Anda di halaman 1dari 7

makalah aspek legal keperawatan

KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat
rahmat dan limpahan-Nya saya mampu menyelesaikan tugas etika keperawatan.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang saya hadapi. Namun saya menyadari
bahwa kelancaran dan penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan kedua orang
tua, sehingga kendala kendala yang saya hadapi dapat teratasi.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang kaitan aspek legal praktek keperawatan.
Makalah ini saya susun dengan berbagai ragam rintangan. Baik itu yang datang dari diri sendiri maupun dari
luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah SWT makalah ini dapat
terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada
pembaca khususnya para mahasiswa Akademi Keperawatan Pragolo Pati. Saya sadar bahwa makalah ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Untuk itu, kepada dosen pembimbing saya meminta
masukannya demi perbaikan pembuatan makalah saya di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan
saran dari para pembaca.
Gabus,06 Oktober 2014

Penyusun

DAFTAR ISI
Kata pengantar ................................................................................................ (i)
Daftar isi .......................................................................................................... (ii)
Bab I
Pendahuluan ................................................................................................... (1)
A. Latar belakang .....................................................................................(1)
B. Rumusan masalah ...............................................................................(2)
C. Tujuan .................................................................................................(2)
Bab II
Tinjauan pusataka ...........................................................................................(3)
1. Definisi legal keperawatan .................................................................(3)
2. Definisi malpraktek dan kelalaian ......................................................(5)
3. Definisi legislasi dalam keperawatan .................................................(6)
4. Undang undang tentang keperawatan ...........................................(6)
5. Perlindungan hukum untuk keperawatan .........................................(8)
6. Mencegah masalah hukum.................................................................(8)
Bab III
Penutup ..........................................................................................................(9 )
A. Kesimpulan ........................................................................................(9)
B. Saran .................................................................................................(9)
Daftar pustaka ................................................................................................(10)

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Aspek legal dapat didefinisikan sebagai studi kelayakan yang mempermasalahkan keabsahan suatu
tindakan ditinjau dan hukum yang berlaku di Indonesia. Asuhan keperawatan (askep) merupakan
aspek legal bagi seorang perawat walaupun format model asuhan keperawatan di berbagai rumah
sakit berbeda-beda. Aspek legal dikaitkan dengan dokumentasi keperawatan merupakan bukti tertulis
terhadap tindakan yang sudah dilakukan sebagai bentuk asuhan keperawatan pada
pasien/keluarga/kelompok/komunitas[1]. Pendokumentasian sangat penting dalam perawatan
kesehatan saat ini. Edelstein (1990) mendefinisikan dokumentasi sebagai segala sesuatu yang ditulis
atau dicetak yang dipercaya sebagai data untuk disahkan orang. Rekam medis haruslah
menggambarkan secara komprehensif dari status kesehatan dan kebutuhan klien, boleh dikatakan
seluruh tindakan yang diberikan untuk perawatan klien. Pendokumentasian yang baik harus
menggambarkan tidak hanya kualitas dari perawatan tetapi juga data dari setiap pertanggung
jawaban anggota tim kesehatan lain dalam pemberian perawatan. Dokumentasi keperawatan adalah
informasi tertulis tentang status dan perkembangan kondisi kesehatan pasien serta semua kegiatan
asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat (Fischbach, 1991).
Aspek legal keperawatan pada kewenangan formalnya adalah izin yang memberikan kewenangan
kepada penerimanya untuk melakukan praktek profesi perawat yaitu Surat Ijin Kerja (SIK) bila
bekerja di suatu institusi dan Surat Ijin Praktek Perawat (SIPP) bila bekerja secara perseorangan atau
berkelompok.
Kewenangan itu, hanya di berikan kepada orang yang memiliki kemampuan. Namun, memiliki
kemampuan tidak berarti memiliki kewenangan.
Dalam profesi kesehatan hanya kewenangan yang bersifat umum saja yang di atur oleh
Departement Kesehatan sebagai penguasa segala keprofesian di bidang kesehatan dan kedokteran.
Sementara itu, kewenangan yang bersifat khusus dalam arti tindakan kedokteran atau kesehatan
tertentu di serahkan kepada profesi masing-masing[2].
Hal ini juga menyebabkan semua perawat dianggap sama pengetahuan dan ketrampilannya, tanpa
memperhatikan latar belakang ilmiah yang mereka miliki.
Tanggal 12 Mei 2008 adalah Hari Keperawatan Sedunia. Di Indonesia, momentum tersebut akan
digunakan untuk mendorong berbagai pihak mengesahkan Rancangan Undang-Undang Praktik
keperawatan. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) menganggap bahwa keberadaan
Undang-Undang akan memberikan perlindungan hukum bagi masyarakat terhadap pelayanan
keperawatan dan profesi perawat.
Indonesia, Laos dan Vietnam adalah tiga Negara ASEAN yang belum memiliki Undang-Undang
Praktik Keperawatan. Padahal, Indonesia memproduksi tenaga perawat dalam jumlah besar. Hal ini
mengakibatkan kita tertinggal dari negara-negara Asia, terutama lemahnya regulasi praktik
keperawatan, yang berdampak pada sulitnya menembus globalisasi. Perawat kita sulit memasuki dan
mendapat pengakuan dari negara lain, sementara mereka akan mudah masuk ke negara kita.
Sementara negara negara ASEAN seperti Philippines, Thailand, Singapore, Malaysia, sudah memiliki
Undang Undang Praktik Keperawatan (Nursing Practice Acts) sejak puluhan tahun yang lalu.Mereka
siap untuk melindungi masyarakatnya dan lebih lebih lagi siap untuk menghadapi globalisasi perawat
asing masuk ke negaranya dan perawatnya bekerja di negara lain[3].

