Anda di halaman 1dari 81

KAJIAN YURIDIS TERHADAP PROSTITUSI ONLINE

DI INDONESIA

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum


Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh:

AHMAD ROSYADI
NIM: 106043201273

KONSENTRASI PERBANDINGAN HUKUM PROGRAM STUDI


PERBANDINGAN MADZHAB DAN HUKUM FAKULTAS
SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011 M
KAJIAN YURIDIS TERHADAP PROSTITUSI ONLINE
DI INDONESIA

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Syariah ( S.Sy )

Oleh

AHMAD ROSYADI
106043201273

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM


NIP. 195505051982031012

KONSENTRASI PERBANDINGN HUKUM PRODI


PERBANDINGAN MADZHAB DAN HUKUM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011 M
Pengesahan Panitia Ujian
Pengesahan Panitia Ujian
Skripsi yang berjudul "Kajian Yuridis Terhadap Prostitusi Online Di Indonesia" telah
Skripsi yang berjudul Kajian Yuridis Terhadap Prostitusi Online Di Indonesia
diajukan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum DIN Syarif Hidayatullah
telah diajukan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Jakarta pada tanggal 20 Juni 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk
Hidayatullah Jakarta pada tanggal 20 Juni 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah
memperoleh gelar strata satu yaitu Sarjana Syariah (S.Sy) pada prodi Perbandingan Madzhab
satu syarat untuk memperoleh gelar strata satu yaitu Sarjana Syariah (S.Sy) pada prodi
dan Hukum dengan Konsentrasi Perbandingan Hukum.
Perbandingan Madzhab dan Hukum dengan Konsentrasi Perbandingan Hukum.

Jakarta, 23 Agustus 2011


Mengesahkan,
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM


NIP. 1955 0505 1982 03 1 012

PANITIA UJIAN
PANITIA UJIAN

Ketua : Dr. H. Muhammad Taufiki, M.Ag


Ketua : DR.
NIP. H. Muhammad Taufiki, M.Ag
196511191998031002 : ( )
NIP. 1965 1119 1998 03 1 002

Sekretaris : Fahmi Muhammad Ahmadi, S.Ag, M.Si


Sekretaris
NIP:)
.F1a9h7m4i1M21.3ANIP.
2h0m 03a11213
1974
d2i,1M00.2Si
2003 12 1 002
: (

Pembimbing : Prof Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM :


PembimbingNIP: .P1ro9f5.5D05r.0H51. 9M8.2A03m1i0n12Suma, SH, MA, MM : (
)
NIP. 1955 0505 1982 03 1 012

Penguji I : Dedy Nursamsi, SH, M.Hum


Penguji I : D e d y N u r sa m s i, S H , M .Hum :
NIP (. )
1 9 6 11 1 0 1 1NIP.
991961
3 0 1101
3 101993
0 203 1 002

Penguji II : Fahmi Muhammad Ahmadi, S.Ag, M. Si


Penguji II NIP: .Fahmi M. Ahmadi, M.Si
197412132003121002 : ( )
NIP. 1974 1213 2003 12 1 002
LEMrnARPERNYATAAN
LEMBAR PERNYATAAN

DDngan ini ini


eengan saya
saya menyatakan
menyatakan bahwa
bahwa : :

1.1. Skripsi
Skripsiini
inimerupakan
merupakan hasik
hasik karya
karya asli
asli saya
saya yang
yang diajukan
diajukan untuk
untuk memenuhi
memenuhi

salah satu
salah satu persyaratan
persyaratan memperoleh
memperoleh gelar
gelar srata
srata II di
di Universitas
Universitas Islam
Islam Negeri
Negeri

SyarifHidayatuUah
(UIN) Syarif
(UIN) Jakarta.
Hidayatullah Jakarta.

2.2. Semua
Semua sumber
sumber yang
yang saya
saya gunakan
gunakan dalam
dalam penulisan
penulisan telah
telah saya
saya cantumkan
cantumkan

sesuai dengan
sesuai dengan ketentuan
ketentuan yang
yang berlaku
berlaku didi Universitas
Universitas Islam
Islam Negeri
Negeri (UIN)
(UIN)

Syarif
SyarifHidayatullah
HidayatullahJakarta.
Jakarta.

3.3. Jika
Jika dikemudian
dikemudian hari
hari terbukti
terbukti bahwa
bahwa karya
karya ini
ini bukan
bukan hasil
hasil karya
karya saya
saya atau
atau

merupakan
merupakan hasil
hasil jiplakan
jiplakan dari
darikarya
karya orang
orang lain,
lain, maka
maka saya
saya bersedia
bersedia menerima
menerima

sanksi
sanksi yang
yang berlaku
berlaku di
di Universitas
Universitas Islam
Islam Negeri(UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.
Jakarta.

JJaakkaarrttaa,, 2233 AAgguussttuuss 22001111

Ahmad Rosyadi
Ahmad Rosyadi





KATA PENGANTAR

Puji syukur selalu dipanjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah


me
limpahkan rahmat, hidayah dan kenikmatan-Nya, sehingga penyusun dapat
me
nyelesaikan skripsi yang berjudul Kajian Yuridis Terhadap Prostitusi Online
Di
Indonesia. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada revolusioner
sej
ati Nabi Muhammad SAW. beserta seluruh keluarga, sahabat dan para
pe
gikutnya.
n
Penyusunan skripsi ini tidak mungkin bisa terselesaikan apabila tanpa

tuan dari berbagai pihak. Berkat pengorbanan, perhatian, serta motivasi mereka,
ban
k secara langsung maupun tidak langsung, skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh
bai
ena itu, penyusun mengucapkan ucapan terima kasih dan penghargaan yang
kar

set

1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM. Dekan Fakultas Syariah

dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sekaligus menjadi

pembimbing yang telah banyak memberi nasehat serta masukan dalam

penyelesaian dan penyempurnaan skripsi ini.

2. Dr. H. Muhammad Taufiki, M.Ag. Ketua Program Studi Perbandingan

Madzhab dan Hukum (PMH) dan Fahmi Muhammad Ahmadi, S.Ag, M.si.

Sekretaris Program Studi yang telah tulus dan ikhlas meluangkan waktunya

untuk membantu dalam berbagai hal yang berhubungan dengan akademis.

v
vi

3. Dosen dan staf karyawan Fakultas Syariah dan Hukum yang telah membantu

memberi kemudahan dan kelancaran dalam penyusunan skripsi ini.

4. Pengurus Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum, pengurus Perpustakaan

Utama yang telah mengizinkan untuk meminjam buku-buku yang dibutuhkan

dalam penyusunan skripsi ini.

5. Kedua orang tua, Bapak H.Saalih dan Ibu Rosadah yang telah memberikan

curahan cinta, waktu dan tenaga sehingga penyusun dapat menyelesaikan

studi ini dan tidak lupa adik tercinta Nurmala Sari, terimasih atas

keceriaannya.

6. Semua teman-teman PMH angkatan 2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

khususnya teman-teman Konsentrasi Perbandingan Hukum (PH) yang

menjadi teman abadi dalam menuntut ilmu serta tidak lupa teman-teman PH

Community dengan kenangan indahnya bermain dan belajar. Tunangan

tercinta, Yayu Setyaningsih, terimakasih untuk kesetiaan, kasih sayang,

kesabaran dan motivasinya sehingga skripsi ini terselesaikan.

Akhir kata tidak ada gading yang tak retak, penyusun menyadari bahwa dalam

penyusunan skripsi ini masih sangat jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan

kritik yang konstruktif dari berbagai pihak sangat penyusun harapkan. Penyusun

berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun sendiri, dan

umumnya bagi siapa saja yang berkepentingan.

Jakarta, 23 Agustus 2011

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ..................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI ............................ iii

LE MBAR PERYATAAN .................................................................................... iv

KATA PENGANTAR .......................................................................................... v

DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii

BAB I : PENDAHULUAN.......................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah............................................................ 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah................................................. 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 6

D. Metode Penelitian...................................................................... 7

E. Teknik Penulisan ....................................................................... 9

F. Sistematika Penulisan ............................................................... 9

BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG PROSTITUSI ONLINE ....... 11

A. Pengertian Prostitusi ................................................................ 11

B. Media Yang digunakan ............................................................. 15

C. Mata Rantai Serta Faktor Penyebab Prostitusi Melalui Media

Online Online ............................................................................ 22

vii
viii

BAB III : KAJIAN YURIDIS TERHADAP PROSTITUSI ONLINE

MENURUT HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM.......... 29

A. Menurut Undang-Undang RI No.11 Tahun 2008 Tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik .......................................... 29

B. Menurut Undang-Undang RI No.44 Tahun 2008 Tentang

Pornografi.................................................................................. 35

C. Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana ...................... 44

D. Menurut Hukum Islam .............................................................. 48

E. Titik Persamaan dan Perbedaan ................................................ 58

BAB IV: PENUTUP ...................................................................................... 62

A. Kesimpulan ............................................................................... 62

B. Saran.......................................................................................... 64

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 66

LAMPIRAN .......................................................................................................... 69

A. Contoh Forum Prostitusi Online .................................................... 70

B. Contoh Jejaring Sosial Untuk Transaksi Prostitusi Online ............ 72

C. Contoh Program Dalam Transaksi Prostitusi Online ..................... 73


BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pada saat ini perkembangan ilmu pengetahuan sudah sangat pesat,

ditambah dengan kemajuan teknologi yang mendukungnya. Dengan berjalannya

perkembangan tersebut membuat kehidupan manusia menjadi berubah dalam

banyak bidang, seperti cara bergaul, gaya hidup maupun dalam berbusana.

Perubahan itu ada yang membawa ke sisi positif dan negatif di dalam kehidupan

masyarakat, bahkan ada yang kemudian membuat masyarakat resah dan khawatir

karenanya.

Perkembangan yang terjadi terutama lingkungan yang berhubungan

A. dengan teknologi adalah yang paling banyak mengubah tata kehidupan manusia

seperti sebuah kegiatan yang sebelumnya biasa dilakukan sampai dengan adanya

teknologi yang mempermudahnya dan pada akhirnya merubah tata kehidupan

masyarakat.Hal itu sebenarnya sah-sah saja, namun dampaknya akan terasa

bahwa nilai kehidupan masyarakat akan memudar sedikit demi sedikit. Karena

bagaimanapun dalam kehidupan masyarakat pasti mempunyai tata aturan

kehidupan yang harus dijunjung tinggi, dalam alam sadar manusia pasti

menginginkan tujuan kehidupan yang damai, tentram dan teratur sekaligus

mencoba mengatasi masalah-masalah yang menghalangi tujuan kehidupan itu

tercapai, salah satu masalah itu adalah penyakit sosial. Dalam masyarakat tentu

1
2

akan menolak penyakit sosial ini dan mencoba menanggulanginya, namun tentu

saja ada pihak-pihak yang mencoba untuk mempertahankannya. Di antara

masalah sosial yang banyak terjadi di masyarakat Indonesia adalah prostitusi.

Masalah prostitusi adalah masalah yang rumit, banyak hal yang

berhubungan disana oleh karena itu masalah ini sangat perlu perhatian khusus

oleh masyarakat. Prostitusi, sebuah bisnis yang identik dengan dunia hitam ini

merupakan salah satu bisnis yang mendatangkan uang dengan sangat cepat. Tidak

perlu modal banyak, hanya beberapa tubuh yang secara profesional bersedia

untuk dibisniskan. Karena itulah sampai kapanpun bisnis ini tidak akan menemui

masa masa sulit. Prostitusi bukan hanya berdampak pada mereka yang

melakukannya yaitu perlaku dan pemakai jasanya akan tetapi juga berimbas

kepada masyarakat luas, prostitusi atau pelacuran bahkan membahayakan bagi

kehidupan rumah tangga yang terjalin sampai bisa menimbulkan tindak pidana

kejahatan dan lain sebagainya. Agama sebagai salah satu pedoman dalam hidup

sama sekali tidak dihiraukan oleh mereka yang terlibat di dalam praktek prostitusi

ini dan benar-benar merupakan perbuatan yang dilarang oleh agama. Pelacuran

bukan hanya sebuah gejala individu akan tetapi sesudah menjadi gejala sosial dari

1
penyimpangan seksualitas yang normal dan juga agama.

Islam sebagai agama yang menjunjung tinggi norma bermasyarakat tentu

mengatur dan memberi perhatian khusus mengenai masalah penyakit sosial ini.

1
Terence H, Hull, Endang Sulistianingsih, Gavin W.J, Pelacuran di Indonesia (Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, 1997), h. 3
3

Pandangan Islam prostitusi sudah dimaklumi, bukan saja oleh kalangan Islam

sendiri, tapi juga oleh masyarakat luas yang berlainan agama. Di samping

hukumnya haram dan termasuk dosa besar, Islam memandang perbuatan itu

sebagai tindakan tercela dan punya sanksi berat. Islam tidak membedakan, apakah

tindakan zina dilakukan atas dasar suka sama suka, paksaan, oleh bujangan atau

yang sudah berumah tangga. Tidak beda pula, apakah ada tuntutan ke pengadilan

atau tidak, semuanya dipandang sebagai perbuatan zina. Dalam Al-Quran

disebutkan dalam Al-Isra (17) ayat 32 mengenai masalah prostitusi yang pasti

berujung pada perzinahan yaitu:

dan janganlah kamu mendekati zina sesungguhnya zina itu adalah suatu

perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.

Islam mempunyai sikap yang preventif (pencegahan) dalam perzinahan,

Islam memberikan ketentuan bahwa pelaku zina akan dikenakan hukuman, dan

dalam hukumannya dibedakan menjadi dalam dua jenis yaitu menurut

pelakunya,yang pertama adalah Zina Ghairu Muhshan yaitu zina yang dilakukan

oleh laki-laki dan perempuan yang belum berkeluarga, kedua Zina Muhshan yaitu

zina yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan yang sudah berkeluarga

2
(bersuami/beristri) . Tujuan dari hukum tersebut tentu saja untuk membuat para

pelakunya jera dan untuk menyelamatkan orang lain dari perbuatan yang keji ini.

