SOLUSI BISNIS
37 $3 ,,
, VVXH%LQVLV
0 RELOLW DVWLQJJ L
. HP DM XDQ7HNQRORJ L . DZDVDQ 3LKDN
. HWHUDW XUDQMDULQJ DQNRP XQLNDVL %DQGDUD 6ZDVWD
. HP DQDQGDQ. HVHO DP DW
DQ 6RHNDUQR +DWW
D ,QYHVWRU
$ VSHNNHXDQJ DQ
5 HJ XODVLSHP HULQWDK ,' ( 1 7 , ) , . $ 6 ,
0$6$/$+
. HNXUDQJDQ6' 0
WHQDJDDKO L
3HQGDQDDQ\ DQJ
WHUODOXEHVDU
$/7(51$7,) 62 / 8 6,
' LNHOROD6 HQGLULROHK 3 7 $ 3 ,,
0 HQDPEDK GDQD SLQM DPDQ P HQM XDOREO
LJDVL ,32
/ HDVLQJ
,QYHVW RU
.62 . 0
%2 7 %2 2 GHQJDQNRP SHQVDVL
3HUXVDKDDQ3 DW XQJDQ -RLQW 9 HQW
XUH
6 7 8 ' , . ( / $ <$ . $ 1
62/86,
7(53,/,+
5 ( 1 & $ 1 $ ,0 3/ ( 0 ( 1 7$ 6,
27
3.1. Alternatif Solusi Bisnis
Proyek pengadaan dan pengoperasian sistem radio trunking di Bandara
Soekarno-Hatta adalah kebutuhan yang cukup mendesak terutama untuk
memenuhi kebutuhan perangkat komunikasi yang lebih baik dan jangkauan yang
lebih baik. Hal ini juga dengan pertimbangan keamanan dan ketertiban jaringan di
dalam Bandara Soekarno-Hatta. Dalam upaya merealisasikan proyek pengadaan
dan pengoperasian sistem radio trunking di Bandara Soekarno-Hatta tersebut
dihadapkan dengan masalah sumber daya tenaga ahli dan faktor pendanaan yang
terlalu besar untuk sebuah pembangunan sarana pendukung. Alternatif solusi
untuk pendanaan rencana tersebut adalah sebagai berikut :
Dikelola Sendiri oleh PT AP II
o Menambah dana
o Leasing
Investor
o KSO, KM
o BOT, BOO dengan kompensasi
o Perusahaan Patungan (Joint Venture)
Untuk memeperoleh solusi yang paling tepat dan sesuai bagi PT AP II,
perlu dilakukan analisis terhadap masing- masing alternatif solusi.
28
investasi. Oleh karena itu, dibutuhkan masukan dana tambahan maupun proses
pengadaan barang dan sarana pendukung proyek melalui mekanisme tertentu
sehingga ketersediaan dana dalam jumlah besar seperti yang telah diperhitungkan
di awal perencanaan proyek dapat terpenuhi.
Di bawah ini merupakan beberapa opsi yang dapat dilakukan untuk
mendukung proses pengelolaan proyek pengadaan dan pengoperasian system
radio trunking di Bandara Soekarno-Hatta oleh PT AP II sendiri.
29
Tabel 3.1 Resiko pengelolaan sendiri
Resiko yang dihadapi Dampak bagi perusahaan
Adaptasi terhadap teknologi
komunikasi yang
Industry Risk Lack of technology
berkembang dengan sangat
cepat
Munculnya rasa ketidak-
Jumlah pembayaran utang percayaan investor terhadap
Credit Risk yang tidak terpenuhi pada perusahaan
Nama baik perusahaan yang
Resiko Eksternal
30
Jika PT AP II menerbitkan hutang obligasi maka PT AP II harus
menyesuaikan dengan standarisasi investor (pembeli obligasi). PT AP II tidak
hanya berkewajiban membayar kupon atau bunga kepada investor, akan tetapi
kinerjanya juga akan dipantau terus oleh investor. Resiko mengeluarkan obligasi
ditanggung oleh PT AP II dan pemerintah pusat tidak bertanggung jawab terhadap
obligasi yang diterbitkan oleh PT AP II. Peneribatan obligasi juga harus
berdasarkan pada kemampuan bayar, pembayaran kupon atau bunga obligasi, dan
ketersediaan sumber daya manusia yang berfungsi sebagai bendahara (treasure)
yang mengelola obligasi.
IPO (Initial Public Offering) merupakan penawaran saham perusahaan
kepada publik pertama kali. Hal ini dikarenakan PT AP II belum pernah
melepaskan saham ke luar. Biasanya IPO dilakukan dengan menggunakan pihak
lain sebagai penengah. Karena saham belum pernah dijual kepada publik, maka
perusahaan tidak mempunyai benchmark untuk harga sahamnya. Beberapa studi
empiris menyarankan agar IPO dijual pada significant discount (lebih dari 15%)
dari harga yang dapat dijual pada market. Artinya, IPO harus dijual di bawah nilai
yang sebenarnya yang telah dihitung oleh management dan dipercaya merupakan
nilai sebenarnya dari saham perusahaan. Harga ini merupakan harga awal untuk
public market. Untuk selanjutnya, harga dapat dinaikkan karena perusahaan telah
mempunyai benchmark untuk menentukan harga saha mnya.