B. RUMUSAN MASALAH

1. Mengetahui apa yang di maksud dengan aspek legal keperawatan.


2. Mengetahui apa MALPRAKTEK dan KELALAIAN.
3. Mengetahui apa yang di maksud legislasi keperawatan.
4. Bagaimana undang undang yang berkaitan dengan praktek keperawatan.
5. Bagaimana perlindungan hukum untuk keperawatan.
6. Bagaimana mencegah masalah hukum.

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui tentang aspek legal keperawatan.


2. Untuk mengetahui tentang malpraktek.
3. Untuk mengetahui tentang legislasi keperawatan.
4. Untuk mengetahui undang undang yang berkaitan dengan praktek keperawatan.
5. Untuk mengetahui tentang perlindungan hukum untuk keperawatan.
6. Untuk mengetahui cara mencegah masalah hukum.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. DEFINISI ASPEK LEGAL KEPERAWATAN
Aspek legal keperawatan adalah aspek peraturan perawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan,
termasuk hak dan kewajibannya yang di atur dalam undang undang keperawatan.
Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan, di dasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan di tujukan pada individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
Perawat sebagai profesi dan bagian integral dari pelayanan kesehatan tidak saja membutuhkan
kesabaran. Kemampuannya untuk ikut mengatasi masalah masalah kesehatan tentu harus juga bisa
di andalkan.
Untuk mewujudkan keperawatan sebagai profesi yang utuh, ada beberapa syarat yang harus di
penuhi. Setiap perawat harus mempunyai body of knowledge yang spesifik, memberikan pelayanan
kepada masyarakat melalui praktek keprofesian yang di dasari motivasi altruistik, mempunyai standar
kompetensi dan kode etik profesi. Para praktisi di persiapkan melalui pendidikan khusus pada
jenjang pendidikan tinggi.
INTERNATIONAL COUNCIL of NURSES (ICN) mengeluarkan kerangka kerja kompetensi bagi
perawat yang mencakup tiga bidang, yaitu bidang professional, Ethical and legal practice, bidang
care provision and management dan bidang Management Development. setiap profesi pada
dasarnya memiliki tiga syarat utama yaitu kompetensi yang di peroleh melalui pelatihan yang
ekstensif , komponen intelektual yang bermakna dalam melakukan tugasnya, dan memberikan
pelayan penting kepada masyarakat[4].
Aspek legal profesi keperawatan meliputi kewenangan berkaitan dengan izin melaksanakan praktek
profesi. Kewenangan memiliki 2 aspek yaitu kewenangan material dan kewenangan formal.
Kewenangan seseorang di peroleh sejak seseorang memiliki kompetensi dan kemudian teregristasi
(registered nurse) yang di sebut SURAT IJIN PERAWAT (SIP).
Aspek legal keperawatan meliputi:
Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan mana yang sesuai dengan hukum.
Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi lain.
Membantu menentukan batas-batas kewenangan tindakan keperawatan mandiri.
Membantu mempertahankan standar praktek keperawatan dengan meletakkan posisi perawat
memiliki akuntabilitas di bawah hukum.
Dalam keadaan darurat mengancam jiwa seseorang, perawat berwenang untuk melakukan