Masyarakat biasanya mengetahui bahwa prostitusi ini dilakukan di sebuah

daerah atau tempat, baik itu di pinggir jalan, pinggir rel, lokalisasi ataupun tempat
2
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), h. 29
4

lainnya dengan cara pelaku menjajakan dirinya dan menunggu pelanggan

pengguna jasanya datang. Dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi sekarang ini serta pengaruh globalisasi cara-cara yang dilakukan dalam

bertransaksi sudah bermacam-macam, tidak lagi dengan saling bertemu di tempat-

tempat yang biasa menjajakan diri. Menggunakan Media Internet adalah salah

satunya.

Berbagai alasan orang-orang yang tidak bertanggung jawab menggunakan

media internet ini sebagai sarana mempromosikan pelacuran, seperti alasan

strategis danaman. Media ini memang lebih aman jika dibandingkan dengan

langsung menjajakan di pinggir jalan ataupun tempat lokalisasi. Dengan adanya

media ini seseorang bisa lebih leluasa dalam bertransaksi, tidak harus saling

bertemu langsung antara seorang pelaku prostitusi dengan orang yang ingin

memakai jasanya.

Peraturan yang ada di Indonesia seharusnya sudah mampu untuk

menggulung praktek prostitusi melalui dunia maya ini. Namun sayangnya dengan

kendala keterbatasan yang ada pemerintah belum mampu untuk menutup situs-

situs dunia maya yang jelas-jelas berbau praktek protitusi. Memang dimasa

sekarang, teknologi seperti mata pisau, yang satu dapat digunakan untuk hal-hal

yang baik dan jika digunakan oleh orang yang tidak bertanggung jawab maka

akan menimbulkan kerugian bagi orang lain.

Melihat kenyataan yang ada,menjadikan masalah ini sangat menarik untuk

dikaji. Bagaimana peraturan perundang-undangan di Indonesia serta hukum Islam


5

mampu untuk mengatasi permasalahan sosial di era globalisasi sekarang. Maka

skripsi ini akan membahasnya dalam bentuk penelitian yang berjudul Kajian

Yuridis Terhadap Prostitusi Online Di Indonesia. Dengan harapan masalah

prostitusi ini segera bisa diatasi dan tidak berdampak pada kehidupan masyarakat

yang mana saat ini kesusilaan merupakan masalah yang penting untuk

diperhatikan.

Pembatasan dan Perumusan Masalah

Agar pembahasan dalam skripsi ini lebih terarah dan jelas pokok

permasalahannya, maka perlu adanya batasan hanya seputar prostitusi yang

dilakukan melalui dunia maya, bagaimana pandangan hukum positif dan hukum

Islam mengenainya. Selanjutnya untuk memudahkan dalam penulisan skripsi ini,

B. perlu melakukan kualifikasi bahasan dan masalah dalam satu spesifikasi

berdasarkan tingkat kebutuhan menopang dalam penyusunan tulisan ini, yaitu

dengan membuat rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana operasional prostitusi online dan apa faktor penyebabnya?

2. Bagaimana tinjauan hukum tentang prostitusi melalui media online menurut

hukum positif dan hukum islam?

3. Bagaimanakah sanksi bagi pelaku prostitusi melalui media online ini baik

menurut hukum positif dan hukum islam?


6

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Dengan melakukan penelitian sehubungan dengan judul diatas,

mempunyai tujuan:

1. Untuk mengetahui bagaimana prostitusi online itu bisa terjadi dan apa faktor

penyebab adanya prostitusi melalui media online.

2. Untuk mengetahui bagaimana tinjauan hukum positif dan hukum islam

mengenai prostitusi melalui media online.

3. Untuk mengetahui sanksi yang menjerat pelaku prostitusi melalui media

online ini baik menurut hukum positif dan hukum islam.

Adapun manfaat yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Secara akademis adalah untuk memperluas ilmu pengetahuan di lingkungan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, terutama Fakultas

C. Syariah dan Hukum, khususnya untuk menambah referensi bagi kajian, di

mana penulis sangat berharap agar penelitian skripsi ini memberikan

gambaran dengan jelas mengenai apa itu prostitusi online.

2. Secara praktis, agar masyarakat mengetahui tentang fenomena yang ada di

lingkungan masyarakat terutama tentang masalah penyakit sosial ini. Lebih

mengetahui aturan yang berlaku serta sanksi yang ada sehingga masyarakat

menjauhi perbuatan-perbuatan yang menyangkut hal tersebut.


7

Metode Penelitian

Untuk sebuah karya ilmiah metode penelitian merupakan sebuah hal yang

sangat penting. Untuk itu, pengumpulan data dalam penulisan skripsi ini,

menggunakan metode sebagai berikut:

1. Metode Pendekatan

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan kajian normatif, yaitu

pendekatan yang didasarkan pada kaidah-kaidah yang terdapat dalam

peraturan perundang-undangan, dengan memuat deskripsi yang diteliti

berdasarkan tinjauan pustaka yang dilakukan dengan cermat dan mendalam.

2. Jenis Penelitian

Dalam penelitian hukum ada dua jenis penelitian, yaitu penelitian

normatif dan penelitian empiris/sosiologis atau penelitian lapangan. Penelitian

D. normatif adalah penelitian hukum kepustakaan, di mana dalam penelitian

hukum normatif bahan pustaka merupakan data dasar yang dalam penelitian

digolongkan sebagai data sekunder. Data sekunder tersebut memiliki ruang

lingkup yang sangat luas, sehingga meliputi surat-surat pribadi, buku-buku

harian, buku-buku, sampai pada dokumen-dokumen resmi yang dikeluarkan

3
oleh pemerintah.

Oleh karena itu skripsi ini tentu menggunakan jenis penelitian

normatif karena dalam hal ini penelitian tentang prostitusi melalui media

3
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (suatu tinjauan singkat),
cet.IV, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,1995), h.23.
8

online dengan penelitian hukum kepustakaan. Penelitian ini dilakukan melalui

pendekatan yuridis normatif, yang mempunyai pengertian bahwa penelitian

ini didasarkan pada peraturan hukum yang berlaku dan berkaitan erat dengan

hukum pidana.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data bersifat library

research untuk memperoleh landasan teoritis yang diperoleh dari literatur dan

referensi yang berkaitan dengan tema yang akan dibahas. Dengan demikian

data yang digunakan untuk menunjang penelitian ini adalah:

a. Data Primer meliputi perundang-undangan yang berlaku, yaitu Undang-

Undang RI No.11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi

Elektronik, Undang-Undang RI No.44 Tahun 2008 Tentang Pornografi,

KUHP serta undang-undang lain yang terkait dengan pembahasan ini.

Untuk merujuk pada hukumIslam yaitu Al-Quran dan Al-Hadits.

b. Data Sekunder terdiri dari buku-buku hukum, media cetak, artikel maupun

data dari internet (website) yang ada korelasinya dengan materi yang

menjadi pokok masalah yagn akan dibahas dalam skripsi ini.

4. Teknik Analisis Data

Setelah data tersebut terkumpul, akan dianalisis secara deskriptif

komperatif, dimaksud untuk memberikan gambaran secara jelas, sistematis,

objektif dan kritis yang dipaparkan antara hukum Islam dan hukum positif
9

mengenai fakta-fakta yang bersifat normatif tentang permasalahan yang

dibahas, dengan berusaha menyajikan bahan yang relevan dan mendukung.

E. Teknik Penulisan

Adapun Teknik penulisan dalam skripsi ini berpedoman pada buku

pedoman penulisan skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan skripsi ini, maka disusun dengan

sistematika penulisan yang terdiri dari lima bab, yaitu:

Bab I: Pendahuluan, yang akan memberikan gambaran secara obyektif

untuk memasuki materi selanjutnya. Pendahuluan ini ada pada bab I

sebab merupakan pengantar yang menggambarkan secara umum inti

permasalahan di samping untuk memudahkan pembaca dalam

memahami isi keseluruhan skripsi. Di dalam bab ini diuraikan

mengenai permasalahan atau latar belakang. Perumusan masalah

sebagai dasar dalam bab ini juga memberikan tujuan penelitian dan

manfaat penelitian serta metodologi dan pertanggunggujawaban

sistematika yang digunakan.

Bab II: Memuat tentang Definisi prostitusi secara umum, kemudian

dipaparkan bentuk-bentuk pekerjaan prostitusi yang ada, setelah itu


10

menjelaskan tentang faktor penyebab timbulnya prostitusi online itu

kemudian memberi penjelasan media yang bisa digunakan untuk

melakukan transaksi dalam media online ini.

Bab III: Dalam bab ini akan diuraikan secara tajam tentang pengertian

prostitusi menurut hukum Islam dan hukum positif dalam hal ini

Undang-Undang ITE, Undang-Undang Pornografi dan KUHP,

sanksi-sanksi yang diberikan kepada para pelakunya yang tentu saja

merujuk kepada sumber-sumber hukum masing-masing.

Bab IV: Penutup, yaitu berisikan tentang kesimpulan dan saran-saran dari

penulis. Adapun isi dari kesimpulan adalah tentang jawaban dari

rumusan masalah. Bagian kedua adalah saran. Saran merupakan

rekomendasi penulis kepada dunia ilmu pengetahuan di bidang

hukum khususnya hukum acara pidana. Penutup ini ditempatkan

pada bagian akhir penulisan skripsi ini.


BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG PROSTITUSI ONLINE

A. Pengertian Prostitusi Online

Prostitusi atau juga bisa disebut pelacuran berasal dari bahasa Latin yaitu

pro-situare yang berarti membiarkan diri berbuat zina, melakukan perbuatan

persundalan, pencabulan, pergendakan. Dalam bahasa Inggris prostitusi disebut

prostitution yang artinya tidak jauh beda dengan bahasa latin yaitu pelacuran,

persundalan atau ketunasusilaan. Orang yang melakukan perbuatan prostitusi


1
disebut pelacur yang dikenal juga dengan WTS atau Wanita Tuna Susila.

Pelacuran dalam kamus Bahasa Indonesia dijelaskan berasal dari kata

lacur yang bearti malang, celaka, sial, gagal, atau buruk laku. Pelacur adalah

perempuan yang melacur, sundal, wanita tuna susila. Pelacuran adalah perihal

menjual diri sebagai pelacur, penyundalan. 2 Menurut William Benton dalam

Encyclopedia Britanica, pelacuran dijelaskan sebagai praktek hubungan seksual

yang dilakukan sesaat, yang kurang lebih dilakukan dengan siapa saja
3 4
(promiskuitas) untuk imbalan berupa uang. Sedangkan secara terminologis,

1
Kartini Kartono, Patologi Sosial (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 1997), Jil I Edisi 2,
h.177
2
W.J.S Poerdarmita: (Diolah kembali oleh pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan), Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: PN Balai
Pustaka, 1984), h.548
3
Promiskuitas adalah Hubungan seks secara bebas dan ketidak acuhan emosional, melakukan
hubungan seks tanpa emosi, tanpa perasaan cinta kasih atau afeksi dan dilakukan dengan pria manapun
juga, dengan banyak laki-laki.

11
12

pelacuran atau prostutisi adalah penyediaan layanan seksual yang dilakukan


5
oleh laki-laki atau perempuan untuk mendapatkan uang atau kepuasan. Menurut

Mulia, T.S.G et.al dalam ensiklopedia Indonesia dijelaskan bahwa pelacuran itu

bisa dilakukan baik oleh kamu wanita maupun pria. Jadi ada persamaan predikat

pelacuran antara laki-laki dan wanita yang bersama-sama melakukan perbuatan

hubungan kelamin diluar perkawinan. Dalam hal ini cabul tidak hanya berupa

hubungan kelamin diluar nikah saja, akan tetapi termasuk pula peristiwa
6
homoseksual dan permainan-permainan seksual lainnya.

Selanjutnya oleh Kartini Kartono dalam bukunya Patologi Sosial

memberikan definisi pelacuran adalah sebagai berikut:

1. Pelacuran merupakan peristiwa penjualan diri (persundalan) dengan gejala


jalan memperjualbelikan badan, kehormatan dan kepribadian banyak orang
untuk memuaskan nafsu-nafsu seks dengan imbalan pembayaran.
2. Prostitusi adalah bentuk penyimpangan seksual, dengan pola-pola organisasi
impuls/dorongan seks yang tidak wajar dan tidak teritegrasi dalam bentuk
pelampiasan nafsu-nafsu seks tanpa kendali dengan banyak orang atau
Promiskuitas, disertai eksploitasi seks yang impersonal tanpa afeksi sifatnya.
3. Pelacuran ialah perbuatan perempuan atau laki-laki yang menyerahkan
7
badannya untuk berbuat cabul secara seksual dengan mendapatkan upah.

4
Tahnh-Dam Truong, Pariwisata dan Pelacuran di Asia Tenggara, Terjemahan: Moh. Arif
(Jakarta: LP3ES, 1992). H.l15
5
Robert P.Masland, Jr. David Estridge, Apa yang Ingin Diketahui Remaja Tentang Seks,
(Jakarta: Bumi Aksara, 1987), h.134
6
Mulia, T.S.G, et.al dalam Ensiklopedi Indonesia yang sebagaimana dikutip oleh Kartini
Kartono, Patologi Sosial, h.184
7
Ibid, h.185
13

G.May dalam bukunya Encyclopedia of Social Science yang dikutip oleh

Kartini Kartono, G.May menekankan masalah barter atau perdagangan secara

tukar-menukar, yaitu menukar pelayanan seks dengan bayaran uang, hadiah atau

barang berharga lainnya. Pihak pelacur mengutamakan motif-motif komersil atau

alasan keuntungan materil. Sedangkan pihak laki-laki mengutamakan pemuasan


8
nafsu-nafsu seksual.

