah populasinya (Supardi et al, 2013).
Teknik sampling dari penelitian ini adalah Accidental Sampling yaitu
pengambilan sampel berdasarkan ketersediaan elemen dan
kemudahan untuk mendapatkannya. Dengan kata lain sampel
diambil/terpilih karena ada ditempat dan waktu yang tepat, peneliti
memiliki kebebasan untuk memilih siapa saja yang mereka temui
(Susila 2014, hal.98).

3.4 Tempat dan Waktu Penelitian


3.4.1 Tempat penelitian :
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum
Provinsi Kalimantan Selatan.

3.4.2 Waktu penelitian :


Waktu penelitian dimulai dari pembuatan proposal sampai dengan
pengumpulan data penelitian dapat dilihat berdasarkan tabel 3.2
sebagai berikut.
50

Tabel 3.2 Waktu Rencana Penelitian


2016 2017
No Kegiatan
Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Ags
1 Mengajukan
Topik/Judul
1 Studi
Pendahuluan
2 Menyusun
Proposal
3 Seminar
Proposal
4 Revisi
Proposal
5 Masuk Komite
Skripsi
6 Uji Validitas
dan
Reliabilitas
7 Pelaksanaan
Penelitian
8 Penyusunan
Laporan
9 Seminar
Laporan
10 Revisi Skripsi
11 Pengumpulan
Skripsi

3.5 Jenis Dan Sumber Data


3.5.1 Data Primer
Data primer adalah data yang berasal dari sampel penelitian atau
data yang diambil langsung dari responden yaitu anggota keluarga
pasien gangguan jiwa. Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan instrumen kuesioner. Kuesioner yang telah selesai
disusun telah dilakukan uji validitas dan uji realibilitas.

3.5.2 Data Sukender


Data Sekunder adalah data yang didapatkan dari catatan medik
/dokumentasi dari buku register di Poliklinik Rumah Sakit Jiwa
Sambang Lihum Provinsi Kalimantan Selatan.
51

3.6 Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data


3.6.1 Instrumen Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada
masing-masing responden yaitu anggota keluarga pasien gangguan
jiwa yang berkunjung ke Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Jiwa Sambang
Lihum Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2017. Peneliti
menjelaskan maksud dan tujuan dari penelitian, menjelaskan isi
pertanyaan kuesioner serta pilihan jawaban yang tertera, setelah
keluarga benar-benar paham dan bersedia menjadi responden, maka
selanjutnya peneliti akan meminta untuk menjawab kuesioner sambil
menunggu selama kurang lebih 15 menit, apabila dalam proses
pengisian kuesioner responden tidak memahami maksud dari
pertanyaan maka peneliti akan menjelaskan kembali sampai
responden benar-benar memahaminya.
3.6.1.1 Kuesioner A berisi tentang data umum yaitu identitas.
3.6.1.2 Kuesioner B berisi tentang Motivasi Keluarga
Kuesioner ini berisi tentang dari 10 item pertanyaan dengan
menggunakan skala Likert yaitu (Selalu = 4, Sering = 3,
kadang-kadang = 2, tidak pernah = 1 untuk pertanyaan
positif, sedangkan untuk pertanyaan negatif terdiri dari
Selalu = 1, Sering = 2, Kadang-kadang = 3, Tidak pernah =
4) yang diberikan kepada responden untuk mengetahui
bagaimana motivasi keluarga.

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Kuesioner Motivasi Keluarga


No Materi Positif Negatif Jumlah
.
1. Minat 2, 4, 5 1, 3 5
2. Sikap 6, 8 7 3
3. Kebutuhan 9, 11 10 3
Jumlah 7 4 11
52

Setelah diberi bobot nilai selanjutnya dibuat kategori dari


setiap instrumen untuk pertanyaan motivasi keluarga, nilai
skor kemudian ditetapkan klasifikasi (kriteria nilai).
Kemudian ditentukan nilai tertinggi dan terendah untuk
mendapatkan nilai tengah, kemudian dibagi dalam 3
kategori untuk memasukkan kelas interval. Perhitungan
nilai menggunakan teori dari Arikunto (2010) dalam
Khairiyanto (2015), yaitu:
a. Menetapkan nilai tertinggi yaitu jumlah pertanyaan
dikalikan 4 yaitu 11 x 4 = 44
b. Menetapkan nilai terendah yaitu jumlah pertanyaan
dikalikan skor 1 yaitu 11 x 1 = 11
c. Penetapan interval nilai yaitu antara 44 - 11, kemudian
nilai dikurangkan yaitu 44 - 11 = 33
d. Range kemudian dibagi tiga kelas atau kategori untuk
menentukan lebar kelas (interval) dari klasifikasi nilai
yang akan dibuat 33 : 3 = 11

Berdasarkan perhitungan diatas klasifikasi nilai variabel


motivasi pasien sebagai berikut:
Tabel 3.4 Klasifikasi Penilaian

No. Ordinal Kategori


1. 33-44 Tinggi
2. 22-32 Sedang
3. 11-21 Rendah

3.5.2.1 Kuesioner C berisi tentang kemampuan pasien dalam


pemenuhan kebutuhan personal hygiene: berpakaian pasien
gangguan jiwa yang terdiri dari 10 item pertanyaan dengan
menggunakan kuesioner yang diberikan kepada responden
untuk mengetahui bagaimana kemampuan pasien dalam
53

pemenuhan kebutuhan personal hygiene: berpakaian pasien


gangguan jiwa.

Tabel 3.5 Kisi-kisi Kuesioner Kemampuan pasien dalam


pemenuhan kebutuhan personal hygiene:
berpakaian
No Materi Jumlah soal No soal
1 Pemenuhan Berpakaian 10 Pertanyaan 1 -10

Setelah diberi bobot nilai selanjutnya dibuat kategori dari


setiap instrumen untuk pertanyaan dukungan keluarga, nilai
skor kemudian ditetapkan klasifikasi (kriteria nilai) sebagai
berikut:
a. Menetapkan nilai tertinggi yaitu jumlah pertanyaan
dikalikan 2 yaitu 10 x 2 = 20
b. Menetapkan nilai terendah yaitu jumlah pertanyaan
dikalikan 0 yaitu 20 x 0 = 0
c. Penetapan interval nilai yaitu antara 0 - 20 , kemudian
nilai dikurangkan yaitu 20 0 = 20
d. Range kemudian dibagi dua kelas atau kategori untuk
menentukan lebar kelas (interval) dari klasifikasi nilai
yang akan dibuat 20 : 5 = 4
Berdasarkan perhitungan di atas klasifikasi nilai variabel
dukungan keluarga sebagai berikut:
Tabel 3.6 Klasifikasi Penilaian Kemampuan pasien
dalam pemenuhan kebutuhan personal
hygiene: berpakaian
No Klasifikasi Penilaian Kategori Penilaian
1 Mandiri 20
2 Ketergantungan ringan 13 19
3 Ketergantungan sedang 9 12
4 Ketergantungan berat 58
5 Ketergantungan total 04
54

Instrumen penelitian harus dilakukan dengan uji validitas


dan uji reliabilitas yaitu:
a. Uji Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat
ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Untuk
mengetahui apakah kuesioner yang kita susun tersebut
mampu mengukur apa yang hendak kita ukur
(Notoatmodjo, 2010).

Uji validitas diperlukan untuk melihat apakah butir-


butir pernyataan pada kuesioner sudah tepat menguji
apa yang menjadi tujuan penelitian. Pada penelitian ini
telah dilakukan uji validitas Di Rumah Sakit Dr. H.
Moch Anshari Saleh Banjarmasin di poliklinik jiwa
terhadap 20 orang anggota keluarga.
Nilai r Tabel (pearson product moment) untuk N=20
yaitu 0,444, dengan 2 buah kuesioner yaitu kuesioner
motivasi keluarga sebanyak 11 item pertanyaan dan
kuesioner kemampuan pasien dalam pemenuhan
kebutuhan personal hygiene berpakaian sebanyak 10
item pertanyaan. Kuesioner yang sudah dilakukan uji
validitas, diolah menggunakan bantuan komputerisasi
menggunakan uji korelasi product moment. Nilai r
hitung seluruh pertanyaan kuesioner motivasi keluarga
yaitu pada rentang 0,447 - 0,727 sedangkan nilai r
hitung seluruh pertanyaan kuesioner kemampuan pasien
dalam pemenuhan kebutuhan personal hygiene
berpakaian yaitu pada rentang 0,459 - 0,851, maka nilai
r hitung dari keseluruhan pertanyaan kedua variabel
tersebut dinyatakan valid sehingga kedua kuesioner
layak untuk dipakai dalam penelitian.
55

b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh
mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat
diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana
hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan
pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang
sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama
(Notoatmodjo, 2010).

Pada penelitian ini kuesioner akan dilakukan uji


reliabilitas, dimana kuesioner dapat dinyatakan reliabel
(dapat dipercaya) jika r hitung r tabel (0,6), dan uji
reliabilitas ini juga dilakukan dengan menggunakan
bantuan komputerisasi dengan teknik alpha cronbach.
Uji reliabilitas juga telah dilakukan dengan
menggunakan bantuan komputerisasi dengan
menggunakan teknik alpha cronbach. Dikatakan
reliabel jika besarnya korelasi minimal > 0,6. Untuk
mengetahui reliabilitas alat ukur sebagai berikut (Azwar
S., 2012) :
> 0,9 dikatakan sangat tinggi
> 0,8 dikatakan tinggi
> 0,7 dikatakan cukup tinggi
> 0,6 dikatakan rendah
> 0,5 dikatakan rendah
> 0,05 dikatakan sangat sangat rendah.

Hasil uji reliabilitas pada kuesioner motivasi keluarga


menunjukan nilai = 0,727 > 0,6 jika dilihat dari
kategori reabilitas dapat dikatakan cukup tinggi dan
pada kuesioner kemampuan pasien dalam pemenuhan
56

kebutuhan personal hygiene berpakaian menunjukan


nilai = 0,851 > 0,6 jika dilihat dari kategori reabilitas
dapat dikatakan tinggi. Dengan demikian dapat
dikatakan seluruh item pernyataan dalam kedua
kuesioner tentang beban keluarga dengan motivasi
keluarga merawat anggota keluarga dengan skizofrenia
ini reliabel untuk dipakai dalam penelitian.

3.6.2 Teknik pengumpulan data


Teknik pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dalam dua tahap,
yaitu: tahap persiapan dan pelaksanaan. Pada tahap persiapan, peneliti
menyiapkan instrumen berupa lembar kuesioner yang digunakan
sebagai alat pengambilan data. Peneliti mengurus perijinan tempat
penelitian dengan mengajukan surat permohonan ijin penelitian dari
koordinator tugas akhir program Sarjana Keperawatan, Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin Ke Direktur
Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum Provinsi Kalimantan Selatan.
Pada tahap pelaksanaan, peneliti memilih responden dan memberikan
informasi kepada responden secara jelas, meminta persetujuan
(informed consent) pasien gangguan jiwa yang diwakili perawat
primer dan diketahui oleh kepala ruangan, dan melakukan kontrak
dengan responden untuk dilakukan penelitian mengenai tingkat
kemampuan pemenuhan kebutuhan perawatan diri : berpakaian.