Dengan IPO, PT AP II harus melakukan persiapan menurut regulasi
BAPEPAM (Badan Pengawasan Penanaman Modal). Persiapan yang dimaksud
antara lain:
persiapan jadwal kegiatan
kelengkapan administrai dan dokumentasi
startegi pemasaran saham untuk mengetahui minat investor
Disamping itu, faktor eksternal organisasi juga bisa menjadi kendala untuk
pelaksanaan IPO yaitu kondisi ekonomi dan politik yang tidak menentu, fluktuasi
bunga atau berbagai peristiwa negatif lainnya akan sangat mempengaruhi tingkat
keberhasilan penjualan saham.
31
Resiko lain yang dapat timbul dengan adanya IPO adalah sentimen negatif
dari publik (masyarakat) akibat penjualan BUMN yang dikhawatirkan tidak tepat
sasaran sehingga akan mengakibatkan hilangnya aset bangsa yang diambil alih
oleh pihak asing.
3.1.1.2 Leasing
Selain dengan menyediakan dana kebutuhan, PT AP II juga dapat
menggunakan opsi lain yakni dengan melalui pengadaan barang (produk) yang
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pengadaan sistem radio trunking melalui
cara leasing. Leasing merupakan kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk
penyediaan barang-barang modal untuk digunakan suatu perusahaan untuk jangka
waktu tertentu berdasarkan pembayaran-pembayaran secara berkala disertai
dengan hak pilih bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal
yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai
sisa yang disepakati bersama.
Dalam sistem ini, PT AP II tetap harus menyediakan dana cair untuk
keperluan operasional. Dan dengan sistem ini pun, resiko dan dampak yang akan
dihadapi oleh PT AP II tidak jauh berbeda dengan sistem penambahan dana
seperti pada tabel 3.1. Hal ini dikarenakan yang membedakan antara kedua proses
tersebut adalah proses pengumpulan dana awal untuk membeli peralatan modal
atau proses langsung dengan tidak mengumpulkan dana terlebih dahulu tetapi
langsung melakukan leasing untuk peralatan modal tersebut. Sedangkan
kewajiban rutin serta operasional perusahaan pada saat proyek telah dilaksanakan
tidak akan jauh berbeda.
Disamping masalah pendanaan maupun pengadaan perangkat sistem radio
trunking, untuk menjalankan proyek tersebut sendiri maka PT AP II juga harus
memperhatikan sumber daya yang dibutuhkan dalam pengadaan dan
pengoperasian sistem radio trunking di Bandara Soekarno-Hatta tersebut.
Sumber-sumber daya yang harus diperhatikan antara lain:
Sumber daya manusia
Pengadaan tenaga-tenaga ahli yang berperan untuk mengoperasikan sistem
radio trunking dan untuk pemeliharaannya. Dalam hal ini bisa melalui
32
pelatihan-pelatihan maupun dengan langsung merekrut tenaga ahli. Untuk itu
harus dipertimbangkan pengeluaran-pengeluaran lain menyangkut biaya-biaya
pelatihan maupun waktu yang tentu saja tidak sedikit.
Sumber daya teknologi
Dilakukannya penertiban jaringan dan pengawasan yang ketat dan menyeluruh
terhadap jaringan yang digunakan di daerah Bandara Soekarno-Hatta dan
sekitarnya. Disamping itu diperlukan perhatian khusus untuk menghindari
kemungkinan-kemungkinan blank spot terutama pada titik-titik yang penting
tetapi diharapkan agar tidak mengganggu jaringan komunikasi penerbangan
yang sudah ada.
Dengan pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas maka dapat diambil
kesimpulan bahwa proses pendanaan sendiri proyek pengadaan sistem radio
trunking di Bandara Soekarno-Hatta dirasakan terlalu beresiko. PT AP II
sebaiknya mencoba mempertimbangkan opsi lain yang lebih baik. Opsi kedua
yang dimiliki oleh PT AP II yakni dengan cara mentransfer resiko-resiko yang
dihadapi PT AP II tersebut pada pihak lain. Pihak lain tersebut dapat berupa pihak
yang memang mengkhususkan diri untuk menerima transfer resiko misalnya
asuransi ataupun dapat berupa rekanan kerja yaitu investor.
Dalam usaha mengalihkan resiko kepada pihak asuransi maka akan
terdapat kewajiban untuk membayar premi dimana premi tersebut tentu saja akan
menambah jumlah pengeluaran biaya yang harus ditanggung oleh PT AP II. Oleh
karena itu maka dinilai lebih menguntungkan bagi PT AP II untuk mencari
investor untuk melaksanakan proyek pengadaan dan pengoperasian radio trunking
di Bandara Soekarno-Hatta.
3.1.2 Investor
Dengan adanya keterbatasan dana yang dimiliki oleh PT AP II maka opsi
kedua yang dimiliki yakni dengan bekerjasama dengan investor. Bekerjasama
dengan investor disini dapat berupa kerja sama untuk pelaksanaan proyek,
kerjasama untuk pengoperasian proyek, maupun kerjasama untuk pelaksanaan dan
pengoperasian proyek tersebut sekaligus.
33
3.1.2.1 Kontrak Manajemen (KM)
Dalam mengelola proyek pengadaan dan pengoperasian sistem radio
trunking di Bandara Soekarno-Hatta, PT AP II dapat melakukan perjanjian
kerjasama dengan investor/swasta yang berlaku untuk jangka waktu tertentu.