Sebuah definisi pelacuran yang kurang moralistis diajukan oleh Gagnon


J.H (1968) dalam bukunya Prostitution dalam International Encyclopedia of
Social Science, sebagaimana yang dikutip oleh Thanh-Dam Truong dalam
bukunya Seks, Uang dan Kekuasaan, memandang pelacuran sebagai pemberian
akses seksual pada basis yang tidak diskriminatif untuk memperoleh imbalan baik
berupa barang atau uang, tergantung pada kompleksitas sistem ekonomi.
Pembayaran diakui bagi perilaku seksual yang spesifik. Jadi pelacur didefinisikan
sebagi professional berdasarkan pertukaran moneter dan kelangkaan pelayanan
yang disediakan. Pelayanan ini diasumsikan tidak tersedia didalam lingkup
9
hubungan seksual non komersial.
Menurut masyarakat luas prostitusi atau pelacuran adalah persenggamaan

antara pria dan wanita tanpa terikat piagam pernikahan yang sah. Perbuatan ini

dipandang rendah dari sudut moral dan akhlak, dosa menurut agama, tercela dan

8
G.May dalam bukunya Encyclopedia of Social Science yang dikutip oleh Kartini Kartono,
Patologi Sosial, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 1997) Jil.I Edisi 2 h.184
9
Gagnon J.H Prosatitution, dalam International Encyclopedi of Science, vol.12 (Macmillan
and Free Press, New York, 1968), sebagaimana dikutip oleh Than-Dan Truong, Seks, Uang dan
Kekuasaan h.17
14

jijik menurut penilaian masyarakat di Indonesia. Akan tetapi pelacuran adalah

10
salah satu profesi dan lahan bisnis untuk tujuan ekonomi.

Kembali kepada pembahasan mengenai prostitusi online yang

pengertiannya masih belum jelas, oleh karena itu perlu ada pemetaan kata.

Prostitusi online terbagi menjadi dua kata yaitu prostitusi yang pengertiannya

sudah dibahas diatas dan kata online di Bahasa Indonesia kan mengandung arti

terhubung. Sebenarnya dua kata tersebut sulit diartikan kedalam satu pengertian.

Pembahasan mengenai prostitusi online ini membahasa mengenai praktek

prostitusi atau pelacuran dengan menggunakan media internet atau online sebagai

sarana transaksi bagi mereka psk dan yang ingin menggunakan jasanya.

Walaupun jika ingin kita perdalam maknanya maka pengertian dari prostitusi

online adalah transaksi pelacuran yang menggunakan media internet sebagai

sarana penghubung antara psk dengan yang ingin menggunakan jasanya. Jadi
internet hanya sebagai sarana penunjang atau penghubung saja. Tidak seperti pada

umumnya transaksi psk yang mengunggu pelanggannya dipinggir-pinggir jalan.

Semua definisi-definisi yang disebutkan memiliki masalahnya sendiri karena

didefinisikan dari masyarakat yang berbeda yang pada dasarnya memiliki standar

sosial dan moral yang berbeda-beda tentang prostitusi atau pelacuran itu.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa paling tidak terdapat

empat ciri utama dalam definisi pelacuran yang dapat ditegakkan, yakni:

bayaran,

perselingkuhan, ketidakacuhan emosional, mata pencarian. Dalam banyak

10
Sahal Mahfudz, Nuansa Fiqh Sosial, (Yogyakarta, LKis, 1994) h.95
15

definisi diatas dan pembahasan-pembahasan literatur uang sebagai sumber

pendapatan dianggap factor paling umum dalam dunia pelacuran. Pebuatan zina

adalah salah satu diantara sebab-sebab dominan yang mengakibatkan kerusakan

dan kehancuran peradaban, menularkan penyakit-penyakit yang sangat berbahaya,

mendorong orang untuk terus-menerus hidup membujang serta praktek hidup

bersama tanpa nikah. Dengan demikian zina merupakan sebab utama dari pada
11
kemelaratan, pemborosan, pencabulan dan pelacuran.

Karena sebab tersebut diatas maka Islam menetapkan hukuman yang keras

dan berat terhadap pelaku zina. Hukuman tersebut memang berat namun masih

ringan dibandingkan dengan kejahatan yang ditimbulkan oleh perbuatan zina itu

sendiri terhadap masyarakat. Untuk ini Islam memilih mana yang lebih ringan di

antara memberikan hukuman berat kepada pelaku zina dan mempertimbangkan


12
kepentingan masyarakat umum.

B. Media Yang Digunakan

Membahas mengenai prostitusi memang tidak ada habisnya, mereka

pekerja prostitusi semakin canggih dan modern dalam melakukan pekerjaan.

Zaman yang serba digital ini, pekerja prostitusi tidak mau ketinggalan dalam

memanfaatkan teknologi yang ada. Harapan mereka dengan memanfaatkan

11
Sayyid Sabiq. Fikih Sunnah, Jilid 9, Terjemahan: Moh Nabhan Husein (Bandung: PT. Al-
Maarif. 1995). h.87
12
Ibid. h.88
16

ketersediaan teknologi dapat mempermudah pekerjaan mereka. Salah satu

teknologi yang sangat mudah untuk digunakan adalah layanan internet.

Internet di Indonesia memang bukan sesuatu yang baru, namun

pertumbuhannya pesat baru di sekitar tahun 2000-an. Semakin hari pengguna

internet di Indonesia bertambah jumlahnya, begitu pula dengan tarifnya yang

semakin murah, merambah dari kota hinggak ke pelosok-pelosok desa dan dapat

diakses dari macam media.

Internet bagaikan sebuah pisau, tergantung siapa yang memegang pisau

tersebut, jika digunakan oleh seorang juru masak maka dia akan menggunakannya

untuk memotong sayuran akan tetapi jika digunakan oleh seorang pembunuh

maka pisau tersebut akan digunakannya untuk membunuh. Intenet pun demikian,

dapat digunakan untuk hal-hal yang sangat bermanfaat seperti mencari informasi

ilmiah, berita terbaru, berbicara dengan kawan dan banyak hal lainnya, akan

tetapi dapat juga digunakan untuk hal-hal negatif dan merugikan orang lain,

seperti pencurian kartu kredit, membajak atau merusak website orang lain dan

termasuk untuk kegiatan prostitusi. Untuk di Indonesia praktek prostitusi dengan

menggunkan internet ini pun terbilang masih baru, seiring dengan perkembangan

internet di Indonesia itu sendiri.

Pekerja prostitusi biasa menggunakan internet untuk memperlancar

aksinya dan akan merasa lebih aman dari razia petugas, karena biasanya mereka

menjajakan dipingir-pinggir jalan raya, dengan adanya internet mereka tidak perlu
17

lagi. Disini ada beberapa macam media internet yang digunakan oleh pekerja

prostitusi untuk melakukan pekerjaannya:

1. Website

Website disini biasanya dibuat oleh orang lain. Website biasanya

digunakan untuk menampilkan mereka dengan data-data dengan lengkap

seperti foto, umur, postur tubuh, harga dan lain-lainnya. Dalam bertransaksi

protitusi di website tersebut terdapat nomor telpon yang dapat dihubungi.

Baik itu nomor langsung ke pekerja prostitusi atau nomor mucikari yang

berhubungan dengan websiter tersebut yang lalu akan mengubungi pekerja

prostitusi. Contoh website penyedia pekerja prostitusi adalah

www.hartonosejakdulu.com dan www.deliveryjakarta.co.cc atau


13
www.dennymanagement.multyplay.com

website tersebut sudah ditutup sekarang karena telah terazia oleh polisi.

Namun ini membuktikan bahwa website penyedia layanan prostitusi memang

ada di Indonesia.

2. Forum

Forum sebenarnya berwujud sebuah website, namun dengan

perkembangannya dengan adanya website 2.0 yaitu dimana seseorang

pengguna diluar pemilik asli dari website tersebut dapat melakukan kontribusi

13
Oktavia, Situs Prostitusi Online, diakses pada 2 Januari 2011 dari
http://www.oktavia.com/www-deliveryjakarta-cc-cc-dennymanagement-multiply-com.htm
18

di website tersebut baik berupa tulisan artikel ataupun melakukan diskusi-

diskusi. Lagi-lagi ini merupakan sebuah penyimpangan dari perkembangan

teknologi yang ada. Lain dengan website berbasis satu arah forum disini kita

dapat melakukan interaksi dengan banyak orang, untuk ikut bergabung

didalam forum ini kita harus terlebih dahulu mendaftar, disini siapa saja boleh

mendaftar oleh karena ini media ini juga digunakan oleh pihak yang ingin

mencari keuntungan di bisnis prostisusi. Dalam bertransaksi prostitusi, forum

umumnya lebih aman dari website standar, ini dikarena forum lebih eksklusif

seperti dengan aturan harus mendaftar terlebih dahulu menjadi anggota, selain

itu anggota-anggota yang menjadi mucikari tidak sembarangan memberikan

data pekerja prostitusi biasanya hanya berupa foto saja. Untuk mendapatkan

pekerja prostitusi yang diinginkan syarat yang paling ketat adalah aktif

diforum tersebut, jadi tidak sembarang orang atau anggota yang baru

mendaftar bisa mendapatkan pekerja prostitusi. Satu lagi yang membuat

forum menjadi lebih aman adalah tingkat rasa kekeluargaan dan keakraban

yang tinggi, oleh karena itu biasanya antar anggota forum sudah saling

mengenal satu dengan lainnya. Ada beberapa forum yang menyediakan sub-

forum khusus untuk bisnis seks ini contohnya www.krucil.com,

www.semprot.com, www.kampus.us, www.ranjang.com dan yang baru-baru

ini telah ditutup oleh administrator nya sendiri www.duniasex.com. Mungkin

itu hanya sebagian saja, masih ada lagi forum-forum lainnya dengan

menyediakan fasilitas yang sama, dari forum-forum yang disebutkan diatas


19

forum krucil lah yang paling besar dan ternama dijagad maya. Forum ini telah

beberapa kali ganti nama dari bb17.com lalu berubah menjadi bebe17.info

sampai akhirnya menjadi krucil.com. Cara transaksi bagi mereka yang ingin

mencari psk di forum terserbut tentu dengan mendaftarkan diri dahulu

menjadi member dan untuk menjadi member disana tidak dipungut biaya

sepeserpun alias gratis. Sebenarnya forum ini tidak hanya berisi tentang hal-

hal yang berbau seks, namun sub forum Underground Service yang

menjadikan forum ini menjadi terkenal. Pada sub forum tersebut banyak

terdapat thread yang berjudul cukup menarik bagi mereka yang ingin

mengunakan jasa psk. Salah satu contohnya adalah thread dengan judul

KLINIK PLUS-PLUS Melayani Berbagai Macam Keluhan Pria didalamnya

terdapat banyak wanita yang menjadi psk, harganya pun cukup mahal sampai

ratusan juta. Bagi mereka yang ingin menggunakan jasa psk dalam

thread
tersebut cukup menghubungi orang yang membuat thread tersebut, lalu dia

akan memberikan no.hp wanita yang telah disepakati selanjutnya pengguna

jasa psk dan psk itu sendiri yang akan menentukan hal lainnya, seperti tempat

bertemu dan lain-lain. Keunikan dari forum ini adalah adanya laporan atau

testimonial dari pengguna jasa psk dengan menuliskan detail-detail mengenai

apa saja yang dilakukannya dengan psk.

3. Jejaring Sosial

Kemunculan situs jejaring sosial atau dalam bahasa Inggris Social

Network diawali dari adanya inisiatif untuk menghubungkan orang-orang dari


20

seluruh belahan dunia. Harapannya agar mereka tetep saling dapat

berhubungan dengan keluarga, sahabat, menemukan kawan lama atau hanya

sekedar bincang-bincang. Jejaring sosial adalah struktur sosial yang terdiri

dari elemen-elemen individual atau organisasi. Jejaring ini menunjukan jalan

dimana mereka berhubungan karena kesamaan sosialitas, mulai dari mereka

yang dikenal sehari-hari sampai dengan keluarga. Istilah ini diperkenalkan


14
oleh profesor J.A. Barnes di tahun 1954.

Indonesia yang merupakan negara cukup pesat perkembangan

teknologinya tidak ingin ketinggalan. Jejaring sosial dengan cepat mewabah

kesegala kalangan, yang paling terkenal dan banyak digunakan adalah jejaring

sosial facebook. Indonesia merupakan negara peringkat ke dua pengguna


15
facebook, lebih dari 27 juta akun terdaftar dari Indonesia . Itu hanya dari

jejaring sosial facebook saja belum lagi jejaring sosial lainnya yang setiap

saat muncul yang baru Dengan angka yang luar biasa tersebut memunculkan

pula ide-ide negatif dari mereka yang tidak bertanggung jawab untuk

menggunakan jejaring sosial sebagai alat mencari keuntungan, dalam hal ini

bisnis prostitusi online. Banyak sekali berita-berita yang menyebutkan bahwa

praktek prostitusi online yang marak terjadi, yang mirisnya adalah mereka

gadis-gadis muda, pelajar dan mahasiswa yang menggunakan jejaring sosial

14
Ridwan, Jejaring Sosial (Social Networking) diakses 4 Januari 2011 dari
http://www.ridwanforge.net/blog/jejaring-sosial-social-net working
15
Rini, Indonesia Juara Dua Pengguna Facebook diakses 4 Januari 2011 dari
http://www.tempointeraktif.com/hg/it/2010/10/13/brk,20101013-284426,id.html
21

ini untuk melakukan bisnis prostitusi ini. Sama seperti halnya menggunakan

website sebagai sarana bisnis prostitusi online, di jejaring sosial facebook

mereka memajang foto-foto dan data-data lainnya untuk menarik pelanggan.