3.7 Teknik Pengolahan Data


3.7.1 Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputer. Tahap-
tahap pengolahan data yang dilakukan menurut Notoatmodjo (2010)
adalah sebagai berikut:
3.7.1.1 Editing Data
57

Merupakan kegiatan untuk melaksanakan pengecekan dan


perbaikan isian formulir atau kuesioner. Pemeriksaan data
yang berkenaan dengan ketepatan dan kelengkapan isian
formulir atau kuesioner yang telah dikumpulkan dilakukan
sesegera mungkin sehingga mempermudah pengolahan data
selanjutnya.

3.7.1.2 Coding Data (membuat lembaran kode)


a. Variabel Motivasi Keluarga
Data yang diperoleh dari keluarga kemudian diberikan
skor pertanyaan positif Selalu mendapat skor 4, sering
mendapat skor 3, kadang-kadang mendapat skor 2,
dan tidak pernah mendapat skor 1. Sedangkan untuk
skor pertanyaan negatif kebalikan dari skor positif. Hasil
skoring kemudian dijumlahkan dan diberikan kode (1)
Motivasi Tinggi dengan nilai jawaban 3344, Motivasi
Kurang diberikan kode (2) dengan nilai jawaban 2232
dan Motivasi Rendah diberikan kode (3) dengan nilai
jawaba 1121.
b. Variabel kemampuan pasien dalam pemenuhan
kebutuhan personal hygiene berpakaian
Data yang diperoleh dari keluarga kemudian diberikan
skor pertanyaan Mandiri mendapat skor 2,
membutuhkan bantuan mendapat skor 1 dan tidak
mampu mendapat skor 0. Hasil skoring kemudian
dijumlahkan dan diberikan kode (1) Mandiri dengan nilai
jawaban 20, (1) Ketergantungan ringan dengan nilai
jawaban 12 - 19, (3) Ketergantungan sedang dengan nilai
jawaban 9 11, (4) Ketergantungan berat dengan nilai
jawaban 5 8 dan (5) Ketergantungan total dengan nilai
jawabab 0 4.
58

3.7.1.3 Data entry (memasukkan data)


Setelah dilakukan pengkodean dan kuesioner diisi oleh
responden, jawaban-jawaban dari masing-masing responden
yang dalam bentuk kode dimasukkan kedalam program
atau software computer. Salah satu software computer
yang digunakan untuk entri data penelitian adalah paket
program SPSS for windows.

3.7.1.4 Cleaning Data (pembersihan data)


Data yang telah dimasukkan maka dilakukan pengecekan
kembali untuk memastikan bahwa data tersebut telah bersih
dari kesalahan, baik kesalahan saat pengkodean maupun
kesalahan saat membaca kode, dengan demikian diharapkan
data benar-benar siap untuk dianalisis.

3.8 Teknik Analisa Data


3.8.1 Analisa Univariat
Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendiskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2010: 182).
Analisa ini dilakukan pada masing-masing variabel yang diteliti, baik
variabel bebas yaitu motivasi keluarga atau variabel terikat yaitu
kemampuan pasien dalam pemenuhan kebutuhan personal hygiene
berpakaian pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Sambang
Lihum Provinsi Kalimantan Selatan, yang didiskripsikan dalam
bentuk distribusi frekuensi.

3.8.2 Analisis Bivariat


Menganalisa data untuk melihat hubungan antara variabel independen
(Motivasi Keluarga) terhadap variabel dependen (Kemampuan Pasien
dalam Pemenuhan Personal Hygiene). Untuk mencari hubungan
antara variabel independen terhadap variabel dependen, maka peneliti
59

akan menggunakan suatu uji yang disebut koefesien korelasi yang


dihitung menggunakan rumus spearman rank:
6d2
rs = 1 -
n(n2 1)
(Hidayat, 2009)
Keterangan:
rs = nilai korelasi Spearman rho
n2 = selisih setiap pasangan Rank
n = jumlah pasangan Rank
Apabila perhitungan dilakukan dengan menggunakan teknik
komputerisasi, maka nilai sig (2 failed) maka batasan kemaknaan
0,05 maka H0 ditolak yang artinya ada hubungan antara motivasi
keluarga dengan kemampuan pemenuhan personal hygiene.
Alasan peneliti memilih karena korelasi spearman rho merupakan alat
analisis yang digunakan untuk menguji signifikasi hipotesis asosiasif
bila masing-masing variabel yang dihubungkan berbentuk ordinal dan
sumber data antara variabel tidak harus sama. Variabel-variabel yang
digunakan dalam penelitian terdiri dari variabel independen dan
variabel dependen. Jika pada masing-masing variabel atau pada salah
satu variabel skala datanya berbentuk ordinal, maka analisis datanya
harus menggunakan analisis korelasi spearman rho. Skala data ordinal
yaitu datanya bukan dalam bentuk angka, sehingga harus dibuat skor,
dan berbentuk ranking. Jadi, analisis korelasi sprearman rho
digunakan untuk menganalisis hubungan antara 2 variabel atau lebih
dengan skala data berbentuk ordinal. Pedoman untuk interprestasi
koefisian korelasi atau tingkat hubungan dapat di lihat pada tabel 3.5
di bawah ini.

Tabel 3.7 Interpretasi Koefisian Korelasi

No Interval koefisien Tingkat hubungan


60

1 0,00-0,199 Sangat rendah


2 0,20-0,399 Rendah
3 0,40-0,599 Sedang
4 0,60-0,799 Kuat
5 0,80-1,000 Sangat kuat
(Sumber : Sugiyono, 2012)

3.9 Etika Penelitian


Menurut Sugiyono (2012) penelitian didahului dengan memohon izin
kepada instansi tempat penelitian meliputi :
3.9.1 Lembar persetujuan menjadi responden (Informed concent)
Informed concent ini di berikan peneliti sebelum responden
setuju menyatakan dirinya siap dijadikan subjek penelitian,
karena Informed concent ini merupakan bentuk persetujuan
antara peneliti dengan responden yang akan dijadikan subjek
penelitian dan semua responden setuju di jadikan subjek
penelitian.

3.9.2 Tanpa nama (anonimity)


Peneliti juga menjamin responden tetap merasa nyaman saat
dijadikan subjek penelitian dengan cara nama responden tidak
akan di cantumkan dan akan di gantikan dengan inisial atau
kode saat penelitian dilakukan.

3.9.3 Kerahasiaan (confidentiality)


Setelah responden setuju menjadi subjek penelitian dan data
dari responden telah di dapatkan untuk hasil penelitian, peneliti
akan menjamin kerahasiannya dengan cara tidak akan
mempublikasikan dengan sembarangan kepada siapapun
terkait identitas responden serta hasil penelitian yang telah
didapat. Hasil penelitian ini hanya akan disampaikan untuk
61

membuktikan hasil penelitian yang dilakukan peneliti kepada


pihak-pihak yang di anggap berhak.

3.9.4 Menghormati harkat dan martabat manusia (Resfect for


persons)
Menghormati harkat dan martabat manusia yaitu menghormati
otonomi dalam mengambil keputusan sendiri dan melindungi
agar penelitian tersebut tidak merugikan orang lain. Hal ini
peneliti lakukan salah satunya dengan cara meminta kesediaan
responden untuk menjadi sampel penelitian dengan terlebih
dahulu menjelaskan maksud dan tujuan penelitian, namun
apabila responden tidak bersedia untuk menjadi sampel pada
penelitian tersebut maka peneliti harus menghormati keputusan
yang diambilnya tanpa memaksanya.

3.9.5 Berbuat baik (Beneficence)


Penelitian tersebut hendaknya tidak merugikan orang lain
terutama partisipasi atau pihak yang menjadi responden
penelitian. Penelitian juga harus memberikan manfaat bagi
responden atau pihak yang terlibat dalam penelitian. Penelitian
menekankan aspek manfaat tidak saja bagi penelitian tetapi
juga bagi responden yang terlibat dalam penelitian hal inilah
yang harus dijunjung oleh peneliti.

3.9.6 Keadilan (justice)


Berkeadilan artinya tidak ada unsur deskriminasi atau hal-hal
yang dapat merugikan orang lain. Deskriminasi dari segi ras,
agama dan lain-lain terhadap responden tidak boleh ada
sehingga dalam penelitian ini peneliti berusaha
memperlakukan responden sesuai dengan harkat dan
martabatnya sebagai manusia.
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian


4.1.1 Sejarah Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum
Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum terletak di wilayah Kecamatan
Gambut, Kabupaten Banjar dengan luas areal 10 hektar, berdiri di
atas lahan gambut dan jauh dari pemukiman penduduk. Rumah Sakit
ini berada 600 m dari Jl. Gubernur Syarkawi Km 3,9. Jalan Gubernur
Syarkawi merupakan jalan lintas Kalimantan Selatan Kalimantan
Tengah. Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum sebelumnya bernama
Rumah Sakit Jiwa Tamban, berlokasi di wilayah Kecamatan Tamban,
Kabupaten Barito Kuala. Tahun 2007, Rumah Sakit direlokasi ke
tempat baru dan namanya diganti Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum.
Sejarah dan Perkembangan Rumah Sakit Jiwa dapat digambarkan
sebagai berikut:
1. Tahun 1951 : Rumah Sakit Jiwa sebelumnya sebagai Sebuah
Koloni Orang Sakit Jiwa (KOSJ), tempat ini
berfungsi sebagai tempat penampungan orang
sakit jiwa. Kapasitasnya saat itu hanya bisa
menampung 30 pasien laki-laki.
2. Tahun 1953 : Adanya kerjasama dengan Gubernur Kalimantan
Selatan (Dr. Murjani) dengan Inspektorat
Kesehatan (Dr. Mursito) membangun satu buah
bangsal penampungan gangguan jiwa dengan
kapasitas 60 pasien dan 2 buah rumah dinas
sederhana.
3. Tahun 1967 : Dari bentuk KOSJ ditingkatkan menjadi Rumah
Sakit Jiwa Pusat Tamban dibawah pimpinan
Direktur Rumah Sakit Jiwa Banjarmasin.

