Sebagai internal auditor, sangat mungkin kasus serupa terjadi pada kita. Sekarang mari
kita berandai-andai apabila kita sebagai auditor menghadapi penolakan dari auditee untuk
diperiksa maka apa yang harus kita lakukan?
Masih banyak ditemukan diberbagai perusahaan baik lokal maupun PMA dimana
Internal Audit Managernya melapor kepada Presiden Direktur bukan kepada komite
audit yang lebih independen. Sementara mereka melakukan audit terhadap unit kerja
yang pimpinannya mempunyai jabatan Direktur.
Sering juga terjadi auditee yang merasa senior baik dari segi usia maupun
lamanya bekerja di perusahaan tersebut menyebabkan dia menganggap auditor tidak
pantas melakukan audit terhadap unitnya atau terhadap dirinya. Aku lebih tahu dan lebih
pengalaman dari auditor.
Pada suatu waktu saya bertemu dengan seorang teman auditor dari sebuah perusahaan di
mana saya dulu pernah bekerja. Dulu kami bekerja dalam satu tim. Teman ini bercerita bahwa
Internal Audit Manager yang sekarang (baru) selalu berbeda pendapat dengan dia, beberapa
auditee bersikap kurang kooperatif terhadap dia dan akibatnya berpengaruh terhadap tim
internal auditor di lapangan. Secara kebetulan saya sangat mengenal sang manajer baru
tersebut, karena dia sebelumnya bekerja di unit lain, bukan sebagai auditor.
Saya kebetulan masih ingat bahwa, sang manajer ini pernah punya catatan masalah di
perusahaan yaitu pengambilan cash advance oleh salah satu karyawati kontrak atas instruksinya
dan uang tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan. Selain itu, diduga (kami tidak
mempunyai bukti) ada hubungan khusus antara sang manajer dengan karyawati tersebut. Dan
kasus ini sudah bukan rahasia di kalangan manajer lain. Ini adalah satu penyebab mengapa
beberapa auditee tidak bersikap kooperatif terhadapnya. Sekali auditor mempunyai catatan
buruk di mata dan telinga auditee, akan mempersulit baginya dalam melakukan audit.
Keadaan ini diperburuk bahwa dia samasekali belum pernah mendapatkan pelatihan auditing,
dengan demikian kualifikasinya sebagai auditor bisa dipertanyakan oleh auditee.
Jawaban atas pertanyaan penyebab penolakan dapat kita peroleh dengan wawancara langsung
dengan auditee, dengan pimpinannya, atau jika perlu wawancara dengan staff di unit auditee
karena mungkin terjadi pimpinan auditee enggan menjawab atau menjawab tidak dengan
sebenarnya.
Setelah mengetahui penyebab penolakan auditee, kita dapat menyusun langkah berikutnya
apakah tetap dengan rencana pemeriksaan seperti semula atau membicarakannya dengan
pimpinan tertinggi di perusahaan atau kita sebagai internal auditor harus memperbaiki diri dulu
sebelum melakukan pemeriksaan?
Jadi langkah berikutnya sangat tergantung dari jawaban atas penyebab penolakan
auditee.
Jika kita menghadapi penolakan kategori pertama, maka yang bisa kita lakukan adalah
menyampaikan permasalahan ini kepada pimpinan tertinggi di perusahaan. Namun, jika kita
menghadapi penolakan kategori kedua, instropeksi diri dan perbaiki dirilah sebagai auditor.
SUMBER: http://indrawaninternalauditor.blogspot.co.id/2011/08/auditee-menolak-
diperiksa.html