Penggunaan jejaring sosial dalam bisnis prostitusi merupakan hal yang sangat

baru, dibanding dengan menggunakan media-media yang lainnya. Namun

sekarang ini praktek prostitusi menggunakan media jejaring sosial sepertinya

sudah sangat jarang, mungkin dirasakan media ini sudah tidak cukup aman

bagi mereka yang untuk beriklan praktek prostitusi ini. Salah satu contoh akun

facebook yang pernah ada tentang praktek prostitusi online adalah Tiduri
16
Aku

4. Aplikasi

Media yang digunakan oleh pekerja dibidang prostitusi ini,

memanfaatkan aplikasi atau program-program yang umumnya adalah program

interaksi antar pengguna, misalkan program untuk berbincang-bincang (Chat)

,telephone suara (Voice Call) ataupun telephone gambar (Video Call). Wujud

jadi program-program tersebut contohnya adalah Yahoo Massanger,

CamFrog, mIRC, Skype dan lain-lain. Itu adalah contoh Aplikasi yang biasa

digunakan dalam komputer. Lain dengan menggunakan website atau forum,

dengan aplikasi ini seorang yang ingin menggunakan jasa psk tinggal mencari

pada ruang chat yang tersedia, misalkan dengan menggunakan mIRC banyak

16
Tudji Martudji, Polisi Lacak Akun 'Tiduri Aku' di Facebook diakses 21 Juni 2011 dari
http://nasional.vivanews.com/news/read/126311 -polisi_lacak_akun tiduri_aku di_facebook
22

terdapat nickname yang mengandung kata-kata yang menjurus seperti

Ce_Butuh_Duit maka biasanya lelaki hidung belang sudah langsung

mengerti apa yang dimaksud dengan nickname tersebut adalah dia wanita psk.

Selain itu karena mudahnya akses internet melalui media handphone, ada pula

aplikasi-aplikasi semacam itu yang nantinya juga dapat disalah gunakan

dalam bisnis prostitusi contohnya Mig33, NimBUZZ, eBuddy dan lain-

lainnya. Cara kerja dari mereka pekerja seks komersial dengan menggunaka

aplikasi baik yang menggunakan komputer ataupun handphone adalah sama,

yang membedakannya hanyalah proses dalam bertransaksi, jadi dengan

menggunakan aplikasi ini para pekerja seks komersial ataupun melalui

mucikari dapat langsung berkomunikasi. Jadi proses transaksi pun akan lebih

cepat.

C. Mata Rantai Serta Faktor Penyebab Prostitusi Melalui Media Online

Mencari sebuah mata rantai dari praktek prostitusi online tidaklah mudah,

ini dikarenakan media yang menjadi perantara kegiatan prostitusi ini teramat
17
sangat luas. Domain di dunia mencapai jutaan bahkan ratusan juta. Untuk

domain Indonesia saja berdasarkan data dari PANDI (Pengelola Nama Domain

Internet Indonesia) sebagai pengelola resmi nama domain .id, pada tahun 2008

17
Domain atau lengkapnya Domain Name System (DNS) merupakan sistem penamaan
direktori internet terdistribusi di seluruh dunia, digunakan untuk menterjemahkan alamat protokol
internet dan juga untuk mengontrol sistem e-mail.
23

18
terdapat 33.627 domain terdaftar sebagai domain .id. Belum website-website

yang berbahasa Indonesia lainnya yang menggunakan domain selain .id

jumlahnya mungkin lebih banyak lagi.

Seperti halnya praktek prostitusi yang biasa dilakukan dipinggir-pinggir

jalan, prostitusi online pun mempunyai mata rantai atau mereka yang terlibat

dalam praktek prostitusi ini, baik yang secara langsung ikut didalamnya dan yang

tidak. Prostitusi online mempunya mata rantai yang sedikit berbeda dengan

kegiatan prostitusi lainnya, hal ini karena memang media yang digunakannya pun

berbeda. Berikut adalah mata rantai dalam praktek prostitusi di dunia maya:

1. Mucikari

Mucikari atau dalam kamus besar bahasa Indonesia merujuk kepada

kata Muncikari adalah induk semang bagi perempuan lacur atau germo.

Namun pemahaman masyarakat secara luas adalah orang yang berperan

sebagai pengasuh, perantara, dan "pemilik" pekerja seks komersial (PSK).

Dalam kebanyakan bisnis seks, khususnya yang bersifat massal, pekerja seks

biasanya tidak berhubungan langsung dengan pengguna jasa. Mucikari

berperan sebagai penghubung kedua pihak ini dan akan mendapat komisi dari

penerimaan PSK yang persentasenya dibagi berdasarkan perjanjian. Mucikari

biasanya amat dominan dalam mengatur hubungan ini, karena banyak PSK

yang "berhutang budi" kepadanya. Banyak PSK yang diangkat


dari

18
Tikometer, Pertumbuhan domain .id diakses 25 Desember 2010 dari
http://www.tikometer.or.id/berita-37-Pertumbuhan-domain-.id.html
24

kemiskinan oleh mucikari, walaupun dapat terjadi eksploitasi oleh mucikari

kepada "anak asuh"nya. Seperti ini pula mucikari dalam dunia prostitusi

online, mereka hanya sebagai penghubung antara pekerja seks komersial

dengan mereka lelaki hidung belang.

2. Pekerja Seks Komersial

Pekerja seks komersial (PSK) adalah seseorang yang menjual jasanya

untuk melakukan hubungan seksual untuk uang atau disebut pelacur. Pekerja

seks komersial sebutan yang diperhalus dari sebutan pelacur selain itu ada

pula sebutan wanita tunasusila yang juga mengacu kepada layanan seks

komersial. Praktek prostitusi dimanapun pekerja seks komersial inilah yang

menjadi obyek eksploitasi utama dari mata rantai praktek prostitusi. PSK

dalam dunia online ada macamnya, ada yang secara langsung tanpa mucikari

menawarkan diri dan ada yang memang menggunakan pihak lain dalam hal

ini adalah mucikari.

3. Pihak-pihak lain

Disinilah bedanya prostitusi yang pada umumnya ada dengan prostitusi

melalui media online. Ada pihak-pihak lain yang secara tidak langsung

mendukung adanya praktek asusila ini. Pihak-pihak ini adalah mereka yang

menyediakan media-media yang digunakan oleh pekerja seks komersial untuk

mempromosikan dirinya. Karena menggunakan media online seperti website,

forum, aplikasi dan lainnya maka para pemilik dari website atau forum ini lah

yang menjadi pihak yang secara tidak langsung mendukung adanya praktek
25

19
prostitusi online ini. Tidak sampai disitu, pemilik server tempat para pemilik

website ataupun forum menempatkan data-data mereka agar dapat diakses

oleh siapa saja. Jadi sangat luas bagaimana mata rantai dari praktek prostitusi

online ini sampai bisa terjadi.

4. Pihak penyewa jasa PSK

Dari semua pihak yang telah disebutkan, pihak penyewa inilah yang

menjadi titik bagaimana bisa transaksi prostitusi online ini bisa terjadi.

Walaupun tentu pihak lain itu juga memberikan dorongan hingga terjadinya

praktek prostitusi ini. Namun pihak penyewa inilah yang menjadi target bagi

pemilik website atau forum prostitusi online untuk menyewa PSK darinya.

Setiap pelacur memiliki berbagai asalan untuk menerjuni profesi sebagai

pelacur. Untuk menelusuri latar belakang seseorang menyambangi pekerjaan

prostitusi sangatlah sulit dimanapun, karena masalah yang melingkupinya sudah

jelas dan saling erat berkaitan dari sebab yang satu kesebab yang lainnya. Namun

20
faktof-faktor yang ada dapat dibedakan secara garis besarnya, diantaranya:

1. Faktor Moral atau Akhlak

a. Adanya demoralisasi atau rendahnya faktor moral, ketakwaan individu

dan masayarakat serta ketidak ketaawaan terhadap ajaran agamanya.

b. Standar Pendidikan dalam keluarga mereka pada umumnya rendah

19
Yang di Bahasa Indonesia kan menjadi Peladen adalah sebuah sistem komputer yang
menyediakan jenis layanan tertentu dalam sebuah jaringan komputer
20
Endang Sedyaningsih, Perempuan Keramat Tunggak, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1999
hal.70
26

c. Berkembangnya pornografi secara bebas dan liar.

2. Faktor Ekonomi

Adanya kemiskinan dan keinginan untuk meraih kemewahan hidup,

khususnya dengan jalan pintas dan mudah. Tanpa harus memiliki

keterampilan khusus, walau kenyataannya mereka buta huruf, pendidikan

rendah, berpikiran pendek sehingga menghalalkan pelacuran.

3. Faktor Sosiologis

a. Ajakan dari teman-teman sedaerahnya yang sudah lebih dahulu terjun ke

dunia pelacuran.

b. Karena pengalaman dan pendidikan mereka sangat minim, akhirnya

mereka dengan mudah terbujuk dan terkena tipuan dari pria. Terutama

dengan menjanjikan pekerjaan terhormat dengan gaji tinggi yang akhirnya

dijebloskan ke tempat-tempat pelacuran.

4. Faktor Psikologis

Hubungan keluarga yang berantakan, terlalu menekan dan mengalamai

seksual dalam keluarga serta adanya pengalaman traumatis (luka jiwa) dan

rasa ingin balas dendam yang diakibatkan oleh hal-hal seperti kegagalan

dalam perkawinan, dimadu, dinodai oleh kekasihnya yang kemudian

ditinggalkan begitu saja.

5. Faktor kemalasan

Faktor kemalasan biasanya diakibatkan oleh psikis dan mental yang

rendah, tidak memiliki norma agama dan susila menghadapi persaingan


27

hidup. Hanya dengan modal fisik, kecantikan sehingga dengan mudah

mengumpulkan uang.

6. Faktor Biologis

Adanya nafsu seks yang abnormal, tidak terintegrasi dalam

kepribadian yang tidak merasa puas mengadakan relasi seks dengan satu

istri/suami.

7. Faktor Yuridis

Tidak adanya undang-undang yang melarang pelacuran serta tidak ada

larangan terhadap orang-orang yang melakukan relasi seks sebelum

pernikahan atau diluar pernikahan akan tetapi dilarang dalam undang-undang

adalah mucikari dan germo.

8. Faktor Pendukung

Adanya media atau alat pendukung dalam melakukan kegiatan

prostitusi sangat mempengaruhi mereka yang bekerja dibidang ini. Dengan

adanya teknologi pendukung seperti internet dan handphone membuat

seseorang dengan mudah dapat bertransaksi prostitusi.

Faktor yang disebutkan diatas adalah yang secara umum dijadikan alasan

oleh seorang pekerja prostitusi sehingga ia mau untuk melakukan pekerjaan yang

dalam masyarakat sangat dianggap miring dan mengganggu kehidupan berumah

tangga. Namun dalam prostitusi online yang sangat memprihatinkan sekarang ini

faktor pendukung lah yang menjadi permasalahannya. Tujuh faktor penyebab

terjadinya prostitusi akan menjadi lebih mudah terlaksana dengan adanya faktor
28

pendukung ini. Internet adalah hal yang sering digunakan dalam transaksi-

transaksi prostitusi. Para penjaja seks tidak lagi menunggu pelanggan dipinggir-

pinggir jalan, namun dengan adanya pendukung ini mereka dapat menjadi sangat

eksklusif karena pelanggan mereka dapat menghubungi pekerja prostitusi hanya

dengan menggunakan media ini.


BAB III

KAJIAN YURIDIS TERHADAP PROSTITUSI ONLINE MENURUT HUKUM

POSITIF DAN HUKUM ISLAM

A. Menurut Undang-Undang RI NO.11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik

Kehadiran undang-undang disebuah negara berfungsi untuk mengatur

maupun untuk melindungi masyarakatnya. Pada dasarnya undang-undang itu lahir

sebelum permasalahan timbul, harapannya untuk melindungi masyarakat dari

permasalahan yang akan terjadi. Sayangnya, undang-undang tidak mampu untuk

menerawang permasalahan yang akan terjadi dimasa depan. Perkembangan

lingkungan, budaya dan teknologi membuat perubahan atas tata kehidupan

masyarakat. Kemajuan teknologi lah yang menyebabkan perubahan terbesar dari

tata kehidupan masyarakat tersebut, semua dipermudah dengan kehadiran

teknologi.

Indonesia yang menjadi negara berkembang, tidak ketinggalan untuk

menikmati kehadiran teknologi ini dan yang paling pesat berkembang adalah

internet. Tentu saja dengan harapan untuk mempermudah kehidupan dalam

berkegiatan sehari-hari. Sayangnya pemerintah kurang tanggap akan kehadiran

teknologi internet ini, akibatnya kehadiran teknologi internet ini banyak yang

salah digunakan, contohnya seperti dalam praktek prostitusi melalui jaringan

intenet. Baru sejak 2003 pemerintah berinisiatif membuat undang-undang yang

29
30

mengatur tentang kegiatan melalui media internet ini dengan nama RUU

informasi komunikasi dan transaksi elektronik yang sekarang menjadi Undang-

Undang RI NO.11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU

ITE). UU ITE itu sendiri mulai dirancang pada bulan maret 2003 oleh

Kementerian Negara Komunikasi dan Informasi (KOMINFO), pada mulanya

RUU ITE diberi nama undang-undang informasi komunikasi dan transaksi

elektronik oleh Departemen Perhubungan, Departemen Perindustrian,

Departemen Perdagangan, serta bekerja sama dengan Tim dari universitas yang

ada di Indonesia yaitu Universitas Padjajaran (Unpad), Institut Teknologi


1
Bandung (ITB) dan Universitas Indonesia (UI).

Kehadiran undang-undang ITE ini tentu menjadi angin segar untuk

masyarakat Indonesia, harapannya adalah mereka dapat terlindungi dari kegiatan-

kegiatan yang dilakukan melalui media internet salah satunya adalah praktek

prostitusi melalui media ini. Undang-undang ini berisi tentang peraturan dan

sanksi terhadap tindakan kriminal di dunia maya secara pidana. Peristiwa pidana

itu adalah rangkaian perbuatan manusia yang bertentangan dengan Undang-

undang atau peraturan perundangan lainnya, terhadap perbuatan yang mana

2
diadakan tindakan penghukuman. Seperti pembahasan di bab yang lalu,

prostitusi dengan menggunakan media internet merupakan hal yang baru di

1
Eltra, Sejarah Lahirnya UU ITE diakses 11 Januari 2011 dari
http://eltrations.blogspot.com/2010/11/orem-ipsum-dolor-sit-amet-consectetur.html
2
Mr. Tresna, Asas-Asas Hukum Pidana, (Jakarta: PT. Tiara, 1959), h. 27.
31

Indonesia, bahkan sebelum lahirnya undang-undang ITE, praktek prostitusi

dengan media internet sudah banyak terjadi, walaupun dengan masih sembunyi-

sembunyi. Orang dapat dikatakan mempunyai kesalahan, jika pada waktu

melakukan perbuatan pidana, dilihat dari segi masyarakatnya dapat tercela

karenanya, yaitu kenapa melakukan perbuatan yang merugikan masyarakat

padahal mampu untuk mengetahui dampak buruk perbuatan tersebut dan

mengetahui bahwa perbuatan tersebut melanggar ketentraman atau nilai-nilai

dalam masyarakat, dan karenanya dapat bahkan harus menghindari perbuatan


3
yang sedemikian itu.