62
63

4. Tahun 1978 : Berdasarkan SK Menkes No. 135 / 78 SOTK


Rumah Sakit Jiwa Tamban ditetapkan menjadi
Rumah Sakit Jiwa Type C
5. Tahun 1991 : Rumah Sakit Jiwa Tamban dipimpin langsung
oleh Direktur berdasarkan SK No. 3385 /
KANWIL / SK / TU-1 / XII / 1991 tanggal 31
Desember 1991.
6. Tahun 2000 : Tanggal 14 April 2000 dalam pelaksanaan
Otonomi Daerah penyerahan P3D oleh
Pemerintah Propinsi Kalimantan Selatan ke
Pemerintah Kabupaten Batola.
1 Tanggal 12 Desember 2000 Pengalihan UPT
Depkes ke Batola SK No. 1735 / Men. Kes. Sos /
XI / 2000
2 Tanggal 7 Maret 2000 adanya revisi SK
Menkes tentang Penyerahan Rumah Sakit Jiwa
Tamban ke Pemerintah Propinsi Kalimantan
Selatan.

7. Tahun 2001 : Tanggal 1 Juli 2001 Rumah Sakit Jiwa Tamban


resmi milik Pemerintah Propinsi Kalimantan
Selatan, ditetapkan dengan PERDA No. 18 Tahun
2001.
3 Tanggal 22 November 2001, Rumah Sakit
Jiwa Tamban ditingkatkan kelasnya dari Kelas C
menjadi kelas B berdasarkan SK Menteri
Kesehatan No. 1233/MENKES/SK/XI/2001.
8. Tahun 2004 : Rekomendasi Gubernur tentang Relokasi Rumah
Sakit Jiwa Tamban ke Jalan Gubernur Syarkawi
Km. 17 Lingkar Utara tanggal 7 Mei 2004 No.
440 / 0771 / Kesra 2004, yang sebelumnya
mendapat rekomendasi dari:
64

Dirjen Pelayanan Medik Depkes RI No : Yan /


02.04 / 2.1 / 1999.
DPRD Propinsi Kalimantan Selatan Tanggal
26 Nopember 2001.
9. Tahun 2007 : Kegiatan relokasi dilakukan secara bertahap,
sekitar bulan Mei-Agustus 2007.
4 Keputusan Gubernur Kalimantan Selatan
Nomor 188.44/0233/Kum/2007 tanggal 19 Juni
2007 tentang penetapan Nama Rumah Sakit Jiwa
Sambang Lihum.
10. Tahun 2008 : Tanggal 14 Agustus 2008, Rumah Sakit Jiwa
Sambang Lihum diresmikan oleh Gubenur
Kalimantan Selatan, H. Rudi Ariffin.
11. Tahun 2009 : Tanggal 1 Juli 2009, Keputusan Menteri
Kesehatan No. HK.07.06/III/2441/2009 tentang
Persetujuan perubahan nama dari Rumah Sakit
Jiwa Tamban menjadi Rumah Sakit Jiwa
Sambang Lihum dan pemberian izin tetap kepada
Provinsi Kalimantan Selatan untuk
menyelenggarakan rumah sakit jiwa dengan nama
Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum.
5 Tanggal 28 Juli 2009, Keputusan Menteri
Kesehatan No. 580/MENKES/SK/VII/2009
tentang Peningkatan Kelas Rumah Sakit Jiwa
Sambang Lihum, ditetapkan sebagai Rumah Sakit
Khusus Daerah dengan klasifikasi A.
6 Tanggal 31 Agustus 2009, Pengesahan
PERDA No. 23 tahun 2009 tentang Organisasi
dan Tata Kerja RSJD Sambang Lihum.
65

4.1.2 Visi dan Misi Rumah sakit Jiwa Sambang Lihum


Visi :
Menciptakan Rumah Sakit yang selalu bertindak beradaptasi serta
bertransformasi cepat, termasuk melakukan kreasi serta inovasi
mendahului dan selalu berada di depan Rumah Sakit lain, baik Rumah
Sakit Jiwa maupun Rumah Sakit Umum di seluruh Indonesia.
Misi :
1. Menciptakan kepemimpinan visioner, transformative serta
penyayang untuk kelancaran proses regenerasi dan kaderisasi.
2. Menciptakan karyawan yang peduli dan berempati terhadap klien
serta mempunyai kepesertaan yang bertanggung jawab
3. Pelayan prima, dengan kepatuhan total terhadap ketentuan
pelayanan, termasuk pencegahan korupsi, kolusi dan nepotisme
4. Menciptakan kebersamaan yang dilandasi dengan disiplin,
komunikasi, keadilan dan saling pengertian untuk kesejahteraan
bersama.
5. Memelihara lingkungan sekitar agar tetap lestari dan mengupayakan
tindakan medis maupun non medis secara paripurna, untuk ikut
menjaga kelestarian lingkungan.

4.1.3 Sumber Daya Manusia Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum.


Sumber daya manusia Rumah Sakit Sambang Lihum dapat dilihat pada
tabel 4.1 berikut ini.
Tabel 4.1 Sumber daya Manusia Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum
Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2017.
No Tenaga Jumlah
1 Tenaga Medis 23
2 Tenaga Keperawatan 224
3 Tenaga Kefarmasian 10
4 Tenaga Kesehatan Masyarakat 16
5 Tenaga Gizi 14
6 Tenaga Fisioterapi 3
7 Tenaga Ketekhnisian 14
66

8 Sarjana Non Keperawatan 31


9 D3 Non Kesehatan 5
10 Tenaga SLTA 71
11 Tenaga SLTP/SD 20
Jumlah 435

4.1.4 Fasilitas pelayanan Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum.


Pelayanan Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum terdiri dari :
4.1.4.1 Instalasi Rawat Jalan
Pelayanan di instalasi Rawat Jalan dilaksanakan setiap hari kerja
(Senin-Sabtu) pukul 08.00-14.00 WITA. Instalasi ini
mengkordinir kegiatan pelayanan kesehatan di beberapa
poliklinik seperti poli gigi, poli umum,poli jiwa, poli anak,poli
bedah,poli penyakit dalam,poli napza, dll. Pasien yang dilayani
mencakup pasien umum. Askes Wajib, Jamkesmas, Jamkeda,
Jamkesprov dan kerjasama pihak ketiga, baik pasien baru
maupun lama.
4.1.4.2 Instalasi IGD/Intensif
Instalasi IGD/Intensif Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum
memberikan pelayanan kegawatdaruratan dan intensif selama 24
jam sesuai dengan indikasi medik yang bersifat emergensi dan
penyelamatan jiwa. Pelayanan yang diberikan adalah informasi
pelayanan rawat darurat 24 jam, pelayanan pasien tidak akut dan
tidak gawat darurat diluar jam kerja, ambulance, pendidikan
kesehatan, pelayanan farmasi dan pelayanan pendaftaran.
Petugas kesehatan yang tersedia di instalasi ini terdiri dari
dokter umum, perawat, analis laboratorium dan petugas
administrasi.
4.1.4.3 Instalasi Rawat Inap
Instalasi rawat inap adalah instalasi perawatan psikiatri maupun
perawatan napza/narkoba, yang memisahkan antara pasien akut
(pasien yang gaduh gelisah dan cenderung membahayakan
67

orang lain maupun diri sendiri) dengan pasien tenang. Instalasi


ini juga memisahkan antara pasien pria dan wanita, yang terbagi
menjadi empat kelas menurut fasilitas perawatannya yaitu Kelas
VIP,I,II, dan III.
4.1.4.4 Instalasi Napza/Narkoba
Instalasi ini mengkordinir kegiatan pelayanan dan rehabilitasi
korban penyalahgunaan napza/narkoba melalui program
symtomatik, Therapeutic Community (TC) dan program religi.
Ruang perawatan untuk Detoxifikasi dan observasi satu bangsal,
rehabilitasi satu bangsal, kemudian perawatan gangguan mental
dan perilaku akibat zat psikoaktif satu bangsal. Setiap petugas
dimasing-masing bangsal telah dibekali keterampilan khusus
menangani pasien korban napza/narkoba sesuai tahapan proses
perawatannya.
4.1.4.5 Instalasi Psikologi
Instalasi ini bertugas mengkordinir pelaksanaan pelayanan dan
pemeriksaan psikologi untuk menunjang penegakkan diagnosa.
Pelayanan yang diberikan berupa konsultasi masalah pribadi,
anak dll. Sedangkan untuk pemeriksaan berupa pengukuran tes
psikologi seperti Tes IQ, EQ, Sikap dan Cara Kerja , Minat dan
Bakat, Seleksi Calon Pegawai Promosi Pegawai, Analisa Stress
Test dan juga pemeriksaan Visum. Insatalasi Psikologi melayani
pasien rawat inap maupun rawat jalan sesuai jam kerja Rumah
Sakit Jiwa Sambang Lihum.
4.1.4.6 Instalasi Rehab Mental
Instalasi Rehabilitasi Mental mengkordinir pelayanan pemulihan
dan peningkatan kesehatan jiwa untuk pasien rawat inap dan
rawat jalan melalui berbagai terapi seperti agama, olahraga,
musik, keterampilan dan terapi kelompok.
4.1.4.7 Instalasi Rehab Medik
68

Instalasi rehabilitasi medik mengkordinir kegiatan pelayanan


pemulihan dan peningkatan kesehatan fisik untuk pasien rawat
inap dan rawat jalan melalui berbagai pelayanan.
4.1.4.8 Instalasi Elektromedik
Instalasi ini bertugas mengkordinir kegiatan pelayanan
elektromedik untuk kepentingan penegakkan elektromedik
untuk kepentingan penegakkan diagnosa.
4.1.4.9 Instalasi Laboratorium
Instalasi laboratorium bertugas mengkordinir pelayanan
pemeriksaan laboratorium untuk kepentingan diagnosa. Instalasi
ini juga menjadi pusat rujukan dilakukannya pemeriksaan
narkoba dengan parameter yang sangat lengkap. Standar
pelayanan yang dapat diberikan laboratorium Rumah Sakit Jiwa
Sambang Lihum meliputi pemeriksaan Hematologi, Urinalisa,
Kimia Darah, Mikrobiologi, Napza dan Serologi.
4.1.4.10 Instalasi Farmasi
Instalasi farmasi bertugas mengkordinir pelaksanaan pelayanan
kefarmasian untuk pasien rawa inap, rawat jalan, IGD dan
umum.Instansi ini memberikan pelayanan obat selama 24 jam
dengan system Once Daily Dose (ODD).
4.1.4.11 Instalasi Gizi
Instalasi gizi bertugas mengkordinir dan menyelenggarakan
kegiatan pelayanan gizi dan konsultasi gizi untuk pasien rawat
inap,rawat jalan dan keluarga.
4.1.4.12 Instalasi Loundry
Instalasi Penyuluhan Kesehatan/Keswamas, Instalasi Diklat
perpustakaan, Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit,
Instalasi Kesehatan Lingkungan dan Instalasi Logistik.
69

4.2 Karakteristik Responden


4.2.1 Karakteristik responden pada penelitian ini meliputi umur, jenis
kelamin, hubungan keluarga pasien, pekerjaan dan pendidikan.
4.2.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Karakteristik responden berdasarkan umur dapat dilihat pada
tabel 4.2.
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan umur.
No Umur Frekuensi (n) Persentasi (%)
1 24-28 tahun (remaja akhir) 3 10
2 29-35 tahun (dewasa awal) 6 20
3 36-45 tahun (dewasa akhir) 11 36.7
4 46-55 tahun (lansia awal) 4 13.3
5 56-65 tahun (lansia akhir) 6 20
Jumlah 30 100

Tabel 4.2 Menunjukkan bahwa keluarga pasien gangguan jiwa sebagian


besar memiliki umur dengan kategori dewasa akhir (36 tahun - 45
tahun) yaitu berjumlah 11 orang (36.7%)

4.2.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin.


Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat
dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan jenis
kelamin.
No Jenis Kelamin Frekuensi (f) Persentasi (%)
1 Laki- laki 19 63.3
2 Perempuan 11 36.7
Jumlah 30 100

Tabel 4.3 Menunjukkan bahwa keluarga pasien gangguan jiwa sebagian


besar adalah laki-laki yaitu berjumlah 19 orang (63.3%)

4.2.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan hubungan keluarga


dapat dilihat pada table 4.4
70

Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan hubungan


keluarga.
No Hubungan Keluarga Frekuensi (f) Persentasi (%)
1 Suami 6 20
2 Istri 8 26.7
3 Orang Tua 16 53.3
Jumlah 30 100

Tabel 4.4 Menunjukkan bahwa keluarga pasien gangguan jiwa sebagian


besar adalah orang tua yaitu berjumlah 16 orang (53.3%).

4.2.1.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan dapat dilihat


pada table 4.5
Tabel 4.5 Karakteristik Reaponden Berdasarkan Pekerjaan.
No Pekerjaan Frekuensi (f) Persentasi (%)
1 PNS 1 3.3
2 Swasta 16 53.3
3 Ibu Rumah Tangga 8 26.7
4 Tani 5 16.7
Jumlah 30 100

Tabel 4.5 Menunjukkan keluarga pasien gangguan jiwa sebagian besar


adalah pekerja swasta yaitu berjumlah 16 orang (53.3%)

4.2.1.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan dapat


dilihat pada table 4.6
Tabel 4.6 Karakteristik Reaponden Berdasarkan Tingkat
Pendidikan.
No Pendidikan Frekuensi (f) Persentasi (%)
1 Tidak Tamat SD 1 3.3
2 Tamat SD 4 13.3
3 Tamat SMP 7 23.3
4 Tamat SMA 16 53.4
5 Tamat Perguruan Tinggi 2 6.7
Jumlah 30 100
71

Tabel 4.6 Menunjukkan bahwa keluarga pasien gangguan jiwa sebagian


besar memiliki tingkat pendidikan SMA yaitu berjumlah 16 orang
(53.3%).

4.3 Analisa Data


4.3.1 Analisa Data Univariat
4.3.1.1 Motivasi keluarga pada pasien gangguan jiwa di poliklinik rumah
sakit jiwa sambang lihum provinsi kalimantan selatan dapat
dilihat pada tabel 4.7.
Tabel 4.7 Distribusi frekuensi motivasi keluarga pada pasien
gangguan jiwa di poliklinik rumah sakit jiwa sambang lihum
provinsi kalimantan selatan.
No Motivasi Keluarga Frekuensi (n) Persentase (%)
1 Tinggi 1 3.3
2 Sedang 23 76.7
3 Rendah 6 20
Jumlah 30 100

Tabel 4.7 Menunjukkan bahwa keluarga pasien gangguan jiwa sebagian


besar motivasi sedang yaitu dengan jumlah 23 orang (76,7%).

4.3.1.2 Kemampuan pasien dalam pemenuhan kebutuhan personal


hygiene berpakaian pada pasien gangguan jiwa di poliklinik
rumah sakit jiwa sambang lihum provinsi kalimantan selatan
dapat dilihat pada table 4.8.
Tabel 4.8 Distribusi frekuensi Kemampuan Pasien dalam
pemenuhan kebutuhan personal hygiene berpakaian pada pasien
gangguan jiwa di poliklinik rumah sakit jiwa sambang lihum
provinsi Kalimantan selatan.
No Kemampuan Pasien Frekuensi (n) Persentase (%)
1 Mandiri 1 3.3
2 Ketergantungan ringan 19 63.4
3 Ketergantungan Sedang 4 13.3
4 Ketergantungan berat 3 10
5 Ketergantungan total 3 10
Jumlah 30 100
72

Tabel 4.8 Menunjukkan pasien gangguan jiwa sebagian besar memiliki


kemampuan ketergantungan ringan yaitu berjumlah 19 orang (63.4%).

4.3.2 Analisa Data Bivariat


Pada analisis bivariat akan dijabarkan hasil uji statistic antara variabel
bebas dan variabel terikat. Hasil uji Spearman Rank ini kemudian
menentukan hipotesis yang diterima dan hipotesis yang ditolak.
4.3.2.1 Hubungan motivasi keluarga dengan kemampuan pasien dalam
pemenuhan kebutuhan personal hygiene berpakaian pada pasien
gangguan jiwa di poliklinik rumah sakit jiwa sambang lihum
provinsi kalimantan selatan tahun 2017.
Tabel 4.9 Tabulasi Silang Hubungan motivasi keluarga dengan
kemampuan pasien dalam pemenuhan kebutuhan personal
hygiene berpakaian pada pasien gangguan jiwa di poliklinik
rumah sakit jiwa sambang lihum provinsi kalimantan selatan
tahun 2017.
Kemampuan Pasien

Motivasi Ketergantungan Ketergantungan Ketergantungan Ketergantungan TOTAL


NO Mandiri
Keluarga Ringan Sedang Berat Total

F % F % f % f % f % f %
1 Tinggi 1 100 0 0 0 0 0 0 0 0 1 100
2 Sedang 0 0 19 83 2 9 1 4 1 4 23 100
3 Rendah 0 0 0 0 2 34 2 33 2 33 6 100

Uji Spermans rho ) = 0,000 < = 0,05 dengan nilai R (correlation coefision) = 0,753

Tabel 4.9 Menunjukkan bahwa keluarga yang memberikan motivasi tinggi


yang mempunyai kemampuan mandiri ada 1 orang (100%), keluarga yang
memberikan motivasi sedang yang mempunyai ketergantungan ringan ada 19
orang (83%), ketergantungan sedang ada 2 orang (9%), ketergantungan berat
ada 1 orang (4%), dan ketergantungan total ada 1 orang (4%). Keluarga yang
memberikan motivasi rendah yang mempunyai ketergantungan sedang ada 2
orang (34%), ketergantungan berat ada 2 orang (33%), dan ketergantungan
total ada 2 orang (33%).
73

Jadi hasil uji korelasi Spearman Rank menunjukkan bahwa korelasi = 0,000
< = 0,05 dengan nilai R (correlation coefision) = 0,753 sehingga
diinterpretasikan ada hubungan motivasi keluarga dengan kemampuan pasien
dalam pemenuhan kebutuhan personal hygiene berpakaian pada pasien
gangguan jiwa di poliklinik rumah sakit jiwa sambang lihum provinsi
kalimantan selatan.

Nilai korelasi spearman rank sebesar 0.753 menunjukkan bahwa arah korelasi
positif dengan kekuatan korelasi kuat, dapat diartikan bahwa semakin baik
motivasi keluarga maka akan semakin baik kemampuan pemenuhan
kebutuhan personal hygiene berpakaian pada pasien gangguan jiwa.

4.4 Pembahasan
4.4.1 Motivasi Keluarga Pada Pasien Gangguan Jiwa Di Rumah Sakit
Jiwa Sambang Lihum Provinsi Kalimantan Selatan
Keluarga yang memberikan motivasi tinggi yang mempunyai
kemampuan mandiri ada 1 orang (100%), keluarga yang memberikan
motivasi sedang yang mempunyai ketergantungan ringan ada 19 orang
(83%), ketergantungan sedang ada 2 orang (9%), ketergantungan berat
ada 1 orang (4%), dan ketergantungan total ada 1 orang (4%). Keluarga
yang memberikan motivasi rendah yang mempunyai ketergantungan
sedang ada 2 orang (34%), ketergantungan berat ada 2 orang (33%),
dan ketergantungan total ada 2 orang (33%). Motivasi sebagai dorongan
pada pasien gangguan jiwa untuk bertindak guna mencapai suatu tujuan
tertentu, hasil dari motivasi akan diwujudkan dalam bentuk perilakunya.

Pada karakteristik umur merupakan salah satu faktor yang dapat


mempengaruhi motivasi keluarga pada pasien gangguan jiwa, karena
motivasi keluarga tinggi dapat mengurangi penderita gangguan jiwa.
Berdasarkan hasil penelitian mengenai karakteristik umur responden
diketahui lebih banyak pada kategori umur (36-45) tahun berjumlah
74

(11) responden (36.7%). Pada fase dewasa akhir tugas perkembangan


adalah untuk saling ketergantungan dan bertanggung jawab terhadap
orang lain serta memiliki tingkat pengetahuan yang lebih baik. Umur
merupakan salah satu faktor seseorang melakukan atau menentukan
suatu hal, sikap dan kematangan secara fisik, psikis maupun sosial.
Umur akan mempengaruhi seseorang dalam melakukan tindakan,
karena dengan bertambahnya umur orang akan menjadi lebih dewasa
dalam memberikan tanggapan suatu hal. Dengan bertambahnya umur
seseorang akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologi.
Analisa ini sejalan dengan teori Notoatmodjo (2008) tarap berpikir
seseorang akan lebih matang sejalan dengan bertambahnya umur.

Pada karakteristik jenis kelamin diketahui sebagian besar adalah laki


laki berjumlah (19) orang (63.3%) menjawab mendapatkan motivasi
keluarga yang kurang hal ini sesuai dengan teori Notoatmodjo (2007:
219) motivasi pada dasarnya merupakan interaksi seseorang dengan
situasi tertentu yang dihadapinya. Di dalam diri seseorang terdapat
kebutuhan atau keinginan (want) di luar objek seseorang tersebut
menghubungkan antara kebutuhan dengan situasi di luar objek
tersebut dalam rangka memenuhi kebutuhan yang dimaksud. Oleh
sebab itu motivasi adalah suatu alasan (reasoning) seseorang untuk
bertindak dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup.

Karakteristik responden berdasarkan hubungan keluarga pasien


sebagian besar responden adalah orang tua dengan jumlah (16) orang
(53.3%). Oleh karena itu kebanyakan penderita gangguan jiwa terjadi
pada anak, sehingga peran keluarga sangat diperlukan untuk
memberikan motivasi serta memberikan pengetahuan tentang penyakit
dan memberikan perhatian. Semakin meningkatnya motivasi keluarga
terhadap pasien gangguan jiwa akan mengurangi penderita gangguan
jiwa pada anggota keluarganya.
75

Sehingga peran serta keluarga dalam merawat pasien gangguan jiwa


sangat penting dikarenakan keluarga merupakan unit yang paling dekat
dengan pasien dan merupakan perawat utama bagi pasien. Motivasi
keluarga akan menjadi lebih baik karena keluarga memberikan
perhatian dan kasih sayang terhadap pasien gangguan jiwa. Keluarga
harus mengetahui tentang penyakit dan jangan meanggap penderita
gangguan jiwa sebagai beban dalam keluarga.

