Anda di halaman 1dari 65

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan

manusia dan tidak dapat dipisahkan antara satu sama lainnya, dilihat dari segi

keberadaannya, maka dapat dikatakan bahwa pendidikan ada sejak adanya

manusia. Dalam kehidupan sehari-hari, orang tua mendidik anak-anak mereka

dengan harapan dapat mencapai tujuan yang diinginkan dengan berbagai cara

antara lain ada yang membutuhkan bimbingan untuk membentuk kepribadiannya.

Untuk itu dalam setiap aspek kehidupan manusia baik secara pribadi, kelompok,

keluarga maupun dalam bangsa dan bernegara, pendidikan wajib dilaksanakan

dan tidak berlebihan kiranya jika dikatakan pada pendidikanlah tergantung nasib

dan masa depan bangsa kita.

Berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran

telah banyak dilakukan oleh pemerintah dengan jalan melengkapi sarana dan

prasarana, meningkatkan kualitas tenaga pengajar serta pengembangan dan

perbaikan kurikulum. Pendidikan sesungguhnya merupakan proses yang berjalan

secara kontinu. Implikasinya adalah bahwa model pembelajaran juga perlu

dilakukan secara kontinu. Pemikiran ini menempatkan proses sebagai suatu

kesatuan yang dimulai dari awal hingga akhir dengan memperlakukan sama

penting setiap langkah yang ada. Upaya ini sejalan dengan pandangan pemerintah

melalui Kurikulum Berbasis Kompetensi yang akan digunakan di sekolah-

sekolah.
2

Pencapaian tujuan pendidikan tersebut, memerlukan berbagai upaya

pendukung yang salah satunya adalah memperbaiki sistem pengajaran di dalam

kelas, sehingga dibutuhkan kreativitas guru untuk dapat memilih metode yang

tepat dalam proses belajar mengajar. Salah satu metode pembelajaran yang tidak

pernah diterapkan di SMP Negeri 2 Bajeng adalah kooperatif tipe jigsaw, guru

mengajar dengan menggunakan metode ceramah atau metode diskusi dengan

jumlah anggota kelompok cukup besar yaitu 5-6 orang siswa sehingga

pembelajaran kurang efektif

Selama ini nilai rata-rata kelas yang diperoleh siswa masih tergolong

sedang yaitu 6,0 sehingga diperlukan suatu pendekatan mengajar yang tepat untuk

meningkatkan hasil belajar siswa. Diketahui bahwa pembelajaran dengan

menggunakan metode ceramah, guru terlalu mendominasi kelas sehingga

keterlibatan peserta didik dalam proses pengajaran sangat kurang, dalam hal ini

peserta didik bukan lagi dipandang sebagai subjek belajar melainkan objek

pengajaran. Hal ini mengurangi tanggung jawab peserta didik atas tugas

belajarnya dan menjadi kecenderungan yang terjadi pada siswa, bahwa siswa

dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik cenderung untuk memilih teman yang

mempunyai latar belakang yang sama dengan dirinya (Ibrahim, 2000).

Salah satu model pembelajaran yang didasarkan konstruktivisme yang

dikembangkan oleh pemerintah saat ini adalah model pembelajaran kooperatif

yang mengacu pada metode pengajaran di mana siswa bekerja sama dalam

kelompok kecil saling membantu dalam belajar. Banyak terdapat pendekatan

kooperatif yang berbeda satu dengan lainnya dan kebanyakan melibatkan siswa
3

dalam kelompok dengan kemampuan yang berbeda sehingga terjadi interaksi

belajar antara siswa dan dapat meningkatkan hasil belajarnya.

Satu aspek penting pembelajaran kooperatif ialah bahwa di samping

pembelajaran kooperatif membantu mengembangkan tingkah laku kooperatif dan

hubungan yang lebih baik di antara siswa, pembelajaran kooperatif secara

bersamaan membantu siswa dalam pembelajaran akademis, oleh karena itu dalam

proses belajar mengajar, guru dituntut dapat memilih dan menggunakan metode

yang cocok agar pencapaian materi pelajaran tersebut lebih efektif dan efisien

seperti halnya menggunakan metode mengajar yang banyak melibatkan peran

serta siswa dalam belajar seperti metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw,

sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.

B. Rumusan Masalah

Apakah ada peningkatan hasil belajar sains biologi setelah diterapkan

model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw siswa kelas VIII di SMP Negeri 2

Bajeng Kabupaten Gowa?

C. Tujuan Penelitian

Mengetahui peningkatan hasil belajar sains biologi setelah diterapkan

model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw siswa kelas VIII di SMP Negeri 2

Bajeng Kabupaten Gowa.


4

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru sains biologi untuk

mengoptimalkan proses belajar mengajar melalui model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw, khususnya konsep sistem gerak

2. Sebagai bahan masukan bagi guru sains biologi dalam memilih dan

menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan konsep atau materi

pelajaran yang dibawakan.


5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR

A. Tinjauan Pustaka

1. Gambaran Umum Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Pembelajaran kooperatif dapat diartikan sebagai belajar kelompok

mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk

menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi dalam proses belajar.

Pembelajaran seperti ini menekankan interaksi yang terjadi antara siswa dalam

suatu kelompok yang heterogen, terdiri dari laki-laki dan perempuan, berasal dari

berbagai suku, serta memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.

Pembelajaran kooperatif menawarkan suatu bentuk pengajaran yang

memberikan kesempatan pada siswa untuk berdiskusi dengan teman sebaya dan

guru. Siswa mengemukakan ide-ide mereka secara eksplisit kepada teman

sebayanya, kemudian membandingkan ide mereka dengan ide temannya untuk

memperoleh perspektif yang berbeda, sehingga akhirnya dapat mengevaluasi

kembali konsepsi mereka. Adanya kelompok kooperatif, maka mereka yang

terkait di dalamnya akan merasa kuat, sehingga persoalan-persoalan yang berat

untuk diselesaikan sendiri, akan menjadi mudah jika dikerjakan atau dilaksanakan

secara bersama-sama.

Guru menganggap bahwa petunjuk-petunjuk bekerja sama dan bersatu

adalah satu-satunya komponen untuk menciptakan usaha kooperatif di kalangan

anggota kelompok, karena menempatkan siswa ke dalam kelompok dan meminta

mereka bekerja bersama tidaklah dengan sendirinya akan langsung menghasilkan


6

kerjasama, sebab tidak semua kelompok bersifat kooperatif. Duduk di dalam

kelompok misalnya, dapat menciptakan persaingan secara dekat atau usaha yang

individualistik dalam menyusun pelajaran sehingga siswa benar-benar bekerja

sama dan memahami komponen yang membuat kerjasama itu berjalan secara

optimal, sehingga dengan adanya penguasaan komponen tersebut memungkinkan

guru untuk menggunakan pelajaran, kurikulum yang sudah ada dan menyusunnya

secara kooperatif; membuat pelajaran yang bersifat kooperatif untuk memenuhi

tuntutan kurikulum dan kondisi intruksional, siswa dan bidang studi yang khas;

dan mendiagnosis masalah yang mungkin dimiliki siswa dalam bekerja sama dan

melakukan upaya intervensi untuk meningkatkan efektivitas kelompok belajar

siswa.

Komponen penting dari kerjasama itu adalah rasa saling bergantung secara

positif, interaksi yang mengutamakan tatap muka, tanggung jawab individu atau

kelompok, keterampilan interpersonal dan kelompok kecil, dan pengolahan

kelompok (Johnson & Holuben, 1993). Penyusunan sistem belajar secara

kooperatif dan diterapkan ke dalam situasi belajar kelompok membantu

mamastikan adanya usaha kerjasama dan memungkinkan penerapan belajar

kooperatif secara disiplin untuk keberhasilan jangka panjang. Menurut Ibrahim

(2000), ada beberapa hal yang perlu dipenuhi dalam pembelajaran kooperatif agar

lebih menjamin para siswa bekerja secara kooperatif yang meliputi: siswa yang

tergabung dalam suatu kelompok harus merasa bahwa mereka adalah bagian dari

sebuah tim dan mempunyai tujuan bersama yang harus dicapai; siswa yang

tergabung dalam suatu kelompok harus menyadari bahwa masalah yang mereka
7

hadapi adalah masalah kelompok dan berhasil tidaknya kelompok itu akan

menjadi tanggung jawab bersama oleh seluruh anggota kelompok itu; untuk

mencapai hasil yang maksimum, siswa yang tergabung dalam kelompok itu harus

berbicara satu sama lain dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi; dan siswa

yang tergabung dalam suatu kelompok harus menyadai bahwa setiap pekerjaan

siswa mempunyai akibat langsung pada keberhasilan kelompoknya.

Menurut Lie (2002), Cooperkooperatiff Learning atau Pembelajaran

Gotong Royong merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada

anak didik untuk bekerja sama sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur,

di mana guru bertindak sebagai fasilitator. Menurut Ibrahim dkk (2000), model

pembelajaran kooperatif terdiri atas beberapa macam pendekatan yang salah

satunya adalah jigsaw yang dikembangkan oleh Elliot Aronson dan

kologanya(1978). Model pembelajaran ini dapat digunakan kapan saja, materi

yang menjadi bahan pengajaran ditulis dalam pola narkooperatiff. Penerapan

Jigsaw, siswa dibagi berkelompok dengan 5 atau 6 orang anggota belajar

heterogen. Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks. Setiap

aggota bertanggung jawab untuk mempelajari bagian tertentu bahan yang

diberikan. Anggota dai kelompok lain yang mendapat tugas topik yang sama

berkumpul dan berdiskusi tentang topik yang telah diberikan, kelompok ini

disebut sebagai kelompok ahli. Selanjutnya anggota tim ahli ini kembali ke

kelompok asal dan mengajarkan apa yang telah dipelajari dan didikusikan dalam

kelompok ahlinya untuk diajarkan kepada teman kelompok sendiri.


8

Adapun ciri-ciri dari pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang

membedakannya dengan tipe kooperatif lainnya adalah tujuan kognitifnya yang

disampaikan sifat sederhana sehingga siswa lebih mudah memahami dan

melaksanakannya; tujuan sosial yang terbentuk selama proses pembelajaran akan

terbina dengan baik karena adanya kegiatan kerja kelompok dan kerjasama dalam

memecahkan suatu konsep yang sedang dipelajari; kelompok belajar heterogen

dengan jumlah anggota kelompok adalah 4-5 orang anggota dan menggunkan pola

kelompok asal dan Kelompok Ahli; siswa mempelajari materi dalam

kelompok Ahli kemudian membantu anggota kelompok asal mempelajari

materi tersebut itu; penilaian yang dilakukan oleh guru bervariasi yaitu dapat

berupa tes harian maupun tes mingguan; dan ada kegiatan publikasi siswa

terhadap konsep atau materi yang telah dibahas.