Setiap periode waktu tersebut dapat dibuat perjanjian baru untuk memperpanjang
kontrak manajemennya.
Dengan perjanjian ini, maka pengoperasian sistem radio trunking PT AP II
dilakukan oleh pihak swata yang bersangkutan dimana manajemennya berada di
tangan pihak swasta dan pihak swasta wajib memberikan kompensasi sejumlah
tertentu pada PT AP II sesuai dengan isi kontrak. Perjanjian tersebut juga akan
memberikan hak kepada pihak PT AP II untuk menggunakan nama dari pihak
swasta secara eksklusif untuk kepentingan proyek sistem radio trunking tersebut.
Dalam hal pilihan Kontrak Manajemen ini dinilai tidak memenuhi syarat
karena dalam pengoperasian proyek ini pihak PT AP II akan terga ntung kepada
pihak investor sedangkan PT AP II menginginkan untuk dapat mandiri di masa
yang akan datang.
34
3.1.2.3 Build Operate Transfer (BOT)
BOT yaitu suatu mekanisme dimana investor/swasta membangun dan
mengoperasikan proyek infrastruktur dan kemudian menyerahkannya kepada PT
AP II setelah periode waktu tertentu yang disepakati. Dalam opsi ini, PT AP II
dapat melakukan tender terhadap investor untuk melihat penawaran terbaik yang
dapat disediakan oleh para investor.
Dalam pelaksanaan proyek, resiko yang ada ditanggung oleh pihak
investor selama masa kontrak berlangsung. Pihak PT AP II mamperoleh
kompensasi sesuai dengan besaran yang telah disetujui dalam kontrak..
35
mayoritas dengan ketentuan baik sebagai pendiri atau bukan pendiri, kepemilikan
saham tidak harus mayoritas dan pembentukannya diserahkan dengan kriteria
investasi.
Pembentukan perusahaan patungan pada dasarnya dipengaruhi oleh
besarnya kepemilikan saham masing- masing pihak untuk melakukan pengambilan
keputusan, sehingga pengelolannya pun untuk proyek sistem radio trunking
nantinya tergantung dari besaran kepemilikan saham diantar pihak PT AP II dan
swasta (investor). Hal hal tersebut ditinjau dari kesediaan dana yang dimiliki serta
tambahan dana investasi yang diperlukan bagi proyek ini dari total biaya yang
diperlukan kurang dari setengahnya, sehingga memungkinkan kepemilikan saham
terbesar berada pada PT AP II. Dengan demikian pengelolaan sistem radio
trunking dapat dikontrol dibawah pengawasan manajemen PT AP II.
Adapun bebrapa resiko yang dapat mempengaruhi dalam alternatif pola
pendanaan dan kerjasama adalah sebagai berikut:
Accounting risk, adanya penggunaan me toda yang berbeda dalam
penghitungan kondisi keuangan awal dengan pada saat alih operasi adaalah
sebagi berikut:
Operational risk, dengan kondisi alih pengoperasian memungkinkan
kurangnya kemajuan teknologi yang dibutuhkan dengan tidak disertai dengan
keahlian sumber daya manusia.
Reputational risk, berpengaruh terhadap citra perusahaan apabila dalam
penerimaan alih operasional menjadi lebih buruk dari sebelumnya dikarenakan
Kendala-kendala internal perusahaan baik ditinjau dari segi sumber daya
manusia maupun teknologi.
36
3.1.3.1 Didanai Sendiri
Jika perusahaan memutuskan untuk melakukan pengelolaan sendiri, maka
PT AP II memiliki alternatif solusi seperti berikut ini:
37
Kelebihan :
Merupakan cara ya ng cukup murah dan dana yang akan diperolehnya cukup
besar.
Peringkat A2 (AA) yang akan memudahkan dalam proses kelayakan
penerbitan obligasi.
Ditekankan pada sektor pengembangan jasa publik yang mudah dianalisis
cash flow-nya, mengingat tidak adanya beban bunga pada laporan keuangan
AP II yang menjamin perusahaan dalam membayar hutang.
38
B. BOT (Built Operate Transfer) dan BOO (Built Operate Own)
Kekurangan :
Desain fasilitas harus menyesuaikan dengan criteria dari semua pihak yang
terlibat sehingga proses desain akan banyak memakan waktu
Diperlukan perhitungan ya ng lebih tepat berkenaan dengan jangka waktu
pengembalian fasilitas dari pihak swasta (investor), semakin lama jangka
waktu pengalihan akan menurunkan efisiensi bangunan
Dengan banyaknya pelaku yang terlibat menyebabkan desain fasilitas akan
mempengaruhi criteria semua pihak yang terkait
Kelebihan
Kemampuan pihak swata dalam mengelola dan menjalankan pengembangan
bandara akan lebih maksimal, dibandingkan dengan bandara pada umumnya
yang jarang membangun fasilitas baru.
Dengan sistem BOT biaya yang dikeluarkan tidak lebih tinggi dari sistem
konvesnional, karena dapat dilakukan penghematan dengan adanya
perancangan, konstruksi dan operasional yang lebih efisien.
