Anda di halaman 1dari 9

AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM

Disusun untuk memenuhi tugas Akuntansi Pemerintahan Semester VII

DISUSUN OLEH
ADITYA SUPRAYITNO/04
FARID AL-FIRDAUS/18
NURKHOLIS RAFSANJANI/32
TRI MULYADI WIBOWO/38

KELAS 7 A ALIH PROGRAM


POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN
2015
AKUNTANSI PADA BADAN LAYANAN UMUM

A. RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN BADAN LAYANAN UMUM


Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PK BLU) merupakan konsep baru dalam
pengelolaan keuangan negara. Konsep ini dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat dengan fleksibilitas pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi,
produktivitas, dan penerapan praktik bisnis yang sehat sebagaimana dijabarkan dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 Jo Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2012
tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.
Fleksibilitas yang diberikan antara lain adalah kewenangan untuk mengelola langsung
pendapatan yang dip eroleh dari masyarakat maupun dari hasil kerja sama atau hibah. Namun
pada BLU juga diterapkan sistem pengendalian yang khusus pada tahap perencanaan dan
penganggaran serta pada tahap pertanggungjawaban. Dalam proses perencanaan dan
penganggaran tersebut, satker BLU menyusun Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) dengan
mengacu kepada Rencana Strategis Bisnis dan disusun berdasarkan kinerja dan perhitungan
akuntansi biaya menurut jenis layanannya serta kebutuhan dan kemampuan pendapatan yang
diperkirakan akan diterima dari masyarakat, badan lain, dan APBN.
1. Pengertian RBA
RBA-BLU adalah dokumen perencanaan bisnis dan penganggaran yang berisi program,
kegiatan, target kinerja, dan anggaran suatu Satker BLU.RBA memuat antara lain kondisi
kinerja BLU tahun berjalan, asumsi makro dan mikro, target kinerja (output yang terukur),
analisis dan perkiraan biaya per output dan agregat, perkiraan harga, anggaran, serta prognosa
laporan keuangan. RBA juga memuat prakiraan maju (forward estimate) sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. RBA tersebut disusun dengan menganut pola
anggaran fleksibel (flexible budget) dengan suatu persentase ambang batas tertentu. RBA
merupakan refleksi program dan kegiatan dari kementerian negara/lembaga/SKPD/pemerintah
daerah.
2. Penyusunan RBA
BLU menyusun rencana strategis bisnis lima tahunan dengan mengacu kepada Rencana
Strategis Kementerian Negara/Lembaga atau Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah. Rencana strategis bisnis lima tahunan ini kemudian diturunkan menjadi RBA
Tahunan. RBA Tahunan disusun berdasarkan basis kinerja dan perhitungan akuntansi biaya
menurut jenis layanannya, disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan pendapatan yang
diperkirakan akan diterima dari masyarakat, badan lain, dan APBN/APBD serta disusun
dengan menganut pola anggaran fleksibel (flexible budget) dengan suatu persentase ambang
batas tertentu.
Dalam penyusunan RBA biasanya dilakukan dengan metode top down dan bottom up yang
dimulai dari :
Policy Statement oleh pimpinan;
Tingkat pusat pertanggungjawaban;

2
Komite anggaran yaitu suatu panitia anggaran yang punya tugas untuk
mengarahkan dan mengevaluasi anggaran;
Tingkat direksi dan dewan pengawas
3. Pengajuan RBA
Setelah RBA disusun, maka langkah selanjutnya adalah pengajuan RBA sebagai berikut:

BLU mengajukan RBA kepada menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD untuk dibahas