Pembelajaran kooperatif (tipe jigsaw) memiliki enam langkah utama atau

tahapan yaitu: Fase 1 menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa dengan

kegiatan guru adalah menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai

pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar; Fase 2 menyajikan

informasi dengan tingkah laku guru adalah menyajikan informasi kepada siswa

dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan; Fase 3 mengorganisasikan

siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar dengan kegiatan yaitu menjelaskan

kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu

setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien; Fase 4 membimbing

kelompok bekerja dan belajar dengan tingkah laku siswa yaitu membimbing

kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas yang diberikan;


9

Fase 5 evaluasi dengan kegiatan mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang

telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya;

dan Fase 6 memberikan penghargaan dengan kegiatan mencari cara-cara untuk

menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok (Ibrahim,

2000)

2. Pengajaran yang Efektif

Memberikan suatu definisi efektivitas yang analitis, standar dan universal

bukanlah suatu hal yang mudah. Istilah efektivitas lazim digunakan dalam

manajemen pendidikan misalnya efektivitas organisasi dan efektivitas

pengelolaan. Mutu mengaitkan efektivitas dengan pencapaian sasaran berdasarkan

perbandingan antara hasil nyata dan ideal. Firdaus (1996) mengartikan efektivitas

sebagai suatu evaluasi individu atau institusi dapat dipandang dari sudut

pencapaian sasaran atau yang ditargetkan. Secara khusus dalam pengajaran di

sekolah menengah sasaran yang dimaksud dapat ditunjukkan melalui sejumlah

indikator misalnya penguasaan bahan pengajaran dan tingkat kepuasan siswa serta

prestasi akademiknya setelah melalui proses pengajaran itu.

Menurut Roestiyah dalam Syamsiah (1999), mengajar yang efektif adalah

bilamana guru dapat memilih metode yang tepat untuk setiap bahan pelajaran.

Adakalanya untuk suatu bahan pelajaran diperlukan metode mengajar tertentu

atau pemilihan metode sesuai dengan karakteristik siswa yang mempunyai

kemampuan intelektual atau bakat yang berbeda akan sangat membantu dalam

rangka meningkatkan hasil belajar yang optimal.


10

3. Hasil Belajar

Usaha pencapaian tujuan pendidikan mutlak diperlukan proses belajar

mengajar optimal. Seseorang dapat dikatakan telah melakukan proses belajar,

apabila telah terjadi perubahan-perubahan pada dirinya. Perubahan-perubahan

yang dialaminya itu seperti perubahan dari yang tidak tahu menjadi tahu. Dalam

proses belajar mengajar, perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan

bertujuan untuk memperoleh suatu hasil yang lebih baik dari sebelumnya.

Hasil belajar tersusun dari dua kata yaitu Hasil dan Belajar. Hasil pada

dasarnya adalah suatu yang diperoleh dari suatu aktivitas. Sedangkan belajar

menurut Sudjana (2001) adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya

perubahan pada diri seseorang. Perubahan ini sebagai hasil proses belajar

ditunjukkan dalam bentuk perubahan pengetahuan, pemahaman, perubahan sikap

dan tingkah laku, serta perubahan pada aspek-aspek lain yang ada pada individu

yang belajar. Hasil belajar dapat diketahui setelah diadakan evaluasi sesuai dengan

tujuan intruksional yang telah dirumuskan. Menurut Djamarah (1996) yang

menjadi petunjuk bahwa suatu proses belajar mengajar dianggap berhasil adalah :

Daya serap siswa terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi

tinggi, baik secara individu maupun kelompok dan perilaku yang digariskan

dalam indikator pembelajaran yang harus dicapai oleh siswa baik secara individu

maupun kelompok.

Hasil belajar untuk mengukur keberhasilan siswa yang berkaitan dengan

aspek-aspek kognitif psikomotorik, dan apektif. Hasil belajar siswa dalam bidang

studi tertentu dapat diketahui dengan jalan melakukan pengukuran yang dikenal
11

dengan istilah pengukuran hasil belajar. Pengukuran hasil belajar menurut Sudjana

(2001) ialah suatu tindakan atau kegiatan untuk melihat sejauh mana tujuan-tujuan

intruksional dapat dicapai atau dikuasai oleh siswa setelah menempuh pengalaman

belajarnya (proses belajar mengajar).

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

adalah sesuatu yang diperoleh seseorang setelah mengikuti proses belajar. Untuk

mengetahui proses belajar siswa, maka guru menggunakan alat ukur evaluasi

berupa tes hasil belajar. Dengan menggunakan tes ini guru bisa mengetahui

tingkat keberhasilan dan penguasaan siswa terhadap pelajaran sehingga dapat

memberikan acuan kepada guru tindakan apa yang akan dilakukan pada keperluan

selanjutnya.

B. Kerangka Berpikir

Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dilepaskan

satu sama lain. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku seseorang berkat

pengalaman dan latihan. Seangkan mengajar adalah usaha memberikan bimbingan

kepada siswa dalam belajar. Siswa menghendaki belajar yang efektif bagi dirinya.

Pembelajaran kooperatif menawarkan suatu bentuk pengajaran yang memberikan

kesempatan pada siswa untuk berdiskusi dan bekerjasama dengan teman

sebayanya yang akan menciptakan rasa saling bergantung secara positif, interaksi

yang mengutamakan tatap muka, tanggung jawab individu dan kelompok.

Hasil dari proses belajar merupakan perubahan perilaku yang ditujukan

oleh siswa berdasakan tujuan yang ingin dicapai pada indikator pembelajaran,

sehingga itu peranan guru sangat menentukan keberhasilan dalam meningkatkan


12

hasil belajar siswa. Guru yang efektif adalah guru yang dapat menunjukkan

kemampuan untuk menghasilkan siswa yang memiliki kualitas belajar yang baik

yaitu mampu mencapai indikator pembelajaran secara tuntas. Untuk

melaksanakan pengajaran yang efektif diperlukan beberapa syarat diantaranya

kebersamaan diri, kekompakan dalam belajar secara aktif, penguasaan pengajaran,

serta guru harus menggunakan variasi metode pada waktu mengajar ditambah

memberikan motivasi sehingga akan tercipta suasana belajar yang kooperatif

dimana siswa akan belajar lebih tekun, lebih giat, dan bersemangat.

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada tinjauan pustaka dan

keranngka berpikir, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah

H0 = Ada peningkatan hasil belajar sains biologi setelah penerapan pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw konsep sistem gerak siswa kelas VIII di SMP Negeri

2 Bajeng Kabupaten Gowa.

HA= Tidak ada peningkatan hasil belajar sains biologi setelah penerapan

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw konsep sistem gerak siswa kelas VIII

di SMP Negeri 2 Bajeng Kabupaten Gowa.


13

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2007 Januari 2008

yang bertempat di SMP Negeri 2 bajeng Kabupaten Gowa.

B. Jenis dan Variabel Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research)

yang melibatkan refleksi yang berulang berupa perencanaan, tindakan, observasi

dan refleksi.

2. Variabel Penelitian

Variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah hasil belajar sains

biologi konsep sistem gerak siswa kelas VIII di SMP Negeri 2 Bajeng Kabupaten

Gowa.

C. Definisi Operasional Variabel

Secara operasional, variabel-variabel yang dikaji dalam penelitian ini

dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw didefinsikan sebagai model

pembelajaran di mana siswa dibagi berkelompok dengan 4-5 anggota

kelompok belajar yang heterogen. Materi pembelajaran diberikan kepada

siswa dalam bentuk soal atau paket diskusi untuk mempelajari suatu bagian
14

tertentu dari materi, kemudian semua siswa dari setiap kelompok yang

mempunyai bagian materi yang sama berkumpul untuk mendiskusikan lebih

lanjut, kelompok ini disebut sebagai kelompok ahli. Kemudian siswa tersebut

kembali pada kelompok asalnya untuk mengajarkan materi yang telah dibahas

pada kelompok ahli pada teman kelompoknya yang disebut sebagai kelompok

asal.

2. Hasil belajar sains biologi adalah nilai yang diperoleh siswa setelah

diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada konsep sistem

gerak dengan bentuk tes adalah obyektif tes yang dikembangkan sendiri oleh

peneliti.

D. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Bajeng Kabupaten Gowa

dengan subjek penelitian siswa kelas VIII-A. Penelitian ini dilaksanakan pada

semester I Tahun Pelajaran 2007/2008 dengan jumlah siswa 35 orang yang terdiri

dari 14 laki-laki dan 21 perempuan.

E. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian tindakan kelas ini direncanakan sebanyak dua siklus,

dengan langkah pelaksanaan PTK sebagai berikut:

1. Siklus I

a. Perencanaan

1) Menyiapkan materi yang akan disajikan, mempersiapkan paket soal yang akan

didiskusikan khususnya materi sistem gerak pada manusia.


15

2) Membuat pedoman observasi untuk merekam proses pembelajaran di kelas.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan terdiri atas beberapa fase, yaitu :

Fase 1 Menyampaikan indikator pembelajaran dan memotivasi siswa. Guru

menyampaikan semua indikator pelajaran yang ingin dicapai dan

memotivasi siswa belajar.

Fase 2 Mengorganisasi siswa dalam kelompok-kelompok belajar. Guru

menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok

belajar, sebelumnya guru telah mempersiapkan bentuk kelompok yang

heterogen dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi

secara efisien. Guru membagi siswa ke dalam 7 kelompok yang masing-

masing beranggotakan 5 orang siswa sebagai kelompok asal dan 5

kelompok beranggotakan 7 orang sebagai kelompok ahli.

Fase 3 Menyajikan informasi. Guru menyajikan informasi kepada siswa dalam

bentuk paket soal atau Lembar ahli dengan topik yang berbeda untuk

setiap anggota kelompok yang terbentuk. Misalkan siswa yang mendapat

soal nomor 1 akan berkumpul pada kelompok satu, siswa yang

membahas soal nomor 2 akan berkumpul dengan siswa yang berasal dari

kelompok lain pada kelompok 2, dan seterusnya. Pada masing-masing

kelompok ahli ini akan melakukan diskusi tentang paket soal yang

diperoleh. Setelah selesai berdiskusi, setiap anggota kelompok akan

kembali kekelompok asalnya masing-masing, untuk selanjutnya

memberikan informasi kepada teman lainnya mengenai hasil diskusi


16

yang telah dilakukan pada kelompok ahli. Setelah berdiskusi kembali

pada kelompok asal, guru akan menunjuk dari setiap perwakilan

kelompok untuk mempersentasekan hasil diskusinya dan siswa lainnya

bisa memberikan sanggahan jika ada kesalahan konsep yang

disampaikan oleh siswa yang melakukan presentase.