39
tidak ikut campur dalam pembangunan, pengelolaan sampai pada masa kerjasama
berakhir. Selama masa konsesi, PT AP II berhak mendapatkan kompensasi atas
penggunaan lahan dengan bentuk revenue sharing. Disamping itu, dalam
perjanjian PT AP II juga mengharapkan kepada investor untuk melakukan
perawatan berupa renovasi untuk fasilitas yang umur ekonomisnya di bawah lama
konsesi. Pilihan kerjasama dengan BOT (Build Operate Transfer) dengan
pendanaan keseluruhan dari investor menjadi cukup relevan bagi PT AP II.
Kekurangan :
Dipengaruhi oleh faktor- faktor internal dan eksternal, seperti kompleksitas
proses pengembangan proyek, peraturan pemerintah, pengaruh politik dan
isu lingkungan
Pihak ketiga menyanggupi untuk me nanggung segala resiko yang terjadi
dengan mengharapkan tingkat pengembalian (IRR) yang tinggi.
Untuk setiap resiko yang terjadi, pihak swata berwenang untuk
membebaskannya kepada pengguna fasilitas sistem radio trunking.
Kelebihan :
PT AP II dapat mengalihkan sebagian besar resiko pada pihak swasta,
dimana pihak swasta bersedia untuk membiayai dan menanggung resiko
dalam pengembangan fasilitas publik (sistem radio trunking).
Pada akhir periode peralihan, AP II akan memperoleh suatu fasilitas yang
terkelola dengan baik (memiliki nilai tambah) tanpa harus menginvestasikan
dari dana internal perusahaan dan mengurangi resiko.
Kepemilikan terhadap barang modal dan seluruh perangkat pendukungnya
di akhir masa periode proyek.
Dikarenakan desain, pengembangan dan konstruksi seluruhnya berada di
bawah tangung jawab pihak ketiga maka proyek diharapkan menjadi lebih
efektif dan efisien.
40
Tabel 3.2 Analisis Keputusan Proses Pendanaan
(keuntungan bagi PT AP II)
Pinjaman/
Joint
Kategori Obligasi/ Leasing KSO KM BOT BOO
Venture
IPO
Penyertaan modal X X X X v v v
Sumber daya X X v v v v v
Manusia
Resiko X X v v v v v
Pengelolaan
Resiko Kredit X X v v v v v
Lama persiapan X v v v v v X
Lama pelaksanaan v v v v v v v
Intervensi v v v v v v X
kebijakan PT AP II
Intervensi v v X X v v X
kebijakan investor
Desain, X X v v v v v
pengembangan dan
konstruksi
Salvage Value v v v v v X X
41
3.2.1. Pendekatan Sistem BOT (Built Operate Tarnsfer)
Build operate transfer (BOT) adalah suatu ventura awal bisnis yang besar
dimana perusahaan swasta menjalankan dan mengoperasikan suatu fasilitas yang
biasanya dikerjakan oleh pemerintah.
Proses terminasi dari keterlibatan sektor swasta muncul pada saat
pengembalian fasilitas kepada pemerintah setelah jangka waktu tertentu,
umumnya 5 hingga 50 tahun tergantung pada besarnya proyek, tingkat
pengembalian modal maupun tingkat obsolete (keusangan) proyek tersebut.
Pada pendekatan BOT, pihak swasta (investor) mendapat hasil konsesi
usaha untuk jangka waktu tertentu dari pihak pemerintah, yang disebut principal
(klien) untuk pengembangan dan pengoperasian dari suatu fasilitas pemerintah,
dalam hal ini PT AP II. Pengembangan ini mencakup pembiayaan, perancangan
dan konstruksi fasilitas tersebut, mengelola dan memelihara fasilitas tersebut
dengan baik, dan membuatnya mendapat keuntungan yang cukup, dan pada saat
berakhirnya konsesi, pihak swasta (investor) mengalihkan kepemilikan fasilitas
kepada prinsipalnya tanpa biaya apapun.
Tabel 3.2 berikut ini merupakan pihak-pihak yang terlibat dalam sistem
pengelolaan BOT.
42
3.2.2 Tahapan BOT
Lama waktu periode konsesi ditentukan dalam persetujuan konsesi antara
pihak swasta (investor) dan principal. Pada periode konsesi, pihak swasta
(investor) harus mampu mengembalikan semua investasi pada semua pihak.
Terdapat enam tahapan yang terjadi dalam periode konsesi. Setelah tahapan
persiapan yang dilakukan oleh PT AP II, sebuah konsorsium dipilih setelah
mengikuti prosedur perbandingan yang spesifik. Kemudian setelah proses seleksi,
pihak swasta memulai implementasi proyek dengan membentuk tim, mengadakan
penelitian-penelitian, mengajukan perijinan, dan diteruskan dengan
pengembangan model pelaksanaan. Begitu model disetujui kemudian dimulailah
proses pelaksanaan proyek tersebut.
Setelah proyek pengadaan selesai, fasilitas tersebut disewakan untuk para
pengguna di bandara dan pembayaran kembali dari fasilitas tersebut ditutup oleh
revenue yang masuk. Setelah periode konsesi yang telah ditetapkan sebelumnya,
fasilitas dialihkan pada AP II dan kemudian AP II akan memperoleh hak milik
dan pengoperasian fasilitas tersebut. Berikut ini merupkan gambaran tahapan yang
berlaku umum dari proses pelaksanaan dari proyek yang dikelola dengan sistem
BOT.