pelayanan kesehatan di luar kewenangan yang di tujukan untuk penyelamatan jiwa.
Perawat menjalankan praktek perorangan harus mencantumkan SIPP di ruang prakteknya.
Perawat yang memiliki SIPP dapat melakukan asuhan dalam bentuk kunjungan rumah.
Persyaratan praktek perorangan sekurang-kurangnya memenuhi:
Tempat praktek memenuhi syarat,
Memiliki perlengkapan peralatan dan administrasi termasuk formulir atau buku kunjungan, catatan
tindakan, dan formulir rujukan.
Larangan perawat dalam melakukan praktek :
Praktek di larang menjalankan praktek selain yang tercantum dalam izin dan melakukan perbuatan
yang bertentangan dengan standar profesi.
Bagi perawat yang memberikan pertolongan dalam keadaan darurat atau menjalankan tugas di
daerah terpencil yang tidak ada tenaga kesehatan lain, di kecualikan dari larangan ini.
Kepala dinas atau organisasi profesi dapat memberikan peringatan lisan atau tertulis kepada perawat
yang melakukan pelanggaran.
Peringatan tertulis paling banyak dilakukan 3 kali, apabila tidak di indahkan SIK dan SIPP dapat di
cabut.
Sebelum SIK dan SIPP di cabut kepala dinas kesehatan terlebih dahulu mendengar pertimbangan
dari MDTK dan MP2EM.
Sanksi seorang perawat, yaitu:
Pelanggaran ringan, pencabutan izin selama-lamanya 3 bulan.
Pelanggaran sedang, pencabutan izin selama-lamanya 6 bulan.
Pelanggaran berat, pencabutan izin selama-lamanya 1 tahun.
Penetapan pelanggaran di dasarkan pada motif pelanggaran serta situasi setempat.
Hak dan kewajiban seorang perawat.
HAK perawat:
a. Perawat berhak mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai profesinya.
b. Perawat berhak untuk mengembangkan diri melalui kemampuan sosialisasi sesuai dengan latar
belakang pendidikannya.
c. Perawat berhak untuk menolak keinginan pasien atau klien yang bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan, serta standart dan kode etik profesi.
d. Perawat berhak untuk mendapatkan informasi lengkap dari pasien atau klien atau keluarganya
tentang keluhan kesehatan dan ketidakpuasannya terhadap pelayanan yang di berikan.
e. Perawat berhak untuk meningkatkan ilmu pengetahuannya berdasarkan perkembangan IPTEK dalam
bidang keperawatan/kesehatan secara terus menerus.
f. Perawat berhak untuk di perlakukan secara adil dan adil oleh institusi pelayanan maupun pasien /
klien.
g. Perawat berhak mendapatkan jaminan perlindungan terhadap resiko kerja yang dapat menimbulkan
bahaya fisik maupun stress emosional.
h. Perawat berhak di ikut sertakan dalam penyusunan dan penetapan kebijaksanaan pelayanan
kesehatan.
KEWAJIBAN perawat , yaitu:
a. Perawat wajib mematuhi semua peraturan institusi yang bersangkutan.
b. Wajib memberikan pelayanan kesehatan / asuhan keperawatan sesuai standart profesi.
c. Wajib menghormati hak-hak pasien / klien.
d. Wajib membuat dokumentasi askep secara akurat, berkesinambungan.
e. Wajib berkolaborasi dengan tenaga medis/ tenaga kesehatan terkait lainnya dalam memberikan
pelayanan kesehatan dan keperawatan kepada pasien atau klien.
f. Menaati semua peraturan perundang-undangan.