Fase 4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar. Guru sebaiknya

memanfaatkan waktu dengan semua kelompok belajar pada saat mareka

mengerjakan tugas. Guru dapat mengingatkan setiap kelompok bahwa

bagian dari penilaian adalah melihat partisipasi dari setiap anggota

kelompok.

Fase 5 Evaluasi, guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah

diberikan yaitu dengan memberikan kuis untuk masing-masing siswa.

Fase 6 Memberikan penghargaan, guru mencari cara-cara untuk menghargai

baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok, misalnya guru

menyiapkan kartu berbintang untuk siswa atau kelompok yang

berprestasi selama proses pembelajaran berlangsung, atau guru

mengacungkan jempol jika siswa menjawab atau mempresentasekan

hasil diskusinya secara tepat.

c. Observasi

1) Mencatat segala kejadian selama berlangsungnya proses belajar dalam

buku catatan mengenai motivasi, minat, kemampuan dalam berdiskusi,

kerjasama dalam kelompok (kekompakan) dan nilai-nilai hasil evaluasi.

2) Menganalisis data dari hasil observasi dan tes hasil belajar pada siklus I
17

d. Refleksi

1) Merefleksikan hasil-hasil yang diperoleh dari hasil evaluasi, kemandirian

siswa dan refleksi dari cara mengajar guru guru.

2) Mendiskusikan refleksi yang telah dibuat bersama dengan siswa untuk

mengambil langkah-langkah perbaikan yang lebih baik sesuai yang

diharapkan.

3) Setelah dilakukan perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi pada

siklus I, biasanya muncul permasalahan-permasalahan baru yang perlu

diperbaiki, sehingga langkah selanjutnya adalah perlu dilakukan

perencanaan ulang, tindakan ulang, observasi ulang dan refleksi ulang.

Demikian tahap-tahap ini terus berlangsung sehingga permasalahan-

permasalahan tersebut dapat teratasi dengan baik. Langkah-langkah pada

setiap siklus yang telah dijelaskan di atas dapat digambarkan dalam suatu

siklus seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut :

Planning

Reflection Action

Observation

Gambar 1. Siklus langkah-langkah action research oleh Lewin (1994)


dalam Hardjodipuro, 1997).
18

2. Siklus II

Langkah-langkah yang diambil pada siklus II ini relatif sama dengan

langkah-langkah yang diambil pada siklus I. Adapun langkah-langkah yang perlu

dilakukan pada siklus II ini adalah :

1. Merumuskan tindakan selanjutnya (siklus II) berdasarkan hasil refleksi

pada siklus I.

2. Pelaksanaan tindakan dalam siklus II.

3. Analisa data hasil evaluasi siklus II.

4. Refleksi kegiatan siklus II untuk melanjutkan ke siklus III dan seterusnya

bila hal tersebut mutlak untuk dilakukan. Adapun prosedur PTK yang akan

dilakukan digambarkan sebagai berikut :

Refleksi Awal

Perencanaan Pelaksanaan Observasi Refleksi


Tindakan I Tindakan I dan Evaluasi

Observasi,
Revisi Tindakan
Pelaksanaan Refleksi, dan
(Perencanaan
Tindakan II Evaluasi
Tindakan II)

SOLUSI yang telah


Revisi Tindakan II Dan seterusnya direvisi kondisinya
(Perencanaan sehingga dalam Implementasi
Tindakan III) diperoleh dan Dampaknya
Gambar 2. Alur pelaksanaan PTK
19

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Sumber Data

Sumber data penelitian ini adalah siswa dan guru.

2. Jenis Data

Jenis data yang diperoleh terdiri dari data kuantitif berupa tes hasil belajar

siswa setelah pembelajaran selesai berlangsung dan kualitif berupa hasil observasi

tentang aktivitas belajar siswa selama pembelajarn berlangsung yang meliputi:

mendengarkan penjelasan guru/teman, kehadiran siswa, membaca materi,

mencatat materi penting, berdiskusi dengan teman, mengamti media yang

digunakan oleh guru saat mengajar, mengerjakan latihan, mengganggu teman

yang belajar, dan mengumpulkan tugas. Selain aktivitas siswa, selama proses

pembelajaran berlangsung juga diamati aktivitas guru dalam mengajar yang

diamati oleh observer yang berjumlah dua orang guru dengan indikator

pengamatan adalah: menyampaikan indikator pembelajaran/memotivasi siswa,

menyampaikan informasi tentang materi secara tepat, mendorong atau melatih

keterampilan koopertaif siswa, dan mengelola KBM sesuai dengan pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw.

G. Analisis Data

Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara kualitatif dan

kuantitatf. Untuk kualitatif dianalisis sesuai dengan perubahan dan kemandirian

siswa selama proses pembelajaran. Sedangkan analisis data secara kuantitatif

digunakan analisis statistik deskriptif dengan menggunakan kategori yang


20

berpedoman pada petunjuk penilaian buku laporan pendidikan menurut Sudjana

(2001) sebagai berikut :

Tabel 1. Pengkategorian Hasil Belajar


Interval nilai Kategori
9,0 10,0 Sangat tinggi

7,5 8,9 Tinggi

5,5 7,4 Sedang

4,0 5,4 Rendah

0,0 3,9 Sangat rendah

BAB IV
21

HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Hasil Penelitian

Data hasil penelitian memperlihatkan bahwa nilai tertinggi yang diperoleh

siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Bajeng yang mengikuti pembelajaran Biologi

melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siklus I adalah 84; nilai

terendah 45; dan nilai rata-rata 62,97. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa kelas

VIII SMP Negeri 2 Bajeng yang mengikuti pembelajaran Biologi melalui model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siklus II adalah 92; nilai terendah 63;

dan nilai rata-rata 75,71.

Nilai keseluruhan yang diperoleh siswa, jika dikelompokkan ke dalam

lima kategori (Arikunto, 2002), maka distribusi frekuensi dan persentase serta

kategori hasil belajar IPA Biologi siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Bajeng melalui

model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siklus I, menunjukkan rata-rata

hasil belajar yang lebih rendah bila dibandingkan dengan rata-rata nilai yang

diperoleh siswa pada siklus II. Untuk lebih jelasnya, distribusi dan frekuensi hasil

belajar siswa dapat dilihat pada tabel berikut.


22

Tabel 2. Distribusi frekuensi, persentase dan kategori hasil belajar IPA Biologi
siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Bajeng melalui model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw siklus I dan siklus II.
Interval Kategori Frekuensi Persentase (%)
Nilai Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II
85 100 Sangat tinggi 0 5 0 14,28
65 84 Tinggi 18 29 51,43 82,86
55 64 Sedang 13 1 37,14 2,86
45 54 Rendah 4 0 11,43 0
0 34 Sangat rendah 0 0 0 0
Jumlah 35 35 100 100

Tabel 2. menunjukkan bahwa dari 35 siswa kelas VIII SMP Negeri 2

Bajeng yang mengikuti pembelajaran Biologi melalui model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw pada siklus I terdapat 0% siswa yang memperoleh nilai

yang berada pada kategorikan sangat tinggi; 51,43% dikategorikan tinggi; 37,14%

dikategorikan sedang; 11,43% dikategorikan rendah dan 0% dikategorikan sangat

rendah. Sedangkan dari 35 siswa yang mengikuti pembelajaran Biologi melalui

model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siklus II yaitu 14,28%

dikategorikan sangat tinggi; 82,86% dikategorikan tinggi; 2,86% dikategorikan

sedang; 0% dikategorikan rendah dan 0% dikategorikan sangat rendah. Hasil di

atas menunjukkan bahwa hasil belajar siswa yang belajar melalui model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus

II. Rata-rata hasil belajar siswa dari siklus I mengalami peningkatan pada saat

siklus II yaitu dari 62,97 menjadi 75,71 sehingga dapat dikatakan bahwa model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw mampu memberikan peningkatan hasil

belajar siswa pada konsep sistem gerak di SMP Negeri 2 Bajeng.


23

b. Pembahasan

Hasil analisis data yang telah diuraikan di atas, maka secara deskriptif

hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa hasil belajar Biologi siswa kelas VIII

SMP Negeri 2 Bajeng yang mengikuti pembelajaran model kooperatif tipe jigsaw

pada siklus I termasuk dalam kategori tinggi. Hasil penelitian ini didukung oleh

besarnya persentase siswa yang mendapat nilai pada interval 65 84 yaitu 51,43%

atau sebanyak 18 orang dari 35 siswa. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh setelah

siklus I adalah 62,97 yang berada pada interval sedang.

Secara deskriptif hasil penelitian ini juga mengungkapkan bahwa hasil

belajar IPA Biologi siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Bajeng yang mengikuti

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siklus II, termasuk dalam kategori

tinggi. Hasil penelitian ini didukung oleh besarnya persentase siswa yang

mendapat nilai pada interval 65 84 yaitu 82,86% atau sebanyak 29 orang siswa

dari 35 siswa. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh setelah siklus II adalah 75,71

yang berada pada interval tinggi. Pada siklus I tidak didapatkan siswa yang

memperoleh nilai pada kategori sangat tinggi dan masih didapatkan siswa yang

memiliki nilai pada kategori rendah yaitu sekitar 11,43% atau sekitar 4 orang

siswa. Siklus II didaptakn siswa yang memperoleh nilai pada kategori sangat

tinggi yaitu sekitar 14,28% dan sudah tidak ditemukan siswa yang memiliki nilai

pada kategori rendah atau sangat rendah. Secara umum dapat dikatakan bahwa

terjadi peningkatan hasil belajar siswa yang belajar dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di SMP Negeri 2 Bajeng Kabupaten Gowa.


24

Hasil analisis data, memperlihatkan adanya perbedaan hasil belajar siswa

pada siklus I dengan siklus II yang belajar dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian yang

telah dilakukan oleh (Kaharuddin, 1992) yang menyimpulkan bahwa penelitian

tindakan kelas (action research) dapat meningkatkan hasil belajar siswa, karena

adanya pemberian tindakan terhadap siswa yang memiliki hasil belajar rendah.

Selain itu, penelitian tindakan kelas menuntut guru untuk melakukan perbaikan

dan terobosan baru dalam hal mengajar, seperti menyesuaikan metode atau model

mengajar dengan kondisi lingkungan sekolah, sehingga hal ini akan merangsang

minat belajar siswa dan akan berdampak terhadap hasil belajar siswa.

Berbicara tentang model mengajar, model pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw adalah sebuah konsep atau model yang memiliki sejumlah strategi

pembelajaran (treatment) yang efektif digunakan untuk menangani individu

tertentu sesuai dengan kemampuan peserta didik. Kooperatif merupakan sebuah

konsep atau model yang berisikan sejumlah strategi pembelajaran yang efektif

digunakan menangani siswa tertentu sesuai dengan karakter serta kemampuan

yang dimiliki oleh siswa (Syamsiah, 1999).

Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw masih jarang digunakan di

sekolah, hal ini disebabkan oleh keterbatasan waktu dan kondisi ruang kelas yang

sulit dikotrol oleh aktivitas belajar siswa saat akan melakukan peralihan kelompok

kerja dari kelompok asal ke kelompok ahli dan kembali kekelompok asal. Model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dimulai dengan membagi siswa menjadi

beberapa kelompok, di mana setiap kelompok akan berjumlahkan anggota 5 orang


25

yang disebut sebagai kelompok asal, dan setiap anggota kelompok akan terpencar

lagi menjadi kelompok baru berdasarkan urutan soal yang akan dituntaskan, dan

kelompok yang baru terbentuk dengan komponen anggotan masing-masing

perwakilan kelompok asal disebut sebagai kelompok ahli. Adanya pemisahan

kelompok ini dimaksudkan agar mereka dapat bekerja sama dan saling membantu

dalam menuntaskan satu masalah yang dipelajari, sehingga tercipta interaksi

belajar yang kondusif antar setiap siswa.

Menurut teori perkembangan mengasumsikan bahwa interaksi antar siswa

di sekitar tugas-tugas yang sesuai, meningkatkan penguasaan mereka terhadap

konsep-konsep yang sulit. Sementara teori elaborasi kognitif menemukan bahwa

informasi dapat tersimpan di dalam memori dan terkait dengan informasi yang

sudah ada di dalam memori itu, maka siswa harus terlibat dalam beberapa macam

kegiatan restruktur atau elaborasi kognitif atas suatu materi yang diperlajari.

Menurut Lie (2002) ada beberapa tujuan yang dapat diperoleh belajar dengan

menggunakan model kooperatif tipe jigsaw yaitu: rasa harga diri akan menjadi

lebih tinggi manakalah suatu pekerjaan dapat terselesaikan dengan baik dan

sukses, perilaku menganggu menjadi lebih kecil karena mereka akan bekerjasama

dengan baik dengan tujuan mencapai hasil yang optimal, konflik antar pribadi

menjadi berkurang karena adanya sikap kooperatif diantara sesame siswa, dan

sikap apatis menjkadi berkurang saat terjadi diskusi yang a lot diantara mereka.

Jika dilihat dari siklus I ke siklus II terlihat adanya peningkatan hasil

belajar siswa yang signifikan, yaitu pada siklus I rata-rata siswa mendapat nilai

pada kategori rendah, sedangkan pada siklus II rata-rata siswa mendapat nilai
26

pada kategori tinggi. Rendahnya nilai yang diperoleh siswa pada siklus I

dimungkinkan oleh situasi belajar yang dianggap masih baru oleh siswa, dalam

hal ini adalah model mengajar yang dianggap masih asing oleh siswa sehingga

mereka kurang berkonsentrasi terhadap pelajaran. Setelah siklus II, siswa mulai

kenal dan akrab dengan model pengajaran kooperatif tipe jigsaw, selain itu,

kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh guru pada siklus I sedapat mungkin

diperbaiki pada siklus II dan siswa sudah berkonsentrasi dengan materi pelajaran

sehingga hal ini akan memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa.

Melalui penerapan model kooperatif tipe jigsaw, aktivitas belajar siswa di

kelas memperlihatkan kecenderugan meningkat yang meliputi: mendengarkan

atau memperhatikan guru saat menjelaskan di depan kelas, membaca materi

pelajaran, mengerjakan paket soal, berlatih dalam melakukan keterampilan

kooperatif, dan mempersentasikan hasil kerja kelompok. Aktivitas belajar siswa

dari siklus I mengalami peningkatan secara signifikan pada siklus II, di mana rata-

rata aktivitas belajar siswa pada siklus I adalah 3,4 sedangkan pada siklus II

adalah 4,3. Adanya peningkatan aktivitas belajar ini merupakan cermin dari

motivasi dan minat belajar siswa yang tinggi, sehingga dengan demikian akan

memberikan pengaruh terhadap pencapaian hasil belajar yang optimal.

Belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

akan memberikan tiga keterampilan bagi siswa yaitu: kognitif yang merupakan

keterampilan siswa dalam mengetahui atau memahami konsep yang dipelajari

melalui kegiatan diskusi dengan siswa sehingga jawaban akhir yang diperoleh

lebih akurat, psikomotorik yaitu keterampilan dalam berkomunikasi dalam


27

mengeluarakan pendapat sehingga sifat pasif siswa dalam belajar dapat

diminimalkan, dan apektif yaitu keterampilan sosial siswa dalam kegiatan

bekerjasama dengan anggota kelompok sehingga kecemburuan sosial diantara

siswa dapat diminimalkan. Adanya ketiga keterampilan ini, membuat model

pembelajaran ini sangat baik diterapkan di setiap jejang tingkat pendidikan

dengan tujuan agar output sekolah yang dihasilkan lebih berkualitas dan dapat

bersaing disegala bidang kehidupan.

BAB V1
KESIMPULAN DAN SARAN
28

1. Kesimpulan

Hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai

berikut :

2. Hasil belajar IPA Biologi siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Bajeng melalui

model pembelajaran Kooperatif tipe jigsaw siklus I berada pada kategori

sedang dengan nilai rata-rata kelas adalah 62,97.

3. Hasil belajar IPA Biologi siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Bajeng melalui

model pembelajaran Kooperatif tipe jigsaw siklus II berada pada kategori

tinggi dengan nilai rata-rata kelas adalah 75,71.

4. Ada peningkatan hasil belajar IPA Biologi melalui model pembelajaran

Kooperatif tipe jigsaw siswa kelas VIII konsep sistem gerak di SMP Negeri 2

Bajeng Kabupaten Gowa.

5. Saran

Sehubungan dengan kesimpulan hasil penelitian di atas, maka saran yang

dapat dikemukakan oleh peneliti adalah :

1. Untuk meningkatkan pemahaman materi siswa akan materi yang

diajarkan, sebaiknya dalam mengajar guru harus mengetahui kemapuan dasar

siswa, sehingga siswa yang memiliki kemampuan rendah mendapat perhatian

yang lebih dari guru.

2. Diharapkan kepada pihak sekolah untuk memberikan pelatihan khusus

kepada guru bidang studi mengenai model mengajar yang sesuai dengan

kondisi sekolah sehingga setiap guru pada semua jenjang pendidikan dapat

memberikan yang terbaik kepada siswa yang di didiknya.


29

3. Perlu adanya perhatian pihak sekolah tentang penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam hal peningkatan hasil belajar siswa.

4. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya, untuk mengkaji model

pembelajaran kooperatif tipe yang lain selain jigsaw seperti STAD, TAI, dan

sebagainya dengan berpedoman pada kondisi sekolah yang merupakan obyek

penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 1993. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.


30

Buchari, M. 2000. Pendidikan Antisipatoris. Yogyakarta : Kanisius.

Djamarah, S.B. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukkooperatiff.
Cetakan Pertama. Jakarta : Rineka Cipta.

Firdaus. 1996. Efektivitas Strategi Tuntas dalam Pencapaian Hasil Belajar


Biologi. Skripsi FMIPA UNM. Ujung Pandang.

Hardjodipuro, S. 1997. Action Research. Jakarta : IKIP Jakarta.

Ibrahim, M. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Pusat Sains UNESA. Surabaya :


University Press.

Johnson, D.W., Johson, R.T., dan Halubec, E.J. 1993. Cooperatife in the
Classroom (6th Ed). Edina, MN. Interaction Book Company.

Kaharuddin. 1992. Peranan Penggunaan Paket Belajar terhadap Pencapaian


Hasil Belajar Fisika Siswa SMAN Cangadi Kabupaten Soppeng. Skripsi.
FMIPA IKIP Ujung Pandang.

Lie, A. 2002. Cooperkooperatif Learning. Jakarta : Grasindo.

Nur, M. 2000. Pengajaran berpusat Kepada Siswa dan Pendekatan Kontruktifis


dalam Pengajaran. Pusat Studi Biologi dan IPA Sekolah : Universitas
Negeri Surabaya.

Samsiah. 1999. Efektivitas Pemberian Tes Tanya Jawab pada Setiap Akhir
Pertemuan terhadap Pencapaian Hasil Belajar Fisika Siswa SMU Negeri
13. Skripsi. FMIPA IKIP Ujung PAndang.

Sudjana, N. 2001. Metode Statistik. Bandung : Tarsito.

Sudjana. 2003. Statistika untuk Penelitian. Bandung : CV.Alfabeta.

Suryabarata, S. 1983. Metodologi Penilitian. Jakarta : CV.Rajawali.

Suryosubroto, B. 1997. Strategi Belajar Mengajar di Sekolah. Edisi Pertama.


Jakarta : Rineka Cipta.

SIKLUS I
RENCANA PELAKSANAAN PENGAJARAN
PERTEMUAN 1
Nama Sekolah : SMP Negeri 2 Bajeng
Mata Pelajaran : Biologi
31

Kelas/Semester : VIII / Ganjil


Pertemuan ke : I (satu)
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit

Standar Kompetensi 1
Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia
Kompetensi Dasar 1.3
Mengidentifikasi sistem gerak pada manusia dan hubunganya dengan
kesehatan
Indikator
1) Membandingkan macam-macam organ penyusun sistem gerak
pada manusia
2) Mengidentifikasi macam-macam tulang yang menyusun rangka
manusia
A. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik diharapkan dapat :
1) Membedakan sistem gerak aktif dan sistem gerak pasif
2) Menjelaskan fungsi rangka manusia
3) Mengelompokkan tulang yang menyusun rangka tubuh manusia
4) Membedakan tulang menurut bentuknya
5) Menjelaskan jenis tulang berdasarkan sifatnya
B. Materi Pembelajaran
1. Perbedaan sistem gerak aktif dengan sistem gerak pasif adalah
a. Sistem gerak aktif adalah sistem gerak yang dibentuk otot-otot
yang menempel pada tulang rangka
b. Sistem gerak pasif adalah sistem gerak yang dibentuk oleh tulang-
tulang yang menyusun rangka manusia.
2. Fungsi rangka bagia manusia
a. Menegakkan badan
b. Memberi bentuk tubuh
c. Sebagai alat gerak pasif
32

d. Melindungi organ tubuh yang vital atau lemah seperti jantung,


paru-paru, dan otak
e. Tempat melekatnya otot rangka
f. Tempat pembentukan sel darah
g. Tempat penyimpanan mineral seperti kalsium dan fosfor
3. Ada 3 kelompok tulang yang menyusun rangka tubuh manusia
yaitu:
a. Kelompok tulang yang menyusun tengkorak
b. Kelompok tulang yang menyusun badan
c. Kelompok tulang yang menyususn anggota badan
4. Ada 3 jenis tulang sejati menurut bentuknya yaitu:
a. Tulang pipih yaitu tulang berbentuk pipih yang berisi sumsum
merah, seperti terdapat pada tulang tengkorak, gelang bahu, tulang
rusuk, tulang dada, gelang panggul (tulang duduk, tulang usus, dan
tulang kemaluan)
b. Tulang pendek yaitu tulang yang bentuknya pendek berisi sumsum
merah, seperti pada pergelangan tangan dan kaki, ruas-ruas tulang
belakang.
c. Tulang pipa yaitu tulang yang bentuknya memanjang dan kedua
ujungnya berbonggol, berongga, dan berisi sumsum tulang, seperti
pada tulang lengan atas, lengan bawah, tulang paha, tulang kering, dan
ruas-ruas jari.
5. Ada 2 jenis tulang menurut sifatnya yang menyusun rangka
manusia yaitu:
a. Tulang rawan (kondrion/kartilago) yaitu tulang yang tersusun atas
sel tulang rawan muda (kondrioblas) dan sel tulang rawan dewasa
(kondrosit).
b. Tulang sejati (osteon) adalah tulang sejati yang tersusun atas tulang
sejati muda (osteoblas) dan tumbuh menjadi sel tulang sejati dewasa
(osteosit).
33