1. Kajian Yuridis Terhadap Prostitusi Online Dalam Undang-Undang RI

NO.11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

Undang-Undang RI NO.11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik (UU ITE) tidak menyebutkan kata prostitusi dalam

semua pasalnya. Kecuali pada pasal 27 yang berisikan tentang berbuatan-

perbuatan yang dilarang, menyebutkan kata kesusilaan yang menyangkut

kepada hal-hal yang berbau pornografi. Isi pasal 27 UU ITE yaitu sebagai

berikut:

(1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan


dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan yang
melanggar kesusilaan.

3
C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, h. 165.
32

(2) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan


dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan perjudian.
(3) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan
dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan
dan/atau pencemaran nama baik.
(4) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan
dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan pemerasan
4
dan/atau pengancaman.

Pada pasal 27 UU ITE, tepatnya pada ayat (1) menyebutkan kata

keasusilaan yang maksudnya menyangkut pada hal-hal bersifat kepornoan.

Pasal ini tidak menyebutkan hal-hal apa sajakah yang dimaksud keasusilaan

tersebut. Sebenarnya ada beberapa pihak yang menjadi subyek dalam

kejahatan prostitusi online ini yakni:

a. Pengguna jasa

Yang dimaksud pengguna jasa disini adalah orang yang

membuka, men-download, mengakses, atau berbagai macam aktifitas lain

yang berbau pornografi yang dilakukan menggunakan media website dari

internet.

4
Undang-undang RI No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Pasal
27
33

b. Penyedia tempat layanan

Penyedia layanan yang dimaksudkan disini adalah para pemilik

warnet ataupun orang perorang yang menyediakan tempatnya untuk

mengakses website-website yang berbau pornografi.

c. Pemilik website prostitusi online

Pemilik website prostitusi online ini yakni orang yang

memberikan jasa layanan prostitusi online via website yang dimilikinya

kepada para pengguna jasa layanan prostitusi online.

d. Pemilik server

Pemilik server disini yaitu orang yang memberikan tempat bagi

pemilik website prostitusi untuk menyimpan data-data mereka agar dapat

diakses setiap orang.

Pada pasal 27 ayat (1) tersebut, menyebutkan Setiap Orang dengan

sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau

membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen

Elektronik., sehingga yang menjadi subyek hukum yang dituntut

pertanggungjawaban pidananya dalam UU ini hanyalah pemilik website

prostitusi online, yakni sebagai orang yang mendistribusikan atau

mentransmisikan atau membuat dapat diaksesnya situs-situs porno atau

prostitusi online tersebut. Kemudian yang dimaksud dengan yang memiliki

muatan melanggar kesusilaan pada pasal tersebut adalah jika memenuhi

unsur-unsur sebagai berikut:


34

a. Tidak mengandung nilai melainkan hanya mengandung unsur yang

membangkitkan nafsu birahi bagi yang melihat, memperhatikan atau pun

mendengarnya.

b. Bertentangan dengan nilai-nilai atau norma-norma yang berlaku dalam


5
masyarakat.

Jadi jelaslah bahwa yang dimaksud prostitusi online yang diatur pada

UU ITE tersebut adalah situs-situs yang menampilkan atau menyediakan

muatan-muatan melanggar kesusilaan yang tujuannya tiada lain hanyalah

untuk menghasilkan uang dengan cara menampilkan gambar gadis-gadis

pekerja seks komersial, tanpa tujuan lainnya seperti untuk keperluan

pendidikan, terapi pengobatan, dan lain sebagainya. Ketentuan mengenai

sanksi dalam UU ITE ini termuat, yaitu pada Pasal 45 ayat (1) tentang

Ketentuan Pidana: Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1), ayat (2), ayat (3), atau ayat (4) dipidana

dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling

banyak Rp.1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). Pasal ini mengancam

penjatuhan pidana bagi setiap orang yang melakukan beberapa kejahatan,

yang salah satunya pasal 27 ayat (1) mengenai prostitusi online dengan pidana

penjara maksimal 6 tahun dan/atau denda maksimal 1 miliar rupiah.

5
Lutfan Muntaqo, Porno: Definisi dan Kontroversi, (Yogyakarta: Jagad Pustaka, 2006), h.
39.
35

Menurut Undang-Undang RI No.44 Tahun 2008 Tentang Pornografi

Undang-Undang RI No.44 Tahun 2008 Tentang Pornografi ini merupakan

undang yang paling cukup menarik perhatian banyak pihak. Terbentuknya

undang-undang ini yang begitu rumit dikarenakan isi undang-undang ini sendiri.

Sebenarnya dilihat dari sejarah pembentukkannya, sudah dibahas oleh pemerintah

kita semenjak tahun 1997. Tetapi perlu kita ingat, dilihat dari zaman saat itu, aksi

pertunjukkan dan penyebaran video serta gambar-gambar dan aksi erotis masih

sangatlah kurang.

Dilihat dari namanya saja, kita sudah mengetahui secara sekilas apa yang

menjadi bahasan undang-undang itu. Mendengar kata pornografi yang terlintas di

pikiran kita tentu mengenai hal-hal yang berkonotasi negatif. Undang-undang ini

secara umum mengatur tentang hal-hal yang bersifat kepornoan, jenis-jenis

B. pornografi, pihak-pihak yang terlibat dalam pornografi serta media-media yang

digunakan dalam menyebarluaskan pornografi.

Mengenai prostitusi online, undang-undang ini memang tidak secara

langsung menyebutkan kata prostitusi online, namun ternyata dalam undang-

undang inilah secara lebih lengkap dan terperinci menjelaskan mengenai praktek

prostitusi online di bandingkan dengan Undang-Undang RI NO.11 Tahun 2008

Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE).


36

1. Kajian Yuridis Terhadap Prostitusi Online Dalam Undang-Undang RI

No.44 Tahun 2008 Tentang Pornografi

Pada Undang-Undang RI No.44 Tahun 2008 Tentang Pornografi

didalam setiap pasal dan ayatnya tidak menyebutkan secara jelas mengenai

kata prostitusi sama seperti didalam Undang-Undang RI NO.11 Tahun 2008

Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE), apalagi secara spesifik

menyebut kata prostitusi online yang menjadi pembahasan dalam skripsi ini.

Namun banyak terdapat pasal-pasal yang mengatur tentang tindakan-tindakan

yang bersifat pornografi. Untuk permasalahan prostitusi online yang banyak

melibatkan banyak pihak, undang-undang ini lebih tegas dalam menyebukan

pihak-pihak tersebut.

Sebelum lebih jauh membahas, undang-undang ini memberikan

penjelasan dari apa sebenarnya yang dimaksud dengan kata pornografi, di

pasal 1 ayat (1) penjelasan tersebut diberikan secara terperinci, yang isinya

yakni:

Pornografi adalah gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi,


gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk
pesan lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi dan/atau
pertunjukan di muka umum, yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual
6
yang melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat.

Dari semua yang disebutkan dalam pasal 1 ayat (1) undang-undang

pornografi, hanya membatasi itu pada hal-hal yang membuat kecabulan atau

eksploitasi seksual. Mengenai permasalah prostitusi undang-undang ini


6
Undang-Undang RI No.44 Tahun 2008 Tentang Pornografi pasal 1 ayat (1)
37

menyebutkannya dengan kata jasa pornografi yang terdapat pada pasal 1


ayat

(2) yang isinya yakni:

Jasa pornografi adalah segala jenis layanan pornografi yang disediakan oleh
orang perseorangan atau korporasi melalui pertunjukan langsung, televisi
kabel, televisi teresterial, radio, telepon, internet, dan komunikasi elektronik
lainnya serta surat kabar, majalah, dan barang cetakan lainnya.

Praktek prostitusi yang diatur dalam undang-undang ini diperjelas

pada pasal 4 ayat (2) huruf d yang isi pasal tersebut mengenai larangan serta

pembatasan. Isi pasal 4 ayat (2) huruf d yakni:

Setiap orang dilarang menyediakan jasa pornografi yang menawarkan atau


7
mengiklankan, baik langsung maupun tidak langsung layanan seksual.

Melihat kembali pasal 1 ayat (2) dan menghubungkannya dengan pasal

4 ayat (2) huruf d, maka praktek prostitusi online dapat dipidanakan. Karena

telah mememuhi unsur-unsur pidana dalam pasal tersebut. Seperti unsur


kecabulan dan eksploitasi seksual pada pasal 1 ayat (2) dan unsur yang

menawarkan jasa layanan seksual. Selain itu media internetpun sudah diatur

yang menjadi media perantara kegiatan-kegiatan yang berujung pada

pornografi seperti prostitusi online ini.

Mengenai pihak-pihak yang terlibat dalam praktek prostitusi online,

seperti mucikari, pemilik website atau forum, pekerja seks komersial dan

pemilik server. Undang-undang pornografi lebih jelas dan tegas dalam

7
Pasal 4 ayat (2) huruf d
38

menyebutkan pihak-pihak tersebut. Pada pasal 7 undang-undang pornografi

yang isinya yakni:

Setiap orang dilarang mendanai atau memfasilitasi perbuatan sebagaimana


8
dimaksud dalam Pasal 4.
Pada pasal 7 undang-undang pornografi tersebut menyebutkan :

Setiap orang dilarang mendanai atau memfasilitasi perbuatan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 4 sehingga yang dimaksud disini yaitu pihak yang

mendanai atau memfasilitasi sehigga terjadi perbuatan yang diatur pada pasal

4 undang-undang prostitusi yang terdiri dari dua ayat. Karena yang menjadi

bahasan disini adalah mengenai prostitusi online, maka yang dikenakan bagi

pihak pendukung atau memfasilitasi prostitusi online ini adalah pasal 4 ayat

(2) huruf d karena memenuhi unsur adanya pihak yang memfasilitasi praktek

prostitusi online yang menawarkan jasa layanan seksual. Pemilik website pun

dapat dipidana karena menawarkan pekerja seks komersial pada websitenya,

selain pula menjadi mucikarinya, dengan memfasilitasi pekerja seks komersial

dengan orang yang ingin mendapatkan layanan seksual, sepertinya sudah

cukup untuk menjerat pemilik website dengan undang-undang porografi ini

khususnya pada pasal 4 dan pasal 7. Begitu juga mereka pemilik server,

tempat bagi pemilik website menempatkan data-data berisikan konten-konten

yang intinya menawarkan jasa pekerja seks komersial. Karena kata

memfasilitasi pada pasal 7 undang-undang pornografi sangat berarti luas,

8
Pasal 7
39

bisa berarti memfasilitasi secara langsung maupun tidak langsung. Pemilik

server disini menjadi pihak yang tidak secara langsung menjadi pihak yang

memfasilitasi sehingga terjadi praktek prostitusi online. Karena mereka

membiarkan pemilik website prostitusi menempatkan data-datanya. Namun

permasalahan akan kembali timbul jika ternyata pemilik server adalah orang

bukan berkewarganegaraan Indonesia.

Jadi, jika situs prostitusi tersebut berada di- server di luar negeri, hal

ini dapat membebaskan pelaku dari tanggung jawab pidana. Status

kepemilikan yang berujung pada status kewarganegaraan tentunya tidak dapat

dilepaskan dalam pergaulan sehari-hari. Artinya, status kewarganegaraan

melekat dimanapun orang itu berada. Dalam hukum pidana, status

penundukan ini dikenal dengan prinsip nasionalitas aktif. Pada Pasal 5 KUHP

dijelaskan, pelaku tindak pidana adalah orang Indonesia yang melakukan

tindak pidana di luar Indonesia. Maka terhadap pelaku, dapat ditarik dengan

mengunakan hukum pidana Indonesia. Memang dalam pasal tersebut,

disyaratkan tindak pidana tersebut juga merupakan tindak pidana di negara

lain. Sehingga ada salah satu masalah terkait hal ini, sebab pengertian

prostitusi versi Indonesia ini, kemungkinan berbeda dengan negara lain. Di

Belanda misalnya melegalkan praktek prostitusi sejak bulan Oktiber tahun


9
2000. Tentu jika server tersebut berada di Belanda, maka akan sulit untuk

9
Redaksi, Mempertanyakan Legalitas Prostitusi diakses 20 Januari dari
http://us.dunia.vivanews.com/news/read/27402 -legalisasi_prostitusi_tak_menjamin_perempuan
40

menindak pemilik server tersebut. Kemudian juga dimungkinkan bagi warga

asing yang melakukan tindak pidana di wilayah Indonesia untuk dipidana

dengan menggunakan hukum pidana Indonesia. Hal ini sesuai dengan prinsip

nasionalitas pasif. Yang harus dilakukan jika ingin menggunakan hukum

Indonesia untuk menjaring pelaku luar negeri adalah melakukan perjanjian

ektradisi dengan negara asal pelaku. Disinilah letak permasalahan ada, jika

Indonesia belum melakukan perjanjian ekstradisi dengan negara asal pihak

memilik server, maka dia tetap lolos begitu saja tanpa kena sanksi.

Akan tetapi semua pemilik server atau website yang terdapat konten-

konten pornografi atau memfasilitasi prostitusi online tidak dapat dipidanakan

begitu saja, seperti pada jejaring sosial facebook atau aplikasi obrolan internet

Yahoo Messenger. Hal itu dikarenakan kebijakan atas website atau aplikasi

tersebut memang melarang segala aktifitas yang bebentuk transaksi seks.