sebagai bagian dari RKA-KL, rencana kerja dan anggaran SKPD, atau Rancangan
APBD;
RBA disertai dengan usulan standar pelayanan minimum dan biaya dari keluaran yang
akan dihasilkan.;
RBA BLU yang telah disetujui oleh menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD diajukan
kepada Menteri Keuangan/PPKD, sesuai dengan kewenangannya, sebagai bagian
RKA-KL, rencana kerja dan anggaran SKPD, atau Rancangan APBD;
Menteri Keuangan/PPKD, sesuai dengan kewenangannya, mengkaji kembali standar
biaya dan anggaran BLU dalam rangka pemrosesan RKA-KL, rencana kerja dan
anggaran SKPD, atau Rancangan APBD sebagai bagian dari mekanisme pengajuan dan
penetapan APBN/APBD;
BLU menggunakan APBN/APBD yang telah ditetapkan sebagai dasar penyesuaian
terhadap RBA menjadi RBA definitif.
4. Penetapan RBA
Pengkajian kembali RBA dilakukan oleh Direktorat Jenderal Anggaran;
Pengkajian kembali RBA tersebut terutama mencakup standar biaya dan anggaran
BLU, kinerja keuangan BLU, serta besaran persentase ambang batas;
Adapun besaran persentase ambang batas ditentukan dengan mempertimbangkan
fluktuasi kegiatan operasional BLU;
Pengkajian dilakukan dalam rapat pembahasan bersama antara Direktorat Jenderal
Anggaran dengan unit yang berwenang pada kementerian/lembaga serta BLU yang
bersangkutan;
Hasil kajian atas RBA menjadi dasar dalam rangka pemrosesan RKA-KL sebagai
bagian dari mekanisme pengajuan dan penetapan APBN;
Setelah APBN ditetapkan, pimpinan BLU melakukan penyesuaian atas RBA menjadi
RBA definitif
B. Akuntansi Pendapatan dan Belanja BLU
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan nomor 76 Tahun 2008 tentang Pedoman
Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Badan Layanan Umum, BLU menerapkan standar
akuntansi keuangan yang diterbitkan oleh asosiasi profesi akuntansi Indonesia sesuai dengan

3
jenis industrinya, atau mengembangkan standar akuntansi spesifik dengan mengacu pada
pedoman akuntansi BLU sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran PMK nomor 76 Tahun
2008, tentunya setelah mendapatkan persetujuan Menteri Keuangan.
Dengan demikian, maka pada umumnya BLU menerapkan SAK dalam pelaporan
keuangannya. SAK menggunakan basis akrual dalam pengakuan aset, kewajiban, ekuitas,
pendapatan, dan biaya. Artinya pendapatan diakui pada saat diterima atau hak untuk menagih
telah muncul (sehubungan dengan adanya barang/jasa yang diserahkan kepada masyarakat).
Sedangkan untuk kepentingan konsolidasi dengan laporan keuangan kementrian/lembaga,
perlu dilakukan penyesuaian atas akun pendapatan dan belanja yang berbasis akrual menjadi
akun pendapatan dan belanja berbasis kas.
Formula penyesuaian pendapatan dan belanja berbasis akrual menjadi berbasis kas adalah
sebagai berikut:
Pendapatan Berbasis Kas = Pendapatan BLU + pendapatan diterima di muka pendapatan
yang masih harus diterima
Belanja Berbasis Kas = Biaya BLU Biaya yang dibayar tidak tunai termasuk
Penyusutan + utang biaya yang dibayar + biaya dibayar di muka
1. Akuntansi Pendapatan
Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas BLU
selama satu periode yang mengakibatkan penambahan ekuitas bersih. Pengukuran pendapatan
menggunakan azas bruto, yakni pendapatan dicatat sebesar nilai brutonya, tanpa dikurangi
pembebanan atas perolehan pendapatan tersebut.
a. Klasifikasi Pendapatan BLU
Pendapatan BLU diklasifikasikan ke dalam:
Pendapatan Usaha dari Jasa Layanan
Merupakan pendapatan yang diperoleh sebagai imbalan atas barang/jasa yang
diserahkan kepada masyarakat. Selanjutnya dirinci per jenis layanan BLU. Diakui pada
saat diterima, atau hak untuk menagih timbul. Pendapatan ini dicatat sebesar nilai wajar
imbalan yang diterima atau yang dapat diterima.
Hibah
Pendapatan yang diterima dari masyarakat/badan lain tanpa ada kewajiban bagi BLU
untuk menyerahkan barang/jasa. Terbagi menjadi Hibah Terikat dan Hibah Tidak
Terikat. Adapun maksud terikat di sini ialah maksud dan peruntukan atas hibah tersebut
telah ditentukan oleh pemberi hibah. Pendapatan ini diakui pada saat kepemilikan atas
barang berpindah, atau pada saat kas diterima oleh BLU (apabila hibah berupa uang).
Pendapatan ini dicatat sebesar nilai kas (apabila hibah berupa uang), atau sebesar nilai
wajar pada saat perolehan (barang).
Pendapatan APBN
Pendapatan yang diterima dari APBN, untuk belanja operasional (belanja pegawai &
belanja barang dan jasa), ataupun belanja investasi (belanja modal). Pendapatan ini