43
3.2.3 Pembiayaan
Salah satu kriteria BOT adalah pemb iayaan swasta (investor) dimana
dikatakan bahwa swasta (investor) bertangung jawab secara penuh untuk
mengumpulkan dana yang diperlukan dan mengoperasikan fasilitas tersebut.
Pihak swasta (investor) akan mengumpulkan dana yang diperlukan tersebut dalam
bentuk debt dan equity. Pengembalian investasi didapatkan pada tahapan
operasional fasilitas tersebut.
44
3.3.1 Data-data
A. Situasi ekonomi
Meskipun pada akhir-akhir ini inflasi mulai menunjukkan peningkatan
yang cukup tinggi akibat dari naiknya harga-harga barang komoditas dunia dan
disertai rencana pemerintah yang akan menaikkan harga BBM akibat dari tekanan
subsidi yang terlalu tinggi akibat dari tingginya harga minyak mentah dunia, tetapi
situasi perekonomian di Indonesia saat ini masih stabil. Dapat dilihat bahwa
fluktuasi nilai tukar US Dolar terhadap Rupiah saat ini cukup stabil dan suku
bunga deposito serta suku bunga kredit masih menunjang untuk berinvestasi. Suku
bunga deposito dan suku bunga kredit saat ini cukup rendah sehingga dapat
dikatakan bahwa pilihan untuk berinvestasi merupakan pilihan yang cukup
menarik saat ini.
Pemerintah pun saat ini sedang giat mendukung adanya proyek-proyek
investasi dalam negeri yang tentu saja akan dapat menyerap tenaga kerja dan
meningkatkan taraf hidup masyarakat serta tentu saja dapat juga untuk mencegah
larinya dana-dana investasi ke luar negeri.
Berikut ini merupakan data-data kondisi ekonomi di Indonesia yang telah
dikumpulkan dengan proyeksi kondisi terburuk yang terjadi per-tanggal 30 April
2008.
Tabel 3.4 Data Situasi Ekonomi
Data Sumber
Kurs USD/Rp Rp 9.734 http://www.bi.go.id/web/id/
(kurs jual 30 April 2008)
Bunga kredit 14,32% http://www.bi.go.id/biweb/Html/SekiTxt/T3x230.txt
(i loan) (Tabel II.30. Suku bunga kredit rupiah menurut
kelompok bank untuk Maret 2008)
Bunga deposito 8,00% http://web.bisnis.com/edisi-cetak/edisi-
(i debt) harian/tabel_deposito/
(bunga deposito tertinggi pada tanggal 30 April 2008)
Perbandingan 70 : 30 (survey pada beberapa bank)
modal dan kredit
Inflasi 8,96% http://www.bi.go.id/web/id/ (inflasi untuk bulan April
2008)
Provisi 1% kredit (survey pada beberapa bank)
Pajak 30% Penyederhanaan dari PPh pasal 21
45
B. Barang-barang Investasi
Investasi yang dibutuhkan unuk memenuhi pelaksanaan proyek pengadaan
dan pengoperasian radio trunking di Bandara Soekarno-Hatta meliputi perangkat
HT radio trunking dan barang-barang pendukung untuk operasional radio trunking
tersebut di bandara.
Untuk pengadaan radio trunking di Bandara Soekarno-Hatta dibutuhkan
perangkat HT yang dapat memenuhi kebutuhan sarana komunikasi yang
dibutuhkan oleh konsumen dalam melakukan aktifitasnya di Bandara Soekarno-
Hatta. Kualitas, fungsi dan harga merupakan aspek penting dalam pemilihan
produk HT yang akan digunakan dalam proyek pengadaan dan pengoperasian
radio trunking di Bandara Soekarno-Hatta ini.
HT Radio Trunking yang telah disurvey merupakan beberapa produk yang
dinilai memenuhi kebutuhan Bandara Soekarno-Hatta serta merupakan produk
yang telah dikenal dan banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan sejenis di
dunia.
Berikut ini merupakan perangkat HT ya ng telah disurvey dan disesuaikan
dengan kebutuhan:
46
HT Radio Trunking Motorola MTX960
Perangkat HT Radio Trunking Motorola MTX960 merupakan
perangkat yang paling pas untuk kebutuhan Bandara
Soekarno-Hatta dan memiliki jaringan penjualan dan
pelayanan di Indonesia yang lebih baik dibandingkan dengan
HT merek lainya.
Harga perangkat ini di pasar Indonesia ialah Rp 5.400.000 per
unit.
Gambar 3.4.
Motorola
MTX960
47
Tabel 3.5 Barang Investasi
Barang Banyak Harga Total
(unit)
HT Radio Trunking Kenwood 4000 $ 380,25 $ 1.521.000,00
TK 3140 *) Rp 3.701.353,50 Rp 14.805.414.000
HT Radio Trunking Motorola 4000 Rp 5.400.000 Rp 21.600.000.000
MTX960 **)
HT Radio Trunking ICOM IC- 4000 $ 431,00 $ 1.724.000
F43TR UHF ***) Rp 4.195.354 Rp 16.781.416.000
Kendaraan operasional Motor 5 Rp 13.750.000 Rp 68.750.000
Supra X 125 R (SW)
Kendaraan operasional Mobil 1 Rp 100.000.000 Rp 100.000.000
APV Arena
Komputer (desktop) HP Pavilion 10 Rp 7.500.000 Rp 75.000.000
A6330L
HP Officejet 6310 all in one (fax, 2 Rp 2.200.000 Rp 4.400.000
fotokopi dan printer)
Perangkat investasi lain 1 Rp 2.000.000 Rp 2.000.000
Jumlah Investasi dengan HT Kenwood *) Rp 15.055.564.000
Jumlah Investasi dengan HT Motorola **) Rp 21.850.150.000
Jumlah Investasi dengan HT ICOM ***) Rp 17.031.566.000
Proses delivery pesawat HT radio trunking maksimum 90 hari dari waktu
pemesanan sampai dengan barang siap digunakan.