Bahkan untuk facebook sendiri, melarang adanya gambar ibu sedang

menyusui berada di websitenya karena menurut facebook mengandung unsur

10
pornografi. Kemudian jika ada yang menyalahgunakan facebook untuk

melakukan transaksi seks, maka itu adalah diluar kendali. Dengan jumlah

pengguna ratusan juta dan tersebar diseluruh dunia, maka untuk memfilter

penggunanya adalah hal yang sangat sulit dan tidak mudah dilakukan. Jika

10
Djunaedi , Gambar Menyusui Bayi Itu Adegan Porno diakses 20 Januari 2001 dari
http://djunaedird.wordpress.com/2009/01/03/gambar-menyusui-bayi-itu-adegan-porno/
41

ditemukan hal-hal yang bersifat pornografi baik itu berupa gambar ataupun

transaksi seks maka facebook akan langsung menghapus akun tersebut.

Untuk pekerja seks komersial sendiri, undang-undang pornografi

menyebutkannya pada pasal 8, isinya yakni:

Setiap orang dilarang dengan sengaja atau atas persetujuan dirinya menjadi
11
objek atau model yang mengandung muatan pornografi.

Maksud pasal tersebut yaitu melarang orang menjadikan dirinya objek yang

bermuatan pornografi baik oleh diri sendiri ataupun atas izinnya sendiri.

Dalam praktek prostitusi online ada dua hal yang biasanya dilakukan pekerja

seks komersial, ada yang dilakukan secara sendiri tanpa pihak yang

memfasilitasi, ini terjadi pada media aplikasi obrolan Internet seperti Yahoo

Mesenger, mIRC atau website jejaring sosial dan ada pihak yang ikut

memfasilitasi transaksi seks seperti pada website dan forum-forum. Pasal 8

undang-undang pornografi dapat diterapkan kepada kedua hal tersebut untuk

menjerat pekerja seks komersial melalui media online.

Ketentuan sanksi-sanksi dalam undang-undang pornografi, diatur pula

secara spesifik merujuk kepada pihak-pihak yang terlibat. Seperti pada pasal

30 undang-undang pornografi, yang isinya yakni:

Setiap orang yang menyediakan jasa pornografi sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 4 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6
(enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan/atau pidana denda

11
Undang-Undang RI No.44 Tahun 2008 Tentang Pornografi, pasal 8
42

paling sedikit Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) dan
12
paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).

Pasal ini mengancam penjatuhan pidana bagi setiap orang yang

melakukan kejahatan pada pasal 4 ayat 2, khusus praktek prostitusi online

yaitu pasal 4 ayat 2 huruf d dengan pidana kurungan paling lama 6 tahun

dan/atau denda 3 miliar. Kata setiap orang pada pasal tersebut selain

menyangkut kepada siapa saja baik itu warga negara Indonesia ataupun tidak

adalah pihak pemilik website atau forum yang memfasilitasi praktek

prostitusi. Untuk mucikari yang juga sebagai pemilik website dikenakan pula

pasal 35. Karena mucikari adalah orang yang menjadikan orang lain (PSK)

sebagai objek atau model yang mengandung muatan pornografi sebagimana

termuat pada pasal 9 undang-undang pornografi. Isi dari pasal 35 undang-

undang pornografi yakni:

Setiap orang yang menjadikan orang lain sebagai objek atau model yang
mengandung muatan pornografi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling
lama 12 (dua belas) tahun dan/atau pidana denda paling sedikit
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) dan paling banyak
13
Rp6.000.000.000,00 (enam miliar rupiah).

Hukuman maksimal bagi mucikari menurut pasal tersebut yaitu

penjara maksimal 12 tahun dan atau dengan paling banyak 6 miliar. Pihak lain

yang tentu juga dipidanakan dalam undang-undang ini adalah pemilik server,

12
Pasal 30
13
Pasal 35
43

satu pasal yang menjeratnya yaitu pasal 33 sebagai pihak yang memfasilitasi

adanya praktek prostitusi ini seperti dijelaskan pada pasal 7 undang-undang

pornografi. Dengan hukuman maksimal 15 tahun penjara dan/atau denda

paling banyak 7.5 miliar. Lengkap isi pasal 33 tersebut yakni:

Setiap orang yang mendanai atau memfasilitasi perbuatan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 7 dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2
(dua) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan/atau pidana denda
paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak
14
Rp7.500.000.000,00 (tujuh miliar lima ratus juta rupiah).
Sebagai objek dari berlikunya praktek prostitusi online, pekerja seks

komersial pun ikut dijerat dalam undang-undang ini. Pada pasal 34 yang

isinya yaitu:

Setiap orang yang dengan sengaja atau atas persetujuan dirinya menjadi
objek atau model yang mengandung muatan pornografi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 dipidana dengan pidana penjara paling lama 10
(sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp5.000.000.000,00
15
(lima miliar rupiah).

Dalam pasal ini, pekerja seks komersial dihukum maksimal 10 tahun penjara

dan/atau denda paling banyak 5 miliar. Dengan dua model pekerjaan yang

berbeda, yaitu pekerja sesk komersial menawarkan jasanya sendiri ataupun

ada pihak lain yang memfasilitasinya, hukuman pekerja seks komersial

adalah sama, walaupun bisa saja pekerja seks komersial itu menyetujui dirinya

menjadi objek prostitusi atas dasar paksaan dari pihak lain, seperti mucikari.

14
Pasal 33
15
Pasal 34
44

Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Jika media konvensional seperti majalah dan koran yang menyebarkan

pornografi baik dalam bentuk gambar, tulisan ataupun transaksi seksual bisa kena

sanksi hukum sesuai dengan Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP),

namun dengan adanya modus penyebaran kejahatan pornografi melalui sarana

teknologi informasi, keberadaan pasal-pasal yang mengatur tindak pidana

pornografi itu perlu dikaji ulang substansi dan proses penegakan hukumnya.

Sebagaimana ditentukan dalam Pasal 282 dan Pasal 283 KUHP, hukum

pidana Indonesia melarang pornografi dalam bentuk apapun. Dari segi historis,

terlihat bahwa KUHP dirancang bukan untuk mengantisipasi perkembangan

internet seperti sekarang ini. Sangat disadari, bahwa sistem hukum pidana yang

sekarang berlaku di Indonesia/KUHP sudah tidak dapat menampung aspirasi

C. masyarakat yang dinamis serta tidak sesuai dengan nilai-nilai yang hidup dalam
16
masyarakat Indonesia. Dengan keadaan yang berkembang pada saat ini terutama

dalam hal teknologi, menimbulkan kesulitan-kesulitan dalam penerapan KUHP

terhadap persoalan prostitusi online.

Namun, bagaimanapun KUHP ini bisa dijadikan pegangan untuk menjerat

pihak dalam praktek prostitusi online. Walaupun diperlukan undang-undang lain

sebagai pelengkapnya. Karena memang kita ketahui, KUHP dibentuk tidak untuk

mengtasi masalah dalam dunia teknologi internet. Oleh Karena itu, pembahasan

16
Tongat, Pidana Seumur Hidup dalam Sistem Hukum Pidana di Indonesia, (Malang: UMM
Press, 2004), h. 55.
45

kali ini tidak lah begitu mendetail kepada semua pihak yang terlibat, melainkan

kepada siapa saja mereka yang diancam dalam KUHP.

1. Kajian Yuridis Terhadap Prostitusi Online Dalam Kitab Undang-

Undang Hukum Pidana

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dengan umur yang

sangat tua, karena memang KUHP ini merupakan peninggalan jajahan

Belanda yang kemudian diadopsi oleh Indonesia menjadi undang-undang.

Seakan sangat sulit untuk menjerat pelaku prostitusi online, karena memang

pada zamannya praktek prostitusi jenis ini belum dikenal. Namun, dari

banyaknya pasal dalam KUHP ada beberapa pasal yang menyinggung tentang

prostitusi. Seperti pada pasal 506 KUHP yang berisi yaitu:

Barang siapa menarik keuntungan dari perbuatan cabul seorang wanita dan
menjadikannya sebagai pencarian, diancam dengan pidana kurungan paling
17
lama satu tahun.

Dengan kata barang siapa yang berarti maksudnya kepada orang-orang yang

menjadi mucikari. Orang yang menjadi perantara antara pekerja seks

komersial dan mereka yang menggunakan jasanya. Selain itu pada pasal

lainnya, yaitu pasal 296 KUHP yang isinya yakni:

Barang siapa yang pencahariannya dan kebiasaannya yaitu dengan sengaja


mengadakan atau memudahkan perbuatan cabul dengan orang lain dihukum

17
Pasal 506, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
46

penjara selama-lamanya satu tahun empat bulan atau denda sebanyak-


18
banyaknya Rp. 15.000,-.

Inti dari kedua pasal itu adalah sama, yaitu hanya menghukum mereka

yang yang mencari keuntungan dalam praktek prostitusi ini yakni mucikari.

Sedangkan pihak seperti pemilik website, forum atau bahkan pemilik server

tidak diatur dalam KUHP. Lagi-lagi karena alasan KUHP ini terlalu uzur

usianya untuk menangani permasalah di dunia modern sekarang. Untuk

pekerja seks komersial sendiri, KUHP menyebutkannya sebagas

pesenggamaan atas dasar suka sama suka, yang dilakukan oleh seseorang

dengan orang yang telah bersuami atau beristri (permukahan, overspel).

Memang ujung dari praktek prostitusi online ada adanya hubungan

seks terlarang ini. Menurut Pasal 286 KUHP dan Pasal 419 KUHP, jika

permukahan itu terjadi, maka orang yang dapat mengadukan tindak pidana

permukahan (perzinahan) adalah hanya suami atau isteri yang tercemar (oleh

pelaku permukahan). Menurut Pasal- pasal tersebut, tindak pidana perzinahan

atau permukahan adalah merupakan delik aduan, bukan delik biasa.

Oleh karena itu, KUHP sekarang ini memang sudah layaknya direvisi.

Karena dengan merevisi KUHP berarti memperkuat dan memperjelas segala

tindakan yang bersifat kesusilaan. Menurut Podgorwcki, sebagaimana dikutip

oleh Soedarto, mengatakan, bahwa ada empat prinsip yang harus diperhatikan

dalam pembentukan undang-undang, yaitu pembentuk undang-undang harus:

18
Pasal 296
47

a. Mempunyai pengetahuan yang cukup tentang keadaan senyatanya.

b. Mengetahui sistem nilai yang berlaku dalam masyarakat yang

berhubungan dengan keadaan tersebut, dengan cara-cara yang diusulkan

dan dengan tujuan-tujuan yang hendak dicapai, agar hal ini dapat

diperhitungkan dan dapat dihormati.

c. Mempunyai pengetahuan tentang hubungan kausal antara sarana (undang-

undang dan misalnya sanksi yang ada di dalamnya) dan tujuan-tujuan

yang hendak dicapai.

d. Melakukan penelitian tentang efek dari undang-undang itu, termasuk efek

19
sampingan yang tidak diharapkan.

Undang-undang ITE dan undang-undang porografi yang telah disahkan

di era modern pun masih terdapat celah didalamnya. Hal itu dikarenakan

pembuat kebijakan sepertinya tidak duduk bersama para ahli yang benar-benar
mengerti tentang pembahasan undang-undang tersebut. Walaupun demikian,

kita tetap diboleh mengenyampingkan KUHP dalam menangani masalah ini.

KUHP dapat digunakan sebagai pendamping dalam Jaksa atau hakim dalam

mempertimbangkan hukuman yang akan diberikan kepada para pelakunya.

19
Dikutip oleh Arief Amrullah, Money Laundering: Tindak Pidana Pencucian Uang,
(Malang: Bayumedia, 2004), h. 14.
48

Menurut Hukum Islam

Untuk melihat lebih jauh tentang prostitusi online, diperlukan adanya

sebuah kriteria, berikut adalah kriteria prostitusi online beserta analisisnya

menurut hukum pidana Islam:

1. Subyek

Subyek dalam hal ini adalah pengelola atau pemilik dari website,

forum atau server tersebut yang dapat diminta pertanggungjawaban dengan

syarat:

a. Dewasa (balig)

Seseorang dianggap sudah dewasa apabila:

1) Balig karena tanda-tanda, yakni keluarnya mani (sperma) bagi laki laki

dan haid bagi perempuan.

D. 2) Balig karena sebab umur, yakni apabila telah mencapai usia 15 tahun

(menurut Imam Syafii dan Abu Hanifah)

b. Berakal

Yakni sehat rohani atau tidak gila.

c. Atas kehendaknya sendiri

Yakni melakukannya bukan karena paksaan dari orang lain.

d. Tidak ada unsur subhat baginya

Maksudnya pelaku tahu betul bahwa hal tersebut adalah hal diharamkan

atau dilarang namun tetap mengerjakannya.


49

2. Obyek

Obyek tindak pidana ini adalah website porno, forum porno serta

program-progam yang biasa digunakan dalam praktek prostitusi dan hal-hal

tersebut bermuatan memperlihatkan aurat (tabarruj), membangkitkan nafsu

birahi sehingga mendekatkan diri pada perbuatan zina (qurbuzzina).

3. Tempat penyebaran

Yakni melalui media internet yang dapat diakses oleh siapa saja

termasuk anak-anak, sebab internet adalah merupakan media publik yang

mudah ditemukan dan terus mengalami perkembangan dan kemudahan dalam

mengaksesnya.

4. Adanya nash yang melarang

Islam mengharamkan melihat, memperlihatkan atau memamerkan

aurat (tabarruj) dan mengatur tata cara berbusana. Firman Allah SWT:

..........

Yang artinya: Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka


menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka
20
Menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya..

20
An-Nur (24) ayat 31
50

5. Adanya niat melawan hukum

Kriteria ini terpenuhi jika pelaku atau subyek melakukan perbuatan

yang dilarang oleh nash, padahal ia tahu bahwa hal tersebut melawan hukum

atau syariat Islam. Seperti yang telah diuraikan di atas, bahwa nash telah

dengan tegas melarang kejahatan prostitusi online dan sejenisnya. Dengan

kata lain, subyek memang sengaja melakukan tindak pidana walaupun telah

mengetahui ada nash yang melarangnya.