Menurut Sujak (2010) ada tiga faktor yang mempengaruhi motivasi


pada pasien gangguan jiwa, yang pertama minat adalah kecenderungan
untuk maju dan berkembang, kedua sikap adalah suatu sindroma dalam
merespon simulasi atau objek dan ketiga adalah kebutuhan. Sehingga
minat, sikap, serta kebutuhan merupakan salah satu cara merubah
bentuk perilaku pada pasien gangguan jiwa.

Menurut peneliti informasi merupakan sumber pengetahuan,


pengetahuan seseorang akan bertambah jika banyak menerima
informasi. Informasi sangatlah penting, karena dengan adanya
informasi maka motivasi keluarga yang kurang perlahan akan membaik.
Bahkan keluarga menjadi tahu tentang perkembangan masalah
kesehatan keluarganya terutama yang mengalami gangguan jiwa dan
menambah pengetahuan keluarga bagaimana cara mengatasi dan
merawat penderita gangguan jiwa, semakin banyak informasi yang
keluarga peroleh semakin baik keluarga merawat pasien gangguan jiwa
terutama dalam hal kemampuan berpakaian.

Sehingga menurut peneliti untuk anggota keluarga pada pasien


gangguan jiwa diperlukan tugas khusus keluarga untuk bekerja sama
dengan tim kesehatan yaitu untuk lebih mengenal masalah kesehatan
setiap anggota keluarga, bisa mengambil keputusan untuk melakuakan
76

tindakan yang tepat, memberi perawatan pada anggota keluarga yang


sakit, mempertahankan suasana rumah yang sehat, menggunakan
fasilitas kesehatan masyarakat.

Hal yang mampu dilakukan oleh peneliti saat penelitian adalah dengan
metode meningkatkan motivasi pada anggota keluarga yaitu metode
langsung dengan cara memberikan penjelasan secara langsung kepada
anggota keluarga bagaimana cara memenuhi kebutuhan atau keinginan
keluarga untuk mampu memenuhi kebutuhan pasien gangguan jiwa
terutama dalam hal berpakaian.

Berdasarkan penjelasan tersebut menurut sujak (1990 dalam Ratiani,


2011) ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya motivasi
keluarga pada pasien gangguan jiwa yaitu dari segi minat, sikap dan
kebutuhan seseorang.

4.4.2 Kemampuan Pasien Dalam Pemenuhan Kebutuhan Personal


Hygiene Berpakaian
Dari hasil penelitian yang dilakukan pada 30 orang anggota keluarga
pasien dengan gangguan jiwa di Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Sambang
Lihum Provinsi Kalimantan Selatan menunjukan bahwa 1 orang
(100%), keluarga yang memberikan motivasi sedang yang mempunyai
ketergantungan ringan ada 19 orang (83%), ketergantungan sedang ada
2 orang (9%), ketergantungan berat ada 1 orang (4%), dan
ketergantungan total ada 1 orang (4%). Keluarga yang memberikan
motivasi rendah yang mempunyai ketergantungan sedang ada 2 orang
(34%), ketergantungan berat ada 2 orang (33%), dan ketergantungan
total ada 2 orang (33%).

Berdasarkan hasil penelitian di atas pasien gangguan jiwa sebagian


besar masuk kedalam kategori ketergantungan ringan yaitu sebanyak
77

19 orang (63,4%). Kurangnya perawatan diri pada pasien gangguan


jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga
kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun.
Kurang perawatan diri tampak dari ketidakmampuan merawat
kebersihan diri diantaranya mandi,makan, dan minum secara mandiri,
berhias/berpakaian secara mandiri dan buang air besar/buang air kecil
secara mandiri (marselina dan Nur Khomsiyah, 2016).

Hasil tersebut juga diperkuat oleh hasil penelitian Stianto (2014)


menunjukkan bahwa perilaku personal hygiene pada pasien gangguan
jiwa di RSKJ H. Mustajab Bungkanel Purbalingga pada tahun 2014
seluruhnya di kategorikan tidak baik (100%).

Status personal hygiene kurang baik pada pasien gangguan jiwa dalam
penelitian ini juga dapat disebabkan karena kurangnya motivasi yang
diberikan keluarga yang berupa motivasi hasrat dan minat, harapan,
serta dorongan dan kebutuhan. Hal ini dapat dilihat dari analisa
univariat motivasi keluarga yang menunjukkan bahwa sebagian besar
keluarga pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum
Provinsi Kalimantan Selatan masuk kedalam kategori motivasi sedang.

Kebersihan diri diperlukan untuk kenyamanan, keamanan dan


kesehatan seseorang. Personal hygiene yang tidak baik akan
mempermudah tubuh terserang penyakit seperti penyakit kulit,
penyakit infeksi, penyakit mulut, dan penyakit saluran cerna (Saryono
& Widianti 2010 : hal 2).

Sehingga keluarga perlu memberikan pengertian sebaik-baiknya agar


pasien merasa dicintai dan disayangi oleh keluarga sehingga pasien
mampu untuk memenuhi kebutuhan personal hygiene terutama dalam
hal berpakaian/berdandan. Karena keluarga merupakan unit terpenting
78

dan utama dalam proses penyembuhan pasien gangguan jiwa. Dalam


pemberian asuhan keperawatan, keluarga sangat penting untuk ikut
berperan dalam penyembuhan klien gangguan jiwa.

4.4.3 Hubungan Motivasi Keluarga Dengan Kemampuan Pasien dalam


Pemenuhan Kebutuhan Personal Hygiene Berpakaian Pada Pasien
Gangguan Jiwa di Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum
Provinsi Kalimantan Selatan.
Hasil analisa Spearmans rho berdasarkan tabel 4.9 1 orang (100%),
keluarga yang memberikan motivasi sedang yang mempunyai
ketergantungan ringan ada 19 orang (83%), ketergantungan sedang ada
2 orang (9%), ketergantungan berat ada 1 orang (4%), dan
ketergantungan total ada 1 orang (4%). Keluarga yang memberikan
motivasi rendah yang mempunyai ketergantungan sedang ada 2 orang
(34%), ketergantungan berat ada 2 orang (33%), dan ketergantungan
total ada 2 orang (33%).

Hasil uji korelasi Spearman Rank menunjukkan bahwa korelasi =


0,000 < = 0,05 dengan nilai R (correlation coefision) = 0,753
sehingga diinterpretasikan ada hubungan motivasi keluarga dengan
kemampuan pasien dalam pemenuhan kebutuhan personal hygiene
berpakaian pada pasien gangguan jiwa di poliklinik rumah sakit jiwa
sambang lihum provinsi kalimantan selatan.

Nilai korelasi spearman rank sebesar 0.753 menunjukkan bahwa arah


korelasi positif dengan kekuatan korelasi kuat, dapat disimpulkan
bahwa pasien gangguan jiwa yang mendapat motivasi keluarga yang
baik cenderung memiliki status personal hygiene berpakaian yang baik
lebih besar dibandingkan dengan pasien gangguan jiwa yang mendapat
motivasi keluarga yang kurang baik. Hal ini dapat dilihat dari tabel
silang yang menunjukkan semakin banyak dukungan keluarga kategori
79

baik maka akan semakin banyak status personal hygiene berpakaian


kategori mandiri, begitu juga sebaliknya semakin sedikit motivasi dari
keluarga maka semakin sedikit jumlah status personal hygiene
berpakaian pasien gangguan jiwa dalam kategori mandiri.

Menurut peneliti keluarga merupakan unit yang terpenting dan anggota


keluarga sebagai pendidik juga penasehat terbaik, dari keluarga inilah
pendidikan yang diberikan kepada individu dan anggota keluarga
lainnya. Sehingga untuk membangun kebudayaan yang pastinya
dimulai dari keluarga. Pada kondisi seperti inilah dibutuhkan peran
serta keluarga dalam memberikan perhatian, kasih sayang, dukungan
dan motivasi pada penderita gangguan jiwa sehingga perawatan pada
penderita gangguan jiwa tidak hanya diperoleh di rumah sakit
melainkan perawatan yang diterapkan di tengah-tengah keluarga dapat
optimal. Pengetahuan keluarga dan pengalaman yang cukup dapat
membantu penanganan penderita gangguan jiwa

Hasil penelitian ini mendukung teori yang menyatakan bahwa motivasi


keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi personal
hygiene. Motivasi keluarga sangat penting bagi keluarga sangat
penting bagi pasien dengan gangguan jiwa, karena keluargalah yang
paling lama berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari Menurut Sujak
(1990 dalam Ratiani, 2011).

Motivasi adalah perilaku individu untuk memuaskan kebutuhannya,


karena manusia manusia dasarnya memiliki kebutuhan dan kemauan.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh William, dkk
(1998 dalam Ariani, 2013) yang menyatakan bahwa motivasi keluarga
kurang sebagian besar kamampuan pasien juga kurang dalam
melakukan perawatan diri, hal ini dikarenakan adanya gangguan fungsi
80

kognitif yang menyebabkan terjadi perubahan proses pikir sehingga


kemampuan untuk melakukan perawatan diri menurun.

Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Andayani
(2014) yang menyatakan bahwa mayoritas responden berada pada
tingkat kemampuan ringan dalam hal berpakaian/berdandan, ini
disebabkan akibat penurunan proses pikir, tidak adanya motivasi dari
orang terdekat (keluarga), kelemahan, dan gangguan kognitif atau
persepsi.

Selain itu ada beberapa faktor lain yang bisa mempengaruhi seorang
pasien gangguan jiwa mengalami motivasi baik tapi terganggu
pemenuhan personal hygiene dirinya dikarenakan faktor lingkungan
sekitar, yaitu kuatnya pengaruh orang-orang yang ada disekitar pasien,
dimana seseorang yang memiliki motivasi baik belum tentu mampu
memenuhi kebutuhan personal hygiene dengan baik dan faktor lainnya
yaitu individu mudah terpengaruh akibat kondisi yang belum stabil.

Dalam hal ini sangat dibutuhkan pendekatan secara holistik, yaitu


manusia harus dipandang sebagai suatu keseluruhan yang paripurna
dan keluarga sebagai faktor lingkungan yang terdekat dengan pasien.
Keluarga sangat berperan dalam perawatan dan rehabilitasi anggota
keluarga yang menderita gangguan jiwa (Durand & Barlow, 2007).