2. Pengertian MALPRAKTEK dan KELALAIAN.


a. Malpraktek yaitu praktek kedokteran yang salah atau tidak sesuai dengan standar profesi atau
standar prosedur operasional. Untuk malpraktek dokter dapat dikenai hukum kriminal dan hukum
sipil. Malpraktek kedokteran terdiri dari 4 hal yaitu:
Tanggung jawab kriminal
Malpraktek secara etik
Tanggung jawab sipil
Tanggung jawab publik
Tindakan yang termasuk malpraktek yaitu :
Kesalahan diagnosa
Penyuapan
Penyalahgunaan alat alat kesehatan
Pemberian dosis obat yang salah
Alat-alat yang tidak memenuhi standar atau tidak steril
Salah pemberian obat pada pasien
Kesalahan prosedur operasi
Dampak Malpraktek yaitu :
Merugikan pasien terutama pada fisiknya bisa menimbulkan cacat yang permanen.
Bagi petugas kesehatan mengalami gangguan psikologisnya, karena merasa bersalah.
Dari segi hukum dapat dijerat hukum pidana.
Dari segi sosial dapat dikucilkan oleh masyarakat .
Dari segi agama mendapat dosa.
Dari etika keperawatan melanggar eitka keperawatan bukan tindakan profesional.
b. Kelalaian yaitu seorang perawat bersalah karena kelalaian jika mencedrai pasien dengan cara tidak
melakukan pekerjaan sesuai dengan yang di harapkan ataupun tidak melakukan tugas dengan hati-
hati sehingga mengakibatkan pasien jatuh dan cedera.
3. Pengertian legislasi dalam keperawatan.
Legislasi Keperawatan adalah proses pembuatan undang-undang atau penyempurnaan perangkat
hukumyang sudah ada yang mempengaruhi ilmu dan kiat dalam praktik keperawatan [5].
Prinsip dasar legislasi untuk praktik keperawatan, yaitu:
Harus jelas membedakan tiap katagori tenaga keperawatan.
Badan yang mengurus legislasi bertanggung jawab aatas system keperawatan.
Pemberian lisensi berdasarkan keberhasilan pendidikan dan ujian sesuai ketetapan.
Memperinci kegiatan yang boleh dan tidak boleh dilakukan perawat.
Fungsi legislasi keperawatan, yaitu:
Memberi perlindungan kepada masyarakat terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan.
Memelihara kualitas layanan keperawatan yang diberikan.
Memberi kejelasan batas kewenangan setiap katagori tenaga keperawatan.
Menjamin adanya perlindungan hukum bagi perawat.
Memotivasi pengembangan profesi.
Meningkatkan proffesionalisme tenaga keperawatan.
4. UNDANG UNDANG tentang keperawatan.
Undang-undang praktik keperawatan sudah lama menjadi bahan diskusi para perawat. PPNI pada
kongres Nasional ke duanya di Surabaya tahun 1980 mulai merekomendasikan perlunya bahan-
bahan perundang-undangan untuk perlindungan hukum bagi tenaga keperawatan. Tidak adanya
Undang-Undang perlindungan bagi perawat menyebabkan perawat secara penuh belum dapat
bertanggung jawab terhadap pelayanan yang mereka lakukan.
Hal ini juga menyebabkan semua perawat dianggap sama pengetahuan dan ketrampilannya, tanpa
memperhatikan latar belakang ilmiah yang mereka miliki. UU dan peraturan lainnya yang ada di
Indonesia yang berkaitan dengan praktek keperawatan :

a) UU No. 9 tahun 1960, tentang pokok-pokok kesehatan.