6. Adanya tingkah laku atau perbuatan

Yakni adanya tingkah laku atau perbuatan yang dilarang oleh syara,

baik berupa perbuatan nyata (positif), maupun sikap tidak berbuat (negatif)
21
dan perbuatan tersebut benar-benar dilakukan. Dalam hal ini, maka

kejahatan prostitusi online berupa perbuatan nyata (positif) yakni

mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat

diaksesnya informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang memiliki

muatan melanggar kesusilaan. Atau dengan kata lain, adanya perbuatan meng-

upload data dan menyediakan layanan bermuatan porno dalam website yang

dikelolanya.

7. Semata-mata bertujuan membangkitkan nafsu birahi

Website tersebut semata-mata bertujuan membangkitkan nafsu birahi,

dengan muatan-muatan yang vulgar dan bebas diakses siapa saja, bukan

21
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika,
2004), h.28
51

untuk tujuan lain misalnya pendidikan kedokteran atau pendidikan seks dll,

untuk mencari keuntungan pribadi pemilik atau pengelola.

8. Adanya alat-alat bantu teknologi informasi

Alat bantu tersebut berupa komputer ataupun notebook atau laptop

yang terhubung ke internet dengan perantara ISP. ISP (Internet Service

Provider) adalah perusahaan yang menawarkan dan menyediakan layanan

akses internet ke kalangan umum dengan mengenakan biaya. Contohnya :

22
Telkomnet, Indosatnet, Centrin, Cbn, Wasantara, dll. Dengan adanya

kriteria-kriteria di tersebut, maka sebuah tindak pidana sudah dapat dikatakan

tindak pidana prostitusi online menurut hukum pidana Islam.

1. Kajian Yuridis Terhadap Prostitusi Online Dalam Hukum Islam

Allah SWT menetapkan sanksi dalam hukum adalah agar hal tersebut

dipatuhi, demi kemaslahatan manusia itu sendiri. Karena tujuan ditetapkan

sanksi/hukuman adalah untuk memelihara dan menciptakan kemaslahatan

manusia serta menjaga mereka dari hal-hal yang mafsadat, karena Islam itu

rahmatan lilalamin yaitu memberi petunjuk dan pelajaran bagi umat manusia.

Menetapkan suatu hukum harus memandang kepada sumber


23
ketetapannya:

22
Andino Maseleno, Kamus Istilah Komputer dan Informatika, (PDF File, Copyright
ilmukomputer.com, 2003), h. 103.
23
Muhammad Abu Zahrah, Ushul Fiqih, alih bahasa Saefullah Masum dkk., (Jakarta:
Pustaka Firdaus, 2003), h. 439.
52

a. Maqasid (tujuan atau sasaran), yaitu perkara-perkara yang mengandung

mas}lahat atau mafsadat.

b. Wasail (perantara), yaitu jalan atau perantara yang membawa kepada

maqasid, dimana hukumnya mengikuti hukum dari perbuatan yang

menjadi sasarannya (maqasid) baik berupa halal atau haram.

Disinilah kedudukan sadd az-zariah dapat difungsikan, karena sadd

az-zariah adalah menutup perantara (wasilah) yang mengarah kepada

kemafsadatan. Internet sebagai perantara atau pengantar akan munculnya

penyakit-penyakit psikologis, kejahatan seksual, bahkan pengantar pada

kejahatan zina pada prostitusi online yang akan mengakibatkan pada

kerusakan moral merupakan mafsadat yang menjadi sasaran, maka perantara

harus ditutup, karena kemafsadatan harus ditolak.

Prostitusi telah membuat kerusakan di muka bumi dan membuat

kerusakan bagi orang lain, jelas dilarang dalam Al-Quran dan Hadist,

pengutamaan dihindarinya mafsadat daripada menarik keuntungan yang

sesuai dengan maqasid as-syariah. Jika manusia melanggar perintah ataupun

larangan Allah, berarti dia telah melakukan perbuatan tercela, dan dianggap

telah melakukan tindakan kriminal, sehingga harus dijatuhi hukuman atas

kriminalitas yang dilakukannya. Sebab, tanpa pemberlakuan hukuman bagi

para pelanggar, hukum tidak akan memiliki arti apa-apa. Suatu perintah tidak

akan bernilai apa-apa jika tak ada balasan (hukuman) bagi pelanggar yang

mengabaikan perintah tersebut. Maka sudah seharusnyalah pelaku atau


53

pemilik website hal lainnya yang menyangkut prostitusi online tersebut

dijatuhkan sanksi sesuai dengan ketentuan hukum Islam. Kalau tindak pidana

zina yang menjadi ujung kegiatan prostitusi ini Islam mengaturnya dalam

firman-firman Allah SWT dengan sangat jelas.

Dalam Hukum Islam zina adalah perbuatan yang sangat tercela dan

pelakunya dikenakan sanksi yang amat berat, baik itu hukum dera maupun

rajam, karena alasan yang dapat di pertanggung jawabkan secara moral dan

akal. Kenapa zina diancam dengan hukuman berat. Pelakunya dihukum

dengan hukuman rajam (dilempari batu sampai meninggal dengan disaksikan

banyak orang), jika muhsan. Jika ia ghairu mushan , maka Ia dihukum

cambuk 100 kali. Adanya perbedaan hukum tersebut karena muhsan

seharusnya bisa lebih menjaga diri untuk melakukan perbuatan tercela itu,

apalagi kalau masih dalam ikatan perkawinan yang berarti menyakiti dan

mencemarkan nama baik keluarganya, sementara ghairu muhsan belum

pernah menikah sehingga nafsu syahwatnya lebih besar karena didorong rasa

keingintahuanya. Namun keduanya tetap sangat dicela oleh Islam dan tidak

24
boleh diberi belas kasihan . Seperti mendapat hukuman hudud, kerena telah

ada ketentuannya dengan jelas pada nash. Sebagaimana ditegaskan dalam

firman Allah berikut ini:

24
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam; Fikih Jinayah, (Jakarta:
Sinar Grafika, 2006), h. 142
54

25




Begitu juga mengenai mucikari, yang memanfaatkan dan memfasilitasi

terjadinya praktek prostitusi ini. Dalam hukum Islam, berdasarkan ketentuan

al Qur'an dalam surat An-Nur (24) ayat 33 menyatakan dengan jelas bahwa

pekerjaan menjadi mucikari adalah haram hukumnya seperi pada surat An-

Nur (24) ayat 33 yang berbunyi:




26

Yang artinya: dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga
kesucian (diri)nya, sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-
Nya. dan budak-budak yang kamu miliki yang memginginkan perjanjian,
hendaklah kamu buat Perjanjian dengan mereka, jika kamu mengetahui ada
kebaikan pada mereka, dan berikanlah kepada mereka sebahagian dari harta
Allah yang dikaruniakan-Nya kepadamu. dan janganlah kamu paksa budak-
budak wanitamu untuk melakukan pelacuran, sedang mereka sendiri
mengingini kesucian, karena kamu hendak mencari Keuntungan duniawi. dan
Barangsiapa yang memaksa mereka, Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha

25
An-Nur (24) ayat 2
26
An-Nur (24) ayat 33
55

Pengampun lagi Maha Penyayang (kepada mereka) sesudah mereka dipaksa


itu.

Kejahatan prostitusi online tidak diatur dalam al-Quran maupun

Sunnah Rasulullah, maksud disini adalah bukan mereka pekerja seks

komersial, mucikari dan pengguna jasa pekerja seks komersial karena untuk

mereka al-Quran telah jelas mengaturnya dengan jelas pada ayat-ayat diatas,

akan tetapi bagi pihak lain yakni pemilik website dan pemilik server. Kedua

pihak tersebut tidak diatur dalam al-Quran dan Sunnah Rasulullah, tentu

karena mereka hadir disaat al-Quran sudah berumur sangat tua. Islam tidak

diam menghadapi persoalan baru ini, pemilik website dan pemilik server tidak

akan lepas begitu saja dari hukuman, islam dapat menjeratnya dengan

hukuman tazir. Pengertian tazir menurut bahasa adalah tadib, artinya


27
memberi pelajaran. Tazir juga berarti hukuman yang berupa memberi

pelajaran. Disebut dengan tazir, karena hukuman tersebut sebenarnya

menghalangi si terhukum untuk tidak kembali kepada jarimah atau dengan

kata lain membuatnya jera. Sementara para Fuqaha mengartikan tazir dengan

hukuman yang tidak ditentukan oleh al-Quran dan Hadis yang berkaitan

dengan kejahatan yang melanggar hak Allah dan hak hamba yang berfungsi

untuk memberi pelajaran kepada si terhukum dan mencegahnya untuk tidak

mengulangi kejahatan serupa. Tazir sering juga disamakan oleh Fuqaha

dengan hukuman terhadap setiap maksiat yang tidak diancam dengan

27
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), h. 80.
56

hukuman had atau kaffarat. Bisa dikatakan pula, bahwa tazir adalah suatu

jarimah yang diancam dengan hukuman tazir (selain had dan qisas),

pelaksanaan hukuman tazir, baik yang jenis larangannya ditentukan oleh

nash atau tidak, baik perbuatan itu menyangkut hak Allah atau hak

perorangan, hukumannya diserahkan sepenuhnya kepada penguasa.

Menelaah maksud dan pengertian dari tazir diatas oleh karena itu

pihak-pihak seperti pemilik server dan pemilik website dapat dikenakan

hukuman tazir karena dianggap sebagai perbuatan yang menggangu hak

banyak orang dan dapat merusak tujuan syariat Islam sebagaimana terangkum

dalam konsep maqasid asy-syariah. Maqasid asy-syariah adalah sasaran

dan rahasia-rahasia syariat yang menjadi dasar asy-Syari (Allah) dalam


28
menetapkan seluruh hukum-Nya. Abu Zahrah menyebutkannya ada lima

yaitu memelihara agama, memelihara jiwa, memelihara akal, memelihara


29
keturunan dan memelihara harta. Tentu praktek prostitusi online telah

menggangu lima hal tersebut, orang dapat menjadi ingkar terhadap agamanya,

keturunan dapat rusak dan dapat membuat seseorang menjadi miskin karena

biasanya tarif transaksi prostitusi online terbilang mahal.

Prostitusi baik secara online ataupun tidak telah membuat kerusakan di

muka bumi dan membuat kerusakan bagi orang lain, jelas dilarang dalam al-

Quran dan Hadis, pengutamaan dihindarinya mafsadat daripada menarik

28
Fathur Rahman (ed.), Ushul Fikih bagi Pemula, (Jakarta: CV Artha Rivera, 2008), h. 116
29
Muhammad Abu Zahrah, Ushul Fiqih, alih bahasa Saefullah Masum dkk., h. 548-552
57

keuntungan yang sesuai dengan maqasid as-syariah. Jika manusia melanggar

perintah ataupun larangan Allah, berarti dia telah melakukan perbuatan

tercela, dan dianggap telah melakukan tindakan kriminal, sehingga harus

dijatuhi hukuman atas kriminalitas yang dilakukannya. Pengertian secara

tegas dengan paparan yang tuntas dari maqasid asy-syariah yang dimaksud,

tidaklah kita temukan baik pada kitab al-Muwafaqat Imam Syatibi maupun
30
pada karya-karya ulama klasik sebelumnya. Maqasid asy-syariah ialah

tujuan Allah dan Rasul-Nya dalam merumuskan hukum-hukum Islam. Tujuan

ini dapat ditelusuri dalam ayat-ayat al-Quran dan Sunnah Rasulullah sebagai

alasan logis bagi rumusan suatu hukum yang berorientasi kepada


31
kemaslahatan umat manusia. Jadi, konsep maqasid asy-syariah adalah

menegaskan bahwa hukum Islam disyariatkan bertujuan untuk mewujudkan

dan memelihara kemuliaan umat manusia dan kemuliaan manusia tidak bisa

dipisahkan dari pemeliharaan kelima hal ini.

Hukuman dalam jarimah tazir tidak ditentukan ukurannnya atau

kadarnya, artinya untuk menentukan batas terendah dan tertinggi diserahkan

sepenuhnya kepada hakim (penguasa). Dengan demikian, syariah

mendelegasikan kepada hakim untuk menentukan bentuk-bentuk dan

hukuman kepada pelaku jarimah. Dalam menetapkan jarimah tazir, prinsip

utama yang menjadi acuan penguasa adalah menjaga kepentingan umum dan

30
Ibid, h. 115
31
Satria Efendi M. Zein, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2005), h. 233.
58

melindungi setiap anggota masyarakat dari kemudaratan (bahaya). Disamping

itu, penegakan jarimah tazir harus sesuai dengan prinsip syari.

Hukuman-hukuman tazir banyak jumlahnya, yang dimulai dari

hukuman paling ringan sampai hukuman yang terberat. Hakim diberi

wewenang untuk memilih diantara hukuman-hukuman tersebut, yaitu

hukuman yang sesuai dengan keadaan jarimah serta diri pembuatnya.

Hukuman-hukuman tazir tersebut antara lain hukuman mati, hukuman jilid


32
(dera), hukuman kawalan (penjara), hukuman salib dan hukuman moral.

Titik Persamaan dan Perbedaan

Setelah membahas mengenai kajian yuridis prostitusi online di Indonesia

dan menurut hukum Islam. Maka untuk memperjelas setiap permasalahan yang

E. dibahas maka penulis mencoba untuk mencari titik persamaan dan perbedaan

antar undang-undang yang satu dengan lainnya dan juga hukum Islam.