C. Metode Pembelajaran
1. Pendekatan : Konsep
2. Model Pembelajaran : Kooperatif tipe jigsaw
3. Media Pembelajaran : Gambar rangka manusia
D. Langkah-Langkah Pembelajaran
Kegiatan Awal (10 menit)
1. Memotivasi siswa dengan menampilkan gambar rangka manusia,
menanyakan fungsi rangka (Fase 1)
2. Menyiapkan perangkat pembelajaran berupa buku paket sains
biologi, dan lembar observasi guru tentang aktivitas belajar siswa, media
gambar yang dibuat oleh peneliti.
3. Menyampaikan kompetensi dasar dan indikator pembelajaran yang
akan dicapai (Fase 1).
Kegiatan Inti ( 60 menit)
1. Memberikan informasi mengenai tata cara melakukan kegiatan
pembelajaran serta informasi yang berhubungan dengan materi pelajaran
mengenai tentang rangka manusia (Fase 2).
2. Mengelompokkan siswa dalam kelompok asal dan kelompok ahli
kemudian membagikan soal kepada setiap anggota kelompok asal (Fase 3)
3. Membimbing siswa dalam kelompok asal untuk membagi materi
atau soal yang ada kepada masing-masing anggota kelompok (Fase 4).
4. Tiap anggota kelompok asal yang mendapat materi atau soal yang
sama mengenai perbedaan sistem gerak aktif dengan sistem gerak pasif,
berkumpul membentuk kelompok ahli satu, anggota kelompok asal yang
mendapat materi atau soal yang sama mengenai fungsi rangka manusia,
berkumpul membentuk kelompok ahli kedua. Anggota kelompok asal
yang mendapat materi atau soal yang sama dari kelompok asal lainnya
mengenai kelompok tulang yang menyusun rangka anggota tubuh
manusia, berkumpul membentuk kelompok ahli ketiga. Anggota kelompok
asal yang mendapat materi atau soal yang sama dengan anggota kelompok
34

asal lainnya mengenai perbedaan jenis tulang menurut bentuknya,


berkumpul membentuk kelompok ahli keempat. Anggota kelompok asal
yang mendapat soal soal atau materi yang sama dengan kelompok asal
yang lain mengenai jenis-jenis tulang berdasarkan sifatnya, berkumpul
membentuk kelompok ahli kelima (Fase 4)
5. Masing-masing kelompok ahli yang terbentuk berdasarkan materi
atau soal yang sama, mendiskusikan bersama-sama setelah selesai anggota
kelompok ahli kembali bergabung dengan teman-temannya dikelompok
asal untuk membahas materi yang diperoleh dari kelompok ahli (Fase 4).
6. Tiap-tiap kelompok asal mempresentasikan hasil kerjanya di depan
kelas dan ditanggapi oleh kelompok yang lain (Fase 5)
Kegiatan Akhir (10 menit)
1. Mengevaluasi siswa dengan memberi pertanyaan seputar tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai (Fase 5)
2. Memberi penghargaan siswa/kelompok yang kinerjanya bagus
(Fase 6)
3. Memberi motivasi kepada siswa untuk mempelajari materi
selanjutnya.
E. Sumber Belajar
1. Istamar Syamsuri, dkk. 2004 Sains Kelas VIII. Erlangga. Jakarta.
2. Sumarna dan Sudarmana. 2004. Bimbingan Pembelajaran Sains
VIII. Mediatama. Surakarta.
3. Gambar rangka manusia
F. Penilaian
1. Teknik penilaian
a. Tes tertulis
b. Tes lisan
2. Bentuk instrument
a. Pilihan ganda (terlampir)
b. Essey (lisan)
35

Soal-sola Essey
1. Sebutkan sekurang-kurangnya 5 fungsi rangka ?
Rubrik/penskoran
No Aspek Skor
1 Menyebutkan sebanyak-banyaknya 7
2. Jelaskan perbedaan sistem gerak aktif dengan sistem gerak pasif ?
No Aspek Skor
1 Menjelaskan sistem gerak aktif 2
2 Menjelaskan sistem gerak pasif 2
Jumlah skor maksimum 4
3. Sebutkan kelompok tulang yang menyusun rangka tubuh ?
No Aspek Skor
1 Menyebutkan 3 kelompok tulang penyusun tubuh 3
2 Menyebutkan 2 kelompok tulang penyususn tubuh 2
3 Menyebutkan 1 kelompok tulang penyusun tubuh 1
Jumlah skor maksimum 3
4. Jelaskan perbedaan 3 jenis tulang menurut bentuknya ?
No Aspek Skor
1 Menyebutkan 3 jenis tulang menurut bentuknya 3
2 Menjelaskan perbedaannya 6
Jumlah skor maksimum 9
5. Jelaskan 2 jenis tulang berdasarkan sifatnya ?
No Aspek Skor
1 Menyebutkan 2 jenisnya 2
2 Menjelaskan 4
Jumlah skor maksimum 6
Rumus = Jumlah skor perolehan siswa x 100
Jumlah skor Maksimum

Bajeng , November 2007


Mengetahui:
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran

....................................... .............................
................................... ..............................

SIKLUS I
RENCANA PELAKSANAAN PENGAJARAN
PERTEMUAN 2
36

Nama Sekolah : SMP Negeri 2 Bajeng


Mata Pelajaran : Biologi
Kelas/Semester : VIII / Ganjil
Pertemuan ke : II (dua)
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit

Standar Kompetensi 1
Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia
Kompetensi Dasar 1.3
Mengidentifikasi sistem gerak pada manusia dan hubunganya dengan
kesehatan
Indikator
1) Mengidentifikasi macam-macam sendi dan fungsinya
A. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik diharapkan dapat :
1) Mengelompokkan macam-macam sendi berdasarkan sifat geraknya
2) Menjelaskan definisi sendi peluru
3) Menjelaskan definisi sendi engsel
4) Menjelaskan definsi sendi putar
5) Menjelaskan definis sendi pelana
B. Materi Pembelajaran
1. Sendi berdasarkan sifat geraknya dikelompokkan menjadi 3 yaitu:
a. Sendi mati (sinartrosis)
b. Sendi kaku (amfiartrosis)
c. Sendi gerak (diartrosis)
2. Sendi peluru adalah hubungan antar dua tulang yang dapat
digerakkan kesegala arah
3. Sendi engsel adalah hubungan dua tulang yang dapat digerakkan
kesatu arah saja
4. Sendi putar adalah hubungan dua tulang yang bagian satu tulang
dapat berputar mengintari tulang yang lain
37

5. Sendi pelana adalah hubungan dua tulang dimana tulang yang satu
dapat bergerak kedua arah
C. Metode Pembelajaran
1. Pendekatan : Konsep
2. Model Pembelajaran : Kooperatif tipe jigsaw
3. Media Pembelajaran : Gambar rangka manusia dan persendian
D. Langkah-Langkah Pembelajaran
Kegiatan Awal (10 menit)
1. Memotivasi siswa dengan menampilkan gambar rangka manusia
dan persendian (Fase 1)
2. Menyiapkan perangkat pembelajaran berupa buku paket sains
biologi, dan lembar observasi guru tentang aktivitas belajar siswa, media
gambar rangka dan persendian pada manusia.
3. Menyampaikan kompetensi dasar dan indikator pembelajaran yang
akan dicapai (Fase 1).
Kegiatan Inti ( 60 menit)
1. Memberikan informasi mengenai tata cara melakukan kegiatan
pembelajaran mengenai persendian atau artikulasi (Fase 2).
2. Mengelompokkan siswa dalam kelompok asal dan kelompok ahli
kemudian membagikan soal kepada tiap-tiap kelompok asal (Fase 3)
3. Membimbing siswa dalam kelompok asal untuk membagi materi
atau soal kepada teman kelompoknya (Fase 4).
4. Tiap anggota kelompok asal yang mendapat soal atau materi yang
sama mengenai pengelompokan macam-macam sendi berdasarkan sifat
geraknya, berkumpul membentuk kelompok ahli pertama. Tiap anggota
kelompok asal yang mendapat soal atau materi tentang sendi peluru
berkumpul membentuk kelompok ahli kedua. Tiap anggota kelompok asal
yang mendapat soal atau materi yang sama dengan kelompk asal yang lain
mengenai sendi engsel berkumpul membentuk kelompok ahli ketiga. Tiap
anggota kelompok asal yang mendapat soal atau materi yang sama dengan
kelompok asal yang lain mengenai sendi putar, berkumpul membentuk
38

kelompok ahli keempat. Tiap anggota kelompok asal yang mendapat soal
atau materi yang sama mengenai sendi pelana, berkumpul membentuk
kelompok ahli kelima (Fase 4)
5. Masing-masing kelompok ahli yang terbentuk berdasarkan materi
atau soal yang sama, mendiskusikan bersama-sama setelah selesai anggota
kelompok ahli kembali bergabung dengan teman-temannya dikelompok
asal untuk membahas materi yang diperoleh dari kelompok ahli (Fase 4)
6. Tiap-tiap kelompok mempersentasikan hasil kerjanya di depan
kelas dan ditanggapi oleh kelompok lain (Fase 5).
Kegiatan Akhir (10 menit)
1. Mengevaluasi siswa dengan memberi pertanyaan seputar tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai (Fase 5)
2. Memberi penghargaan siswa/kelompok yang kinerjanya bagus
(Fase 6)
3. Memberi motivasi kepada siswa untuk mempelajari materi
selanjutnya.
E. Sumber Belajar
1. Istamar Syamsuri, dkk. 2004 Sains Kelas VIII. Erlangga. Jakarta.
2. Sumarna dan Sudarmana. 2004. Bimbingan Pembelajaran Sains
VIII. Mediatama. Surakarta.
3. Gambar rangka manusia dan persendian