Berdasarkan pemaparan tersebut dapat dikatakan bahwa ada hubungan


motivasi keluarga dengan kemampuan pasien dalam pemenuhan
kebutuhan personal hygiene berpakaian pada pasien gangguan jiwa di
poliklinik rumah sakit jiwa sambang lihum provinsi kalimantan
selatan.
81

4.5 Keterbatasan
Keterbatasan penelitian ini antara lain :
4.5.1 Pada saat melakukan penelitian, peneliti membagikan kuesioner
kepada responden dengan menjelaskan maksud dan tujuan penelitian,
ada beberapa responden menolak untuk mengisi kuesioner maka
peneliti menghargai dan menghormati keputusan responden.
4.5.2 Jumlah responden membawa pasien gangguan jiwa ke poliklinik
terbatas, sehingga sulit bagi peneliti untuk mendapatkan responden.

4.6 Implikasi Hasil Penelitian Dalam Keperawatan


Hasil penelitian ini dapat menambah referensi bidang ilmu keperawatan jiwa
dan dapat menjadi masukan bagi perawat dalam memberikan intervensi
terhadap pasien gangguan jiwa terutama dalam kemampuan pemenuhan
kebutuhan personal hygiene berpakaian dan memberikan motivasi yang
optimal untuk mengurangi penderita gangguan jiwa. Selanjutnya, tentunya
sebagai tenaga kesehatan kita dituntut untuk terus mengembangkan ilmu
pengetahuan terutama dalam bidang kesehatan.
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai
berikut :
5.1.1 Motivasi keluarga pada anggota keluarga dengan gangguan jiwa di
Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum Provinsi Kalimantan
Selatan Tahun 2017 sebagian besar kurang yaitu 76,7%.
5.1.2 Kemampuan pasien gangguan jiwa dalam pemenuhan kebutuhan
personal hygiene berpakaian di Poliklinik Rumah Sakit Jiwa
Sambang Lihum Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2017 sebagian
besar memiliki kemampuan ketergantungan ringan yaitu 63.4% .
5.1.3 Ada Hubungan Motivasi Keluarga dengan Kemampuan Pasien
Dalam Pemenuhan Kebutuhan Personal Hygiene Berpakaian pada
Pasien Gangguan Jiwa Di Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Sambang
Lihum Provinsi Kalimantan Selatan.

5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas dapat disarankan :
5.2.1 Bagi Keluarga
Perlu penjelasan secara terus-menerus kepada anggota keluarga
pasien gangguan jiwa mengenai pemenuhan personal hygiene
berpakaian, sehingga dapat meningkatkan kualitas perilaku keluarga
untuk meningkatkan motivasi. Jadi dengan motivasi keluarga yang
tinggi pasien akan lebih mandiri dalam melakukan personal hygiene
berpakaian sehari-hari.
5.2.2 Bagi Rumah Sakit
Setiap petugas kesehatan memberikan penyuluhan kesehatan dan
pemberian informasi melalui pembagian leaflet kepada keluarga

82
83

pasien gangguan jiwa tentang hal-hal yang menyangkut keadaan


pasien.
5.2.3 Bagi Profesi Perawat
Diharapkan agar hasil penelitian ini dapat digunakan oleh perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien gangguan
jiwa dengan melibatkan keluarga dalam setiap proses keperawatan
pasien, agar keluarga menyadari peran dan tanggung jawabnya
dalam proses penyembuhan pasien, serta dapat menjadi peran utama
untuk meningkatkan motivasi dalam proses pemulihan pasien.
5.2.4 Peneliti selanjutnya
Peneliti selanjutnya diharapkan untuk dapat melanjutkan penelitian
terhadap faktor lain seperti beban keluarga, faktor ekonomi yang
dapat mempengaruhi kemampuan pasien dalam pemenuhan
kebutuhan personal hygiene berpakaian pada pasien gangguan jiwa.
Peneliti selanjutnya juga dapat mengembangkan variabel terkait
seperti kebutuhan personal hygiene mandi, makan dan toileting pada
pasien gangguan jiwa.
DAFTAR RUJUKAN

Andayani, Sri. 2012. Hubungan Karakteristik klien Skizofrenia dengan Tingkat


kemampuan Perawatan diri di ruang rawat Inap Psikiatri Wanita Rumah
Sakit Marzoeki Mahdi Bogor.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka
Cipta.
Azwar, Saifuddin. 2001. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Damaiyanti, M. (2014). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung, Edisi Revisi : PT
Refika Aditama.
Depkes. (2010). Penyelenggaraan Pelayanan Keperawatan Keluarga (internet).
Available from <www.bppsdmk.depkes.go.id> (Accesed 15 desember 2016).
Eddi, R. (2013). Hubungan Antara Motivasi Pasien Dengan Pemenuhan Personal
Hygiene Pasien Total Care. Skripsi. Universitas Muhammadiyah
Banjarmasin.
Friedman. M. (1998). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktik. Jakarta : EGC.
Hamzah, B. (2009). Teori Motivasi & Pengukurannya analisis di Bidang Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara.
Januar, P. (2001). Konsep pasien. Buku Ajar Kedokteran.
Keliat, B.A. (2011). Model Praktik Keperawatan Professional Jiwa. Jakarta : EGC
Mubarta, AF, dkk. 2011. Gambaran Distibusi Penderita Gangguan Jiwa di Wilayah
Banjarmasin dan Banjarbaru. Tesis.
Mubarak, Wahit Iqbal & Nurul Chayatin. (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar
Manusia: Teori & Aplikasi Dalam Praktik. Jakarta. EGC.
Murwani, A. (2012) Asuhan Keperawatan Keluarga Konsep dan Aplikasi Kasus.
Jogjakarta Mitra: Cendika Press.
Nasir. A., Muhith. (2011). Komunikasi Dalam Keperawatan teroti & aplikasi.
Jakarta: Salemba Medika.
Notoatmodjo, S. (2010). Metodeologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2012). Metodeologi Peneitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan
Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrument Penelitian Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medica, 2011
Nursalam. (2014). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika.
Padila. (2012). Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Jogjakarta: Nuha Medika.
Pieter. (2010). Konsep Motivasi. Jakarta: Rineka Cipta
Riskesdas., (2013). Laporan Riset Kesehatan Dasar Republik Indonesia. Badan
Litbangkes, Kemenkes RI, Jakarta

84
Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum. (2016). Laporan Akuntabilitas Akhir Tahun
(2016). Kalimantan selatan. Tidak dipublikasi.
Sari, Hasmila. 2009. Pengaruh terapi psikoedukasi keluarga terhadap beban dan
Kemampuan Keluarga ddalam merawat klien pasung di Kabupaten
Bireuren.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin. (2013) Buku Panduan
Skripsi Program Studi S.1 Keperawatan. Banjarmasin: Penerbit Pusat
Penelitian Pengembangan dan Pengabdian Masyarakat (P4M).
Siagian, S. (2004). Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi (Mixed
Methods). Bandung : Alfabeta.
Sujak. (2010). Teori Motivasi. Jakata.
Supardi et al. 2013. Aplikasi Statistika dalam Penelitian Konsep Statistika yang lebih
Komprehensif. Jakarta : Change Publication..
Susila, & Suyanto. 2014. Metodologi Penelitian Cross Sectional Kedokteran
dan Kesehatan. Klaten: Bossscript.
Swanburg, R. C & Swanburg, R. J. (1999). Introductory Management and
Leadership For Nursess. Canada : Jones & Barlett Publishers.
Videbeck, S. L. (2008). Psychiatric Mental Health Nursing. USA: Lippincott. Wlliam
& Wilkins, Inc
Wilkinson, Judith.M, 2009. Nursing Diagnosis handbook with NIC Intervention and
NOC Outcomes. 7th Ed. Upper Saddle River, New Jersey:Prentice Hall
Health.
Yosep, I. (2007). Keperawatan Jiwa. Edisi Revisi. Bandung: PT Refika Aditama.

85
LAMPIRAN-LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
LAMPIRAN 2
LAMPIRAN 3
LAMPIRAN 4
LAMPIRAN 5
LAMPIRAN 6
LAMPIRAN 7
LAMPIRAN 8
LAMPIRAN 9
LAMPIRAN 10
LAMPIRAN 12
LAMPIRAN 12
LAMPIRAN 13

LEMBAR PERMOHONAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Erliana Eka Safhitri
NPM : 1614201120390

Adalah mahasiswi program S1 Keperawatan Fakultas Keperawatan dan Ilmu


Kesehatan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin, akan melakukan penelitian
dengan judul Hubungan Motivasi Keluarga Dengan Kemampuan Pasien dalam
Pemenuhan Kebutuhan Personal Hygiene Berpakaian Pada Pasien Gangguan Jiwa di
PoliKlinik Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum Provinsi Kalimantan Selatan.

Untuk maksud di atas, saya mohon kesediaan Bapak/Ibu menjadi responden


dalam penelitian tersebut. Adapun hal-hal yang perlu Bapak/Ibu ketahui adalah:

1) Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada Hubungan Motivasi
Keluarga dengan kemampuan pasien dalam pemenuhan kebutuhan personal
hygiene berpakaian pasien gangguan jiwa.
2) Jaminan Kerahasiaan, Kerahasiaan Nama akan diganti dengan nomor responden
((kode) berupa angka (1,2,3dsb), Identitas Bapak/Ibu akan dirahasiakan
sepenuhnya oleh peneliti dan hanya data yang Bapak/Ibu isikan yang akan
digunakan demi kepertingan penelitian.
3) Metode/cara yang digunakan Penelitian ini dengan memberikan kuesioner
kepada masing-masing responden yaitu anggota keluarga pasien gangguan jiwa
yang berkunjung ke Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum Provinsi
Kalimantan Selatan tahun 2017.
4) Resiko yang mungkin muncul, Penelitian ini mempunyai resiko yang minimal,
resiko yang mungkin muncul adalah responden merasa bosan saat mengisi
kuesioner, cemas, malu dan kurang nyaman, ini diakibatkan karena pertanyaan-
pertanyaan yang mungkin bisa membuat perasaan responden tersinggung dalam
LAMPIRAN 13

menjawab kuesioner karena memuat pertanyaan yang bersifat pribadi dan privasi
bagi responden.
5) Manfaat Penelitian ini adalah diharapkan Motivasi yang diberikan dari keluarga
dapat terpenuhi bagi pasien gangguan jiwa sehingga kemampuan personal
hygiene khususnya dalam hal berpakaian dapat meningkat.
6) Hak untuk mengundurkan diri, Jika responden tidak menyetujui (Imform
consent) dan permohonan penelitian, yang telah dibaca oleh responden atau
dijelaskan oleh peneliti, maka responden berhak menolak atau mengundurkan
diri.
7) Jika Bapak/Ibu bersedia menjadi responden, silahkan menandatangani lembar
persetujuan dan mengisi kuesioner yang telah saya siapkan, dan jika keberatan,
Bapak/Ibu tidak akan dipaksa menjadi responden dalam penelitian ini.

Demikian surat permohonan ini saya buat. Atas perhatian dan


partisipasi Bapak/Ibu sekalian saya ucapkan terima kasih.

