Portfolio 4 SN
Portfolio 4 SN
2 minggu SMRS pasien tampak gemuk mendadak meskipun asupan makanan tidak bertambah.
Badan pasien terasa lembek dan tidak padat, seperti berisi air. Badan gemuk merata dan kelopak mata
menjadi semakin tebal terutama saat pagi hari.
1 minggu SMRS perut pasien mendadak membesar dan tegang, dan pada saat yang bersamaan
kantong pelir sebelah kiri juga membesar dan menegang. Kelopak mata kiri dan kanan bertambah
bengkak. Keluhan bengkak bertambah buruk setiap hari. Keluhan gangguan buang air besar disangkal
dan pasien tidak terlihat biru. Frekuensi dan jumlah kencing menurun dari yang awalnya ganti popok 3
kali sehari menjadi 1 kali sehari. Tidak ada obat-obatan lain yang dikonsumsi/ rutin dikonsumsi pasien.
1 hari SMRS pasien berobat ke Puskesmas dan dirujuk ke RSUD Berkah. Tidak ada obat-obatan
lain yang dikonsumsi/ rutin dikonsumsi pasien.
Riwayat persalinan:
Pasien dilahirkan secara normal di bidan dengan berat waktu lahir 2600 gr dan panjang 45 cm. Pasien
menangis spontan.
Riwayat imunisasi:
Pasien belum pernah mendapat imunisasi morbili karena pada waktu hendak diberikan, pasien sedang
demam.
2. Riwayat Pengobatan :
Pasien tidak mengonsumi obat apapun
3. Riwayat Kesehatan :
Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya
4. Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada anggota keluarga pasien yang mempunyai keluhan serupa
5. Riwayat Pekerjaan :
-
6. Kondisi lingkungan sosial dan fisik (Rumah, Lingkungan, Pekerjaan)
Pasien merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Tinggal bersama kedua kakaknya dan
orangtua.
7. Lain-lain (Pemeriksaan fisik dan Penunjang)
Keadaan Umum : Sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
GCS : E4M6V5
Tanda-tanda vital
Nadi : 125 x/menit
Laju pernafasan : 30x/menit
Suhu : 39C
Berat badan : 8.8 kg
Pemeriksaan Fisik
2 Hitung Jenis
Basofil 0 01%
Eusinofil 1 13%
Batang 4 26%
Segmen 68 50 70 %
Limfosit 48 20 40 %
Monosit 6 28%
Daftar Pustaka:
1. Pudjiadi AH, Hegar B, Hardyastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati ED. 2011. Pedoman
pelayanan medis Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta: Badan penerbit IDAI.
2. Maldonado Y. Measles. Dalam: Kliegman RM, Stanton BM, Geme J, Schor N, Behrman RE. 2011.
Nelson's textbook of pediatrics. Edisi ke-19. Philadelphia: Elsevier Saunders.
3. Sumarmo SPS, Herry G, Sri RSH, Hindra IS. 2012. Buku ajar infeksi dan pediatri tropis. Jakarta:
Badan Penerbit IDAI.
4. Burnett M., 2007. Measles, Rubeola. http://www.e-emedicine.com.
5. Rampengan, T.H. 2008. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak Edisi 2. EGC. Jakarta. 4;79-87.
Hasil Pembelajaran
1. Diagnosa Morbili
2. Waspadai Morbili
3. Mekanisme terjadinya Morbili
4. Edukasi pada pasien mengenai pencegahan Morbili
5. Langkah-Langkah penatalaksanaan Morbili
6. Motivasi kepatuhan untuk minum obat, tirah baring, diet sesuai saran
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio:
Subyektif:
Pasien An. R, seorang anak perempuan berusia 1 tahun datang dengan keluhan demam sejak 3
hari yang lalu yang disertai dengan ruam kemerahan, mata merah berair, batuk berdahak dan
pilek. Demam muncul tiba-tiba, mendadak tinggi dan tidak membaik dengan pengobatan. Ruam
baru muncul pagi hari saat berobat, gatal dan tidak nyeri. Sejak kedimulainya keluhan ini, nafsu
makan pasien menurun. Pasien belum pernah mendapat imunisasi morbili, karena pada waktu hendak
diberikan, pasien sedang demam.
Obyektif:
Dari pemeriksaan fisik tampak keadaan umum pasien sakit sedang, kesadaran compos mentis, dengan
GCS 15. Pada pemeriksaan fisik ditemukan berat badan pasien 8.8 kg, nadi 125 x/menit,
pernafasan 30 x/menit, suhu 39C. Pada pemeriksaan mata, didapatkan adanya injeksi
konjungtiva dan konjungtiva hiperemis. Pada hidung, didapatkan adanya sekret kuning kental,
dan pada tenggorokan ditemukan faring hiperemis. Selain itu, pada seluruh tubuh pasien
ditemukan lesi multiple eritem makulopapuler berbatas tegas, tepi tidak aktif, berukuran miliar
hingga lenticular yang menyebar secara generalisata.