48
Berikut ini merupakan data internal yang telah diatur dalam kontrak
kerjasama proyek pengadaan dan pengoperasian radio trunking di Bandara
Soekarno-Hatta oleh PT AP II:
3.3.2 Asumsi-asumsi
Asumsi-asumsi yang dipergunakan dalam proyek akhir ini berdasarkan
hasil diskusi dengan pihak manajemen PT (Persero) Angkasa Pura II dan data-
data eksternal lainnya.
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penulisan proyek akhir ini adalah
asumsi-asumsi biaya-biaya yang akan ditanggung oleh investor, penyusutan
barang investasi serta perkiraan laba ditahan atau yang sering disebut Retention
for Growth (R/G) yang dapat digunakan untuk perkembangan dimasa yang akan
datang.
A. Biaya-biaya
Biaya-biaya yang harus ditanggung oleh pihak investor dalam proyek ini
meliputi biaya-biaya operasional perusahaan dari biaya upah hingga biaya
pemeliharaan barang investasi. Berikut ini menjelaskan asumsi biaya-biaya yang
diperlukan untuk pengadaan dan pengoperasian sistem radio trunking di Kawasan
Bandara Soekarno-Hatta:
49
1. Budget Biaya Pegawai
Dalam mengelola 3000 unit HT radio trunking untuk selama 5 tahun
dibutuhkan seorang direktur yang membawahi perusahaan dan untuk menjalankan
perusahaan tersebut membut uhkan:
a. Bagian operasional (merangkap bagian logistik) yakni seorang manajer, 3
supervisor, 8 tenaga operator, dan 12 tenaga teknisi.
b. Bagian keuangan yakni seorang manajer dan 2 tenaga akunting.
c. Bagian umum (merangkap bagian hrd dan marketing) yakni seorang manajer,
seorang supervisor dan 6 tenaga staf.
50
Tabel 3.8 Asumsi Biaya Pemeliharaan Peralatan Pertahun
Barang Banyak Harga Total
(unit)
HT Radio Trunking Kenwood 450 Rp 300.000 Rp 135.000.000
TK 3140 *)
HT Radio Trunking Motorola 450 Rp 200.000 Rp 90.000.000
MTX960 **)
HT Radio Trunking ICOM IC- 450 Rp 300.000 Rp 135.000.000
F43TR UHF ***)
Kendaraan operasional Motor 5 Rp 1.375.000 Rp 6.875.000
Supra X 125 R (SW)
Kendaraan operasional Mobil 1 Rp 10.000.000 Rp 10.000.000
APV Arena
Komputer (desktop) HP Pavilion 10 Rp 2.250.000 Rp 22.500.000
A6330L
HP Officejet 6310 all in one (fax, 2 Rp 660.000 Rp 1.320.000
fotokopi dan printer)
Perangkat investasi lain 1 Rp 600.000 Rp 600.000
Jumlah biaya dengan HT Kenwood *) Rp 176.295.000
Jumlah biaya dengan HT Motorola **) Rp 131.295.000
Jumlah biaya dengan HT ICOM ***) Rp 176.295.000
51
Tabel 3.9 Asumsi Biaya Umum Pertahun
Keterangan Biaya perbulan Biaya pertahun
Perlengkapan ATK Rp 1.000.000 Rp 12.000.000
Biaya Telepon Rp 1.000.000 Rp 12.000.000
Biaya Listrik Rp 2.000.000 Rp 24.000.000
Biaya bahan bakar kendaraan operasional Rp 1.200.000 Rp 14.400.000
Biaya lain-lain Rp 3.000.000 Rp 36.000.000
Jumlah Rp 98.400.000
B. Penyusutan
Penyusutan (depresiasi) seluruh barang-barang investasi diasumsikan
menyusut setiap tahun dan berlangsung selama umur proyek yakni selama 5
tahun. Asumsi ini disesuaikan dengan pertimbangan besarnya biaya pemeliharaan
atas barang-barang investasi.
52
C. Retention for Growth (R/G)
Laba ditahan yang dipergunakan untuk pengembangan investasi
(Retention for Growth) diasumsikan sebesar 10% terhadap pendapatan bersih
(NAT) pertahun dengan dasar persiapan untuk menghadapi resiko maupun
pengembangan dan perluasan pasar.
53
A. Pertumbuhan pasar
Pengguna jasa radio trunking yang sudah menggunakannya di Bandara
Soekarno-Hatta saat ini berjumlah lebih dari 3000 pengguna. Jumlah pengguna
radio trunking di Bandara Soekarno-Hatta dipastikan akan mengalami
pertumbuhan yang cukup signifikan mencapai lebih dari 4000 pengguna.