Salah satu persamaan dari semua pembahasan undang-undang dan hukum

islam mengenai kejahatan prostitusi online tentu saja adalah melarang adanya

praktek kegiatan ini, namun tentu ada penjelasan lebih mengenai perbedaan dan

persamaannnya. Mengenai perbedaan-perbedaan yang ada dengan mengacu pada

penjelasan di analisis sebelumnya, di ketahui bahwa perbedaan yang mencolok

adalah mengenai pihak-pihak siapa saja yang dapat dikenakan dalam tindak

pidana ini, ternyata setiap undang-undang maupun hukum islam mempunyai


32
Dikutip oleh Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, h. 268.
59

perbedaan dalam hal pihak yang dapat dikenai sanksi. Menurut Undang-Undang

RI No.11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik hanya dapat

menjerat pemilik website atau forum ini sesuai dengan pasal 27 ayat (1) UU ITE,

menyebutkan Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan

dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi

Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik., sehingga yang menjadi subyek

hukum yang dituntut pertanggungjawaban pidananya dalam UU ini hanyalah

pemilik website atau forum prostitusi online, yakni sebagai orang yang

mendistribusikan atau mentransmisikan atau membuat dapat diaksesnya situs-

situs porno atau prostitusi online tersebut. Sedangkan menurut Undang-Undang

RI No.44 Tahun 2008 Tentang Pornografi pihak yang dapat dijerat lebih banyak

lagi, mengacu pada pasal pasal 1 ayat (2), pasal 7, pasal 4 ayat (2) huruf d dan

pasal 8 UU Pornografi maka pemilik website atau forum, psk, mucikari, dan

pemilik server dapat dikenakan dengan menggunakan undang-undang ini.

Perbedaan menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana mengenai

pihak-pihak yang dikenakan pidana dalam praktek prostitusi ini adalah mucikari

dan psk nya saja, tetapi bisa juga menjerat pasangan psk yang menggunakan

jasanya, namun tentu dengan delik aduan untuk mereka yang telah menikah oleh

pasangannya sendiri. Berbeda dengan undang-undang, maka untuk hukum islam

pihak yang dapat dikenakan sanksi untuk kegiatan prostitusi online ini adalah

siapa saja, jadi tidak ada pengecualian dalam hukum islam bahwa siapa saja yang
60

terlibat praktek terlarang ini dapat dijatuhi sanksi. Seperti mucikari yang didalam

surat An-Nur (24) ayat 33 yang melarang menjadi mucikari.

Setelah mengetahui perbedaan dari undang-undang dan hukum Islam,

maka tentu juga ada persamaan diantaranya, dengan analisis singkat di ketahui

bahwa ada empat persamaan didalamnya, yaitu yang pertama adalah ada adanya

ancaman hukuman bagi pelaku prostitusi online. Ini tentu saja karena memang

kegiatan prostitusi ini adalah perbuatan yang buruk, media online yang digunakan

ini menjadi negatif akibatnya. Kedua adalah sama-sama perbuatan yang dilarang

dan sangat dianggap tercela oleh masyarakat, jadi dimanapun kita berada praktek

prostitusi tidak akan menjadi sebuah perbuatan yang diterima didalam

masyarakat. Ketiga menganggap prostitusi adalah penyakit masyarakat yang

harus dihilangkan, tentu dengan ancaman yang berat dari penguasa dapat

menekan terjadinya kegiatan ini, prostitusi akan sangat sulit dihilangkan dari

muka bumi tapi tentu harus ada daya dan upaya untuk menekan tidak prostitusi

ini, melalui media online ataupun dengan cara lainnya. Keempat tentu dengan

adanya peraturan atau hukum yang ada dibuat bertujuan untuk melindungi

manusia dari perbuatan-perbuatan yang keji, termasuk prosatitusi ini, karena

dengan adanya praktek prositusi ini tentu dapat merusak tata kehidupan manusia

dan masyarakat.

Ternyata, dari semua yang dibahas ada titik persamaan ataupun titik

perbedaannya. Untuk hukum positif Indonesia yang mengatur tentang tindak

pidana prostitusi dapat menggunakan ketiga undang-undang tersebut untuk


61

menjerat pihak-pihak yang terlibat dalam praktek prostitusi dengan saling

melengkapi. Hukum islam sendiri, telah sempurna dengan tanpa kecuali dapat

menjerat siapa saja yang terlibat dalam praktek prostitusi online ini. Hanya saja

mungkin perlu ketegasan penguasa untuk menghukum pelakunya, karena

memang penguasalah yang berhak menghukum pelaku prostitusi online ini,

kecuali untuk mereka yang memang telah diatur didalam al-Quran tentang

hukumannya seperti psk, mucikari dan pengguna jasa psk nya.


BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Setelah penyusun mendeskripsikan dan menganalisa unsur-unsur

kejahatan prostitusi online, sanksi dan kriterianya dalam pembahasan penelitian

ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Prostitusi online dapat terjadi karena adanya akses yang sangat mudah dan

juga begitu bebas, Adanya website atau forum yang secara khusus

berkecimpung di dunia prostitusi online semakin menegaskan bahwa praktek

haram ini sudah sangat terorganisir. Mereka biasanya mengunjungi forum

atau website tersebut, didalamnya sudah ruang khusus yang membahas

A. mengenai kegiatan ini, kita tinggal memilih gadis-gadis didalamnya

dipaparkan dengan jelas seperti apa gadis-gadis psk ini dari mulai tarif sampai

bentuk tubuh. Setelah setuju tinggal menghubungi mucikarinya melalui

telepon dan praktek prostitusi melalui media online ini pun terjadi. Faktor-

faktor penyebab terjadinya praktek prostitusi melalui media online ini pada

dasarnya sama dengan bagaimana praktek prostitusi biasa terjadi, faktor

utaman biasanya adalah ekonomi, namun dalam praktek prostitusi melalui

media online ini, faktor pendukung yang menjadi kunci utama sehingga

kegiatan haram ini bisa terjadi, adanya internet yang memudahkan sehinggak

praktek ini bisa terjadi.

62
63

2. Hukum positif menanggapi permasalah prostitusi melalui media online ini

cukup memuaskan bagi masyarakat, walaupun masih ada celah didalamnya.

Menggunakan tiga undang-undang yaitu Undang-Undang RI No.11 Tahun

2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Undang-Undang RI No.44

Tahun 2009 Tentang Pornografi dan KUHP sudah cukup untuk menjerat para

pelakunya, namun ada celah didalamnya seperti jika server dan pemilik

website atau forum prostitusi bukan warga negara Indonesia, maka dia dapat

begitu saja lolos dari jeratan hukum Indonesia. Kejahatan prostitusi online

dalam hukum Islam dapatlah dipersamakan dengan kejahatan qurbuzzina

yang mengancam kerusakan kelima pilar maqasid asy-syariah. Adapun

kriteria prostitusi online menurut hukum pidana Islam adalah: subyek atau

pelaku mukallaf, adanya perbuatan memasukkan data elektronik yang

bermuatan memperlihatkan atau memamerkan aurat dan menampilkannya

dalam website, semata-mata bertujuan membangkitkan nafsu birahi dan

memancing pelanggan untuk menggunakan jasa pekerja seks komersial

sehingga dikatakan sebagai sarana qurbuzzina, serta adanya alat-alat bantu

teknologi informasi berupa laptop atau komputer yang terhubung ke internet.

3. Sanksi bagi pelaku tindak pidana prostitusi online menurut hukum Islam

adalah dengan hukuman tazir yang dapat berupa penjara (al-Habsu) ataupun

denda kecuali untuk mucikari, PSK dan penguna jasanya yang telah diatur

dalam al-Quran. Sanksi bagi pelaku prostitusi online yang diatur pada UU ITE

dan UU Pornografi menurut penulis masih kurang berat, sebab denda


64

maksimal Rp. 1 miliar masih relatif kecil jika dibandingkan dengan

keuntungan yang dapat diperoleh dalam mengelola jaringan prostitusi online

ini. Sedangkan pidana penjara maksimal 6 tahun juga masih dianggap ringan

jika mengingat prostitusi ini lebih berbahaya daripada bentuk-bentuk

pornografi lainnya, sehingga kurang efektif untuk membuat pelaku jera

ataupun menakut-nakuti orang lain melakukan kejahatan serupa.

Saran

1. Sanksi untuk prostitusi online yang telah diatur dalam UU Informasi dan

Transaksi Elektronik dan UU Pornografi tersebut, sebaiknya mencantumkan

batas hukuman secara lebih tegas, yakni dengan ditentukan batas minimum

penjara atau denda. Sebab pada pasal-pasal tentang ketentuan pidana hanya

B. mencantumkan kalimat hukuman maksimal atau paling lama untuk

pidana penjara, dan paling banyak untuk hukuman denda. Hal ini bertolak

belakang dari Prostitusi sebagai bentuk kejahatan yang dipandang lebih

berbahaya, meresahkan masyarakat dan dampak negatifnya yang lebih luas

daripada jenis pornografi lainnya, serta untuk menghindari terjadinya adanya

pemberian sanksi pidana yang relatif rendah.

2. Kejahatan prostitusi online tersebut merupakan kejahatan berbasis hi-tech,

untuk itu maka diperlukanlah aparat-aparat pelaksana yang juga memiliki

keahlian di bidang teknologi informatika dengan didukung sarana-sarana yang


65

canggih pula, agar dapat melacak penjahat dan siapa saja yang terlibat dalam

pembuatan website atau forum dan pemilik server tersebut.

3. Perlu dilakukan perjanjian-perjanjian ekstradisi dengan negara-negara lain,

mengingat kejahatan ini bersifat transborder atau lintas wilayah, karena pada

pembahasan sebelumnya dikatakan pemilik server bisa saja buka orang

berkewarganegaraan Indonesia. Dengan kata lain diperlukan kerjasama

dengan negara tempat pemilik server yang membiarkan dan memfasilitasi

adanya praktek prostitusi ini.


DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran Al-karim.

Ahmad, Muslich Wardi, Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2005.

Amrullah, Arief, Money Laundering: Tindak Pidana Pencucian Uang, Malang:


Bayumedia, 2004.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:


Balai Pustaka, Cet. Ke-2. 1989.

Djunaedi, Gambar Menyusui Bayi Itu Adegan Porno


http://djunaedird.wordpress.com/2009/01/03/gambar-menyusui-bayi-itu-
adegan-porno/ diakses 20 Januari 2001.

Eltra, Sejarah Lahirnya UU ITE http://eltrations.blogspot.com/2010/11/orem-


ipsum-dolor-sit-amet-consectetur.html diakses 11 Januari 2011.

Hamzah, Andi, KUHP&KUHAP Jakarta: Rineke Cipta, 1992.

Kansil, C.S.T., Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, 1986.

Kartono, Kartini, Patologi Sosial, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003.

Kountur, Ronny. Metode Penelitian (Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis), Jakarta:
PPM, 2004, cet. Ke-2.

Mahfudz , Sahal, Nuansa Fiqh Sosial, Yogyakarta: LKis, 1994.

Martudji, Tudji, Polisi Lacak Akun Tiduri Aku di Facebook


http://nasional.vivanews.com/news/read/126311 diakses 21 Juni 2011

Maseleno, Andino, Kamus Istilah Komputer dan Informatika, PDF File, Copyright
Ilmukomputer.com, 2003.

Muntaqo, Lutfan, Porno : Defenisi & Kontroversi, Jogjakarta: Jagad Pustaka, 2006.

Muslich, Ahmad Wardi, Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2005.

66
67

O tavia, Situs Prostitusi Online, http://www.oktavia.com/www-deliveryjakarta-cc-


k cc-dennymanagement-multiply-com.htm diakses 2 Januari 2011.
hman, Fathur (ed.), Ushul Fikih bagi Pemula, Jakarta: CV Artha Rivera, 2008.
Ra
daksi, Mempertanyakan Legalitas Prostitusi
Re http://us.dunia.vivanews.com/news/read/27402-
legalisasi_prostitusi_tak_menjamin_perempuan diakses 20 Januari 2011.

wan, Jejaring Sosial (Social Networking)


Ri http://www.ridwanforge.net/blog/jejaring-sosial-social-networking diakses 4
Januari 2011.

i, Indonesia Juara Dua Pengguna Facebook


Ri http://www.tempointeraktif.com/hg/it/2010/10/13/brk,20101013-
284426,id.html diakses 4 Januari 2011.

bert P.Masland, Jr. David Estridge, Apa yang Ingin Diketahui Remaja Tentang
R Seks, Jakarta: Bumi Aksara, 1987.

biq, Sayyid. Fikih Sunnah, Jilid 9, Terjemahan: Moh Nabhan Husein, Bandung:
Sa PT. Al-Maarif, 1995.

witri Nandari, Ni Putu, Penanggulangan Pelacuran Di tinjau Dari Perspektif


Sa Hukum dan Gender, T.tp.

Sedyaningsih, Endang, Perempuan Keramat Tunggak, Jakarta: Pustaka Sinar


Harapan. 1999.

Soekanto, Soerjono dan Mamudji, Sri. Penelitian Hukum Normatif (suatu tinjauan
singkat), Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,1995.

Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, 1986.

Tahnh-Dam Truong, Pariwisata dan Pelacuran di Asia Tenggara, Terjemahan: Moh.


Arif, Jakarta: LP3ES, 1992.

Tanjung, Armaidi, dan Delfita, Elfi, Mengapa Zina dilarang, Solo: CV Pustaka
Mantiq, 2001.

Terence H, Hull, Endang Sulistianingsih, Gavin W.J, Pelacuran di Indonesia Jakarta:


Pustaka Sinar Harapan, 1997.
68

Ti ometer, Pertumbuhan domain .id http://www.tikometer.or.id/berita-37-


Pertumbuhan-domain-.id.html diakses 25 Desember 2010.
Tongat, Pidana Seumur Hidup dalam Sistem Hukum Pidana di Indonesia, Malang:
UMM Press, 2004.

U dang-undang RI No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik,


Surabaya: Kesindo Utama, 2008.

n dang-undang RI No, 44 Tahun 2008 Tentang Pornografi, Surabaya: Kesindo


Utama, 2008.

U hrah, Muhammad Abu, Ushul Fiqih, alih bahasa Saefullah Masum dkk., Jakarta:
Pustaka Firdaus, 2003.

n n, Satria Efendi M., Ushul Fiqh, Jakarta: Kencana, 2005.

Za

Zei
LAMPIRAN
70

A. Contoh Forum Prostitusi Online


71
72

B. Contoh Jejaring Sosial Untuk Transaksi Prostitusi Online


73

C. Contoh Program Dalam Transaksi Prostitusi Online

Anda mungkin juga menyukai