Anda di halaman 1dari 8

PORTFOLIO

KASUS 4 Sindroma Nefrotik

Nama Peserta dr. Alyda Hanoum Aulia


Nama Wahana RSU Berkah Pandeglang
Topik Sindroma Nefrotik
Tanggal (kasus) 16 April 2017
Nama Pasien An. 1 tahun 3 bulan No. RM : 4290**
Tanggal Presentasi Nama Pendamping : dr. Yeni purwati
Tempat Presentasi RSU Berkah Pandeglang
Obyektif presentasi An. R, perempuan, usia 1 th, ruam kemerahan seluruh tubuh disertai
demam, kemerahan pada kedua mata, dan batuk pilek
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja
Lansia Bumil
Deskripsi
Tujuan : Mengobati morbili, mencegah komplikasi morbili, memahami
pencegahan morbili
Bahan bahasan : Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit
Cara membahas : Diskusi Presentasi dan Diskusi Email Pos

Data Pasien : Nama : An. N Usia : 1 tahun 3 bulan No Registrasi :


Nama Klinik : RSU Berkah Pandeglang Telepon : Terdaftar Sejak :

Data Utama untuk bahan diskusi :


1. Riwayat Penyakit Sekarang :
Sejak 3 minggu SMRS pasien panas mendadak tinggi, dengan suhu tertinggi 39.50C disertai dengan
muntah muntah 2x/ hari selama 2 hari, dan batuk berdahak. Dahak sulit dikeluarkan. Pasien berobat
ke klinik umum 1 hari sejak demam dan dinyatakan menderita radang tenggorokan dan diberikan obat
anti radang, penurun panas, obat mual dan obat batuk. Panas turun 2 hari setelah pengobatan diikuti
dengan perbaikan keluhan muntah dan batuk

2 minggu SMRS pasien tampak gemuk mendadak meskipun asupan makanan tidak bertambah.
Badan pasien terasa lembek dan tidak padat, seperti berisi air. Badan gemuk merata dan kelopak mata
menjadi semakin tebal terutama saat pagi hari.

1 minggu SMRS perut pasien mendadak membesar dan tegang, dan pada saat yang bersamaan
kantong pelir sebelah kiri juga membesar dan menegang. Kelopak mata kiri dan kanan bertambah
bengkak. Keluhan bengkak bertambah buruk setiap hari. Keluhan gangguan buang air besar disangkal
dan pasien tidak terlihat biru. Frekuensi dan jumlah kencing menurun dari yang awalnya ganti popok 3
kali sehari menjadi 1 kali sehari. Tidak ada obat-obatan lain yang dikonsumsi/ rutin dikonsumsi pasien.

1 hari SMRS pasien berobat ke Puskesmas dan dirujuk ke RSUD Berkah. Tidak ada obat-obatan
lain yang dikonsumsi/ rutin dikonsumsi pasien.

Riwayat persalinan:

Pasien dilahirkan secara normal di bidan dengan berat waktu lahir 2600 gr dan panjang 45 cm. Pasien
menangis spontan.

Riwayat imunisasi:

Pasien belum pernah mendapat imunisasi morbili karena pada waktu hendak diberikan, pasien sedang
demam.

2. Riwayat Pengobatan :
Pasien tidak mengonsumi obat apapun
3. Riwayat Kesehatan :
Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya
4. Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada anggota keluarga pasien yang mempunyai keluhan serupa
5. Riwayat Pekerjaan :
-
6. Kondisi lingkungan sosial dan fisik (Rumah, Lingkungan, Pekerjaan)
Pasien merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Tinggal bersama kedua kakaknya dan
orangtua.
7. Lain-lain (Pemeriksaan fisik dan Penunjang)
Keadaan Umum : Sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
GCS : E4M6V5

Tanda-tanda vital
Nadi : 125 x/menit
Laju pernafasan : 30x/menit
Suhu : 39C
Berat badan : 8.8 kg