Pertumbuhan ini terjadi seiring dengan semakin berkembangnya aktifitas
penerbangan yakni bermunculannya layanan meskapai- meskapai penerbangan
baru yang tentu saja akan menambah jumlah aktifitas penerbangan dan aktifitas
darat di Bandara Soekarno-Hatta, rencara proyek perluasan terminal 3, rencana
pembangunan jalur kereta api langsung menuju bandara, dan aktifitas-aktifitas
lainnya maka diasumsikan akan terdapat pertumbuhan pasar pengguna radio
trunking yang akan mencapai minimum sebesar 1000 unit pada masa proyek
berlangsung.
Proyeksi sensitivitas disusun berdasarkan mekanisme pertumbuhan. Pada
analisis sensitivitas pessimistic, pertumbuhan pengguna radio trunking meningkat
sebanyak 1000 dan terjadi sejak tahun pertama berjalan. Pertumbuhan pengguna
diasumsikan rata setiap tahunnya selama lima tahun yakni pertumbuhan sebesar
250 pengguna ditahun pertama, kedua, ketiga, dan keempat. Sedangkan pada
tahun kelima tidak terjadi pertumbuhan.
Pada analisis sensitivitas most likely, pertumbuhan pengguna radio
trunking meningkat sebanyak 1000 dan terjadi sejak tahun pertama berjalan.
Pertumbuhan pengguna diasumsikan bertingkat menurun setiap tahunnya selama
lima tahun yakni pertumbuhan sebesar 400 pengguna ditahun pertama, 300
pengguna di tahun kedua, 200 pengguna di tahun ketiga dan 100 pengguna di
tahun keempat. Pada tahun kelima tidak terjadi pertumbuhan pengguna.
Sedangkan pada analisis sensitivitas Optimistictic pertumbuhan terjadi
sejak proyek dilaksanakan. Dengan demikian diasumsikan bahwa sejak awal
proyek berlangsung, unit yang tersedia terserap semuanya oleh para pengguna.
54
Tabel 3.10 Target pertumbuhan pertahun
Analisis Pertumbuhan
sensitivitas Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
ke-1 ke-2 ke-3 ke-4 ke-5
Pessimistic 250 250 250 250 0
Most likely 400 300 200 100 0
Optimistictic 1000 0 0 0 0
B. Kenaikan Tarif
Pengenaan tarif sewa penggunaan radio trunking ditentukan oleh Angkasa
Pura melalui kontrak kerjasama dan setiap kenaikan yang dikenakan harus atas
persetujuan PT AP II.
Proyeksi sensitivitas disusun berdasarkan pengenaan tarif. Pada analisis
sensitivitas pessimisticdan analisis sensitivitas most likely dianggap tidak ada
peningkatan tarif sewa sama sekali hingga pada akhir proyek karena dinilai bahwa
fisik handset tidak mengalami perubahan dan biaya perawatan handset dibebankan
kepada penyewa dalam kontrak 5 tahun tersebut. Sedangkan pada analisis
sensitivitas Optimistictic pertumbuhan dianggap signifikan yakni mencapai 2%
pertahun.
55
3.3.4 Perhitungan Umum
Data-data, asumsi-asumsi dan proyeksi analisis sensitivitas yang telah
dikumpulkan dan dijabarkan diatas telah cukup untuk melakukan perhitungan
proyek pengadaan dan pengoperasian radio trunking di Bandara Soekarno-Hatta.
Perhitungan dapat dimulai dengan menyusun antara lain:
pendapatan dan pertumbuhan pendapatan perusahaan,
hutang dan proses pembayaran dari berbagai alternatif investasi,
income statement dari berbagai alternatif investasi.
56
Berikut merupakan besaran hutang (kredit) serta bunga dan pembayaran
cicilan.
C. Income Statement
Berikut ini merupakan hasil penyusunan income statement berdasarkan
data-data, asumsi-asumsi yang ada serta disusun berdasarkan setiap analisis
sensitivitas. Penyusunan income statement dibawah ini dalam format satuan juta
rupiah.