F. Penilaian
1. Teknik penilaian
a. Tes tertulis
b. Tes lisan
39

2. Bentuk instrument
a. Pilihan ganda (terlampir)
b. Essey (lisan)
Soal-sola Essey
1. Jelaskan 3 kelompok tulang berdasarkan sifat gerakannya
Rubrik/penskoran
No Aspek Skor
1 Mengelompokkan 3
2 Menjelaskan 6
Skor maksimum 9
2. a. Jelaskan pengertian sendi peluru
b. Sebutkan 2 contohnya
No Aspek Skor
1 Menjelaskan 2
2 Contoh 2
Skor maksimum 4
3. a. Jelaskan pengertian sendi engsel
b. Sebutkan 3 contohnya
No Aspek Skor
1 Menjelaskan 2
2 Contoh 3
Skor maksimum 5
4. a. Jelaskan pengertian sendi putar
b. Sebutkan 1 contohnya
No Aspek Skor
1 Menjelaskan 2
2 contoh 1
Skor maksimum 3
5. a. Jelaskan pengertian sendi pelana
b. Sebutkan 2 contoh jenis tulang yang membentuk sendi pelana
No Aspek Skor
1 Menjelaskan 2
2 Contoh 2
Skor maksimum 4

Rumus = Jumlah skor perolehan siswa x 100


Jumlah skor Maksimum
40

Bajeng , November 2007


Mengetahui:
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran

....................................... .............................
................................... ..............................

SIKLUS II
RENCANA PELAKSANAAN PENGAJARAN
PERTEMUAN 1
Nama Sekolah : SMP Negeri 2 Bajeng
Mata Pelajaran : Biologi
Kelas/Semester : VIII / Ganjil
Pertemuan ke : III (tiga)
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit

Standar Kompetensi 1
Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia
41

Kompetensi Dasar 1.3


Mengidentifikasi sistem gerak pada manusia dan hubunganya dengan
kesehatan
Indikator
1) Membedakan antara otot polos, otot lurik, dan otot jantung
A. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik diharapkan dapat :
1) Menuliskan ciri-ciri otot polos
2) Menuliskan ciri otot lurik
3) Menuliskan ciri otot jantung
4) Membedakan pengertian tendon, origo dan insertio
5) Membedakan otot antagonis dengan otot sinergis
B. Materi Pembelajaran
1. Sel otot polos, ciri-cirinya
a. Berbentuk gelendong
b. Serabut aktin (daerah terang) dan serabut miosin (daerah gelap)
tidak teratur rapi sehinga tidak ada daerah gelap dan terang
c. Berinti satu ditengah
d. Bekerja secara tidak sadar (involunter)
2. Sel otot rangka, ciri-cirinya
a. Sel sangat panjang jika dibandingkan dengan sel otot lainnya
b. Berinti banyak pada bagian tepi
c. Memiliki daerah gelap dan terang yang tersusun secara teratur
d. Bekerja secara sadar (Volunter)
3. Sel otot jantung, ciri-cirinya
a. Termasuk otot yang berlurik
b. Berinti banyak ditengah
c. Selnya bercabang membentuk anyaman yang disebut dengan sinsitium
d. Bekerja secara tidak sadar (involunter)
42

4. Fungsi dari tendon yaitu menghubungan antara tulang dengan otot,


Insersio adalah tendon yang melekat pada tulang dan tidak bergerak,
sedangkan origo adalah tendon yang melekat pada tulang dan bergerak.
5. Perbedaan antara otot antagonis dengan sinergis adalah
a. Otot antagonis adalah otot yang menghasilkan satu gerakan namun
kerjanya berlawanan. Contohnya:
1) Ekstensor x Fleksor (meluruskan x membengkokkan sendi)
2) Abduktor x Adduktor (menjauhi x mendekati badan)
3) Depresor x Elevator (kearah bawah x kearah atas)
4) Bisep x Trisep (mengangkat x menurunkan lengan)
5) Protraksi x Retraksi (mendorong rahang bawah keluar x menarik
kedalam)
b. Otot sinergis adalah otot yang kerjanya bersamaan dan membentuk
satu gerakan. Contohnya gerakan pronasi (gerakan menelungkupkan
lengan) akibat kerjasama antara otot pronator teres dan otot pronator
quadratus yang terdapat pada lengan bawah.

C. Metode Pembelajaran
1. Pendekatan : Konsep
2. Model Pembelajaran : Kooperatif tipe jigsaw
3. Media Pembelajaran : Gambar sel otot
D. Langkah-Langkah Pembelajaran
Kegiatan Awal (10 menit)
1. Memotivasi siswa dengan menanyakan sistem gerak aktif dibentuk
oleh apa ? (Fase 1)
2. Menyiapkan perangkat pembelajaran berupa buku paket sains
biologi, dan lembar observasi guru tentang aktivitas belajar siswa, media
gambar sel otot.
43

3. Menyampaikan kompetensi dasar dan indikator pembelajaran yang


akan dicapai (Fase 1).
Kegiatan Inti ( 60 menit)
1. Memberikan informasi mengenai tata cara melakukan kegiatan
pembelajaran serta informasi yang berhubungan dengan materi pelajaran
yaitu macam-macam sel otot (Fase 2).
2. Mengelompokkan siswa dalam kelompok asal dan kelompok ahli
kemudian membagikan soal kepada setiap anggota kelompok asal (Fase 3)
3. Membimbing siswa dalam kelompok asal untuk membagi materi
atau soal yang ada kepada masing-masing anggota kelompok (Fase 4).
4. Tiap anggota kelompok asal yang mendapat materi atau soal yang
sama mengenai ciri-ciri sel otot rangka, berkumpul membentuk kelompok
ahli satu, anggota kelompok asal yang mendapat materi atau soal yang
sama mengenai ciri-ciri sel otot polos, berkumpul membentuk kelompok
ahli kedua. Anggota kelompok asal yang mendapat materi atau soal yang
sama dari kelompok asal lainnya mengenai ciri-ciri sel otot jantung,
berkumpul membentuk kelompok ahli ketiga. Anggota kelompok asal
yang mendapat materi atau soal yang sama dengan anggota kelompok asal
lainnya mengenai tendon, origo, dan insersio, berkumpul membentuk
kelompok ahli keempat. Anggota kelompok asal yang mendapat soal soal
atau materi yang sama dengan kelompok asal yang lain mengenai otot
antagonis dan otot protogonis, berkumpul membentuk kelompok ahli
kelima (Fase 4)
5. Masing-masing kelompok ahli yang terbentuk berdasarkan materi
atau soal yang sama, mendiskusikan bersama-sama setelah selesai anggota
kelompok ahli kembali bergabung dengan teman-temannya dikelompok
asal untuk membahas materi yang diperoleh dari kelompok ahli (Fase 4).
6. Tiap-tiap kelompok asal mempresentasikan hasil kerjanya di depan
kelas dan ditanggapi oleh kelompok yang lain (Fase 5)
Kegiatan Akhir (10 menit)
44

1. Mengevaluasi siswa dengan memberi pertanyaan seputar tujuan


pembelajaran yang ingin dicapai (Fase 5)
2. Memberi penghargaan siswa/kelompok yang kinerjanya bagus
(Fase 6)
3. Memberi tugas kepada siswa untuk mempelajari materi
selanjutnya.
E. Sumber Belajar
1. Istamar Syamsuri, dkk. 2004 Sains Kelas VIII. Erlangga. Jakarta.
2. Sumarna dan Sudarmana. 2004. Bimbingan Pembelajaran Sains
VIII. Mediatama. Surakarta.
3. Gambar sel otot
F. Penilaian
1. Teknik penilaian
a. Tes tertulis
b. Tes lisan
2. Bentuk instrument
a. Pilihan ganda (terlampir)
b. Essey (lisan)

Soal-sola Essey dan rubrik penskoran


1. a. Jelaskan ciri-ciri sel otot rangka/lurik
b. Sebutkan 3 contohnya
No Aspek Skor
1 Menjelaskan secara lengkap 5
2 Contoh 3
Jumlah skor maksimum 8
2. a. Jelaskan ciri-ciri sel otot polos
b. Sebutkan 2 contohnya
No Aspek Skor
1 Menjelaskan dengan lengkap 5
2 Contohnya 2
45

Jumlah skor maksimum 7


3. a. Jelaskan ciri-ciri sel otot jantung
b. Sebutkan 1 contoh dan keistimewaa otot jantung
No Aspek Skor
1 Menjelaskan dengan lengkap 4
2 Contoh 1
Jumlah skor maksimum 5
4. Jelaskan perbedaan antara tendon, origo, dan insersio
No Aspek Skor
1 Penjelasan tendon 2
2 Penjelasan origo 2
3 Penjelasan insersio 2
Jumlah skor maksimum 6
5. Jelaskan perbedaan otot antagonis dengan otot sinergis
No Aspek Skor
1 Penjelasan otot sinergis 2
2 Penjelasan otot antagonis 2
Jumlah skor maksimum 4
Rumus = Jumlah skor perolehan siswa x 100
Jumlah skor Maksimum

Bajeng , November 2007


Mengetahui:
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran

....................................... .............................
................................... ..............................
46

SIKLUS II
RENCANA PELAKSANAAN PENGAJARAN
PERTEMUAN 2
Nama Sekolah : SMP Negeri 2 Bajeng
Mata Pelajaran : Biologi
Kelas/Semester : VIII / Ganjil
Pertemuan ke : IV (empat)
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit

Standar Kompetensi 1
Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia
Kompetensi Dasar 1.3
Mengidentifikasi sistem gerak pada manusia dan hubunganya dengan
kesehatan
Indikator
47

1) Mendata contoh kelainan dan penyakit yang terkait dengan tulang


dan otot yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari
A. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik diharapkan dapat :
1) Menjelaskan macam-macam gangguan pada tulang belakang
karena kebiasaan duduk yang salah
2) Menjelaskan kelainan bentuk rangka karena bawaan
3) Menjelaskan kelainan bentuk rangka akibat makanan
4) Menjelaskan kelainan bentuk rangka karena penyakit
5) Menjelaskan kelainan bentuk rangka karena kecelakaan

B. Materi Pembelajaran
1. Macam-macam ganguan pada tulang belakang karena kebiasaan
duduk yang salah adalah
a. Skoliosis ditandai dengan tulang belakang bengkok kekiri atau
kekanan
b. Lordosis ditandai dengan tulang belakang bagian punggung atau
dada terlalu bengkok ke depan
c. Kiposis ditandai dengan tulang belakang bagian pungung terlalu
melengkung ke belakang
2. Kelainan bentuk rangka bawaan adalah seperti kaki berbentuk X
atau O yang disebabkan oleh:
a. Ibu terjatuh saat mengandung
b. Makanan yang kurang mengandung vitamin D dan zat kapur
c. Faktor genetik
3. Kelainan bentuk rangka karena faktor makanan bisa
mengakibatkan tulang membengkok atau keropos. Penyebabnya adalah
48

kekurangan vitamin D, zat kapur (kalsium) dan posfor dalam makanan


yang dapat mengangu proses penulangan sehingga bentuk tulang akan
terganggu juga.
4. Kelainan bentuk rangka karena penyakit seperti:
a. Penyakit siphilis; anak dalam kandungan dapat menderita sifilis
karena tertular oleh orang tuanya, akibatnya tulang seperti tidak
bertenaga yang dikenal dengan istilah layu semu.
b. Kurang minyak; pada persendian terdapat minyak yang berfungsi
melumasi sendi sehingga tulang-tulang dapat bergerak leluasa. Bila
produksi minyak menurun maka gerakan tulang dapat menimbulkan
minyak.