Pemeriksaan Fisik

Kepala : Normosefali, tidak perdapat deformitas, ubun-ubun besar menutup


Mata : Konjungtiva hiperemis +/+, Injeksi konjungtiva +/+, Sekret +/+, sclera ikterik (-/-),
reflek cahaya langsung (+/+), reflek cahaya tidak langsung (+/+) pupil bulat dan isokor dengan
diameter 3mm/3mm
THT : Vertibulum normal, tidak terdapat deformitas, sekret +/+, Faring hiperemis, T1/T1
Mulut : Mukosa oral basah, cyanosis -, Kopliks spot -
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran kelenjar tiroid (-)
Thorax
a) Inspeksi : bentuk dada baik, pergerakan dada simetris, iktus kordis (-) , lesi multiple
eritem makulopapular berbatas tegas, tepi tidak aktif, berukuran miliar hingga lenticular
b) Palpasi : gerakan nafas simetris, taktil fremitus kanan = kiri
c) Perkusi : lapang dada paru terdengar sonor, batas paru-jantung baik
d) Auskultasi :
Jantung : Bunyi S1/S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru : Suara nafas vesikuler (+/+), ronchi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen
a) Inspeksi : datar, lesi multiple eritem makulopapular berbatas tegas, tepi tidak aktif,
berukuran miliar hingga lenticular
b) Auskultasi : bising usus (+)
c) Palpasi : supel, nyeri tekan regio iliaka kanan (+), nyeri lepas region iliaka kanan (+)
d) Perkusi : timpani, nyeri ketok region iliaka kanan (+)
e) Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2 detik, lesi multiple eritem makulopapular berbatas
tegas, tepi tidak aktif, berukuran miliar hingga lenticular
Pemeriksaan Penunjang
1 Hematologi
Parameter Nilai Nilai Normal
Hemoglobin 11.8 11.7 16.2 g/dL
Hematokrit 38 % 35 - 47%
Eritrosit 4.0 4.2 5.4 juta/uL
Leukosit 15150 /uL 4500 - 11300uL
Trombosit 300.000/uL 150.000-450.000/uL

2 Hitung Jenis
Basofil 0 01%
Eusinofil 1 13%
Batang 4 26%
Segmen 68 50 70 %
Limfosit 48 20 40 %
Monosit 6 28%
Daftar Pustaka:
1. Pudjiadi AH, Hegar B, Hardyastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati ED. 2011. Pedoman
pelayanan medis Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta: Badan penerbit IDAI.
2. Maldonado Y. Measles. Dalam: Kliegman RM, Stanton BM, Geme J, Schor N, Behrman RE. 2011.
Nelson's textbook of pediatrics. Edisi ke-19. Philadelphia: Elsevier Saunders.
3. Sumarmo SPS, Herry G, Sri RSH, Hindra IS. 2012. Buku ajar infeksi dan pediatri tropis. Jakarta:
Badan Penerbit IDAI.
4. Burnett M., 2007. Measles, Rubeola. http://www.e-emedicine.com.
5. Rampengan, T.H. 2008. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak Edisi 2. EGC. Jakarta. 4;79-87.
Hasil Pembelajaran
1. Diagnosa Morbili
2. Waspadai Morbili
3. Mekanisme terjadinya Morbili
4. Edukasi pada pasien mengenai pencegahan Morbili
5. Langkah-Langkah penatalaksanaan Morbili
6. Motivasi kepatuhan untuk minum obat, tirah baring, diet sesuai saran
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio:

Subyektif:
Pasien An. R, seorang anak perempuan berusia 1 tahun datang dengan keluhan demam sejak 3
hari yang lalu yang disertai dengan ruam kemerahan, mata merah berair, batuk berdahak dan
pilek. Demam muncul tiba-tiba, mendadak tinggi dan tidak membaik dengan pengobatan. Ruam
baru muncul pagi hari saat berobat, gatal dan tidak nyeri. Sejak kedimulainya keluhan ini, nafsu
makan pasien menurun. Pasien belum pernah mendapat imunisasi morbili, karena pada waktu hendak
diberikan, pasien sedang demam.