Bab II (tugas Pemerintah), pasal 10 antara lain menyebutkan bahwa pemerintah mengatur
kedudukan hukum, wewenang dan kesanggupan hukum.
b) UU No. 6 tahun 1963 tentang tenaga kesehatan.
UU ini merupakan penjabaran dari UU No. 9 tahun 1960. UU ini membedakan tenaga kesehatan
sarjana dan bukan sarjana. Tenaga sarjana meliputi dokter, doter gigi dan apoteker. Tenaga perawat
termasuk dalam tenaga bukan sarjana atau tenaga kesehatan dengan pendidikan rendah, termasuk
bidan dan asisten farmasi dimana dalam menjalankan tugas dibawah pengawasan dokter, dokter gigi
dan apoteker. Pada keadaan tertentu kepada tenaga pendidik rendah dapat diberikaqn kewenangan
terbats untuk menjalankan pekerjaannya tanpa pengawasan langsung.
c) UU kesehatan No. 14 tahun 1964, tentang wajib keja paramedis.
Pada pasal 2,ayat (3) dijelasakan bahwa tenaga kesehatan sarjana muda, menengah dan rendah
wqajib menjalankan wajib kerja pada pemerintah selama 3 tahun. Dalam pasal 3 dihelaskan bahwa
selama bekerja pada pemerintah, tenaga kesehatan yang dimaksut pada pasal 2 memiliki kedudukan
sebagain pegawai negeri sehingga peraturan-peraturan pegawai negeri juga diberlakukan
terhadapnya. UU ini untuk saat ini sudah tidak sesuai dengan kemampuan pemerintah dalam
mengangkat pegawai negeri.
Yang perlu diperhatikan dalam UU ini, lagi posisi perawat dinyatakan sebagai tenaga kerja pembantu
bagi tenaga kesehatan akademis termasuk dokter, sehingga dari aspek profesionalisasian, perawat
rasanya masih jauh dari kewenangan tanggung jawab terhadap pelayanannya sendiri.
d) SK Menkes No. 262/per/VII/1979 tahun 1979.
Membedakan para medis menjadi dua golongan yaitu paramedic keperawatan (termasuk bidan) dan
paramedic non keperawata. Dari aspek hukum, sartu hal yang perlu dicatat disini bahwa tenaga bidan
tidak lagi terpisah tetapi juga termasuk kategori tenaga keperawatan.
e) UU kesehatan No. 23 tahun 1992
Merupakan UU yang banyak member kesempatan bagi perkembangan termasuk praktik keperawatan
professional karena dalam UU ini dinyatakan tentang standar praktik, hak-hak pasien, kewenangan,
maupun perlindungan hukum bagi profesi kesehatan termasuk keperawatan.
Beberapa pernyataan UU kes. No. 23 Th. 1992 yang dapat dipakai sebagai acuan pembuatan UU
praaktik keperawatan adalah :
1) Pasal 32 ayat 4
Pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan,
hanya dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk
itu.
2) Pasal 53 ayat I
Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesui
dengan profesinya.