57
Tabel 3.14a Income Statement Projection Pessimistic HT Kenwood
2008-2009 2009-2010 2010-2011 2011-2012 2012-2013
Omzet bruto (100%) 10.463 10.944 11.844 12.744 12.744
Company Operational Expenses (1.698) (1.823) (1.986) (2.164) (2.358)
Gross Profit 8.765 9.121 9.858 10.580 10.386
Depresiasi (3.011) (3.011) (3.011) (3.011) (3.011)
EBIT 5.754 6.110 6.847 7.569 7.375
Tax 30% (1.726) (1.833) (2.054) (2.271) (2.212)
Interest Exp (1.509) (1.509) (1.132) (755) (377)
NAT 2.518 2.768 3.661 4.543 4.785
PT AP II Share (8% omzet bruto-tax) 699 729 783 838 843
NAT investor 1.819 2.039 2.877 3.706 3.942
R/G 10% 182 204 288 371 394
58
Tabel 3.15a Income Statement Projection Most Likely HT Kenwood
2008-2009 2009-2010 2010-2011 2011-2012 2012-2013
Omzet bruto (100%) 11.025 11.664 12.384 12.744 12.744
Company Operational Expenses (1.698) (1.823) (1.986) (2.164) (2.358)
Gross Profit 9.327 9.841 10.398 10.580 10.386
Depresiasi (3.011) (3.011) (3.011) (3.011) (3.011)
EBIT 6.316 6.830 7.387 7.569 7.375
Tax 30% (1.895) (2.049) (2.216) (2.271) (2.212)
Interest Exp (1.509) (1.509) (1.132) (755) (377)
NAT 2.912 3.272 4.039 4.543 4.785
PT AP II Share (8% omzet bruto-tax) 730 769 813 838 843
NAT investor 2.182 2.503 3.225 3.706 3.942
R/G 10% 218 250 323 371 394
59
Tabel 3.16a Income Statement Projection Optimistictic HT Kenwood
2008-2009 2009-2010 2010-2011 2011-2012 2012-2013
Omzet bruto (100%) 13.275 12.999 13.254 13.509 13.764
Company Operational Expenses (1.698) (1.823) (1.986) (2.164) (2.358)
Gross Profit 11.577 11.176 11.267 11.344 11.405
Depresiasi (3.011) (3.011) (3.011) (3.011) (3.011)
EBIT 8.566 8.165 8.256 8.333 8.394
Tax 30% (2.570) (2.449) (2.477) (2.500) (2.518)
Interest Exp (1.509) (1.509) (1.132) (755) (377)
NAT 4.487 4.206 4.648 5.079 5.499
PT AP II Share (8% omzet bruto-tax) 856 844 862 881 900
NAT investor 3.631 3.362 3.785 4.198 4.599
R/G 10% 363 336 379 420 460
60
3.3.5 Penghitungan Kriteria Investasi
Untuk mempermudah dalam proses penghitungan kelayakan suatu
investasi yang terdiri dari Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return
(IRR), Return on Equity (ROE), Return on Investment (ROI), payback period
(PBP) dapat dilakukan dengan media bantu program komputer Microsoft Excel
dari Microsoft Office. Media bantu ini akan jauh lebih mempecepat dan
mempermudah proses penghitungan.
61
Tabel 3.18 Tabel Nilai NPV
Analisis Sensitivitas
NPV
Pessimistic Most Likely Optimistic
HT Kenwood Rp 4.479.866.617 Rp 5.320.301.245 Rp 8.053.652.890
HT Motorola Rp (2.300.932.451) Rp (1.460.497.823) Rp 1.272.853.823
HT ICOM Rp 2.399.388.140 Rp 3.348.308.761 Rp 6.081.660.407
62
Untuk mengetetahui kelayakan proyek menggunakan IRR maka harus
membandingkan hasil tersebut dengan WACC. Setelah membandingkan besaran
nilai IRR terhadap WACC proyek dapat terlihat bahwa keseluruhan analisis
sensitivitas bagi perangkat HT Radio Trunking Kenwood TK 3140 dan HT Radio
Trunking ICOM IC-F43TR UHF memiliki nilai IRR yang lebih besar dari pada
nilai WACC. Hal ini menunjukan bahwa proyek pengadaan dan pengoperasia
radio trunking di bandara Soekarno-Hatta ini layak untuk dilaksanakan dengan
perangkat HT Radio Trunking Kenwood TK 3140 dan HT Radio Trunking ICOM
IC-F43TR UHF.
Berbeda halnya dengan HT Radio Trunking Motorola MTX960 setelah
IRR dibandingkan dengan WACC, nilai IRR hanya lebih besar pada skenario
optimistic dan lebih kecil pada kedua skenario lainnya. Hal ini menunjukkan
bahwa proyek akan menjadi kurang layak dilaksanakan apabila menggunakan
perangkat HT Radio Trunking Motorola MTX960.
63
waktu lamanya proyek berlangsung sehingga dapat disimpulkan bahwa dilihat
dari PBP proyek dinilai layak untuk dilaksanakan.
64
3.4 Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa metode
pendanaan yang digunakan adalah BOT (Built Operate Transfer) dan berdasarkan
dari proses penghitungan NPV, PBP, IRR, ROE dan ROI, maka proyek
pengadaan dan pengelolaan radio trunking di Bandara Soekarno-Hatta dinilai
layak untuk. Perangkat HT yang memenuhi syarat berdasarkan analisis kelayakan
diatas adalah perangkat HT Radio Trunking Kenwood TK 3140 dan HT Radio
Trunking ICOM IC-F43TR UHF. Sedangkan untuk perangkat HT Radio Trunking
Motorola MTX960 tidak direkomendaskan karena akan menghasilkan NPV
negatif dan nilai IRR yang lebih rendah dari WACC.
Berikut ini merupakan kesimpulan kelayakan perangkat HT radio trunking
berdasarkan analisis perhitungan serta fasilitas/fitur produk yang disediakan.
65
Tabel 3.24 Perangkat HT Radio Trunking ICOM IC-F43TR UHF
Analisis NPV IRR Waktu ROE ROI
Sensitivitas PBP
Pessimistic Rp 2.399.388.140 17,60% 3 tahun 31,66% 26,05%
4 bulan
Most Likely Rp 3.348.308.761 19,69% 3 tahun 35,79% 27,75%
1 bulan
Optimistic Rp 6.081.660.407 25,69% 2 tahun 47,68% 33,29%
8 bulan
Dari tabel 3.23 dapat disimpulkan bahwa potensial NPV yang dapat
diperoleh dari proyek pengadaan dan pengoperasian radio trunking di Bandara
Soekarno-Hatta adala h sebesar Rp 3.431.859.801 dan IRRnya sebesar 19,87%.
66