Hormat Saya

Erliana Eka Safhitri


NPM.1614201120390
LAMPIRAN 14

INFORMED CONSENT
(PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN)

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Inisial :
Alamat :

Telah mendapatkan keterangan secara terinci dan jelas baik melalui lisan maupun
tulisan yang termuat di dalam PERMOHONAN PERSETUJUAN MENJADI
RESPONDEN, mengenai:
1. Tujuan Penelitian.
2. Jaminan Kerahasiaan.
3. Metode Atau Cara Yang Digunakan.
4. Resiko Yang Mungkin Muncul.
5. Manfaat Penelitian.
6. Hak Untuk Mengundurkan Diri.
Oleh karena itu saya bersedia secara sukarela untuk menjadi responden penelitian
dengan penuh kesadaran serta tanpa keterpaksaan.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya tanpa tekanan dari pihak
manapun.

Banjarmasin, April 2017


Responden

(...............................................)
LAMPIRAN 15

KUESIONER
HUBUNGAN MOTIVASI KELUARGA DENGAN KEMAMPUAN PASIEN DALAM
PEMENUHAN KEBUTUHAN PERSONAL HYGIENE BERPAKAIAN PASIEN
GANGGUAN JIWA DI POLIKLINIK RUMAH SAKIT JIWA
SAMBANG LIHUM PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Petunjuk pengisian :
Jawablah semua pertanyaan dengan cara memberikan tanda cheklist ( ) pada
pilihan jawaban yang sesuai dengan Bapak/Ibu alami.

A. KARAKTERISTIK
1. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan

2. Usia : ................. tahun

3. Pekerjaan :

4. Pendidikan : Tidak Sekolah Tidak tamat SD


Tamat SD Tamat SMP
Tamat SMA
Tamat Perguruan Tinggi

5. Hubungan Kekeluargaan : Orang tua


Paman / Bibi
Kakak / Adik
Suami / Isteri
Anak
LAMPIRAN 15

B. MOTIVASI KELUARGA
Petunjuk:
1. Bacalah pertanyaan dengan baik dan teliti sebelum anda menjawab.
2. Untuk kelancaran penelitian ini mohon isilah jawaban sesuai dengan
pengetahuan anda tidak perlu bertanya dengan teman dan jawab dengan
jujur apa adanya.
3. Kerahasiaan anda akan tetap terjamin.
4. Pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai dengan pendapat suadara.
5. Beri tanda ( ) pada jawaban yang anda pilih
Selalu :
Memberikan motivasi setiap saat kepada pasien tanpa terputus.
Sering :
Lebih banyak memberikan morivasi kepada pasien dari pada tidak
memberikan.
Kadang-kadang :
Lebih banyak tidak memberikan motivasi kepada pasien, dari pada
memberi motivasi.
Tidak pernah :
Tidak memberi motivasi kepada pasien.

Jawaban
No. Pertanyaan
Selalu Sering Kadang- Tidak
kadang pernah
HASRAT DAN MINAT
1. Keluarga seharusnya mampu
memberikan perawatan diri:
berpakaian pada penderita gangguan
jiwa secara mandiri.
2. Keluarga berperan aktif pada anggota
keluarga yang menderita gangguan
jiwa untuk melakukan perawatan diri
terutama dalam hal berpakaian.
3. Keluarga mampu membantu
menggantikan pakaian pada penderita
gangguan jiwa yang kotor, dengan
pakaian yang bersih.
4. Keluarga ingin penderita gangguan
LAMPIRAN 15

jiwa selalu terlihat bersih dan rapi


saat berpakaian.
5. Keluarga melakukan pemenuhan
perawatan perawatan diri : berpakaian
bukan untuk mengharapkan imbalan.
HARAPAN
6. Keluarga mendukung perawatan diri
penderita gangguan jiwa khususnya
dalam hal berpakaian.
7. Keluarga pernah tidak
memperdulikan penderita gangguan
jiwa untuk melakukan perawatan diri
: berpakaian.
8. Keluarga mau berusaha untuk
meningkatkan kemampuan perawatan
diri: berpakaian dengan baik dan
benar pada penderita gangguan jiwa.
DORONGAN DAN KEBUTUHAN
9. Keluarga memberikan pujian dan
perhatian kepada anggota keluarga
yang menderita gangguan jiwa.
10. Keluarga pernah merasa tidak
nyaman saat melakukan perawatan
diri: berpakaian pada penderita
gangguan jiwa.
11. Keluarga membantu meningkatkan
harga diri dan rasa percaya pasien
selama perawatan diri khususnya
dalam hal berpakaian sehingga pasien
tetap merasa berharga dan berguna.
LAMPIRAN 15

C. KEMAMPUAN PASIEN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN


PERSONAL HYGIENE BERPAKAIAN
Petunjuk pengisian :
Jawablah semua pertanyaan dengan cara memberikan tanda cheklist ( )
pada pilihan jawaban yang sesuai dengan Bapak/Ibu alami.
Mandiri : Pasien dapat melakukan sendiri tanpa bantuan.
Membutuhkan bantuan : dibantu keluarga (sebagian)
Tidak mampu : Dibantu sepenuhnya oleh keluarga
Membutuhkan Tidak
No Aktivitas Mandiri
bantuan mampu
1 Menyiapkan pakaian (pakaian
bagian dalam, bagian atas dan
bagian bawah)
2 Melepas pakaian yang
dikenakan
3 Memakai pakaian yang sudah
disiapkan
4 Mengancing atau meresleting
pakaian yang dikenakan
5 Menjaga kebersihan diri dalam
penampilan (menyisir rambut,
mencukur kumis)
6 Memakai atribut lain seperti
bando, ikat rambut, topi dan
lain-lain
7 Mengenakan atau melepas
sepatu dan sendal.
8 Mempertahankan penampilan
pada tingkat memuaskan (bersih
dan rapi)
9 Mampu membedakan pakaian
yang bersih dan meletakkan ke
dalam keranjang pakaian
10 Merapikan pakaian yang
dikenakan
Jumlah Poin Mandiri
LAMPIRAN 16

Uji Valid Motivasi Keluarga


Correlations

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 Total


P1 Pearson .369
.382 .388 .283 .443 .275 .203 -.288 .115 .108 .177 .093
Correlation
Sig. (2-tailed) .874 .887 .050 .241 .390 .218 .950 .649 .748 .877 .014
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P2 Pearson
.038 1 -.027 .626(**) .429 .189 .200 .386 .399 -.146 .348 .711(**)
Correlation
Sig. (2-tailed) .874 .910 .003 .059 .425 .397 .093 .081 .540 .132 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P3 Pearson .320
.475 .225 1 .269 -.131 -.364 .077 -.419 -.262 -.265 -.623(**)
Correlation
Sig. (2-tailed) .887 .910 .251 .581 .115 .746 .066 .264 .258 .003 .227
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P4 Pearson
-.443 .626(**) .269 1 .534(*) .230 .108 .203 .245 -.404 .230 .496(*)
Correlation
Sig. (2-tailed) .050 .003 .251 .015 .330 .650 .390 .298 .077 .330 .026
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P5 Pearson
-.275 .429 -.131 .534(*) 1 .457(*) .393 .280 .670(**) .074 .202 .723(**)
Correlation
Sig. (2-tailed) .241 .059 .581 .015 .043 .087 .233 .001 .757 .393 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P6 Pearson
-.203 .189 -.364 .230 .457(*) 1 .179 .546(*) .550(*) -.191 .593(**) .529(*)
Correlation
Sig. (2-tailed) .390 .425 .115 .330 .043 .449 .013 .012 .419 .006 .017
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P7 Pearson
-.288 .200 .077 .108 .393 .179 1 .261 .502(*) .351 -.061 .584(**)
Correlation
Sig. (2-tailed) .218 .397 .746 .650 .087 .449 .266 .024 .129 .800 .007
LAMPIRAN 16

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P8 Pearson
-.015 .386 -.419 .203 .280 .546(*) .261 1 .398 .044 .660(**) .646(**)
Correlation
Sig. (2-tailed) .950 .093 .066 .390 .233 .013 .266 .082 .853 .002 .002
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P9 Pearson
-.108 .399 -.262 .245 .670(**) .550(*) .502(*) .398 1 .193 .311 .787(**)
Correlation
Sig. (2-tailed) .649 .081 .264 .298 .001 .012 .024 .082 .415 .182 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P10 Pearson .159
-.077 -.146 -.265 -.404 .074 -.191 .351 .044 .193 1 -.035
Correlation
Sig. (2-tailed) .748 .540 .258 .077 .757 .419 .129 .853 .415 .884 .504
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P11 Pearson
.037 .348 -.623(**) .230 .202 .593(**) -.061 .660(**) .311 -.035 1 .485(*)
Correlation
Sig. (2-tailed) .877 .132 .003 .330 .393 .006 .800 .002 .182 .884 .030
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Total Pearson
-.038 .711(**) -.140 .496(*) .723(**) .529(*) .584(**) .646(**) .787(**) .159 .485(*) 1
Correlation
Sig. (2-tailed) .874 .000 .557 .026 .000 .017 .007 .002 .000 .504 .030
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
LAMPIRAN 16

Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary

N %
Cases Valid 20 100.0
Excluded(a) 0 .0
Total 20 100.0
a Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items
.727 11
LAMPIRAN 16

Uji Valid Kemampuan Pasien


Correlations

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 TOTAL
P1 Pearson
1 .732(**) .734(**) .852(**) .448(*) .492(*) .592(**) .373 .255 .276 .874(**)
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .048 .027 .006 .105 .278 .239 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P2 Pearson
.732(**) 1 .782(**) .537(*) .343 .321 .405 .249 .241 .343 .775(**)
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .000 .015 .139 .168 .076 .289 .305 .139 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P3 Pearson
.734(**) .782(**) 1 .638(**) .313 .373 .398 .199 .463(*) .313 .809(**)
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .000 .002 .179 .106 .082 .400 .040 .179 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P4 Pearson
.852(**) .537(*) .638(**) 1 .420 .571(**) .782(**) .210 .222 .120 .803(**)
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .015 .002 .066 .009 .000 .375 .348 .615 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P5 Pearson
.448(*) .343 .313 .420 1 .035 .299 .299 .290 -.029 .527(*)
Correlation
Sig. (2-tailed) .048 .139 .179 .066 .884 .200 .200 .215 .902 .017
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P6 Pearson
.492(*) .321 .373 .571(**) .035 1 .535(*) .312 .173 .385 .616(**)
Correlation
Sig. (2-tailed) .027 .168 .106 .009 .884 .015 .181 .467 .094 .004
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P7 Pearson
.592(**) .405 .398 .782(**) .299 .535(*) 1 .286 .000 .112 .647(**)
Correlation
Sig. (2-tailed) .006 .076 .082 .000 .200 .015 .222 1.000 .637 .002
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
LAMPIRAN 16