Obyektif:
Dari pemeriksaan fisik tampak keadaan umum pasien sakit sedang, kesadaran compos mentis, dengan
GCS 15. Pada pemeriksaan fisik ditemukan berat badan pasien 8.8 kg, nadi 125 x/menit,
pernafasan 30 x/menit, suhu 39C. Pada pemeriksaan mata, didapatkan adanya injeksi
konjungtiva dan konjungtiva hiperemis. Pada hidung, didapatkan adanya sekret kuning kental,
dan pada tenggorokan ditemukan faring hiperemis. Selain itu, pada seluruh tubuh pasien
ditemukan lesi multiple eritem makulopapuler berbatas tegas, tepi tidak aktif, berukuran miliar
hingga lenticular yang menyebar secara generalisata.

Dari hasil pemeriksaan fisik dan laboratorium, dapat ditegakkan diagnosis : morbili fase erupsi

Assessment :
Pasien didiagnosis Morbili berdasarkan gejala berupa demam tinggi diikuti dengan ruam kemerahan
diseluruh tubuh. Ruam muncul pertama kali pada bagian wajah lalu menyebar ke dada, perut dan seluruh
tubuh, dimana sesuai dengan gejala klinis khas dari ruam pada morbili. Keluhan lain yang menyertai
demam dan ruam adalah adanya kemerahan pada mata dan berair dimana merupakan konjungtivitis.
Konjungtivitis merupakan peradangan pada mukosa konjungtiva akibat dari infeksi virus
Paramyxoviridae. Selain konjungtivitis, pasien juga mengalami batuk pilek dimana merupakan gejala
penyerta pada morbili. Morbili memiliki 3 trias khas yaitu, Cough, Conjunctivitis, dan Coryza. Morbili
yang diserita pasien muncul disertai dengan infeksi bakteri dari saluran pernafasan atas, ditandai dengan
dahak dan sekret kental berwarna kehijauan, serta adanya leukositosis dengan jumlah leukosit 15150 /uL.
Berdasarkan anamnesa dari ibu pasien, pasien belum mendapatkan vaksinasi morbili, mengakibatkan
infeksi yang terjadi berat dibandingkan infeksi virus morbili yang diderita anak yang sudah diimunisasi.
Pada morbili tanpa infeksi bakteri, hanya ditemukan peningkatan limfosit, dimana menandakan infeksi
virus.

Morbili atau morbili memiliki 3 stadium yaitu :


Stadium kataral
Di tandai dengan bercak koplik pada mukosa bukal dan faring, demam ringan sampai sedang,
konjungtivitis ringan, coryza, dan batuk.
Stadium erupsi
Ditandai dengan ruam makuler yang muncul berturut-turut pada leher dan muka, tubuh, lengan dan
kaki dan disertai oleh demam tinggi.
Stadium konvalesensi
Ditandai dengan hilangnya ruam sesuai urutan munculnya ruam, dan terjadi hiperpigmentasi.

Pada morbili, ketiga stadium ini diawali dengan masa inkubasi yang berlangsung kira-kira 10 hari. Pada
masa ini terjadi viremia dan reaksi imunologi yang ekstensif, namun penderita tidak menampakkan gejala
sakit. Manifestasi klinis morbili biasanya baru mulai tampak pada stadium prodromal yang berlangsung
selama 2 hingga 4 hari. Biasanya terdiri dari gejala klinik khas berupa batuk, pilek dan konjungtivitis,
juga demam.

Diagnosis banding morbili diantaranya :


1. Roseola infantum
Pada Roseola infantum, ruam muncul saat demam telah menghilang.
2. Rubella
Ruam berwarna merah muda dan timbul lebih cepat dari morbili. Gejala yang timbul tidak seberat
morbili.
3. Alergi obat
Didapatkan riwayat penggunaan obat tidak lama sebelum ruam muncul dan biasanya tidak
disertai gejala prodromal.
4. Demam skarlatina. Ruam bersifat papular, difus terutama di abdomen. Tanda patognomonik
berupa lidah berwarna merah stroberi serta tonsilitis eksudativa atau membranosa.