3) Pasal 53 ayat 2
Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar profesi dan
menghormati hak pasien.
5. Perlindungan Hukum untuk Keperawatan.
Di Indonesia, dengan telah terbitnya UU kesehatan No.23 tahun 1992 memberikan suatu jalan untuk
mengeluarkan Peraturan Pemerintah termasuk disini UU yang mengatur praktik keperawatan dan
perlindungan dari tuntunan malpraktik. Di berbagai negara maju dimana tuntutan malpraktik terhadap
tenaga professional semakin meningkat jumlahnya, maka berbagai area pelayanan kesehatan telah
melindungi para tenaga kesehatan termasuk perawat dengan asuransi liabilitas atau asuransi
malpraktik. Seiring dengan perkembangan zaman, tidak menutup kemungkinan dimasa mendatang
asuransi malpraktik juga perlu dipertimbangkan bagi semua tenaga kesehatan termasuk perawat di
Indonesia.
6. Mencegah Masalah Hukum
Masalah hukum memang merupakan hal yang kompleks karena menyangkut nasib manusia.
Menanggapi hal ini kita jadi ingat slogan lama mencegah lebih baik dari pada mengobati. Kiranya
mencegah masalah hukum lebih baik dari pada memberikan sanksi hukum. Untuk ini sebagai
perawat harus mengetahui prinsip-prinsip dalam mencegah hukum.
Dibawah ini akan dibahas beberapa hal yang dapat dilakukan perawat yang merupakan nurse
defender terhadap masalah hukum :
a) Ketahui hukum atau UU yang mengatur praktik anda.
b) Jangan melakukAn apapun yang anda tidak tahu bagaimana melakukannya (bila perlu, pelajarilah
caranya).
c) Pertahankan kompetisi praktik anda, penting mengikuti pendidikan keperawatan berkelanjutan.
d) Sebagai penuntut untuk meningkatkan praktik, mendapatkan kritik, dan kesenjangan
pengetahuan/keterampilan, lakukan pengkajian diri, evaluasi kelompok, audit dan evaluasi dari
supervisor.
e) Jangan ceroboh dalam melakukan praktik keperawatan.
f) Tetap perhatian pada pasien dan keluarganya. Sering berkomunikasi dengan orang lain, jangan
menutup diri.
g) Catat secara akurat, objektif dan lengkap, jangan dihapus.
h) Delegasikan secara aman dan absah, ketahui persiapan dan kemampuan orang-orang dibawah
pengawasan anda.
i) Bantu pengembangan kebijakan dan prosedur (dalam badan hukum).
j) Ikuti asuransi malpraktik, jika saat ini tersedia.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Aspek legal keperawatan adalah aspek peraturan perawatan dalam memberikan asuhan keperawatan
sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan, termasuk hak
dan kewajibannya yang di atur dalam undang undang keperawatan.
Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan, di dasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan di tujukan pada individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
Aspek legal profesi keperawatan meliputi kewenangan berkaitan dengan izin melaksanakan praktek
profesi.
Malpraktek yaitu praktek kedokteran yang salah atau tidak sesuai dengan standar profesi atau standar
prosedur operasional.
Kelalaian yaitu seorang perawat bersalah karena kelalaian jika mencedrai pasien dengan cara tidak
melakukan pekerjaan sesuai dengan yang di harapkan ataupun tidak melakukan tugas dengan hati-
hati sehingga mengakibatkan pasien jatuh dan cedera.
Legislasi Keperawatan adalah proses pembuatan undang-undang atau penyempurnaan perangkat
hukumyang sudah ada yang mempengaruhi ilmu dan kiat dalam praktik keperawatan
PPNI pada kongres Nasional ke duanya di Surabaya tahun 1980 mulai merekomendasikan perlunya
bahan-bahan perundang-undangan untuk perlindungan hukum bagi tenaga keperawatan.
B. SARAN
Dalam prakteknya perawat dituntut untuk tanggap dalam memberikan asuhan keperawatan pada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat dalam menyelesaikan masalah kesehatan dan kompleks, memberikan
tindakan keperawatan langsung, pendidikan, nasehat, konseling, dalam rangka penyelesaian masalah
keperawatan melalui pemenuhan kebutuhan dasar manusia dalam upaya memandirikan sistem klien,
memberikan pelayanan keperawatan disarana kesehatan dan tatanan lainnya, memberikan pengobatan dan
tindakan medik terbatas, pelayanan KB, imunisasi, pertolongan persalinan normal dan menulis permintaan obat,
melaksanakan program pengobatan secara tertulis dari dokter. Untuk menunjang kegiatan tersebut seorang
perawat diharapkan terdaftar pada badan resmi baik milik pemerintah maupun non pemerintah.

[1] Dikutip dari Hand Out Aspek Legal & Manajemen Resiko dalam pendokumentasian
Keperawatan Sulastri.
[2] .www.jaringankomputer.org/aspek-legal-asuhan-keperawatan-pada-asuhan-profesikeperawatan/
[3] makalah-aspek-legal-keperawatan.html
[4] Budi sampurna, pakar hukum kesehatan UI 2006
[5] Menurut Sand,Robbles1981

Anda mungkin juga menyukai