5. Kelainan tulang karena kecelakaan seperti:


a. Patah tulang (fraktura)
b. Ujung tulang terlepas dari sendi
c. Retak tulang (fisura)
d. Remuk tulang
C. Metode Pembelajaran
1. Pendekatan : Konsep
2. Model Pembelajaran : Kooperatif tipe jigsaw
3. Media Pembelajaran : Gambar kelainan bentuk rangka
D. Langkah-Langkah Pembelajaran
Kegiatan Awal (10 menit)
1. Memotivasi siswa dengan menanyakan macam-macam sel otot
(fase 1)
2. Menyiapkan perangkat pembelajaran berupa buku paket sains
biologi, dan lembar observasi guru tentang aktivitas belajar siswa, media
gambar kelainan pada rangka.
49

3. Menyampaikan kompetensi dasar dan indikator pembelajaran yang


akan dicapai (Fase 1).
Kegiatan Inti ( 60 menit)
1. Memberikan informasi mengenai tata cara melakukan kegiatan
pembelajaran serta informasi yang berhubungan dengan materi pelajaran
mengenai kelainan dan penyakit yang terkait dengan otot dan tulang (Fase
2).
2. Mengelompokkan siswa dalam kelompok asal dan kelompok ahli
kemudian membagikan soal kepada setiap anggota kelompok asal (Fase 3)
3. Membimbing siswa dalam kelompok asal untuk membagi materi
atau soal yang ada kepada masing-masing anggota kelompok (Fase 4).
4. Tiap anggota kelompok asal yang mendapat materi atau soal yang
sama mengenai macam-macam gangguan pada tulang belakang karena
kebiasaan duduk yang salah, berkumpul membentuk kelompok ahli satu,
anggota kelompok asal yang mendapat materi atau soal yang sama
mengenai kelainan bentuk rangka karena bawaan sejak lahir, berkumpul
membentuk kelompok ahli kedua. Anggota kelompok asal yang mendapat
materi atau soal yang sama dari kelompok asal lainnya mengenai kelainan
bentuk rangka karena makanan, berkumpul membentuk kelompok ahli
ketiga. Anggota kelompok asal yang mendapat materi atau soal yang sama
dengan anggota kelompok asal lainnya mengenai kelainan bentuk rangka
karena penyakit, berkumpul membentuk kelompok ahli keempat. Anggota
kelompok asal yang mendapat soal soal atau materi yang sama dengan
kelompok asal yang lain mengenai kelainan bentuk rangka karena
kecelakaan, berkumpul membentuk kelompok ahli kelima (Fase 4)
5. Masing-masing kelompok ahli yang terbentuk berdasarkan materi
atau soal yang sama, mendiskusikan bersama-sama setelah selesai anggota
kelompok ahli kembali bergabung dengan teman-temannya dikelompok
asal untuk membahas materi yang diperoleh dari kelompok ahli (Fase 4).
6. Tiap-tiap kelompok asal mempresentasikan hasil kerjanya di depan
kelas dan ditanggapi oleh kelompok yang lain (Fase 5)
50

Kegiatan Akhir (10 menit)


1. Mengevaluasi siswa dengan memberi pertanyaan seputar tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai (Fase 5)
2. Memberi penghargaan siswa/kelompok yang kinerjanya bagus
(Fase 6)
3. Memberi motivasi kepada siswa untuk mempelajari materi
selanjutnya.
E. Sumber Belajar
1. Istamar Syamsuri, dkk. 2004 Sains Kelas VIII. Erlangga. Jakarta.
2. Sumarna dan Sudarmana. 2004. Bimbingan Pembelajaran Sains
VIII. Mediatama. Surakarta.
3. Gambar sel otot

F. Penilaian
1. Teknik penilaian
a. Tes tertulis
b. Tes lisan
2. Bentuk instrument
a. Pilihan ganda (terlampir)
b. Essey (lisan)
Soal-sola Essey dan rubrik penskoran
1. Jelaskan 3 macam gangguan pada tulang belakang karena kebiasaan duduk
yang salah
No Aspek Skor
1 Menyebutkan gangguan 3
2 Menjelaskan 6
Jumlah skor maksimum 9
2. Jelaskan penyebab kelainan bentuk rangka karena faktor bawaan beserta
contoh kelainanannya
No Aspek Skor
51

1 Menjelaskan 4
2 Contoh 2
Jumlah skor maksimum 6
3. Jelaskan kelainan bentuk rangka yang disebabkan oleh faktor makanan dan
beri contohnya
No Aspek Skor
1 Menjelaskan 1
2 Contoh 2
Jumlah skor maksimum
4. Jelaskan kelainan tulang karena penyakit
No Aspek Skor
1 Menjelaskan 2
Jumlah skor maksimum 4
5. Sebutkan 4 contoh kelainan bentuk tulang karena kecelakaan
No Aspek Skor
1 Contoh 4
Jumlah skor maksimum 4
Rumus = Jumlah skor perolehan siswa x 100
Jumlah skor Maksimum

Bajeng , November 2007


Mengetahui:
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran

....................................... .............................
................................... ..............................
52

TABULASI HASIL TES SIKLUS I DAN SIKLUS II SISWA YANG DIAJAR


DENGAN MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE JIGSAW KONSEP
SISTEM GERAK DI SMP NEGERI 2 BAJENG KABUPATEN GOWA
Nil
Nilai ai
Responden S1 S2
1 65 70
2 61 63
3 52 67
4 58 69
5 84 92
6 65 70
7 65 83
8 65 83
9 61 79
10 74 88
11 61 83
12 45 67
13 61 83
14 68 79
15 65 79
16 61 75
17 70 83
18 58 75
19 59 79
20 52 70
21 71 75
22 74 75
23 71 79
53

24 58 79
25 65 79
26 65 88
27 58 70
28 55 79
29 52 75
30 65 79
31 61 70
32 65 88
33 58 70
34 65 80
35 71 88
271
2204 1
77.
62.97 46
TABULASI HASIL TES SIKLUS I DAN SIKLUS II SISWA YANG DIAJAR
DENGAN MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD
KONSEP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN DI SMP NEGERI 2
BAJENG KABUPATEN GOWA
Pree Nilai Nilai
Responden test S1 S2
1 46 70 73
2 48 73 75
3 46 50 70
4 50 73 75
5 50 73 75
6 43 77 80
7 54 77 78
8 54 70 73
9 60 84 95
10 60 65 70
11 43 75 80
12 40 70 80
13 43 77 85
14 54 70 75
15 52 73 75
16 46 70 72
17 58 70 73
18 60 75 80
19 54 77 85
20 25 75 85
21 48 73 77
22 56 78 75
23 56 73 77
24 43 70 73
25 50 73 85
54

26 60 75 78
27 58 70 73
28 48 80 85
29 46 75 77
30 52 70 80
31 50 75 78
32 43 70 80
33 43 70 72
34 46 73 80
35 56 70 75
1741 2539 2719
49.74 70.54 77.68
286 286 571

ABSTRAK

St. Hamsyiah. 2008. Peningkatan Hasil Belajar Biologi Dengan Metode


Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siswa Kelas VIII Pada Konsep Sistem
Gerak Di SMP Negeri 2 Bajeng Kabupaten Gowa. Skripsi. Universitas
Negeri Makassar.
Penelitian ini adalah tindakan kelas yang bertujuan untuk mengetahui
peningkatan hasil belajar sains biologi siswa kelas VIII melalui metode
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw konsep sistem gerak di SMP Negeri 2 Bajeng
Kabupaten Gowa. Penelitian ini dilaksankan pada bulan November 2007 sampai
Januari 2008 yang berlokasi di SMP Negeri 2 Bajeng Kabupaten Gowa. Subyek
dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII yang berjumlah 35 orang yang terdiri
dari 14 orang laki-laki dan 21 Perempuan. Penelitian ini dilaksnakan selama dua
siklus, tiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan
tindakan, tahap observasi, dan tahap refleksi. Tiap siklus terdiri dari dua kali tatap
muka dan satu kali tes hasil belajar. Tehnik pengumpulan data dilakukan dengan
pemberian tes hasil belajar diakhir pertemuan siklus I dan siklus 2. Data hasil
penelitian memperlihatkan bahwa nilai tertinggi yang diperoleh siswa kelas VIII
SMP Negeri 2 Bajeng yang mengikuti pembaelajaran Biologi melalui model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siklus I adalah 84; nilai terendah 45; dan
nilai rata-rata 62,97. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa kelas VIII SMP Negeri 2
Bajeng yang mengikuti pembelajaran Biologi melalui metode pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw pada siklus II adalah 92; nilai terendah 63; dan nilai rata-
rata 75,71. Hasil penelitian ini memberikan gambaran bahwa ada peningkatan
hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan metode pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw di SMP Negeri 2 Bajeng Kabupaten Gowa, khususnya pada
konsep sistem gerak.
55

1. Absen kelas A 2006


Mata kuliah :
Hari/tgl :
Pertemuan ke:

NO Nama Mahasiswa NIM Tanda Tangan


56

INSTRUMEN HASIL BELAJAR SIKLUS I

Petunjuk Soal :
a. Tulislah Nama, NIS dan Kelas anda pada sudut kanan atas lembar
jawaban yang telah disediakan.
b. Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang diangap paling tepat,
dahulukan soal yang lebih muda dan jika ada soal yang kurang jelas
silahkan tanyakan pada pengawas atau guru bidang studi
c. Selamat bekerja dan sukses
1. Organisme yang memiliki rangka dalam adalah hewan-hewan berikut,
kecuali
a. Ikan
b. Manusia
c. Belalang
d. Katak
2. Manusia memiliki tulang rusuk sejati sebanyak..
a. 2 pasang
b. 3 pasang
c. 5 pasang
d. 7 pasang
3. Tulang-tulang berikut yang termasuk dalam tulang pipa adalah.
57

a. Tulang dada, tulang rusuk dan tulang tengkorak


b. Tulang lengan, tulang paha, dan tulang selangka
c. Ruas tulang belakang, tulang selangka, dan tulang ruas jari
d. Tulang panggul, tulang belakang, dan tulang dada
4. Hubungan antara tulang lengan atas dengan gelang bahu disebut sendi..
a. Engsel
b. Peluru
c. Kaku
d. Poros
5. Sendi engsel merupakan sendi gerak satu arah, contohnya pada persendian
.
a. Rahang dengan lengan
b. Lutut dan siku
c. Leher dan pangkal paha
d. Pergelangan kaki dan pergelangan paha
6. Selain sebagai penegak tubuh, rangka memiliki fungsi sevbagai berikut,
kecuali.
a. Pelindung organ dalam
b. Mmberi bentuk tubuh
c. Tempat melekatnya otot
d. Menyimpan ion Na+

7. Rangka luar pada hewan invertebrate umumnya terbuat dari beberapa


macam zat, antara lain..
a. Zat kapur dan zat besi
b. Zat kapur dan zat tanduk
c. Zat tanduk dan zat kitin
d. Zat kapur
8. Yang termasuk tulang anggota badan adalah .
a. Tulang belakang
b. Tulang duduk
c. Tulang leher
d. Tulang lengan atas
9. Jumlah tulang rusuk palsu adalah..
a. 2 pasang
b. 1 pasang
c. 3 pasang
d. 7 pasang
10. Jumlah ruas tulang leher adalah..
a. 7 ruas
b. 12 ruas
c. 5 ruas
d. 10 ruas
11. Jaringan tulang rawan terdiri atas.
a. Zat kapur
58

b. Zat fosfor
c. Sel-sel tulang rawan
d. Serabut kolagen
12. Yang termasuk penyususn tulang tengkorak manusia adalah, kecuali
a. Tulang dahi
b. Tulang belikat
c. Tulang pipi
d. Tulang rahang
13. Nama lain dari tulang luut adalah.
a. Femur
b. Patella
c. Tibia
d. Fibula
14. Di bawah ini adalah tulang penyusun rangka badan, kecuali..
a. Tulang leher
b. Tulang paha
c. Tulang dada
d. Tulang duduk
15. Yang termasuk tulang pipih adalah.
a. Tulang lengan
b. Tulang pergelangan tangan
c. Tulang belikat
d. Tulang paha
16. Yang teramasuk tulang pendek adalah..
a. Tulang lengan
b. Tulang pergelangan tangan
c. Tulang belikat
d. Tulang paha
17. Dibawah ini adalah pembagian tulang berdasarkan bentuknya, kecuali..
a. Tulang keras
b. Tulang pipa
c. Tulang pipih
d. Tulang pendek
18. Di bawah ini adalah bagian dari tulang pangul, kecuali
a. Tulang usus
b. Tulang kemaluan
c. Tulang belikat
d. Tulang duduk
19. Ruas tulang leher pertama disebut..
a. Axis
b. Cervical
c. Meatus akustikus externa
d. Thorakales
20. Jumlah ruas tulang pinggang adalah..
a. 7 ruas
b. 12 ruas
59

c. 5 ruas
d. 4 ruas
21. Komponen dari matriks tulang adalah.
a. Zat kapur, protein dan zat kolagen
b. Zat kapur dan kolagen
c. Protein dan kolagen
d. Zat kapur dan kalsium carbonat
22. Pembungkus luar dari tulang keras adalah.
a. Kolagen
b. Matrks tulang
c. Periosteum
d. Endosteum
23. Pembuluh darah pada yang memberikan makanan pada sel tulang
disebut.
a. Lacuna
b. Kanalikuli
c. Periosteum
d. Saluran haversi
24. Tulang keras yang dicirikan dengan penyusun tulang yang rapat dan padat
adalah.
a. Tulang kompak
b. Tulang spons
c. Tulang elastis
d. Tulang kartilago
25. Di bawah ini adalah jenis tulang rawan yang tidak bisa berubah menjadi
tulang keras, kecuali..
a. Cuping hidung
b. Daun telinga
c. Antar ruas tulang belakang
d. Tulang nelikat
26. Itilah lain dari sendi mati adalah
a. Amfiatrosis
b. Diartrosis
c. Sinartrosis
d. Artikulasi
27. Hubungan antara tulang rusuk dengan tulang dada disebut sendi..
a. Mati
b. Kaku
c. Sendi peluru
d. Sendi gerak
28. Nama lain dari sendi gerak adalah.
a. Sinartrosis
b. Ampiartrosis
c. Diartrosis
d. Artikulasi
60

29. Jenis sendi yang dicirikan oleh permukaan sendi yang datar sehingga
memungkinkan gerakan ke depan-belakang atau kiri-kanan adalah....
a. Sendi putar
b. Sendi pelana
c. Sendi luncur
d. Sendi peluru

30. Bagian ujung dari tulang panjang disebut.


a. Epifisis
b. Diafisis
c. Periosteum
d. Kondrosit
31. Contoh tulang rawan pada manusia adalah..
a. Tulang ubun-ubun bayi
b. Tulang lengan atas
c. Tulang rusuk sejati
d. Tulang dada

INSTRUMEN HASIL BELAJAR SIKLUS II

Petunjuk Soal :
a. Tulislah Nama, NIS dan Kelas anda pada sudut kanan atas lembar
jawaban yang telah disediakan.
b. Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang diangap paling tepat,
dahulukan soal yang lebih muda dan jika ada soal yang kurang jelas
silahkan tanyakan pada pengawas atau guru bidang studi
c. Selamat bekerja dan sukses

1. Kelainan tulang karena kebiasaan duduk yang kurang tepat yang disirikan
dengan badan membungkuk ke depan disebut
a. Lordosis
b. Kiposis
c. Scoliosis
d. Osteoporosis
61

2. Kelainan tulang karena kurangnya kalsium pada tulang yang biasanya


menyerang orang tua atau para wanita disebut.
a. Lordosis
b. Kiposis
c. Scoliosis
d. Osteoporosis
3. Yang merupakan kelainan tulang karena bawaan adalah..
a. Kaki bentuk X
b. Fisura
c. Lordosis
d. Osteoporosis
4. Istilah lain dari patah tulang adalah
a. Osteoporosis
b. Fraktura
c. Fisura
d. Insisura
5. Di bawah ini adalah kelainan pada tulang karena penyakit adalah.
a. Fisura
b. Osteoporosis
c. Layu semu
d. Osteoporosis

6. Ciri dari otot polos adalah


a. Inti banyak ditengah
b. Inti banyak ditepi
c. Inti satu ditengah
d. Inti satu ditepi
7. Perhatikan gambar di bawah ini, yang ditunjuk oleh x adalah..

a. origo
b. tendon
c. insersio
62

d. bisep

8. Di bawah ini adalah lokasi tempat otot polos, kecuali..


a. Saluran pencernaan
b. Saluran reproduksi
c. Lengan atas
d. Saluran kencing
9. Bagian ujung otot yang melekat pada tulang disebut..
a. Tendon
b. Origo
c. Insersio
d. Trisep
10. Bagian ujung otot yang melekat pada tulang dan dapat digerakkan
disebut..
a. Tendon
b. Origo
c. Insersio
d. bisep
11. Bagian ujung otot yang melekat pada tulang dan tidak dapat digerakkan
disebut..
a. Tendon
b. Origin
c. Insersio
d. Bisep

12. Perhatikan gambar di bawah ini, yang ditunjuk oleh x adalah.

a. Bisep
b. Trisep
c. Pronator teres
d. Pronator kuadratus
63

13. Di bawah ini adalah ciri otot


1. Bentuk sel silindris
2. Bentuk sel gelendong
3. Tidak memiliki garis-garis melintang
4. Inti sel ditengah
5. Bekerja secara tidak sadar
6. Bekerja secara sadar
Yang merupakan cirri dari otot lurik adalah.
a. 1-3 dan 6
b. 1 ddan 6
c. 3 dan 5
d. 4 dan 6
14. Ciri otot yang sedang berkontraski adalah
b. Memendek
c. Mengeras
d. Tengahnya menggelembung
e. Memanjang
15. Dua otot atau lebih yang bekerja secara bersama dengan tujuan yang sama
disebut kerja otot.
a. Antoagonis
b. Protogonis
c. Sinergis
d. Pronator

16. Perhatikan gambar di bawah ini, yang ditunjuk oleh x adalah..

b. Bisep
c. Trisep
d. Pronator teres
e. Pronator kuadratus
17. Otot yang bertugas mengangkat lengan bawah disebut otot..
a. Trisep
b. Bisep
c. Aduktor
64

d. Retractor
18. Otot lurik memiliki sifat-sifat sebagai berikut, keuali.
a. Berbentuk silindris
b. Berinti banyak
c. Gerakannya secara sadar
d. Inti terletak pada bagian tepi
19. Otot di dalam tubuh kita dapat bergerak atau berkontraksi karena
a. Adanya cadangan makanan
b. Adanya energi panas
c. Adanya ATP
d. Adanya zat gula
20. Di antara pasangan otot-otot berikut yang bekerja secara antagonis
adalah.
a. Otot betis dan otot paha
b. Otot bisep dan trisep
c. Otot pipi kiri dan kanan
d. Otot lengan atas dan lengan bawah
21. Otot yang tidak pernah difungsikan atau digerakkan secara aktif akan
mengalami
a. Atrofi
b. Hipertrifi
c. Kekejangan
d. Relaksasi
22. Otot yang terus-menerus digerakkan akan mengalami kelelahan dan
menimbulkan rasa pegal-pegal. Hal ini disebabkan karena
a. Timbunan lemak
b. Timbunan asam laktat
c. Timbunan karbondioksida
d. Timbunan oksigen
23. Karena kesalahan dalam posisi duduk yang berlangsung lama, maka tulang
belakang seseorang dapat membengkk ke samping, kelainan ini disebut
a. Lordosis
b. Kiposis
c. Skoliosis
d. Paralysis
24. Patah tulang tertutup yang mengakibatkan tulang retak disebut
a. Fraktura
b. Fisura
c. Layu semu
d. Polio
65

Anda mungkin juga menyukai