Komplikasi morbili antara lain :


a) Bronkopneumonia
Merupakan salah satu penyulit tersering pada infeksi morbili. Dapat disebabkan oleh invasi
langsung virus morbili maupun infeksi sekunder oleh bakteri (Pneumococcus, Streptococcus,
Staphylococcus, dan Haemophyllus influenza). Ditandai dengan adanya ronki basah halus, batuk,
dan meningkatnya frekuensi nafas.
b) Encephalitis
Gejala encephalitis biasanya timbul pada stadium erupsi dan dalam 8 hari setelah onset penyakit.
Biasanya gejala komplikasi neurologis dari infeksi morbili akan timbul pada stadium prodromal.
Tanda dari encephalitis yang dapat muncul adalah : kejang, letargi, koma, nyeri kepala, kelainan
frekuensi nafas, twitching dan disorientasi.
c) Enteritis
Enteritis dapat terjadi akibat invasi virus morbili ke mukosa saluran cerna sehingga mengganggu
fungsi normalnya maupun sebagai akibat menurunnya daya tahan penderita morbili.
d) Subacute sclerosing panencephalitis.
Degenerasi susunan saraf pusat akibat infeksi menetap morbili dengan gejala deteriorisasi tingkah
laku dan intelektual yang diikuti oleh kejang. Angka kejadiannya 1 per 25 ribu kasus morbili,
insidens tertinggi pada usia 8-10 tahun. Anak yang belum mendapat vaksinansi memiliki risiko
10x lebih tinggi untuk terkena SSPE dibandingkan dengan anak yang telah mendapat vaksinasi.
e) Laringotrakheitis
Penyulit ini sering muncul dan kadang dapat sangat berat sehingga dibutuhkan tindakan
trakeotomi.

Komplikasi morbili dapat menjadi berat pada pasien dengan gizi buruk dan anak berumur lebih kecil.
Kebanyakan penyulit morbili terjadi bila ada infeksi sekunder oleh bakteri. Pada pasien ini, terdapat
infeksi bakteri pada saluran pernafasan atas, namun tidak terdapat bronkopneumonia. Dibuktikan dengan
tidak ditemukannya ronkhi pada auskultasi saat dilakukan pemeriksaan thorax.

Pencegahan terutama dengan melakukan imunisasi morbili. Imunisasi Morbili di Indonesia termasuk
Imunisasi dasar yang wajib diberikan terhadap anak usia 9 bulan dengan ulangan saat anak berusia 6
tahun dan termasuk ke dalam program pengembangan imunisasi (PPI). Imunisasi morbili dapat pula
diberikan bersama Mumps dan Rubela (MMR) pada usia 12-15 bulan. Anak yang telah mendapat MMR
tidak perlu mendapat imunisasi morbili ulangan pada usia 6 tahun. Pencegahan dengan cara isolasi
penderita kurang bermakna karena transmisi telah terjadi sebelum penyakit disadari dan didiagnosis
sebagai morbili.
Prognosis Morbili merupakan penyakit self-limiting sehingga bila tanpa disertai dengan penyulit maka
prognosisnya baik.
4. Plan :
Medikamentosa

IVFD KaEN 1B 20 tpm mikro


Nebulisasi/8 jam
Inj Ceftriaxone 2 x ampul
PCT infus 3 x 100 mg IV
Vitamin A 200,000 IU 1 x 1 untuk 2 hari
Ambroxol Syrup 3 x cth

Pengobatan bersifat suportif dan simptomatis, terdiri dari istirahat, pemberian cairan yang cukup,
suplemen nutrisi dan antibiotik bila ada infeksi sekunder. Vitamin A diberikan untuk membantu
pertumbuhan epitel mukosa yang rusak yang diakibatkan infeksi virus morbili.

Non Medikamentosa

Edukasi :

Edukasi pentingnya asupan cairan dan gizi serta pengawasan tanda-tanda bahaya seperti sesak nafas
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien tentang penyakit pasien, gejala yang ditimbulkan,
kemungkinan terjadi berulang serta perkembangan penyakit yang dapat terjadi
Memberi tahu pasien dan keluarganya tentang pencegahan morbili
Memberi edukasi kepada keluarga pasien untuk menjalani proses pengobatan
Memberi edukasi keluarga pasien untuk kontrol ke poli anak
Memberi edukasi keluarga pasien untuk menjaga status gizi pasien agar dalam keadaan baik

Anda mungkin juga menyukai