4
diakui pada saat pengeluaran belanja dipertanggungjawabkan dengan diterbitkannya
SP2D. Pendapatan ini dicatat sebesar nilai pengeluaran bruto pada belanja pada SPM.
Pendapatan Usaha Lainnya
Pendapatan yang berasal dari hasil kerja sama dengan pihak lain, sewa, jasa lembaga
keuangan, dan pendapatan lainnya yang bukan berasal dari kegiatan utama BLU.
Diakui pada saat diterima, atau hak untuk menagih timbul. Pendapatan ini dicatat
sebesar nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima.
Keuntungan Penjualan Aset Non Lancar
Merupakan selisih harga jual dengan nilai buku aset non lancar. Pendapatan dari
Kejadian Luar Biasa. Merupakan pendapatan yang timbul di luar kegiatan normal BLU,
tidak berulang dan di luar kendali BLU.
Pendapatan-pendapatan tersebut disajikan secara terpisah pada laporan keuangan untuk setiap
jenis pendapatan, dan rinciannya diungkapkan pada Catatan Atas Laporan Keuangan.
2. Akuntansi Belanja
Belanja BLU terdiri dari unsur biaya yang sesuai dengan struktur biaya pada RBA
definitif. Pengelolaan belanja BLU diselenggarakan secara fleksibel berdasarkan kesetaraan
antara volume kegiatan pelayanan dengan jumlah pengeluaran, mengikuti praktik bisnis yang
sehat.
Apabila belanja BLU melampaui ambang batas fleksibilitas, maka BLU dapat mengajukan
usulan tambahan dari APBN/APBD kepada Menteri Keuangan/PPKD melalui
menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD, namun harus mendapat persetujuan dari Menteri
Keuangan/gubernur/bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
C. Pengesahan Pendapatan dan Belanja BLU
Azas yang digunakan dalam pengesahan pendapatan dan belanja BLU adalah
Pertanggungjawaban Pendapatan dan Belanja yang sumber dananya dari PNBP yang
digunakan langsung. Pendapatan BLU adalah Hak BLU yang diakui sebagai penambah nilai
kekayaan bersih yang telah diterima dalam kas BLU pada periode tahun anggaran yang
bersangkutan. Belanja BLU adalah Kewajiban BLU yang diakui sebagai pengurang nilai
kekayaan bersih yang telah dibayar dari kas BLU pada periode tahun anggaran yang
bersangkutan.

5
Surat Perintah Pengesahan Pendapatan dan Belanja (SP3B) BLU: surat perintah yang
diterbitkan oleh Pejabat Penguji/Penerbit Surat Perintah Membayar (PP-SPM) untuk dan atas
nama Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) kepada Kuasa Bendahara Umum Negara untuk
mengesahkan pendapatan dan atau belanja BLU yang sumber dananya berasal dari Penerimaan
Negara Bukan Pajak (PNBP) yang digunakan langsung.
1. Sumber dana PNBP
Layanan yang diberikan kepada masyarakat;
Hibah tidak terikat danlatau hibah terikat yang diperoleh dari masyarakat atau badan
lain;
Hasil kerjasama BLU dengan pihak laln danlatau hasil usaha lainnya;
Pendapatan lainnya yang sah
Surat Pengesahan Pendapatan dan Belanja (SP2D) BLU: surat yang diterbitkan oleh Kantor
Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) selaku Kuasa Bendahara Umum Negara untuk
mengesahkan pendapatan danlatau belanja BLU berdasarkan SP3B BLU.
2. Penyampaian SP3B BLU
Periode penyampaian adalah triwulanan;
Penyampaian dapat dilakukan satu kali/lebih dari satu kali dalam satu triwulan
Syarat kelengkapan (rangkap 2)
- SP3B BLU;
- Surat Pernyataan Tanggungjawab (SPTJ) yang ditandatangani KPA/Pemimpin
BLU;
- Arsip Data Komputer (ADK) SP3B BLU