P8 Pearson
.373 .249 .199 .210 .299 .312 .286 1 .184 .112 .465(*)
Correlation
Sig. (2-tailed) .105 .289 .400 .375 .200 .181 .222 .436 .637 .039
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P9 Pearson
.255 .241 .463(*) .222 .290 .173 .000 .184 1 .580(**) .538(*)
Correlation
Sig. (2-tailed) .278 .305 .040 .348 .215 .467 1.000 .436 .007 .014
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P10 Pearson
.276 .343 .313 .120 -.029 .385 .112 .112 .580(**) 1 .503(*)
Correlation
Sig. (2-tailed) .239 .139 .179 .615 .902 .094 .637 .637 .007 .024
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
TOTAL Pearson
.874(**) .775(**) .809(**) .803(**) .527(*) .616(**) .647(**) .465(*) .538(*) .503(*) 1
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .017 .004 .002 .039 .014 .024
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Reliability
[DataSet1] C:\Users\User\Documents\SPSS 3.sav
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary

N %
Cases Valid 20 100.0
Excluded(a) 0 .0
Total 20 100.0
LAMPIRAN 16

a Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items
.851 10
LAMPIRAN 16
LAMPIRAN 17

Tabulasi Silang

Kemampuan Pasien
Ketergantungan Ketergantungan Ketergantungan Ketergantungan
Motivasi TOTAL
NO Mandiri Ringan Sedang Berat Total
Keluarga

f % f % f % f % f % f %
1 Tinggi 1 3.3 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3.3
2 Rendah 0 0 19 63.3 2 6.7 1 3.3 1 3.3 23 76.7
3 Sedang 0 0 0 0 2 6.7 2 6.7 2 6.7 6 20.0
Jumlah 1 3.3 19 63.3 4 13.3 3 10.0 3 10.0 30 100

Uji Spermans rho ) = 0,000 < = 0,05 dengan nilai R (correlation coefision) = 0,753

Nonparametric Correlations

Correlations

MOTIVASI KEMAMPUAN
KELUARGA PASIEN
Spearman's rho MOTIVASI Correlation Coefficient 1.000 .753(**)
KELUARGA Sig. (2-tailed) . .000
N 30 30
KEMAMPUAN PASIEN Correlation Coefficient .753(**) 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 30 30
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Crosstabs
Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
MOTIVASI KELUARGA *
KEMAMPUAN PASIEN 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%
LAMPIRAN 17

MOTIVASI KELUARGA * KEMAMPUAN PASIEN Crosstabulation

KEMAMPUAN PASIEN
1 2 3 4 5 Total
MOTIVASI 1 Count 1 0 0 0 0 1
KELUARGA % of Total 3.3% .0% .0% .0% .0% 3.3%
2 Count 0 19 2 1 1 23
% of Total .0% 63.3% 6.7% 3.3% 3.3% 76.7%
3 Count 0 0 2 2 2 6
% of Total .0% .0% 6.7% 6.7% 6.7% 20.0%
Total Count 1 19 4 3 3 30
% of Total 3.3% 63.3% 13.3% 10.0% 10.0% 100.0%

Symmetric Measures

Asymp.
Std. Approx.
Value Error(a) T(b) Approx. Sig.
Interval by Interval Pearson's R .699 .123 5.171 .000(c)
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .753 .109 6.049 .000(c)
N of Valid Cases 30
a Not assuming the null hypothesis.
b Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c Based on normal approximation.
LAMPIRAN 19

KARAKTERISTIK RESPONDEN

JENIS
RESPONDEN UMUR HK PENDIDIKAN PEKERJAAN
KELAMIN
R1 47 Laki-laki Istri Tamat SMP Swasta
R2 30 Perempuan Suami Tamat SMP Ibu Rumah Tangga
R3 40 Laki-laki Orang Tua Tamat SMP Swasta
R4 30 Laki-laki Orang Tua Tamat SMA Swasta
R5 24 Perempuan Orang Tua Tamat SMA Ibu Rumah Tangga
R6 29 Laki-laki Orang Tua Tamat SMP Swasta
R7 40 Laki-laki Orang Tua Tidak Tamat SD Tani
R8 50 Laki-laki Istri Tamat SMP Swasta
R9 42 Laki-laki Istri Tamat SMA Swasta
R10 60 Laki-laki Istri Tamat SMA Swasta
R11 20 Perempuan Orang Tua Tamat Perguruan Tinggi PNS
R12 41 Laki-laki Istri Tamat SMA Swasta
R13 30 Perempuan Orang Tua Tamat SD Ibu Rumah Tangga
R14 54 Perempuan Orang Tua Tamat Perguruan Tinggi PNS
R15 42 Laki-laki Orang Tua Tamat SMA Swasta
R16 38 Perempuan Suami Tamat Smp Swasta
R17 68 Laki-laki Istri Tamat SD Tani
R18 45 Perempuan Suami Tamat SMP Ibu Rumah Tangga
R19 39 Laki-laki Istri Tamat SMA Swasta
R20 28 Laki-laki Orang Tua Tamat SMA Swasta
R21 47 Laki-laki Istri Tamat SMA Swasta
R22 54 Perempuan Orang Tua Tamat SMP Ibu Rumah Tangga
R23 35 Laki-laki Orang Tua Tamat SMA Swasta
R24 40 Laki-laki Orang Tua Tamat SMA Swasta
R25 53 Laki-laki Orang Tua Tamat SD Tani
R26 41 Perempuan Suami Tamat SMA Ibu Rumah Tangga
R27 39 Perempuan Suami Tamat SMA Ibu Rumah Tangga
R28 29 Perempuan Suami Tamat SMA Ibu Rumah Tangga
R29 56 Laki-laki Orang Tua Tamat SD Tani
R30 48 Laki-laki Orang Tua Tamat SMA Swasta
LAMPIRAN 20

KUESIONER MOTIVASI

RESPONDEN P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 TOTAL KATEGORI CODING


R1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 RENDAH 3
R2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 RENDAH 3
R3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 2 3 32 SEDANG 2
R4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 RENDAH 3
R5 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 21 RENDAH 3
R6 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 21 RENDAH 3
R7 1 4 1 3 3 3 3 3 3 3 3 30 SEDANG 2
R8 4 1 3 3 3 1 3 4 3 3 4 32 SEDANG 2
R9 3 2 3 2 2 2 3 2 2 3 1 25 SEDANG 2
R10 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 24 SEDANG 2
R11 3 3 3 2 3 2 2 2 2 3 2 27 SEDANG 2
R12 2 2 3 2 2 2 3 2 2 3 2 25 SEDANG 2
R13 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 32 SEDANG 2
R14 4 3 4 3 3 3 4 3 3 1 3 34 TINGGI 1
R15 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 22 SEDANG 2
R16 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 24 SEDANG 2
R17 3 2 3 2 2 2 4 2 2 2 1 25 SEDANG 2
R18 1 2 4 4 2 2 2 2 1 1 1 22 SEDANG 2
R19 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 22 SEDANG 2
R20 4 1 3 2 1 2 1 1 1 1 2 19 RENDAH 3
R21 2 2 2 3 3 2 3 2 3 4 2 28 SEDANG 2
R22 4 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 27 SEDANG 2
R23 4 4 2 3 2 2 2 3 2 2 3 29 SEDANG 2
LAMPIRAN 20

R24 1 4 3 4 3 2 4 2 3 3 2 31 SEDANG 2
R25 2 2 3 3 2 2 4 3 2 2 2 27 SEDANG 2
R26 3 2 2 2 2 2 3 2 1 3 2 24 SEDANG 2
R27 2 2 3 2 2 3 3 2 2 3 2 26 SEDANG 2
R28 3 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 26 SEDANG 2
R29 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 2 25 SEDANG 2
R30 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 30 SEDANG 2
743
LAMPIRAN 20

KUESIONER KEMAMPUAN PASIEN

RESPONDEN P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 TOTAL KATEGORI CODING


R1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 KETERGANTUNGAN SEDANG 3
R2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 KETERGANTUNGAN SEDANG 3
R3 1 2 2 2 1 2 1 2 1 2 16 KETERGANTUNGAN RINGAN 2
R4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 KETERGANTUNGAN TOTAL 5
R5 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 8 KETERGANTUNGAN BERAT 4
R6 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 8 KETERGANTUNGAN BERAT 4
R7 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 11 KETERGANTUNGAN SEDANG 3
R8 2 2 2 1 1 1 2 1 1 1 14 KETERGANTUNGAN RINGAN 2
R9 1 2 1 2 1 1 1 1 2 1 13 KETERGANTUNGAN RINGAN 2
R10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 KETERGANTUNGAN TOTAL 5
R11 1 2 2 2 1 1 2 1 1 1 14 KETERGANTUNGAN RINGAN 2
R12 1 2 2 2 1 1 2 1 1 1 14 KETERGANTUNGAN RINGAN 2
R13 1 2 2 2 2 1 2 2 1 2 17 KETERGANTUNGAN RINGAN 2
R14 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 MANDIRI 1
R15 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 14 KETERGANTUNGAN RINGAN 2
R16 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 13 KETERGANTUNGAN RINGAN 2
R17 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 13 KETERGANTUNGAN RINGAN 2
R18 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 17 KETERGANTUNGAN RINGAN 2
R19 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 14 KETERGANTUNGAN RINGAN 2
R20 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 4 KETERGANTUNGAN TOTAL 5
R21 1 2 1 2 1 1 1 2 1 1 13 KETERGANTUNGAN RINGAN 2
R22 1 2 1 1 2 2 1 1 2 0 13 KETERGANTUNGAN RINGAN 2
R23 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 12 KETERGANTUNGAN SEDANG 3
LAMPIRAN 20

R24 1 2 1 2 2 1 1 1 2 1 14 KETERGANTUNGAN RINGAN 2


R25 2 2 1 1 2 1 1 1 2 2 15 KETERGANTUNGAN RINGAN 2
R26 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 13 KETERGANTUNGAN RINGAN 2
R27 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 13 KETERGANTUNGAN RINGAN 2
R28 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 6 KETERGANTUNGAN BERAT 4
R29 1 2 1 2 1 1 1 1 2 1 13 KETERGANTUNGAN RINGAN 2
R30 1 2 1 2 1 1 1 1 2 1 13 KETERGANTUNGAN RINGAN 2
LAMPIRAN 21

Jadual Pelaksanaan Penelitian


2016 2017
No Kegiatan
Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Ags
1 Mengajukan
Topik/Judul
1 Studi
Pendahuluan
2 Menyusun
Proposal
3 Seminar
Proposal
4 Revisi
Proposal
5 Masuk Komite
Skripsi
6 Uji Validitas
dan
Reliabilitas
7 Pelaksanaan
Penelitian
8 Penyusunan
Laporan
9 Seminar
Laporan
10 Revisi Skripsi
11 Pengumpulan
Skripsi

Banjarmasin, Juli 2017

Erliana Eka Safhitri

Anda mungkin juga menyukai