Dari hasil pemeriksaan fisik dan laboratorium, dapat ditegakkan diagnosis : morbili fase erupsi
Assessment :
Pasien didiagnosis Morbili berdasarkan gejala berupa demam tinggi diikuti dengan ruam kemerahan
diseluruh tubuh. Ruam muncul pertama kali pada bagian wajah lalu menyebar ke dada, perut dan seluruh
tubuh, dimana sesuai dengan gejala klinis khas dari ruam pada morbili. Keluhan lain yang menyertai
demam dan ruam adalah adanya kemerahan pada mata dan berair dimana merupakan konjungtivitis.
Konjungtivitis merupakan peradangan pada mukosa konjungtiva akibat dari infeksi virus
Paramyxoviridae. Selain konjungtivitis, pasien juga mengalami batuk pilek dimana merupakan gejala
penyerta pada morbili. Morbili memiliki 3 trias khas yaitu, Cough, Conjunctivitis, dan Coryza. Morbili
yang diserita pasien muncul disertai dengan infeksi bakteri dari saluran pernafasan atas, ditandai dengan
dahak dan sekret kental berwarna kehijauan, serta adanya leukositosis dengan jumlah leukosit 15150 /uL.
Berdasarkan anamnesa dari ibu pasien, pasien belum mendapatkan vaksinasi morbili, mengakibatkan
infeksi yang terjadi berat dibandingkan infeksi virus morbili yang diderita anak yang sudah diimunisasi.
Pada morbili tanpa infeksi bakteri, hanya ditemukan peningkatan limfosit, dimana menandakan infeksi
virus.
Pada morbili, ketiga stadium ini diawali dengan masa inkubasi yang berlangsung kira-kira 10 hari. Pada
masa ini terjadi viremia dan reaksi imunologi yang ekstensif, namun penderita tidak menampakkan gejala
sakit. Manifestasi klinis morbili biasanya baru mulai tampak pada stadium prodromal yang berlangsung
selama 2 hingga 4 hari. Biasanya terdiri dari gejala klinik khas berupa batuk, pilek dan konjungtivitis,
juga demam.
Komplikasi morbili dapat menjadi berat pada pasien dengan gizi buruk dan anak berumur lebih kecil.
Kebanyakan penyulit morbili terjadi bila ada infeksi sekunder oleh bakteri. Pada pasien ini, terdapat
infeksi bakteri pada saluran pernafasan atas, namun tidak terdapat bronkopneumonia. Dibuktikan dengan
tidak ditemukannya ronkhi pada auskultasi saat dilakukan pemeriksaan thorax.
Pencegahan terutama dengan melakukan imunisasi morbili. Imunisasi Morbili di Indonesia termasuk
Imunisasi dasar yang wajib diberikan terhadap anak usia 9 bulan dengan ulangan saat anak berusia 6
tahun dan termasuk ke dalam program pengembangan imunisasi (PPI). Imunisasi morbili dapat pula
diberikan bersama Mumps dan Rubela (MMR) pada usia 12-15 bulan. Anak yang telah mendapat MMR
tidak perlu mendapat imunisasi morbili ulangan pada usia 6 tahun. Pencegahan dengan cara isolasi
penderita kurang bermakna karena transmisi telah terjadi sebelum penyakit disadari dan didiagnosis
sebagai morbili.
Prognosis Morbili merupakan penyakit self-limiting sehingga bila tanpa disertai dengan penyulit maka
prognosisnya baik.
4. Plan :
Medikamentosa
Pengobatan bersifat suportif dan simptomatis, terdiri dari istirahat, pemberian cairan yang cukup,
suplemen nutrisi dan antibiotik bila ada infeksi sekunder. Vitamin A diberikan untuk membantu
pertumbuhan epitel mukosa yang rusak yang diakibatkan infeksi virus morbili.
Non Medikamentosa
Edukasi :
Edukasi pentingnya asupan cairan dan gizi serta pengawasan tanda-tanda bahaya seperti sesak nafas
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien tentang penyakit pasien, gejala yang ditimbulkan,
kemungkinan terjadi berulang serta perkembangan penyakit yang dapat terjadi
Memberi tahu pasien dan keluarganya tentang pencegahan morbili
Memberi edukasi kepada keluarga pasien untuk menjalani proses pengobatan
Memberi edukasi keluarga pasien untuk kontrol ke poli anak
Memberi edukasi keluarga pasien untuk menjaga status gizi pasien agar dalam keadaan baik