3. Ralat SP3B BLU


Ralat SP3B BLU ke KPPN dapat diajukan ketika terdapat kesalahan yang berupa
kesalahan administrasi (mekanisme koreksi) dan atau kesalahan pencantuman jumlah nominal
pendapatan dan atau belanja (mekanisme penyesuaian).
Syarat kelengkapan pengajuan ralat SP3B BLU:
Fotokopi SP3B BLU yang akan diralat;
SPTJ yang ditandatangani KPA/Pemimpin BLU;
ADK dan hard copy ralat SP3B BLU yang dihasilkan dari aplikasi yang telah
disediakan oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan;
Penjelasan penyebab terjadinya kesalahan yang ditandatangani KPA/Pemimpin BLU;
Informasi data supplier (khusus mekanisme penyesuaian)
KPPN menerbitkan ralat SP2B BLU berdasarkan ralat SP3B BLU setelah melakukan:
Pemeriksaan kelengkapan SP2D;
Pengujian terhadap ralat SP3B BLU;
Pencocokan tanda tangan KPA/Pemimpin BLU dengan spesimen tanda tangan

D. Pelaporan Keuangan BLU

6
1. Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan
Dalam rangka pertanggungjawaban atas pengelolaan keuangan dan kegiatan pelayanannya, BLU
menyusun dan menyajikan Laporan Keuangan dan Laporan Kinerja. Tujuan penyusunan laporan
keuangan adalah menyediakan informasi mengenai posisi keuangan, aktivitas keuangan, arus kas, dan
informasi catatan atas laporan keuangan BLU yang bermanfaat bagi para pengguna laporan keuangan
dalam mengambil dan mengevaluasi keputusan ekonomi. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut,
laporan keuangan BLU menyajikan informasi tentang:
aset;
kewajiban;
ekuitas;
pendapatan dan biaya; dan
arus kas
2. Tanggung Jawab atas Laporan Keuangan

Pimpinan BLU bertanggung jawab atas penyusunan dan penyajian laporan keuangan BLU yang
disertai dengan surat pernyataan tanggung jawab yang berisikan pernyataan bahwa pengelolaan
anggaran telah dilaksanakan berdasarkan sistem pengendalian intern yang memadai dan akuntansi
keuangan telah diselenggarakan sesuai dengan standar akuntansi keuangan, serta kebenaran isi laporan
keuangan merupakan tanggung jawab pimpinan BLU.

3. Komponen Laporan Keuangan

Laporan keuangan BLU sekurang-kurangnya terdiri dari :

Laporan Realisasi Anggaran/Laporan Operasional;


Laporan Posisi Keuangan atau Neraca;
Laporan Arus Kas;
Catatan atas Laporan Keuangan

4. Penyajian Laporan Keuangan


Setiap komponen laporan keuangan harus diidentifikasi secara jelas dan menyajikan informasi
antara lain mencakup:
Nama BLU;
Cakupan laporan keuangan, apakah mencakup hanya satu unit usaha atau beberapa unit usaha;
Tanggal atau periode pelaporan;
Mata uang pelaporan dalam Rupiah; dan
Satuan angka yang digunakan dalam penyajian laporan keuangan

7
5. Penyampaian Laporan Keuangan
Laporan Keuangan BLU disampaikan secara berjenjang kepada menteri/pimpinan lembaga serta
kepada Menteri Keuangan c.q. Direktur jenderal Perbendaharaan setiap triwulan, semester, dan tahun.
Laporan Keuangan triwulanan terdiri dari laporan realisasi anggaran/laporan operasional, laporan arus
kas, dan catatan atas laporan keuangan, disertai laporan kinerja. Laporan Keuangan semesteran dan
tahunan terdiri dari laporan realisasi anggaran/laporan operasional, neraca, laporan arus kas, dan catatan
atas laporan keuangan, disertai laporan kinerja.
Penyampaian Laporan Keuangan BLU dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
laporan triwulanan paling lambat tanggal 15 setelah triwulan berakhir;
laporan semesteran paling lambat tanggal 10 setelah semester berakhir;
laporan tahunan paling lambat tanggal 20 setelah tahun berakhir
Dalam hal tanggal penyampaian Laporan Keuangan BLU jatuh pada hari libur, penyampaian
Laporan Keuangan paling lambat dilaksanakan pada hari kerja berikutnya.
6. Konsolidasi Laporan Keuangan
Laporan Keuangan BLU merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan
kementerian negara/lembaga. Dalam rangka konsolidasi Laporan Keuangan BLU dengan Laporan
Keuangan, kementerian negara/lembaga, BLU menyampaikan Laporan Keuangan sesuai dengan SAP
setiap Semester dan tahun. Laporan Keuangan tersebut terdiri dari LRA, neraca, dan catatan atas
Laporan Keuangan sesuai dengan SAP dilampiri dengan Laporan Keuangan yang sesuai dengan SAK/
standar akuntansi industri spesifik.
BLU membuat Laporan Keuangan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK). BLU
merupakan satker kementerian/lembaga, oleh karena itu laporan keuangan BLU dikonsolidasikan
dengan laporan keuangan kementerian/lembaga. Konsolidasi laporan keuangan dapat dilakukan jika
digunakan prinsip-prinsip akuntansi yang sama. BLU menggunakan SAK sedangkan laporan keuangan
kementerian negara/lembaga menggunakan SAP, karena itu BLU mengembangkan sub sistem
akuntansi yang mampu menghasilkan laporan keuangan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Komponen Laporan Keuangan BLU yang dikonsolidasikan ke dalam laporan keuangan
kementerian negara/lembaga meliputi:
Laporan Realisasi Anggaran/ Laporan Operasional;
Neraca

Sistem akuntansi BLU memproses semua pendapatan dan belanja meliputi pendapatan yang
bersumber dari pendapatan usaha dari jasa layanan, hibah, penerimaan APBN, dan pendapatan usaha
lainnya, sehingga laporan keuangan yang dihasilkan sistem akuntansi tersebut mencakup seluruh
transaksi keuangan pada BLU:

8
Transaksi keuangan BLU yang bersumber dari pendapatan usaha dari jasa layanan, hibah,
penerimaan APBN, dan pendapatan usaha lainnya wajib dilaporkan dalam Laporan Realisasi
Anggaran kementerian negara/lembaga dan Pemerintah. Oleh karena itu transaksi tersebut
harus disahkan oleh KPPN dengan mekanisme SPM dan SP2D setiap triwulan. Dengan
demikian pelaksanaan Sistem Akuntansi Instansi di BLU juga dilakukan secara kumulatif setiap
triwulan. BLU melakukan rekonsiliasi atas pendapatan dan belanja dengan KPPN setiap
triwulan
Pos-pos neraca terdiri dari aset, kewajiban, dan ekuitas juga dikonsolidasikan ke neraca
Kementerian negara/lembaga. Untuk tujuan ini perlu dilakukan reklasifikasi pos-pos neraca
agar sesuai dengan SAP dengan menggunakan Bagan Akun Standar yang ditetapkan oleh
Menteri Keuangan

Dalam rangka menyiapkan laporan keuangan untuk tujuan konsolidasi, sistem akuntansi BLU juga
harus menghasilkan data elektronis berupa file Buku Besar/Arsip Data Komputer (ADK) yang dapat
digabungkan oleh UAPPA-E1/UAPA dengan menggunakan aplikasi Sistem Akuntansi Instansi (SAI)
tingkat Eselon I atau kementerian negara/lembaga. Dengan demikian laporan keuangan yang dihasilkan
pada tingkat Eselon I atau kementerian/ lembaga telah mencakup laporan keuangan BLU.

Dalam hal sistem akuntansi keuangan BLU belum dapat menghasilkan laporan keuangan untuk
tujuan konsolidasi dengan laporan keuangan kementerian/lembaga, BLU perlu melakukan konversi
laporan keuangan berdasarkan SAK ke dalam laporan keuangan berdasarkan SAP. Proses konversinya
mencakup pengertian, klasifikasi, pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan atas akun-akun neraca
dan laporan aktivitas/operasi.

Referensi:

Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 Jo Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012
tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum;
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2012 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum;
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 44/PMK.05/2009 tentang Rencana Bisnis & Anggaran
serta Pelaksanaan Anggaran BLU jo. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 92/PMK.05/2011;
Peraturan Dirjen Perbendaharaan Nomor PER 55/PB/2011 tentang Tata Cara Revisi Rencana
Bisnis dan Anggaran Definitif dan Revisi Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran BLU;
Peraturan Menteri Keuangan nomor 76/PMK.05/2008 tentang Pedoman Akuntansi dan
Pelaporan Keuangan Badan Layanan Umum;
Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER- 9 /PB/2011 tentang Mekanisme
Pengesahan Pendapatan dan Belanja Satuan Kerja Badan Layanan Umum;
Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER- 2 /PB/2015 tentang Perubahan atas
Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER- 9 /PB/2011 tentang Mekanisme
Pengesahan Pendapatan dan Belanja Satuan Kerja Badan Layanan Umum

Anda mungkin juga menyukai